Anda di halaman 1dari 26

SEMINAR PROPOSAL

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS CANVA PADA MATERI


MATE
JAMUR KELAS 10 IPA 3 SMA NEGERI 4 KUPANG

YABES NENOTEK
20150001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA
KUPANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Ilmu pengetahuan semakin berkembang dari masa ke masa. Perkembangan ilmu
pengetahuan mendukung terciptanya teknologi yang baru dengan menandai adanya
perkembangan zaman. Pada abad ke-21 teknologi sudah sangat berkembang pesat, salah satu
ciri dapat meningkatnya interaksi manusia secara langsung maupun tidak langsung yang
ditopang oleh kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Sukmana, 2018).
Pendidikan memiliki makna sebagai proses yang mempengaruhi peserta didik untuk
mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan pendidikan manusia memiliki nilai,
pengetahuan dan sikap dalam menentukan keputusannya. Kualitas pendidikan sering
dijadikan tolak ukur keberhasilan perkembangan dalam proses pembelajaran. Kualitas
pendidikan sangat tergantung pada proses pembelajaran, sehingga upaya perbaikan dan
pengembangan terhadap faktor yang terkait dalam pembelajaran harus dilakukan, terutama
pada pengembangan modul pembelajaran sebagai penunjang yang dibutuhkan oleh siswa
dalam proses pembelajaran (Marzuki dkk., 2022).
Upaya pengembangan modul pembelajaran, guru harus lebih kreatif dalam mendesain
inovasi materi pembelajaran agar menarik bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal
ini juga didukung oleh pendapat (Renat dkk., 2017), Modul pembelajaran sebagai salah satu
buku teks yang semenarik mungkin berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran, serta
menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan digunakan siswa secara mandiri.
Pembelajaran menggunakan modul dapat meningkatkan motivasi peserta didik dan hasil
belajar (Ule dkk., 2021).
Berdasarkan hasil observasi pendidikan disekolah SMA Negeri 4 Kupang kelas 10 IPA
3, angket yang diberikan pada guru biologi khususnya pada materi jamur proses pembelajaran
yang berlangsung masih berpusat pada guru. Hal ini, menyebabkan siswa belum aktif dalam
proses pembelajaran karena masih ada kekurangan buku cetak yang digunakan sehingga siswa
kesulitan untuk memahami materi jamur yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran.
Pendidikan disekolah SMA Negeri 4 Kupang kelas 10 IPA 3, pada materi jamur siswa
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas mandiri. Pengembangkan modul pembelajaran
berbasis canva sebagai salah satu modul elektronik dapat dirancang secara sistematis menjadi
semenarik mungkin dan lebih meningkatkan kualitas isi, bahasa, dan mencantumkan gambar-
gambar yang jelas agar peserta didik termotivasi untuk belajar secara mandiri. Selain itu juga
dengan adanya pengembangan modul diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir
peserta didik dan hasil belajar melalui pendekatan secara ilmiah dan peserta didik lebih aktif
dalam proses pembelajaran untuk berargumentasi.
Berdasarkan pemikiran tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul "Pengembangan modul pembelajaran berbasis canva pada materi jamur kelas 10
IPA 3 SMA Negeri 4 Kupang".
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah
sebagai berikut : “apakah modul pembelajaran berbasis canva pada materi jamur layak
digunakan sebagai media pembelajaran pada materi jamur kelas 10 IPA 3 SMA Negeri 4
Kupang?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dan kelayakan produk
pengembangan modul pembelajaran berbasis canva pada materi jamur yang digunakan
sebagai sumber belajar dalam penyampaian pesan pada mata pelajaran Biologi kelas 10 IPA 3
SMA Negeri 4 Kupang dalam meningkatkan pemahaman siswa.
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari peneliti ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai
pengembangan modul pembelajaran berbasis canva dalam pembelajaran khususnya pada
materi jamur.
b. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini terbagi:
1. Siswa
Penelitian yang berupa modul pembelajaran berbasis canva yang dikembangkan ini
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, memberikan motivasi belajar dan
membantu siswa dalam memahami materi jamur dengan lebih baik.
2. Guru
Penelitian yang berupa modul pembelajaran berbasis canva yang dikembangkan ini
diharapkan membantu dan memudahkan guru menyampaikan materi dan memudahkan
pemberian latihan kerja tugas oleh guru dalam materi jamur.
3. Sekolah
Penelitian pengembangan modul pembelajaran berbasis canva ini diharapkan dapat
memperkaya sumber belajar, khususnya bahan pembelajaran biologi berupa modul
yang dapat digunakan di sekolah SMA Negeri 4 Kupang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Modul pembelajaran
1. Pengertian modul pembelajaran
Istilah modul pembelajaran dari dunia teknologi, yaitu alat ukur yang lengkap dan
merupakan satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul dapat dipandang
sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan belajar.
Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan modul sebagai suatu kesatuan bahan
belajar yang disajikan dalam bentuk “self- instruction”, artinya bahan belajar yang
disusun di dalam modul dapat dipelajari peserta didik secara mandiri dengan bantuan
yang terbatas dari pendidik atau orang lain (Adawiyah, 2022).
Walaupun ada bermacam-macam batasan modul, namun ada kesamaan pendapat
bahwa modul itu merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk belajar
sendiri, karena modul adalah suatu unit yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu
rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta didik mencapai
sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Dengan demikian, pengajaran
modul dapat disesuaikan dengan perbedaan individual peserta didik, yakni mengenai
kegiatan belajar dan bahan pelajaran (Adawiyah, 2022).
