Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara pendidik, peserta

didik, serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Kusdayanti et al.,

2019). Pembelajaran fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mempelajari

tentang alam dan fenomena yang terjadi didalamnya melalui serangkaian proses

ilmiah (S. A. P. Anggraini et al., 2017). Pembelajaran fisika tidak sebatas

menuntut siswa untuk menguasai fakta, konsep, prinsip, dan hukum semata,

namun juga diharapkan siswa dapat menguasai seluruhnya melalui proses

penemuan (R. Anggraini et al., 2015). Sehingga dalam kegiatan pembelajaran

peserta didik dituntut untuk aktif mencari pengetahuannya sendiri melalui

kegiatan ilmiah.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun

2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurna kurikulum

sebelumnya (KTSP) yang diberi nama kurikulum 2013. Pembelajaran dalam

kurikulum 2013 adalah pembelajaran kritis, dimana siswa dituntut untuk aktif,

kritis, inovatif, dan kreatif selama pembelajaran (S. A. P. Anggraini et al., 2017).

Pembelajaran fisika berdasarkan kurikulum 2013 harus melibatkan suatu model

pembelajaran terbaru yang menekankan pada kemampuan memprediksi siswa

terhadap masalah, kemampuan melakukan percobaan dan kemampuan

menjelaskan. Selain itu di era revolusi 4.0 ini banyak berkembangnya teknologi

1
2

baru yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran untuk membantu dalam

pelaksanaan kurikulum 2013.

Kenyataannya sering kali pembelajaran fisika seolah-olah hanya sebagai

kegiatan transfer informasi dari guru kepada siswa (Taqwa et al., 2019). Sehingga

hal ini tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang mengedepankan student

center (berpusat pada siswa) (Novita et al., 2017). Hal ini sejalan dengan hasil

observasi di SMA N 8 Kota Bengkulu sebagai salah satu sekolah yang telah

menerapkan kurikulum 2013. Pada kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung

guru masih banyak yang menggunakan metode ceramah yang lebih menekankan

kepada teacher center (berpusat kepada guru) bukan student center (berpusat

kepada siswa).

Kegiatan proses pembelajaran di SMA N 8 Kota Bengkulu sudah

menggunakan media pembelajaran seperti powerpoint dan video pembelajaran

akan tetapi media tersebut belum mampu membantu siswa dalam memahami

materi karena hanya berupa tulisan yang sama seperti dibuku. Selain itu bahan

ajar seperti lembar kerja peserta didik (LKPD) yang digunakan oleh guru masih

banyak yang belum termasuk bahan ajar ideal karena LKPD yang digunakan oleh

sekolah-sekolah saat ini tidak melatih peserta didik untuk melakukan proses

penyelidikan karena hanya berisi kumpulan soal yang harus dikerjakan peserta

didik, LKPD biasanya hanya berupa langkah-langkah atau petunjuk untuk

menyelesaikan suatu permasalahan tanpa memperhatikan tujuan pembelajaran

saat itu, LKPD kurang menuntut peserta didik untuk turut aktif melakukan

kegiatan yang terdapat pada LKPD, LKPD kurang disesuaikan dengan kebutuhan

dan karakteristik peserta didik serta kesesuaian dengan materi yang dipelajari,
3

LKPD kurang mendukung peserta didik untuk berkembang baik kognitif, afektif

dan psikomorik, pendidik hanya menggunakan LKPD yang tersedia pada buku

sumber tanpa menganalisis dan mengembangkannya.

LKPD yang tidak ideal dikhawatirkan akan berdampak pada tidak

berkembangnya pola pikir siswa yang diharapkan pada kurikulum 2013 sehingga

diperlukan suatu inovasi dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah dengan

pembuatan LKPD menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik materi yang akan disampaikan. Berdasarkan

permasalahan LKPD tersebut penulis mendapatkan titik fokus untuk

mengembangkan LKPD dengan mempertimbangkan aspek-aspek LKPD ideal dan

menggunakan teknologi terbaru untuk pembelajaran fisika.

LKPD ideal adalah LKPD yang dikembangkan sesuai dengan model

pembelajaran yang digunakan pada saat pembelajaran sehingga LKPD ini akan

efektif, berhasil, memuaskan, dan bermakna. Penggunaan teknologi terbaru yang

sesuai dengan era revolusi 4.0 juga sebagai salah satu media pembelajaran yang

dapat digunakan dalam membuat LKPD menjadi ideal. Salah satu teknologi

terbaru pada era revolusi 4.0 yaitu QR code. Peneliti pada penelitian ini tidak

menggunakan barcode karena Qr code memiliki kemampuan menyimpan data

yang lebih besar daripada barcode sehingga bisa digunakan untuk memuat materi

pembelajaran.. Penggunaan LKPD dan media pembelajaran ini ditujukan agar

peserta didik terlihat aktif dan memahami materi sendiri dalam pembelajaran

(Muna, 2017). Oleh karena itu, untuk mendukung proses pembelajaran yang

efektif dan peserta didik aktif salah satunya dengan menggunakan LKPD

bermodel pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dan menggunakan


4

teknologi QR code sebagai salah satu perkembangan teknologi dalam era revolusi

industri 4.0.

LKPD berbasis POE dengan menggunakan teknologi QR code merupakan

lembar kerja yang di dalamnya terdapat langkah-langkah POE yaitu meliputi

proses membuat dugaan terhadap suatu peristiwa (observe), melakukan

pengamatan apa yang terjadi (Observation), pemberian penjelasan terhadap

kesesuaian tahap observasi dengan dugaan hasil pengamatan (Explanation) dan

dalam materi pembelajaran akan dimasukkan teknologi QR code.

