Anda di halaman 1dari 28

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Desain pembelajaran matematika hipotetik pada materi operasi

himpunan yang menggunakan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) di kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 4

Sungai Penuh.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4

Sungai Penuh dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VI A. Jumlah

siswa sebanyak 22 siswa yang terdiri dari 10 laki - laki dan 12 perempuan.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam 6 kali pertemuan. Pertemuan

dilaksanakan mulai dari hari Kamis tanggal 5 Januari 2017. Pembelajaran

dilaksanakan selama 2 x 35 menit, dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul

9.10. Berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian yang terdiri atas

pemaparan hasil penelitian yang dilaksanakan sesuai dengan metode

penelitian yang telah peneliti jelaskan pada bab III.

a. Kondisi Siswa Terhadap Konsep Matematika

Pada tahap observasi, peneliti mengamati kemampuan awal

siswa, kemudian melakukan pengkajian terhadap pemahaman konsep

siswa dengan mengamati proses belajar mengajar siswa pada mata

pelajaran matematika yang berlangsung di kelas yang akan diteliti oleh

peneliti. Peneliti menemukan bahwa guru masih menggunakan sistem

ceramah, tanya jawab, dan latihan serta satu arah. Pembelajaran


39

matematika di kelas cukup baik namun masih terdapat siswa yang kurang

menyimak, mencontek saat mengerjakan latihan, dan tidak fokus dalam

belajar sehingga kurang memahami manfaat matematika dalam

kehidupan sehari-hari.

Pada saat diwawancarai, kebanyakan siswa beranggapan bahwa

matematika itu menyulitkan, membingungkan dalam hitungan, dan rumit

dalam penyelesaiannya. Ketidaktertarikan inilah yang membuat siswa

tidak menyimak dan cenderung tidak fokus dalam pembelajaran

matematika. Menurut pendapat peneliti suasana belajar yang

menyenangkan dan lebih mengaitkan ke dunia di sekitar siswa akan

menambah motivasi dan dorongan siswa untuk belajar serta

meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar meangajar. Karena

siswa akan lebih paham dan mengerti jika mereka yang mencari dan

menemukan sendiri konsep pembelajaran matematika tersebut.

b. Penyusunan Hypothetical Learning Trajectory (HLT)

Hypothetical learning Trajectory (HLT) merupakan suatu

instrument yang menjadi  panduan pada proses pelaksanaan penelitian

design research, sebagai perluasan dari percobaan pikiran (tought

experiment). HLT digunakan sebagai bagian dari apa yang disebut siklus

mengajar matematika (mathematical learning cycle) untuk satu atau dua

pembelajaran, atau bahkanuntuk lebih dari dua pembelajaran. HLT dapat

menghubungkan antara teori pembelajaran (instructional theory) dan

percobaan pembelajaran secara konkrit. HLT digunakan untuk


40

membimbing proses percobaan pembelajaran agar sesuai dengan

spesifikasi materi dan hipotesis pembelajaran yang sudah ditentukan

dalam bentuk HLT. pada proses ini HLT mengalami tahap Preparation and

design yang pada tahap ini, HLT dirancang untuk membimbing proses

perancangan bahan pembelajaran yang akan dikembangkan dan diadaptasi.

Konprontasi antara pemikiran umum dengan kegiatan konkrit sering

mengarah pada HLT yang lebih spesifik. HLT dirancang selama tahap

preparation and design.1

Dengan begitu, HLT merupakan bentuk konkrit atau pengkonkritan

teori pembelajaran. Sebaliknya, teori pembelajaran dibentuk dari

pengembangan HLT. Karena HLT, memuat tiga komponen, yiatu tujuan

pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan hipotesis pembelajaran, maka

keberadaannya sangat penting dalam seluruh tahapan design research. 

Oleh sebab itu, HLT terdiri dari:

1) Tujuan

Tujuan dari kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan.

