Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM

SOLVING BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Rindang Wijayanto 1), Rusgianto Heri Santoso 2)


1)
Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Colombo No. 1, Karangmalang,
Yogyakarta. Email: rindangw123@gmail.com
2)
Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Colombo No. 1, Karangmalang,
Yogyakarta. Email: santosa_sh@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar matematika materi peluang Sekolah
Menengah Pertama kelas VIII dengan pendekatan problem solving yang berorientasi pada kemampuan
pemecahan masalah berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan dengan model
pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Subjek
dalam penelitian ini adalah kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman dengan 32 siswa . Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar penilaian bahan ajar untuk mengukur
kevalidan, angket respon siswa, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk
mengukur kepraktisan, serta tes kemampuan pemecahan masalah untuk mengukur keefektifan
bahan ajar yang dikembangkan. Bahan ajar dikatakan efektif jika lebih dari 75% siswa mencapai nilai
kemampuan peecahan masalah minimal. Penelitian ini menghasilkan bahan ajar yang memenuhi kriteria
valid, praktis dan efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah.

Kata kunci: bahan ajar, problem solving, kemampuan pemecahan masalah

DEVELOPING MATHEMATICS INSTRUCTIONAL MATERIALS BASED ON PROBLEM


SOLVING WITH PROBLEM SOLVING ABILITY ORIENTED

Abstract
This research aims to produce mathematics instructional materials on opportunities material
junior high school grade VIII based on problem solving with p roblem solving ability oriented in the
aspect of validity, practicality, and effectiveness with problem solving ability oriented. Type of this
research was developing with ADDIE model (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation). The subbject of this research is the eight grade students of SMP Negeri 2 Sleman, 32
students. The instruments used in this research were validation sheets for measuring the validity for the
instructional materials, student’s questionnaire, and observation sheet of learning implementation for
measuring the practicality, and problem solving ability test for measuring the effectiveness of the
instructional materials. Instructional materials it said effectiveness if more than 75% students reach
minimum problem solving ability score. This research produce instructional materials which meet in
the criteria of validity, practicality, and effectiveness with problem solving ability oriented.

Keywords: instructional materials, problem solving, problem solving ability


Rindang Wijayanto, Rusgianto Heri Santoso

PENDAHULUAN sedangkan untuk diskusi persentase rata-rata


Menurut Yamin (2007, p.1) pendidikan sekitar 20%, untuk investigasi dan partisipasi
merupakan kebutuhan manusia dan selalu siswa persentase rata-rata sekitar 10% dan yang
mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan dominan adalah ekspositori dengan persentase
budaya masyarakat. Pendidikan dari masa ke rata-rata sekitar 55%. Lalu berdasarkan data
masa mengalami kemajuan yang sangat pesat, penelitian dari World Bank (2010, p.2) Guru
demikian juga sarana dan prasarana pendidikan Matematika di Indonesia mengucapkan sebanyak
yang semakin canggih. Oleh sebab itu, perubahan 25 kata untuk setiap satu kata yang diucapkan
yang terjadi di tengah masyarakat diakibatkan siswa. Yang berarti pembelajaran di Indonesia
oleh majunya dunia pendidikan, pendidikan tidak banyak menggunakan metode ceramah dan
hanya merambah dunia nyata akan tetapi sudah terpusat pada guru, sehingga pembelajaran di
merambah dunia maya. Semakin berkembangnya dalam kelas masih didominasi oleh guru. Oleh
pendidikan, masalah yang dihadapi guru semakin sebab itu, siswa belum berperan aktif dalam
bertambah. Menurut Nurdin (2016, p.101-102) pembelajaran matematika.
masalah penting yang sering dihadapi guru dalam Pendekatan problem solving yang
kegiatan pembelajaran adalah ketika memilih diterapkan pada suatu pembelajaran dapat
atau menentukan materi pembelajaran atau bahan memberikan manfaat kepada siswa, seperti siswa
ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa dapat mengetahui pengamatan tentang sesuatu
mencapai kompetensi yang diharapkan. Hal ini gambaran yang nyata, yang betul-betul terjadi di
disebabkan oleh kurikulum atau silabus, materi dalam hidupnya, sehingga mereka dapat
bahan ajar yang hanya dituliskan secara garis mempelajari dengan penuh perhatian dan lebih
besar dalam bentuk "materi pokok". Masalah lain terperinci persoalannya. Penggunaan teknik
yang muncul adalah buku sumber yang penyajian ini membantu siswa pula dalam
digunakan guru sering terjadi pergantian setiap mengembangkan daya intelektual dan
semester atau ganti tahun ganti buku. ketrampilan berkomunikasi secara lisan maupun
Dalam sebuah pembelajaran, guru sering secara tulisan. Selain itu, dapat memperlihatkan
menggunakan bahan ajar untuk membantu siswa kepada siswa tentang banyak macam situasi
mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam masalah atau persoalan hidup yang dihadapi
hal ini yang menentukan efektifitas pembelajaran dalam kehidupan ini, lebih-lebih di dalam bidang
adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pendidikan dan pengajaran. (Roestiyah, 2012,
dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Berdasarkan p.94)
hasil observasi yang dilakukan peneliti di Sekolah Kemampuan memecahkan masalah
Menengah Pertama N 1 Ngaglik, guru merupakan prasyarat bagi manusia untuk
menggunakan atau membuat LKS dengan materi melangsungkan kehidupannya. Banyak situasi
yang berasal dari buku paket. Hal ini yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari
menyebabkan sebagian besar siswa tidak terlalu sebenarnya merupakan penerapan dalam
aktif ketika guru menggunakan LKS yang telah memecahkan masalah. Dalam pengajaran
mereka buat. Pembelajaran di kelas menjadi tidak matematika, pemecahan masalah berarti
efektif karena kurangnya keterlibatan atau serangkaian operasi mental yang dilakukan
aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar. seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Guru juga menyarankan peneliti supaya dapat Pemecahan masalah matematika menyangkut,
membuat LKS yang dapat melibatkan siswa baik pemecahan masalah matematika di sekolah
secara aktif dalam sebuah pembelajaran. maupun di luar sekolah. Dalam dunia pendidikan,
Pada tahun 2000, National Council of pemecahan masalah dihubungkan dengan jenis-
Teacher of Mathematics (NCTM) menerbitkan jenis tugas yang diberikan kepada anak.
naskah publikasi yang menetapkan lima standar Selanjutnya, karakteristik peranan pemecahan
proses kemampuan matematis dan harus dimiliki masalah dalam kurikulum matematika di sekolah
siswa, yaitu problem solving (penyelesaian terdiri dari tiga tema yaitu pemecahan masalah
masalah), reasoning and proof (penalaran dan sebagai membuat keputusan, pemecahan masalah
pembuktian), communication (komunikasi), sebagai motivasi, dan pemecahan masalah
connection (koneksi), dan representation sebagai seni. (Runtukahu dan Kandou, 2014,
(representasi). Menurut World Bank (2010, p.64) p.192)
pada menit ke-0 sampai menit ke-100 penerapan Peluang merupakan satu materi
problem solving di Indonesia masih rendah pembelajaran matematika di Sekolah Menengah
dengan persentase rata-rata sekitar 35% Pertama. Materi peluang sangat erat
Rindang Wijayanto, Rusgianto Heri Santoso

hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. animation, and video). Berdasarkan uraian diatas
Pengembangan bahan ajar matematika pada dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah
materi peluang harus disesuaikan dengan segala bentuk bahan yang digunakan guru saat
pendekatan dalam pembelajaran. Salah satunya kegiatan pembelajaran agar terjadi situasi dan
pendekatan problem solving. Berdasarkan hal kondisi yang optimal sehingga tujuan
tersebut peneliti ingin mengembangkan bahan pembelajaran dapat tercapi. Pada penelitian ini,
ajar matematika pada materi peluang dengan bahan ajar yang akan dikembangkan adalah
pendekatan problem solving yang berorientasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
pada kemampuan pemecahan masalah untuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Rencana
siswa Sekolah Menengah Pertama kelas VIII Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
dengan kriteria valid, praktis, dan efektif. kegiatan pembelajaran yang dibuat oleh guru
Berdasarkan hal tersebut dirumuskan untuk mencapai satu kompetensi dasar dalam satu
permasalahan yang akan diteliti, apakah hasil pertemuan atau lebih, sehingga tujuan
pengembangan sudah memenuhi sebagai bahan pembelajaran dapat tercapai dan Lembar Kerja
ajar yang baik dengan kriteria valid, praktis, dan Siswa (LKS) adalah alat bantu pengajaran yang
efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan digunakan guru untuk menciptakan situasi dan
masalah? Penelitian ini bertujuan untuk kondisi pembelajaran yang optimal dan efektif
menghasilkan bahan ajar matematika pada materi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
peluang dengan pendekatan problem solving
Pendekatan Problem Solving
yang berorientasi pada kemampuan pemecahan
masalah untuk siswa Sekolah Menengah Pertama Menurut Martyani (2016, p.2)
kelas VIII dengan kriteria valid, praktis, dan pendekatan problem solving merupakan
efektif. pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa dan menitikberatkan pada pemberian
Bahan Ajar masalah oleh guru kepada siswa. Masalah yang
Menurut Nurdin (2016, p.102) bahan ajar dimaksud adalah soal yang menuntut untuk
atau materi pembelajaran secara garis besar diselesaikan tetapi siswa belum mengetahui
terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap secara jelas prosedur pemecahan atas soal
yang harus dipelajari siswa dalam rangka tersebut. Jacobsen, Eggen, & Kauchak (Martyani,
mencapai standar kompetensi yang telah 2016, p.2) juga berpendapat bahwa pendekatan
ditentukan. Sedangkan menurut Musfiqi dan problem solving merupakan suatu pendekatan
Jailani (2014, p.48) bahan ajar (instructional yang menuntut guru untuk membantu siswa
material) merupakan salah satu aspek penting dan belajar memecahkan masalah melalui
ruang potensial untuk berinovasi dalam upaya pengalaman-pengalaman pembelajaran. Lalu
menyelesaikan berbagai permasalah yang terjadi. menurut Jumardi, Hustim dan Nurlina (2016,
Bahan ajar mencakup empat unsur, yaitu (1) p.217) pendekatan problem solving adalah suatu
adanya konten/materi pelajaran; (2) adanya cara atau proses belajar yang lebih terfokus pada
media yang digunakan; (3) disusun untuk keterampilan siswa memecahkan masalah. Dalam
membantu siswa belajar dan mencapai tujuan menerapkan pendekatan problem solving guru
pembelajaran; dan (4) adanya petunjuk memberikan uraian yang jelas dan langkah-
penggunaan. Lalu menurut Majid (2006, p.173) langkah dalam pemecahan masalah. Lalu
bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang menurut Yusuf (2013, p.72) pendekatan
digunakan guru saat kegiatan belajar mengajar pembelajaran problem solving adalah
dalam rangka membantu siswa mencapai pembelajaran secara umum yang siswa belajar
kompetensi yang diharapkan. Bahan ajar matematika melalui konteks, masalah, situasi,
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu: dan model riil. Dalam menyelesaikan
(a) bahan ajar cetak (printed) seperti handout, permasalahan matematika siswa melalui tahapan-
buku, modul, lembar kerja siswa (LKS), brosur, tahapan penyelesaian yang telah ditentukan, yaitu
foto/gambar; (b) bahan ajar dengar (audio) seperti memahami masalah, merancang penyelesaian,
kaset/piringan hitam, radio, compact disk; (c) membuat model, melakukan perhitungan
bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti berdasarkan rancangan penyelesaian, kemudian
video/film, orang/narasumber; dan (d) bahan ajar menyimpulkan.
interaktif (interactive teaching material) yaitu Menurut Bey dan Asriani (2013, p.226)
multimedia yang merupakan kombinasi dari dua mengatakan bahwa pendekatan pemecahan
atau lebih media (audio, text, graphics, images, masalah adalah suatu pedoman mengajar yang
Rindang Wijayanto, Rusgianto Heri Santoso