Batasan modul pada buku pedoman penyusunan modul yang dimaksud dengan
modul ialah satu unit program belajar mengajar terkecil yang secara terinci
menggariskan, yaitu:
a. Tujuan-tujuan instruksional umum.
b. Tujuan-tujuan instruksional khusus.
c. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar.
d. Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan.
e. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas.
f. Peranan pendidik dalam proses belajar mengajar.
g. Alat dan sumber yang akan dipakai.
h. Kegiatan belajar mengajar yang akan/harus dilakukan dan dihayati murid secara
berurutan.
i. Lembaran-lembaran kerja yang akan dilaksanakan selama berjalannya proses
belajar ini.
Modul adalah sebagai sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana, didesain
guna membantu peserta didik menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan
pengajaran modul adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya didasarkan atas
modul. Tujuan pengajaran modul adalah membuka kesempatan bagi peserta didik untuk
belajar menurut kecepatan masing-masing, memberi kesempatan bagi peserta didik untuk
belajar menurut cara masing-masing, memberi pilihan dari sejumlah topik dalam rangka
suatu mata pelajaran, mata kuliah, bidang studi atau disiplin bila kita anggap bahan
pelajar tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi yang sama untuk mencapai
tujuan yang sama, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengenal kelebihan
dan kekurangannya dan memperbaiki kesalahannya melalui modul remedial, ulangan-
ulangan atau variasi dalam cara belajar.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa modul adalah bahan ajar
terprogram yang disusun secara terpadu, sistematis, dan terperinci. Dengan modul,
memberi peserta didik kesempatan untuk belajar sesuai dengan keinginan dan
kemampuannya.
2. Tujuan modul pembelajaran
Tujuan digunakannya modul di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif.
b. Murid dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan
kemampuannya sendiri.
c. Murid dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar
sendiri, baik di bawah bimbingan atau tanpa bimbingan pendidik.
d. Murid dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan.
e. Murid benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar.
f. Kemajuan peserta didik dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui
evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir.
g. Modul disusun dengan berdasar kepada konsep menekankan bahwa murid harus
secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu. Prinsip
ini, mengandung konsekuensi bahwa seorang murid tidak diperbolehkan mengikuti
program berikutnya sebelum ia menguasai paling sedikit 75% dari bahan tersebut.
Jadi, jelaslah bahwa pengajaran modul itu merupakan pengajaran individual yang
memberi kesempatan kepada masing-masing peserta didik untuk mencapai suatu
tujuan yang diinginkan sesuai dengan kecepatan masing-masing individu (Aisyah,
2022).
3. Karakteristik modul pembelajaran
Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar yang dapat
dimanfaatkan oleh peserta didik secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara
sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
Karakteristik modul pembelajaran sebagai berikut :
a. Self instructional, Peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri, tidak
tergantung pada pihak lain.
b. Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang
dipelajari terdapat di dalam satu modul utuh.
c. Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau
tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
d. Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi.
e. User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab
dengan pemakainya.
f. Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
Ciri-ciri pengajaran modul pembelajaran adalah :
a. Peserta didik dapat belajar individual, ia belajar dengan aktif tanpa bantuan
maksimal dari pendidik.
b. Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan bersumber pada
perubahan tingkah laku.
c. Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi
pada diri peserta didik segera dapat diketahui. Perubahan tingkah laku diharapkan
sampai 75% penguasaan tuntas (mastery learning).
d. Membuka kesempatan kepada peserta didik untuk maju berkelanjutan menurut
kemampuannya masing-masing.
e. Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instruction, dengan belajar
seperti ini, modul membuka kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dirinya secara optimal.
f. Modul memiliki daya informasi yang cukup kuat. Unsur asosiasi, struktur, dan
urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian rupa sehingga peserta didik secara
spontan mempelajarinya.
g. Modul banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berbuat aktif
(Aisyah, 2022).
4. Komponen-komponen modul pembelajaran
Berdasarkan batasan modul di atas, dapat diketahui bahwa komponen-komponen
atau unsur-unsur yang terdapat modul, adalah sebagai berikut:
a. Pedoman Pendidik
Pedoman pendidik berisi petunjuk-petunjuk pendidik agar pengajaran dapat
diselenggarakan secara efisien, juga memberi penjelasan tentang:
1) Macam-macam yang harus dilakukan oleh pendidik.
2) Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul itu.
3) Alat-alat pelajaran yang harus digunakan.
4) Petunjuk-petunjuk evaluasi.
b. Lembar Kegiatan Peserta Didik
Lembar kegiatan ini, memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta
didik dan pelajaran juga disusun secara teratur langkah demi langkah sehingga
dapat diikuti dengan mudah oleh peserta didik. Dalam lembaran kegiatan,
tercantum pula kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peserta didik, misalnya
mengadakan percobaan, membaca kamus, dan sebagainya.
c. Lembar Kerja
Lembar kerja ini menyertai lembar kegiatan peserta didik, digunakan untuk
menjawab atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalah yang harus dipecahkan.
d. Kunci Lembaran Kerja
Maksudnya agar peserta didik dapat mengevaluasi (mengoreksi) sendiri hasil
pekerjaannya, apabila peserta didik membuat kesalahan dalam pekerjaannya maka
ia dapat meninjau kembali pekerjaannya.
e. Lembaran Tes
Tiap modul disertai lembaran tes, yakni alat evaluasi yang digunakan sebagai alat
pengukur keberhasilan atau tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan dalam
modul itu. Jadi, lembaran tes berisi soal-soal untuk menilai keberhasilan murid
dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul tersebut.
f. Kunci Lembaran Tes sebagai alat koreksi sendiri terhadap penilaian yang
dilaksanakan (Aisyah, 2022).
Komponen-komponen modul sebagai berikut:
a. Tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara jelas dan spesifik (khusus)
Yakni suatu bentuk tingkah laku yang diharapkan dan seharusnya telah dimiliki
anak setelah menyelesaikan modul yang bersangkutan.
b. Petunjuk bagi pendidik.
