Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Lembar kerja peserta didik (LKPD) umumnya merupakan bagian dari sarana
pendukung perangkat pembelajaran yang nantinya akan digunakan selama proses
pembelajaran kimia berlangsung. Menurut Depdiknas (2008) lembar kerja peserta
didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi tugas mandiri yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan dapat berupa petunjuk atau
langkah-langkah dalam menyelesaikan suatu tugas. Keuntungan penggunaan
LKPD adalah memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran, bagi
peserta didik akan belajar mandiri dengan memahami isi materi dan mengerjakan
tugas tertulis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA N 1 Indralaya yang


mengajar kimia kelas X mengatakan bahwa, seluruh materi kimia kelas X telah
menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD) atau sering disebut LKS.
Dimana kegiatan belajar siswa yang sering menggunakan LKPD berupa kegiatan
praktikum dan mengerjakan soal-soal. Setelah melakukan wawancara peneliti
melakukan analisis kebutuhan berupa analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
atau sering disingkat RPP. Dan dengan memadukan RPP tersebut yang
merupakan pedoman dalam proses belajar mengajar dengan salah satu elemen
RPP yaitu bahan ajar yang berupa Lembara Kerja Siswa yang saat ini digunakan
dalam proses belajar mengajar. Dalam analisis kebutuhan tersebut, peneliti
menjumpai bahwa pada setiap pertemuan belajar mengajar selalu menggunakan
lembar kerja. Lembar kerja yang sering digunakan berupa buku dengan judul
“Belajar Praktis Kimia mata pelajaran peminatan matematika dan ilmu
pengetahuan alam”. Dari hal ini beliau menggunakan dan menganggap bahwa
buku tersebut merupakan Lembar Kerja Siswa. Dengan setiap pertemuan beliau
mengambil baik materi tugas, diskusi kelompok dan juga praktikum didalam buku
tersebut. Melihat hal tersebut peneliti membandingkan buku tersebut dengan
pernyataan Depdiknas (2008) bahwa lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah

1
lembaran-lembaran berisi tugas mandiri yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Sehingga dari hal ini, buku yang dianggap sebagai LKS tersebut tidak memenuhi
pernyataan Depdiknas (2008).
Dalam wawancara yang dilakukan pada 16 Januari 2020, beliau
menambahkan bahwa pada materi Stoikeometri yang pada dasarnya merupakan
materi yang banyak melakukan perhitungan. Sehingga beliau berharap agar
peneliti menambahkan metode demonstrasi, sehingga peserta didik tidak hanya
dapat melakukan perhitungan tetapi juga dapat memperoleh pengetahuan
memalalui proses mendengar dan mengamati. Menurut Sanjaya (2010), metode
demontrasi adalah metode penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Dari hal ini maka siswa dapat melihat,
mendengar dan mengamati proses, situasi atau benda tertentu. Sehingga dengan
cara mengamati secara langsung siswa memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dan kenyataan. Demontrasi dapat digunakan untuk
mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. Oleh
karena itu peneliti menggunkan metode demonstrasi untuk mendukung strategi
pembelajaran inkuiri.
Menurut Sanjaya (2010), strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Belajar lebih dari sekedar proses menghapal dan menemukan ilmu
pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk
siswa melalui keterampilan berpikir. Menurut Banchi dan Bell (2008: 26-29)
membagi model inkuiri menjadi empat tingkatan berdasarkan tingkat
keikutsertaan guru dalam membimbing membantu selama proses pembelajaran,
memberikan pertanyaan membimbing, dan memformulasikan hasil yang
diharapkan). Keempat model tingkatan tersebut yaitu inkuiri konfirmasi, inkuiri
terstruktur, inkuiri terbimbing dan inkuiri terbuka. Dari model tingkatan tersebut,
dalam hal ini peneliti menggunakan inkuiri terbimbing. Menurut Nurdyansyah &
Fahyuni, (2016) inkuiri terbimbing menekankan siswa secara aktif dalam proses

