Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS SCAFFOLDING PADA MATERI KALOR

UNTUK MELATIH PEMAHAMAN KONSEP

PESERTA DIDIK SMA

NAMA : SITI NABILA LAHER


NPM : 03091811039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu proses dalam penyebaran pengetahuan, sikap,


kepercayaan, dan berbagai aspek dari perilaku, dari generasi ke generasi. Dilakukan
dalam masyarakat melalui kekuatankekuatan yang ada didalamnya. Pengetahuan
didapatkan tidak hanya melalui proses belajar, pengetahuan di dapat dari lingkungan
sekolah, lingkungan rumah, lingkungan bermain atau lingkungan pekerjaan. Belajar
merupakan proses dalam mendapatkan ilmu pengetahuan di mana dan kapan pun kita
berada.

Yaumi (2013), bahan pembelajaran memiliki beberapa istilah yang dikemukakan


oleh para ahli. Bahan pembelajaran merupakan seperangkat bahan yang disusun
sedemikian rupa, serta bersumber dari bahan cetak, visual, audio, multimedia, vidio
ataupun animasi. Bahan pembelajaran digunakan sebagai sumber belajar oleh peserta
didik baik pada jarak yang jauh maupun dekat, dengan menggunakan bahan
pembelajaran peserta didik juga dapat memilih materi dan media sesuai kebutuhan
peserta didik.

LKPD merupakan bahan ajar yang direkomendasikan. Lembar kerja peserta didik
salah satu perangkat pembelajaran yang mana di dalamnya berisi kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik. LKPD yang digunakan harus bersifat simpel dan
serbaguna, adapun kriteria simpel yaitu LKPD yang dibuat dapat mudah dikerjakan
oleh peserta didik, sementara kriteria serbaguna yaitu, LKPD yang digunakan dapat
mencapai banyak kompetensi, sehingga nantinya peserta didik akan lebih mudah
menerapkannya. Azhar arsyad (dalam Jumairi, 2015), LKPD dapat menentukan
peserta didik belajar maju sesuai dengan kecepatan masing-6 masing dan materi
didalam LKPD tersebut dapat dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi
kebutuhan siswa baik cepat maupun lambat membaca dan memahami. Menurut
Toharudin (dalam Nugraheny, 2018) LKPD memiliki kelebihan dengan bahan ajar
yaitu, pada LKPD dapat menumbuhkan minat peserta didik terhadap pembelajaran
melalui diskusi dan pelaksanaan langkah kerja berupa percobaan. Umbaryati (2016),
LKPD nantinya dapat membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga terbentuknya interaksi efektif antara peserta didik dengan pendidik, dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik. Aldila dkk (2017), LKPD
memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan ajar lainnya, yaitu LKPD dapat
digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik yang
melibatkan aktivitas oleh tangan seperti penyelidikan dan aktivitas berpikir seperti
menganalisis data hasil penyelidikan. Marsa (2016), LKPD digunakan sebagai acuan
dalam memandu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan juga dapat sebagai alat
pembelajaran, yang digunakan sebagai sarana untuk membantu dan mempermudah
dalam kegiatan belajar mengajar. Di dapat kesimpulan bahwa LKPD memliki
kelebihan dari bahan ajar lain yaitu dikarenakan LKPD dapat membantu dan
mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatnya
aktivitas dan prestasi belajar peserta didik.

Strategi untuk mengatasi permasalahan disekolah tersebut pada pembelajaran


Fisika yaitu mengembangkan bahan ajar berupa lembar kerja peserta didik (LKPD)
praktikum berbasis scaffolding yang dapat digunakan peserta didik dalam melakukan
kegiatan pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik dalam
menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan materi yang nantinya disajikan
oleh pendidik dalam bentuk LKPD 8 yang dapat membangkitkan keingin tahuan
terhadap materi yang dipelajari. Rasa ingin tahu inilah yang dapat mendorong peserta
didik memiliki mencapai kompetensi pengetahuan dan keterampilan.

