Khusnul Khotimah
SMA Negeri 1 Kayuagung
E-mail: k_khotimah@gmail.co.id
Rusdy A. Siroj
FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang
E-mail: rusdi_ump@yahoo.com
Djahir Basir
FKIP Universitas Sriwijaya
E-mail: basher_dj@yahoo.com
ABSTRAK
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi aktif dalam pembelajaran dan guru hanya
yang diperoleh (Depdiknas, 2006). bertindak sebagai fasilitator. Dalam situasi
Kemampuan memecahkan masalah belajar mengajar seperti ini, peranan guru
merupakan kemampuan yang tidak dapat sebagai penceramah atau orang yang
dipisahkan dalam pembelajaran matematika, mentransferkan pengetahuan yang sudah
karena dalam KTSP juga dijelaskan bahwa disiapkannya akan beralih dari teacher telling
dalam setiap kesempatan, pembelajaran ke situasi student learning. Hal ini sesuai
matematika hendaknya dimulai dengan dengan model pembelajaran berbasis masalah.
pengenalan masalah yang sesuai dengan Pembelajaran berbasis masalah merupakan
situasi (contextual problem). Dengan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas
mengajukan masalah-masalah kontekstual, mental siswa untuk memahami suatu konsep
peserta didik secara bertahap dibimbing untuk melalui situasi dan masalah yang disajikan di
menguasai konsep-konsep matematika awal pembelajaran. Pembelajaran berbasis
(Depdiknas, 2006). Konsep-konsep masalah ini dirancang untuk membantu siswa
matematika berawal dari aktifitas manusia mengembangkan kemampuan berpikir dan
yang selanjutnya disadari dan dikembangkan mengembangkan kemampuan memecahkan
menjadi suatu pengetahuan yang selanjutnya masalah, belajar berbagai peran orang dewasa
digunakan untuk membantu manusia melalui keterlibatan mereka dalam
menyelesaikan masalah. Karena itu belajar pengalaman-pengalaman nyata.
matematika hendaknya dipandang sebagai Dalam KTSP salah satu materi esensial
aktivitas manusia (human activity) di kelas VIII semester genap yaitu Bangun
(Freudenthal, 1973). Mengingat pentingnya Ruang Sisi Datar (BRSD) yang merupakan
penguasaan konsep matematika, seorang guru salah satu aspek geometri dan pengukuran.
harus merubah paradigma belajar yang BRSD merupakan materi yang banyak
berpusat pada guru kepada belajar berpusat melibatkan pengalaman-pengalaman nyata
pada siswa untuk meningkatkan kualitas siswa, misalnya pengalaman mereka berkemah
proses dan hasil belajar. Dengan kata lain, dengan tenda yang digunakan berbentuk
ketika mengajar di kelas, guru harus prisma, hasil sadapan karet yang berbentuk
menciptakan kondisi lingkungan belajar yang balok, permainan ular tangga yang
membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa menggunakan dadu berbentuk kubus, dan lain-
belajar, atau memberi kesempatan kepada lain. Sehingga pembelajaran berbasis masalah
siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi dapat diterapkan pada materi ini.
konsep-konsep yang dipelajari melalui Pada penelitian Siti Anisah Shofwani
pemberian masalah. Sehingga siswa yang di kelas II Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al
20
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 6. NO. 1 JULI 2012
21
Khotimah, Pengembangan Bahan Ajar Matematika
Karena pada bahan ajar tersebut terdapat Menurut Barrows dan Kelson (dalam
langkah-langkah kerja dan materi-materi yang Amir 2008:21), PBM adalah kurikulum dan
menggiring siswa untuk mengungkapkan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya,
kembali pengetahuan awal yang telah dirancang masalah-masalah yang menuntut
dimilikinya sehingga dapat membantu siswa mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang
dalam memecahkan masalah dan menemukan penting, membuat mereka mahir dalam
pengetahuan yang baru. memecahkan masalah, dan memiliki strategi
belajar sendiri serta memiliki kecakapan
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
berpartisipasi dalam tim. Proses
Pembelajaran berbasis masalah,
pembelajarannya menggunakan pendekatan
selanjutnya disingkat dengan PBM merupakan
yang sistematik untuk memecahkan masalah
terjemahan dari Problem Based Learning dan
atau menghadapi tantangan yang nanti
memiliki beberapa nama lain (Wicaksono,
diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-
2009) seperti Problem Based Instruction
hari.
