Anda di halaman 1dari 5

E.ISSN.

2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.4 Edisi Nopember 2020
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA SD MATERI
BANGUN RUANG BERBASIS PENDEKATAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA REALISTIK (PMR)
Oleh:
Nurbaiti1), Monica Theresia2)
1,2
Institut Pendidikan Tapanuli Selatan
1
nurb9388@gmail.com
2
monicatheresia63@gmail.com

Abstrak
Hasil observasi menemukan bahwa bahan ajar matematika sekolah dasar yang digunakan di sekolah-
sekolah belum menuntut siswa untuk terlibat aktif membangun pengetahuan sendiri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan bahan ajar matematika berbasis pendekatan pendidikan matematika realistik yang
praktis dan efektif. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development). Model
pengembangan yang digunakan adalah model Plomp yang terdiri dari tiga tahap yaitu preliminary research,
prototyping phase, dan assessment stage. Data penelitian diperoleh dari uji praktikalitas dan efetivitas. Data uji
kepraktisan diperoleh dari hasil analisis observasi pelaksanaan pembelajaran, angket respon siswa dan guru, dan
hasil wawancara dengan siswa dan guru. Data keefektifan dilihat dari observasi aktivitas dan hasil belajar siswa.
Hasil uji praktikalitas keterlaksanaan bahan ajar dari sudut pandang guru adalah kategori praktis, dan dari sudut
pandang siswa rata-ratanya adalah kategori sangat praktis. Aktivitas siswa meningkat selama pembelajaran dan
tingkat ketuntasan belajar siswa 91,17% dengan rata-rata hasil belajar siswa 82,17. Dapat disimpulkan bahwa
bahan ajar berbasis pendekatanpendidikan matematika realistik yang dikembangkan memenuhi kriteria praktis
dan efektif.

Kata Kunci: Bahan Ajar, Matematika Realistik, Bangun Ruang.