Lembar kerja peserta didik yang akan dikembangkan peneliti mempunyai


kelebihan diantaranya terdapatnya kolom konklusi, kolom informasi, kolom analogi
peristiwa, dan what your mind map. Kolom konklusi merupakan kolom digunakan
untuk menarik kesimpulan, sehingga nantinya peserta didik akan memberikan
pendapat mereka tentang kegiatan yang telah mereka lakukan, sebagai pembentuk
agar dapat mengemukakan pendapat secara mandiri menggunakan bahasa mereka
yang mereka pahami tentang materi yang telah meraka pelajari. Kolom informasi
yang dimaksud adalah kolom dimana berisi informasi yang berhubungan dengan
percobaan yang telah dilakukan sehingga dapat membantu peserta didik dalam
menemukan konsep dari percobaan tersebut, sehingga sebagai pembentuk agar
mereka dapat memahami materi secara mandiri. Kolom analogi peristiwa merupakan
salah satu bentuk scaffolding yang membantu peserta 10 didik dalam memahami
konsep perpindahan kalor tersebut melalui perumpamaan dalam kehidupan sehari-
hari. What your mind map adalah sebuah metode untuk mengelolah informasi yang
telah di dapat oleh peserta didik, yang berisikan kata dan gambar yang dibuat oleh
peserta didik sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah di dapat, yang dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti
mengajukan solusi atas permasalahan proses belajar peserta didik di lapangan.

Melihat masalah yang telah diuraikan untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Berbasis Scaffolding Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Melatih Pemahaman
Konsep Peserta Didik SMA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan permasalahan yang


diteliti, yaitu: Bagaimanakah pengembangan LKPD Berbasis Scaffolding pada Materi
suhu dan kalor untuk melatih pemahaman konsep peserta didik SMA

C. Pembatasan Masalah
Berdasarakan uraian latar belakang, maka permasalah yang di batasi sebagai
berikut:
1. Lembar kegiatan peseta didik (LKPD) yang dikembangkan berbasis Scaffolding
dan merupakan LKPD Panduan
2. Materi yang di gunakan pada penelitian ini adalah Suhu dan Kalor
3. Lembar kegiatan peserta didik (LKPD) berbasis scaffolding ini, ditujukan pada
siswa SMA kelas XI
D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengambangkan lembar kegiatan peserta didik


(LKPD) berbasis Scaffolding untuk melatih pemahaman konsep peserta didik SMA.

E. Spesifik Produk Yang Dikembangkan

Penelitian ini menghasilkan produk berupa lembar kegiatan peserta didik (LKPD)
berbasis scaffolding untuk melatih pemahaman konsep peserta didik kelas XI di
SMA. Hasil produk berupa lembar kegiatan peseta didik yang bukan hanya berisi
teori dan pertanyaan tetapi juga langkah-langkah eksperimen dan lembar kegiatan
peserta didik di kemas dalam bentuk cetak.
Jenis Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang di kembangkan merupakan
LKPD Panduan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam pengembangan Lembar kegiatan peserta didik berbasis scaffolding


pada materi kalor untyk melatih pemahaman konsep peserta didik SMA, di harapkan
dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa
Bagi siswa, pengembangan lembar kgiatan peserta didik berbasis scaffolding
untuk melatih pemahaman konsep peserta didik SMA, dapat membantu siswa
dalam pembelajran aktif, yakni siswa menemukan sendiri konsep yang akan di
pelajari sehingga siswa tidak hanya menghafal konsep yang di pelajari
2. Guru
Bagi guru, pengembangan lembar kegiatan peserta didik berbasis scaffolding
untyk melatih pemahaman konsep peserta didik SMA, dalam penelitian ini dapat
dijadikan salah satu alternatif solusi yang dapat digunakan dalam pembelajaran
fisika.
3. Peneliti
Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang
pengembangan lembar kegiatan peserta didik berbasis scaffolding untuk melatih
pemahaman konsep peserta didik SMA, yang dapat digunakan nantinya dalam
mengajar.
G. Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan
Asumsi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan lembar kegiatan peserta didik berbasis scaffolding untuk melatih
pemahaman konsep peserta didik SMA, dapat memotivasi peserta didik untuk
aktif dalam pembelajran.
2. Pemanfaatan lembar kegiatan peserta didik yang dikembangkan dengan baik dapat
memfasilitasi belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan pemahaman
konsep fisika
H. Defenisi Istilah

