Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merdeka mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2022/2023 pada beberapa
sekolah. Pemerintah menetapkan penerapan kurikulum merdeka secara nasional pada tahun
ajaran 2023/2024 sesuai dengan keputusan yang telah diresmikan oleh menteri pendidikan,
kebudayaan, riset dan teknologi. Kurikulum merdeka sebagai kurikulum alternatif mengatasi
kemunduran belajar selama masa pandemi yang memberikan kebebasan “merdeka belajar”
pada pelaksana pembelajaran yaitu guru dan kepala sekolah dalam menyusun,
melaksanakan proses pembelajaran dan mengembangkan kurikulum di sekolah
memperhatikan pada kebutuhan dan potensi peserta didik. Kurikulum merdeka nantinya
akan menjadi tantangan dan harapan baru bagi guru untuk pendidikan kedepannya. Selain itu,
juga menjadi harapan baru bagi pendidikan Indonesia untuk menciptakan pendidikan yang
lebih berkualitas dan dapat mengatasi permasalahan pendidikan yang ada melalui merdeka
belajar maupun penguatan profil pelajar pancasila, khususnya pada jenjang sekolah dasar.
Pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar disusun secara sistematis
dan memberikan kebebasan pembelajaran di setiap mata pelajarannya, salah satunya yakni
pembelajaran IPA. IPA merupakan ilmu yang perlu diberikan kepada peserta didik karena
sangat bermanfaat penerapannya di kehidupan sehari-hari mereka. Menurut (Dyaning
Wijayanti & Ekantini, n.d., 2023) menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPA peserta didik
diajak untuk mempelajari fenomena alam melalui kegiatan pengamatan langsung dan mampu
menganalisis bukti empiris yang nantinya peserta didik dapat menjabarkan, memprediksi dan
memahami fenomena alam tersebut serta peserta didik diminta untuk menjadi pembelajar yang
aktif dan luwes. Peserta didik tidak hanya diberikan teori dan menghafalkan materi yang
diberikan, namun juga perlu diberikan pembelajaran yang melibatkan peserta didik serta lebih
berpusat kepada peserta didik (student center).
Kegiatan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar seharusnya dapat meningkatkan rasa
ingin tahu keaktifan peserta didik dalam pembelajarannya. Kegiatan yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran antara lain seperti observasi atau pengamatan yang dilakukan secara
individu maupun berkelompok terhadap permasalahan fenomena alam yang ada disekitar
mereka. Kemudian, peserta didik mendapatkan beberapa data dari hasil observasi yang dapat
mengungkapkan sebuah fakta. Agar kegiatan pembelajaran tersebut dapat diterapkan dengan
baik, maka diperlukan pendukung dalam kegiatan pembelajarannya. Seperti, sumber belajar
berupa buku yang berisi materi, media pembelajaran, dan lembar kerja peserta didik (LKPD).
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan
pembelajaran. LKPD dapat menjadi fasilittaor bagi peserta didik lebih mudah dalam memahami
materi yang diberikan oleh guru. berfungsi sebagai fasalitator peserta didik dalam memehami
materi. Selain itu, LKPD dapat mengajak peserta didik untuk mengamati dan meneliti secara
langsung materi yang telah mereka pelajari. Sehingga peserta didik dapat belajar melalui
beberapa sumber belajar tidak hanya buku paket saja, peserta didik juga mendapatkan materi
yang dapat diamati secara langsung dengan pemanfaatan lingkungan dan teknologi yang ada
sebagai sumber pendukung kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis peneliti dengan guru kelas V di SDN Geluran 3 Taman pada
tanggal 23 September 2023, diperoleh informasi permasalahan terkait LKPD yang digunakan
di SDN Geluran 3 pada pembelajaran IPA kelas 5 khususnya materi sistem peredaran darah
pada manusia, antara lain pada saat pembelajaran guru hanya menggunakan lembar kerja yang
ada di buku sumber belajar peserta didik. Sedangkan, LKPD yang ada di buku peserta didik
hanya berisi materi berupa gambar sistem peredaran darah manusia dan penjelasannya saja.
LKPD juga hanya berisi satu kegiatan saja serta model soal yang kurang bervariasi.
Kemampuan yang dikembangkan dalam LKPD yang digunakan yakni menganalisis materi,
menjelaskan, dan memberikan contoh bagian-bagian pada sistem peredaran darah manusia.
LKPD yang digunakan juga kurang memanfaatkan teknologi.
Dilihat dari hasil pengamatan nilai yang didapatkan oleh peserta didik pada
pembelajaran IPA, diperoleh informasi bahwa nilai KKM pembelajaran IPA ialah 75. Nilai
tertinggi yang dapat dicapai oleh peserta didik yakni 88 dan nilai terendah yakni 54. Dari 28
peserta didik hanya 10 peserta didik yang dapat dikategorikan tuntas mendapatkan nilai di atas
KKM. Dimana nilai yang didapatkan oleh peserta didik lebih di dominasi nilai di bawah KKM.
Dari data tersebut hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan cara, 1) memanfaatkan
sumber belajar yang ada dan teknologi yang ada dengan semaksimal mungkin, 2) melakukan
kegiatan pembelajaran dengan memberikan pengalaman dan melibatkan peserta didik secara
langsung di dalamnya, 3) menyajikan pembelajaran yang inovatif sehingga dapat menarik
motivasi belajar peserta didik.
Mengacu pada permasalahan di atas, maka peneliti perlu mengembangkan e-LKPD
berbasis Model Learning Cycle 7e. Menurut Hafsah, Rohendi, & Purnawan (2016), e-LKPD
adalah salah satu media berbantu komputer yang didalamnya terdapat gambar, animasi dan
video-video yang menarik dan edukatif agar peserta didik tidak merasa bosan dalam proses
pembelajaran. e-LKPD merupakan lembar kerja peserta didik elekronik yang di dalamnya
terdapat rangkaian materi dan kegiatan pembelajaran dengan di dukung oleh adanya video,
gambar, link, audio maupun animasi yang dapat menciptakan pembelajaran yang lebih menarik.
(Sugiharti, 2019) mengungkapkan bahwa LKPD elektronik ini memiliki nilai lebih
dibandingkan LKPD cetak dan melalui pemanfaatan fitur-fiturnya dengan baik seperti video,
suara, gambar animasi maka akan membantu peserta didik dalam memvisualisasikan materi
yang bersifat abstrak.
Model Learning Cycle 7e adalah model pembelajaran konstruktivisme yang bersifat
student-centered dan terdiri dari 7 tahap, di antaranya elicit (mendatangkan pengetahuan awal),
engage (menarik perhatian), explore (mengeksplorasi), explain (menjelaskan), elaborate
(mengelaborasi), evaluate (mengevaluasi) dan extend (memperluas) (Adilah & Budiharti,
2015a). Sedangkan (Zuhra, 2017)berpendapat bahwa Learning Cycle merupakan model
pembelajaran berbasis konstruktivisme, di mana ilmu pengetahuan dibangun secara langsung
oleh peserta didik dengan terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan menggunakan e-LKPD
Interaktif yang memanfaatkan teknologi dengan mengikuti alur model Learning Cycle 7e, akan
menciptakan pembelajaran yang lebih baik dan inovatif untuk peserta didik sehingga hasil
belajar dan kemampuan peserta didik dapat meningkat.
(Purwanto, 2011) berpendapat bahwa hasil belajar dibutuhkan utnuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menerima atau memahami materi yang telah disampaikan selama
proses pembelajaran berlangsung. Maka dari itu hasil belajar dapat dilihat dengan kemampuan
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan e-LKPD
Interaktif berbasis Learning Cycle 7e yang disusun dengan menarik dan lebih inovatif pada
setiap kegiatan pembelajarannya dapat menarik motivasi belajar, rasa ingin tahu, dan keaktifan
peserta didik dalam pembelajaran. Hal tersebut nantinya akan membantu peserta didik dalam
memahami materi dan hasil belajar peserta didik dapat meningkat.
Sesuai dengan penelitian sebelumnya, yakni penelitian yang telah dilakukan oleh
(Diana Eka Pratiw & Yuliani, 2021) terkait pengembangan e-LKPD Berbasis Learning Cycle
7e pada materi perkecambahan biji untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta
didik. Hasil penelitian yang didapatkan yakni validitas e-LKPD Berbasis Learning Cycle 7e
masuk dalam kategori sangat layak dengan validitas 97,49% serta dapat meningkatkan
keterampilan proses sains peserta didik mencapai 91%. Selain itu, penelitian yang dilakukan
oleh (Alfan Ibrahim R, 2023) yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik
Elektronik (e-LKPD) berbasis Learning Cycle 7e Materi Hidrokarbon yang dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran berbasis Learning Cycle 7e mendapatkan kesan dan respon yang baik oleh
peserta didik dan terbukti layak digunakan dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang melatar belakangi penelitian yang betujuan untuk mengetahui
kelayakan e-LKPD berbasis model pembelajaran Learning Cycle &e untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik, yaitu:
1. Bagaimanakah kevalidan e-LKPD berbasis model pembelajaran Learning Cycle 7e
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V?
2. Bagaimanakah kepraktisan e-LKPD berbasis model pembelajaran Learning Cycle 7e
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V?
3. Bagaimanakah keefektifan e-LKPD berbasis model pembelajaran Learning Cycle 7e
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kevalidan e-LKPD berbasis model pembelajaran Learning Cycle 7e
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V.
2. Untuk mengetahui kepraktisan e-LKPD berbasis model pembelajaran Learning Cycle
7e untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V.
3. Untuk mengetahui keefektifan e-LKPD berbasis model pembelajaran Learning Cycle
7e untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V.

D. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan


Adapun produk yang diharapkan yakni e-LKPD Interaktif berbasis model pembelajaran
Learning Cycle 7e. e-LKPD yang telah di desain seluruh komponennya memuat, sebagai
berikut :
1. Rangkaian kegiatan pembelajaran yang ringkas dan jelas serta disusun secara
runtut, sehingga memudahkan peserta didik dalam memelajari materi ajar secara
mandiri.
2. e-LKPD berisi kegiatan percobaan secara berkelompok yang dapat mengarahkan
peserta didik untuk dapat bekerja secara bersama dan memiliki rasa tanggung
jawab.
3. Produk yang dihasilkan berupa e-LKPD Interaktif berbasis model pembelajaran
Learning Cycle 7e.

E. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan mampu menambah pengetahuan dan wawasan
terhadap penggunaan LKPD elektronik khsusunya menggunakan model Learning
Cycle 7e.

b) Manfaat Praktis
1. Bagi Peserta Didik
Peserta didik dapat meningkatkan kemampuan dalam memahami materi
dan rasa ingin tahu dalam kegiatan pembelajaran yang akan berdampak pada hasil
belajar IPA peserta didik.
2. Bagi Guru
Dapat dijadikan masukan oleh guru untuk mengembangkan LKPD yang
memanfaatkan teknologi dengan menggunakan model pembelajaran yang
bervariasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
3. Bagi Sekolah
Dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah dengan menggunakan e-LKPD berbasis model Learning
Cycle 7e.
4. Bagi peneliti
Dapat digunakan sebagai refrensi untuk peneliti lain yang nantinya
melakukan penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian jenis
pengembangan e-LKPD model pembelajaran Learning Cycle 7e untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik.

