Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkualitasdan mampu berkompetisi dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan sebaik –
baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Pendidikan hendaknya dikelolan, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan terlaksanya
pendidikan yang tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sejalan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sekolah merupakan lembaga formal penyelengara pendidikan. Sekolah dasar
sebagai salah satu lembaga formal dasar yang bernaung dibawah departemen
pendidikan nasiaonal pengemban misidasar dalam memberikan kontribusi untuk
mencapai tujuan pendidikan nasioanl.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pendidikan matematika realistik Indonesia?
2. Bagaimana prinsip – prinsip pendidikan matematika realistik
Indonesia?
3. Bagaimana karakteristik pendidikan matematika realistik Indonesia?
4. Bagaimana contoh penerapan pendidikan matematika realistik
Indonesia?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan matematika realistik
Indonesia
2. Untuk mengetahui prinsip – prinsip pendidikan matematika realistik
Indonesia
3. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan matematika realistik
Indonesia
4. Untuk mengetahui contoh penerapan pendidikan matematika realistik
Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dasar pendidikan matematika realistik Indonesia ( PMRI )


Menurut Zainurie (2007) matematika realistik adalah matematika
sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman
peserta didik sebagai titik awal pembelajaran. Yang dimaksud realita
adalah hal-hal yang nyata atau konkret yang dapat diamati atau dipahami
siswa lewat membayangkan. Salah satu pembelajaran yang
memperhatikan struktur kemampuan berfikir siswa atau perkembangan
jiwa anak adalah pembelajaran matematika dengan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) digagas oleh sekelompok pendidik matematika di
Indonesia. Motivasi awal adalah mencari pengganti matematika modern.
Permasalahan dari matematika modern adalah menyajikan matematika
sebagai produk jadi, siap pakai, abstrak dan diajarkan secara mekanistik,
yaitu guru memberikan rumus dan prosedur kepada siswa. Dalam PMRI,
bahan pelajaran yang disajikan melalui bahan cerita yang sesuai dengan
lingkungan siswa (kontekstual). Pendidik mengamati terdapat siswa yang
yang menggunkan prosedur tanpa memahaminya. PMRI merupakan suatu
gerakan untuk mereformasi pendidikan matematika di Indonesia.1
Adapun konsep pendidikan metematika realistik tentang siswa
adalah siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk
pengetahuan itu untuk dirinya sendiri. Pengajaran matematika dengan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik meliputi aspek yaitu:
pelajaran dimulai dengan mengajukan pertanyaan atau masalah yang nyata
bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya.
Permasalahan yang diberikan harus sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembeajaran tersebut. Pendidikan matematika berlangsung

1
A. Saepul Hamdani dkk., Pembelajaran Matematika, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009),
h. 5.
secara interaktif, siswa mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru dan
memberikan alasan terhadap pertanyaan atau jawaban yang diberikannya,
memahami jawaban dari teman atau siswa lain, setuju terhadap jawaban
atau menyatakan ketidak setujuan, dan mencari alternatif penyelesaian
yang lain.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan PMRI lebih
menekankan kepada “student oriented” atau “problem oriented” sehingga
akan mengurangi banyak domonasi guru. Dengan menggunakan
pendekatan ini, siswa akan belajar konsep-konsep matematika berdasarkan
realitas atau lingkungan di sekitar mereka. Dalam hal ini pendekatan
realistik merupakan pendekatan dalam proses belajar matematika yang
dikemangkan guna mendekatkan matematika kepada siswa, sehingga
proses pembelajaran matematika dapat menarik dan bermakna.2
B. Prinsip pendidikan matematika realistik Indonesia ( PMRI )
Suryanto ( 2010 ) mengungkapkan tiga prinsip yang merupakan
dasar teori PMRI ketiga prinsip tersebut adalah guided reinvention dan
progressive mathematization, didactical phenomenology serta self-
developed model.

Berikut adalah penjelasan dari ketiga prinsip tersebut menurut Suryanto :

1. Guided Reinvention (Penemuan Kembali secara Terbimbing) dan


Progressive Mathematization (Matematisasi Progresif)

Prinsip guided reinvention adalah penemuan kembali secara terbimbing.