Untuk menghindari kemungkinan adanya kesalahan penafsiran, maka diberikan


beberapa defenisi tentang istilah-istilah yang di gunakan dalam penelitian ini antara
lain:

1. Lembar kegiatan peserta didk adalah sekumpulan kegiatan mendasar yang harus
di lakukan oleh peserta didik untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya
pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian belajar yang harus
ditempuh (Trianto dalam Pratama &Saregar, 2019:85)
2. Scaffolding adalah metode pembelajaran dengan memberikan dukungan belajar
secara terstruktur. Dukungan belajar bisa berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pembelajran, memberikan
contoh ataupun yang lain sesuai kemampuan siswa sehingga memungkinkan
siswa tumbuh mandiri.
3. Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menangkap pengertian-pengertian
seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang
lebih dipahami, mampu memeberikan intrepresentasi dan mampu
mengaplikasikanya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI
1. Lembar Kegiatan Peserta Didik
a. Pengertian Lembar Kegiatan Peserta Didik

Lembar kegiatan peserta didik (LKPD) merupakan bahan ajar cetak yang
terdiri dari lembar-lembar kertas berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-
petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harusdikerjakan oleh peserta
didkdan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai (Hilwa,dkk dalam
Roza, 2017:422)

Menurut Trianto, (Pratama & Saregar, 2019:85) LKPD merupakan


sekumpulan kegiatan mendasar yangharus dilakukan oleh peserta didik untuk
memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar
sesuai indikator pencapaian belajar yang harus ditempuh. LKPD yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran seterusnya sesuai dengan tuntutan
Kompetensi Dasar(KD), dapat memotivasi peserta didik, dan menarik minat
serta perhatian peserta didik untuk belajar (Syabani, dkk, dalam Pratama &
Saregar, 2019:85)

Lembar kerja peserta didik untuk menguasai kompetensi yang


dipersyaratkan (Sulastri dalam Yersi, dkk, 2019:2) LKPD yang optimal
digunakan dalam pembelajaran dan lebih mandiri dalam belajar sehingga
dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritisnya dalam memahami konsep-
konsep fisika.

b. Jenis Lembar Kegiatan Peserta Didik


Menurut Arsyad (Putriani, 2017:13) ada dua jenis LKPD, yaitu LKPD
eksperimen dan LKPD panduan.
1). Lembar kegiatan peserta didik eksperimen
Lembar kegiatan peserta didik eksperimen adalah lembar kegiatan siswa
yang berisikan petunjuk dan pernyataan yang harus diselesaikan oleh siswa
untuk menemukan suatu konsep dan disajikan dalam bentuk kegiatan
eksperimen di laboratorium. LKPD ini berisi tujuan percobaan, alat percobaan,
bahan percobaan, langkah kerja, pernyataan,hasil pengamatan, dan soal-soal
hingga kesimpulan akhir dari eksperimen yang dilakukan pada materi pokok
yang bersangkutan.

2). Lembar kegiatan peserta didik panduan


Lembar kegiatan peserta didik panduan adalah lembar kegiatan yang
berisikan perintah atau pernyataan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk
menemukan suatu konsep dan disajikan dalaam bentuk kegiatan kelas. Jadi,
LKPD panduan di rancang sebagai media teks terprogram yang
menghubungkan antara hasil percobaan yang telah di lakukan dengan konsep
yang harus dipahami.

c. Fungsi Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)

Menurut Artina & Sri (Yersi dkk, 2019:2) LKPD mempunyai fungsi
sebagai berikut:
1) Sebagai alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengejaranan atau
memperkenalkan kegiatan sebagai kegiatan pembelajaran.
2) Mebantu peserta didik ntuk lebih aktif dalam pemeblajaran.
3) Dapat membangkitkan minat peseta didik jika LKPD disusun secara rapi,
sitematis mudah dipahami oleh peserta didik, sehingga mudah menarik
perhatian peserta didik.
4) Dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri peserta didik san menigkatkan
motivasi belajar dan rasa ingin tau.
5) Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah.