2
mentalnya melalui kegiatan pengamatan, pengukuran dan pengumpulan data
untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu melalui dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai proses evaluasi. Dengan menerapkan pembelajaran berbasis
inkuiri akan memacu keingintahuan siswa dalam menemukan hal-hal yang ingin
diketahui siswa.
Dari pemaparan diatas, beberapa hal tersebut memberi acuan kepada
peneliti untuk mengembangkan LKPD melalui model pembelajaran inkuiri
dengan didukung metode demonstrasi. Sehingga siswa kelas X SMA N 1
Indralaya dapat dengan langsung mengamati proses, situasi atau benda dan
memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan, terutama
pada materi Stoikeometri. Maka dari itu, peneliti melakukan pengembangan
lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing pada materi
stoikeometri untuk siswa kelas X SMAN 1 Indralaya.

I.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana mengembangkan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis
inkuiri terstruktur yang valid?
2. Bagaimana mengembangkan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis
inkuiri terstruktur yang praktis?
3. Bagaimana efektifitas lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis inkuiri
terstruktur yang telah dikembangkan?
I.3. Tujuan Penelitian
1. Menghasilkan lembar kerja peserta didik (LKPD) bebasis inkuiri
terstruktur yang valid.
2. Menghasilkan lembar kerja peserta didik (LKPD) bebasis inkuiri
terstruktur yang praktis.
3. Mengetahui efektifitas lembar kerja peserta didik (LKPD) bebasis inkuiri
terstruktur.

3
I.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman baru yang bermakna dalam
pembelajaran kimia menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD)
bebasis inkuiri terstruktur yang dikembangkan serta dapat
membangkitkan semangat dan motivasi dalam mempelajari ilmu kimia.
2. Bagi guru, dapat meningkatkan profesionalismea dan gaya belajar yang
lebih mudah di pahami dalam proses pembelajaran kimia.
3. Bagi sekolah, tersedianya lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis
inkuiri terstruktur yang valid, praktis dan efektif yang diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran kimia.
4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian lebih
lanjut.
5. Bagi sekolah, tersedianya lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis
inkuiri terstruktur yang valid, praktis dan efektif yang diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran kimia.
6. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian
lebih lanjut.

4
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran


Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kulaitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kacakapan, pengentahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan (Hakim, 2008).
Sedangkan menurut (Sardiman, 2012) menyatakan bahwa belajar merupakan
suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai belajar, maka belajar


adalah perubahan tingkah laku atau kepribadian manusia yang terjadi karena
adanya serangkaian kegiatan sehingga mengalami peningkatan dapat berupa
kecakapan, pengetahuan, sikap, pemahaman, keterampilan maupun daya pikir.

Dalam Undang –Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 20 menjelasakan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
guru untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik agar terjadi tindakan
belajar sehingga memperoleh pengalaman belajar [ CITATION Zai13 \l 1057 ].

Berdasarkan penjabaran tersebut mengenai pengertian pembelajaran, dapat


disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan
peserta didik yang terjadi dalam suatu lingkungan belajar dapat melalui sumber
belajar untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2 Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan strategi


pembelajaran. Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar

5
Proses, model pembelajaran yang perlu diterapkan dalam Kurikulum 2013 adalah
model pembelajaran inkuiri (Inquiry Based Learning) dan model pembelajaran
discovery (Discovery Learning) untuk menguatkan pendekatan ilmiah (scientific)
dan tematik, model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dan
model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning) untuk
mendorong peserta didik menghasilkan karya dan sisiwa dapat berpikir kreatif dan
kontekstual, baik individual maupun kelompok.

2.2.1 Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning)


2.2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri melibatkan dan memberi kesempatan peserta


didik untuk mengembangkan keingintahuannya dan melakukan eksplorasi
menyelidiki suatu fenomena [ CITATION Rid14 \l 1033 ] . Menurut [CITATION Nur16 \l
1057 ] model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses pembelajaran yang
diawali dengan kegiatan merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis,
mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, menarik kesimpulan sementara, dan
menguji kesimpulan sementara tersebut sampai pada kesimpulan yang diyakini
kebenarannya. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangakan
keingintahuannya melalui merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis,
mengumpulkan bukti, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.