1. PENDAHULUAN maka mereka tidak akan mampu mengolah,


Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan menilai, dan mengambil informasi yang
masalah-masalah yang diberikan guru pada siswa dibutuhkannya untuk menghadapi tantangan
umumnya diambil dari buku paket siswa.Tidak tersebut.
sedikit guru dan siswa yang menggunakan bahan Solusi untuk masalah yang terjadi di
ajar yang dibeli melalui penerbit.Bahan ajar yang lapangan saat ini adalah dengan merancang bahan
dibeli dari penerbit tersebut umumnya kurang ajar yang berbasis pendekatan pendidikan
mengundang ketertarikan siswa untuk melihat dan matematika realistik.Bahan ajar berbasis
mengerjakan masalah yang ada di dalamnya. Hal pendekatan pendidikan matematika realistik ini,
lain yang terlihat dari bahan ajar matematika yang akan menyajikan masalah-masalah yang
diberikan pada siswa di SD saat ini adalah belum kontekstual dan terbuka. Penggunaan pendekatan
menggunakan masalah yang bersifat terbuka. pendidikan matematika realistik akan memberikan
Masalah yang banyak diberikan adalah masalah- kesempatan siswa untuk mengkontruk pengetahuan
masalah matematika tertutup yang menginginkan dan mengembangkan ide-idenya, sehingga potensi
siswa memberikan sebuah jawaban yang benar. intelektualnya dalam proses menemukan sesuatu
Guru bahkan tidak pernah memberikan masalah yang baru dengan banyak cara dapat berkembang.
yang mempunyai lebih dari satu jawaban, atau Kondisi demikian akan membuat pemikiran kreatif
mempunyai beberapa cara untuk siswa dapat berkembang. Ketika suatu soal
menyelesaikannya. diberikan dalam bentuk kontektual maka saat
Bahan ajar yang saat ini banyak digunakan itusiswa memiliki kesempatan untuk melakukan
seperti yang dipaparkan di atas belum memberikan eksplorasi kemungkinan solusi dengan
kesempatan siswa untuk menemukan konsep secara menggunakan pengetahuan dan keterampilan
mandiri.Kemampuan mengkonstruk pengetahuan matematika yang mereka miliki.Permasalahan yang
juga diperlukan mengingat bahwa saat ini ilmu ada di lapangan saat ini merupakan dasar dari
pengetahuan dan teknologi berkembang dengan penelitian ini, yang bertujuan untuk membantu
sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa siswa mengembangkan mengkonstruk pengetahuan
memperolah informasi secara cepat dan mudah serta mengakomodasi siswa untuk terlibat aktif
dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat dalam pembelajaran matematika.Oleh sebab itu,
manapun di dunia.Hal ini mengakibatkan cepatnya untuk mencapai tujuan maka dikembangkan suatu
perubahan tatanan hidup serta perubahan global bahan ajar yang berbasis pendekatan pendidikan
dalam kehidupan. Jika para siswa tidak dibekali matematika realistikyang praktis, dan efektif yang
dengan kemampuan berpikir kreatif serta kritis digunakan di SD pada materi bangun ruang.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 385
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.4 Edisi Nopember 2020
Bahan ajar yang digunakan dalam proses menggunakan masalah realistik/nyata sebagai
pembelajaran sangat menentukan pencapaian setiap pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas
kompetensi dasar yang ditetapkan. Oleh sebab itu, matematisasi horizontal dan vertikal diharapkan
harus dipahami secara jelas pengertian dari bahan siswa dapat menemukan dan mengkontruksikan
ajar yang dimaksud. Menurut Kemendiknas konsep-konsep matematika. Menurut Gravemeijer
(2010:2) ―Bahan ajar adalah segala bentuk bahan dalam Abidin: 2014, pendidikan matematika
yang digunakan untuk membantu guru dalam realistik memiliki lima karakteristik yaitu sebagai
melaksanakan proses pembelajaran‖. Bahan ajar berikut. Menggunakan masalah kontekstual (the
yang digunakan hendaknya tidak hanya sekedar use of context). Pembelajaran diawali dengan
membantu proses pembelajaran namun melihat menggunakan masalah kontekstual sehingga
secara utuh ketercapaian kompetensi dasar yang memungkinkan siswa menggunakan pengalaman
dikembangkan.Menurut Hamdani (2011:120) sebelumnya dan pengetahuan awal yang
bahwa ―Bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau dimilikinya secara langsung, tidak dimulai dari
materi yang disusun secara sistematis yang sistem formal. Masalah kontekstual yang diangkat