Atas dasar pentingnya penggunaan LKPD untuk pembelajaran fisika dan

beberapa kelebihan yang terdapat pada model pembelajaran POE dan penggunaan

QR code, maka pada penelitian ini akan pengembangan LKPD berbasis POE

berbantuan teknologi QR code sebagai upaya untuk menciptakan pembelajaran

yang sesuai dengan kurikulum 2013 yang menyarankan aktivitas sains berupa

keterampilan proses sains (Rosa, 2015). LKPD berbasis POE dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif dalam menciptakan belajar berkualitas dan

menyenangkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Muna (2017) menunjukkan

bahwa “model pembelajaran POE dapat meningkatkan pemahaman konsep dan

keterampilan proses pembelajaran IPA”. Hasil penelitian Anggarini (2017) juga

menunjukkan bahwa “Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Berbasis POE Materi

Gerak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis”. Hal ini didukung oleh

hasil penelitian Purwati et al., (2020) bahwa “pengembangan modul menggunakan

QR code layak diterapkan di sekolah”. Hasil penelitian Mustakim et al., (2013)

juga menunjukkan bahwa “hasil belajar siswa melalui pembelajaran dengan


5

penggunaan QR code lebih baik daripada hasil belajar siswa melalui pembelajaran

konvensional”.

Berdasarkan permasalahan dan fakta-fakta dilapangan serta penelitian yang

relevan, pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan LKPD berbasis POE

dengan bantuan teknologi QR code yang belum pernah diterapkan oleh sekolah.

LKPD yang dihasilkan diharapkan dapat melatihkan keterampilan proses dasar

siswa pada materi fluida statis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana kelayakan LKPD berbasis POE berbantuan QR code yang telah

dikembangkan untuk melatihkan keterampilan proses dasar pada konsep

fluida statis?

2. Bagaimana karakteristik LKPD berbasis POE berbantuan QR code yang

telah dikembangkan untuk melatihkan keterampilan proses dasar pada konsep

fluida statis?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas didapatkan tujuan penelitian sebagai

berikut:

1. Menentukan kelayakan LKPD berbasis POE berbantuan QR code yang telah

dikembangkan untuk melatihkan keterampilan proses dasar pada konsep

fluida statis
6

2. Mendeskripsikan karakteristik LKPD berbasis POE berbantuan QR code yang

telah dikembangkan untuk melatihkan keterampilan proses dasar pada konsep

fluida statis

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian

sebagai berikut:

A. Bagi Peneliti

1. Peneliti dapat mengetahui pengembangan LKPD berbasis POE.

2. Peneliti dapat mengetahui pengembangan LKPD berbasis POE berbantuan

teknologi QR code untuk melatihkan keterampilan proses dasar.

3. Peneliti dapat mengetahui seberapa efektif teknologi QR code dalam

pengembangan LKPD berbasis POE.

4. Memberikan wawasan peneliti dalam mengembangkan LKPD dengan

menggunakan model pembelajaran lainnya.

5. Memberikan pengetahuan untuk peneliti akan pentingnya pengembangan

sebuah LKPD.

B. Bagi Pendidik

1. Pendidik dapat mengembangkan LKPD berbasis POE berbantuan teknologi

QR code menggunakan materi yang berbeda.

2. Pendidik dapat mengembangkan LKPD berbasis POE dengan bantuan media

pembelajaran yang berbeda.

3. Pendidik dapat menerapkan LKPD berbasis POE pada proses pembelajaran

untuk melatihkan keterampilan proses dasar pada siswa.


7

4. Menambah wawasan pendidik mengenai LKPD dengan model pembelajaran

terbaru yang jarang dipakai di sekolah.

C. Bagi Peserta Didik

1. Peserta didik dapat mengembangkan keterampilan dalam memprediksi,

mengamati, dan menjelaskan pada materi fisika lainnya di sekolah.

2. Peserta didik dapat melatih keterampilan proses dasar pada fluida statis.

3. Peserta didik dapat belajar mandiri dengan menggunakan LKPD berbasis

POE berbantuan teknologi QR code.

1.5 Spesifikasi Produk

Spesifikasi pengembangan produk pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. LKPD berbasis POE untuk peserta didik SMA/MA Kelas XI pada materi

fluida statis mengacu pada kurikulum 2013.

2. LKPD berbasis POE berbantuan QR code didesain dengan software corel

draw 2017, adobe photoshop CS5, macromedia flash, QR & Barcode

Scannaer, QR generator, dan microsoft word 2010.

3. LKPD berbasis POE dikemas dalam bentuk cetak.

4. LKPD berbasis POE memuat cover, petunjuk penggunaan LKPD, kompetensi

dasar, kompetensi inti, tujuan, materi, motivasi dan orientasi, , prediksi, alat

dan bahan, langkah percobaan, analisis data, pertanyaan, kesimpulan, serta

lembar kerja peserta didik berisi fenomena fisika dalam kehidupan sehari-

hari, materi, dan praktikum.

5. LKPD berbasis POE berisi kegiatan prediction (prediksi), observation

(observasi), dan explanation (penjelasan) yang diarahkan agar peserta didik


8

aktif karena dilengkapi permasalahan yaang terjadi dalam kehidupan sehari-

hari.

6. LKPD berbasis POE dikerjakan secara kelompok dirancang untuk 5 kali

pertemuan dengan 2 jam pelajaran setiap pertemuan.

