Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar matematika materi peluang Sekolah
Menengah Pertama kelas VIII dengan pendekatan problem solving yang berorientasi pada kemampuan
pemecahan masalah berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan dengan model
pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Subjek
dalam penelitian ini adalah kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman dengan 32 siswa . Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar penilaian bahan ajar untuk mengukur
kevalidan, angket respon siswa, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk
mengukur kepraktisan, serta tes kemampuan pemecahan masalah untuk mengukur keefektifan
bahan ajar yang dikembangkan. Bahan ajar dikatakan efektif jika lebih dari 75% siswa mencapai nilai
kemampuan peecahan masalah minimal. Penelitian ini menghasilkan bahan ajar yang memenuhi kriteria
valid, praktis dan efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah.
Abstract
This research aims to produce mathematics instructional materials on opportunities material
junior high school grade VIII based on problem solving with p roblem solving ability oriented in the
aspect of validity, practicality, and effectiveness with problem solving ability oriented. Type of this
research was developing with ADDIE model (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation). The subbject of this research is the eight grade students of SMP Negeri 2 Sleman, 32
students. The instruments used in this research were validation sheets for measuring the validity for the
instructional materials, student’s questionnaire, and observation sheet of learning implementation for
measuring the practicality, and problem solving ability test for measuring the effectiveness of the
instructional materials. Instructional materials it said effectiveness if more than 75% students reach
minimum problem solving ability score. This research produce instructional materials which meet in
the criteria of validity, practicality, and effectiveness with problem solving ability oriented.
hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. animation, and video). Berdasarkan uraian diatas
Pengembangan bahan ajar matematika pada dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah
materi peluang harus disesuaikan dengan segala bentuk bahan yang digunakan guru saat
pendekatan dalam pembelajaran. Salah satunya kegiatan pembelajaran agar terjadi situasi dan
pendekatan problem solving. Berdasarkan hal kondisi yang optimal sehingga tujuan
tersebut peneliti ingin mengembangkan bahan pembelajaran dapat tercapi. Pada penelitian ini,
ajar matematika pada materi peluang dengan bahan ajar yang akan dikembangkan adalah
pendekatan problem solving yang berorientasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
pada kemampuan pemecahan masalah untuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Rencana
siswa Sekolah Menengah Pertama kelas VIII Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
dengan kriteria valid, praktis, dan efektif. kegiatan pembelajaran yang dibuat oleh guru
Berdasarkan hal tersebut dirumuskan untuk mencapai satu kompetensi dasar dalam satu
permasalahan yang akan diteliti, apakah hasil pertemuan atau lebih, sehingga tujuan
pengembangan sudah memenuhi sebagai bahan pembelajaran dapat tercapai dan Lembar Kerja
ajar yang baik dengan kriteria valid, praktis, dan Siswa (LKS) adalah alat bantu pengajaran yang
efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan digunakan guru untuk menciptakan situasi dan
masalah? Penelitian ini bertujuan untuk kondisi pembelajaran yang optimal dan efektif
menghasilkan bahan ajar matematika pada materi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
peluang dengan pendekatan problem solving
Pendekatan Problem Solving
yang berorientasi pada kemampuan pemecahan
masalah untuk siswa Sekolah Menengah Pertama Menurut Martyani (2016, p.2)
kelas VIII dengan kriteria valid, praktis, dan pendekatan problem solving merupakan
efektif. pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa dan menitikberatkan pada pemberian
Bahan Ajar masalah oleh guru kepada siswa. Masalah yang
Menurut Nurdin (2016, p.102) bahan ajar dimaksud adalah soal yang menuntut untuk
atau materi pembelajaran secara garis besar diselesaikan tetapi siswa belum mengetahui
terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap secara jelas prosedur pemecahan atas soal
yang harus dipelajari siswa dalam rangka tersebut. Jacobsen, Eggen, & Kauchak (Martyani,
mencapai standar kompetensi yang telah 2016, p.2) juga berpendapat bahwa pendekatan
ditentukan. Sedangkan menurut Musfiqi dan problem solving merupakan suatu pendekatan
Jailani (2014, p.48) bahan ajar (instructional yang menuntut guru untuk membantu siswa
material) merupakan salah satu aspek penting dan belajar memecahkan masalah melalui
ruang potensial untuk berinovasi dalam upaya pengalaman-pengalaman pembelajaran. Lalu
menyelesaikan berbagai permasalah yang terjadi. menurut Jumardi, Hustim dan Nurlina (2016,
Bahan ajar mencakup empat unsur, yaitu (1) p.217) pendekatan problem solving adalah suatu
adanya konten/materi pelajaran; (2) adanya cara atau proses belajar yang lebih terfokus pada
media yang digunakan; (3) disusun untuk keterampilan siswa memecahkan masalah. Dalam
membantu siswa belajar dan mencapai tujuan menerapkan pendekatan problem solving guru
pembelajaran; dan (4) adanya petunjuk memberikan uraian yang jelas dan langkah-
penggunaan. Lalu menurut Majid (2006, p.173) langkah dalam pemecahan masalah. Lalu
bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang menurut Yusuf (2013, p.72) pendekatan
digunakan guru saat kegiatan belajar mengajar pembelajaran problem solving adalah
dalam rangka membantu siswa mencapai pembelajaran secara umum yang siswa belajar
kompetensi yang diharapkan. Bahan ajar matematika melalui konteks, masalah, situasi,
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu: dan model riil. Dalam menyelesaikan
(a) bahan ajar cetak (printed) seperti handout, permasalahan matematika siswa melalui tahapan-
buku, modul, lembar kerja siswa (LKS), brosur, tahapan penyelesaian yang telah ditentukan, yaitu
foto/gambar; (b) bahan ajar dengar (audio) seperti memahami masalah, merancang penyelesaian,
kaset/piringan hitam, radio, compact disk; (c) membuat model, melakukan perhitungan
bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti berdasarkan rancangan penyelesaian, kemudian
video/film, orang/narasumber; dan (d) bahan ajar menyimpulkan.
interaktif (interactive teaching material) yaitu Menurut Bey dan Asriani (2013, p.226)
multimedia yang merupakan kombinasi dari dua mengatakan bahwa pendekatan pemecahan
atau lebih media (audio, text, graphics, images, masalah adalah suatu pedoman mengajar yang
Rindang Wijayanto, Rusgianto Heri Santoso
sifatnya teoritis atau konseptual untuk melatihkan paling cerdas yang dimiliki manusia. Hal ini
siswa memecahkan masalah-masalah matematika mengingat ketika memecahkan masalah, seorang
dengan menggunakan berbagai strategi dan individu tidak hanya perlu berfikir, tapi ia perlu
langkah pemecahan masalah yang ada. Polya berfikir kritis untuk dapat melihat suatu masalah
(Yuwono, 2016, p.149) menjelaskan langkah- dan berfikir kreatif untuk dapat menyelesaikan
langkah pemecahan masalah adalah sebagai masalah tersebut. Sejalan dengan pendapat
berikut. (1) memahami masalah (understand the Khomsiatun dan Retnawati (2015, p.96)
problem), pada tahap ini masalah harus dipahami pemecahan masalah terjadi ketika seseorang
dengan benar oleh siswa, dengan cara dibaca berpikir matematika dan melakukan penalaran
berulang-ulang, dan menuliskan apa yang untuk menutup kesenjangan antara kenyataan
diketahui serta apa yang ditanyakan dalam soal yang terjadi dan apa yang diharapkan. Jadi, dalam
yang mereka baca; (2) membuat rencana menyelsaikan masalah dibutuhkan kreativitas
pemecahan masalah (make a plan), mencari untuk berpikir secara ilmiah dan menggunakan
hubungan antara informasi yang diberikan penalaran yang logis. Siswa dikatakan memiliki
dengan yang tidak diketahui dengan memisalkan kemampuan pemecahan masalah jika siswa dapat
sebuah variabel, sehingga variabel tersebut dapat menuliskan informasi dalam masalah tersebut,
dihitung; (3) melaksanakan rencana (carry out merencanakan cara untuk menyelesaikan
our plan), dalam melaksanakan rencana yang masalah, melaksanakan rencana yang telah
tertuang pada langkah kedua, maka harus direncanakan dengan menggunakan informasi
diperiksa tiap langkah dalam rencana dan yang didapatkan, serta melakukan pengecekan
menuliskannya secara detail untuk memastikan kembali terhadap semua yang telah dikerjakan.