sifatnya teoritis atau konseptual untuk melatihkan paling cerdas yang dimiliki manusia. Hal ini
siswa memecahkan masalah-masalah matematika mengingat ketika memecahkan masalah, seorang
dengan menggunakan berbagai strategi dan individu tidak hanya perlu berfikir, tapi ia perlu
langkah pemecahan masalah yang ada. Polya berfikir kritis untuk dapat melihat suatu masalah
(Yuwono, 2016, p.149) menjelaskan langkah- dan berfikir kreatif untuk dapat menyelesaikan
langkah pemecahan masalah adalah sebagai masalah tersebut. Sejalan dengan pendapat
berikut. (1) memahami masalah (understand the Khomsiatun dan Retnawati (2015, p.96)
problem), pada tahap ini masalah harus dipahami pemecahan masalah terjadi ketika seseorang
dengan benar oleh siswa, dengan cara dibaca berpikir matematika dan melakukan penalaran
berulang-ulang, dan menuliskan apa yang untuk menutup kesenjangan antara kenyataan
diketahui serta apa yang ditanyakan dalam soal yang terjadi dan apa yang diharapkan. Jadi, dalam
yang mereka baca; (2) membuat rencana menyelsaikan masalah dibutuhkan kreativitas
pemecahan masalah (make a plan), mencari untuk berpikir secara ilmiah dan menggunakan
hubungan antara informasi yang diberikan penalaran yang logis. Siswa dikatakan memiliki
dengan yang tidak diketahui dengan memisalkan kemampuan pemecahan masalah jika siswa dapat
sebuah variabel, sehingga variabel tersebut dapat menuliskan informasi dalam masalah tersebut,
dihitung; (3) melaksanakan rencana (carry out merencanakan cara untuk menyelesaikan
our plan), dalam melaksanakan rencana yang masalah, melaksanakan rencana yang telah
tertuang pada langkah kedua, maka harus direncanakan dengan menggunakan informasi
diperiksa tiap langkah dalam rencana dan yang didapatkan, serta melakukan pengecekan
menuliskannya secara detail untuk memastikan kembali terhadap semua yang telah dikerjakan.
bahwa tiap langkah sudah benar; dan (4) Berdasarkan uraian diatas dapat
memeriksa kembali jawaban (look back at the disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
completed solution), pada langkah ini, setiap masalah adalah ketrampilan siswa dalam
jawaban ditinjau kembali, apakah sudah diyakini memahami, merencanakan strategi,
kebenarannya. melaksanakan rencana untuk menyelesaikan
Berdasarkan uraian diatas dapat suatu masalah.
disimpulkan bahwa pendekatan problem solving Berdasarkan paparan sebelumnya, dapat
adalah sebuah pendekatan yang melatih siswa disimpulkan bahwa bahan ajar dengan
berpikir kreatif dengan menyelesaikan masalah- pendekatan Problem Solving pada materi peluang
masalah matematika melalui tahapan-tahapan meliputi RPP dan LKS yang memfasilitasi siswa
yang telah ditentukan. mengkonstruksi pengetahuannya dengan cara
menyelesaikan masalah-masalah matematika.
Kemampuan Pemecahan Masalah
Penyusunan RPP dan LKS berdasarkan pada
Menurut Indrawati, Wahyudi dan Ratu kriteria produk pengembangan bahan ajar yang
(2014, p.20) kemampuan pemecahan masalah berkualitas baik dengan kriteria valid, praktis, dan
merupakan suatu usaha untuk menemukan jalan efektif serta disesuaiankan dengan syarat
keluar dari suatu kesulitan dan mencapai tujuan didaktis, syarat konstruksi, dan syarat teknis.
yang tidak dapat dicapai dengan segera. Lalu
menurut BSNP (2006, p.59) kemampuan METODE
pemecahan masalah merupakan kompetensi Jenis penelitian yang digunakan adalah
strategik yang diperlukan siswa dalam penelitian pengembangan atau Research and
memahami, memilih pendekatan dan strategi Development (R&D). Menurut Sugiyono (2015,
pemecahan, serta menyelesaikan model untuk p.30), metode penelitian dan pengembangan
menyelesaikan masalah. Lebih lanjut menurut diartikan sebagai cara ilmiah untuk meneliti,
Sumartini (2016, p.150) pemecahan masalah merancang, memproduksi dan menguji validitas
merupakan suatu proses untuk mengatasi produk yang telah dihasilkan. Model penelitian
masalah-masalah yang dihadapi siswa sehingga pengembangan yang diterapkan dalam penelitian
tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Dalam ini adalah model pengembangan ADDIE
matematika, kemampuan pemecahan masalah (Analysis, Design, Development, Implementation,
harus dimiliki oleh siswa untuk menyelesaikan Evaluation) yang dikembangkan oleh Menurut
soal-soal berbasis masalah. Sedangkan menurut Dick & Carry (Mulyatiningsih, 2011, p.184-185).
Patnani (2013, p.133) pemecahan masalah Menurut Endang Mulyatiningsih (2011, p.184)
merupakan keterampilan kognitif yang bersifat pengembangan bahan ajar dilaksanakan melalui 5
kompleks, dan mungkin merupakan kemampuan tahap.
Rindang Wijayanto, Rusgianto Heri Santoso