1.6 Definisi Operasioanal

Definisi operasioanal yang diperoleh sebagai berikut:

1. LKPD berbasis POE merupakan lembar kerja peserta didik yang menyajikan

panduan terhadap proses pembelajaran yang didalamnya berisi tahapan-

tahapan tentang prediksi, observasi, dan eksplanasi. Pada LKPD berbasis

POE memuat cover, daftar isi, petunjuk penggunaan, keterangan kompetensi

inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, motivasi

dan orientasi berupa gambar fenomena sebagai acuan dalam membuat

prediksi, materi pembelajaran berupa QR code, alat dan bahan berupa QR

code, langkah percobaan untuk membuktikan prediksi, analisis data,

pertanyaan dan kesimpulan berupa penjelasan berdasarkan hasil percobaan.

2. Model pembelajaran POE memuat aktivitas identifikasi pada orientasi dan

motivasi yang disertai dengan gambar fenomena, memprediksi hasil

identifikasi fenomena, mengobservasi dengan melakukan percobaan sesuai

dengan langkah percobaan dan mengeksplanasi dengan menganalisis serta

menyimpulkan berdasarkan pertanyaan yang ada di LKPD dan ditulis pada

kesimpulan.

3. QR code merupakan barcode yang di scanner menggunakan aplikasi QR &

Barcode Scanner. QR code berupa video yang berisi materi pembelajaran


9

berbasis POE dan juga video alat dan bahan yang digunakan dalam

percobaan. Video yang telah ada nantinya akan dimasukkan ke google drive

dan link dari google drive akan dimasukkan ke aplikasi online QR generator

untuk mendapatkan QR code.

4. Keterampilan proses dasar merupakan keterampilan awal yang harus dimiliki

oleh siswa dalam memperoleh pengetahuannya. Indikator keterampilan

proses dasar meliputi mengamati, menggolongkan/mengklarifikasi,

mengukur, mengkomunikasikan, menginterpretasi data, memprediksi,

menggunakan alat, melakukan percobaan, dan menyimpulkan. Indikator

mengamati dan memprediksi dilatihkan pada gambar, materi pembelajaran

berupa QR code, penjelasan alat dan bahan berupa QR code serta langkah

percobaan. Indikator mengukur, menggunakan alat dan melakukan percobaan

dilatihkan pada kegiatan langkah percobaan. Indikator menggolongkan dan

menginterpretasikan data dilatihkan pada analisis data bagian hasil percobaan,

sedangkan mengkomunikasikan dan menyimpulkan dilatihkan pada

menjawab pertanyaan dan membuat kesimpulan.


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu sumber belajar

yang dapat dikembangkan oleh pendidik sebagai fasilitator dalam kegiatan

pembelajaran (Azizah, 2017). Menurut Yulia et al. (2019) LKPD merupakan

lembaran-lembaran yang digunakan peserta didik sebagai pedoman dalam proses

pembelajaran, serta berisi tugas yang dikerjakan oleh peserta didik baik berupa

soal maupun kegiatan yang dilakukan peserta didik. Sedangkan menurut (Astuti

et al., 2018) LKPD merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa agar

peserta didik dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri, sehingga peserta

didik menjadi lebih aktif untuk memecahkan masalah yang ada melalui kegiatan

diskusi kelompok praktikum, dan kegiatan menjawab permasalahan yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

LKPD sebagai bahan ajar digunakan untuk membantu guru dan peserta didik

dalam proses pembelajaran. LKPD dalam penyusunannya memiliki beberapa

tujuan antara lain: (1) menyiapkan kondisi peserta didik untuk siap belajar

sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran; (2) membimbing peserta didik untuk

memproses hasil belajarnya (menemukan atau membuktikan konsep yang

dipelajarinya); (3) memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri; (4)

memperkaya konsep yang telah dipelajari peserta didik (perolehan hasil belajar)

untuk diterapkan dalam kehidupan nyata (Jannah et al., 2019).

10
11

Selain itu, LKPD memberikan beberapa manfaat dalam proses pembelajaran.

Pertama, memudahkan guru dalam mengelola proses belajara, misalnya

mengubah kondisi belajar dari suasana teacher center menjadi student center.

Kedua, membantu guru mengarahkan peserta didik untuk dapat menemukan

konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja. Ketiga,

dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan

sikap ilmiah serta membangkitkan minat peserta didik terhadap sekitarnya.

Keempat, memudahkan guru membantu keberhasilan peserta didik untuk

mencapai sasaran belajar (Yashinta et al., 2019).

Berdasarkan pendapat Nurseto (2011) mengungkapkan bahwa LKPD

mempunyai beberapa fungsi, antara lain: (1) tujuan latihan, peserta didik diberi

serangkaian tugas/aktivitas latihan; (2) menerangkan penerapan (aplikasi), peserta

didik dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka

penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu; (3) kegiatan penelitian, peserta

didik ditugaskan untuk menguumpulkan data tertentu, kemudian menganalisis

data tersebut; (4) penemuan, dalam lembaran kerja ini peserta didik dibimbing

untuk menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi itu

kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu perkiraan; (5)

penelitian hal yang bersifat terbuka, penggunaan LKPD sejumlah peserta didik

dalam penelitian dalam suatu bidang tertentu.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pendidik dalam menyiapkan

LKPD. Pendidik harus cermat serta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

memadai untuk bisa membuat LKPD yang bagus. Sebuah LKPD harus

memenuhi kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah


12

kompetensi dasar yang harus dikuasai dan dipahami oleh peserta didik

(Permatasari et al., 2019). LKPD yang disusun harus memenuhi persyaratan-

persyaratan berikut ini, yaitu syarat dikdatik, syarat konstruksi dan syarat teknik

menurut (Rohaeti, 2010).