F. Asumsi dan Batasan Penelitian


1. Asumsi Penelitian
Asumsi dalam penelitian dan pengembangan e-LKPD Interaktif pembelajaran
IPA berbasis model Learning Cycle 7e yakni, sebagai berikut:
a) e-LKPD Interaktif berbasis model Learning Cycle 7e dengan materi
sistem peredaran darah pada manusia ini dapat digunakan oleh peserta
didik dan guru sebagai penunjang kegiatan pembelajaran IPA yang lebih
inovatif.
b) Penggunaan e-LKPD Interaktif berbasis model Learning Cycle 7e
membantu peserta didik untuk memahami materi sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2. Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian dan pengembangan e-LKPD Interaktif pembelajaran
IPA berbasis model Learning Cycle 7e yakni, sebagai berikut:
a) Pengembangan e-LKPD Interaktif berbasis model Learning Cycle 7e ini
hanya berisi materi sistem peredaran darah manusia.
b) e-LKPD Interaktif berbasis model Learning Cycle 7e ini hanya
dikhususkan untuk peserta didik kelas V Sekolah Dasar.
c) Penelitian ini meneliti kelayakan, kepraktisan, dan keefektifan e-LKPD
Interaktif berbasis model Learning Cycle 7e dalam materi sistem
peredaran darah manusia.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Alam


1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
IPA merupakan ilmu pengetahuan terkait fenomena alam yang dibentuk berupa
fakta, konsep, dan prinsip yang telah dinyatakan kebernarannya serta melalui suatu
rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah (Hisbullah & Nurhayati Selvie, 2018).
Sedangkan, menurut (Ahmad Susanto, 2013) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) merupakan usaha manusia untuk dapat memahami alam melalui kegiatan
pengamatan yang tepat, menggunakan prosedur yang sistematis, serta dapat dijelaskan
dengan pemikiran yang logis sehingga didapatkan suatu kesimpulan.
Selain itu, (Sumiyati, Sujana, et al., 2016) berpendapat bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang memelajari tentang alam semesta
serta isinya, dan peristiwa yang terjadi di dalamnya, yang berkembang karena para ahli
dengan melalui beberapa proses ilmiah yang dilakukan secara teliti dan berhati-hati.
Ilmu Pengetahuan Alam selalu bedasar pada observasi, baik observasi yang dilakukan
dengan sistematik yang didukung oleh teori-teori sebelumnya maupun dilakukan
dengan spekulasi tanpa menggunakan teori yang sudah ada.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka Ilmu
Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang memelajari alam
semesta dan isinya serta peristiwa yang terjadi didalamnya yang telah disusun secara
sistemais, dengan berdasar pada observasi, eksperimen, maupun pengamatan yang
tepat dan akan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam


Depdiknas menyatakan (dalam Indah, 2016) bahwa pendidikan IPA diharapkan
mampu menjadi wadah bagi peserta didik untuk dapat mengetahui pemahaman terkait
dirinya sendiri dan alam yang ada disekitarnya. Pendidikan IPA difokuskan pada
pemberian pengalaman secara langsung, sehingga peserta didik dapat menemukan
pemahaman dan mengeksplorasi alam disekitarnya. Maka dari itu, pendekatan yang
diterapkan yakni pengalaman proses, pemahaman produk, dan peran teknologi yang
ada dalam pengalaman secara langsung.
Sejalan dengan hal tersebut, maka Carin & Sund (dalam Putra, 2013:61)
mengemukakan bahwa karateristik IPA, sebagai berikut :
a. Peserta didik pada saat melakukan kegiatan pembelajaran yang
menyertakan penemuan jawaban perlu diberikan stimulus terlebih
dahulu.
b. Peserta didik perlu membiasakan diri untuk dapat belajar dengan
pembelajaran untuk melakukan sesuatu yang dapat mencermikan
dirinya sendiri atau learning by doing.
c. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menerapkan berbagai
macam pendekatan atau model pembelajaran yang lebih bervariasi
pada pembelajaran IPA.
d. Peserta didik didampingi untuk mendapatkan pemahaman terkait
keterbatasan dalam IPA dan sikap yang dapat dikembangkan di
masyarakat sehingga peserta didik daoat mengambil keputusan dengan
tepat setelah melalui pembelajaran IPA.

Sedangkan, menurut Jacobson & Bergman dalam Wahyuni (2018) karateristik


IPA yakni, sebagai berikut :

a. IPA berisi sekumpulan konsep, hukum, dan teori


b. Proses ilmiah dalam IPA dapat berbentuk fisik dan mental serta
memahami fenomena alam dan penerapannya.
c. IPA didalam penerapannya terdapat sikap keteguhan hati, rasa ingin
tahu, dan kesungguhan dalam menyikapi rahasia alam.
d. IPA tidak dapat membuktikan semua kejadian, akan tetapi hanya
beberapa bagian saja.
e. Kebenaran dalam IPA memiliki karakter yang subjektif dan bukan
kebenaran yang bersifat objektif.

Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan pembelajaran tentang alam secara


sistematis, sehingga ilmu pengetahuan tidak hanya berfokus pada sekumpulan
informasi berupa konsep, fakta maupun prinsip akan tetapi juga berfokus pada proses
bagaimana informasi tersebut dapat ditemukan. Pendidikan IPA mengutamakan pada
pemberian pengalaman secara langsung pada proses pembelajarannya, untuk dapat
mengembangka kompetensi pada saat mengeksplorasi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah (Ika Candra Sayekti, 2016).