2.2.1.2 Inkuiri Terbimbing


Hasil penelitian I Ketut Neka (2015) menyatakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing memberi peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
menemukan dan memanfaatkan sumber belajar. Siswa akan memperoleh
pengalaman lebih bermakna dan apa yang dipelajari akan lebih kuat melekat
dalam pikiran mereka. Hal ini berdampak positif terhadap perolehan hasil belajar
siswa [CITATION Nur16 \l 1057 ].
Menurut Albert Learning (2004), model pembelajaran inkuiri dinyatakan
sebagai berikut.

6
“Inkuiri based learning is a process where student are involved in their
learning, formulate question, investigate widely and then build new
understanding, meaning and knowledge. That knowledge is new to the
student and may be used to answer a question, to develop a solution or to
support a position or point of view. The knowledge is usually presented to
other and may result in some sort of action”.
Inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam menemukan
pengetahuan atau pemahaman untuk menyelidiki, mulai dari melakukan
pengamatan, mengajukan pertanyaan, merencanakan penyelidikan,
mengumpulkan data atau informasi dan melakukan penyelidikan, menganalisi
data, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan [CITATION
Nur16 \l 1057 ].
PROSES INKUIRI
S
sM
K
m
e
ta
o
p h
rlk
jiH
u
g
n B

Siswa

Menurut [ CITATION WGu04 \l 1057 ] , semua tahap dalam proses inkuiri


tersebut diatas merupakan kegiatan belajar siswa. Guru berperan untuk
mengoptimalkan kegiatan tersebut pada proses belajar sebagai motivator,
fasilitator, pengarah.

2.2.1.3 Langkah Pelaksanan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

7
Menurut [ CITATION Win10 \l 1057 ] , secara umum proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-
langkah berikut ini:
1. Orientasi
Langkah Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam taham orientasi:
 Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yag diharapkan dapat dicapai
oleh siswa.
 Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapau tujuan.
 Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Beberapa hal yanh harus diperhatikan
dalam merumuskan masalah, di antaranya:
 Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
 Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang
jawabannya pasti.
 Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu
cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis
pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahn
yang dikaji.
4. Mengumpulkan Data

8
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

2.2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Inkuiri


Menurut [ CITATION Win10 \l 1057 ], model pembelajaran inkuiri memiliki
kelebihan dan kelemahan di ataranya:
I. Kelebihan
1) Model Pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini
dianggap lebih bermakna.
2) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
3) Model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengelaman.
4) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-
rata.
II. Kelemahan
1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena berbenturan dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.

9
3) Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dalam waktu yang telah
ditentukan
4) Dalam kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai
materi pembelajaran, maka model pembelajaran inkuiri akan sulip
diimplementasikan oleh setiap guru.

2.3 Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang
akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara
individu atau kelompok. Agar tercapainya suata pembelaajaran yang telah
dirumuskan. Syarat- sayarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam
penggunaan metode pembelajaran. (1) Metode yang dipergunakan harus dapat
membangkitkan motif, minta atau gairah belajar siswa. (2) Metode yang
digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti
melakukan inovasi dan ekspotasi. (3) Metode yang digunakan harus dapat
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya. (4) Metode
yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
(5) Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar
sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi. (6) Metode yang
digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap
dalam kehidupan sehari-hari. [ CITATION Ahm05 \l 1057 ]

2.3.1 Metode Demonstrasi

Menurut [ CITATION Ahm05 \l 1057 ] metode demonstrasi adalah suatu


metode mengajar yang memperhatikan bagaimana proses terjadinya sesuatu.
Sedangkan manurut [ CITATION Win10 \l 1057 ] metode demonstrasi adalah metode
penyajian pembelajaran dengan memperangakan dan mempertunjukan kepada
siswa tentang suatu proses, situasi dan benda tertentu.

2.3.1.1 Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

10
Menurut [ CITATION Win10 \l 1057 ] metode pembelajaran demonstrasi
memiliki beberapa kelebihan di antaranya:
1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari,
sebab siswa disuruh langsunng memperhatikan bahan pelajaran yang
dijelaskan.
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan
untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Disamping beberapa kelebihan, metode demonstarsi juga memiliki beberapa
kelemahan, di antaranya:
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab
tanpa persiapan yang memadai demosntrasi bisa gagal sehingga
menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan
yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.