d. Syarat-syarat Penyusunan Lembar Kegiatan Peserta Didik


Penyusunan LKPD menurut Siddiq (Putriani, 2017 : 12) harus memenuhi
beberapa aspek yaitu :
1) Syarat diktaktik, LKPD harus mengikuti asas pembelajaran yang efektif,
yaitu menekankan pada tahapan proses siswa untuk menemukan konsep-
konsep, sehingga LKPD dapat berfungsi sebagai petunjuk bagi siswa
untuk mencari taundan mengembangkan kemampuannya.
2) Syarat konstruksi, yaitu berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan
kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, yang kejelasan yang pada
hakikatnya harus tepat guna dalam arti dimengerti oleh siswa, sehingga
akan mempermudah siswa dalam menangkap apa yang diisyaratkan dalam
LKPD.
3) Syarat teknis, dalam harus termuat dalam LKPD yaitu tulisan, gambar dan
penampilan dalam LKPD agar tidak menimbulkan kesan jenuh pada siswa
saat mengikuti proses pembelajarannya.

e. Manfaat Penggunaan Lembar Kegiatan Peserta Didik

Manfaat penggunaan LKPD bagi kegiatan (Syabani, dkk, dalam Pratama


& Saregar, 2019:85)

Mengaaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.


1) Membantu siswa dalam memgambangkan konsep.
2) Melatih siswa dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan.
3) Melatih siswa untuk memecahkan masalah dalam berpikir kritis.
4) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses
pembelajran.
5) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari
melalui kegiatan belajar.
6) Membantu menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui
kegiatan belajar secara sistematis.
Suryobroto (Putriani, 2017 : 12) menyatakan bahwa pengembangan LKPD
dapat di lakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menetapkan standar kompetensi, judul dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
2) Melakukan analisis kurikulum baik KI,KD, dan materi pokok.
3) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi berdasarkan KI-KD
4) Menetapkan prosedur, jenis dan alat penilaian.
5) Menetapkan akternatif kegiatan ( pengalaman belajar ) yang dapa
memberikan peluang yang optimal kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses sains dalam dirinya.
6) Menetapkan dan mengembangkan bahan/media/sumber yang sesuai
dengan kemampuan dasar yang akan dicapai, karakteristik siswa, fasilitas,
dan karakteristik lingkungan siswa.
7) Menyusun LKPD yang lengkap, yaitu menuangkan hasil-hasil yang telah
di lakukan menjadi sebuah LKPD.

2. Scaffolding
a. Pengertian Scaffolding

Metode scaffolding didasarkan pada teori Vygotsky. Menurut Vygotsky


(dalam Trianto, 2010: 76) bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja
atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas
itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut
berada dalam Zone of Proximal Development (ZPD) yaitu perkembangan
sedikit di atas perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi
mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau
kerjasama antar individu, sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap
ke dalam individu tersebut.

Adinegara (2010) mengemukakan, ide penting lain yang diturunkan dari


Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding berarti memberikan sejumlah besar
bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran
kemudian anak tersebut mengambil alih tangung jaawab yang semakin besar
segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa
petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah kedalam langkah-
langkah pembelajaran, memberikan contoh ataupun yang lain sehinggga
memungkinkan siswa tumbuh mandiri.

Vygotsky (dalam Vlamband, 2008) mencari pengertian bagaimana anak-


anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi
kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan. Vygotsky
membedakan antara aktual development dan potensial development pada
anak. Aktual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial
development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu,
memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan
teman sebaya.Ada dua konsep penting dalam teori Brunner (dalam Isabella,
2007) scaffolding sebagai suatu proses dimana seorang siswa Zona
Perkembangan Proksimal merupakan celah antara aktual development dan
potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman
sebaya.Menurut Gasong (2004) ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam
pendidikan. Pertama, adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas
yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang
efektif di dalam masing-masing ZPD mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky
dalam pengajaran menekankan scaffolding, dengan semakin lama siswa
semakin bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri. Ringkasnya,
menurut Vygotsky, siswa perlu belajar dan bekerja secara berkelompok
sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap
siswa dalam kegiatan pembelajaran.Menurut Brunner (dalam Isabella,
2007) scaffolding sebagai suatu proses dimana seorang siswa dibantu
menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui
bantuan dari seorang guru atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.
Sedangkan menurut Kozulin dan Presseisen (1995) (dalam Drajati,
2007) scafolding yaitu siswa diberi tugas-tugas kompleks, sulit tetapi
sistematik dan selanjutnya siswa diberi bantuan untuk menyelesaikannya.
Bukan sebaliknya, yaitu sistem belajar sebagian-sebagian, sedikit demi sedikit
atau komponen demi komponen dari suatu tugas yang kompleks.