1. Syarat-Syarat Dikdatik

a. Mengajak peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.

b. Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep.

c. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik

sesuai dengan ciri kurikulum.

d. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral

dan estetika pada diri peserta didik.

e. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.

2. Syarat-Syarat Konstruksi

a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak.

b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

3. Syarat-Syarat Teknik

a. Tulisan

1) Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa

yang diberi garis bawah.

3) Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari satu kata dalam satu

baris.

4) Gunakan bingkai untuk menentukan kalimat perintah dan jawaban

peserta didik.
13

5) Usahakan agar besarnya huruf dan gambar sesuai.

b. Gambar

Gambar yang baik dalam LKPD adalah gambar yang dapat menyampaikan

isi dari materi pelajaran yang disampaikan atau sedang dipelajari. Agar

peserta didik lebih memahami materi yang disampaikan.

c. Penampilan

Penampilan LKPD harus semenarik mungkin

Menurut Hairudin et al. (2013), LKPD yang disajikan secara tercetak harus

memenuhi format. Format LKPD dimaksudkan agar siswa mengetahui apa yang

hendak dipelajari, bagaimana ia harus memulai belajar, apa yang ia lakukan saat

belajar dan tujuan yang harus dicapai setelah belajar, sehingga penyusunan LKPD

harus memuat judul, tujuan pembelajaran, menyajikan bekal awal, penyajian topik

utama atau tugas-tugas laboratorium, prosedur pralaboratorium, dan kegiatan

laboratorium (prosedur ilmiah). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan

bahwa LKPD adalah salah satu perangkat pembelajaran berupa panduan peserta

didik dalam melakukan kegiatan pemecahan masalah dan harus memenuhi syarat

dikdatik, konstruksi dan teknik agar dapat memudahkan peserta didik membentuk

pengalaman konkret dan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu.

2.2 Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)

Model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) diperkenalkan oleh

White dan Gustone pada tahun 1992. Model pembelajaran POE dikembangkan

untuk menemukan kemampuan memprediksi siswa dan alasan mereka dalam

membuat prediksi tersebut mengenai gejala sesuatu yang bertujuan untuk


14

mengungkap kemampuan siswa dalam melakukan prediksi (Muna, 2017).

Sedangkan model pembelajaran POE menurut Paul (2007) merupakan model

pembelajaran yang menggunakan 3 langkah utama dari metode ilmiah yaitu

prediction, observation dan evaluation. Apabila hasil prediksi tersebut sesuai

dengan hasil observasi, maka siswa semakin yakin akan konsepnya. Jika dugaan

peserta didik tidak tepat maka peserta didik dapat mencari penjelasan tentang

ketidaktepatan prediksinya. Siswa akan mengalami perubahan konsep dari konsep

yang tidak benar. Karenanya peserta didik dapat belajar dari kesalahan dan

biasanya belajar dari kesalahan tidak akan mudah dilupakan (Hairudin et al.,

2013). Langkah-langkah model pembelajaran POE meliputi 3 langkah utama

yaitu:

1. Prediction (Prediksi)

Prediksi suatu proses membuat dugaan terhadap suatu peristiwa. Penyusunan

prediksi berdasarkan pengetahuan awal, pengalaman atau buku yang pernah

mereka baca berkaitan dengan permasalahan yang diberikan (Kusdayanti et al.,

2019). Dalam membuat dugaan, siswa akan diminta guru memberikan alasan dari

dugaannya, yaitu mengapa ia memilih prediksi tersebut. Pada proses ini siswa

diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk menyusun dugaan dengan alasannya,

guru tidak memabatasi pemikiran siswa sehingga banyak gagasan dan konsep

muncul dari pemikiran siswa, guru akan dapat mengerti bagaimana konsep dan

pemikiran siswa tentang persoalan yang diajukan. Prediksi yang dibuat siswa

tidak dibatasi oleh guru, sehingga guru juga dapat mengerti miskonsepsi apa yang

banyak terjadi pada diri siswa. Hal ini penting bagi guru dalam membantu siswa

untuk membangun konsep yang benar (Muna, 2017).


15

2. Observation (Observasi)

Observasi yaitu melakukan pengamatan apa yang terjadi. Dengan kata lain

siswa diajak untuk melakukan percobaan untuk menguji kebenaran prediksi siswa

(Putri et al., 2018). Observasi merupakan keterampilan ilmiah yang mendasar.

Siswa dalam melakukan observasi menggunakan semua indra. Tahap ini siswa

diajak untuk melakukan percobaan atau eksperimen, tujuannya untuk menguji

kebenaran prediksi yang mereka sampaikan. Siswa mengamati apa yang terjadi,

yang terpenting dalam langkah ini adalah konfirmasi atas prediksi mereka.

3. Explanation (Eksplanasi)

Eksplanasi yaitu pemberian penjelasan terutama tentang kesesuaian antara

dugaan dengan hasil eksperimen pada tahap observasi. Apabila hasil prediksi

tersebut sesuai dengan hasil observasi dan setelah mereka memperoleh penjelasan

tentang kebenaran prediksinya, maka siswa semakin yakin akan konsepnya. Akan

tetapi, jika dugaannya tidak tepat maka siswa dapat mencari penjelasan tentang

ketidaktepatan prediksinya (Muna, 2017).