Pada tahap pertama, yaitu analisis, Instrumen yang digunakan dalam


dilakukan kegiatan menganalisis terkait dengan penelitian ini adalah (1) instrumen untuk
permasalahan yang ada dalam pembelajaran mengukur kevalidan berupa lembar penilaian
matematika SMP dan kondisi lingkungan LKS dan lembar penilaian RPP; (2) instrumen
berdasarkan kurikulum yang berlaku. Selanjutnya untuk mengukur kepraktisan berupa angket
pada tahap desai peneliti merancang suatu bahan respon siswa dan lembar observasi
ajar yang disesuaikan dengan pendekatan keterlaksanaan pembelajaran; (3) instrumen
problem solving yang berorientasi pada untuk mengukur keefektifan yaitu data hasil tes
kemampuan pemecahan masalah. Rancangan ini kemampuan pemecahan masalah.
berupa kerangka keseluruhan isi bahan ajar yang Data kuantitatif berskala 5 dikonversikan
urutannya disesuaikan. Selain itu, pada tahap ini menjadi data kualitatif menggunakan acuan tabel
juga dibuat rancangan instrumen penelitian yang berikut. (Widoyoko, 2009, p.238)
digunakan untuk mengukur kualitas produk yang Tabel 1. Konversi Skor Penilaian Skala 5
dihasilkan. Hasil rancangan masih bersifat
konseptual dan mendasari tahap pengembangan. Rentang Skor Kategori
Pada tahap pengembangan, rancangan 𝑿 > 𝟒, 𝟐 Sangat Valid
yang bersifat konseptual yang dihasilkan pada 𝟑, 𝟒 < 𝑿 Valid
tahap perancangan direalisasikan menjadi produk ≤ 𝟒, 𝟐
yang siap diimplementasikan di dalam kelas 𝟐, 𝟔 < 𝑿 CukupValid
(Endang Mulyatiningsih, 2011, p.185). Dalam ≤ 𝟑, 𝟒
tahap ini dilakukan pengembangan bahan ajar 𝟏, 𝟖 < 𝑿 Kurang Valid
pada materi peluang dengan pendekatan problem ≤ 𝟐, 𝟔
solving yang berorientasi pada kemampuan 𝑿 > 𝟏, 𝟖 Sangat Kurang Valid
pemecahan masalah. Selain itu, pada tahap ini Bahan ajar yang dihasilkan dikatakan
dibuat instrumen penelitian yang digunakan valid apabila skor rata-rata penilaian kevalidan
untuk mengukur produk pada kualifikasi valid, bahan ajar masing-masing memenuhi kriteria
praktis, dan efektif. Instrumen penelitian yang minimal valid. Sedangkan data kuantitatif
dibuat adalah lembar penilaian bahan ajar, angket berskala 4 dikonversikan menjadi data kualitatif
respon siswa, lembar observasi keterlaksanaan menggunakan acuan tabel berikut. (Widoyoko,
pembelajaran, dan tes kemampuan pemecahan 2009, p.238)
masalah. Bahan ajar yang dikembangkan Tabel 2. Konversi Skor Penilaian Skala 4
selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen Rentang Skor Kategori
pembimbing. Kemudian, hasil konsultasi 𝑿 > 𝟑, 𝟒 Sangat Praktis
dijadikan acuan untuk perbaikan/revisi bahan 𝟐, 𝟖 < 𝑿 ≤ 𝟑, 𝟒 Praktis
ajar. Setelah itu, dilakukan validasi bahan ajar 𝟐, 𝟐 < 𝑿 ≤ 𝟐, 𝟖 Cukup Praktis
oleh dosen ahli. Validasi bertujuan untuk 𝟏, 𝟔 < 𝑿 ≤ 𝟐, 𝟐 Kurang Praktis
mengetahui kelayakan bahan ajar yang dihasilkan 𝑿 > 𝟏, 𝟔 Sangat Kurang Praktis
sebelum digunakan di dalam pembelajaran. Hasil Hasil persentase keterlaksanaan
validasinya adalah data untuk mengukur pembelajaran dikonversikan menjadi nilai
kevalidan bahan ajar, serta saran atau masukan kualitatif berdasarkan kriteria penilaian sakala 5
dari validator. Bahan ajar yang sudah divalidasi yang diadaptasi dari Sudjana (2005, p.118)
kemudian direvisi sesuai saran atau masukan dari seperti pada tabel berikut.
validator. Selanjutnya pada tahap implementasi, Tabel 3. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan
produk yang dihasilkan pada tahap Pembelajaran
pengembangan kemudian diimplementasikan di Presentase keterlaksanaan Kategori
dalam kelas. Pada tahap terakhir, yaitu evaluasi, 𝒑 ≥ 𝟗𝟎% Sangat Baik
dilakukukan evaluasi terkait pengembangan 𝟖𝟎% ≤ 𝒑 < 𝟗𝟎% Baik
bahan ajar. Peneliti melakukan revisi terhadap 𝟕𝟎% ≤ 𝒑 < 𝟖𝟎% Cukup
produk sesuai dengan hasil evaluasi. 𝟔𝟎% ≤ 𝒑 < 𝟕𝟎% Kurang
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 𝒑 ≤ 𝟔𝟎% Sangat Kurang
07 Mei 2018 sampai dengan 19 Mei 2018. Bahan ajar yang dihasilkan dikatakan
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII praktis apabila hasil angket respon siswa
SMP N 2 Sleman. Kemudian dipilih sampel
memenuhi kriteria minimal praktis, serta
secara acak yaitu siswa kelas VIII C SMP N 2
Sleman sejumlah 32 siswa.
Rindang Wijayanto, Rusgianto Heri Santoso

