Anda di halaman 1dari 26

A.

Judul Penelitian : Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


Fisika berbasis Problem Based Learning pada Pokok Bahasan Hukum
Newton tentang Gerak

B. Bidang Ilmu : Pendidikan Fisika

C. Latar Belakang
Proses pembelajaran di sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mencetak
atau menghasilkan peserta didik yang berilmu dan bermoral. Ilmu yang diperoleh
nantinya digunakan untuk mempelajari kehidupan dan proses yang terjadi dalam
kehidupan. Salah satu ilmu pengetahuan alam adalah fisika. Fisika merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang memepelajari gejala-gejala alam atau fenomena
alam. Sangat banyak fenomena fisika yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Namun, tak jarang peserta didik menganggap fisika adalah mata pelajaran
yang sulit dengan begitu banyak hafalan rumus.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat membantu


peserta didik dalam memahami materi fisika dan menerapkan materi fisika
dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan minat dan hasil
belajar peserta didik. Banyak materi fisika yang kurang cocok disampaikan
dengan metode konvensional seperti ceramah yang masih dominan digunakan
oleh guru. Sehubungan dengan hal itu, guru dituntut dapat merancang suatu
pembelajaran dengan memilih model pembelajaran yang menarik. Salah satu
model pembelajaran yang diterapkan kurikulum 2013 yaitu pembelajaran
berbasis masalah atau yang dikenal sebagai Problem Based Learning. Model
pembelajaran ini menggunakan masalah dalam kehidupan nyata sehingga
peserta didik lebih mudah memahami materi fisika dan penerapannya.
Penggunaan model Problem Based Learning juga dapat meningkatkan minat
peserta didik. Permasalahan yang terjadi dalam kehidupan nyata seperti
fenomena di lingkungan sekitar diharapkan dapat meningkatkan nalar dalam
mencari alternatif solusi dari setiap persoalan yang terjadi.
Penggunaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran di kelas
membutuhkan media yang tepat. Hal yang perlu diperhatikan bahwa media
pembelajaran yang digunakan dalam kelas harus menyajikan masalah dalam
kehidupan nyata. Penggunaan buku cetak yang disediakan di sekolah cenderung
kurang memberikan permasalahan fisika dalam kehidupan nyata. Hal ini kurang
sesuai dengan kurikulum 2013 yang mengaharuskan setiap pembelajaran di
kelas menggunakan pedekatan ilmiah (scientific approach) yang melibatkan
kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasi.
Pendekatan ilmiah tersebut diupayakan agar pemahaman konsep peserta didik
pada materi yang diajarkan semakin baik.

Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan media yang digunakan


dalam pembelajaran di kelas. LKPD merupakan salah satu alat bantu untuk
mengarahkan peserta didik dalam belajar agar tidak keluar dari tema yang
dipelajari. LKPD merupakan salah satu bahan ajar dalam bentuk lembaran-
lembaran materi yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang disusun
secara sistematis yang bertujuan untuk membantu peserta didik belajar dengan
baik. LKPD dalam pembelajaran dirasa sangat efektif untuk mengatasi
ketidaktertarikan peserta didik dalam belajar karena LKPD disusun dengan
mencantumkan gambar yang menarik informasi yang up to date tentang materi,
dan soal-soal.

Berdasarkan uraian di atas dan untuk menjawab permasalahan, maka perlu


dilakukan penelitian tentang pengembangan LKPD fisika berbasis Problem
Based Learning pad pokok bahasan Hukum Newton tentang gerak di SMAN 1
Piyungan.

D. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka diidentifikasi masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. LKPD yang dikembangkan belum menumbuhkan minat belajar peserta didik,
sehingga hasil belajar peserta didik kurang maksimal.
2. Model pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih dominan ceramah
karena LKPD masih jarang digunakan, sehingga peserta didik menjadi mudah
jenuh.
3. Banyak materi fisika yang kurang cocok disampaikan dengan metode
konvensional seperti ceramah yang masih dominan digunakan oleh guru.
4. Materi yang disampaikan di dalam LKPD hanya berupa rumus, sehingga
menyebabkan kurangnya minat belajar peserta didik.

E. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas telah diketahui adanya berbagai masalah.


