PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkualitasdan mampu berkompetisi dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan sebaik –
baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Pendidikan hendaknya dikelolan, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan terlaksanya
pendidikan yang tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sejalan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sekolah merupakan lembaga formal penyelengara pendidikan. Sekolah dasar
sebagai salah satu lembaga formal dasar yang bernaung dibawah departemen
pendidikan nasiaonal pengemban misidasar dalam memberikan kontribusi untuk
mencapai tujuan pendidikan nasioanl.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pendidikan matematika realistik Indonesia?
2. Bagaimana prinsip – prinsip pendidikan matematika realistik
Indonesia?
3. Bagaimana karakteristik pendidikan matematika realistik Indonesia?
4. Bagaimana contoh penerapan pendidikan matematika realistik
Indonesia?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan matematika realistik
Indonesia
2. Untuk mengetahui prinsip – prinsip pendidikan matematika realistik
Indonesia
3. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan matematika realistik
Indonesia
4. Untuk mengetahui contoh penerapan pendidikan matematika realistik
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Saepul Hamdani dkk., Pembelajaran Matematika, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009),
h. 5.
secara interaktif, siswa mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru dan
memberikan alasan terhadap pertanyaan atau jawaban yang diberikannya,
memahami jawaban dari teman atau siswa lain, setuju terhadap jawaban
atau menyatakan ketidak setujuan, dan mencari alternatif penyelesaian
yang lain.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan PMRI lebih
menekankan kepada “student oriented” atau “problem oriented” sehingga
akan mengurangi banyak domonasi guru. Dengan menggunakan
pendekatan ini, siswa akan belajar konsep-konsep matematika berdasarkan
realitas atau lingkungan di sekitar mereka. Dalam hal ini pendekatan
realistik merupakan pendekatan dalam proses belajar matematika yang
dikemangkan guna mendekatkan matematika kepada siswa, sehingga
proses pembelajaran matematika dapat menarik dan bermakna.2
B. Prinsip pendidikan matematika realistik Indonesia ( PMRI )
Suryanto ( 2010 ) mengungkapkan tiga prinsip yang merupakan
dasar teori PMRI ketiga prinsip tersebut adalah guided reinvention dan
progressive mathematization, didactical phenomenology serta self-
developed model.
2
Kuesaeri dkk, Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 7
Prinsip Guided Reinvention ialah penekanan pada “penemuan kembali”
secara terbimbing. Jadi pembelajaran tidak diawali dengan pemberitahuan tentang
“ketentuan” atau“pengertian”, atau “nama objek matematis” (definisi), atau
“sifat”(teorema), atau “aturan”, yang diikuti dengan contoh-contoh serta
penerapannya, tetapi justru dimulai dengan masalah kontekstual yang realistik
(dapat dipahami atau dibayangkan oleh siswa, karena diambil dari dunia siswa
atau dari pengalaman siswa). Selanjutnya melalui aktivitas diharapkan siswa dapat
menemukan kembali pengertian (definisi), sifat-sifat matematis (teorema),
dll.Meskipun dalam pengungkapannya masih dalam bahasa informal
(nonmatematis).
3
Kuesaeri dkk, Pembelajaran Matematika MI, h. 7
Prinsip ini menekankan pembelajaran yang bersifat mendidik dan menekankan
pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik topik matematika
kepada siswa. Tujuan utama pembelajaran dalam PMR bukanlah diketahuinya
beberapa konsep atau rumus, atau dikerjakannya banyak soal oleh siswa,
melainkan pengalaman belajar yang bermakna atau proses belajar yang bermakna,
dan sikap positif terhadap matematika sebagai dampak dari matematisasi,baik
horizontal maupun vertikal, kebiasaan berdiskusi dan merefleksi.
4
Ibid, h. 7-8
Secara umum dapat dikemukakan langkah-langkah pembelajaran
matematika dengan pendekatan PMR sebagai berikut :
a. Persiapan kelas
1) Persiapan sarana dan prasarana pembelajaran yang diperlukan,
misalnya buku siswa, LKS, alat peraga,dsb.
2) Pengelompokkan siswa, jika perlu.
3) Penyampaian tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
diharapkan dicapai, serta cara belajar yang akan dipakai hari itu.
b. Kegiatan Pembelajaran
1) Siswa diberi masalah kontekstual atau soal cerita yang realistik
(secara lisan atau tertulis). Masalah tersebut harus dipahami siswa,
jika siswabelum dapat memahami masalah atau soalnya, harus
diberi penjelasan singkat dan seperlunya. Penjelasan yang
diberikan tidak mengarahkan pada cara penyelesaian masalah,
tetapi membantu siswa memahami masalahnya, bisa juga
memberikan pertanyaan untuk memancing reaksi siswa ke arah
yang benar.
2) Siswa, secara kelompok ataupun secara individual mengerjakan
soal atau memecahkan masalah kontekstual yang diberikan dengan
caranya sendiri.
3) Jika dalam waktu yang dipandang cukup belum ada satupun siswa
yang dapat menemukan cara pemecahan, guru memberikan
bimbingan atau petunujuk seperlunya atau mengajukan pertanyaan
yang menantang. Petunjuk itu dapat berupa gambar ataupun bentuk
lain.5
4) Setelah waktu yang disediakan habis, beberapa orang siswa atau
wakil dari kelompok siswa menyampaikan hasil kerjanya atau hasil
pemikirannya. Siswa yang lain atau kelompok yang lain diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau tanggapannya
tentang berbagai cara penyelesaian yang disajikan temannya di
5
Ibid, h. 8
depan kelas. Apabila terdapat berbagai cara penyelesaian maka
perlu diungkap semuanya.