Menurut Kurnia dalam Muna (2017), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pembelajaran POE adalah: (1) masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang

memungkinkan terjadi konflik kognitif dan memicu rasa ingin tahu; (2) prediksi

harus disertai alasan yang rasional dan bukan sekedar menebak; (3) demonstrasi

atau eksperimen harus bisa diamati dengan jelas dan dapat memberi jawaban atas

masalah; (4) peserta didik dilibatkan dalam proses eksplanasi.

Manfaat dan kelebihan model pembelajaran POE adalah: (1) dapat digunakan

untuk menggali gagasan awal yang dimiliki oleh siswa dapat dilihat dari hasil

prediksi yang dibuat siswa; (2) memberikan informasi kepada guru tentang
16

pemikiran siswa melalui yang dibuat siswa; (3) membangkitkan diskusi baik

antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru; (4) memberikan

motivasi kepada siswa untuk menyelidiki konsep yang belum dipahami untuk

membuktikan hasil prediksinya; (5) membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk

menyelidiki; (6) merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya dalam

mengajukan prediksi; (7) dapat mengurangi verbalisme dengan melakukan

eksperimen; (8) proses pembelajaran menjadi lebih menarik, sebab peserta didik

tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamaati peristiwa yang terjadi; (9)

dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki kesempatan

untuk membandingkan antara teori (dugaan) dengan kenyataan. Dengan demikian

peserta didik akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran POE merupakan suatu rangkaian pemecahan masalah secara ilmiah

melalui tahapan-tahapan berupa membuat prediksi, melakukan observasi dan

menjelaskan hasil pengamatan. Sehingga dengan penggunaan model pembelajarn

POE dapat melatih siswa untuk aktif mencari pengetahuan sendiri, meningkatkan

kualitas pembelajaran dikelas, mengembangkan keterampilan berpikir kreatif

siswa dan melatih keterampilan proses dasar siswa melalui tahapan-tahapan yang

dilalui.

2.3 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Predict-Observe-Explain

(POE)

LKPD berbasis POE merupakan lembar kerja peserta didik yang menyajikan

panduan terhadap proses pembelajaran yang didalamnya berisi tahapan-tahapan


17

tentang prediksi, observasi dan eksplanasi. LKPD ini menjadi salah satu alternatif

perangkat pembelajaran yang dapat melatih penalaran dan pemahaman konsep

siswa pada pelaksanaan kurikulum 2013 (Putri et al., 2018). LKPD berbasis POE

memiliki karakteristik yaitu: (1) adanya penyajian fenomena sebagai upaya

penemuan konsep secara menadiri; (2) adanya kolom predict untuk menuliskan

hasil dugan terhadap suatu fenomena; (3) adanya kegiatan observasi untuk

membuktikan prediksi siswa; dan (4) adanya kolom explain sebagai tempat bagi

siswa untuk membandingkan hasil dugaan dan pengamatan mereka. LKPD

berbasis POE juga terdapat uraian-uraian tentang percobaan sederhana yang bisa

dilakukan siswa secara mandiri.

LKPD berbasis POE merupakan lembar kerja yang di dalamnya terdapat

langkah-langkah POE. Adapun langkah-langkah POE dalam LKPD ini yaitu: (1)

memprediksi peristiwa yang akan terjadi terhadap suatu permasalahan yang

diinformasikan oleh guru. Penyusunan prediksi berdasarkan pengetahuan awal,

pengalaman, atau buku yang pernah mereka baca berkaitan dengan permasalahan;

(2) mengamati dengan melakukan percobaan dan hasil percobaan yang diamati

digunakan untuk menguji kebenaran prediksi yang telah dibuat peserta didik

sebelumnya; (3) menjelaskan dengan menuliskan hasil percobaan dan

menjelaskan perbedaan yang terjadi antara prediksi awal mereka dengan hasil

percobaan yang dilakukan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam LKPD berbasis POE yaitu: (1)

masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang memungkinkan terjadi konflik

kognitif dan memicu rasa ingin tahu; (2) prediksi harus disertai alasan yang

rasional dan bukan sekedar menebak; (3) demonstrasi atau eksperimen harus bisa
18

diamati dengan jelas, dapat memberikan jawaban atas masalah dan peserta didik

dilibatkan dalam proses eksplanasi.

2.4 QR Code

QR code adalah image dua dimensi yang mempresentasikan suatu data,

terutama data berbentuk teks. QR code merupakan evolusi dari barcode yang

awalnya satu dimensi menjadi dua dimensi, QR code berisi informasi baik diarah

vertikal dan horizontal, sedangkan barcode berisi data dalam satu arah saja. QR

code memegang jauh volume yang lebih besar informasi dari barcode. QR code

bebas untuk menghasilkan dan mengakses data dengan cepat, dan dapat dibaca

dengan smarthphone. QR code memiliki kemampuan menyimpan data yang jauh

lebih besar daripada barcode. Saat ini penggunaan sudah cukup luas. Banyak

negara di duniatelah menerapkan tekologi QR code pada perindustriannya. Di

Indonesia penggunaan QR code belum terlalu populer. Akan tetapi aplikasi QR

reader untuk berbagai macam tipe ponsel cukup banyak tersedia secara gratis

melalui internet. Sementara di Indonesia, QR code sudah diterapkan pada

beberapa perusahaan. Adapun contoh QR code dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Contoh Tampilan QR Code


Beberapa aplikasi dari QR code dalm pendidikan adalah: (1) manajemen

kelas, menyediakan kontak informasi dari pendidik terhadap peserta didik,

membuat jadwal ujian, menandai identitas peralatan dalam kelas; (2) aktivitas
19

pembelajaran: membuat buku yang mengandung QR code, menghubungkan

dengan sumber multimedia pendidikan di internet (url) atau Youtube, memberikan

informasi nutrisi pada produk makanan, menandai informasi bagian-

bagiabnkerangka manusia, dan sebagainya; (3) asesmen: membuat kuis

menggunkan QR code (4) dalam penelitian: melacak literature pada internet.