2.4 Bahan Ajar


Menurut [CITATION Ham \l 1057 ], bahan ajar adalah segala bentuk bahan
atau materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru
atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta
lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Penggunaan bahan ajar berfungsi sebagai berikut menurut [CITATION Ham \l
1057 ], yaitu:
a) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
prose pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompentensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa .

11
b) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus mettupan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari atau dikuasainya.
c) Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.

2.4.1 Jenis-Jenis Bahan Ajar


Bahan ajar mempunyai beragam jenis, ada bahan ajar cetak dan bahan ajar
noncetak. Menurut (Ika, 2012) bahan ajar noncetak meliputi :
1) Bahan ajar dengar (audio) seperti radio, kaset, piringan hitam, dan compact
disc audio.
2) Bahan ajar pandang dengan (audio visual) seperti video compact disc dan
film.
3) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI
(ComputerAssisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran
interaktif, dan
4) Bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Adapun bahan ajar cetak yang sering dijumpai menurut (Ika, 2012) ialah
1) Handout
2) Buku
3) Modul
4) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

2.5 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


Menurut [CITATION Ham \l 1057 ], secara umum LKS atau LKPD
merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung
pelaksanaan Rencana pembelajaran (RP). Lember kegiatan peserta didik berupa
lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab oleh siswa). LKPD sangat baik dipakai untuk meningkatkan
keterlibatan siswa dalam belajar, baik digunakan dalam strategi heuristik maupun
strategi ekspositorik. LKPD dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan
pada tahap pemahaman konsep (menyampaikan kosep baru) atau pada tahap

12
pemahaman konsep (tahap lanjutan dari pemahaman konsep) karena LKPD
dirancang untuk membimbing siswa dalam mempelajarai topik.

2.6 Model Pengembangan


Model Pengembangan merupakan alat konseptual yang menggambarkan
langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran
yang efektif, efisien, dan menarik dengan adanya pola berpikir (Pribadi, 2010).
A. Model Dick & Carey
Model dedian sistem pembelajaran yang diutarakan oleh Dick dan
Carey (2005) sudah digunakan untuk menciptakan program pembelajaran
yang efisien, efektif, dan menarik. Seperti buku yang ditulis mereka dengan
judul “The Systematic Design of Instruction” dan Dick dkk (2005) juga
mengembangkan model desain sistem pembelajaran ini berdasarkan pemikiran
dan karya besar Robert M. Gagne, “The Conditions of Learning” (Pribadi,
2010).
B. Model ASSURE
Sharon E. Smaldino, James D. Russel, Robert Heinich, dan Michael
Molenda mengemukakan sebuah model desain sistem pembelajaran yang
diberi nama ASSURE dengan aktivitas belajar yang menggunakan media dan
teknologi. Model ASSURE lebih terfokus pada rencana pembelajaran yang
digunakan dalam situasi pembelajaran secara aktual di dalam kelas (Pribadi,
2010).
C. Model 4D
Model 4D merupakan singkatan dari Define, Design, Development and
Dissemination yang dikembangkan oleh Thiagarajan (1974). Model 4D tidak
tidak mencantumkan implementasi dan evaluasi karena menurut pertimbangan
rasional mereka, proses development selalu menyertakan kegiatan pembuatan
produk (implementasi), evaluasi dan revisi [ CITATION End14 \l 1033 ].
D. Model ADDIE

13
Model ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design,
Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluation yang
dikembangkan oleh Dick and Carry (1996) [ CITATION End14 \l 1033 ].

2.7 Model ADDIE

Model ADDIE memiliki 5 tahap utama, yaitu (A)nalysis, (D)esain,


(D)evelopment, (I)mplementation, dan (E)valuation [ CITATION IMa14 \l 1057 ].

Gambar 1.1 Tahap ADDIE Model


1. Tahap I Aanalisis (Analiyze)

Tahap analisis meliputi kegiatan sebagai berikut : a) melakukan


analisis kompetensi dituntut kepada peserta didik; (b) melakukan analisis
kareakteristik peseta didik tentang kapasitas belajarnya, pengetahuan,
keterampilan sikap yang telah dimiliki peserta didik serta aspek lain yang
terkait; c) melakukan analisis materi sesuai dengan tuntutan kompetansi.