Dalam penelitian ini perlu dibatasi permasalahannya agar pembahasan lebih
spesifik dan terarah. Masalah yang akan diteliti dibatasi pada:

1. Model pembelajaran yang menjadi basis dari LKPD Fisika dalam penelitian
ini dibatasi pada model pembelajaran Problem Basad Learning (PBL).
2. Materi fisika yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada Hukum Newton
tentang Gerak.
3. Peserta didik yang diambil dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X
semester genap tahun pelajaran 2019/20120

F. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah di atas, secara operasional dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dipecahkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Fisika
berbasis Problem Based Learning (PBL) pada pokok bahasan Hukum Newton
tentang gerak di
2. Bagaimana kelayakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Fisika berbasis
Problem Based Learning (PBL) pada pokok bahasan Hukum Newton tentang
gerak di
3. Bagaimana respon peserta didik terhadap LKPD Fisika berbasis Problem
Based Learning (PBL) pada pokok bahasan Hukum Newton tentang gerak ?

G. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan secara operasional
tersebut di atas, tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Menghasilkan produk bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) Fisika berbasis Problem Based Learning (PBL) pada pokok
bahasan Hukum Newton tentang gerak di SMA
2. Mengetahui kelayakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Fisika berbasis
Problem Based Learning (PBL) pada pokok bahasan Hukum Newton
tentang gerak di SMA
3. Mengetahui respon peserta didik terhadap LKPD berbasis Problem Based
Learning (PBL) pada pokok bahasan Hukum Newton tentang gerak.

H. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat untuk dunia
pendidikan antara lain:
1. LKPD Fisika berbasis Problem Based Learning (PBL) hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar dalam proses
pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran Fisika materi Hukum
Newton tentang gerak.
2. LKPD Fisika berbasis Problem Based Learning (PBL) hasil penelitian ini
layak digunakan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran fisika di
sekolah karena telah melalui proses uji kelayakan dan validasi.
3. LKPD Fisika berbasis Problem Based Learning (PBL) ini dapat diterima
dan berhasil meningkatkan prestasi belajar fisika peserta didik.
I. Kajian Pustaka
1. Deskripsi Teori
a. Lembar Kerja Peserta Didik
1. Pengertian LKPD
Menurut Depniknas (2008: 13) dinyatakan bahwa LKPD (student
worksheet) adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Kegiatannya berupa petunjuk atau
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
Menurut Trianto (2010: 11) lembar kerja peserta didik adalah
panduan peserta didik yang digunakan untuk melakukan kegiatan
penyelidikan atau pemecahan masalah. LKPD berisi petunjuk
pembelajaran, baik berupa pertanyaan atau pernyataan yang harus
dilakukan dan dijawab oleh peserta didik. Hal ini berarti bahwa LKPD
merupakan salah satu panduan peserta didik yang berisi tugas dan
digunakan untuk melakukan suatu kegiatan pemecahan masalah dan
harus dikerjakan oleh peserta didik.
Menurut Abdul Majid (2014: 371) Lembar kerja yang
dimaksudkan untuk memicu dan membantu peserta didik melakukan
kegiatan belajar dalam rangka menguasai suatu pemahaman,
keterampilan dan/sikap.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa LKPD
merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang berisikan ringkasan materi,
tugas-tugas dan petunjuk yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam
proses pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kompetensi dasar
serta tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Oleh karena itu LKPD
harus disusun dengan jelas, praktis, mudah dipahami dan memudahkan
proses pembelajaran, dimana dengan adanya LKPD peran pendidik
semakin dipermudah, sedangkan peran peserta didik semakin
ditingkatkan sebagai implementasi dari pola student centered learning.
2. Fungsi LKPD
Menurut Andi Prastowo (2012:205) sebuah LKPD memiliki
setidaknya empat fungsi dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun
lebih mengaktifkan peserta didik.
2. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk
memahami materi yang disampaikan
3. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.
4. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta diidk.
Menurut Abdul Majid (2014 :372) bahwa LKPD merupakan
bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP) dan dan berfungsi
sebagai “alat” yang digunakan guru dalam proses mengajarnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi
LKPD adalah sebagai media pembelajaran peserta didik untuk
memperudah pemahaman peserta didik terhadap suatu materi melalui
tugas-tugas, rringkasan materi yang telah disusun sesuai dengan
kompetensi dasar yang akan dicapai serta membantu peseeta didik dalam
mengkontruk pengetahuannya melalui pemecahan masalah dan
keterampilan proses.