Yakni menjelaskan bagaimana agar pengajaran dapat diselenggarakan secara efektif
dan efisien. Dan kegiatan-kegiatan mana yang harus dilakukan oleh kelas. Lebih
dari itu petunjuk tersebut juga menjelaskan mengenai waktu yang disediakan untuk
menyelesaikan modul, alat dan sumber yang digunakan, serta prosedur dan jenis
evaluasi yang akan dipakai.
c. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Lembar kegiatan ini memuat materi
pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kegiatan-kegiatan yang harus
mengadakan percobaan observasi, mencari arti kata-kata dalam kamus dan lain-lain
juga disebutkan dalam lembar kegiatan tersebut. Bisa juga disebutkan buku-buku
penunjang harus dipelajari oleh anak.
d. Lembar kerja
Kiranya telah diketahui bahwa materi pelajaran dalam kegiatan peserta didik itu
disusun sedemikian rupa sehingga para peserta didik terlibat secara aktif dalam
proses belajar. Dalam lembar kegiatan itu tercantum pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab dan masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Untuk menjawab
pertanyaan dan memecahkan masalah tersebut disediakan lembar kerja. Peserta
didik tidak diperbolehkan membuat coretan apapun di Lembar Kegiatan, sebab
buku modul tersebut masih akan digunakan lagi oleh peserta didik lain di tahun
berikutnya. Jadi semua pekerjaan peserta didik ditulis dalam Lembar Kerja.
e. Kunci lembar kerja
Setiap modul selalu disertai dengan Kunci Lembar Peserta didik. Maksud
diberikannya Kunci Lembar Kerja ini adalah supaya peserta didik dapat mengoreksi
atau mengevaluasi sendiri hasil kerjanya dan tetap aktif belajar. Maka dari itu
adalah tidak benar bila melihat lebih dahulu Kunci Lembar Kerja sebelum ia
mengerjakan soal-soalnya.
f. Lembar tes (evaluasi)
Sesungguhnya berhasil tidaknya proses belajar mengajar ini ditentukan oleh hasil
kerja peserta didik pada lembar evaluasi, bukan pada lembar kerja. Maka semakin
baik hasil kerja peserta didik pada lembar evaluasi berarti semakin baik hasil
interaksi belajar mengajar yang dilakukan. Demikian juga sebaliknya. Lembar
evaluasi ini berisi soal-soal atau masalah-masalah yang harus dikerjakan peserta
didik.
g. Kunci lembar tes (evaluasi)
Kunci lembar tes ini berguna untuk mengetahui seberapa jauh hasil studi yang telah
diperoleh, kemudian mengoreksi dan meningkatkannya. Dalam hal ini dapat
mengerjakan sendiri, sebab kunci tes nya telah dibuat oleh penulis modul. Dan satu
hal yang benar-benar tidak boleh dilakukan oleh peserta didik adalah “melihat
kunci lembaran sebelum mengerjakannya” dalam studi dan lain-lain (Aisyah,
2022).
5. Jenis-jenis modul pembelajaran
Jenis-jenis modul menurut Prastowo (2012) sebagai berikut:
a. Menurut Penggunaanya
Dilihat dari penggunaannya, modul terbagi menjadi dua macam, yaitu modul untuk
peserta didik dan modul untuk pendidik. Modul untuk peserta didik berisi kegiatan
belajar yang dilakukan oleh peserta didik, sedangkan modul untuk pendidik berisi
petunjuk pendidik, tes akhir modul, dan kunci jawaban akhir modul.
b. Menurut Tujuan Penyusunannya
Jenis modul menurut tujuan penyusunannya ada dua yaitu:
1) Modul inti
Modul inti adalah modul yang disusun dari kurikulum dasar, yang merupakan
tuntutan dari pendidikan dasar umum yang diperlukan oleh seluruh warga Negara
Indonesia. Modul pengajaran ini merupakan hasil penyusunan dari unit-unit
program yang disusun menurut tingkat (kelas) dan bidang studi (mata pelajaran).
Adapun unit-unit program itu sendiri diperoleh dari hasil penjabaran kurikulum
dasar.
2) Modul Pengayaan
Modul pengayaan adalah modul hasil dari penyusunan unit-unit program
pengayaan yang berasal dari program pengayaan yang bersifat memperluas. Modul
ini disusun sebagai bagian dari usaha untuk mengakomodasi peserta didik yang
telah menyelesaikan dengan baik program pendidikan dasarnya melalui teman-
temannya.
6. Prosedur penulisan modul pembelajaran
Menurut Depdiknas (2008) prosedur penulisan modul merupakan proses
pengembangan modul yang dilakukan secara sistematis. Penulisan modul dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Analisis kebutuhan modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi untuk
menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan agar mencapai suatu
kompetensi tertentu. Ada beberapa tahapan menganalisis kebutuhan modul, yaitu :
a. Menetapkan terlebih dahulu kompetensi yang tersedia di dalam garis-garis besar
program pembelajaran yang akan dikembangkan menjadi modul.
b. Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit dan kompetensi yang akan
dicapai.
c. Mengidentifikasi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditentukan.
d. Menentukan judul modul yang akan dikembangkan.
2. Penyusunan draf
Penyusunan draf merupakan salah satu proses pengorganisasian materi
pembelajaran dari satu kompetensi atau sub kompetensi kedalam satu kesatuan
yang sistematis dan terstruktur. Berikut ini ada beberapa tahapan penyusunan draf,
yaitu:
a. Menetapkan judul modul.
b. Menetapkan tujuan akhir yang akan dicapai peserta didik setelah mempelajari
modul.
c. Menetapkan kemampuan yang spesifik untuk menunjang tujuan akhir.
d. Menetapkan outline (garis besar) modul.
e. Mengembangkan materi pada garis-garis besar.
f. Memeriksa ulang draf modul yang dihasilkan.
g. Menghasilkan draft modul.