Tujuan yang dimaksud di sini adalah apa yang akan dicapai siswa

dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

2) Aktivitas pembelajaran

Aktifitas pembelajaran yang dirancang dengan seksama agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

1
Dindin Abdul Muiz Lidinillah, Educational Design Research : a Theoretical
Framework for Action, (Bandung : Jurnal Pendidikan, 2014), hal. 13
41

3) Dugaan proses belajar siswa

Peneliti menduga di awal tentang bagaimana kegiatan

pembelajaran akan berlangsung dan utamanya adalah proses belajar

siswa selama kegiatan tersebut. Dengan dugaan-dugaan ini, peneliti

dapat mengantisipasi segala kemungkinan di lapangan.

c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu

pada indikator pembelajaran yang akan dicapai. Pada penelitian ini, RPP

dibuat sebagai pedoman pokok peneliti dalam melaksanakan desain

pembelajaran di kelas. RPP juga dirancang dengan memperhatikan

komponen, prinsip, dan syarat-syarat RPP yang baik dan mengacu pada

indikator pencapaian yaitu pada pemahaman konsep siswa dan unsur

realita yang ada di kelas. Langkah dan tahap pembelajaran di dalam RPP

dibuat lebih sederhana dan mengaitkan dengan lingkungan yang ada

didalam kelas

Perencanaan pembelajaran yang dipersiapkan peneliti adalah

memahami kurikulum, menguasai bahan ajar, menyusun program

pengajaran, melaksanakan program pengajaran dan menilai program

pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan serta

perencanaan pembelajaran yang dibuat dalam kesatuan utuh yang

memiliki komponen (tujuan, materi, pengalaman belajar dan evaluasi)

yang satu sama lain saling berinteraksi yang sesuai dengan spesifikasi
42

materi ajar dan lingkungan belajar siswa (kebutuhan siswa dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi).

d. Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa(LKS) berisi petunjuk praktikum, percobaan,

materi untuk berdiskusi, kuis, tugas portofolio, dan soal-soal latihan

maupun segala bentuk petunjuk yg mampu mengajak siswa beraktivitas

dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti menyusun LKS dengan

mempertahatikan berbagai hal yang ada di lingkungan siswa seperti

Memperhatikan adanya perbedaan individual, terkaan pada proses untuk

menemukan konsep-konsep, Memiliki variasi stimulus melalui berbagai

media dan kegiatan siswa yang dapat mengembangkan kemampuan

komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa.

Sebelum pelaksanaan pembelajaran di kelas, peneliti perlu

menyiapkan bahan ajar yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

Bahan ajar yang lengkap akan membantu peneliti dalam mengajar, dan

membantu siswa dalam proses belajar. Suatu bahan ajar ikut menentukan

pencapaian tujuan pembelajaran. Lembar kegiatan siswa atau sering

disingkat dengan LKS yang dibuat peneliti untuk membantu pelaksanaan

pembelajaran di kelas merupakan bagian dari suatu bahan ajar.

Pada penelitian ini, siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan

menggunakan alat peraga, namun siswa juga diberikan LKS yang telah

peneliti siapkan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap

materi yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut.


43

Peneliti merancang LKS yang mengaitkan unsur-unsur realita yang

ada di dalam kelas agar pada saat pengerjaan LKS pemahaman siswa

menjadi mudah dinilai dan indikator keberhasilan pembelajaran menjadi

sederhana sehingga membuat adanya keterlibatan unsur realita untuk

menguji pemahaman siswa.

2. Implementasi desain pembelajaran matematika hipotetik pada materi

operasi himpunan yang menggunakan pendekatan Realistic

Mathematics Education (RME) di kelas VII Sekolah Menengah

Pertama Negeri 4 Sungai Penuh.

1) Instruction Experiment (eksperimen pengajaran)

a. Deskripsi Hasil Penelitian pada Pertemuan Pertama

1. Thought Experiment (Persiapan dan Desain)

Pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) peneliti

mendesain pembelajaran yang akan menggunakan Lembar Kerja

Siswa (LKS) dan media pembelajaran berupa Roti dan Permen.