digunakan untuk membantu guru atau instruktur sebagai materi awal dalam pembelajaran harus
dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga sesuai dengan realitas atau lingkungan yang
tercipta lingkungan atau suasana yang dihadapi siswa dalam kesehariannya yang sudah
memungkinkan siswa untuk belajar‖. Kemudian, dipahami atau mudah dibayangkan. Masalah
Sanjaya (2009:141) juga menjelaskan bahwa, kontekstual dalam PMR memiliki empat fungsi,
―Bahan ajar adalah segala sesuatu yang menjadi isi yaitu: (1) untuk membantu siswa dalam
kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai pembentukan konsep matematika, (2) untuk
dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian membentuk model dasar matematika dalam
standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam mendukung pola pikir siswa bermatematika, (3)
satuan pendidikan tertentu‖.Berdasarkan pendapat untuk memanfaatkan realitas sebagai sumber dan
para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bahan domain aplikasi matematika dan (4) untuk melatih
ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang kemampuan siswa, khususnya dalam menerapkan
disusun secara sistematis dengan memperhatikan matematika pada situasi nyata (realitas). Realitas
pencapaian kompetensi yang harus dikuasai oleh yang dimaksud di sini sama dengan kontekstual.
siswa pada setiap mata pelajaran. Menggunakan instrumen vertikal seperti
Pendidikan matematika realistik (PMR) model, skema, diagram dan simbol-simbol (use
adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran models, bridging by vertical instrument). Istilah
matematika. Pendidikan Matematika Realistik model berkaitan dengan situasi dan model
(PMR) pertama kali diperkenalkan dan matematika yang dibangun sendiri oleh siswa (self
dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh developed models), yang merupakan jembatan bagi
institut Freudhenthal. Pendekatan ini memandang siswa untuk membuat sendiri model-model dari
bahwa matematika merupakan aktivitas insani situasi nyata ke abstrak atau dari situasi informal ke
(human activities) dan harus dikaitkan dengan formal. Artinya siswa membuat model sendiri
realitas (Kurniawan, 2012). Masalah-masalah nyata dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang
dari kehidupan sehari- hari digunakan sebagai titik merupakan keterkaitan antara model situasi dunia
awal pembelajaran matematika untuk menunjukkan nyata yang relevan dengan lingkungan siswa ke
bahwa matematika sebenarnya dekat dengan dalam model matematika. Sehingga dari proses
kehidupan sehari-hari. Benda-benda nyata yang matematisasi horizontal dapat menuju ke
akrab dengan kehidupan sehari-hari digunakan matematisasi vertikal.
sebagai alat peraga dalam pembelajaran Menggunakan kontribusi siswa (student
matematika.Matematisasi horizontal bergerak dari contribution).Siswa diberi kesempatan seluas-
dunia nyata kedalam dunia simbol. Siswa mencoba luasnya untuk mengembangkan berbagai strategi
menyelesaikan soal-soal kontekstual dari dunia informal yang dapat mengarahkan pada
nyata dengan cara mereka sendiri, dan pengkontruksian berbagai prosedur untuk
menggunakan bahasa dan simbol mereka sendiri. memecahkan masalah. Dengan kata lain, kontribusi
Sedangkan matematisasi vertikal bergerak dalam yang besar dalam proses pembelajaran diharapkan
dunia simbol itu sendiri.Siswa mencoba menyusun datang darisiswa, bukan dari guru. Artinya semua
prosedur umum yang dapat digunakan untuk pikiran atau pendapat siswa sangat diperhatikan
menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung dan dihargai.
tanpa bantuan konteks.Dengan demikian melalui Proses pembelajaran yang interaktif
aktivitas matematisasi horisontal dan vertical (interactivity). Mengoptimalkan proses belajar
diharapkan siswa dapat menemukan dan mengajar melalui interaksi antar siswa, siswa
mengkonstruksi konsep-konsep matematika. dengan guru dan siswa dengan sarana dan
Berdasarkan uraian diatas dapat prasarana merupakan hal penting dalam PMR.
disimpulkan bahwa pendidikan matematika Bentuk-bentuk interaksi seperti: negosiasi,
realistik merupakan suatu pendekatan yang penjelasan, pembenaran, persetujuan, pertanyaan