Hasil tahap ini adalah menghasilkan draf modul yang meliputi : judul modul,
kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai, tujuan peserta didik
mempelajari modul, materi, prosedur, soal-soal, evaluasi atau penilaian, dan kunci
jawaban dari latihan soal.
3. Validasi
Validasi adalah proses permintaan, persetujuan, dan pengesahan terhadap
kelayakan modul pembelajaran. Validasi dilakukan oleh ahli dosen materi, ahli
desain, dan guru IPA. Tujuan dilakukannya validasi untuk mengetahui kelayakan
terhadap modul yang telah dibuat.
4. Uji coba modul
Uji coba modul dilakukan setelah modul direvisi dengan masukan dari validator
(dosen ahli materi, dosen ahli desain, dan guru IPA). Tujuan dari tahap ini untuk
memperoleh masukan dari peserta didik agar menyempurnakan modul.
5. Revisi
Revisi adalah proses perbaikan modul setelah mendapat masukan dari ahli materi,
ahli desain, guru IPA, dan peserta didik. Perbaikan modul mencakup aspek penting
penyusunan modul, yaitu : pengorganisasian materi pembelajaran, penggunaan
metode instruksional, penggunaan bahasa dan pengorganisasian tata tulis.
B. Canva
1. Pengertian canva
Canva yaitu program desain online yang menyediakan bermacam peralatan seperti
presentasi, resume, poster, pamphlet, brosur, grafik, info grafis, spanduk, selebaran,
sertifikat, ijazah, kartu undangan, kartu nama, kartu ucapan terima kasih, kartu pos, logo,
label, penanda buku, desktop, template, editing foto, gambar mini youtube, cerita
instagram, kiriman twitter, dan sampul facebook (Mariska & Rahmatina, 2022).
Canva menyediakan fitur-fitur atau kegunaannya untuk pendidikan, menjelaskan
bahwa canva ialah alat bantu kreativitas dan kolaborasi untuk semua kelas. Satu-satunya
platform desain yang dibutuhkan dalam kelas.Mengembangkan kreativitas dan
keterampilan kolaboratif, membuat pembelajaran visual dan komunikasi menjadi mudah
dan menyenangkan (Garris Pelangi, 2020).
Cara menggunakan aplikasi canva dan fitur-fitur yang bisa digunakan dalam
pembuatan produk yaitu:
1) Peneliti login di https://www.canva.com
2) Pilih jenis yang ingin di buat. Peneliti memilih dokumen A4 untuk membuat e-
modul.
3) Pilih fitur-fitur yang ingin di gunakan di antara lain:
a) Template Dengan telah disediakan bermacam-macam template maka kita tidak
perlu mendesain dari nol lagi. Disini peneliti memanfaatkan template yang ada dengan
memadukannya.Walaupun ada yang berbayar, tapi peneliti menggunakan yang gratis
dalam pembuatan produk peneliti.
b) Teks
c) Font Setelah mendesain template selanjutnya pilih font huruf yang di inginkan.
d) Warna
e) Background Peneliti menyesuaikan background dengan latar belakang.
f) Unggahan Peneliti mengunggah video dan foto yang sesuai dengan materi untuk
dimasukkan ke dalam produk e-modul.
4) Menjadikan dalam bentuk link (Mariska & Rahmatina, 2022).
2. Kelebihan canva
Adapun kelebihan serta kekurangan yang ada pada canva, kelebihan dari aplikasi canva
yaitu:
1) Memudahkan seseorang dalam membuat desain yang diinginkan atau diperlukan,
seperti pembuatan poster, sertifikat, infografis, template video, presentasi, dan lain
sebagainya yang disediakan dalam aplikasi Canva.
2) Karena aplikasi ini menyediakan berbagai macam template yang sudah tersedia dan
menarik, maka memudahkan seseorang dalam membuat suatu desain yang sudah
disediakan, hanya menyesuaikan saja keinginan serta pemilihan tulisan, warna,
ukuran, gambar, dan lain sebagainya yang disediakan.
3) Mudah dijangkau, aplikasi canva mudah dijangkau disemua kalangan karena bisa
didapat melalui Android ataupun Iphone, hanya dengan mendowloadnya untuk
mendapatkan aplikasi ini, jika memakai gawai. Apabila memakai laptop, caranya ialah
dengan membuka chrome atau web canva dan masuk pada aplikasi canva tanpa harus
mendownload (Mariska & Rahmatina, 2022).
3. Kekurangan canva
Adapun kekurangan yang ada pada aplikasi canva yaitu sebagai berikut:
1) Aplikasi Canva mengandalkan jaringan internet yang cukup dan stabil, bila mana
tidak adanya internet atau kuota dalam gawai maupun leptop yang akan menjangkau
aplikasi canva, canva tidak dapat dipakai atau mendukung dalam proses mendesain.
2) Dalam aplikasi canva ada template, stiker, ilustrasi, font, dan lain sebagainya secara
berbayar. Jadi, ada beberapa yang berbayar ada yang tidak. Tetapi hal ini tidak
masalah dikarenakan banyak template yang menarik dan gratis lainnya. Hanya
bagaimana pengguna dapat mendesainsesuatu secara menarik dan
mengandalkankreativitas sendiri.
3) Terkadang desain yang dipilih terdapat kesamaan desain dengan orang lain, entah
itu templatenya, gambar, warna, dan sebagainya. Tetapi ini juga tidak menjadi
masalah, kembali lagi kepada pengguna dalam memilih sesuatu desain yang berbeda.
Jadi dapat di simpulkan bahwa canva adalah platform desain yang bisa digunakan
dalam pembelajaran. Dengan adanya aplikasi canva ini kita bisa memanfaatkannya
untuk membuat sebuah E-modul untuk pembelajaran dengan cara memanfaat
kelebihan-kelebihan yang ada pada aplikasi canva. Peneliti desain menggunakan canva
gratis untuk mendesain produk peneliti (Mariska & Rahmatina, 2022).