Media tersebut digunakan dalam pembelajaran yang membahas

mengenai konsep awal dari Himpunan.

2. Instruction Experiment (Eksperimen Pengajaran)

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa tanggal

5 Januari 2016 sesuai dengan jadwal pelajaran matematika.

Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang

telah di desain. Kemudian pada kegiatan ini siswa diajak untuk

mengemukakan pendapat mereka mengenai apa itu Himpunan.


44

Untuk menambah pengetahuan siswa, peneliti membagikan LKS

dan media berupa Roti dan permen pada siswa.

Siswa diminta untuk membagi dan menyelesaikan soal

pada LKS, dengan demikian mereka dapat menemukan konsep

dan arti dari himpunan dalam kehidupan sehari-hari

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 2 dan 3 : Siswa kelas VI A Sekolah Menengah Pertama


Negeri 4 Sungai Penuh sedang menyelesaikan LKS dengan
menggunakan media.
45

Beberapa faktor tersebut menyebabkan persentase

keaktifan siswa berdasarkan Pada pertemuan pertama, proses

pembelajaran belum optimal. Hal ini dikarenakan siswa masih

belum terbiasa dengan pendekatan belajar yang digunakan. Selain

itu, suasana kelas masih canggung dan siswa masih membiasakan

hasil pengamatan observer 1 dan 2 adalah 80 % (Lampiran VI).

Walaupun persentase keaktifan siswa tergolong baik namun

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai peneliti belum

sepenuhnya tercapai. Karena kebanyakan siswa tidak dapat

menemukan konsep himpunan dan memerlukan bantuan dari

orang lain.

3. Evaluasi

Berdasarkan Hypothetical Learning Trajectory (HLT)

menduga bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami

konsep dasar pecahan. Kebanyakan siswa hanya terpaku pada

konsep pecahan yang terdapat pada buku paket, sehingga sulit

mengaplikasikan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari

(real). Kebanyakan siswa merasa kesulitan dalam beradaptasi

dengan pendekatan Realistic Mathematics Educations (RME).

Siswa masih bingung dan cenderung enggan dalam

menyampaikan pendapat dengan menggunakan bahasa mereka

sendiri.
46

Ditinjau dari Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah

didesain oleh peneliti untuk pertemuan pertama (Lampiran VII)

dapat dilihat bahwa siswa belum bisa membuat model matematika

dari himpunan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal konsep

himpunan merupakan konsep yang umum digunakan di sekitar

mereka.

Konsep dasar yang menyatakan bahwa himpunan

merupakan indentitas objek secara jelas dan memiliki ciri-ciri

yang sama jika diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Faktor

itulah yang menyebabkan siswa kurang mampu mengkonstruksi

model matematika sendiri sehingga memerlukan bimbingan yang

intensif dari guru.

Selain itu, pertemuan pertama yang kaku dan canggung

membuat pembelajaran kurang efektif. Hal ini terlihat dari

kondisi siswa yang enggan untuk bertanya ataupun

mengemukakan pendapat mereka. Kurang efektifnya

pembelajaran pada pertemuan pertama diakui peneliti merupakan

ketidakmampuan peneliti dalam mengkondisikan kelas dan

berinteraksi dengan siswa.


47

Gambar 4. Siswa sedang menjelaskan konsep Himpunan di depan


kelas
Berdasarkan hasil evaluasi pada pertemuan pertama, dapat

disimpulkan bahwa hipotesa peneliti benar. Siswa kurang

memahami konsep dasar himpunan dan kesulitan

mengaplikasikan konsep tersebut di dunia nyata. Siswa juga

mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan RME karena hal ini masih baru bagi mereka.

