YABES NENOTEK
20150001
A. Modul pembelajaran
1. Pengertian modul pembelajaran
Istilah modul pembelajaran dari dunia teknologi, yaitu alat ukur yang lengkap dan
merupakan satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul dapat dipandang
sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan belajar.
Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan modul sebagai suatu kesatuan bahan
belajar yang disajikan dalam bentuk “self- instruction”, artinya bahan belajar yang
disusun di dalam modul dapat dipelajari peserta didik secara mandiri dengan bantuan
yang terbatas dari pendidik atau orang lain (Adawiyah, 2022).
Walaupun ada bermacam-macam batasan modul, namun ada kesamaan pendapat
bahwa modul itu merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk belajar
sendiri, karena modul adalah suatu unit yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu
rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta didik mencapai
sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Dengan demikian, pengajaran
modul dapat disesuaikan dengan perbedaan individual peserta didik, yakni mengenai
kegiatan belajar dan bahan pelajaran (Adawiyah, 2022).
Batasan modul pada buku pedoman penyusunan modul yang dimaksud dengan
modul ialah satu unit program belajar mengajar terkecil yang secara terinci
menggariskan, yaitu:
a. Tujuan-tujuan instruksional umum.
b. Tujuan-tujuan instruksional khusus.
c. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar.
d. Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan.
e. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas.
f. Peranan pendidik dalam proses belajar mengajar.
g. Alat dan sumber yang akan dipakai.
h. Kegiatan belajar mengajar yang akan/harus dilakukan dan dihayati murid secara
berurutan.
i. Lembaran-lembaran kerja yang akan dilaksanakan selama berjalannya proses
belajar ini.
Modul adalah sebagai sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana, didesain
guna membantu peserta didik menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan
pengajaran modul adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya didasarkan atas
modul. Tujuan pengajaran modul adalah membuka kesempatan bagi peserta didik untuk
belajar menurut kecepatan masing-masing, memberi kesempatan bagi peserta didik untuk
belajar menurut cara masing-masing, memberi pilihan dari sejumlah topik dalam rangka
suatu mata pelajaran, mata kuliah, bidang studi atau disiplin bila kita anggap bahan
pelajar tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi yang sama untuk mencapai
tujuan yang sama, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengenal kelebihan
dan kekurangannya dan memperbaiki kesalahannya melalui modul remedial, ulangan-
ulangan atau variasi dalam cara belajar.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa modul adalah bahan ajar
terprogram yang disusun secara terpadu, sistematis, dan terperinci. Dengan modul,
memberi peserta didik kesempatan untuk belajar sesuai dengan keinginan dan
kemampuannya.
2. Tujuan modul pembelajaran
Tujuan digunakannya modul di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif.
b. Murid dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan
kemampuannya sendiri.
c. Murid dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar
sendiri, baik di bawah bimbingan atau tanpa bimbingan pendidik.
d. Murid dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan.
e. Murid benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar.
f. Kemajuan peserta didik dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui
evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir.
g. Modul disusun dengan berdasar kepada konsep menekankan bahwa murid harus
secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu. Prinsip
ini, mengandung konsekuensi bahwa seorang murid tidak diperbolehkan mengikuti
program berikutnya sebelum ia menguasai paling sedikit 75% dari bahan tersebut.
Jadi, jelaslah bahwa pengajaran modul itu merupakan pengajaran individual yang
memberi kesempatan kepada masing-masing peserta didik untuk mencapai suatu
tujuan yang diinginkan sesuai dengan kecepatan masing-masing individu (Aisyah,
2022).