QR code adalah jenis dua dimensi barcode matriks, terdiri dari modul hitam

diatur dalm pola persegi dengan fungsi seperti encoding, pencarian gambar,

decollating, alokasi gambar dan revisi gambar. Keuntungan dari QR code

termasuk kapasitas besar untuk penyimpanan data, ruang lingkup yang luas untuk

encoding, mini ukuran cetakan, membaca hypervelocity, kemampuan koreksi

kesalahan. Kode QR juga memungkinkan pelaksanaan sistem yang inovatif

berbsis paradigma just in time belajar dan pembelajaran kolaboratif. Dengan kode

QR juga memungkinkan untuk menghubungkan sumber daya digital untuk teks

tercetak. Ini berarti potensi untuk memperkaya materi pembelajaran berbasis

kertas. Bahan-bahan pembelajaran diperkaya dapat melayani dan memotivasi

siswa dengan kebutuhan belajar yang berbeda (Mustakim et al., 2013).

Kelebihaan QR code dibandingkan dengan barcode adalah: (1) kapasitas atau

panjang kata lebih banyak; (2) tipe data yang disimpan pada QR code beragam

dapat berupa angka atau huruf atau gabungan kedunaya; (3) QR code dapat dibaca

dari segala arah sehingga kemungkinan gagal dalam membaca sangat kecil; (4)

memiliki ketahanan hingga 30% dapat terbaca (Pramihapsari & Kaldera, 2012).

Berdasarkan penjelasan tersebut QR code merupakan pengenalan pola

dilakukan dengan mendeteksi marker atau tanda yang telah diisi dengan informasi

yang dibutuhkan.
20

2.5 Keterampilan Proses Dasar

Sains sebagai suatu proses merupakan cara untuk memperoleh pengetahuan.

Pembelajaran fisika merupakan salah satu dari sains. Ilmuwan menggunakan

berbagai keterampilan metode ilmiah, yang disebut keterampilan proses sains.

Keterampilan proses sains juga merupakan salah satu pendekatan dalam

mempelajari sains. Keterampilan proses sains menurut Rusmiyati & Yulianto

(2009) adalah keterampilan proses dalam pengajaran ilmu pengetahuan alam

didasarkan atas pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh seorang ilmuwan.

Erina & Kuswanto (2015) menyatakan keterampilan proses sains merupakan

keterampilan-keterampilan yang digunakan para ilmuwan untuk dapat

memecahkan suatu permasalahan dunia sains, dimulai dari memahami masalah,

merumuskan hipotesis, merancang percobaan, membuktikan hipotesis,

mengumpulkan data serta merumuskan kesimpulan. Sedangkan menurut Wardani

(2008) mengungkapkan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan

dalam belajar mengajar yang mengarah pada pertumbuhan dan pengembangan

sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik agar mampu memproses

informasi sehingga ditemukan hal-hal baru yang bermanfaat baik berupa fakta,

konsep maupun pengembangan sikap dan nilai

Menurut Pratama & Andriani (2014) menyatakan bahwa keterampilan proses

IPA digolongkan menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar (basic skills) dan

keterampilan proses terintegrasi (integrated skills). Sedangkan menurut

Charleswirth dan Lind dalam Markawi (2015) keterampilan proses dasar

dikelompokkan menjadi tiga yaitu keterampilan proses dasar (basic),

keterampilan menengah (intermediate) dan keterampilan lanjutan (advanced).


21

Keterampilan proses dasar merupakan keterampilan awal yang harus dimiliki

oleh siswa dalam memperoleh pengetahuannya. Keterampilan proses dasar

berdasarkan Depdiknas dalam Muna (2017) terdiri dari:

1. Mengamati, yaitu kegiatan melibatkan alat indra. Seperti melihat, mencium,

meraba, mendengar, dan merasakan. Tahap ini siswa belajar untuk

mengumpulkan petunjuk.

2. Menggolongkan/mengklarifikasi ialah memilih berbagai objek atau peristiwa

berdasarkan persamaan sifat khususnya, sehingga akan diperoleh kelompok

sejenis dari objek atau peristiwa. Pada kegiatan menggolongkan siswa

dikembangkan kemampuan menghimpun hasil pengamatan dan menyajikannya

dalam tabel pengamatan.

3. Mengukur adalah membandingkan suatu yang diukur dengan satuan ukuran

tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada kegiatan mengukur

diperlukan suatu alat ukur.

4. Mengkomunikasikan adalah kegiatan menyampaikan data yang diperoleh dari

fakta-fakta yang ditemukan, konsep maupun prinsip ilmu pengetahuan

menggunakan berbagai bentuk seperti laporan tertulis, audio, visual atau audio

visual.

5. Menginterpretasi data yaitu memberi makna pada data yang diperoleh dari

pengamatan, karena sebuah data tidak akan berarti apa-apa sebelum diartikan.