persentase rata-rata observasi keterlaksanaan Berdasarkan rumusan KI, KD, dan


pembelajaran memenuhi kriteria minimal baik. indikator, disusun 1 RPP untuk 2 pertemuan
Keefektifan bahan ajar dilihat dengan dengan total 5 jam pelajaran (5×40 menit) dengan
mengacu pada tabel berikut. (Widoyoko, 2009, rincian pertemuan 1 sebanyak 2 JP, pertemuan 2
p.238) sebanyak 3 JP. RPP dikembangkan menurut
Tabel 4. Kriteria Ketuntasan Hasil Tes prinsip pengembangan dan komponen RPP
Kemampuan Pemecahan Masalah disusun berdasarkan Permendikbud Nomor 22
Presentase ketuntasan Kategori Tahun 2016. Alokasi waktu pada setiap bagian
𝒙 ≥ 𝟖𝟎% Sangat Baik dirancang sesuai model format RPP yang sesuai
𝟔𝟎% ≤ 𝒙 < 𝟖𝟎% Baik dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.
𝟒𝟎% ≤ 𝒙 < 𝟔𝟎% Cukup Langkah pembelajaran yang digunakan
𝟐𝟎% ≤ 𝒙 < 𝟒𝟎% Kurang dalam RPP sesuai pendapa Polya (Yuwono,
𝒙 ≤ 𝟐𝟎% Sangat Kurang 2016, p.149) yaitu: (1) memahami masalah
Bahan ajar yang dihasilkan dikatakan (understand the problem); (2) membuat rencana
efektif apabila ketuntasan tes kemampuan pemecahan masalah (make a plan); (3)
pemecahan masalah memenuhi kriteria minimal melaksanakan rencana (carry out our plan); dan
baik. Setelah itu dilakukan uji proporsi, bahan (4) memeriksa kembali jawaban (look back at the
ajar dikatakan efektif jika lebih dari 75% siswa completed solution).
mencapai nilai kemampuan peecahan masalah LKS terdiri atas KD, indikator, tujuan
minimal. pembelajaran, dan petunjuk pengerjaan LKS.
Setelah itu bahan ajar yang berupa RPP dan LKS
HASIL DAN PEMBAHASAN yang telah dikembangkan serta instrumen-
Hasil instrumen yang telah dibuat dikonsultasikan
Analisis (Analysis) kepada dosen pembimbing untuk memperoleh
Kompetensi yang digunakan dalam masukan. Bahan ajar tersebut diperbaiki sesuai
pembelajaran matematika di SMP N 2 Sleman dengan masukan dan saran dosen pembimbing.
kelas VIII mengacu pada Kurikulum 2013. Hasil Lalu bahan ajar dinilai oleh validator, bahan ajar
anasilis kompetensi berupa KI, KD, IPK, dan divalidasi oleh dosen ahli yaitu Ibu Endang
materi pembelajaran. Hasil dari analisis materi Listyani, M.S. dan guru matematika di SMP N 2
Peluang yang meliputi sub materi peluang Sleman yaitu Retna Cahyaningsih, S.Pd. Setelah
empirik dan peluang teoritik. validasi, dilakukan revisi yang memperhatikan
Berdasarkan hasil observasi saran dan masukan dari validator.
pembelajaran matematika yang dilakukan pada Implementasi (Implementation)
27 Maret dan 7 Mei 2018 oleh peneliti, siswa aktif Implementasi dalam penelitian ini
ketika pembelajaran matematika di kelas. Hal merupakan proses uji coba bahan ajar dalam
tersebut ditunjukkan dengan beberapa siswa aktif pembelajaran matematika di kelas. Bahan ajar
dalam diskusi kelas, siswa aktif mengerjakan soal dan instrumen yang telah direvisi berdasarkan
yang diberikan oleh guru, serta jika ada yang masukan dari validator dan dinyatakan layak
belum paham tentang materi yang diajarkan siswa maka dapat mulai diujicobakan di sekolah yang
tidak malu untuk bertanya kepada guru. Namun menjadi objek penelitian. Penerapan bahan ajar di
ketika guru mengawali pembelajaran dengan dalam kelas dilakukan untuk mengetahui
suatu masalah, beberapa siswa masih belum keefektifan dan kepraktisan dari bahan ajar. Uji
paham dengan masalah yang diberikan oleh guru. coba dilaksanakan mulai tanggal 9 Mei 2018
Sehingga guru menyarankan peneliti supaya sampai dengan 21 Mei 2018. Penelitian dilakukan
dapat membuat LKS yang dapat membantu siswa di SMP Negeri 2 Sleman kelas VIII C yang
memahami materi yang diajarkan guru serta berjumlah 32 siswa.
melibatkan siswa secara aktif dalam Evaluasi (Evaluation)
pembelajaran matematika di kelas. Berdasarkan Tahap evaluasi merupakan tahap terakhir
hal tersebut, peneliti mengembangkan bahan ajar yang dilakukan setelah implementasi bahan ajar.
yang terdiri dari RPP dan LKS dengan Tahap evaluasi dilakukan dalam rangka
pendekatan problem solving yang mampu memperbaiki bahan ajar sesuai dengan saran yang
memfasilitasi siswa dalam mengembangkan diberikan. Masukan dan saran berasal
kemampuan pemecahan masalah. daripengguna bahan ajar yaitu guru dan siswa.
Perancangan (Design) Perbaikan yang dilakukan yaitu penulisan salah
ketik. Selain dilakukan perbaikan, dilakukan pula
Rindang Wijayanto, Rusgianto Heri Santoso