Berdasarkan paparan di atas, IPA memiliki karateristik yakni lebih


mengutamakan proses dalam penemuan dan pemahaman tentang alam sekitar, serta
lebih berfokus pada pengalaman secara langsung, IPA tidak hanya menekankan konsep
dan teori yang berupa fakta akan tetapi juga lebih menekankan pada prosesnya.
3. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Pembelajaran IPA adalah suatu pembelajaran yang dapat membuat peserta
didik mendapatkan pengalaman secara langsung sehingga peserta didik dapat
meningkatkan kemampuan untuk menerima, menyimpan, serta menerapkan konsep
yang telah mereka pelajari. Dengan adanya pembelajaran IPA maka peserta didik
dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan prosesnya melalui kegiatan
observasi peristiwa yang terjadi di dalam, yang nantinya akan berdampak terhadap
peserta didik pada pengembangan sikap cinta alam dan peristiwa di dalamnya.
Menurut (Sulthon, n.d.) adanya pembelajaran IPA memiliki tujuan antara lain :
1. Membekali untuk dapat memiliki kemampuan dalam mengembangkan
pengetahuan dan memahami konsep-konsep IPA yang dapat
diterapkan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengembangkan rasa ingin tahu.
3. Mengembangkan sikap positif dan kesadaran terkait adanya hubungan
yang saling berpengaruh antara IPA dengan lingkungan, teknologi,
maupun masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan melalui kegiatan observasi kejadian
terkait alam sekitar.
5. Mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah dan
mengambil keputusan.

Pembelajaran IPA berisi ilmu yang berkaitan dengan alam dan memiliki
hubungan dengan kehidupan yang ada di alam ini salah satunya manusia.
(Sulistyorini, 2007: 15) berpendapat bahwa pembelajaran IPA memiliki tujuan antara
lain :

1. Memahami alam sekitar dan isinya.


2. Memiliki keterampilan dalam mendapatkan ilmu berupa
keterampilan proses dan metode ilmiah.
3. Memiliki sikap ilmiah ketika mengenal alam disekitarnya serta
memecahkan masalah yang ditemuinya. Sedangkan sikap ilmiah
yang dimiliki dengan pembelajaran IPA yakni :
a. sikap ingin tahu (curiousity),
b. ingin mengetahui sesuatu yang baru (orginality),
c. sikap kerjasama (co-operation),
d. sikap tidak putus asa (perseverence),
e. tidak berprasangka (open mindedness),
f. mawas diri (self criticism),
g. bertanggungjawab (responsibility),
h. berpikir bebas (independence in thinking),
i. dan disiplin diri (self discipline).
4. Memiliki bekal dasar pengetahuan yang dibutuhkan untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi nantinya.
Selain itu Mulyasa (dalam Julianto, dkk 2011: 4) juga mengungkapkan bahwa
pembelajaran IPA harus memiliki tujuan tertentu, yakni :
a. Mempunyai keyakinan dengan didasarkan pada keberadaan,
keindahan, dan keteraturan alam.
b. Konsep IPA diuraikan menjadi pengetahuan dan pemahaman.
c. Mengembangkan rasa ingin tau dan sikap positif yang dihasilkan oleh
hubungan antar lingkungan, teknologi, ataupun masyarakat dalan
ruang lingkup IPA.
d. Melaksanakan pengamatan yang dapat meningkatkan keterampilan
proses sehingga dapat memahami lingkungan sekitar.
e. Menumbuhkan kesadaran dalam menjaga serta memelihara
lingkungan disekitarnya.
f. Menumbuhkan kesadaran dalam menghargai setiap peristiwa alam
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Sebagai pengetahuan dasar yang dapat digunakan di kehidupan
selanjutnya.
Dari pendapat di atas, maka tujuan pembelajaran IPA tidak hanya berfokus atau
berorientasi pada hasil belajar saja, akan tetapi lebih berorientasi pada pemahaman
dan pengetahuan dasar terkait konsep-konsep IPA dan keterampilan proses dalam
pembelajaran IPA memalui kegiatan didalamnya serta dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari yang nantinya dapat mengasah kemampuan dalam
memecahkan masalah dan mengambil keputusannya sendiri.

4. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar


Pada kegiatan pembelajaran IPA di sekolah dasar, komponen penting yang
harus diperhatikan oleh guru yaitu merancang kegiatan pembelajaran yang melibatkan
peserta didik di dalamnya dan pembelajaran yang membuat peserta didik dapat aktif
pada saat kegiatan pembelajaran. Selain itu, kegiatan pembelajaran IPA di sekolah
dasar juga dirancang melalui kegiatan secara konkret atau nyata serta berkaitan dengan
alam sekitar. Kegiatan pembelajaran IPA di sekolah dasar juga harus dapat
memunculkan rasa ingin tahu peserta didik, serta dapat memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertanya. Kegiatan pembelajaran IPA di sekolah dasar lebih
berfokus pada proses dalam mengembangkan keterampilan untuk mengobservasi alam
sekitar, memecahkan masalah, dam membuat suatu keputusan. Kegiatan pembelajaran
berpusat pada peserta didik (student centered) serta lebih memberi kesempatan pada
peserta didik untuk dapat mengembangkan ide dan gagasan secara mandiri, memberi
kesempatan untuk berdiskusi dengan teman lainnya, kemudian membandingkan ide
yang ditemukan dengan konsep ilmiah berupa hasil observasi dan hasil percobaan,
yang nantinya peserta didik dapat menemukan konsep secara mandiri terkait apa yang
telah mereka pelajari. Hal tersebut nantinya akan berpengaruh pada pemahaman
peserta didik yang sejalan dengan peningkatan hasil belajar peserta didik.

B. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


1. Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah suatu bahan ajar berupa lembaran-
lembaran yang terdiri dari materi, ringkasan, petunjuk pelaksanaan tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik dan mengacu pada tujuan pembelajaran yang harus
dicapai pada kegiatan pembelajaran (Andi Prastowo, 2015). Selain itu, Salirawati
dalam (Chintia Tri Noprinda dan Sofyan M. Soleh, 2019)juga berpendapat bahwa
LKPD merupakan sarana pendukung kegiatan belajar yang digunakan oleh guru untuk
meningkatkan keikutsertaan peserta didik dalam proses kegiatan pembelajaran. LKPD
ini di dalamnya terdiri dari semua petunjuk yang mengajak peserta didik untuk
melakukan beberapa kegiatan seperti petunjuk percobaan, praktikum yang dapat
dilakukan di rumah bersama orang tua, penjelasan materi, soal-soal latihan, dan
petunjuk lainnya. LKPD disusun dengan tujuan agar dapat mengembangkan keaktifan
peserta didik dalam kegiatan penyelidikan sederhana sehingga peserta dapat
menemukan, menggunakan, menganalisis, menyusun konsep serta mengembangkan
kemampuan kognitif peserta didik (Muhammad Danial dan Whidah Sanusi, 2019)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
merupakan salah satu sumber belajar untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang
bertujuan agar dapat menciptakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
(student centered) dan meningkatkan keaktifan peserta didik yang dikemas dalam
lembaran-lembaran berisi materi, soal, dan petunjuk pelaksanaan kegiatan.

2. Fungsi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


LKPD memiliki fungsi yakni untuk memudahkan guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran, serta membantu peserta didik untuk belajar dan memahami
materi secara mandiri. (Adjie Pamungkas dan Acep Kusdiwelirawan, 2020)
berpendapat bahwa LKPD juga memiliki fungsi yang lain, diantaranya:
a. Meningkatkan keaktifan peserta didik pada saat proses pembelajaran.
b. Menunjang peserta didik dalam menemukan konsep.
c. Melatih peserta didik untuk mengembangkan keterampilan proses yang
dimiliki.
d. Sebagai pedoman guru dan peserta didik saat melaksanakan proses
pembelajaran.
e. Mendukung peserta didik dalam menambah iformasi tentang sebuah
konsep yang dipelajari dengan kegiatan belajar yang sistematis.

3. Tujuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


LKPD merupakan salah satu pendukung kegiatan pembelajaran berupa
lembaran-lembaran dengan serangkaian kegiatan pembelajaran yang tersusun secara
sistematis, dan bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Selain itu, tujuan lembar kerja peserta didik menurut (Fitri Mukti, 2018), sebagai
berikut:
a. Menyajikan sumber belajar yang memudahkan opeserta didik untuk
berinteraksi dengan materi yang dipelajari
b. Menyajikan kegiatan dan tugas yang daoat meningkatkan kemampuan
pemahaman peserta didik dengan materi yang diberikan
c. Mengembangkan kemandirian peserta didik
d. Memudahkan guru dalam kegiatan pembelajaran

4. Jenis-jenis Lembar Kerja Peserta Didik


LKPD disusun dengan maksud dan tujuan yang berbeda, sehingga LKPD memiliki
beberapa jenis bentuk, diantaranya:
a. LKPD yang Membantu Peserta Didik Menemukan Konsep
LKPD ini berisi suatu kejadian yang bersifat nyata, sederhana, dan
berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. LKPD ini berisi tentang
kegiatan yang harus dilakukan peserta didik antara lain melakukan,
mengamati, dan menganalisis. Oleh karena itu, guru harus merumuskan
langkah kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik, kemudian
meminta peserta didik untuk mengamati kejadian dari kegiatan yang telah
dilakukan, selanjutnya guru perlu memberikan pertanyaan analisis yang
dapat membantu peserta didik untuk mengaitkan kejadian yang mereka
amati dengan konsep yang mereka bangun.
b. LKPD yang Membantu Peserta Didik Menerapkan dan Mengintegrasikan
Berbagai Konsep yang telah Ditemukan
Sesudah peserta didik menemukan konsep terkait hal yang telah dipelajari
kemudian guru melatih peserta didik untuk menerapkan konsep yang telah
dipelajari dalam kehidupan sehari-harinya. Seperti, guru dapat
memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan diskusi bersama
teman kelompok dan dapat melatih kebebasan perpendapat dan sikap
tanggung jawabnya.
c. LKPD yang Berfungsi sebagai Penuntun Belajar
LKPD ini terdiri dari pernyataan atau isian jawaban dari buku sehingga
fungsi utama dari LKPD ini yakni membantu peserta didik menghafal dan
memahami materi pembelajaran dalam buku. LKPD ini biasanya
digunakan untuk kepentingan remedial.
d. LKPD yang Berfungsi sebagai Penguatan
LKPD ini berisi materi pembelajaran yang lebih mengarah pada
pendalaman dan penerapan materi dari dalam buku. LKPD ini diberikan
setelah peserta didik memelajari topik tertentu dan cocok digunakan untuk
pengayaan.
e. LKPD yang Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum
LKPD berisi petunjuk praktikum yang harus dikerjakan oleh peserta didik
dan merupakan salah satu isi dari LKPD.
LKPD yang digunakan dalam penelitian ini yakni jenis LKPD yang dapat
membantu peserta didik menemukan suatu konsep yang disusun secara sistematis
dengan alur model pembelajaran Learning Cycle 7e.