2. Tahap II Perancangan ( Design)

Tahap perancangan dilakukan dengan kerangka acuan sebagai berikut.


a) untuk siapa pembelajaran dirancang? (peserta didik); b) kemampuan apa
yang ada inginkan untuk dipelajari? (kompetensi); c) bagaimana meteri
pelajaran atau keterampilan dapat dipelajari dengan baik? (strategi
pembelajaran); d) bagaimana anda menentukan tingkat penguasaan
pembelajaran yang sudah dicapai? (asesment dan evaluasi).

14
3. Tahap III Pengembangan (Development)

Tahap ketiga adalah kegiatan pengembangan yang pada intinya dalah


kegitan menerjemahkan spesifikasi desain dalam bentuk fisik, sehingga
kegiatan ini menghasilakan prototype produk pengembangan.

4. Tahap IV Implementasi (Implementation)

Kegiatan tahap keempat adalah implementasi. Hasil pengembangan


diterapkan dalam pemebelajaran untuk mengetahui pengaruuhnya tehadapa
kualitas pembelajaran yang meliputi kefektifan, kemenarikan dan efesiensi
pembelajaran.

5. Tahap V Evaluasi (Evaluation)

Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi yang meliputi evaluasi


formatif dan evaluasi sumatif. Evalusi formatif dilakukan untuk
mengumpulkan data pada setiap tahapan yang digunakan untuk
penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dan kualitas
pembelajaran secara luas.

2.8 Model Evaluasi Formatif Tessmer

Menurut (Tessmer, 1993) penelitian pengembangan terdapat 2 tahap yaitu


tahap formative evaluation dan tahap preliminary yang meliputi self evaluation,
prototyping ( expert review, one-to-one, dan small group), serta field test. Adapun
alur desain evaluasi formatif seperti ditunjukkan pada Gambar 2 berikut :

15
Gambar 2. Alur Desain Evaluasi Formatif (formative evaluation) ( Tessmer
(1998:13)).
1. Tahap Preliminary
Tahap ini adalah tahap menentukan subjek dan tempat penelitian, dengan
cara meminta izin kepada pihak sekolah dan menghubungi kepala sekolah dan
guru sekolah yang untuk melaksanakan penelitian
2. Tahap Formative Evaluation
1) Self Evaluation
Ada proses dalam self evaluation, yakni analisis dan desain.
a. Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis pendahuluan terhadap bahan yangakan
dikembangkan.
b. Desain
Pada tahap ini dilakukan mendesain bahan yang akan dikembangkan,
meliputi mendesain kisi - kisi, tujuan, serta metode yang akan dikembangkan.
Kemudian hasil desain akan divalidasi oleh pakar (expert) dan teman sejawat.
Hasil pendesainan disebut sebagai prototipe pertama.
2) Expert review
Pada tahap expert review, dilakukan pengecekan terhadap produk yang
telah didesain untuk dilakukan uji validitas oleh pakar (expert). Validasi produk

16
prototipe kedua ini dilakukan oleh para ahli materi, ahli pedagogik, dan ahli
desain.
3) One to one evaluation
Pada tahap ini, produk yang telah divalidasi diujicobakan kepada 3 orang
siswa yang bukan sampel (target) penelitian. selanjutnya, peneliti dapat merevisi
produknya setelah diujicobakan. Populasi target (siswa) yang dipilih untuk
menggunakan produk hendaknya memiliki tingkat kemampuan yang berbeda
(Tessmer 1998:72-77). Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi
desain prototipe yang telah dibuat berdasarkan saran dan komentar siswa terhadap
produk yang diujicobakan.
4) Small group evaluation
Hasil revisi produk setelah tahap one to one dapat diujicobakan dalam
kelompok kecil (6 siswa) yang mewakili populasi target. Siswa yang dipilih dalam
kegiatan ini hendaknya terdiri dari siswa-siswa yang memiliki tingkat kemampuan
di atas rata-rata, sedang dan di bawah rata-rata (Tessmer, 1998:102). Sama seperti
tahap one to one, hasil dari pelaksanaan tahap ini digunakan untuk merevisi
produk berdasarkan saran dan komentar siswa.
5) Field Test evaluation
Produk baru yang telah direvisi diujicobakan dalam lingkup yang lebih
luas yang benar-benar mewakili target dengan berbagai karakteristik, kemampuan
dan keterampilan siswa. Tahap ini dilaksanakan pembelajaran pada situasi yang
sebenarnya dan melibatkan semua elemen belajar (Tessmer, 1998:137). Produk
yang telah diujicobakan pada uji lapangan (field test) ini haruslah produk yang
telah memenuhi kriteria valid dan praktis.