Melalui masalah kontekstual yang realistis (yang dapat dibayangkan atau
dipahami oleh siswa), yang mengandung topik-topik matematis tertentu yang
disajikan, siswa diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali
ide-ide dan konsep matematis.

2
Kuesaeri dkk, Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 7
Prinsip Guided Reinvention ialah penekanan pada “penemuan kembali”
secara terbimbing. Jadi pembelajaran tidak diawali dengan pemberitahuan tentang
“ketentuan” atau“pengertian”, atau “nama objek matematis” (definisi), atau
“sifat”(teorema), atau “aturan”, yang diikuti dengan contoh-contoh serta
penerapannya, tetapi justru dimulai dengan masalah kontekstual yang realistik
(dapat dipahami atau dibayangkan oleh siswa, karena diambil dari dunia siswa
atau dari pengalaman siswa). Selanjutnya melalui aktivitas diharapkan siswa dapat
menemukan kembali pengertian (definisi), sifat-sifat matematis (teorema),
dll.Meskipun dalam pengungkapannya masih dalam bahasa informal
(nonmatematis).

Prinsip progressive mathemalization adalah upaya yang mengarah pada


pemikiran yang matematis. Dikatakan progresif karena terdiri alas dua langkah
yang berurutan, yaitu matematisasi horizontal (berawal dari masalah kontekstual
yang diberikan dan berakhir pada matematika yang formal) dan matematisasi
vertikal (dari matematika formal ke matematika formal yang lebih luas atau lebih
tinggi).

2. Didactical Phenomenology (Fenomenologi Didaktis)

Prinsip ini menekankan fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan


menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik
matematika kepada siswa. Masalah kontekstual dipilih dengan
mempertimbangkan aspek kecocokan aplikasi yang harus diantisipasi dalam
pembelajaran dan kecocokan dalam proses reinvention, yang berarti bahwa
konsep, aturan, cara, atau sifat, termasuk model sistematis, tidak disediakan atau
diberitahukan oleh guru, tetapi siswa perlu berusaha sendiri untuk menemukan
atau membangun sendiri dengan berpangkal pada masalah kontekstual.3

3
Kuesaeri dkk, Pembelajaran Matematika MI, h. 7
Prinsip ini menekankan pembelajaran yang bersifat mendidik dan menekankan
pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik topik matematika
kepada siswa. Tujuan utama pembelajaran dalam PMR bukanlah diketahuinya
beberapa konsep atau rumus, atau dikerjakannya banyak soal oleh siswa,
melainkan pengalaman belajar yang bermakna atau proses belajar yang bermakna,
dan sikap positif terhadap matematika sebagai dampak dari matematisasi,baik
horizontal maupun vertikal, kebiasaan berdiskusi dan merefleksi.

3. Self-developed model (Membangun Sendiri Model)

Prinsip self-developed model menunjukkan adanya fungsi “jembatan” yang


berupa model. Pendekatan pembelajaran ini berpangkal pada masalah kontekstual
dan menuju ke matematika formal, serta kebebasan pada siswa, sehingga siswa
akan mengembangkan model sendiri.

Prinsip ini menunjukkan adanya “jembatan” yang berupa model karena


berpangkal pada masalah kontekstual dan akan menuju ke matematika formal.
Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan model sendiri.Model itu
mungkin masih sederhana dan masih mirip masalah kontekstualnyaatau masih
matematika informal (model of), selanjutnya mungkin melalui generalisasi atau
formalisasi dapat mengembangkan model yang lebih umum yang mengarah ke
matematika formal (model for).

Pendidikan Matematika Realistik memiliki lima dasar aplikatif yang


sekaligus merupakan karakteristiknya. Kelima karakteristik Pendidikan
Matematika Realistik tersebut yaitu (1) menggunakan konteks, (2) menggunakan
model, (3) menggunakan kontribusi siswa, (4) menggunakan format interaktivitas,
dan (5) Intertwinning (memanfaatkan keterkaitan).4