3. Karakteristik modul pembelajaran
Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar yang dapat
dimanfaatkan oleh peserta didik secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara
sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
Karakteristik modul pembelajaran sebagai berikut :
a. Self instructional, Peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri, tidak
tergantung pada pihak lain.
b. Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang
dipelajari terdapat di dalam satu modul utuh.
c. Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau
tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
d. Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi.
e. User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab
dengan pemakainya.
f. Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
Ciri-ciri pengajaran modul pembelajaran adalah :
a. Peserta didik dapat belajar individual, ia belajar dengan aktif tanpa bantuan
maksimal dari pendidik.
b. Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan bersumber pada
perubahan tingkah laku.
c. Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi
pada diri peserta didik segera dapat diketahui. Perubahan tingkah laku diharapkan
sampai 75% penguasaan tuntas (mastery learning).
d. Membuka kesempatan kepada peserta didik untuk maju berkelanjutan menurut
kemampuannya masing-masing.
e. Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instruction, dengan belajar
seperti ini, modul membuka kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dirinya secara optimal.
f. Modul memiliki daya informasi yang cukup kuat. Unsur asosiasi, struktur, dan
urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian rupa sehingga peserta didik secara
spontan mempelajarinya.
g. Modul banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berbuat aktif
(Aisyah, 2022).
4. Komponen-komponen modul pembelajaran
Berdasarkan batasan modul di atas, dapat diketahui bahwa komponen-komponen
atau unsur-unsur yang terdapat modul, adalah sebagai berikut:
a. Pedoman Pendidik
Pedoman pendidik berisi petunjuk-petunjuk pendidik agar pengajaran dapat
diselenggarakan secara efisien, juga memberi penjelasan tentang:
1) Macam-macam yang harus dilakukan oleh pendidik.
2) Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul itu.
3) Alat-alat pelajaran yang harus digunakan.
4) Petunjuk-petunjuk evaluasi.
b. Lembar Kegiatan Peserta Didik
Lembar kegiatan ini, memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta
didik dan pelajaran juga disusun secara teratur langkah demi langkah sehingga
dapat diikuti dengan mudah oleh peserta didik. Dalam lembaran kegiatan,
tercantum pula kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peserta didik, misalnya
mengadakan percobaan, membaca kamus, dan sebagainya.
c. Lembar Kerja
Lembar kerja ini menyertai lembar kegiatan peserta didik, digunakan untuk
menjawab atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalah yang harus dipecahkan.
d. Kunci Lembaran Kerja
Maksudnya agar peserta didik dapat mengevaluasi (mengoreksi) sendiri hasil
pekerjaannya, apabila peserta didik membuat kesalahan dalam pekerjaannya maka
ia dapat meninjau kembali pekerjaannya.
e. Lembaran Tes
Tiap modul disertai lembaran tes, yakni alat evaluasi yang digunakan sebagai alat
pengukur keberhasilan atau tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan dalam
modul itu. Jadi, lembaran tes berisi soal-soal untuk menilai keberhasilan murid
dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul tersebut.
f. Kunci Lembaran Tes sebagai alat koreksi sendiri terhadap penilaian yang
dilaksanakan (Aisyah, 2022).
Komponen-komponen modul sebagai berikut:
a. Tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara jelas dan spesifik (khusus)
Yakni suatu bentuk tingkah laku yang diharapkan dan seharusnya telah dimiliki
anak setelah menyelesaikan modul yang bersangkutan.
b. Petunjuk bagi pendidik.
Yakni menjelaskan bagaimana agar pengajaran dapat diselenggarakan secara efektif
dan efisien. Dan kegiatan-kegiatan mana yang harus dilakukan oleh kelas. Lebih
dari itu petunjuk tersebut juga menjelaskan mengenai waktu yang disediakan untuk
menyelesaikan modul, alat dan sumber yang digunakan, serta prosedur dan jenis
evaluasi yang akan dipakai.
c. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Lembar kegiatan ini memuat materi
pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kegiatan-kegiatan yang harus
mengadakan percobaan observasi, mencari arti kata-kata dalam kamus dan lain-lain
juga disebutkan dalam lembar kegiatan tersebut. Bisa juga disebutkan buku-buku
penunjang harus dipelajari oleh anak.