bahwa tiap langkah sudah benar; dan (4) Berdasarkan uraian diatas dapat
memeriksa kembali jawaban (look back at the disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
completed solution), pada langkah ini, setiap masalah adalah ketrampilan siswa dalam
jawaban ditinjau kembali, apakah sudah diyakini memahami, merencanakan strategi,
kebenarannya. melaksanakan rencana untuk menyelesaikan
Berdasarkan uraian diatas dapat suatu masalah.
disimpulkan bahwa pendekatan problem solving Berdasarkan paparan sebelumnya, dapat
adalah sebuah pendekatan yang melatih siswa disimpulkan bahwa bahan ajar dengan
berpikir kreatif dengan menyelesaikan masalah- pendekatan Problem Solving pada materi peluang
masalah matematika melalui tahapan-tahapan meliputi RPP dan LKS yang memfasilitasi siswa
yang telah ditentukan. mengkonstruksi pengetahuannya dengan cara
menyelesaikan masalah-masalah matematika.
Kemampuan Pemecahan Masalah
Penyusunan RPP dan LKS berdasarkan pada
Menurut Indrawati, Wahyudi dan Ratu kriteria produk pengembangan bahan ajar yang
(2014, p.20) kemampuan pemecahan masalah berkualitas baik dengan kriteria valid, praktis, dan
merupakan suatu usaha untuk menemukan jalan efektif serta disesuaiankan dengan syarat
keluar dari suatu kesulitan dan mencapai tujuan didaktis, syarat konstruksi, dan syarat teknis.
yang tidak dapat dicapai dengan segera. Lalu
menurut BSNP (2006, p.59) kemampuan METODE
pemecahan masalah merupakan kompetensi Jenis penelitian yang digunakan adalah
strategik yang diperlukan siswa dalam penelitian pengembangan atau Research and
memahami, memilih pendekatan dan strategi Development (R&D). Menurut Sugiyono (2015,
pemecahan, serta menyelesaikan model untuk p.30), metode penelitian dan pengembangan
menyelesaikan masalah. Lebih lanjut menurut diartikan sebagai cara ilmiah untuk meneliti,
Sumartini (2016, p.150) pemecahan masalah merancang, memproduksi dan menguji validitas
merupakan suatu proses untuk mengatasi produk yang telah dihasilkan. Model penelitian
masalah-masalah yang dihadapi siswa sehingga pengembangan yang diterapkan dalam penelitian
tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Dalam ini adalah model pengembangan ADDIE
matematika, kemampuan pemecahan masalah (Analysis, Design, Development, Implementation,
harus dimiliki oleh siswa untuk menyelesaikan Evaluation) yang dikembangkan oleh Menurut
soal-soal berbasis masalah. Sedangkan menurut Dick & Carry (Mulyatiningsih, 2011, p.184-185).
Patnani (2013, p.133) pemecahan masalah Menurut Endang Mulyatiningsih (2011, p.184)
merupakan keterampilan kognitif yang bersifat pengembangan bahan ajar dilaksanakan melalui 5
kompleks, dan mungkin merupakan kemampuan tahap.
Rindang Wijayanto, Rusgianto Heri Santoso
Pengujian proporsi dilakukan dengan skor rata-rata penilaian yaitu 4.3 dari nilai
cara berikut. (Wapole, 1992: 320) maksimum 5.00. Berdasarkan hasil penilaian
1) Menentukan hipotesis tersebut, RPP yang dikembangkan termasuk
𝐻0 : 𝜌 ≤ 75% (banyaknya siswa yang dalam kategori sangat valid, maka RPP yang
mencapai nilai tes kemampuan pemecahan dikembangkan dikatakan valid.
masalah minimal tidak lebih dari 75%) LKS yang dikembangkan dinilai oleh dua
𝐻1 : 𝜌 > 75% (banyaknya siswa yang validator yaitu satu dosen ahli dan satu guru
mencapai nilai tes kemampuan pemecahan matematika. Hasil penilaian LKS menunjukkan
masalah minimal lebih dari 75%) skor rata-rata penilaian yaitu 4.2 dari nilai
2) Menentukan taraf nyata, 𝛼 = 0.05 maksimum 5.00. Berdasarkan hasil penilaian
3) Menentukan wilayah kritik, 𝑧ℎ𝑖𝑡 > 𝑧0.05 = tersebut, LKS yang dikembangkan termasuk
1.645 dalam kategori valid, maka LKS yang
4) Menentukan statistik uji, diperoleh 𝑝̂ = dikembangkan dikatakan valid.