5. e-LKPD Interaktif
e-LKPD interaktif merupakan alat pembelajaran yang disusun secara
elektronik, dan berisi materi yang disusun secara sistematis dan semenarik mungkin
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan LKPD (Sari, 2019). Sedangkan menurut
(Haqsari, 2014) e-LKPD merupakan panduan kegiatan peserta didik dalam bentuk
elektronik yang dapat diakses melalui komputer, dekstop, notebook, smartphone
maupun handphone yang bertujuan untuk mempermudah peserta didik dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sedangkan, menurut Sugianto dalam
(Puspitasari, 2019) E-LKPD merupakan sebuah bentuk bahan ajar yang disajikan
dalam susunan yang sistematis pada unit pembelajaran tertentu dan disajikan dalam
format elektronik berisi animasi, gambar, navigasi, video yang membuat pengguna
menjadi lebih interaktif.
Menurut (Suryaningsih dan Nurlita, 2021) Elektronik Lembar Kerja Peserta
Didik (E-LKPD) mempunyai kelebihan yakni memermudah guru dan peserta didik
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di rumah masing-masing. Selain itu, juga
mempersempit ruang dan waktu sehingga menjadi lebih efektif dan efisien kegiatan
pembelajarannya. E-LKPD Interkatif berisi teks, gambar, audio, video dan navigasi
yang dapat di atur sendiri oleh peserta didik, dan hal bermacam-macam lainnya yang
tidak terdapat di LKPD konvensional. Hal tersebut menjadi kelebihan dari e-LKPD
Interaktif karena dapat mendukung selama peserta didik dalam proses belajar dengan
menyesuaikan gaya belajar yang berbeda-beda (Astuti et al., 2018).
e-LKPD interaktif yang dikembangkan pada penelitian ini ialah mengacu pada
tahapan model Learning Cycle 7e. Penggunaan e-LKPD Interaktif dengan model
Learning Cycle 7e dalam pembelajaran dapat membuat peserta didik memahami
materi, mendapatkan informasi dan belajar secara mandiri sehingga tercapai
pembelajaran yang interaktif.

C. Model Learning Cycle 7e


1. Pengertian Learning Cycle 7e
Model Learning Cycle 7e merupakan model pembelajaran berbasis
kontruktivisme yang kegiatan pembelajarannya diutamakan pada kegiatan peserta
didik (Sumiyati, Djuanda, et al., 2016). Sedangkan, (Supardi et al., 2017)berpendapat
bahwa model Learning Cycle 7e menuntut peserta didik untuk aktif pada saar kegiatan
pembelajaran sehingga peserta didik terhindar dari rasa bosan serta dapat membantu
meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Model Learning Cycle 7e ini
adalah hasil pengembangan dari model Learning Cycle 5E dengan menambahkan dua
tahapan pada model ini yakni elicit dan extend (Alfan Ibrahim R, 2023). Pada
implementasi model Learning Cycle 7e guru berperan sebagai fasilitator yakni
mengelola pelaksanaan tahap model Learning Cycle 7e mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai evaluasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka Learning Cycle 7e merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered), memiliki beberapa
tahapan yang sistematis serta menuntut peserta didik untuk aktif pada saat kegiatan
pembelajaran sehingga dapat terhindar dari rasa bosan dan meningkatkan kemampuan
berpikir kritisnya. Model Learning Cycle 7e ini juga merupakan hasil perkembangan
dari model Learning Cycle 5E dengan menambahkan dua tahap yakni elicit dan extend.

2. Tujuan Model Learning Cycle 7e


Eisenkraft (Adilah & Budiharti, 2015) mengungkapkan bahwa model Learning
Cycle 7e bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal
peserta didik dan memperluas konsep. Dengan model Learning Cycle 7e ini, guru
seharusnya tidak melewatkan tata syarat yang penting untuk proses pembelajaran.
Model ini memiliki tujuan untuk mengembangkan konsep dan keterampilan ilmiah
yang dimiliki peserta didik serta menghubungkan konsep-konsep tersebut (Khashan,
2016). Model pembelajaran pada Learning Cycle 7e bertujuan untuk sebagai fasilitas
peserta didik untuk menemukan konsep terkait hal yang mereka pelajari dengan
melibatkan peserta didik secara aktif (Alimah & Rukmana, 2019). Selain itu, (Hartono,
2013) juga berpendapat bahwa pada dasarnya Learning Cycle 7e bertujuan untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan
masalah, dan intelektualnya.

3. Manfaat Model Learning Cycle 7e


Manfaat dari model Learning Cycle 7e menurut Sadia yang dalam (Zaenab,
2018) diantaranya:
a. Guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.
b. Membantu peserta didik dalam mengingat kembali materi yang telah
dipelajari.
c. Peserta didik menjadi lebih aktif dan meningkatkan rasa ingin tahunya.
d. Peserta didik mengalami proses belejar menemukan pada tahap explore,
sehingga konsep yang dipelajari lebih bermakna dan dapat bertahan lama
di ingatan.
e. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
f. Mengembangkan kemampuan komunikasi ilmiah peserta didik,
khususnya pada tahap explain.
g. Konsep yang dipelajari oleh peserta didik akan sangat dipahami dan
dikuasi dengan sangat kuat.
Berdasarkan pendapat dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa Learning
Cycle 7e memiliki manfaat dalam melatih keterampilan berpikir kritis, melatih
kamampuan berpikir tingkat tinggi pada ranag kognitif, meningkaykan kemampuan
akademik peserta didik dengan efisien, melatih kamampuan penalan dan memberi
kesempatan pada peserta didik untuk memaksimalkan pembelajarannya, serta
meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan efisien (Alfan Ibrahim R, 2023).