4
Ibid, h. 7-8
Secara umum dapat dikemukakan langkah-langkah pembelajaran
matematika dengan pendekatan PMR sebagai berikut :
a. Persiapan kelas
1) Persiapan sarana dan prasarana pembelajaran yang diperlukan,
misalnya buku siswa, LKS, alat peraga,dsb.
2) Pengelompokkan siswa, jika perlu.
3) Penyampaian tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
diharapkan dicapai, serta cara belajar yang akan dipakai hari itu.
b. Kegiatan Pembelajaran
1) Siswa diberi masalah kontekstual atau soal cerita yang realistik
(secara lisan atau tertulis). Masalah tersebut harus dipahami siswa,
jika siswabelum dapat memahami masalah atau soalnya, harus
diberi penjelasan singkat dan seperlunya. Penjelasan yang
diberikan tidak mengarahkan pada cara penyelesaian masalah,
tetapi membantu siswa memahami masalahnya, bisa juga
memberikan pertanyaan untuk memancing reaksi siswa ke arah
yang benar.
2) Siswa, secara kelompok ataupun secara individual mengerjakan
soal atau memecahkan masalah kontekstual yang diberikan dengan
caranya sendiri.
3) Jika dalam waktu yang dipandang cukup belum ada satupun siswa
yang dapat menemukan cara pemecahan, guru memberikan
bimbingan atau petunujuk seperlunya atau mengajukan pertanyaan
yang menantang. Petunjuk itu dapat berupa gambar ataupun bentuk
lain.5
4) Setelah waktu yang disediakan habis, beberapa orang siswa atau
wakil dari kelompok siswa menyampaikan hasil kerjanya atau hasil
pemikirannya. Siswa yang lain atau kelompok yang lain diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau tanggapannya
tentang berbagai cara penyelesaian yang disajikan temannya di

5
Ibid, h. 8
depan kelas. Apabila terdapat berbagai cara penyelesaian maka
perlu diungkap semuanya.
5) Guru mengarahkan atau membimbing siswa untuk membuat
kesepakatan kelas tentang cara penyelesaian mana yang dianggap
paling tepat. Dalam proses ini dapat terjadi negosiasi. Guru perlu
memberi penekanan kepada cara penyelesaian benar yang dipilih.
6) Apabila masih tidak ada cara penyelesaian yang benar, guru
meminta siswa agar memikirkan cara penyelesaian yang lain.
C. karakteristik Matematika Realistik Indonesia(PMRI)
1. Menggunakan konteks “Dunia Nyata”
Dalam pembelajaran matematika realisik, pembelajaran diawali
dengan masalah kontekstual 9dunia nyata), sehingga memungkinkan
peserta didik menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung.
2. Menggunakan model-model (matematis)
Peserta didik membuat model sendiri dalam menyelesaikan
masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat dengan dunia nyta.
3. Menggunakan Produksi dan Kontruksi
Strategi-strategi informal yang berupa prosedur pemecahan
masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan
pembelajaran.
4. Menggunakan interaktif
Interaksi antar murid dengan guru merupakan hal yang mendasar
dalam pendidikan matematika realistik.
5. Menggunakan keterkaitan
Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya memerlukan
pengetahuan yang kompleks, dan tidak hanya aritmatika, aljabar, atau
geometri tetapi juga bidang yang lainnya .6
D. Penerapan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Secara konkret, penerapan PMRI dalam pembelajaran dapat
digambarkan dalam langkah – langkah operasional sebagai berikut:

6
Ibid, h . 8-9
1. Pemberian masalah
2. Penyelesaian masalah oleh peserta didik dengan cara mereka sendiri
3. Peserta didik yang memiliki penyelesian masalah yang berbeda – beda
mempresentasikan hasil kerjanya
4. Peserta didik lain memberikan tanggapan terhadap pekerjaan yang
telah dipresentasikan
5. Dari beberapa penyelesaian dan hasil diskusi, akhirnya melalui proses
negoisasi peserta didik memilih penyelesaian paling baik.
6. Peserta didik mengakhiri kegiatan penyelesaian maslah dengan
refleksi.7

Contoh penerapan PMRI pada pembelajaran pengukuran di kelas III


semester 2. Standar Kompetensi:

 menghitung keliling
 luas persegi dan persegi panjang
 serta penggunaannya dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar:

 menghitung luas persegi dan persegi panjang

Indikator:

 menemukan rumus luas persegi panjang


 menghitung luas persegi panjang

Guru yang realistik memulai pembelajaran menemukan rumus luas


persegi panjang dengan memberikan masalah kontekstual kepada siswa
untuk diselesaikan secara berkelompok, seperti:8

a. Langkah 1

7
Ibid, h.9.
8
Esti, Widayati dkk. Pembelajaran Matematika MI. h. 12.
Guru mengajak siswa menghitung luas lantai yang dibatasi dengan tali
membentuk persegi panjang dengan menghitung banyaknya ubin yang
dibatasi oleh tali tersebut.