91% = 0.91 Berdasarkan hasil penilaian RPP dan
0.91 − 0.75 0.16 penilaian LKS, RPP termasuk dalam kategori
𝑧ℎ𝑖𝑡 = = = 2.078 sangat valid, sedangkan LKS termasuk dalam
(0.75)(0.25) 0.077
√ katergori valid. Berdasarkan hal tersebut, dapat
32 disimpulkan bahwa bahan ajar yang
5) Kriteria keputusan
dikembangkan peneliti dikatakan valid menurut
Karena 𝑧ℎ𝑖𝑡 = 2.078 > 𝑧0.05 = 1.645, maka
hasil penilaian validator.
𝐻0 diditolak dan dapat disimpulkan bahwa
banyaknya siswa yang mencapai nilai tes Bahan ajar yang dikembangkan telah
kemampuan pemecahan masalah minimal memenuhi syarat praktis berdasarkan data hasil
angket respon siswa dan lembar observasi
lebih dari 75%.
keterlaksanaan. Siswa sebagai pengguna
Berdasarkan hasil tes kemampuan
memberikan respon yang positif setelah
pemecahan masalah dan uji proporsi, maka dapat
menggunakan bahan ajar yang dikembangkan
disimpulkan bahwa bahan ajar yang
oleh peneliti.
dikembangkan efektif ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah. Berdasarkan hasil dari angket respon
Berikut merupakan analisis tiap butir siswa, diperoleh skor rata-rata penilaian angket
respon siswa yaitu 3.21 dari skor maksimum 4.00.
kemampuan pemecahan masalah dengan
Artinya, LKS termasuk dalam kategori praktis.
persentase ketercapaian maksimal 100%.
Siswa pun merasa mudah menggunakan LKS dan
Tabel 9. Analisis Hasil Butir Kemampuan
terbantu untuk memahami materi peluang.
Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil dari lembar observasi
Aspek Persentase keterlaksanaan, diperoleh bahwa persentase rata-
Kategori
Penilaian Ketercapaian rata keterlaksanaan pembelajaran sebesar 100%.
Kemampuan Sangat Artinya, keterlaksanaan pembelajaran termasuk
memahami 89% dalam kategori sangat baik.
Baik
masalah Berdasarkan hasil dari angket respon
Kemampuan Sangat siswa dan lembar observasi keterlaksanaan,
merencanakan 100% angket respon siswa memenuhi kriteria praktis,
Baik
penyelesaian serta persentase rata-rata observasi
Kemampuan keterlaksanaan pembelajaran memenuhi kriteria
melaksanakan 66% Baik sangat baik, maka bahan ajar yang dikembangkan
rencana dikatakan praktis.
Kemampuan Pada akhir implementasi bahan ajar yang
memeriksa 65% Baik dikembangkan dilakukan tes kemampuan
proses dan hasil pemecahan masalah. Hal tersebut bertujuan untuk
Kesimpulan Sangat mengukur keefektifan bahan ajar yang telah
80%
Baik dikembangkan. Hasil tes menunjukkan 29 dari
total 32 siswa telah mencapai nilai kemampuan
Pembahasan pemecahan masalah minimal yaitu 70. Artinya,
RPP yang dikembangkan dinilai oleh dua persentase ketuntasan sebesar 91%. Karena
validator yaitu satu dosen ahli dan satu guru ketuntasan tes kemampuan pemecahan masalah
matematika. Hasil penilaian RPP menunjukkan memenuhi kriteria sangat baik, maka bahan ajar
Rindang Wijayanto, Rusgianto Heri Santoso