(pembelajaran berdasarkan masalah), Project-
Berdasarkan uraian di atas dapat
based Teaching (belajar proyek), Experienced-
disimpulkan bahwa PBM merupakan suatu
based Education (pembelajaran berdasar
pembelajaran inovatif yang digunakan untuk
pengalaman), Authentic Learning (belajar
melatih kemampuan siswa memecahkan
autentik) dan Anchored Instruction (belajar
masalah melalui pengalaman-pengalaman
berdasar kehidupan nyata).
nyata.
PBM adalah pendekatan pengajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata Karakteristik PBM
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar Menurut Savoie dan Hughes (dalam
tentang berpikir kritis dan ketrampilan Santyasa 2008:3), PBM memiliki
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
pengetahuan dan konsep esensi dari mata (1) belajar dimulai dengan suatu masalah.
pelajaran (MPMBS Buku 5, 2002). (2) memastikan bahwa masalah yang
PBM merupakan pembelajaran yang diberikan berhubungan dengan dunia
menyajikan masalah, yang kemudian nyata siswa.
digunakan untuk merangsang berfikir tingkat (3) mengorganisasikan pelajaran diseputar
tinggi yang berorientasi pada masalah, dan masalah, bukan diseputar disiplin ilmu,
termasuk didalamnya belajar bagaimana (4) memberikan tanggung jawab yang
belajar (Ibrahim M & Nur M, 2002:14) besar kepada siswa dalam membentuk
22
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 6. NO. 1 JULI 2012
23
Khotimah, Pengembangan Bahan Ajar Matematika
yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai bahan ajar matematika mengacu pada
dengan kebutuhan belajar siswa, kedua, tidak pembelajaran berbasis masalah yang valid dan
lagi tergantung kepada buku teks yang praktis di kelas VIII Sekolah Menengah
terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga, bahan Pertama (SMP) Negeri 1 Rambang Kuang?;
ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan (2) Apakah bahan ajar matematika yang
dengan menggunakan berbagai referensi, mengacu pada pembelajaran berbasis masalah
keempat, dapat menambah khasanah memiliki efek potensial terhadap kemampuan
pengetahuan dan pengalaman guru dalam siswa memecahkan masalah?
menulis bahan ajar, kelima, bahan ajar akan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mampu membangun komunikasi pembelajaran : (1) menghasilkan bahan ajar matematika
yang efektif antara guru dengan siswa karena mengacu pada pembelajaran berbasis masalah
siswa akan merasa lebih percaya kepada yang valid dan praktis di kelas VIII SMP; (2)
gurunya. Mengetahui efek potensial dari bahan ajar
Pengembangan bahan ajar hendaklah matematika yang mengacu pada pembelajaran
memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran, berbasis masalah terhadap kemampuan siswa
diantaranya: memecahkan masalah.
(1) Mulai dari yang mudah untuk
METODELOGI PENELITIAN
memahami yang sulit, dari yang
Penelitian ini menggunakan metode
kongkret untuk memahami yang abstrak,
penelitian pengembangan atau development
(2) Pengulangan akan memperkuat
research tipe formative research
pemahaman
(Tessmer,1999 ; Zulkardi, 2006). Adapun
(3) Umpan balik positif akan memberikan
yang dikembangkan dalam penelitian ini
penguatan terhadap pemahaman siswa
adalah RPP dan buku siswa mengacu pada
(4) Motivasi belajar yang tinggi merupakan
pembelajaran berbasis masalah yang valid,
salah satu faktor penentu keberhasilan
praktis dan mempunyai efek potensial.
belajar
Penelitian dilakukan pada semester
(5) Mencapai tujuan ibarat naik tangga,
genap tahun akademik 2009/2010 di SMP
setahap demi setahap, akhirnya akan
Negeri 1 Rambang Kuang. Subjek penelitian
mencapai ketinggian tertentu.
adalah siswa kelas VIII dengan jumlah 25
(6) Mengetahui hasil yang telah dicapai
orang yang terlibat selama kegiatan proses
akan mendorong siswa untuk terus
pembelajaran matematika dengan
mencapai tujuan
menggunakan buku siswa.
Rumusan masalah dalam penelitian ini
Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
adalah : (1) Bagaimanakah pengembangan
25
Khotimah, Pengembangan Bahan Ajar Matematika
Prosedur pengembangan bahan ajar paralel diberikan juga pada seorang siswa dan
dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu seorang guru Matematika (one-to-one) untuk
: Self Evaluation, Prototyping (validasi, mengamati, mengkomentari serta
evaluasi dan revisi), Field Test (Uji lapangan). menyelesaikan masalah pada buku siswa.
Saran-saran digunakan untuk merevisi desain
Self Evaluation
bahan ajar. Dari hasil keduanya dijadikan
Tahap ini meliputi :
bahan revisi.