d. Lembar kerja
Kiranya telah diketahui bahwa materi pelajaran dalam kegiatan peserta didik itu
disusun sedemikian rupa sehingga para peserta didik terlibat secara aktif dalam
proses belajar. Dalam lembar kegiatan itu tercantum pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab dan masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Untuk menjawab
pertanyaan dan memecahkan masalah tersebut disediakan lembar kerja. Peserta
didik tidak diperbolehkan membuat coretan apapun di Lembar Kegiatan, sebab
buku modul tersebut masih akan digunakan lagi oleh peserta didik lain di tahun
berikutnya. Jadi semua pekerjaan peserta didik ditulis dalam Lembar Kerja.
e. Kunci lembar kerja
Setiap modul selalu disertai dengan Kunci Lembar Peserta didik. Maksud
diberikannya Kunci Lembar Kerja ini adalah supaya peserta didik dapat mengoreksi
atau mengevaluasi sendiri hasil kerjanya dan tetap aktif belajar. Maka dari itu
adalah tidak benar bila melihat lebih dahulu Kunci Lembar Kerja sebelum ia
mengerjakan soal-soalnya.
f. Lembar tes (evaluasi)
Sesungguhnya berhasil tidaknya proses belajar mengajar ini ditentukan oleh hasil
kerja peserta didik pada lembar evaluasi, bukan pada lembar kerja. Maka semakin
baik hasil kerja peserta didik pada lembar evaluasi berarti semakin baik hasil
interaksi belajar mengajar yang dilakukan. Demikian juga sebaliknya. Lembar
evaluasi ini berisi soal-soal atau masalah-masalah yang harus dikerjakan peserta
didik.
g. Kunci lembar tes (evaluasi)
Kunci lembar tes ini berguna untuk mengetahui seberapa jauh hasil studi yang telah
diperoleh, kemudian mengoreksi dan meningkatkannya. Dalam hal ini dapat
mengerjakan sendiri, sebab kunci tes nya telah dibuat oleh penulis modul. Dan satu
hal yang benar-benar tidak boleh dilakukan oleh peserta didik adalah “melihat
kunci lembaran sebelum mengerjakannya” dalam studi dan lain-lain (Aisyah,
2022).
5. Jenis-jenis modul pembelajaran
Jenis-jenis modul menurut Prastowo (2012) sebagai berikut:
a. Menurut Penggunaanya
Dilihat dari penggunaannya, modul terbagi menjadi dua macam, yaitu modul untuk
peserta didik dan modul untuk pendidik. Modul untuk peserta didik berisi kegiatan
belajar yang dilakukan oleh peserta didik, sedangkan modul untuk pendidik berisi
petunjuk pendidik, tes akhir modul, dan kunci jawaban akhir modul.
b. Menurut Tujuan Penyusunannya
Jenis modul menurut tujuan penyusunannya ada dua yaitu:
1) Modul inti
Modul inti adalah modul yang disusun dari kurikulum dasar, yang merupakan
tuntutan dari pendidikan dasar umum yang diperlukan oleh seluruh warga Negara
Indonesia. Modul pengajaran ini merupakan hasil penyusunan dari unit-unit
program yang disusun menurut tingkat (kelas) dan bidang studi (mata pelajaran).
Adapun unit-unit program itu sendiri diperoleh dari hasil penjabaran kurikulum
dasar.
2) Modul Pengayaan
Modul pengayaan adalah modul hasil dari penyusunan unit-unit program
pengayaan yang berasal dari program pengayaan yang bersifat memperluas. Modul
ini disusun sebagai bagian dari usaha untuk mengakomodasi peserta didik yang
telah menyelesaikan dengan baik program pendidikan dasarnya melalui teman-
temannya.