2.9 Hukum- Hukum Dasar dan Stoikiometri


2.9.1 Hukum-Hukum Dasar Kimia
 Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoiser)
Massa zat-zat sebelum reaksi sama dengan massa zat-zat sesudah reaksi.
 Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)

17
Perbandingan massa unsur-unsur yang membentuk suatu senyawa selalu
tetap.
 Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton)
Jika dua unsur membentuk dua senyawa atau lebih dan massa salah satu
unsurnya sama, maka perbandingan massa unsur lainnya merupakan
bilangan bulat dan sederhana.
 Hukum Perbandingan Volume ( Hukum Gay-Lussac)
Pada suhu (T) dan tekanan (P) yang sama, perbandingan volume gas-gas
yang bereaksi atau yang dihasilkan dalam suatu reaksi kimia merupakan
perbandingan bilangan bulat dan sederhana.
 Hipotesis Avogadro
Gas-gas yang mempunyai volume sama akan mengandung jumlah partikel
(atom atau molekul) yang sama jika diukur pada tekanan dan suhu
sama[ CITATION Tim15 \l 1033 ].

2.9.2 Massa Atom dan Massa Molekul


Massa atom relatif merupakan perbandingan massa satu atom tertentu
dengan massa satu atom standar. Satuan massa untuk massa atom standar adalah
satuan massa atom (sma). Satu atom Hidrogen ditetapkan memiliki massa 1 sma.
Dengan demikian, massa atom relatif (Ar) X dinyatakan sebagai

Tahun 1960, yang ditetapkan sebagai standar adalah karbon 12 dengan massa 2
sma, sehingga:

Massa molekul relatif merupakan perbandingan massa molekul dengan massa


atom standar.

Untuk unsur diatomik atau poliatomik.

18
Molekul adalah gabungan dari atom-atom. Oleh karena itu, massa molekul relatif
(Mr) sama dengan jumlah massa atom relatif semua atom penyusun molekul.
Mr = Σ Ar atom penyusun molekul ……...………………...……………………(5)

2.9.3 Konsep Mol


Mol adalah suatu penyederhanaan jumlah seperti halnya lusin. Jika 1 lusin
sama dengan 12 buah, maka 1 mol sama dengan 6,02 × 1023 buah. Bilangan 6,02 ×
1023disebut bilangan Avogadro (NA). Mol dapat pula dihubungkan dengan massa
(gram)[ CITATION Tim15 \l 1033 ]. Satu mol merupakan banyaknya zat yang
memiliki jumlah partikel sama dengan yang terkandung dalam 12 gram isotop
atom 12C. Massa 1 mol atom unsur (dalam gram) sama dengan massa atom unsur
(dalam sma).
Massa 1 atom 12C – 12 sma 1 atom aX = a sma …………...……….(6)
1mol atom 12C = 12 gram 1 mol aX = a gram …..….……….……(7)
Jadi, 1 mol = 6,02 x 1023 partikel
Contoh :
 1 mol air artinya : sekian gram air yang mengandung 6,02 x 10 23 molekul
air.
 1 mol tembaga artinya : sekian gram tembaga yang mengandung 6,02 x
1023 atom tembaga
2.9.3 Persen Komposisi
Mengacu pada Hukum Proust, komposisi setiap unsur dalam senyawa
adalah tetap. Perbandingan unsur pada senyawa sama dengan perbandingan massa
atom penyusun satu molekul senyawa. Oleh karena itu, persen komposisi setiap
unsur selalu tetap.
massa unsur ΣArunsur
% massa unsur = x 100 % = x 100%..........................
massa senyawa Mr senyawa
(8)
Dalam senyawa AxBy,