analisis terhadap kualitas bahan ajar yang Kesimpulan 4.2 Valid


meliputi aspek kevalidan, kepraktisan, dan Berdasarkan Tebel 5 dan 6, karena hasil
keefektifan. Berikut merupakan hasil analisis analisis penilaian RPP memenuhi kriteria sangat
kualitas bahan ajar yang dikembangkan. valid dan hasil analisis penilaian LKS memenuhi
Analisis Kevalidan Bahan Ajar kriteria valid, maka bahan ajar dikatakan valid.
Analisis kevalidan dilakukan untuk Analisis Kepraktisan Bahan Ajar
mengetahui kevalidan bahan ajar yang Penilaian kepraktisan bahan ajar
dikembangkan dari penilaian validator. Hasil didasarkan pada angket respon siswa dan lembar
analisis ini berasal dari dosen ahli dan guru observasi keterlaksanaan pembelajaran. Hasil
matematika. Hasil penilaian bahan ajar oleh analisis kepraktisan bahan ajar yang
validator memiliki skor maksimal 5 dan disajikan dikembangkan berdasarkan angket respon siswa
dalam tabel berikut. memiliki skor maksimal 4 dan lembar observasi
Tabel 5. Hasil Analisis Penilaian RPP keterlaksanaan memiliki persentase maksimal
Skor 100% dan disajikan dalam tabel berikut.
Aspek Penilaian Rata- Kategori Skor Rata-
Rata Aspek Penilaian Kategori
Rata
Identitas RPP Sangat
5 Keterbantuan 3.2 Praktis
Valid
Indikator dan Materi/Isi LKS 3.2 Praktis
Sangat Kemudahan 3.2 Praktis
Tujuan 4.8
Valid
Pembelajaran Kemenarikan 3.3 Praktis
Materi Pokok 4 Valid Kesimpulan 3.21 Praktis
Alokasi Waktu 4 Valid Tabel 7. Hasil Analisis Angket Respon Siswa
Metode 4 Valid
Pembelajaran Tabel 8. Hasil Analisis Lembar Observasi
Media Keterlaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran dan 4 Valid Persentase
Sumber Belajar Pertemuan
Rata-Rata Kategori
Langkah-Langkah ke-
Keterlaksanaan
Kegiatan 4.1 Valid Sangat
Pembelajaran 1 100%
Baik
Penilaian Sangat Sangat
4.5 2 100%
Valid Baik
Sangat Sangat
Kesimpulan 4.3 Kesimpulan 100%
Valid Baik
Berdasarkan Tabel 7 dan 8, karena hasil
Tabel 6. Hasil Analisis Penilaian LKS angket respon siswa memenuhi kriteria praktis
Skor dan hasil lembar observasi keterlaksanaan
Aspek Penilaian Rata- Kategori memenuhi kriteria sangat baik, maka bahan ajar
Rata dikatakan praktis.
Kesesuaian dengan 4 Valid Analisis Keefektifan Bahan Ajar
syarat didaktik Analisis keefektifan bahan ajar
Kesesuaian dengan didasarkan pada hasil tes kemampuan pemecahan
3.9 Valid
syarat konstruksi masalah. Setelah itu dilakukan uji proporsi, bahan
Kesesuaian dengan Sangat ajar dikatakan efektif jika lebih dari 75% siswa
4.5
syarat teknis Valid mencapai nilai kemampuan peecahan masalah
Kesesuaian materi 4 Valid minimal. Hasil tes kemampuan pemecahan
Kesesuaian LKS masalah memiliki persentase ketuntasan sebesar
dengan pendekatan 91% dengan rata-rata 80.71. Uji proporsi
problem solving dilakukan untuk menguji apakah bahan ajar yang
Sangat dikembangkan efektif ditinjau dari kemampuan
berorientasi pada 4.4
Valid pemecahan masalah.
kemampuan
pemecahan
masalah
Rindang Wijayanto, Rusgianto Heri Santoso