4. Manfaat canva
Menurut Garris, (2020) menjelaskan manfaat canva bagi guru dan peserta didik
yaitu canva sebagai aplikasi berbasis teknologi, yang menyediakan ruang belajar bagi
guru yang melaksanakan pembelajaran dengan mengandalkan media pembelajaran yang
ada di aplikasi canva. Template yang disediakan didalam aplikasi canva cukup banyak
seperti halnya power point, infografis, video pembelajaran dan lain sebagainya.
Pemanfaatan template dalam aplikasi canva tidak hanya untuk guru saja melainkan untuk
peserta didik, keuntungan dari manfaat aplikasi canva yang didapatkan yaitu
mendapatkan ilmu pembelajaran yang kreatif dan menarik.
C. Jamur
1. Pengertian jamur
Jamur adalah organisme kecil, umumnya mikroskopis, eukariotik, berupa filament
(bening), bercabang, menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil, dan mempunyai
dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau keduannya. Sebagian besar dari
100.000 spesies jamur yang telah diketahui sangat saprofit, hidup pada bahan organic
mati, yaitu membantu pelapukan. Beberapa diantaranya lebih kurang 50 spesies,
menyebabkan penyakit pada manusia, dan lebih kurang sebanyak itu menyebabkan
penyakit pada hewan, sebagian besar dari pada itu berupa penyakit yang tidak berarti
pada kulit atau anggota tubuh. Akan tetapi, lebih dari 8.000 spesies jamur dapat
menyebabkan penyakit pada tanaman. Semua tumbuhan diserang oleh beberapa jenis
jamur, dan setiap jenis parasit dapat menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan (Agrios,
1996).
Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya apabila tetap
hubungan dengan tumbuhan inangnya selama hidupnya, jamur yang demikian dikenal
dengan parasit obligat atau biotrof. Jenis yang lain membutuhkan tumbuhan inang untuk
sebagian daur hidupnya tetap dapat menyelesaikan daurnya pada bahan organik mati
maupun pada tumbuhan hidup, jamur yang demikian disebut parasit non obligat (Agrios,
1996).
Jamur yang beraneka ragam jenisnya tersebut biasanya hidup secara berkelompok
walaupun ada yang hidup secara soliter atau sendiri. Salah satu kelompok jamur yang
dapat dilihat secara kasat mata karena ukuran 8 basidiokarp (tubuh buah) yang besar
termasuk dalam divisio Basidiomycota. Basidiomycota merupakan jenis jamur dengan
basidiokarp yang tumbuh dalam aneka bentuk, warna dan ukuran. Jamur dari divisio
Basidiomycota merupakan jamur yang tumbuh secara alami di lingkungan sekitar kita,
baik itu di tanah lembab, batang-batang kayu lapuk/mati, maupun pada tumpukan
sampah. Kebanyakan orang melihat jamur Basidiomycota dalam bentuk cendawan yang
muncul di jalan setapak dan di kebun. Dari aneka jamur Basidiomycota yang dapat
ditemukan ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi manusia. Beberapa
contoh jamur yang menguntungkan adalah Volvariella volvaceae, Auricularia auricula,
dan Schleroderma citrinum dimana jamur tersebut bermanfaat sebagai bahan makanan.
Sedangkan contoh jamur yang merugikan manusia salah satunya adalah Amanita sp,
karena menghasilkan racun sehingga dapat menyebabkan keracunan bagi yang
memakannya (Suriawiria, 1986).
Jamur mempunyai tubuh mulai dari yang sederhana yaitu 1 sel atau uniseluler,
kemudian bentuk serat atau filamen sampai dengan bentuk yang lengkap, artinya sudah
menyerupai jaringan lengkap seperti halnya pada tanaman biasa. Kehidupan jamur dapat
menjadi jasad yang saprofitik ataupun jasad yang parasitik. Kalau kemudian kehidupan
jamur ditelaah dari segi sifat kehidupan mikroba secara umum, ternyata jamur termasuk
jasad yang heterotrofik. Artinya untuk keperluan kehidupannya mempunyai
ketergantungan sumber nutrien (zat/sumber makanan) terutama untuk karbohidrat, dari
sumber lain yang sudah ada, misalnya dari kotoran/buangan, dari tanaman maupun
hewan yang sudah mati, dan sebagainya (Suriawiria, 1986).
Jamur dikelompokkan dalam dunia jamur (fungi) atau Mycetae. Diantara sekitar
100.000 jenis jamur, sebagian besar melalui hidup sebagai saproba yang berjasa karena
melakukan dekomposisi bahan-bahan organik mati. Lebih kurang 50 jenis menyebabkan
penyakit pada manusia, dan 50 jenis menyebabkan penyakit pada hewan, kebanyakan
menimbulkan penyakit kulit. Diperkirakan bahwa lebih dari 8.000 jenis jamur dapat
menyebabkan penyakit pada tumbuhan (Semangun, 1996).
Objek atau kajian dalam biologi yang sangat luas atau beragam dan kini telah
dikelompokkan atau diklasifikasikan oleh para ahli biologi menjadi 5 kingdom
(Animalia, Plantae, Fungi, Protista, dan Monera). Selain kelima kingdom tersebut ada
satu objek lain yang juga dikaji dalam biologi, yaitu virus. Virus dipisahkan dari kelima
kingdom karena tubuh virus tidak tersusun oleh sel melainkan oleh asam nukleat yang
diselubungi protein dan belum merupakan sel. Sedangkan kelima kingdom tubuhnya
sudah berupa sel (bagi organisme uniseluler) ataupun tersusun atas banyak sel (bagi
organisme multiseluler) (Whittaker, 1969).