1. Analisis
2. Small Group
Tahap analisis ini merupakan langkah
Hasil revisi dari expert riview dan
awal penelitian pengembangan. Peneliti dalam
kesulitan yang dialami siswa saat uji coba one
hal ini menganalisis siswa, analisis kurikulum
to one pada prototipe pertama dijadikan dasar
dan analisis materi sesuai dengan KTSP SMP
untuk revisi bahan ajar dinamakan prototipe
Negeri 1 Rambang Kuang.
kedua. Kemudian hasilnya diujicobakan pada
2. Desain
small group.
Desain bahan ajar yang dibuat,
3. Field Test
meliputi (1) RPP disusun dengan
Saran-saran serta hasil uji coba pada
memperhatikan lima tahap-tahap
prototipe kedua dijadikan dasar untuk merevisi
pembelajaran. (2) Buku Siswa mengacu pada
instrumen prototipe kedua sehingga di peroleh
PBM untuk mengetahui pemahaman konsep
prototipe ketiga. Hasil revisi diujicobakan ke
siswa.
subjek penelitian dalam hal ini sebagai field
test. Pada tahap ini produk yang telah direvisi
Prototyping (validasi, evaluasi dan revisi)
tadi diujicobakan kepada siswa kelas VIII
1. Expert Review dan One-to-one
SMP Negeri 1 Rambang Kuang yang menjadi
Hasil desain pada prototipe pertama
subjek penelitian. Produk yang diujicobakan
yang dikembangkan atas dasar self evaluation
pada field test merupakan produk yang telah
diberikan pada pakar (expert review) untuk
memenuhi standar validitas, kepraktisan dan
menelaah content, konstruk dan bahasa. Secara
keefektifan.
Ketiga tahap tersebut tampak seperti pada gambar 1.
Low Resistance to Revision High Resistance to Revision
Expert
Reviews
One-to-one
26
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 6. NO. 1 JULI 2012
merevisi pada setiap langkah Hasil kerja kelompok siswa pada buku
Skor Kriteria
3 Tampak 3 deskriptor
2 Tampak 2 deskriptor
2. Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa 1 Tampak 1 deskriptor
Tidak ada deskriptor yang
Untuk mengetahui aktivitas selama proses 0
muncul
pembelajaran maka dilakukan pengamatan,
27
Khotimah, Pengembangan Bahan Ajar Matematika
Skor rata-rata kemampuan siswa membangun kategori baik dan dapat digunakan dengan
pengetahuan pada bahan ajar BRSD yang sedikit revisi.
mengacu pada PBM dinyatakan dalam persen Seiring dengan tahap expert review
dengan menggunakan rumus: dilakukan tahap one-to-one. Desain Buku
Jumlah deskriptor yang muncul Siswa diujicobakan pada seorang siswa dan
Skor rat2= x 100%
Jumlah seluruh deskriptor seorang guru Matematika. Secara terpisah
Hasil analisis pekerjaan siswa dapat mereka diminta untuk mengamati,
dikonversikan ke dalam data kualitatif untuk mengkomentari serta mengerjakan masalah
menentukan kategori kemampuan siswa dalam buku siswa dengan banyaknya
membangun pengetahuan sebagai berikut: pertemuan. Peneliti berinteraksi dan
berkomunikasi untuk melihat kesulitan-
Tabel 5. Kategori Kemampuan Siswa
Memecahkan Masalah kesulitan yang mungkin dialami selama proses
penyelesaian buku siswa. Hasil one-to-one dan
Skor Kategori
86 ± 100 Sangat baik expert review dijadikan dasar untuk merevisi
71 - 85 Baik prototipe II.
56 - 70 Cukup
40 - 55 Kurang baik Draf Bahan ajar pada prototipe II
0 -39 Buruk diujicobakan pada small group yang dilakukan
(Modifikasi dari Nasoetion, 2007)
pada siswa kelas IX berjumlah 5 orang.
Kegiatan pembelajaran yang diberikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak 4 kali pertemuan. Pada tahap small
¾ Deskripsi Hasil Pengembangan Bahan
group ini memberikan masukan kepada
ajar
peneliti untuk memperbaiki bahan ajar yang
Berdasarkan kerangka pikiran yang
dikembangkan. Hasil small group dijadikan
diuraikan sebelumnya, ada tiga tahapan besar
dasar merevisi prototipe II untuk mendapatkan
pada penelitian ini yaitu Self Evaluation,
prototipe III sebagai prototipe akhir (produk).