Dari definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan


bahwa scaffolding merupakan bantuan, dukungan (support) kepada siswa dari
orang yang lebih dewasa atau lebih kompeten khususnya guru yang
memungkinkan penggunaan fungsi kognitif yang lebih tinggi dan
memungkinkan berkembangnya kemampuan belajar sehingga terdapat tingkat
penguasaan materi yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan adanya
penyelesaian soal-soal yang lebih rumit.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Scaffolding


Secara umum, Gasong (2007) mengemukakan langkah-langkah
pembelajaran scaffolding dapat dilihat pada tabel berikut :
1. Menjelaskan materi pembelajaran.
2. Menentukan Zone Of Proximal Development (ZPD) atau level perkembangan
siswa berdasarkan tingkat kognitifnya dengan melihat nilai hasil belajar
sebelumnya.
3. Mengelompokkan siswa menurut ZPD-nya.
4. Memberikan tugas belajar berupa soal-soal berjenjang yang berkaitan dengan
materi pembelajaran.
5. Mendorong siswa untuk bekerja dan belajar menyelesaikan soal-soal secara
mandiri dengan berkelompok.
6. Memberikan bantuan berupa bimbingan, motivasi, pemberian contoh, kata
kunci atau hal lain yang dapat memancing siswa ke arah kemandirian belajar.
7. Mengarahkan siswa yang memiliki ZPD yang tinggi untuk membantu siswa
yang memilki ZPD yang rendah.
8. Menyimpulkan pelajaran dan memberikan tugas-tugas.

3. Suhu Dan Kalor

Suhu dan kalor sangat berkaitan erat. Keduanya merupakan sesuatu yang
berbeda. Suhu menyatakan derajat/ukuran panas atau dingin suatu benda,
sedangkah kalor menyatakan perpindahan energi panasnya.

Suhu

Pengertian Suhu

Suhu merupakan sebuah besaran pokok yang menyatakan derajat panas


sebuah benda. Semakin panas sebuah benda, maka semakin tinggi suhunya.
Sebaliknya jika benda dingin, maka suhu akan turun

Jenis Alat Ukur Suhu

Untuk mengetahui besarnya suhu diperlukan sebuah alat yang dinamakan


dengan termometer. Termometer pertama kali ditemukan oleh Galileo Galilei.
Dan sekarang sudah terdapat 4 skala yang digunakan untuk mengukur suhu, yaitu
Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin. Yang menjadi pembeda dari keempat
ukuran suhu tersebut adalah titik beku dan titik didihnya.

Suhu dan alat ukur suhu merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Beberapa termometer sudah diciptakan untuk membantu manusia dalam
mengukur suhu.

Termometer raksa merupakan jenis termometer yang paling banyak digunakan.


Hal ini dikarenakan raksa memiliki beberapa keunggulan. Salah satunya adalah
peka terhadap suhu dan bisa digunakan untuk mengukur suhu rendah dan suhu
tinggi.

Gambar termometer
Berdasarkan jenis bahan, termometer dibagi menjadi empat. Di antaranya,
termometer zat padat, termometer zat cair, termometer zat gas, dan termometer
optis.

1. Termometer zat padat merupakan termometer yang terbuat dari bahan zat padat,
seperti logam. Contohnya, termometer bimetal, termometer hambatan, dan
termometer termokopel.
2. Termometer zat cair merupakan termometer yang menggunakan bahan cair,
seperti raksa ataupun alkohol. Contohnya, termometer laboratorium, termometer
ruang, dan termometer Six-Bellani.
3. Termometer zat gas merupakan termometer yang memanfaatkan sifat pemuaian
gas. Biasanya digunakan gas Hidrogen dan gas helium sebagai bahan untuk
mengukur suhu.
4. Termometer optis merupakan termometer yang menggunakan pancaran radiasi
dan ultraviolet. Contohnya, termometer inframerah dan pirometer.