6. Prosedur penulisan modul pembelajaran
Menurut Depdiknas (2008) prosedur penulisan modul merupakan proses
pengembangan modul yang dilakukan secara sistematis. Penulisan modul dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Analisis kebutuhan modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi untuk
menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan agar mencapai suatu
kompetensi tertentu. Ada beberapa tahapan menganalisis kebutuhan modul, yaitu :
a. Menetapkan terlebih dahulu kompetensi yang tersedia di dalam garis-garis besar
program pembelajaran yang akan dikembangkan menjadi modul.
b. Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit dan kompetensi yang akan
dicapai.
c. Mengidentifikasi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditentukan.
d. Menentukan judul modul yang akan dikembangkan.
2. Penyusunan draf
Penyusunan draf merupakan salah satu proses pengorganisasian materi
pembelajaran dari satu kompetensi atau sub kompetensi kedalam satu kesatuan
yang sistematis dan terstruktur. Berikut ini ada beberapa tahapan penyusunan draf,
yaitu:
a. Menetapkan judul modul.
b. Menetapkan tujuan akhir yang akan dicapai peserta didik setelah mempelajari
modul.
c. Menetapkan kemampuan yang spesifik untuk menunjang tujuan akhir.
d. Menetapkan outline (garis besar) modul.
e. Mengembangkan materi pada garis-garis besar.
f. Memeriksa ulang draf modul yang dihasilkan.
g. Menghasilkan draft modul.
Hasil tahap ini adalah menghasilkan draf modul yang meliputi : judul modul,
kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai, tujuan peserta didik
mempelajari modul, materi, prosedur, soal-soal, evaluasi atau penilaian, dan kunci
jawaban dari latihan soal.
3. Validasi
Validasi adalah proses permintaan, persetujuan, dan pengesahan terhadap
kelayakan modul pembelajaran. Validasi dilakukan oleh ahli dosen materi, ahli
desain, dan guru IPA. Tujuan dilakukannya validasi untuk mengetahui kelayakan
terhadap modul yang telah dibuat.
4. Uji coba modul
Uji coba modul dilakukan setelah modul direvisi dengan masukan dari validator
(dosen ahli materi, dosen ahli desain, dan guru IPA). Tujuan dari tahap ini untuk
memperoleh masukan dari peserta didik agar menyempurnakan modul.
5. Revisi
Revisi adalah proses perbaikan modul setelah mendapat masukan dari ahli materi,
ahli desain, guru IPA, dan peserta didik. Perbaikan modul mencakup aspek penting
penyusunan modul, yaitu : pengorganisasian materi pembelajaran, penggunaan
metode instruksional, penggunaan bahasa dan pengorganisasian tata tulis.
B. Canva
1. Pengertian canva
Canva yaitu program desain online yang menyediakan bermacam peralatan seperti
presentasi, resume, poster, pamphlet, brosur, grafik, info grafis, spanduk, selebaran,
sertifikat, ijazah, kartu undangan, kartu nama, kartu ucapan terima kasih, kartu pos, logo,
label, penanda buku, desktop, template, editing foto, gambar mini youtube, cerita
instagram, kiriman twitter, dan sampul facebook (Mariska & Rahmatina, 2022).
Canva menyediakan fitur-fitur atau kegunaannya untuk pendidikan, menjelaskan
bahwa canva ialah alat bantu kreativitas dan kolaborasi untuk semua kelas. Satu-satunya
platform desain yang dibutuhkan dalam kelas.Mengembangkan kreativitas dan
keterampilan kolaboratif, membuat pembelajaran visual dan komunikasi menjadi mudah
dan menyenangkan (Garris Pelangi, 2020).
Cara menggunakan aplikasi canva dan fitur-fitur yang bisa digunakan dalam
pembuatan produk yaitu:
1) Peneliti login di https://www.canva.com
2) Pilih jenis yang ingin di buat. Peneliti memilih dokumen A4 untuk membuat e-
modul.
3) Pilih fitur-fitur yang ingin di gunakan di antara lain:
a) Template Dengan telah disediakan bermacam-macam template maka kita tidak
perlu mendesain dari nol lagi. Disini peneliti memanfaatkan template yang ada dengan
memadukannya.Walaupun ada yang berbayar, tapi peneliti menggunakan yang gratis
dalam pembuatan produk peneliti.
b) Teks
c) Font Setelah mendesain template selanjutnya pilih font huruf yang di inginkan.
d) Warna
e) Background Peneliti menyesuaikan background dengan latar belakang.
f) Unggahan Peneliti mengunggah video dan foto yang sesuai dengan materi untuk
dimasukkan ke dalam produk e-modul.