19
x ( Ar A)
% massa unsur A = x 100%.................................................................(9)
Mr AxBy
x (Ar B)
% massa unsur B = x 100%...............................................................(10)
Mr AxBy
2.9.4 Rumus Kimia
Rumus Empiris Rumus Molekul
Menyatakan perbandingan terkecil Menyatakan jumlah atom-atom unsur
atom-atom unsur yang menyusun suatu yang menyusun suatu molekul
senyawa. senyawa.
Penentuan rumus empiris: Penentuan rumus molekul:
 Tentukan massa atau komposisi  Tentukan rumus empiris
unsur-unsur dalam senyawa senyawa
(biasanya ditentukan melalui  Tenttukan Mr senyawa
percobaan)  Bagi Mr senyawa dengan Mr
 Bagi dengan Ar masing-masing rumus empirisnya,diperoleh
sehingga diperoleh nilai n.
perbandingan terkecil.  Kalikan n dengan rumus empiris
senyawa.

Tabel 1. Rumus Empirs dan Rumus Molekul [ CITATION Tim15 \l 1033 ]

2.9.5 Persamaan Kimia


Persamaan kimia menyatakan jumlah atom atau molekul yang terlibat
dalam reaksi. Dalam persamaan kimia, tanda reaksi ditulis dengan tanda panah
kearah kanan. Rumus senyawa zat-zat yang bereaksi (pereaksi) ditulis disebelah
kiri tanda panah dan rumus zat-zat hasil reaksi (produk) ditulis disebelah kanan
tanda panah. Persamaan kimia harus dinyatakan secara setara. Ada tiga dasar
dalam penyetaraan persamaan kimia antara lain:
Pertama, menuliskan rumus kimia zat-zat yang terlibat dalam reaksi
dengan menyediakan ruang kosong pada sebelah kiri setiap rumus kimia.
Contoh : Mg + O2 → MgO
Kedua, menyamakan jumlah atom-atom pada kedua sisi dengan
menuliskan angka penyeimbang pada ruang kosong yang tersedia. Angka

20
penyeimbang tersebut disebut koefisien reaksi serta dilakukan pengaturan
koefisien
Contoh: Mg + ½ O2 → Mg O
Ketiga, penulisan wujud zat. Wujud zat ditulis dengan singkatan kata
sebagai huruf kecil dalam tanda kurung.
Contoh: Mg (s) + ½ O2 (g)→ Mg O (s)

DAFTAR PUSTAKA

A.M., S. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Arifin, Z. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Ariningsih, I. (2014). Pengembangan Panduan Praktikum Kimis berbasis Inkuiri


Terstruktur Di Kelas XII SMAN 1 Indralay Utara. Jurnal Penelitian
Pendidikan Kimia, 2(1), 149-156.

Banchi, H. &. (2008). The Many Levels Of Inquiry. Science and Children, 2(46),
26-29.

21
Edia Rahayuningsih, D. D. (2005). Pembelajaran di Laboratorium. Yogyakarta:
Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gajah Mada.

Gulo, W. (2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.

Hakim, T. (2008). Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Mulyatiningsih, E. (2014). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.


Yogyakarta: ALFABETA.

Nasional, D. P. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:


Depdiknas.

Nengsih, T. S. (2018). Pengembangan LKPD Berbasis Problem Based Learning


Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Kelas X SMA . Skripsi, 8-11.

Nurdyansyah, & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi Model Pembelajaran Sesuai


Kurikulum 2013. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Sabri, A. (2005). Startegi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Jakarta: Quantum
Teaching.

Sani, R. A. (2014). Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013.


Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta:


Prenada Media Group.

Tegeh, I. M. (2014). Model Penlitain Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tim Alfa Cendikia. (2015). Saat-Saat Jelang Ujian Nasional Kimia Untuk
SMA/MA 2015/2016. Bandung: Sewu.

Zulfiani, d. (2009). Strategi Pembelajan Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN.

22
23

Anda mungkin juga menyukai