Kalor
Pengertian Kalor

Kalor merupakan panas yang bisa berpindah dari benda yang memiliki kelebihan
kalor menuju benda yang kekurangan kalor. Kalor biasanya dinyatakan dalam suhu.
Dalam satuan internasional, kalor dinyatakan dengan Joule. Satuan lainnya
dinyatakan dengan kalori.

1 kalori didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan


sebanyak 1 kg air sebesar 1⁰C.

1 kalori = 4.2 joule dan 1 joule = 0.24 kalori

Kalor Jenis

Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diserap atau diperlukan oleh 1 gram zat
untuk menaikkan suhu sebesar 1⁰C. Kalor jenis juga diartikan sebagai kemampuan
suatu benda untuk melepas atau menerima kalor. Masing-masing benda mempunyai
kalor jenis yang berbeda-beda, Satuan kalor jenis ialah J/kg⁰C.
Kapasitas Kalor

Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diserap oleh benda bermassa tertentu
untuk menaikkan suhu sebesar 1⁰C. Satuan kapasitas kalor dalam sistem international
ialah J/K.

Perpindahan kalor juga bisa dihitung besarannya,  menggunakan rumus di bawah ini.

Q = m.c.ΔT

Keterangan:

Q   : banyaknya kalor yang diterima atau dilepas oleh suatu benda (J)

m   : massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)

c    : kalor jenis zat (J/kg⁰C)

ΔT : perubahan suhu (⁰C)

Rumus Kalor Jenis:

 c = Q / m.ΔT

Keterangan:

c = kalor jenis zat (J/kg⁰C)

Q = banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu benda (Joule)

m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)

ΔT = perubahan suhu (⁰C)

Rumus Kapasitas Kalor

C = Q / ΔT

Keterangan:

C = kapasitas kalor (J/K)

Q = banyaknya kalor (J)

ΔT = perubahan suhu (K)


Selain itu, ada rumus lain untuk menentukan kapasitas kalor itu sendiri, yaitu: C = m.
c

Keterangan:

C = kapasitas kalor (J/K)

m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)

c = kalor jenis zat (J/kg.K)

kalor merupakan energi. Artinya, kalor bisa berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain. Perpindahan kalor dibedakan menjadi tiga, yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi. Adapun perbedaan ketiganya adalah sebagai berikut.
1. Konduksi adalah perpindahan kalor dari tempat bersuhu tinggi ke tempat bersuhu
lebih rendah dan tidak disertai perpindahan zat perantaranya. Artinya, terjadi
pertukaran energi kalor secara langsung. Contohnya saat kamu meletakkan sendok
di atas tutup panci yang sedang dipanaskan. Semakin lama, sendok akan ikut
menjadi panas karena ada aliran kalor dari tutup panci ke sendok.
2. Konveksi adalah perpindahan atau aliran kalor yang disertai perpindahan zat
perantaranya. Contohnya terbentuknya angin darat dan angin laut.
3. Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Contohnya sinar
Matahari yang sampai ke Bumi tidak membutuhkan medium apapun untuk
merambat.

B. PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimana karakteristik Lembar Kegiatan Peserta Didik barbasis Scaffolding


untuk melatih pemahaman konsep peserta didik SMA dikembangkan?
2. Apakah LKPD Berbasisi Scaffolding pada materi suhu dab kalor untuk
melatih pemahaman konsep peserta didik SMA yang di kembangkan layak
untuk digunakan?
BAB III
METODE PENGEMBANGAN

A. Metode Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian dan


pengembangan (research and developme nt). Menurut Borg dan Gall (Sugiyono,
2019: 28), penelitian dan pengembangan adalah proses/metode yang digunakan
untuk memvalidasi dan mengembangkan produk seperti buku teks, dan metode
mengajar. Penelitian dan pengembangan dalam penelitian ini berada pada level ke
tiga yaitu meneliti dan mengembangkan produk yang telah ada. Produk yang
dihasilkan dalam penelitian ini berupa LKPD Berbasis Scaffolding pada materi
kalor untuk melatih pemahaman konsep peserta didik SMA . Tingkat kelayakan
bahan LKPD diketahui melalui validasi oleh ahli materi, validasi oleh guru IPA,
dan pengisian angket oleh siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap bahan
LKPD yang telah dikembangkan.