4) Menjadikan dalam bentuk link (Mariska & Rahmatina, 2022).
2. Kelebihan canva
Adapun kelebihan serta kekurangan yang ada pada canva, kelebihan dari aplikasi canva
yaitu:
1) Memudahkan seseorang dalam membuat desain yang diinginkan atau diperlukan,
seperti pembuatan poster, sertifikat, infografis, template video, presentasi, dan lain
sebagainya yang disediakan dalam aplikasi Canva.
2) Karena aplikasi ini menyediakan berbagai macam template yang sudah tersedia dan
menarik, maka memudahkan seseorang dalam membuat suatu desain yang sudah
disediakan, hanya menyesuaikan saja keinginan serta pemilihan tulisan, warna,
ukuran, gambar, dan lain sebagainya yang disediakan.
3) Mudah dijangkau, aplikasi canva mudah dijangkau disemua kalangan karena bisa
didapat melalui Android ataupun Iphone, hanya dengan mendowloadnya untuk
mendapatkan aplikasi ini, jika memakai gawai. Apabila memakai laptop, caranya ialah
dengan membuka chrome atau web canva dan masuk pada aplikasi canva tanpa harus
mendownload (Mariska & Rahmatina, 2022).
3. Kekurangan canva
Adapun kekurangan yang ada pada aplikasi canva yaitu sebagai berikut:
1) Aplikasi Canva mengandalkan jaringan internet yang cukup dan stabil, bila mana
tidak adanya internet atau kuota dalam gawai maupun leptop yang akan menjangkau
aplikasi canva, canva tidak dapat dipakai atau mendukung dalam proses mendesain.
2) Dalam aplikasi canva ada template, stiker, ilustrasi, font, dan lain sebagainya secara
berbayar. Jadi, ada beberapa yang berbayar ada yang tidak. Tetapi hal ini tidak
masalah dikarenakan banyak template yang menarik dan gratis lainnya. Hanya
bagaimana pengguna dapat mendesainsesuatu secara menarik dan
mengandalkankreativitas sendiri.
3) Terkadang desain yang dipilih terdapat kesamaan desain dengan orang lain, entah
itu templatenya, gambar, warna, dan sebagainya. Tetapi ini juga tidak menjadi
masalah, kembali lagi kepada pengguna dalam memilih sesuatu desain yang berbeda.
Jadi dapat di simpulkan bahwa canva adalah platform desain yang bisa digunakan
dalam pembelajaran. Dengan adanya aplikasi canva ini kita bisa memanfaatkannya
untuk membuat sebuah E-modul untuk pembelajaran dengan cara memanfaat
kelebihan-kelebihan yang ada pada aplikasi canva. Peneliti desain menggunakan canva
gratis untuk mendesain produk peneliti (Mariska & Rahmatina, 2022).
4. Manfaat canva
Menurut Garris, (2020) menjelaskan manfaat canva bagi guru dan peserta didik
yaitu canva sebagai aplikasi berbasis teknologi, yang menyediakan ruang belajar bagi
guru yang melaksanakan pembelajaran dengan mengandalkan media pembelajaran yang
ada di aplikasi canva. Template yang disediakan didalam aplikasi canva cukup banyak
seperti halnya power point, infografis, video pembelajaran dan lain sebagainya.
Pemanfaatan template dalam aplikasi canva tidak hanya untuk guru saja melainkan untuk
peserta didik, keuntungan dari manfaat aplikasi canva yang didapatkan yaitu
mendapatkan ilmu pembelajaran yang kreatif dan menarik.