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 386
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.4 Edisi Nopember 2020
atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk evaluasi dan revisi yang merupakanproses siklikal
pengetahuan matematika formal dari bentuk-bentuk yang berakhir pada keseimbangan antara yang ideal
pengetahuan matematika informal yang ditemukan dengan prakteknya.Model pengembangan yang
sendiri oleh siswa. Guru harus memberikan digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari
kesempatan kepada siswa untuk model McKenny. Model ini terdiri dari tiga tahap,
mengkomunikasikan ide-ide mereka melalui yaitu: (1) preliminary research atau analisis
proses belajar yang interaktif. pendahuluan, (2) prototyping phase atautahap
Terkait dengan topik lainnya (intertwining). perancangan, dan (3) assesment stage atau tahap
Berbagai struktur dan konsep dalam matematika penilaian(Plomp dan Nieveen, 2010: 15).
saling berkaitan,sehingga keterkaitan atau Prosedur pengembangan penelitian
pengintegrasian antar topik atau pengembangan bahan ajar ini dilakukan mengikuti
materipelajaran perlu dieksplorasi untuk tahap-tahap model pengembangan Plomp, yaitu
mendukung agar pembelajaran lebih bermakna. tahap pertama Preliminary Research (Analisis
Oleh karena itu dalam PMR pengintegrasian Pendahuluan). Analisis pendahuluan ini dilakukan
unit-unit pelajaran matematika merupakan hal bertujuan untuk menetapkan dan mendefenisikan
yang esensial (penting). Denganpengintegrasian syarat-syarat pembelajaran yang dibutuhkan dalam
itu akan memudahkan siswa untuk mengembangkan BAHAN AJAR ini. Hal-hal yang
memecahkanmasalah. Di samping itu dengan dilakukan pada tahap ini adalah analisis
pengintegrasian dalam pembelajaran,waktu kurikulum, analisis konsep, analisis karakteristik
pembelajaran menjadi lebih efisien. Hal ini dapat siswa, analisis bahan ajar yang digunakan di
terlihat melaluimasalah kontekstual yang diberikan. lapangan. Tahap kedua yaitu Prototyping Phase
(Tahap Perancangan).Pada tahap ini dirancang
2. METODE BAHAN AJAR yang sesuai dengan indikator dan
Penelitian yang dilaksanakanadalah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Penelitian danPengembangan (Research and Perancanganmemperhatikan kesesuaian dengan
development).Menurut Isniatun Munawaroh karakteristik siswa (meliputi bentuk, bahasa, dan
penelitian dan pengembangan merupakan kegiatan penyajian) serta kesesuaian dengan prinsip
pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian matematika realistik. Tahap ketiga yaitu
data yang dilakukan secara sistematis dan objektif Assessment stage (Tahap Penilaian). Tahap ini
yang disertai dengan kegiatan mengembangan dilakukan jika produk final yang terbentuk telah
sebuah produk untuk memecahkan suatu persoalan dinyatakan praktis. Kegiatan yang dilakukan dalam
yang dihadapi.Sugiyono (2009:407) berpendapat tahap ini adalah mengevaluasi efektivitas dari
bahwa, penelitian dan pengembangan adalah produk final.
metode penelitian yang digunakan untuk Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini
menghasilkan produk tertentu, dan menguji adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
keektifan produk tersebut. diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan, dan
Penelitian dan pengembangan bertujuan catatan lapangan. Sedangkan data yang bersifat
untuk menghasilkan sebuah produk baru atau kuantitatif dihimpun melalui hasil angket, lembar
menyempurnakan produk yang sudah ada yang observasi, dan tes hasil belajar.
dapat dipertanggung jawabkan.Produk yang Instrumen pengumpulan data yang
dihasilkan tidak harus berbentuk benda perangkat digunakan dalam penelitian berupa, angket,
keras (hardware) namun juga dapat berupa benda pedoman wawancara, dan lembar observasi.Data
yang tidak kasat mata atau perangkat lunak yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data
(software). Produk yang dihasilkan (dalam dunia hasil uji coba praktikalitas, dan data hasil uji coba
pendidikan) dapat berupa model pembelajaran, efektivitas.
multimedia pembelajaran atau perangkat Teknik analisis data penelitian ini dilakukan
pembelajaran, seperti RPP, buku, BAHAN AJAR, dengan menggunakan teknik analisis statistik
soal-soal dan lain-lain atau bisa juga penerapan deskriptif dan teknik deskriptif. Statistik deskriptif
teori pembelajaran dengan menggabungkan untuk menganalisis tes hasil berpikir kritis, lembar
pengembangan perangkat pembelajaran. observasi, dan angket. Sedangkan teknik deskriptif
Penelitian ini merupakan penelitian untuk menganalisis hasil wawancara.
pendidikan dengan model design research yang
mengembangkan suatu produk. Desain produk 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Produk yang dikembangkan dalam
bahan ajar matematika berbasis matematika penelitian ini adalah bahan ajar matematika
realistic untuk Sekolah Dasar. Proses penelitian ini berbasis matematika realistik untuk Sekolah Dasar.
mengadopsi langkah-langkah yang dikemukakan Produk tersebut telah diujicobakan pada siswa SD
olah Plomp, dimana langkah-langkahnya Negeri 102060 Kosik Putih Kecamatan
samaseperti halnyaprosesperancanganpendidikan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara.
(educational design), yaitu analisis, perancangan, Paparan pembahasan mengenai hasil penelitian