4. Refleksi

Berdasarkan pantauan yang dilakukan peneliti dan

observer, hal-hal yang harus diperbaiki dalam pertemuan

berikutnya adalah :

a. Peneliti harus mampu mengkondisikan siswa dan berinteraksi

dengan siswa.
48

b. Kebanyakan siswa masih terpaku pada buku paket, sehingga

masih kesulitan dalam mencari teori dengan cara mereka

sendiri

c. Siswa masih bingung dengan pendekatan RME dan enggan

mengemukakan pendapat mereka dengan bahasa mereka

sendiri.

d. Lembar Kerja Siswa (LKS) harus didesain lebih menekankan

pada konsep operasi himpunan pada dunia nyata dan inovatif

sehingga siswa lebih termotivasi dan aktif dalam

pembelajaran.

b. Deskripsi Hasil Penelitian pada Pertemuan Kedua

1. Thought Experiment (Persiapan dan Desain)

Pada pertemuan kedua peneliti mempersiapkan bahan

berupa kertas karton dengan berbagai macam warna dan LKS

yang akan mendukung pembelajaran. Adapun pembelajaran

didesain peneliti adalah pembelajaran aktif dengan menggunakan

kertas karton sebagai media dilanjutkan dengan menggambar

benda dua dimensi pada kertas tersebut agar meningkatkan

inovatif pembelajaran. Pada pertemuan kedua, subpokok yang

akan dipelajari adalah operasi gabungan pada himpunan.

Peneliti berharap dengan pembelajaran yang telah

didesain siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam belajar,

serta meminimalisir kekurangan pada pertemuan pertama.


49

Adapun hipotesa peneliti pada pertemuan kedua adalah siswa

mengalami kesulitan dalam menemukan konsep dan melakukan

operasi himpunan dalam dunia nyata.

2. Instruction Experiment (Eksperimen Pengajaran)

Pada saat pembelajaran dimulai peneliti mulai mengajak

siswa menggambar beberapa gambar yang menarik. Setelah

mempersiapkan media dan memberi penjelasan peneliti

membagikan kertas karton warna-warni yang terdiri dari 4 warna

yang berbeda dan peneliti meminta mereka untuk menggambar.

Setelah mereka menggambar kertas tersebut, dua orang siswa

dipanggil oleh peneliti untuk meletakkannya diatas meja guru.

Gambar 5. Kertas karton yang sudah siap digunakan


50

Setelah menemukan konsep operasi himpunan yaitu

gabungan, mereka menyelesaikan LKS yang telah dibagikan dan

menggambarkan cara menyelesaikan operasi himpunan sesuai

dengan konsep yang mereka temukan. Dari pengamatan peneliti,

siswa terlihat lebih aktif dan bisa beradaptasi dengan

pembelajaran yang dilakukan.

Gambar 6.

Gambar 7.
Gambar 6 dan 7. Siswa aktif mengerjakan LKS dan bertanya
51

Berdasarkan hasil observasi didapatkan aktifitas siswa

meningkat menjadi 72,5%2. Siswa yang biasanya enggan untuk

bertanya dan pasif dalam belajar mulai aktif dan bertanya pada

peneliti jika ada hal-hal yang tidak mereka pahami.

3. Evaluasi

Proses pembelajaran pada pertemuan kedua berjalan baik

walaupun masih ada kesulitan dalam menemukan konsep operasi

himpunan namun terdapat peningkatan pemahaman yang ditandai

dengan jawaban di LKS yang sedikit memuaskan dari pertemuan

sebelumnya. Berdasarkan hipotesa peneliti bahwa siswa

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan operasi himpunan

terbukti benar.

Dengan adanya bantuan dari kertas warna-warni tersebut,

siswa dapat konsep gabungan dalam operasi himpunan. Sehingga

mereka dapat dengan mudah mengetahui konsep operasi

himpunan berupa gabungan dalam bentuk sederhana. Namun,

dalam pembelajaran aktif yang peneliti rancang mengalami

kendala dalam mengkondisikan kelas. Hal ini dikarenakan

kebanyakan dari siswa menggambar tidak sesuai dengan intruksi

peneliti karena hal yang bersifat visual menarik perhatian siswa.