3. Tujuan LKPD

Tujuan dari LKPD menurut Andi Prastowo (2012:206) terdapat


empat poin penting yang menjadi tujuan penyusunan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) yaitu:
1. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk
memberi interaksi dengan materi yang diberikan.
2. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta
didik terhadap materi yang diberikan.
3. Melatih kemandirian peserta didik.
4. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta
didik.
Dari keempat tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
LKPD adalah sebagai media belajar yang berisi penyajian tugas-tugas
untuk memudahkan peserta didik dan pendidik dalam proses
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

4. Komponen LKPD
Menurut Abdul Majid (2014: 373) komponen LKPD yang
dikenal adalah informasi/konteks, permasalahan dan pertanyaan/perintah
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Informasi
Informasi hendaknya menginspirasi peserta didik untuk
menjawab/mengerjakan tuas tidak perlu sedikit atau kurang jelas
sehingga peserta didik “tak berdaya untuk menjawab/mengerjakan
tugas, tetapi juga tidak terlalu banyak sehingga mengurangi ruang
kreativitas peserta didik”.
b. Pernyataan Masalah
Pernyataan masalah hendaknya betul-betul menuntut peserta
didik menemukan cara/strategi untuk memecahkan masalah tersebut.
c. Pertanyaan /perintah
Pertanyaan atau perintah hendaknya merangsang peserta didik
untuk menyelidiki, menemukan, memecahkan masalah atau
berimajinasi/mengkreasi.
Menurut Trianto (2009:112) komponen-komponen LKPD
meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan
bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan
kesimpulan untuk bahan diskusi.
Secara umum kerangka LKPD terdiri dari judul, tujuan kegiatan,
alat dan bahan yang dgunakan, langkah kerja dan sejumlah
pertanyaan.
5. Struktur LKPD
Menurut Daryanto dan Aris Dwi Cahyono (2014: 176) bahwa Struktur
LKPD secara umum adalah sebagai berikut:
1. Judul, mata pelajaran, semester, tempat
2. Petunjuk belajar
3. Kompetensi yang akan dicapai
4. Indikator
5. Informasi Pendukung
6. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
7. Penilaian

6. Langkah penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Berikut adalah langkah-langkah penyususnan Lembar Kerja Peserta


Didik (LKPD) menurut Diknas 2004. (Andi Prastowo, 2012:212)

Analisis Menyusun Peta Menentukan


Kurikulum Kebutuhan judul

Penulisan Perumusan KD Penyusunan


LKPD Materi

Penentuan Struktur Struktur


Alat Penilaian LKPD
LKPD

Gambar 2.1 Flowchart langkah-langkah penyusunan LKPD menurut Diknas


(2004)
b. Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Menurut Hamruni (dalam Fogarty, 2012: 226), Problem Based Learning


adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan ‘membenturkan’ siswa kepada
masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open-ended melalui
stimulus dalam belajar.

Menurut Arends (1997: 156) Problem Based Learning merupakan salah


satu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan level berpikir
tinggi yang diorientasikan pada masalah, termasuk belajar bagaimana belajar.
Proses berpikir dalam pembelajaran Problem Based Learning ini diperlukan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung. Masalah yang dihadapkan peserta didik berupa
konsep materi pembelajaran, sehingga dengan adanya permasalahan tersebut
maka dapat merangsang proses berpikir peserta didik yang lebih tinggi dalam
memecahkan masalah.

Menurut Nurhadi (2004: 109), Problem Based Learning adalah suatu


model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hong (2007: 4) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran Problem Based
Learning guru memberikan permaslahan dari dunia nyata kepada peserta didik
untuk dipecahkan bersama. Pada saat membas dan menjawab masalah, peserta
didik harus terlibat dalam kegiatan nyatamisalnya mengobservasi,
mengumpulkan data, dan menganalisis bersama peseta didik lain dalam
kelompok atau di dalam kelas.