6. Memprediksi yaitu menduga sesuatu yang akan terjadi berdasarkan pola-pola

peristiwa atau fakta yang sudah terjadi. Prediksi dilakukan mengenal

kesamaan berdasarkan pengetahuan yang sudah ada, mengenal kejadian dari

suatu peristiwa berdasarkan pola kecenderungan.


22

7. Menggunakan alat yaitu kegiatan merangkai dan memanfaatkan alat.

Menggunakan alat juga harus dengan fungsinya.

8. Melakukan percobaan adalah keterampilan untuk melakukan pengujian

terhadap ide-ide dari fakta-fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan

sehingga diperoleh informasi yang diterima atau ditolak.

9. Menyimpulkan adalah keterampilan memutuskan keadaan suatu objek

berdasarkan dari fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.

Menurut Rahayu & Anggraeni (2017) mengidentifikasikan keterampilan

proses dasar meliputi keterampilan mengamati, membuat dugaan (inferring),

mengukur, berkomunikasi, mengelompokkan, dan memprediksi. Keterampilan

proses dasar menurut Puspita et al. (2015) terdiri dari kegiatan mengukur,

mengamati, memprediksi, mengklasifikasikan, menarik kesimpulan dan

berkomunikasi. Sedangkan menurut Mudjiono & Dimyati (2013) menjelaskan

bahwa keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan yakni

mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan

mengkomunikasi.

Berdasarkan penjabaran diatas maka bisa kita simpulkan keterampilan proses

dasar merupakan keterampilan proses awal yang dimiliki oleh siswa dalam

memperoleh pengetahuan dan keterampilan ini dapat membantu siswa untuk

mengembangkan pembelajaran mereka melalui pengalaman. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan keterampilan proses dasar menurut Depdiknas yaitu

keterampilan proses dasar yang meliputi kegiatan mengamati,

menggolongkan/mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan,


23

menginterpretasi data, memprediksi, menggunakan alat, melakukan percobaan

dan menyimpulkan.

2.6 Fluida Statis

Pada materi fluida statis terdapat empat subbab materi yaitu hukum utama

hidrostatik, hukum pascal, hukum archimedes dan fenomena dalam fluida statis.

Fenomena dalam fluida statis mempelajari tekanan, tekanan hidrostatis, hukum

pascal, hukum archimedes, tegangan permukaan, dan viskositas.

1. Tekanan

Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja setiap satuan luas bidang dimana

gaya tersebut bekerja. Besar tekanan dipengaruhi oleh besar gay dan luas bidang

yang ditekan. Semakin besr gaya yang bekerja pada bidang, maka tekanan

semakin besr. Nmun, semakin besar luas bidang yang ditekan oleh gaya yang

bekerja, mak tekann yang diterima semakin kecil

Secara sistematis, tekanan dapat dinyatakan pada persamaan 2.1.

F
P= ........................................................(2.1)
A

Keterangan:

P = tekanan (N/m2)

F = gaya tekan (N)

A = luas bidang tekan (m2)

2. Tekanan Hidrostatis

Tekanan hidrostatis adalah tekanan yang diakibatkan oleh gaya yang ada pada

zat cair terhadap suatu luas bidang tekan, pada kedalaman tertentu. Besar tekanan
24

hidrostatis dapat diamati menggunakan alat yang disebut pesawat Hartl. Dengan

pesawat Hartl dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Semakin ke dalam, tekanan hidrostatis semakin besar.

b. Di kedalaman sama, besar tekanan hidrostatis ke segala arah besrnya sama.

c. Besar tekanan hidrostatis dipengaruhi oleh massa jenis zat cair. Semakin besar

massa jenis suatu zat cair, semakin besar pula tekanan pada kedalaman

tertentu.

Gaya yang bekerja pada tekanan hidrostatis adalah gaya berat, sehingga dapat

dinyatakan pada persamaan 2.2 dan 2.3

F w mg ρVg ρAhg
P= = = = = ............................................(2.2)
A A A A A

Ph= ρ gh

..................................................................

(2.3)

Keterangan:

Ph = tekanan hidrostatis (Pa)

ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

h = tinggi zat cair (m)

tekanan total dapat dinyatakan pada persamaan 2.4.

P=P o+ P h...................................................(2.4)

Keterangan:

Po = tekanan atmosfer (Pa)

Ph = tekanan hidrostatis (Pa)


25

3. Hukum Pascal

Ilmuwan Perancis, Blaise Pascal (1623-1662) merupakan penemu dari hukum

Pascal. Hukum Pascal dinyatakan sebagai berikut. “Tekanan yang diberikan

pada suatu zat cair diwadah tertutup akan diteruskan dan menyebar ke

setiap bagian dari zat cair dan dinding wadah tempat zat cair tersebut.”

Apabila zat cair dalam ruang tertutup mendapatkan gaya, maka gaya akan

diteruskan oleh zat cair ke segala arah sama besar. Hal ini terjadi karena salah satu

sifat zat cair, yaitu molekul-molekulnya senantiasa bergerak bebas. Nama Blaise

Passcal kemudian diabadikan sebagai satuan tekanan, yaitu Pascal (Pa).