2
Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2013) hal. 95.
52

4. Refleksi

Berdasarkan hasil evaluasi pertemuan kedua, dapat

disimpulkan bahwa :

a. Tidak ada revisi besar yang harus dilakukan dalam desain

pembelajaran yang telah dibuat peneliti.

b. Pembelajaran mengalami peningkatan dikarenakan siswa

yang biasanya enggan untuk bertanya dan pasif dalam belajar

mulai aktif dan bertanya pada peneliti jika ada hal-hal yang

tidak mereka pahami.

c. Peneliti diharuskan lebih mengkondisikan kelas dan membuat

desain pembelajaran yang lebih menarik lagi.

d. Adanya kesalahan desain pada Lembar Kegiatan Siswa

(LKS) yang telah dirancang, sehingga memerlukan revisi

dalam skala kecil.

c. Deskripsi Hasil Penelitian pada Pertemuan Ketiga

1. Thought Experiment (Persiapan dan Desain)

Pada pertemuan ketiga, materi yang akan diajarkan

adalah tentang operasi irisan pada himpunan. Dikarenakan konsep

gabungan dan irisan tidak begitu berbeda. Peneliti masih

menggunakan Media yang sama dengan pertemuan sebelumnya.

Namun direvisi sesuai dengan materi operasi irisan pada

himpunan. Hipotesa peneliti pada pertemuan ketiga adalah siswa


53

dapat menyelesaikan operasi irisan pada himpunan dalam bentuk

sederhana namun dapat dipahami secara mudah.

2. Instruction Experiment (Eksperimen Pengajaran)

Pembelajaran pada pertemuan ketiga diawali dengan

mengingat kembali konsep operasi gabungan pada himpunan dan

siswa diajak untuk membuat model matematika. Siswa sudah

mampu beradaptasi dengan pendekatan yang peneliti gunakan.

Siswa mampu mengkontruksi model matematika sendiri dan

mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan dunia

nyata (real).

Gambar 8. Siswa mengkontruksi model matematika sendiri


3. Evaluasi

Aktifitas siswa pada pertemuan ketiga meningkat menjadi

93,75 %. Siswa aktif dalam mengerjakan soal yang diberikan dan

mampu mengkontruksi model matematika mereka sendiri. Motivasi

siswa juga sangat baik, hal ini terlihat dari sebagian besar siswa
54

terlihat aktif dalam pembelajaran baik bertanya ataupun

menanggapi pernyataan dari temannya. Perkembangan kemampuan

matematis siswa mengalami peningkatan dan siswa sudah mampu

mengaplikasikan operasi irisan pada himpunan dalam kehidupan

sehari-hari mereka.

Gambar 9. Siswa berinteraksi sesamanya

Hipotesa yang dirancang peneliti terbukti benar, siswa

dapat menyelesaikan operasi irisan pada himpunan dengan

memahami konsep RME yang sederhana dan terkait pada dunia

rea(nyata). Siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami

konsep operasi irisan pada himpunan dan dapat menyelesaikan

masalah kontekstual serta mampu menjelaskan konsep operasi

irisan pada himpunan dengan benar.

4. Refleksi

Berdasarkan catatan lapangan dan lembar observasi,

dapat disimpulkan bahwa :


55

a. Siswa mampu menyelesaikan operasi pengurangan pada

pecahan dan mengkontruksi model sendiri.

b. Perkembangan kemampuan matematis dan motivasi

meningkat.

c. Siswa aktif pada saat pembelajaran dan memperhatikan

penjelasan dari guru.

d. Deskripsi Hasil Penelitian pada Pertemuan Keempat

1. Thought Experiment (Persiapan dan Desain)

Pertemuan keempat membahas mengenai operasi

komplemen pada himpunan. Kebanyakan siswa hanya mengetahui

konsep perkalian sesuai dengan buku paket yang dipakai. Pada

pertemuan ini, peneliti mendesain LKS yang akan membuat siswa

menemukan sendiri konsep komplemen.

