BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika
mengajar. Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya juga suatu
komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa,
dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan
1
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2001), hal.
57
2
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Agen
Sindo, 1995), cet III, hal. 9
3
Erman Suherman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal. 8
13
abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir deduktif.4 Dalam hal ini
matematika merupakan suatu ilmu yang didasarkan atas akal (Rasio) yang
matematika guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan ide dan
dan strategi pembelajaran yang tepat dan relevan. Tidak hanya tingkat
kedalaman konsep yang diberikan pada siswa yang harus disesuaikan dengan
4
Russeffendi dan Soedjadi dalam Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah
Dasar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hal 1
5
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 130
6
Taufik, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Matematika
Realistik pada Materi Himpunan di SMP, (Malang : Universitas Malang, 2013), hal. 404
7
Erman Suherman dkk, Loc,Cit. , hal. 8
14
mengalami kesulitan, karena apa yang disajikan pada siswa tidak sesuai
dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Selain itu banyak
penataan nalar dan pembentukan sikap siswa. Tujuan umum kedua adalah
8
Yuhastriati, Pendekatan Realistik Dalam Pembelajaran Matematika, (FKIP Unsyiah :
TT), hal. 81
15
berada dekat dengan peserta didik, dan relevan dengan kehidupan masyarakat
kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan
pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal 13. Teori ini mengacu pada pendapat
harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.
oleh para ahli matematika atau bila memungkinkan siswa dapat menemukan
hal yang sama sekali belum pernah ditemukan.14 Menurut Zukardi dalam
yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan keterampilan
12
Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik, (Yogjakarta : Graha Ilmu, 2012), hal
43
13
Ibid., hal 3
14
Erman Suherman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal 6
18
yang dimaksud adalah masalah-masalah nyata dan konkrit yang dekat dengan
lingkungan siswa dan dapat diamati atau dipahami oleh siswa dengan
konsep.
pengembangan ide-ide dan konsep-konsep yang dimulai dari dunia nyata yang
berikut :
Dunia nyata
19
1. Penggunaan konteks
15
Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik, (Yogjakarta : Graha Ilmu, 2012),
hal 21
16
Ibid , hal 22
20
masalah sehingga diperoleh suatu strategi yang bervariasi. Hal ini akan
4. Interaktivitas
dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan lingkungannya. Maka
atas:
pada langkah ini adalah interaktif, yaitu terjadinya interaksi antara guru
22
tahap ini, ada dua prinsip yang dapat dimunculkan yaitu guided
siswa yang lain untuk mencermati dan menanggapi jawaban yang muncul
pemecahan masalah.
5) Menyimpulkan
yang telah dibangun bersama. Pada tahap ini karakteristik yang muncul