prototyping (Validasi, evaluasi dan revisi )
Selanjutnya tahap field Test (Uji
dan field test. Pada tahap Self Evaluation
lapangan), Bahan ajar pada prototipe ketiga
(analisis dan desain ), bahan ajar (Buku Siswa)
sebagai prototipe akhir diujicobakan pada
didesain sebagai prototipe I. Pada tahap
subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP
prototyping, bahan ajar divalidasi oleh para
Negeri 1 Rambang Kuang sebanyak 25 orang.
ahli. Validasi ahli dilakukan untuk melihat
validitas content, konstruk dan bahasa. Secara ¾ Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran
umum hasil dari validasi para ahli terhadap Penelitian ini diujicobakan di kelas
bahan ajar yang dikembangkan mempunyai sebanyak empat kali pertemuan. Pada awal
28
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 6. NO. 1 JULI 2012
Pertemuan
Aspek yang diamati Rata-rata
1 2 3 4
Orientasi 68 72 72 76 71
Organisasi 86 90 82 86 83,5
Penyelidikan 78 82 72 80 70,5
Pengembangan dan 80 86 76 74 75,5
Penyajian
Analisis dan Evaluasi 86 90 82 86 85
Selain itu hasil pekerjaan siswa pada buku data kemampuan siswa memecahkan masalah,
siswa didokumentasikan untuk memperoleh sehingga diperoleh data sebagai berikut.
Pertemuan Rata-rata
Hasil Kategori
1 2 3 4 Rata- per
No Indikator Deskriptor Konversi Kategori per
rata indikator
(%) indikator
(%)
1 Mengidentifikasi a 4 5 5 5 4,75 95 Sangat
Masalah baik
81,67 Baik
b 3 3 5 4 3,75 75 Baik
c 5 4 3 3 3,75 75 Baik
2 Menyelidiki a 5 5 5 5 5 100 Sangat
baik
83,33 Baik
b 5 4 4 4 4,25 85 Baik
c 4 3 3 3 3,25 65 Cukup
3 Menyajikan dan a 5 4 4 4 4,25 85 Baik
mengembangkan b 3 2 3 4 3 60 Cukup 65,00 Cukup
c 3 3 2 2 2,5 50 Kurang
4 Menyimpulkan a 1 5 4 4 3,5 70 Cukup
73,33 Cukup
b 3 3 4 5 3,75 75 Baik
29
Khotimah, Pengembangan Bahan Ajar Matematika
c 3 4 4 4 3,75 75 Baik
Pada setiap akhir pembelajaran siswa Setelah mereka dituntun bagaimana
diminta untuk menyimpulkan apa yang telah melakukan aktivitas pembelajaran ini dengan
mereka pelajari pada setiap pertemuan. menggunakan bahan ajar yang diberikan guru,
lama-kelamaan mereka dapat memahaminya.
Hasil prototype bahan ajar matematika Interaksi dalam kelompok mulai berjalan,
mengacu pada PBM masing-masing kelompok mengerjakan dan
Setelah melalui proses pengembangan mendiskusikan masalah yang ada secara
mulai dari proses validasi sampai revisi bersama-sama. Setelah diskusi kelompok
diperoleh bahan ajar mengacu pada selesai, guru mempersilahkan masing-masing
pembelajaran berbasis masalah yang kelompok untuk mempresentasikan hasil
dikategorikan valid dan praktis. Pada awal diskusi kelompok mereka kepada kelompok
proses pembelajaran ini, peneliti memberikan yang lain didepan kelas dan kelompok lain
penjelasan tentang pembelajaran berbasis dapat memberi tanggapan atau koreksi. Pada
masalah menggunakan tahapan yaitu orientasi, pertemuan berikutnya, siswa pada umumnya
organisasi, penyelidikan, pengembangan dan sudah memperlihatkan keaktifannya, walaupun
penyajian, serta tahap analisis dan evaluasi. masih ada kelompok yang masih memerlukan
Hal ini agar siswa melakukan langkah kegiatan penjelasan dari guru untuk menjelaskan
dengan tepat dalam memahami bahan ajar dan kembali aktivitas dari pembelajaran ini.
membantu siswa meningkatkan Dari data aktivitas siswa selama
pemahamannya terhadap materi yang akan pembelajaran (tabel 6) nampak bahwa pada
dipelajari. tahap orientasi siswa dikategorikan aktif,
Pada pertemuan pertama pembelajaran walaupun pada pertemuan pertama siswa
dengan menggunakan bahan ajar mengacu belum begitu aktif. Begitu juga pada saat
pada PBM ini aktivitas siswa belum begitu penyelidikan, serta pengembangan dan
aktif (lihat tabel 6), hal ini kemungkinan penyajian siswa dikategorikan aktif, mungkin
karena siswa belum terbiasa dengan karena siswa belum terbiasa dengan
pembelajaran ini, walaupun sebelumnya guru pembelajaran berbasis masalah. Sedangkan
telah menjelaskan dan memberikan contoh pada tahap organisasi, dan analisis dan
kepada siswa aktivitas dari pembelajaran evaluasi siswa dikategorikan sangat aktif.