Pengujian proporsi dilakukan dengan skor rata-rata penilaian yaitu 4.3 dari nilai
cara berikut. (Wapole, 1992: 320) maksimum 5.00. Berdasarkan hasil penilaian
1) Menentukan hipotesis tersebut, RPP yang dikembangkan termasuk
𝐻0 : 𝜌 ≤ 75% (banyaknya siswa yang dalam kategori sangat valid, maka RPP yang
mencapai nilai tes kemampuan pemecahan dikembangkan dikatakan valid.
masalah minimal tidak lebih dari 75%) LKS yang dikembangkan dinilai oleh dua
𝐻1 : 𝜌 > 75% (banyaknya siswa yang validator yaitu satu dosen ahli dan satu guru
mencapai nilai tes kemampuan pemecahan matematika. Hasil penilaian LKS menunjukkan
masalah minimal lebih dari 75%) skor rata-rata penilaian yaitu 4.2 dari nilai
2) Menentukan taraf nyata, 𝛼 = 0.05 maksimum 5.00. Berdasarkan hasil penilaian
3) Menentukan wilayah kritik, 𝑧ℎ𝑖𝑡 > 𝑧0.05 = tersebut, LKS yang dikembangkan termasuk
1.645 dalam kategori valid, maka LKS yang
4) Menentukan statistik uji, diperoleh 𝑝̂ = dikembangkan dikatakan valid.
91% = 0.91 Berdasarkan hasil penilaian RPP dan
0.91 − 0.75 0.16 penilaian LKS, RPP termasuk dalam kategori
𝑧ℎ𝑖𝑡 = = = 2.078 sangat valid, sedangkan LKS termasuk dalam
(0.75)(0.25) 0.077
√ katergori valid. Berdasarkan hal tersebut, dapat
32 disimpulkan bahwa bahan ajar yang
5) Kriteria keputusan
dikembangkan peneliti dikatakan valid menurut
Karena 𝑧ℎ𝑖𝑡 = 2.078 > 𝑧0.05 = 1.645, maka
hasil penilaian validator.
𝐻0 diditolak dan dapat disimpulkan bahwa
banyaknya siswa yang mencapai nilai tes Bahan ajar yang dikembangkan telah
kemampuan pemecahan masalah minimal memenuhi syarat praktis berdasarkan data hasil
angket respon siswa dan lembar observasi
lebih dari 75%.
keterlaksanaan. Siswa sebagai pengguna
Berdasarkan hasil tes kemampuan
memberikan respon yang positif setelah
pemecahan masalah dan uji proporsi, maka dapat
menggunakan bahan ajar yang dikembangkan
disimpulkan bahwa bahan ajar yang
oleh peneliti.
dikembangkan efektif ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah. Berdasarkan hasil dari angket respon
Berikut merupakan analisis tiap butir siswa, diperoleh skor rata-rata penilaian angket
respon siswa yaitu 3.21 dari skor maksimum 4.00.
kemampuan pemecahan masalah dengan
Artinya, LKS termasuk dalam kategori praktis.
persentase ketercapaian maksimal 100%.
Siswa pun merasa mudah menggunakan LKS dan
Tabel 9. Analisis Hasil Butir Kemampuan
terbantu untuk memahami materi peluang.
Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil dari lembar observasi
Aspek Persentase keterlaksanaan, diperoleh bahwa persentase rata-
Kategori
Penilaian Ketercapaian rata keterlaksanaan pembelajaran sebesar 100%.
Kemampuan Sangat Artinya, keterlaksanaan pembelajaran termasuk
memahami 89% dalam kategori sangat baik.
Baik
masalah Berdasarkan hasil dari angket respon
Kemampuan Sangat siswa dan lembar observasi keterlaksanaan,
merencanakan 100% angket respon siswa memenuhi kriteria praktis,
Baik
penyelesaian serta persentase rata-rata observasi
Kemampuan keterlaksanaan pembelajaran memenuhi kriteria
melaksanakan 66% Baik sangat baik, maka bahan ajar yang dikembangkan
rencana dikatakan praktis.
Kemampuan Pada akhir implementasi bahan ajar yang
memeriksa 65% Baik dikembangkan dilakukan tes kemampuan
proses dan hasil pemecahan masalah. Hal tersebut bertujuan untuk
Kesimpulan Sangat mengukur keefektifan bahan ajar yang telah
80%
Baik dikembangkan. Hasil tes menunjukkan 29 dari
total 32 siswa telah mencapai nilai kemampuan
Pembahasan pemecahan masalah minimal yaitu 70. Artinya,
RPP yang dikembangkan dinilai oleh dua persentase ketuntasan sebesar 91%. Karena
validator yaitu satu dosen ahli dan satu guru ketuntasan tes kemampuan pemecahan masalah
matematika. Hasil penilaian RPP menunjukkan memenuhi kriteria sangat baik, maka bahan ajar
Rindang Wijayanto, Rusgianto Heri Santoso