2. Morfologi jamur
Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya
mempunyai ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang padat
menjadi satu. Ciri kedua ialah, jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya
terpaksa heterotrof. Sifat ini menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan
kelanjutan bakteri di dalam evolusi (Dwidjoseputro, 1998).
Menurut Agrios (1996), Sebagian besar jamur mempunyai tubuh vegetatif seperti
tumbuhan yang lebih kurang terdiri dari filamen (benang) memanjang, bersambung,
bercabang, mikroskopis, mempunyai dinding sel yang jelas. Tubuh jamur disebut
miselium, dan cabang-cabang tunggal atau filament dari miselium disebut hifa.
Umumnya tebal hifa atau miselium seragam. Beberapa jenis jamur diameter hifanya
hanya 0,5 m, sedangkan jamur yang lain tebalnya dapat lebih dari 100 m. Panjang
miselium pada beberapa micrometer, tetapi ada jenis jamur lain yang dapat menghasilkan
benang miselium sepanjang beberapa meter (Agrios, 1996).
Habitat adalah tempat yang mempunyai sumber nutrien (bahan makanan) untuk
tempat pertumbuhan jamur yang sesuai. Sumber nutrien dimaksud dapat berbentuk
karbohidrat, lemak, protein serta senyawa lainnya. Karenanya sejak tanah, air, bahan
makanan, hewan, tanaman sampai dengan manusia, rata-rata sesuai sebagai tempat
tumbuh dan perkembangan jamur. Kehadiran jamur pada suatu substrat mungkin bersifat
normal, yang artinya jamur tersebut selalu didapatkan. Tetapi mungkin bersifat transien
(sementara) yang disebabkan oleh pengaruh luar. Pengaruh luar yang dimaksud adalah
antara lain adanya penambahan bersama bahan lain, terbawa oleh hewan maupun terbawa
bersama peralatan dan benda-benda lainnya (Suriawiria, 1986).
Gambar 1. Fisiologi Jamur Secara Umum (Suriawiria, 1986).
Pada beberapa jamur, miselium terdiri atas banyak sel yang mengandung satu atau
dua inti per sel (celluer). Miselium yang lain bersifat saenositik (caenocytik),
celluer). ( yaitu
mengandung inti dan keseluruhan miselium berupa satu sel multi inti yang bersambung,
tubular (seperti pipa), bercabang atau tidak bercabang atau miselium tersebut dibagi oleh
dinding melintang (septa), setiap segmen menjadi hifa multi inti. Pertumbuhan miselium
terjadi pada ujung hifa (Agrios, 1996).
spora. Spora mungkin dibentuk
Sebagian besar jamur berkembang biak dengan spora.
secara aseksual (melalui produksi dengan pemisahan miselium, sel yang terspesialisasi,
spora, tahap melibatkan kariogami dan meiosis) atau sebagai hasil proses seksual.
Beberapa diantaranya, dua sel
Reproduksi seksual terjadi pada sebagian besar jamur. Beberapa
(gamet) yang sama ukuran dan bentuknya bersatu dan menghasilkan zigot, yang disebut
zigospora. Pada sekelompok besar jamur tidak diketahui reproduksi secara seksual, baik
karena jamur tersebut tidak mempunyai reproduksi secara seksual
seksu atau karena belum
ditemukan. Nampaknya jenis jamur tersebut hanya berkembang biak secara aseksual
(Agrios, 1996).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 10 September 2023.
2. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 4 Kupang. Jl. Adi Sucipto, Oesapa, Kec.
Klp. Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 10 IPA 1, 2, dan 3 SMA Negeri 4 Kupang
yang terdiri dari 108 siswa dengan masing-masing kelas berjumlah 36 orang siswa yang
sedang mempelajari mata pelajaran jamur.
2. Sampel
Berdasarkan pengelompokan tersebut, penentuan sampel ini menggunakan teknik
purposive sampling. Tujuan dan pertimbangan dalam penentuan sampel untuk pengujian
modul pembelajaran canva pada materi jamur di kelas 10 IPA 3 SMA Negeri 4 Kupang
dengan jumlah 36 orang.
C. Model Penelitian
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
dan pengembangan (Research and Development). Pengembangan modul berbasis canva ini
dikembangkan menggunakan model ADDIE (Suryani dkk., 2018). Jadi dapat disimpulkan
penelitian pengembangan atau Research and Development yaitu penellitian yang bertujuan
membuat sebuah produk ataupun mengembangkan produk yang sudah ada dan bisa
dipertanggung jawabkan.
Model ADDIE terdiri atas 5 tahap pengembangan yaitu tahap Analyze (analisis),
Desaign (desain), Development (pengembangan), Implementation (implementasi), dan
Evaluation (evaluasi). Namun, pada penelitian pengembangan modul berbasis canva pada
materi jamur ini hanya sampai tahap Development (pengembangan) karena keterbatasan
peneliti dalam waktu dan biaya.
Model ADDIE dipilih karena sesuai dengan masalah yang melatar belakangi penelitian
ini. Dengan adanya analisis kurikulum, analisis kebutuhan, analisis peserta didik, dengan
kondisi yang ada maka diharapkan dengan model ini dapat dikembangkan modul
pembelajaran dengan materi jamur yang bermanfaat dalam proses pembelajaran disekolah
khususnya di kelas 10 IPA 3 SMA Negeri 4 Kupang. Selain itu model ADDIE dipilih oleh
Peneliti dikarenakan model ADDIE merupakan desain yang runtut, serta adanya tahap
validasi dan uji coba yang menjadikan produk pengembangan menjadi lebih sempurna.