C. Jamur
1. Pengertian jamur
Jamur adalah organisme kecil, umumnya mikroskopis, eukariotik, berupa filament
(bening), bercabang, menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil, dan mempunyai
dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau keduannya. Sebagian besar dari
100.000 spesies jamur yang telah diketahui sangat saprofit, hidup pada bahan organic
mati, yaitu membantu pelapukan. Beberapa diantaranya lebih kurang 50 spesies,
menyebabkan penyakit pada manusia, dan lebih kurang sebanyak itu menyebabkan
penyakit pada hewan, sebagian besar dari pada itu berupa penyakit yang tidak berarti
pada kulit atau anggota tubuh. Akan tetapi, lebih dari 8.000 spesies jamur dapat
menyebabkan penyakit pada tanaman. Semua tumbuhan diserang oleh beberapa jenis
jamur, dan setiap jenis parasit dapat menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan (Agrios,
1996).
Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya apabila tetap
hubungan dengan tumbuhan inangnya selama hidupnya, jamur yang demikian dikenal
dengan parasit obligat atau biotrof. Jenis yang lain membutuhkan tumbuhan inang untuk
sebagian daur hidupnya tetap dapat menyelesaikan daurnya pada bahan organik mati
maupun pada tumbuhan hidup, jamur yang demikian disebut parasit non obligat (Agrios,
1996).
Jamur yang beraneka ragam jenisnya tersebut biasanya hidup secara berkelompok
walaupun ada yang hidup secara soliter atau sendiri. Salah satu kelompok jamur yang
dapat dilihat secara kasat mata karena ukuran 8 basidiokarp (tubuh buah) yang besar
termasuk dalam divisio Basidiomycota. Basidiomycota merupakan jenis jamur dengan
basidiokarp yang tumbuh dalam aneka bentuk, warna dan ukuran. Jamur dari divisio
Basidiomycota merupakan jamur yang tumbuh secara alami di lingkungan sekitar kita,
baik itu di tanah lembab, batang-batang kayu lapuk/mati, maupun pada tumpukan
sampah. Kebanyakan orang melihat jamur Basidiomycota dalam bentuk cendawan yang
muncul di jalan setapak dan di kebun. Dari aneka jamur Basidiomycota yang dapat
ditemukan ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi manusia. Beberapa
contoh jamur yang menguntungkan adalah Volvariella volvaceae, Auricularia auricula,
dan Schleroderma citrinum dimana jamur tersebut bermanfaat sebagai bahan makanan.
Sedangkan contoh jamur yang merugikan manusia salah satunya adalah Amanita sp,
karena menghasilkan racun sehingga dapat menyebabkan keracunan bagi yang
memakannya (Suriawiria, 1986).
Jamur mempunyai tubuh mulai dari yang sederhana yaitu 1 sel atau uniseluler,
kemudian bentuk serat atau filamen sampai dengan bentuk yang lengkap, artinya sudah
menyerupai jaringan lengkap seperti halnya pada tanaman biasa. Kehidupan jamur dapat
menjadi jasad yang saprofitik ataupun jasad yang parasitik. Kalau kemudian kehidupan
jamur ditelaah dari segi sifat kehidupan mikroba secara umum, ternyata jamur termasuk
jasad yang heterotrofik. Artinya untuk keperluan kehidupannya mempunyai
ketergantungan sumber nutrien (zat/sumber makanan) terutama untuk karbohidrat, dari
sumber lain yang sudah ada, misalnya dari kotoran/buangan, dari tanaman maupun
hewan yang sudah mati, dan sebagainya (Suriawiria, 1986).
Jamur dikelompokkan dalam dunia jamur (fungi) atau Mycetae. Diantara sekitar
100.000 jenis jamur, sebagian besar melalui hidup sebagai saproba yang berjasa karena
melakukan dekomposisi bahan-bahan organik mati. Lebih kurang 50 jenis menyebabkan
penyakit pada manusia, dan 50 jenis menyebabkan penyakit pada hewan, kebanyakan
menimbulkan penyakit kulit. Diperkirakan bahwa lebih dari 8.000 jenis jamur dapat
menyebabkan penyakit pada tumbuhan (Semangun, 1996).