Pada pertemuan keempat, siswa diharapkan mengetahui

operasi komplemen pada himpunan dalam kehidupan nyata dan

mampu mengkontruksi model matematika. Konsep operasi

komplemen pada himpunan akan didesain dengan pengetahuan

awal siswa yaitu menghitung media yang disediakan oleh guru,

dimana konsep menghitung merupakan indentitas awal dari konsep

operasi komplemen pada himpunan.

2. Instruction Experiment (Eksperimen Pengajaran)

Proses pembelajaran pada pertemuan keempat siswa

semakin antusias dalam menerima materi. Pada saat siswa


56

diberikan LKS yang telah dirancang oleh peneliti, mereka dengan

aktif menjawab pertanyaan dan merasa menyenangkan belajar

matematika dengan pendekatan RME.

Gambar 10. Siswa aktif dalam mencari jawaban LKS

Gambar 11. Siswa mengkontruksi model matematika sendiri


57

Aktifitas siswa pun meningkat pesat menjadi 62,5 % pada

pertemuan keempat. Siswa bisa menyelesaikan operasi perkalian

pada LKS dengan cepat dan baik. Hal ini terlihat dari kebanyakan

siswa mampu menjawab pertanyaan dengan benar dan tidak

memerlukan waktu yang lama.

3. Evaluasi

Siswa yang cenderung biasa menerima materi langsung

dari guru dan melihat konsep pada buku paket dapat hindari

melalui desain LKS dan HLT berdasarkan pendekatan RME.

Kebanyakan siswa sebenarnya memiliki kemampuan matematika

yang tinggi, namun kebiasaan tersebut membatasi perkembangan

berfikir mereka. Dengan adanya pendekatan RME, mereka dituntut

mampu menemukan sendiri konsep matematika dan mengkontruksi

model matematika.

Setelah menganalisis jawaban siswa, hipotesa peneliti

dinyatakan benar. Siswa kini lebih memahami konsep perkalian

pecahan dan mampu menyelesaikan soal-soal yang mendekati

masalah-masalah kontekstual. Mereka terlihat aktif berinteraksi

antar siswa dan dengan peneliti. Contohnya, siswa yang mengerti

menjelaskan kepada temannya yang tidak mengerti agar bisa

menemukan konsep materi perkalian. Adapun interaksi siswa

dengan peneliti yaitu siswa tidak malu bertanya dan menanggapi

pendapat dari peneliti selama pembelajaran berlangsung.


58

Gambar 12. Salah satu siswa menjelaskan materi pada siswa lain.

4. Refleksi

Berdasarkan pengamatan peneliti, pada pertemuan

keempat dapat disimpulkan :

a. Siswa antusias dalam menerima pelajaran dan menjawab

pertanyaan yang diberikan.

b. Siswa mampu menemukan konsep perkalian pada pecahan dan

menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan.

c. Siswa sudah terbiasa dan menganggap belajar matematika

menyenangkan dengan menggunakan pendekatan RME.


59

3. Desain pembelajaran matematika empirik pada materi operasi

himpunan yang menggunakan pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) di kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 4

Sungai Penuh.

Setelah di inplementasikan dan di revisi maka desain pembelajaran

matematika pada materi operasi himpunan yang menggunakan pendekatan

Realistic Mathematics Education (RME) di kelas VII Sekolah Menengah

Pertama Negeri 4 Sungai Penuh mengalami langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Hypothetical Learning Trajectory (HLT)

Setelah melakukan beberapa kali uji HLT dan direvisi, peneliti

menarik kesimpulan bahwa HLT yang sangat menarik dan sangat

disukai oleh siswa membuat proses pembelajaran menjadi lebih baik

sehingga mampu mampu membantu siswa dalam memahami konsep

materi ajar secara sederhana yang berhubungan dengan dunia

real(nyata) di lingkungan belajar siswa.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Peneliti mencoba menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) selengkap mungkin dan sistematis sehingga mudah dipahami

oleh siswa dan mudah diterapkan oleh guru karena pada hakikatnya

RPP merancang pengalaman belajar siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Tidak ada alur pikir (alogaritma) yang spesifik


60

untuk menyusun RPP karena rancangan tersebut harus kaya inovasi

dan sesuai dengan spesifikasi materi ajar dan lingkungan belajar.