Selama peserta didik belajar di sekolah, peserta didik dihadapkan dengan


soal-soal yang akan dipecahkan. Tugas dari peseta didik adalah untuk mencari
jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut dengan pengalaman-
pengalaman yang ada di sekolah dan yang telah dirancang oleh guru. Setelah
tamat pendidikan sekolah, peserta didik masih akan dihadapkan pada macam-
macam persoalan yang harus diatasi., dan diharapka pengalaman di sekolah
akan membantu dalam mencari suatu penyelesaian.

Lebih lanjut Nurhadi (2004: 109) menyatakan bahwa Problem Based


Learning juga dikenal dengan nama lain seperti pembelajaran proyek,
pendidikan berdasarkan pengalaman, pembelajaran otentik dan pembelajaran
yang berakar pada kehidupan nyata. Uraian tersebut sesuai dengan pernyataan
Arends (1997: 156), Yaitu The model has also been reffered to by other names,
such as project-based learning, experiencebased education, authentic
learning, and anchored instruction.

Lebih lanjut Nurhadi (2004: 109) menyatakan bahwa peran guru dalam
pengajaran berbasis masalah, mengajukan pertanyaan, memfasilitasi
penyelidikan dan dialog. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat di
laksanakan jika guru tidak mengembangkan lingkungan kelas yang
memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Intinya peserta didik
dihadapkan pada situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat
menantang peserta didik untuk memcahkannya. Problem Based Learning
mengarahkan peserta didik untuk memiliki keinginan untuk memahami,
mempelajari kebutuhan pembelajaran yang baik sehingga mau menggunakan
dan mencari sumber-sumber pembelajaran yang terbaik dalam memecahkan
masalah yang dihadapi.

Problem based learning merupakan simulasi masalah yang dapat


digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan peserta didik sebelum
mempelajari suatu objek, sehingga peserta didik mampu berpikir secara kritis
sera mampu untuk mendapatkan dan menggunakan sumber-sumber
pembelajaran dengan tepat. Berasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa Problem based learning merupakan model pembelajaran yang yang
menuntut peserta didik untuk belajar mandiri secara individu maupun
kelompok dalam memecahkan suatu maslaah yang disajikan oleh guru. Guru
berperan menyajikan masalah dan mengajukan pertanyaan yang mengarahkan
peserta didik untuk memecahkan suatu masalah dalam kegiatan pembelajaran.

2. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Nurhadi (2004: 110) mengemukakan tiga tujuan model pembelajaran


Problem Based Learning yaitu a) pengajaran berbasisi masalah mendorong
kerjasama dalam menyelesaikan tugas, b) pengajaran berbasis masalah
memiliki unsur-unsur belajar magang yang bisa mendorong pengamatan dan
dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap peserta didik dapat
memahami peran penting aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar
sekolah, c) pengajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik dalam
penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan peserta didik
menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
pemahamannnya tentang fenomena tersebut. Problem Based Learning
menjadikan peserta didik menjadi mandiri dan kreatif dalam proses
pembelajaran, mempunyai keinginan untuk memahami, mempelajari
kebutuhan pembelajaran serta menggunakan sumber belajar.

Model pembelajaran Problem Based Learning menuntut peserta didik


untuk bertanggung jawab atas masalah yang dihadapi, serta diarahkan untuk
tidak bergantung sepenuhnya pada guru sehingga akan terbentuk peserta didik
yang mandiri dan kreatif. Pada pembelajaran Problem Based Learning, peserta
didik dihadapkan pada masalah dan mencoba untuk diselesaikan dengan bekal
pengetahuan yang dimiliki peserta didik serta dapat bekerja sama dalam
kelompok untuk memecahkan masalh tersebut.