Objek atau kajian dalam biologi yang sangat luas atau beragam dan kini telah
dikelompokkan atau diklasifikasikan oleh para ahli biologi menjadi 5 kingdom
(Animalia, Plantae, Fungi, Protista, dan Monera). Selain kelima kingdom tersebut ada
satu objek lain yang juga dikaji dalam biologi, yaitu virus. Virus dipisahkan dari kelima
kingdom karena tubuh virus tidak tersusun oleh sel melainkan oleh asam nukleat yang
diselubungi protein dan belum merupakan sel. Sedangkan kelima kingdom tubuhnya
sudah berupa sel (bagi organisme uniseluler) ataupun tersusun atas banyak sel (bagi
organisme multiseluler) (Whittaker, 1969).
2. Morfologi jamur
Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya
mempunyai ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang padat
menjadi satu. Ciri kedua ialah, jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya
terpaksa heterotrof. Sifat ini menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan
kelanjutan bakteri di dalam evolusi (Dwidjoseputro, 1998).
Menurut Agrios (1996), Sebagian besar jamur mempunyai tubuh vegetatif seperti
tumbuhan yang lebih kurang terdiri dari filamen (benang) memanjang, bersambung,
bercabang, mikroskopis, mempunyai dinding sel yang jelas. Tubuh jamur disebut
miselium, dan cabang-cabang tunggal atau filament dari miselium disebut hifa.
Umumnya tebal hifa atau miselium seragam. Beberapa jenis jamur diameter hifanya
hanya 0,5 m, sedangkan jamur yang lain tebalnya dapat lebih dari 100 m. Panjang
miselium pada beberapa micrometer, tetapi ada jenis jamur lain yang dapat menghasilkan
benang miselium sepanjang beberapa meter (Agrios, 1996).
Habitat adalah tempat yang mempunyai sumber nutrien (bahan makanan) untuk
tempat pertumbuhan jamur yang sesuai. Sumber nutrien dimaksud dapat berbentuk
karbohidrat, lemak, protein serta senyawa lainnya. Karenanya sejak tanah, air, bahan
makanan, hewan, tanaman sampai dengan manusia, rata-rata sesuai sebagai tempat
tumbuh dan perkembangan jamur. Kehadiran jamur pada suatu substrat mungkin bersifat
normal, yang artinya jamur tersebut selalu didapatkan. Tetapi mungkin bersifat transien
(sementara) yang disebabkan oleh pengaruh luar. Pengaruh luar yang dimaksud adalah
antara lain adanya penambahan bersama bahan lain, terbawa oleh hewan maupun terbawa
bersama peralatan dan benda-benda lainnya (Suriawiria, 1986).
Gambar 1. Fisiologi Jamur Secara Umum (Suriawiria, 1986).
Pada beberapa jamur, miselium terdiri atas banyak sel yang mengandung satu atau
dua inti per sel (celluer). Miselium yang lain bersifat saenositik (caenocytik),
celluer). ( yaitu
mengandung inti dan keseluruhan miselium berupa satu sel multi inti yang bersambung,
tubular (seperti pipa), bercabang atau tidak bercabang atau miselium tersebut dibagi oleh
dinding melintang (septa), setiap segmen menjadi hifa multi inti. Pertumbuhan miselium
terjadi pada ujung hifa (Agrios, 1996).
spora. Spora mungkin dibentuk
Sebagian besar jamur berkembang biak dengan spora.
secara aseksual (melalui produksi dengan pemisahan miselium, sel yang terspesialisasi,
spora, tahap melibatkan kariogami dan meiosis) atau sebagai hasil proses seksual.