B. Prosedur Pengmbangan

Borg dan Gall dalam Sugiyono (2019: 35-37) mengemukakan sepuluh langkah
dalam penelitian dan pengembangan, antara lain:

1. Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting)


yang meliputi analisis kebutuhan, review literatur, penelitian dalam skala
kecil, dan persiapan membuat laporan yang terkini.
2. Melakukan perencanaan (planning) yang meliputi pendefinisian keterampilan
yang harus dipelajari, perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan
uji coba kelayakan (dalam skala kecil)
3. Mengembangkan produk awal (develop preliminary from a product) yang
meliputi penyiapan materi pembelajaran, prosedur/penyusunan buku
pegangan, dan instrumen evaluasi.
4. Pengujian lapangan awal (preliminary field testing) yang dilakukan pada 1
sampai 3 sekolah menggunakan 6 sampai 12 subjek. Pengumpulan data
dengan wawancara, observasi, dan kuesioner. Hasilnya selanjutnya dianalisis.
5. Melakukan revisi utama terhadap produk (main product revision) didasarkan
pada saran-saran pada uji coba.

C. Uji Coba Produk


1. Desain Uji Coba
Uji coba produk sangat penting dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan
LKPD dihasilkan. Oleh karena itu perlu dilakukan uji coba kepada sasaran produk
yang di kembangkan. Sebelum diuji cobakan, produk LKPD berbasis Scaffolding
diValidasi terlebih dahulu oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa, dan guru
FISIKA kemudian, dilakukan revisi.
2. Subjek Data
Subjek data dalam penelitian ini yaitu 2 orang ahli materi, 2 orang guru
FISIKA , dan siswa kelas XI SMA.
3. Jenis Data
Data yang digunakan dalam pengembangan ini adalah :
a. Data Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2019 :7), data kuantitatif adalah data yang berbetuk
angket atau data kualitatif yang diangkat (scoring). Data kuantitatif dalam
penelitian dan pengembangan ini berupa skor hasil penilian kelayaka LKPD
Berbais Scaffolding oleh Validator dan diuji keterpahaman LKPD.

b. Data Kualitatif

Data Kualitatif (Sugiyono, 2019:7) adalahb data yang berbentuk kata, kalimat,
gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar, da foto. Data kualitatif dalam
penelitian dan pengembangan ini yaitu hasil angket analisis kebutuhan siswa, hasil
wawancara antara peneliti dengan guru, dan saran / masukan dari validator.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lembar Uji Keterpahaman


Keterpahaman merupakan aspek yang menjadi tolak ukur kualitas bahan ajar dari
segi isi yang menunjukkan seberapa mudah sebuah bahan ajar dapat dipahami.
Bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang dapat dipahami oleh penggunanya,
dalam hal ini guru maupun peserta didik (Ashri, N. & Hasanah, L. 2016: 146-
147). Sasaran uji keterpahaman dalam pengembangan LKPD ini adalah Siswa
kelas XI SMA.

E. Teknik Analisis Data

Analisis Data Kuantitatif

Pada analisis data Kuantitatif di lakukan uji keterpahaman LKPD Berbasis


Scaffolding meliputi uji ide pokok, uji kalimat pendukung, kata-kata yang asing, dan
kalimat yang sulit dipahami. Uji ide pokok paragraf dilakukan untuk mengetahui mudah
atau tidaknya suatu wacana. Adapun analisis data hasil uji keterpahaman dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini.

𝑃 = 𝑓 𝑁 × 100%

Keterangan:

P : persentase

f : jumlah skor yang diperoleh

N : Jumlah skor maksimal (Ashri, N. & Hasanah, L., 2016: 148


DAFTAR PUSTAKA

Ashri, N. & Hasanah, L. 2016. Uji Keterpahaman.EDUSAINS. Volume 8 nomor


2, hal. 145-148. e-ISSN 2443- 1281

Borg dan Gall (Sugiyono, 2019: 28), penelitian dan pengembangan

Brunner (dalam Isabella, 2007) model pembelajaran scaffolding 

Syabani, dkk, dalam Pratama & Saregar, 2019:85 manfaat LKPD

Trianto, (Pratama & Saregar, 2019:85) pengertian LKPD

Anda mungkin juga menyukai