4. Tahapan Model Learning Cycle 7e


Arthur Eisenkraft mengembangkan model Learning Cycle 5E menjadi tujuh
siklus belajar (Learning Cycle 7e). Perkembangan tersebut ada pada tahap Engage
menjadi dua tahapan yaitu Elicit dan Engage, selain itu pada tahap Elaborate dan
Evaluate menjadi tiga tahapan yaitu Elaborate, Evaluate, dan Extand. Sehingga
tahapan model Learning Cycle 7e menjadi Elicit (memunculkan pemahaman
sebelumnya), Engage (merangsang kemampuan berpikir), Explore (menyelidiki),
Explain (menjelaskan), Elaborate (menerapkan), Evaluate (mengevaluasi) dan Extend
(memperluas). Tahapan model Learning Cycle 7e dijabarkan sebagai berikut:
1. Elicit (Memunculkan pemahaman sebelumnya)
Pada tahap ini, guru dapat menstimulus pemahaman peserta didik dengan
memberikan pertanyaann mendasay terkait materi yang akan dipelajari.
Dengan begitu, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta
didik.
2. Engage (Membangkitkan minat)
Pada tahap ini dapat dilakukan demonstrasi, diskusi, membaca, mauopun
aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan peserta didik
dan mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Hal tersebut dilakukan
untuk memfokuskan perhatian peserta didik dan membangkitkan minat dan
motivasi belajar peserta didik pada konsep yang akan di ajarkan.
3. Explore (Menyelidiki)
Pada tahap ini, peserta didik memeroleh pengetahuan dengan pengalaman
langsung terkait dengan konsep yang akan mereka pelajari. Peserta didik
diberi kesempatan untuk bekerja dalam kelompok.
4. Explain (Menjelaskan)
Pada tahap ini peserta didik muali dikenalkan dengan konsep, hukum,
maupun teori yang baru. Guru mengenalkan peserta didik dengan beberapa
kosa kata ilmiah, dan memberikan pertanyaan agar peserta didik dapat
menjelaskan hasil eksplorasi menggunakan istilah ilmiah.
5. Elaborate (Menerapkan)
Pada tahap ini membawa peserta didik untuk menerapkan simbol, definisi,
konsep, dan keterampilan pada permasalahan yang berkaitan dengan contoh
dari konsep yang dipelajari.
6. Evaluate (Evaluasi)
Pada tahap ini, terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatis tidak hanya dibatasi pada siklus tertentu saja, lebih baik guru dapat
selalu menilai peserta didik pada semua kegiatan.
7. Extend (Memperluas)
Pada tahap ini bertujuan untuk berfikir, mencari, menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari sehingga
kegiatan ini dapat merangsang peserta didik untuk mencari hubungan
konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum
mereka pelajari.

D. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut (Purwanto, 2011: 38) hasil belajar disebutkan sebagai perubahan
tingkah laku yang akan terjadi dan dihasilkan dari proses belajar. Sehingga proses
belajar akan menghasilkan perubahan pada tingkah laku yang lebih baik, dan dari
perubahan tersebut disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menerima atau memahami bahan atau materi
yang telah disampaikan. Sehingga hasil belajar ditunjukkan dengan kemampuan
peserta didik saat setelah mengikuti kegiatan belajar. Dengan kata lain, hasil belajar
akan diketahui dengan adanya pemahaman dan penguasaan baik pengetahuan dan
keterampilan dalam diri peserta didik terkait materi yang telah dipelajari yang
dibuktikan dengan suatu teknik untuk mendapatkan nilai dan kemampuannya
dalam bersikap pada proses kegiatan pembelajaran.

2. Macam-macam Hasil Belajar


Hasil belajar dari Bloom (Indah Mawardhi Jati, 2018)yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah atau aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotor, dijelaskan sebagai berikut :
a) Ranah kognitif
Ranah kognitif merupakan perubahan tingkah laku yang
terjadi dalam wilayah kognisi. Dimana kawasan kognisi meliputi
kegiatan sejak dari penerimaan stimulus, penyimpanan dan
pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan
kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan sebuah
masalah. Menurut Bloom secara hirarki tingkat hasil belajar kognitif
mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan dan paling
tinggi dan kompleks yaitu evaluasi.
b) Ranah afektif
Kratwohl dalam (Indah Mawardhi Jati, 2018) menjabarkan
belajar afektif menjadi lima tingkat, yaitu penerimaan, partisipasi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi. Hasil belajar disusun secara
hirarkis mulai dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling
tinggi. Jadi ranah afektif yakni yang berhubungan dengan nilai-nilai
dan selanjutnya dihubungkan dengan sikap dan perilaku.
c) Ranah psikomotorik
Hasil belajar disusun berdasarkan urutan mulai dari yang
paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi hanya dapat
dicapai apabila peserta didik telah menguasai hasil belajar yang lebih
rendah. Simpson dalam (Indah Mawardhi Jati, 2018)
mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam yaitu,
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, dan kreativitas.