Beberapa diantaranya, dua sel
Reproduksi seksual terjadi pada sebagian besar jamur. Beberapa
(gamet) yang sama ukuran dan bentuknya bersatu dan menghasilkan zigot, yang disebut
zigospora. Pada sekelompok besar jamur tidak diketahui reproduksi secara seksual, baik
karena jamur tersebut tidak mempunyai reproduksi secara seksual
seksu atau karena belum
ditemukan. Nampaknya jenis jamur tersebut hanya berkembang biak secara aseksual
(Agrios, 1996).
BAB III
METODE PENELITIAN
Evaluation Implementation
Keterangan:
P = Jumlah presentase keseluruhan subjek
N = Jumlah keseluruhan uji coba
Kemudian penggunaan konservasi skala pencapaian digunakan untuk menentukan tingkat
kevaliditasan, keefektifan, dan kemenarikan.
Adapun kategori yang ditetapkan seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Kualifikasi tingkat kelayakan berdasarkan persentase
Presentase Tingkat kevalidan Keterangan
84 < skor ≤ 100 Sangat valid Tidak revisi
68 < skor ≤ 84 Valid Tidak revisi
52 < skor ≤ 68 Cukup valid Sebagian revisi
36 < skor ≤ 52 Kurang valid Revisi
20 < skor ≤ 36 Sangat kurang valid Revisi
Sumber : (Arifin dalam Azizah, 2016)
Adawiyah, R. (2022). Pengembangan E-LKPD Biologi Berbasis Problem Based Learning (PBL)
Untuk Mengembangkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Imun Di Kelas XI IPA
SMA Negeri Umbulsari Jember - Digital Library UINKHAS Jember.
Agrios, G. N. (1996). Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Aisyah, E. (2022). PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA SMP/MTs BERBASIS
ICARE (INTRODUCTION, CONNECTION, APPLICATION, REFLECTION,
EXTENSION) PADA MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN
LINGKUNGAN - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Azizah, N. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Buku Bergambar Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Materi Menulis Puisi Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Darussalamah
Tajinan Malang (Skripsi). Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Depdiknas. (2008). Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Dan Dirjen
PMPTK Depdiknas.
Dwidjoseputro. (1989). Mikrobiologi Umum. Bandung: Bumi Aksara.
Mariska, S., & Rahmatina, R. (2022). Pengembangan Bahan Ajar E-modul Menggunakan
Aplikasi Canva pada Pembelajaran Tematik Terpadu di Kelas V SDN Gugus 8
Mandiangin Koto Selayan Kota Bukit tinggi - Universitas Negeri Padang.
Marzuki, M., Handoko, A., & Nugroho, A. (2022). PENGEMBANGAN MODUL
PEMBELAJARAN MATERI BAKTERI BERBASIS GUIDED INQUIRY SMA/MA
LOMBOK TIMUR. Jurnal Pendidikan Biologi, 13(1), 90–95.
Pelangi, G. (2020). Pemanfaatan Aplikasi Canva Sebagai Media Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia Jenjang SMA/MA. Jurnal Sasindo UNPAM, 8(2), 79-96.
Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.
Renat., Epriani, S., Novriyanti, E., & Armen. (2017). ISSN: 2354-8363 Bioeducation Journal
Vol. INo. 1-Maret. Bioeducation Journal, 1(1), 14.
Semangun, H. (1996). Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Cetakan ke-4.
Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Sukmana, A. 2018. Mengembangkan Pembelajaran Abad ke-21 di Unpar. Majalah Parahyangan,
5, 14-15.
Suriawiria. (1986). Buku Materi Pokok mikrobiologi, Modul 1-9. Karunika Jakarta.
Suryani, N., Setiawan, A., & Putria, A. (2018). Media Pembelajaran Inovatif dan
Pengembangannya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ule, K., Bunga,Y., & Bare, Y. (2021). Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis
Jelajah Alam Sekitar (JAS) Materi Ekosistem Taman Nasional Kelimutu (TNK) SMA Kelas
X. 5(2), 147–156.
Whittaker, R. H. (1969). Science 163 - Reference Details - The Taxonomicon. Taxonomy.nl.
http://taxonomicon.taxonomy.nl/Reference.aspx?id=1005.