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang baik bertujuan untuk mengukur

pencapaian proses belajar dan mengarahkan siswanya untuk dapat

menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam

kelompok kerja kemudian dapat digunakan untutk mengembangkan

keterampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah serta

membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya dan

memudahkan guru memantau keberhasilan siswa mencapai sasaran

belajar.

d. Media Pembelajaran

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar memegang

peranan penting yaitu sebagai alat bantu untuk menciptakan proses

belajar yang menyenangkan dan menarik, sehingga siswa dapat dengan

mudah memahami materi yang disampaikan oleh peneliti. Penggunaan

media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap

pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk

menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih

langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, serta

memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan

dan minatnya.
61

e. PEMBAHASAN

Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

Realistic Mathematics Educations (RME) di kelas VI Sekolah

Menengah Pertama Negeri 4 sungai Penuh berjalan dengan baik dan

lancar. Desain pembelajaran yang telah dirancang mampu

meningkatkan aktivitas, minat, maupun motivasi siswa dalam

pembelajarannya. Pembelajaran matematika yang berorientasi pada

pengalaman sehari-hari dan menerapkan kembali pada kehidupan

nyata membuat siswa mampu mengembangkan kemampuan

matematis.

Himpunan merupakan salah satu kajian inti dari materi matematika

yang dipelajari  siswa  di  Sekolah  Menegah Pertama (SMP). 

Pembahasan  materinya  menitikberatkan  pada  pemahaman dan

implementasi kontesktual yang bersifat abstrak yaitu

Mengidentifikasi arti dan konsep dasar himpunan, Operasi Irisan

pada himpunan, Operasi gabungan pada himpunan dan Operasi

komplemen pada himpunan. Menunjukkan  adanya  kelemahan-

kelemahan antara lain meliputi materi Operasi gabungan pada

himpunan dan Operasi komplemen yang tidak mudah diterima oleh

siswa dalam proses pembelajaran karena sedikit rumit

pendesainannya.

Realistic Mathematic Education (RME) membimbing siswa untuk

“menemukan kembali” konsep-konsep matematika yang pernah


62

ditemukan oleh para ahli matematika atau bila memungkinkan siswa

dapat menemukan hal yang sama sekali belum pernah ditemukan.3

Teori tersebut merupakan fokus utama dalam tahap inti pembelajaran

bahwa siswa menemukan sendiri pengetahuan yang menjadi pokok

bahasan pembelajaran, yaitu operasi hitung pada pecahan Hal ini

memunculkan karakteristik RME. Adanya produksi dan konstruksi

oleh siswa, yang tampak menonjol selama siswa mengerjakan LKS.

Operasi himpunan pertama dikenalkan kepada siswa di kelas VII,

akan tetapi pembelajaran tersebut kemudian dilanjutkan di kelas VIII

dan XI SMA. Walaupun di kelas IV sudah ditanamkan konsep

pengelompokkan bilangan pada matematika, tetapi di kelas V

pembelajaran ini dilanjutkan kembali. Bahan ajar yang

dikembangkan telah mempertimbangkan penyerdehanaan himpunan

namun belum menggunakan konsep Realistic Mathematic Education

(RME. Ada hal yang perlu diperbaiki berkaitan dengan proses

pemodelan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan operasi

himpunan.

Siswa pada pembelajaran operasi himpunan telah mampu

mengembangkan dan mengkontruksi model matematik sendiri

terhadap masalah yang diberikan pada LKS. Karena kemampuan

dasar siswa mengenai operasi himpunan telah terbentuk, peneliti

tidak memerlukan waktu yang lama untuk membahas dan

3
Erman Suherman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal 6
63

menjelaskan materi ini. Namun, penanaman konsep yang benar dan

aplikasinya di dunia nyata adalah tugas utama dalam penelitian ini.