Kemendikbud (2014:923) menjelaskan pembelajaran berbasis masalah


merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah konstektal
sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang
menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim
untuk memecahkan masalah dunia nyata (real worl). Masalah yang diberikan
ini digunakan untuk membuat peserta didik rasa ingin tahu pada pembelajaran
dimana masalah diberikan peserta didik sebelum peserta didik mempelajari
konsep atau materi yang berkenan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Tujuan dan hasil model pembelajaran berbasis masalah ini adalah mendorong
kerja sama dalam menyelesaikan tugas, melibatkan peserta didik dalam
penyelidikan permasalahan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka
menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
pemahamannya tentang fenomena tersebut. Peran guru, peserta didik dan
masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Peran guru, peserta didik, dan masalah dalam pembelajaran


berbasis masalah

Guru sebagai pelatih Peserta didik sebagai Masalah sebagai awal


problem solver tantangan dan motivasi
Asking about thinking Peserta didik yang Menarik untuk
(bertanya tentang aktif dipecahkan
pemikiran) Terlibat langsung Menyediakan
Memonitor dalam pembelajaran kebutuhan yang ada
pembelajaran Membangun hubungannya dengan
probbing (menantang pembelajran pelajaran yang
peserta didik untuk dipelajari
berpikir)
Menjaga agar peserta
didik terlibat
mengatur dinamika
kelompok
Menjaga
Berlangsungnya
proses
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik, sehingga
peserta didik dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dari mana
informasi yang diperoleh dengan bimbingan guru. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dikemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang menggunakan masalah
kontekstual sebagai dasar untuk investigasi dan penyelidikan sehingga mampu
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan mengintegrasi teori dan
praktik, serta menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk
mengembangkan solusi yang tepat pada suatu masalah.

3. Sintaks dan Pengelolaan Lingkungan PBL

Menurut Oon Tan (2009: 9), proses pembelajaran PBL terdiri dari
beberapa langkah, yaitu: a) menemukan masalah, b) menganalisis masalah, c)
menemukan dan melaporkan, d) mempresentasikan solusi dan merefleksi, dan
e) melihat kembali, mengevaluasi dan belajar secata mandiri. Setiap siswa
dituntut untuk mandiri tetapi dalam PBL siswa belajar dalam bentuk
kelompokuntuk memahami masalah yang dihadapinya.

Chamberlin (2009: 156) mengemukakan peserta didik yang terlibat


dalam pembelajaran berbasis masalah menempuh bebberapa langkah a)
menemukan masalah, b) mengidentifikasi masalah, c) pengumpulan fakta-fakta
tentang masalah, d) menemukan hipotesis solusi untuk memecahkan masalah, e)
meneliti masalah, f) mengulang masalah, g) menghasilkan solusi alternatif, dan
h) mengajukan solusi terhadap masalah. Berdasarkan pendapat para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembeljaran PBL adalah a)
menemukan masalah, b) menganalisis dan mendefinisikan masalah, c)
mengumpulkan fakta-fakta dan hipotesis, d) meneliti masalah dan melaporkan,
e) mempresentasikan solusi dan merefleksi, f) mengevaluasi hasil belajar.

4. Kelebihan Problem Based Learning (PBL)

Menurut Sanjaya (2006: 220) kelebihan dari model pembelajaran


Problem Based Learning (PBL) adalah :
a. Mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang
akan membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam
mengenai suatu materi.
b. Memberikan tantangan pada siswa sehingga siswa memperoleh
kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri.
c. Membuat siswa sealalu aktif dalam pembelajaran.
d. Dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis setiap siswa, serta
kemampuannya beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang baru.
e. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
f. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan
g. Dapat membantu sisiwa bagaimana mentransfer pengetahuannya untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5. Kekurangan Problem Based Learning (PBL)

Kekurangan dari Problem Based Learning (PBL) menurut Sanjaya (2006:


220) adalah peserta didik yang tidak memiliki keinginan untuk memecahkan
permasalahan, maka pelajara tidak akan berjalan, sebagian peserta didik
beranggapan bahwa pembelajaran tidak harus memahami materi, sehingga
peserta didik hanya belajar apa yan mereka inginkan.

6. Materi ajar Hukum Newton tentang Gerak

2. Kajian Pustaka yang relevan

Peneltian yang dilakukan oleh Malini Oktarina dkk (2014) menyimpulkan


bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) terhada
3. Kerangka Berpikir

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang menarik untuk dipelajari
karena mencakup fenomena alam semesta yang terjadi di lingkungan sekitar.
Namun, banyaknya rumus dan konsep yang terdapat di dalamnya membuat
fisika masih menjadi momok bagi sebagian besar peserta didik. Penerapan fisika
dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar harusnya dapat mengubah
anggapan peserta didik terhadap fisika.

Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor terpenting dalam


pelaksanaan pembelajaran dan dapat mempengaruhi perilaku serta cara berpikir
peserta didik. Model pembelajaran merupakan bagian dari proses pebelajaran
yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Selama ini

J. Metode Penelitian

1. Tempat dan waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Piyungan, Bantul.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020.

2. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and


Development). Metode Research and Development adalah metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk digunakan
penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan menguji keefektifan produk
tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas (Sugiyono, 2017: 407).
3. Prosedur Pengembangan

Adapun prosedur pengembangan yang akan digunakan dalam penelitian ini


adalah prosedur penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh
sugiyono. Menurut Sugiyono (2017:409), ada sepuluh tahap penelitian dan
pengembangan, yaitu potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk,
validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian,
revisi produk, produk masal. Prosedur penelitian dan pengembangan yang
dikembangkan oleh Sugiyono ini membutuhkan waktu yang relatif lama. Karena
adanya keterbatasan waktu dan biaya, maka penelitian ini hanya dilakukan pada
tahap persiapan dan pengembangan bahan ajar, serta uji coba terbatas. Tahap
persiapan dan penegmbangan bahan ajar digunakan dalam penelitian awal untuk
mengetahui potensi dan masalah, kemudian mengumpulkan berbagai informasi
data untuk perencanaan produk bahan ajar terpadu berupa LKPD yang akan
dikembangkan, serta uji cba terbatas untuk menentukan kelayakan LKPD yang
sedang dikembangkan.

Potensi dan Pengumpilan Desain Desain


Maslah Data produk produk

Produk Akhir Revisi LKPD Uji Coba LKPD Revisi LKPD

Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development

a. Potensi dan Masalah


Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi dan masalah. Potensi
adalah segala sesuatu yang apabila didayagunakan akan memiliki nilai
tamabah.
b. Mengumpulkan informasi
c. Desain LKPD

Produk yang dihasilkan melalui penelitian R&D diharapkan dapat


meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu dihasilkannya LKPD yang
berkualitas dan relevan dengan kebutuhan proses pembelajaran. Produk yang
akan dihasilkan dalam penelitian ini adalh berupa LKPD Fisika berbasis
Problem Based Learning (PBL) pada pokok bahasan Hukum Newton Tentang
Gerak.

d. Validasi LKPD oleh Dosen Ahli dan Guru Fisika SMA

Validasi LKPD merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah


rancangan LKPD yang telah dibuat telah memenuhi kriteria atau belum. Dalam
hal ini LKPD baru yang dikembangkan secara rasiona tentu akan lebih efektif
dari pada yang lama. Validasi LKPD dapat dilakukan dengan cara
menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman
untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Dalam penelitian dan
pengembangan ini menggunakan dua orang dosen ahli fisika dan satu guru
fisika.

e. Perbaikan LKPD

Setelah melalui proses validasi oleh pakar atau tenaga ahli dalam bidang
fisika, tentu akan ada kritik, saran dan masukan terkait desain pengembangan
LKPD yang yang dibuat, sehingga dapat diketahui kelemahan dan keunggulan
dari LKPD tersebut. Dari sini akan dilakukan perbaikan aabila terdapat
kekurangan untuk memperoleh LKPD yang berkualitas.

f. Uji Coba Terbatas LKPD

Setelah melalui proses validasi dan revisi oleh para validator, LKPD tidak
langsung dapat digunakan, melainkan harus melalui uji coba terbatas terlebih
dahulu. Uji coba terbatas ini dilakukan dengan melihat keterbacaan LKPD
yang telah divalidasi kepada sejumlah peserta didik untuk melihat respon dari
peserta didik.
g. Revisi roduk

Revisi produk dilakukan, apabila dalam uji coba produk terhadap peserta
didik terdapat respon peserta didik yang masuk dalam kategori TS (Tidak
Setuju) atau STS (Sangat Tidak Setuju), sehingga dilakukan revisi produk
sesuai dengan saran/masukan dari peserta didik sebagai responden yang
digunakan dalam penelitian ini, untuk penyempurnaan produk yang
dikembangkan sehingga menghasilkan produk yang berkualitas yang layak
digunakan.

h. Produk Akhir

Setelah melalui semua tahapan dan proses pengembangan sebagaimana


yang telah dijelaskan didepan, maka produk akhir berupa LKPD Fisika
berbasis Problem Based Learning (PBL) sudah dapat digunakan di dalam
proses pembelajaran di sekolah.