Penelitian dan pengembangan atau dikenal dengan Research and Development (R&D)
bertujuan untuk menghasilkan produk dalam berbagai aspek pembelajaran dan pendidikan,
yang biasanya produk tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dan pengembangan ini mengacu pada model pengembangan
ADDIE sebagai berikut :
Model ADDIE, sesuai dengan namanya, berisi beberapa tahap yang dapat digunakan
untuk mendesain dan mengembangkan sebuah program pembelajaran dan pelatihan yang
efektif dan efesien. Tahap-tahap kegiatan yang terdapat dalam model ADDIE terdiri dari:

Analysis Design Development

Evaluation Implementation

Gambar 1. Model ADDIE


a. Analysis (Analisis)
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan tahap analisis (Analysis). Tahap ini bertujuan
untuk mengembangkan modul pembelajaran berbasis canva materi jamur. Pada tahap
analisis (Analysis) terdapat 3 langkah kegiatan yang terdiri dari:
1) Analisis Kurikulum
Langkah awal pada pembuatan modul pembelajaran berbasis canva adalah menganalisis
Kurikulum. Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan materi-materi yang akan
dikembangkan pada penelitian pengembangan modul pembelajaran. Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat pada kurikulum yang berlaku di SMA
Negeri 4 Kupang diturunkan menjadi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan yaitu untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi
yang perlu dipelajari oleh peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar. Analisis
kebutuhan merupakan kondisi yang harus dipenuhi dalam suatu produk baru atau
perubahan produk, yang mempertimbangkan berbagai kebutuhan yang bersinggungan
antara berbagai pemangku kepentingan. Peneliti mengumpulkan informasi yang
mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran yang
seharusnya dimiliki setiap peserta didik menjadi masalah pada peserta didik untuk
mencapai tujuan pengembangan pembelajaran yang mengarah pada peningkatan mutu
pendidikan (Aisyah, 2022).
Analisis kebutuhan ini dengan melakukan wawancara dan angket dengan 1 guru IPA
serta 36 siswa. Berdasarkan wawancara dan angket dengan 1 guru IPA serta 36 siswa
diketahui bahwa: kurang bervariatifnya bahan ajar yang digunakan, siswa kesulitan
dalam memahami materi jamur yang masih menggunakan bahan ajar berupa power
point dan buku cetak, siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas mandiri
materi jamur.
3) Analisis Peserta Didik
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara terbatas pada peserta didik yang telah
mempelajari materi jamur. diketahui bahwa peserta didik masih merasa kesulitan dalam
memahami materi dan kesulitan dalam mengerjakan tugas mandiri pada mata pelajaran
jamur. Analisis peserta didik ini berkaitan dengan apa yang dibutuhkan oleh peserta
didik berupa bahan ajar yaitu modul pembelajaran berbasis canva untuk menambah
wawasan atau pengetahuan tentang materi jamur.
b. Design (Perancangan)
Tahapan perancangan ini akan ditentukan bagaimana modul pembelajaran akan
dirancang secara utuh sesuai dengan pokok bahasan kemudian menyusun tujuan
pembelajaran yang akan dirancang menjadi modul pembelajaran. Modul pembelajaran
yang akan dikembangkan disesuaikan dengan Kurikulum yang mencantumkan KI dan KD
pada materi jamur untuk siswa kelas 10 IPA 3 SMA Negeri 4 Kupang. Modul
pembelajaran yang akan dibuat terdiri dari cover, judul modul pembelajaran, topik atau
materi pembelajaran, kelas, penulis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, petunjuk
penggunaan modul pembelajaran, kompetensi inti dan kompetensi dasar, indikator dan
tujuan pembelajaran, peta konsep, uraian materi pembelajaran, rangkuman, tes formatif,
daftar pustaka, profil penulis. Produk yang dihasilkan dilengkapi dengan deskripsi produk,
isi modul pembelajaran pada materi jamur yang ada di kelas VII yang terdiri atas pokok
bahasan yakni definisi jamur, morfologi jamur, ciri-ciri jamur, klasifikasi jamur dan
manfaat jamur.
Isi modul pembelajaran dibuat sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
yang diturunkan menjadi RPP yaitu sesuai dengan materi yang dipilih sebelum modul
pembelajaran berbasis canva pada materi jamur dikembangkan. Modul pembelajaran
berbasis canva yang dibuat menggunakan Bahasa Indonesia dan disertai dengan gambar-
gambar, video, animasi yang dilengkapi dengan sumbernya.
c. Development (Pengembangan)
Setelah perancangan modul pembelajaran dibuat dan disusun sesuai dengan langkah-
langkah yang dirancang. Tahap development ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar
berupa modul pembelajaran berbasis canva sesuai dengan KI, KD, dan RPP. Modul
pembelajaran yang telah tersusun divalidasi oleh para ahli dan uji coba kevalidan terbatas
dengan angket respon peserta didik untuk mendapatkan kevalidan sebagai bahan ajar.
1) Validasi modul pembelajaran berbasis canva
Validasi modul pembelajaran berbasis canva yang dikembangkan terlebih dahulu akan
divalidasi. Tujuan validasi adalah memeriksa konsep-konsep serta tata bahasa dan
kebenaran konsep pada modul pembelajaran yang disesuaikan dengan Kurikulum.
Validasi dilakukan terhadap tiga validator yang terdiri dari ahli media, desain, dan
materi oleh guru IPA kelas 10 IPA 3 SMA Negeri 4 Kupang. Modul pembelajaran
berbasis canva yang telah divalidasi oleh validator dan guru akan mendapatkan saran
dan kritik dari validator, selain itu juga untuk mendapatkan pernyataan tentang
kevalidan dari modul pembelajaran yang sudah dikembangkan.
2) Revisi Bahan Ajar modul pembelajaran berbasis canva
Data yang diperoleh dari validasi oleh validator kemudian direvisi sesuai dengan saran
dari validator. Revisi ini dilakukan untuk perbaikan bahan ajar berupa modul
pembelajaran pada materi jamur yang dikembangkan. Setelah melakukan revisi pada
bahan ajar berupa modul pembelajaran yang dikembangkan oleh Peneliti diperoleh
produk akhir yaitu bahan ajar berupa modul pembelajaran berbasis canva materi jamur
yang telah valid.