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 387
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.4 Edisi Nopember 2020
pengembangan yang telah dilakukan akan Uji efektivitas artinya dampak, pengaruh,
diuraikan lebih lanjut terutama yang berkaitan dan hasil yang ditimbulkan dari suatu tindakan
dengan praktikalitas dan efektivitas produk yang dalam hal ini terhadap penggunaan bahan ajar.
dikembangkan. Uji praktikalitas ini dilakukan Bahan ajar dapat dikatakan efektif jika memberikan
untuk mengungkap bagaimana kemudahan dampak yang baik terhadap aktivitas dan
penggunaan bahan ajar, kesesuaian waktu dengan perkembangan pemikiran kritis siswa. Efektivitas
banyak dan bentuk tugas, daya tarik/minat siswa dari bahan ajar dilihat hasil observasi terhadap
terhadap bahan ajar dan keterbacaan bahan ajar aktivitas siswa selama pembelajaran dengan
oleh guru dan siswa. Uji praktikalitas dilakukan menggunakan bahan ajar berbasis matematika
melalui beberapa kegiatan, yaitu dimulai dari one- realistikberlangsung dan hasil belajar siswa. Uji
to-one evaluation, small group, dan uji lapangan. efektivitas ini dilakukan dalam delapan kali
Setelah mendapatkan saran dari ahli, produk pertemuan.
kemudian direvisi sesuai saran. Selanjutnya produk Aktivitas yang diamati untuk mengetahui
diujicobakan pada siswa perorangan melalui one- efektivitas produk penelitian ini adalah (1) oral
to-one evaluation. One-to-one evaluation dilakukan activities, yaitu siswa menjawab atau bertanya
selama 3 kali pertemuan. One-to-one evaluation (pada guru atau teman) tentang materi/masalah
dilakukan dengan memberikan bahan ajar pada dua matematika, siswa menyampaikan hasil kerja
orang siswa. Siswa ini diminta untuk mencoba (presentasi), siswa menanggapi hasil kerja teman,
membaca dan mengerjakan soal sesuai dengan (2) mental activities, yaitu siswa menyelesaikan
kemampuan yang dimilikinya. One-to-one masalah pada bahan ajar, dan (3) writting activities,
evaluation ini dilakukan sebanyak tiga kali yaitu siswa mengerjakan tes atau evaluasi.
pertemuan dengan materi yang berbeda. Setiap Efektivitas produk ini juga dilihat dari tes
akhir pertemuan one-to-one evaluation dilakukan hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis data
revisi terhadap bahan ajar sesuai dengan kendala terdapat 91,17% siswa yang nilainya di atas KKM
yang ditemui siswa. yaitu 70 dan rata-rata kelas di atas KKM yaitu
Setelah one-to-one evaluation, uji 82,17. Dengan demikian, bahan ajar matematika
praktikalitas dilanjutkan dengan ujicoba small berbasis matematika realistic sudah bisa dikatakan
group. Uji praktikalitas small group ini dilakukan efektif.
dengan memberikan bahan ajar (prototype 2) pada
lima orang siswa SD. Kelima siswa ini diminta 4. SIMPULAN
untuk mencoba membaca dan mengisi bahan ajar Dihasilkan bahan ajar berbasis matematika
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. realistik yang praktis dengan karakteristik: (a)
Ujicoba kelompok kecil ini berlangsung sebanyak mudah dalam menggunakannya, (b) sesuai dengan
tiga kali pertemuan. Setiap akhir pertemuan small waktu yang ditetapkan, (c) mudah dibaca, dan (d)
group dilakukan revisi sama halnya seperti saat dapat meningkatkan daya tarik/minat siswa untuk
one-to-one evaluation. Pada pertemuan ketiga belajar matematika. Rata-rata kepraktisan bahan
siswa diwawancarai dan diminta mengisi angket. ajar berbasis matematika realistik dari sudut
Hasil evaluasi ujicoba small group, pandang siswa adalah 88.46% dengan kategori
diperoleh data bahwa hasil yang dicapai oleh siswa sangat praktis, sedangkan rata-rata kepraktisan
tidak berbeda jauh dengan hasil yang dicapai siswa bahan ajar berbasis matematika realistik dari sudut
pada tahap one to one. Mereka menunjukkan pandang guru adalah 82,5% dengan kategori
ketertarikan terhadap bahan ajar dan antusias dalam praktis.
mengerjakan soal pada bahan ajar. Selain itu, hasil Dihasilkan bahan ajar berbasis matematika
ujicoba juga menunjukkan bahwa siswa dapat realistik yang efektif, karena dapat meningkatkan
mengisi atau menyelesaikan tugas. aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dilihat
Setelah ujicoba small group, ujicoba selama pembelajaran dengan bahan ajar ini
dilanjutkan dengan uji lapangan. Uji lapangan berlangsung. Aktivitas tersebut meliputi: (1) siswa
dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga kali menyelesaikan masalah pada bahan ajar, (2) siswa
pertemuan di SD. Uji lapangan dilakukan dengan menjawab atau bertanya (pada guru atau teman)
meminta guru melaksanakan pembelajaran dengan tentang materi/masalah matematika, (3) siswa
menggunakan bahan ajar yang telah dirancang. menyampaikan hasil kerjanya, (4) siswa
Pembelajaran yang dilakukan diamati dan diakhir menanggapi hasil kerja temannya, dan (5) siswa
pembelajaran siswa diminta mengisi angket. Rata- mengerjakan tes/evaluasi. Selain itu bahan ajar
rata persentase hasil analisis angket kepraktisan yang dirancang juga dapat meningkatkan hasil
dari sudut pandang siswa adalah 88.46% dengan belajar siswa, hal ini terlihat dari ketuntasan belajar
kategori sangat praktis. Sedangkan rata-rata siswa yang mencapai 91,17%, dengan rata-rata
persentase hasil analisis angket kepraktisan dari hasil belajar siswa 82,17.
sudut pandang guru adalah 82,5% dengan kategori
praktis.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 388
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.4 Edisi Nopember 2020
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Tinggi, Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, dan Institut
Pendidikan Tapanuli Selatan.

5. REFERENSI
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran
dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT Refika aditama.
Depdiknas. 2010. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 389

Anda mungkin juga menyukai