yang dikembangkan dikatakan efektif. Serta Meningkatkan Kemampuan Pemecahan


untuk penilaian keefektifan menggunakan 𝛼 = Masalah. Jurnal Riset Pendidikan
5% dapat disimpulkan bahwa persentase rata-rata Matematika. Volume 2: 92-106.
siswa yang mencapai nilai kemampuan Majid, Abdul. (2006). Perencanaan
pemecahan masalah minimal 70 lebih dari 75%. Pembelajaran: Mengembangkan
Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar yang Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT
dikembangkan efektif ditinjau dari kemampuan Remaja Rosdakarya.
pemecahan masalah. Martyanti, Adhetia. (2016). Keefektifan
Pendekatan Problem Solving dengan
PENUTUP Setting STAD dan TAI Ditinjau dari
Simpulan Prestasi dan Self-Confidence. Jurnal
Bahan ajar yang dikembangkan peneliti Riset Pendidikan Matematika. Volume 3:
memenuhi sebagai bahan ajar yang baik karena 1-15.
memiliki kriteria valid, praktis, dan efektif Mulyatiningsih, Endang. (2011). Riset Terapan
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah. Bidang Pendidikan dan Teknik .
Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar Yogyakarta: UNY Press.
matematika materi peluang dengan pendekatan Musafiqi, Shin’an., & Jailani. (2014).
problem solving yang berorientasi pada Pengembangan Bahan Ajar Matematika
kemampuan pemecahan masalah untuk siswa yang Berorientasi pada Karakter dan
Sekolah Menengah Pertama kelas VIII layak Higher Order Thinking Skill (HOTS).
digunakan pada proses pembelajaran. Pyythagoras: Jurnal Pendidikan
Saran Matematika. Volume 9: 45-59.
Berdasarkan aspek kevalidan, National Council of Teachers of Mathematics
kepraktisan, dan keefektifan bahan ajar (NCTM). (2000). Principles and
matematika pada materi peluang yang Standards for School Mathematics.
dikembangkan peneliti memenuhi kriteria baik United States of America: National
sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran Council of Teachers of Mathematics.
matematika di sekolah, namun sesuai masukan Nurdin, Syafruddin. (2016). Kurikulum dan
dari guru dan siswa perlu ada tambahan latihan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
soal. Persada.
Patani, Miwa. (2013). Upaya Meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA
Kemampuan Problem Solving Pada
Bey Anwar., & Asriani. (2013). Penerapan Mahasiswa. Jurnal Psikogenesis.
Pembelajaran Problem Solving untuk Volume 1: 130-142.
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Roestiyah. (2012). Strategi Belajar Matematika.
Belajar Matematika pada Materi SPLDV. Jakarta: Rineka Cipta.
Jurnal Pendidikan Matematika. Volume Runtukahu, J. Tombokan., & Kandou, Selpius.
4: 223-239. (2014). Pembelajaran Matematika
BSNP (2006). Model Penelitian Kelas. Jakarta: Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Departemen Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
Indrawati, Desi., Wahyudi, & Ratu, Novisita. Sudjana, Nana. (2005). Penilaian Hasil Proses
(2014). Peningkatan Kemampuan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Pemecahan Masalah Matematika Melalui Rosdakarya.
Penerapan Problem Based Learning Sugiyono. (2015). Metode Penelitian &
Untuk Siswa Kelas V SD. Satya Widya. Pengembangan (Research and
Volume 30: 17-27. Development / R&D). Bandung:
Jumardi, Hustim Rahmini dan Nurlina. (2016). Alfabeta.
Penerapan Pendekatan Problem Solving Sumartini, Tina Sri. (2016). Peningkatan
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Pemecahan Masalah
Fisika Siswa Kelas X2 SMA Negeri Matematis Siswa melalui Pembelajaran
Parangloe. Jurnal Pendidikan Fisika. Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan
Volume 1: 213-218. Matematika STKIP Garut. Volume 5:
Khomsiatun, Siti., & Retnawati, Heri. (2015). 148-158.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran
dengan Penemuan Terbimbing untuk
Rindang Wijayanto, Rusgianto Heri Santoso

Widyoko, Eko Putro. (2009). Evaluasi Program


Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Yamin, Martnis. (2007). Desain Pembelajaran
Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Gaung Prasada Press.
Yusuf, Muhammad. (2013). Keefektifan
Pembelajaran Kooperatif STAD-PS dan
JIGSAW-PS ditinjau dari Motivasi
Belajar, Kemampuan Interpersonal, dan
Prestasi Belajar. Pythagoras: Jurnal
Pendidikan Matematika. Volume 8: 69-
83.
Yuwono, Aries. (2016). Problem Solving Dalam
Pembelajaran Matematika. UNION:
Jurnal Pendidikan Matematika. Volume
4: 143-156.
Walpole, R. F. (1992). Pengantar Statistika Edisi
Ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
World Bank. (2010). Inside Indonesia’s
Mathematics Classrooms: A Timss Video
Study of Teaching Practices And Student
Achievement. Jakarta: Sektor
Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Anda mungkin juga menyukai