4. Objek dan Subyek Penelitian

a. Objek dalam penelitian ini adalah LKPD Fisika berbasis Problem Based
Learning (PBL) pada pokok bahasan Hukum Newton tentang Gerak.

b. Subyek dalam penelitian ini adalah :

1) Validator yang terdiri dari dus Dosen Fisika dan satu guru Fisika (yang ahli
dalam bidangnya)

2) Responden yaitu peserta didik fisika kelas X yang memberikan respon


terhadap LKS yang dikembangkan.

5. Teknik Pengumpulan data

a. Observasi

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2017: 203) mengemukakan bahwa


observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari berbagaiproses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan secara lansung ke
sekolah SMA Negeri 1 Piyungan yang digunakan sebagai tempat penelitian.
Observasi dilakukan dengan mengamati peserta didik dalam proses
pembelajaran dan bahan ajar yang digunakan pada saat proses belajar
mengajar.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan


secara lisan melalui percakapan atau tanya jawab dengan responden (Zainal
Arifin, 2014:233). Wawancara dilakukan dengan guru pendidikan fsika kelas
X SMA Negeri 1 Piyungan untuk mengumpulkan data tentang kondisi
pembelajaran di dalam kelas dan penggunaan kurikulum di sekolah tersebut.

c. Angket/kuisioner

Angket/kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan


dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2017: 199). Anget dalam penelitian ini diberikan
kepada dosen ahli, guru fisika dan peserta didik untuk menilai LKPD Fisika
berbasis Problem Based Learning untuk peserta didik SMA kelas X sebagai
masukan untuk menyempurnakan produk yang dikembangkan sebelum
menjadi produk akhir. Adapu bentuk angket yang digunakan adalah rating
scale atau skala bertingkat.

6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur


variabel penelitian (Sugiyono 2017:148). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi LKPD Fisika.
a. Instrumen Validitas Isi LKPD Fisika

Instrumen validitas ini digunakan untuk mengukur kualitas LKPD fisika,


baikyang masih dalam bentuk draft mauipun produk akhir. Instrumen validitas yang
digunakan dalam penelitian ini mengadopsi instrumen dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BNSP) yang telah memenuhi syarat minimal dari bahan ajar yang
dikembangkan. Instrumen validasi diberikan kepada dua dosen fisika dan satu guru
fisika untuk memberikan penilaian terhadap aspek-aspek yang tercantum dalam
istrumen tersebut.

Tabel 3.1 Kisi Instrumen Validitas Isi LKPD

No Komponen Indikator Kriteria


Penilaian SB B K SK
1. Komponen a. Cakupan materi
kelayakan isi b. Akuturasi materi
c. Kekontekstualan
d. Merangsang
keingintahuan
2. Komponen a. Komuniatif
Kebahasaan b. Kejelasan kalimat
c. Aspek bahasa
3. Komponen a. Penyajian
Penyajian Pembelajaran
b. Pendukung
Penyajian
Sumber: BSNP. (2012). Diskripsi Item Kegrafikan SMP-SMA-SMK Jakarta

Keterangan :

SB = Sangat Baik

B = Baik

K = Kurang
SK = Sangkat Kurang

2. Angket Respon Peserta Didik

Angket ini disusun untuk memperoleh data respon peserta didik terhadap
LKPD Fisika berbasis Problem Based Learning yang diujicobakan secara terbatas
kepada peseta didik dengan uji keterbacaan LKPD. Anket ini diberikan kepada
peserta didik setelah dilakukan validasi oleh ahli (expert judgment).