b. Langkah 2
Guru dapat menggambarkan persegi panjang yang di lantai pada
papan tulis atau menggambarnya pada kertas yang telah disiapkan dan
meminta siswa menghitung luas persegi panjang apabila satu ubin
merupakan satu satuan luas.

c. Langkah 3
Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyelesaikan
masalah dengan caranya sendiri untuk mendapatkan luas persegi panjang.
Kemudian guru meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan
jawabannya di papan tulis dan sekaligus menjelaskan kepada kelompok
lain darimana jawaban tersebut didapat.
Dengan demikian, alternatif jawaban siswa yang benar adalah sebagai
berikut:
Alternatif 1: Dengan membilang satu persatu persegi satuan, diperoleh
jawaban siswa: luas persegi panjang = 15 satuan luas.
Alternatif 2: Dengan menjumlah persegi satuan pada tiap-tiap kolom,
diperoleh jawaban siswa: luas persegi panjang = (3 + 3 + 3 + 3 + 3) satuan
luas = 15 satuan luas. 9
Alternatif 3: Dengan menjumlah persegi satuan pada tiap-tiap kolom,
kemudian siswa mengubahnya dalam kalimat perkalian, maka diperoleh
jawaban siswa: luas persegi panjang = (3 + 3 + 3 + 3 + 3) satuan luas = 15
satuan luas. Luas = (5 × 3) satuan luas = 15 satuan luas.
Alternatif 4: Dengan menjumlah persegi satuan pada tiap-tiap baris, maka
diperoleh jawaban siswa: luas persegi panjang = (5 + 5 + 5) satuan luas =
15 satuan luas.
Alternatif 5: Dengan menjumlah persegi satuan pada tiap-tiap baris,
kemudian siswa mengubahnya dalam kalimat perkalian, maka diperoleh
jawaban siswa: luas persegi panjang = (5 + 5 + 5) satuan luas = 15 satuan
luas. Luas = (3 × 5) satuan luas = 15 satuan luas.10

9
Ibid, h. 12-13.
10
Ibid, h. 13.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Zainurie (2007) matematika realistik adalah matematika
sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan
pengalaman peserta didik sebagai titik awal pembelajaran. Yang
dimaksud realita adalah hal-hal yang nyata atau konkret yang dapat
diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan.
Suryanto ( 2010 ) mengungkapkan tiga prinsip yang merupakan
dasar teori PMRI ketiga prinsip tersebut adalah guided reinvention dan
progressive mathematization, didactical phenomenology serta self-
developed model.

karakteristik Matematika Realistik Indonesia(PMRI) adalah


Menggunakan konteks “Dunia Nyata”, Menggunakan model-model
(matematis), Menggunakan Produksi dan Kontruksi, Menggunakan
interaktif dan menggunakan keterkaitan.

Secara konkret, penerapan PMRI dalam pembelajaran dapat


digambarkan dalam langkah – langkah operasional sebagai berikut:
Pemberian masalah, Penyelesaian masalah oleh peserta didik dengan cara
mereka sendiri, Peserta didik yang memiliki penyelesian masalah yang
berbeda – beda mempresentasikan hasil kerjanya, Peserta didik lain
memberikan tanggapan terhadap pekerjaan yang telah dipresentasikan,
Dari beberapa penyelesaian dan hasil diskusi, akhirnya melalui proses
negoisasi peserta didik memilih penyelesaian paling baik, dan Peserta
didik mengakhiri kegiatan penyelesaian maslah dengan refleksi.
DAFTAR PUSTAKA

Esti, Widayati dkk. 2009. Pembelajaran Matematika MI. Ponorogo. LAPIS.


Hamdani, A. Saepul dkk.2009. Pembelajaran Matematika. Surabaya: LAPIS-PGMI.
Kuesaeri dkk.2009. Pembelajaran Matematika MI. Surabaya: LAPIS-PGMI.

Anda mungkin juga menyukai