Pada pertemuan pertama, peneliti menjelaskan konsep dasar

himpunan dengan memperkenalkan himpunan dengan menggunakan

objek-objek nyata misalnya : Roti dan Permen. Namun, kesulitan

yang ditemui peneliti adalah ketidakmampuan peneliti dalam

mengkondisikan kelas dan berinteraksi dengan siswa. Sehingga

suasana belajar masih canggung dan kaku.

Pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mengkondisikan

kelas dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan aktif

merupakan aspek penting dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

yang menyenangkan dan lebih menekankan pada dunia nyata

membuat siswa lebih termotivasi dan tidak suntuk dalam belajar

matematika yang sifatnya abstrak4. Akan tetapi, jika suasana

pembelajaran kaku dan canggung membuat pembelajaran menjadi

tidak optimal dan kurang efektif. Materi operasi komplemen pada

himpunan merupakan materi yang sulit untuk dijelaskan dalam dunia

nyata. Oleh karena itu peneliti meminta siswa menggambarkan suatu

bentuk bangun datar yang mudah siswa kenali seperti segitiga, segi

empat, bintang, dan lingkaran. Kemudia Siswa diminta menghitung

gambar segitiga, segi empat, bintang, dan lingkaran yang terbuat dari

kertas karton dan siswa diminta ke depan kelas dilanjutkan

4
Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik, (Yogjakarta : Graha Ilmu, 2012), hal
7
64

mengumpulkan gambar yang berwarna kuning serta siswa diminta

menghitung gambar yang selain berwarna kuning. Pada akhirnya

peneliti mengarahan siswa menemukan konsep komplemen dengan

memberikan penjelasan bahwa gambar yang selain warna kuning

tersebut adalah komplemen. Hal ini memperkuat pemahaman siswa

bahwa operasi komplemen pada himpunan merupakan kelanjutan dari

operasi irisan dan gabungan pada himpunan yang sangat erat

hubungannya dengan operasi komplemen pada himpunan. Dengan

demikian, peneliti berasumsi bahwa siswa kurang memaknai operasi

irisan dan gabungan pada himpunan yang berdampak pada pertemuan

selanjutnya dalam pembelajaran.

Langkah-langkah yang diambil untuk memperbaiki kekurangan

pada setiap pertemuan adalah merancang rencana pembelajaran agar

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat diterapkan

secara lebih efektif yaitu dengan cara melibatkan siswa lebih aktif

dalam proses pembelajaran. Guru mencoba membuat suasana yang

menyenangkan dengan mendesain percobaan-percobaan yang

berkaitan dengan pecahan serta untuk mendapatkan permasalahan

yang nyata. Sehingga siswa benar-benar memahami meteri yang di

dapat sehingga proses pembelajaran lebih bermakna, memberi

pengarahan kepada siswa agar tidak malu bertanya apabila

mengalami kesulitan, pada setiap pertemuan ada pergantian siswa

yang menjawab pertanyaan yang diajukan.


65

Perkembangan matematis siswa pada penelitian ini mengalami

peningkatan di setiap pertemuannya. Hal ini dapat dilihat dari dengan

membedakan pemahaman siswa sebelum penelitian dan setelah

penelitian. Persentase aktifitas siswa juga meningkat, peningkatan

aktifitas siswa dapat dilihat dari semakin banyaknya siswa yang aktif

dalam berinterasi dengan sesamanya ataupun dengan peneliti. Dalam

proses pembelajaran, siswa juga aktif dalam bertanya dan

menanggapi penjelasan serta pernyataan yang diberikan oleh peneliti.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan matematis dan aktifitas siswa kelas VI Sekolah 

Menegah Pertama (SMP) Negeri 4 Sungai Penuh dengan

menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

telah berkembang sangat baik dan optimal. Hal ini menunjukan

desain yang digunakan oleh peneliti sudah baik dan memberi manfaat

yang baik bagi siswa.

Anda mungkin juga menyukai