Tabel 3.2 Kisi angket respon peserta didik

No Komponen Indikator Nomor Jumlah


Penilaian Pernyataan
1. Komponen a. Keterkaitan materi
kelayakan isi b. Problem Based Learning
c. Kepuasan
2. Komponen a. Penggunaan Bahasa
Kebahasaan b. Kejelasan Kalimat
3. Komponen a. Gambar
Penyajian b. Desain
Jumlah

Jawaban angket menggunakan skala likert dengan kategori pilihan sebagai


berikut:

a. Angka 4 berarti sangat setuju


b. Angka 3 berarti setuju
c. Angka 2 berarti tidak setuju
d. Anga 1 berarti sangat tidak setuju
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan data dari lembar validasi oleh guru dan dosen
Hasil Penilaian LKPD oleh dosen atau guru berupa huruf diubah menjadi nilai
kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif
Tabel 3.3 Konversi Nilai Huruf
Keterangan Skor
Sangat Baik (SB) 4
Baik (B) 3
Kurang (K) 2
Sangat Kurang (SK) 1

b. Menghitung skor rata-rata setiap komponen yang dinilai menggunakan


rumus sebagai berikut:

∑𝑋
𝑋̅ = 𝑛 (5)

Keteranagan:
𝑋̅ = Skor rata-rata
∑ 𝑋 = Jumlah skor
n = Jumlah Penilai

Dalam penelitian ini menggunakan tiga orang penilai yang terdiri atas
dua orang dosen ahli fisika dan satu guru fisika SMA. Setelah menghitung
skor rata-rata, kemudian mencari jarak interval (i). Dalam penelitian ini,
menggunakan rumus interval menurut Eko Putro Widyoko, (2016:110).
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙
i= (6)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

4−1
i= 4

i = 0,75

Jarak interval (i) ini digunakan untuk menentukan jarak antar kelas.
Penelitian ini digunakan skala nilai 1 sampai 4 (skal likert) dan banyaknya
kelas adalah 4 sesuai dengan klasifikasi kategori yang dipilih.
c. Mengubah skor rata-rata menjadi nilai kualitatif. Kriteria pengubahan skor
rata-rata menurut Eko Putro Widoyoko (2017:115) sebagai berikut:

Tabel 3.4 Konversi nilai kuantitatif ke kualitatif skor validator


Rata-rata skor Klasifikasi Kategori
3,25 ≤ 𝑋̅ ≤ 4,00 Sangat baik
2,50 ≤ 𝑋̅ < 3,25 Baik
1,75 ≤ 𝑋̅ < 2,50 Kurang
1,00 ≤ 𝑋̅ < 1,75 Sangat Kurang

2. Pengolahan angket respon peserta didik


a. Memberikan skor
Pemberian skor pada jawaban setiap item dilakukan dengan menggunakan
skala likert. Adapun penilaian berdasarkan skala likert Adapun penilaian
berdasarkan skala likert terdapat pada tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Penilaian skala likert
No Jawaban Item Lembar Penilaian Skor
1. Sangat Setuju 4
2. Setuju 3
3. Tidak Setuju 2
4. Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Eko Putro Widoyoko (2017: 112)

b. Mengolah Skor
Pengolahan skor lembar penilaian guru dilakukan dengan mengikuti
tahapan-tahapan yang dikemukakan Eko Putro Widoyoko, (2016:110)
sebagai berikut :
1) Menjumlahkan skor seluruh responden pada setiap komponen yang
dianalisis. Pada penelitian ini jumlah responden (peserta didik)
2) Menghitung skor rata-rata setiap komponen yang dinilai menggunakan
persamaan (5)
3) Setelah menghitung skor rata-rata, kemudian mencari jarak interval dengan
menggunakan rumus interval persamaan (6)
4) Mengubah skor rata-rat menjadi nilai kualitatif seperti yang ditunjukkan
pada tabel 3.4
LKPD Fisika berbasis Problem Based Learning dikatakan valid jika nilai
minimal respon peserta didik baik dan validasi dari Expert Judgment setuju,
maka LKPD Fisika berbasis Problem Based Learning ini dikatakan layak
untuk digunakan sebagai bahan ajar untuk peserta didik kelas X SMA/MA.

Anda mungkin juga menyukai