tersebut. Seperti tampak pada grafik di bawah ini:
30
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 6. NO. 1 JULI 2012
100
80 Pertemuan ke-1
Persentase
60 Pertemuan ke-2
40 Pertemuan ke-3
20 Pertemuan ke-4
0
1 2 3 4 5
Kelompok
Efek potensial bahan ajar tehadap berdiskusi dengan anggota kelompok masing-
kemampuan siswa masing untuk mengukur kemampuan siswa
Prototype ketiga yaitu bahan ajar yang memecahkan masalah. Dengan menggunakan
sudah dikategorikan valid dan praktis, empat indikator yaitu mengidentifikasi
diujicobakan kepada subjek penelitian yaitu masalah, menyelidiki, mengembangkan dan
siswa kelas VIII SMPN 1 Rambang Kuang menyajikan, serta menyimpulkan.
sebanyak empat kali pertemuan. Dalam setiap Berdasarkan tabel 7 persentase tingkat
pertemuan siswa diminta menyelesaikan kemampuan siswa memecahkan masalah dapat
masalah yang ada pada bahan ajar dengan cara dilihat pada grafik berikut.
90
80
70
Persentase
60
50
Series1
40
30
20
10
0
1 2 3 4
Indikator
31
Khotimah, Pengembangan Bahan Ajar Matematika
Pada tabel dapat dilihat bahwa untuk bahasa yang berlaku yaitu ejaan yang
indikator mengidentifikasi masalah, disempurnakan). Praktis tergambar dari
kemampuan siswa adalah 81,67% dengan hasil uji coba lapangan dimana semua
kategori baik. Kemampuan siswa menyelidiki siswa dapat menggunakan bahan ajar
dan menemukan juga termasuk dalam kategori dengan baik.
baik yaitu 83,33%. Namun pada indikator 2. Berdasarkan proses pengembangan
mengembangkan dan menyajikan kemampuan diperoleh bahwa prototype bahan ajar yang
siswa hanya 65% dan termasuk dalam kategori dikembangkan efektif meningkatkan
cukup. Nampak bahwa siswa masih takut aktivitas belajar siswa, terlihat dari hasil
salah dalam mengungkapkan pendapat atu ide- analisis observasi aktivitas siswa selama
ide, sehingga siswa tidak berani mencoba. mengikuti pembelajaran dengan
Sedangkan ketika menyimpulkan, kemampuan menggunakan pembelajaran berbasis
siswa termasuk kategori baik yaitu 73,33%. masalah.
Dari data tersebut diperoleh rata-rata 3. Berdasarkan proses pengembangan
kemampuan siswa memecahkan masalah diperoleh juga bahwa prototype bahan ajar
adalah 75,83% dengan kategori baik. yang dikembangkan telah memilki
potensial efek terhadap kemampuan
SIMPULAN DAN SARAN
pemahaman konsep siswa, dimana nilai
¾ Simpulan
rata-rata kemampuan siswa adalah 75,83%
Penelitian ini telah menghasilkan suatu
dengan kategori baik.
produk bahan ajar mengacu pada pembelajaran
berbasis masalah pokok bahasan prisma dan ¾ Saran
limas yang meliputi rencana pelaksanaan Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan
pembelajaran, dan buku siswa. Berdasarkan di atas, maka peneliti dapat menyarankan hal-
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: hal sebagai berikut :
1. Bahan ajar yang dikembangkan dalam 1. Bagi guru matematika dapat menggunakan
penelitian ini dikategorikan valid dan bahan ajar yang dihasilkan dalam
praktis. Valid tergambar dari hasil penelitian ini sebagai alternatif dalam
penilaian validator dimana semua validator memperkaya variasi pembelajaran dan
menyatakan baik berdasarkan content dalam upaya peningkatan kualitas
(sesuai kurikulum untuk pokok bahasan pembelajaran matematika di sekolah
prisma dan limas), konstruk (sesuai 2. Bagi peneliti lain, diharapkan supaya dapat
karakteristik/prinsip pembelajaran berbasis mendesain materi ajar yang lebih baik lagi
masalah) dan bahasa (sesuai dengan kaidah
32
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 6. NO. 1 JULI 2012
33
Khotimah, Pengembangan Bahan Ajar Matematika
34