3) Uji Coba Kelayakan Terbatas
Setelah dilakukan validasi bahan ajar modul pembelajaran oleh para ahli (media, desain
dan materi) dan mendapatkan komentar dan saran dari masing-masing ahli maka
langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba kevalidan terbatas terhadap peserta
didik dengan meminta respon peserta didik terhadap bahan ajar berbentuk modul
pembelajaran berbasis canva materi jamur yang dikembangkan. Adapun sampel
penelitian ini diambil dari peserta didik yang telah mempelajari materi jamur di kelas 10
IPA 3 SMA Negeri 4 Kupang. Responden yang dipilih yaitu 36 orang peserta didik.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan dengan mengisi lembar validasi pengembangan modul
pembelajaran berupa angket. Data diperoleh dari hasil validasi tiap-tiap validator untuk
mengetahui hasil dari pengembangan modul. Upaya untuk menilai validitas sebagai
narasumber yang dianggap ahli dalam bidang modul pembelajaran yaitu terdiri atas 3 orang
validator, yang terdiri dari satu ahli media, satu ahli desain, dan ahli materi (guru IPA).
Validator memberikan kesan umum, saran perbaikan dan kritik terhadap produk yang
dikembangkan. Selain itu juga validator memberikan pernyataan tentang kevalidan dari modul
pembelajaran yang dikembangkan.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis kelayakan modul
Validasi digunakan agar mengetahui sejauh mana modul yang digunakan siap untuk
melakukan penelitian. Hasil analisis tersebut berupa presentase untuk setiap angket yaitu
dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
P = Besar presentase
∑X = Jumlah total jawaban respon dalam 1 item
∑ Xi = Jumlah total skor jawaban tertinggi dalam 1 item
100 = Bilangan konstanta
Selanjutnya untuk menghitung presentase keseluruhan objek digunakan rumus
presentase. Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:
P = Jumlah presentase keseluruhan subjek
N = Jumlah keseluruhan uji coba
Kemudian penggunaan konservasi skala pencapaian digunakan untuk menentukan tingkat
kevaliditasan, keefektifan, dan kemenarikan.
Adapun kategori yang ditetapkan seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Kualifikasi tingkat kelayakan berdasarkan persentase
Presentase Tingkat kevalidan Keterangan
84 < skor ≤ 100 Sangat valid Tidak revisi
68 < skor ≤ 84 Valid Tidak revisi
52 < skor ≤ 68 Cukup valid Sebagian revisi
36 < skor ≤ 52 Kurang valid Revisi
20 < skor ≤ 36 Sangat kurang valid Revisi
Sumber : (Arifin dalam Azizah, 2016)

Tabel 2. Kriteria penskoran angket validasi


Skor
1 2 3 4
Kurang tepat Cukup tepat Tepat Sangat tepat
Sumber : (Arifin dalam Azizah, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. (2022). Pengembangan E-LKPD Biologi Berbasis Problem Based Learning (PBL)
Untuk Mengembangkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Imun Di Kelas XI IPA
SMA Negeri Umbulsari Jember - Digital Library UINKHAS Jember.
Agrios, G. N. (1996). Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Aisyah, E. (2022). PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA SMP/MTs BERBASIS
ICARE (INTRODUCTION, CONNECTION, APPLICATION, REFLECTION,
EXTENSION) PADA MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN
LINGKUNGAN - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Azizah, N. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Buku Bergambar Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Materi Menulis Puisi Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Darussalamah
Tajinan Malang (Skripsi). Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Depdiknas. (2008). Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Dan Dirjen
PMPTK Depdiknas.
Dwidjoseputro. (1989). Mikrobiologi Umum. Bandung: Bumi Aksara.
Mariska, S., & Rahmatina, R. (2022). Pengembangan Bahan Ajar E-modul Menggunakan
Aplikasi Canva pada Pembelajaran Tematik Terpadu di Kelas V SDN Gugus 8
Mandiangin Koto Selayan Kota Bukit tinggi - Universitas Negeri Padang.
Marzuki, M., Handoko, A., & Nugroho, A. (2022). PENGEMBANGAN MODUL
PEMBELAJARAN MATERI BAKTERI BERBASIS GUIDED INQUIRY SMA/MA
LOMBOK TIMUR. Jurnal Pendidikan Biologi, 13(1), 90–95.
Pelangi, G. (2020). Pemanfaatan Aplikasi Canva Sebagai Media Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia Jenjang SMA/MA. Jurnal Sasindo UNPAM, 8(2), 79-96.
Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.
Renat., Epriani, S., Novriyanti, E., & Armen. (2017). ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal
Vol. INo. 1-Maret. Bioeducation Journal, 1(1), 14.
Semangun, H. (1996). Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Cetakan ke-4.
Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Sukmana, A. 2018. Mengembangkan Pembelajaran Abad ke-21 di Unpar. Majalah Parahyangan,
5, 14-15.
Suriawiria. (1986). Buku Materi Pokok mikrobiologi, Modul 1-9. Karunika Jakarta.
Suryani, N., Setiawan, A., & Putria, A. (2018). Media Pembelajaran Inovatif dan
Pengembangannya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ule, K., Bunga,Y., & Bare, Y. (2021). Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis
Jelajah Alam Sekitar (JAS) Materi Ekosistem Taman Nasional Kelimutu (TNK) SMA Kelas
X. 5(2), 147–156.
Whittaker, R. H. (1969). Science 163 - Reference Details - The Taxonomicon. Taxonomy.nl.
http://taxonomicon.taxonomy.nl/Reference.aspx?id=1005.

Anda mungkin juga menyukai