5) Guru mengarahkan atau membimbing siswa untuk membuat
kesepakatan kelas tentang cara penyelesaian mana yang dianggap
paling tepat. Dalam proses ini dapat terjadi negosiasi. Guru perlu
memberi penekanan kepada cara penyelesaian benar yang dipilih.
6) Apabila masih tidak ada cara penyelesaian yang benar, guru
meminta siswa agar memikirkan cara penyelesaian yang lain.
C. karakteristik Matematika Realistik Indonesia(PMRI)
1. Menggunakan konteks “Dunia Nyata”
Dalam pembelajaran matematika realisik, pembelajaran diawali
dengan masalah kontekstual 9dunia nyata), sehingga memungkinkan
peserta didik menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung.
2. Menggunakan model-model (matematis)
Peserta didik membuat model sendiri dalam menyelesaikan
masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat dengan dunia nyta.
3. Menggunakan Produksi dan Kontruksi
Strategi-strategi informal yang berupa prosedur pemecahan
masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan
pembelajaran.
4. Menggunakan interaktif
Interaksi antar murid dengan guru merupakan hal yang mendasar
dalam pendidikan matematika realistik.
5. Menggunakan keterkaitan
Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya memerlukan
pengetahuan yang kompleks, dan tidak hanya aritmatika, aljabar, atau
geometri tetapi juga bidang yang lainnya .6
D. Penerapan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Secara konkret, penerapan PMRI dalam pembelajaran dapat
digambarkan dalam langkah – langkah operasional sebagai berikut:
6
Ibid, h . 8-9
1. Pemberian masalah
2. Penyelesaian masalah oleh peserta didik dengan cara mereka sendiri
3. Peserta didik yang memiliki penyelesian masalah yang berbeda – beda
mempresentasikan hasil kerjanya
4. Peserta didik lain memberikan tanggapan terhadap pekerjaan yang
telah dipresentasikan
5. Dari beberapa penyelesaian dan hasil diskusi, akhirnya melalui proses
negoisasi peserta didik memilih penyelesaian paling baik.
6. Peserta didik mengakhiri kegiatan penyelesaian maslah dengan
refleksi.7
menghitung keliling
luas persegi dan persegi panjang
serta penggunaannya dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar:
Indikator:
a. Langkah 1
7
Ibid, h.9.
8
Esti, Widayati dkk. Pembelajaran Matematika MI. h. 12.
Guru mengajak siswa menghitung luas lantai yang dibatasi dengan tali
membentuk persegi panjang dengan menghitung banyaknya ubin yang
dibatasi oleh tali tersebut.
b. Langkah 2
Guru dapat menggambarkan persegi panjang yang di lantai pada
papan tulis atau menggambarnya pada kertas yang telah disiapkan dan
meminta siswa menghitung luas persegi panjang apabila satu ubin
merupakan satu satuan luas.
c. Langkah 3
Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyelesaikan
masalah dengan caranya sendiri untuk mendapatkan luas persegi panjang.
Kemudian guru meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan
jawabannya di papan tulis dan sekaligus menjelaskan kepada kelompok
lain darimana jawaban tersebut didapat.
Dengan demikian, alternatif jawaban siswa yang benar adalah sebagai
berikut:
Alternatif 1: Dengan membilang satu persatu persegi satuan, diperoleh
jawaban siswa: luas persegi panjang = 15 satuan luas.
Alternatif 2: Dengan menjumlah persegi satuan pada tiap-tiap kolom,
diperoleh jawaban siswa: luas persegi panjang = (3 + 3 + 3 + 3 + 3) satuan
luas = 15 satuan luas. 9
Alternatif 3: Dengan menjumlah persegi satuan pada tiap-tiap kolom,
kemudian siswa mengubahnya dalam kalimat perkalian, maka diperoleh
jawaban siswa: luas persegi panjang = (3 + 3 + 3 + 3 + 3) satuan luas = 15
satuan luas. Luas = (5 × 3) satuan luas = 15 satuan luas.
Alternatif 4: Dengan menjumlah persegi satuan pada tiap-tiap baris, maka
diperoleh jawaban siswa: luas persegi panjang = (5 + 5 + 5) satuan luas =
15 satuan luas.
Alternatif 5: Dengan menjumlah persegi satuan pada tiap-tiap baris,
kemudian siswa mengubahnya dalam kalimat perkalian, maka diperoleh
jawaban siswa: luas persegi panjang = (5 + 5 + 5) satuan luas = 15 satuan
luas. Luas = (3 × 5) satuan luas = 15 satuan luas.10
9
Ibid, h. 12-13.
10
Ibid, h. 13.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Zainurie (2007) matematika realistik adalah matematika
sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan
pengalaman peserta didik sebagai titik awal pembelajaran. Yang
dimaksud realita adalah hal-hal yang nyata atau konkret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan.
Suryanto ( 2010 ) mengungkapkan tiga prinsip yang merupakan
dasar teori PMRI ketiga prinsip tersebut adalah guided reinvention dan
progressive mathematization, didactical phenomenology serta self-
developed model.