3. Faktor yang Memengarhui Hasil Belajar


Menurut Sugihartono dalam (Indah Mawardhi Jati, 2018) menyebutkan faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
a) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri setiap peserta
didik, seperti fisiologis dan psikologis. Supaya mendapatkan hasil
belajar yang baik, maka peserta didik harus tetap menjaga kesehatan
tubuh dan kondisi panca indera dengan cara mengonsumsi makanan
dan minuman yang bergizi, berolahraga, dan instirahat cukup.
Seringkali dijumpai peserta didik dengan prestasi menurun
dikarenakan kondisi fisiknya yang kurang sehat. Faktor lainnya yaitu
faktor psikologis, terdiri dari intelegensi, sikap, bakat, minat, motivasi
dan kepribadian individu itu sendiri
b) Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri peserta
didik yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan
sosial merupakan tempat peserta didik melakukan interaksi dan
bersosialisasi. Keluarga juga termasuk faktor yang sangat penting.
Peserta didik yang memiliki latar belakang keluarga berantakan akan
memiliki motivasi belajar yang rendah. Kehidupannya akan hanya
berfokus pada penyelesaian masalah yang terjadi di keluarganya.

E. Hasil Penelitian yang Relevan


1. Penelitian yang dilakukan oleh Diana Eka Pratiwi & Yuliani (2021) berjudul
Pengembangan e-LKPD Berorientasi Learning Cycle 7e Matei Perkecambahan
Biji Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model 4-D (Define, Design,
Develop & Desseminate) dan tanpa tahap Desseminate. Hasil penelitian yang yakni
tingkat kelayakan e-LKPD yang dikembangkan sebesar 97,49%. Kepraktisan e-
LKPD berdasarkan observasi aktivitas siswa mendapatkan hasil sebesar 80,08%
untuk e-LKPD 1 dengan kategori praktis dan 97,08% untuk e-LKPD 2 dengan
kategori sangat praktis. Keefektifan yang dilihat dari hasil belajar peserta didik
mencapai peningkatan sebesar 90% dengan rata-rata skor 100%. Kemudian,
penilaian peserta didik terkait e-LKPD mendapatkan respon positif sebesar 97,4%
dan keterampilan proses sains siswa mencapai 91%.
2. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Alfan Ibrahim (2023) yang berjudul
Pengembangan e-LKPD berbasis Learning Cycle 7e pada materi Hidrokarbon.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan model
pengembangan ADDIE. Hasil penelitian yakni e-LKPD memperoleh tanggapan
yang baik dari peserta didik, baik dari aspek konstruksi dengan nilai rata-rata 4,49
(sangat baik), aspek teknis dengan nilai rata-rata 4,29 (sangat baik), aspek
penyajian dengan nilai rata-rata 4,00 (baik) maupun aspek pembelajaran berbasis
Learning Cycle 7e dengan nilai rata-rata 4,1 (sangat baik) sehingga dapat diketahui
bahwa e-LKPD kimia berbasis Learning Cycle 7e pada materi hidrokarbon ini
layak untuk digunakan sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran.

F. Kerangka Berpikir
Pada saat penyajian materi pembelajaran IPA masih cenderung berpusat pada
guru (teacher centered) sehingga peserta didik kurang tertarik dan fokus pada kegiatan
pembelajaran. Selain itu, sumber belajar yang digunakan masih bersifat konvensional
dan kurang memanfaatkan teknologi. Sehingga kegiatan di dalamnya kurang menarik
serta membuat peserta didik kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran serta tidak dapat
memahami konsep dengan baik. Salah satu materi dalam pembelajaran IPA yakni
sistem peredaran darah pada manusia juga dianggap sulit dipahami oleh peserta didik.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalah tersebut
ialah perlu dikembangkan sumber belajar yang dapat menarik perhatian peserta didik,
berpusat pada peserta didik, serta dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran. Sumber belajar yang dapat dikembangkan salah satunya yakni LKPD
yang dipadukan dengan dengan beragam multimedia interaktif sehingga menjadi
LKPD Elektronik (e-LKPD Interaktif). Berdasarkan penelitian terdahulu, penggunaan
e-LKPD Interaktif sangat membantu peserta didik dalam memahami materi yang di
anggap sulit seperti sistem peredaran darah pada manusia. Hal tersebut dikarenakan e-
LKPD Interaktif berisi beragam macam teks, gambar, audio, video serta tampilan yang
kebih menarik daripada LKPD konvensional sehingga membuat peserta didik lebih
interaktif.
Proses pengembangan menggunakan model R&D (research and development)
menurut (Sugiyono, 2016: 134). Selain itu, e-LKPD ini juga akan menggunakan
tahapan model Learning Cycle 7e yang memiliki 7 tahapan yakni Elicit (memunculkan
pemahaman sebelumnya), Engage (merangsang kemampuan berpikir), Explore
(menyelidiki), Explain (menjelaskan), Elaborate (menerapkan), Evaluate
(mengevaluasi) dan Extend (memperluas). Sehingga e-LKPD Interaktif diharapkan
dapat digunakan sebagai sumber belajar yang mendukung kegiatan pembelajaran
peserta didik baik di sekolah maupun pada saat belajar mandiri. Agar memudahkan
untuk pemahaman tekait penelitian ini, peneliti membuat skema kerangka berpikir
sebagai berikut :

• Peserta didik kesulitan memahami materi


pada pembelajaran IPA

• Sumber belajar yang digunakan masih


bersifat konvensional

• Penyajian materi masih bersifat teacher


centered sehingga peserta didik cepat bosan

Perlu dikembangkan sumber


belajar yang berpusat pada peserta
didik, dan dapat menarik perhatian
dan keaktifan peserta didik.

Tahapan model
Metode
Learning Cycle 7e :
Pengembangan Pengembangan sumber belajar Elicit, Engage,
R&D (research and berupa e-LKPD Interaktif Explore, Explain,
development)
Elaborate, Evaluate,
menurut Sugiyono
Extend.
Produk yang dihasilkan berupa:
“e-LKPD Interaktif berbasis model
Learning Cycle 7e”

Anda mungkin juga menyukai