Perhatikan gambar disamping ini! Ketika pengisap kecil kamu dorong, maka

pengisap tersebut memberikan gaya sebesar F1 terhadap luas bidang A1, sehingga

menimbulkan tekanan sebesar P1. Menurut Pascal, tekanan ini akan diteruskan ke

segala arah dengan sama rata sehingga tekanan akan diteruskan ke pengisap besar

dengan sama besar. Dengan demikian, pada pengisap yang besar pun terjadi

tekanan yang besarnya sama dengan P1. Tekanan ini menimbulkan gaya pada luas

bidang tekan pengisap kedua (A2) sebesar F2 sehinga dapat dinyatakan pada

persamaan 2.5.

F1 F 2
= ...............................................(2.5)
A1 A2

Keterangan :

F1 = gaya pada pengisap pertama (N)

F2 = gaya pada pengisap kedua (N)

A1 = luas penampang pengisap pertama (m2)


26

A2 = luas penampang pengisap kedua (m2)

4. Hukum Archimedes

Apa itu gaya apung? Gaya apung dalam fisika juga disebut sebagai gaya ke

atas atau gaya Archimedes. Kapal selam merupakan salah satu alat yang

menerapkan hukum Archimedes. Hukum Archimedes ditemukan oleh

Archimedes. Hukum Archimedes dapat dinyatkan sebagai berikut.

“sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu

fluida, diangkat ke atas oleh sebuah gaya yang sama dengan berat fluida

yang dipindahkan.”

Selain kapal selam, contoh hukum Archimedes yang lebih sederhana adalah

memasukkan balok kayu kedalam gelas yang berisi penuh dengan air. Ketika

dimasukkan k dala air, air tersebut tumpah. Balok kayu akan mendapatkan gaya

ke atas. Besarnya gaya ke atas balok kayu tersebut sama dengan berat dari air

yang tumpah dari gelas tersebut. Secara matematis dapat dirumuskan seperti pada

persamaan 2.6 dan 2.7.

FA = wf......................................................(2.6)

FA = mf g ⇒ mf = ρf Vf.......................................(2.7)

Volume fluida yang dipindahkan sama dengan volume benda yang tercelup ke

dalam fluida. Sehingga persamaan di atas menjadi persamaan 2.8..

FA = ρf Vbf g................................................(2.8)

Keterangan :

FA = gaya ke atas (N)

mf = massa fluida (kg)


27

g = percepatan gravitasi (m/s2)

ρf = massa jenis fluida (kg/m3)

Vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida (m3)

Besar kecilnya gaya ke atas sangat dipengaruhi oleh massa jenis fluida, volume

benda, dan percepatan gravitasi. Semakin pekat larutan garam, maka telur akan

semakin terangkat ke atas. Hali ini disebabkan oleh massa jenis fluida yang

semakin besar sehingga mengakibatkan telur terangkat ke atas.

Berdasarkan percobaan Archimedes, benda di udara lebih berat daripada berat

benda di air. Sesuai dengan hal tersebut, maka gaya ke atas juga dapat dirumuskan

secara matematis seperti persamaan 2.9..

FA = wu – wa..............................................(2.9)

Keterangan :

FA = gaya ke atas (N)

wu = berat benda di udara (N)

wa = berat benda di air (N)

5. Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan adalah gaya yang diakibatkan oleh suatu benda yang

bekerja pada permukaan zat cair sepanjang permukaan yang menyentuh benda itu.

Semua cairan memiliki tegangan permukaan, tetapi tegangan permukaan air lebih

tinggi dari yang lainnya. Contoh peristiwa yang membuktikan adanya tegangan

permukaan antara lain peristiwa jarum, silet, penjepit kertas atau nyamuk yang

dapat mengapung dipermukaan air, butiran-butiran embun berbentuk bola, air

yang menetes cenderung berbentuk bulat-bulat, dan air yang berbentuk bola
28

dipermukaan daun talas. Salah satu contoh peristiwa tegangan permukaan dapat

dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Peristiwa Tegangan Permukaan


Jika setetes air raksa diletakkan di atas permukaan kaca, maka raksa akan

membentuk bulatan-bulatan kecil seperti bentuk bola. Hal ini terjadi karena gaya

kohesi mole kul-molekul raksa yang menarik molekul-molekul yang terletak

dipermukaan raksa kearah dalam. Gaya tarik-menarik antara sebuah molekul

didalam cairan dan molekul-molekul lain dalam cairan dinamakan gaya kohesi.

Sedangkan gaya antara sebuah molekul cairan dengan bahan lain, seperti dinding

pipa yang tipis dinamakan gaya adhesi. Selanjutnya, karena pengaruh gaya kohesi

permukaan raksa terasa seperti selaput yang terapung. Tegangan selaput pada

raksa ini juga disebabkan karena tegangan permukaan. Tegangan permukaan (γ)

dalam zat cair didefiniskan sebagai gaya per satuan panjang yang bekerja

sepanjang garis yang dapat dirumuskan pada persamaan 2.10.

.............................................(2.10)

Keterangan:

F = Gaya (N)

L = panjang permukaan (m)


29

d = panjang permukaan yang menyentuh fluida (m). Jika dua permukaan yang

menyentuh fluida maka d = 2L

Tegangan permukaan suatu cairan yang berhubungan dengan garis gaya tegang

yang dimiliki permukaan cairan tersebut. Gaya tegang ini berasal dari gaya tarik

kohesi. Besarnya tegangan permukaan dipengaruhi oleh gaya tarik menarik

antarmolekul didalam cairan. Umumnya, cairan yang mempunyai gaya tarik

antarmolekulnya besar seperti air raksa, memiliki tegangan permukaan yang

besar. Sebaliknya cairan seperti alkohol gaya tarik-menarik antara molekulnya

juga kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil. Selain itu tegangan

permukaan juga dipengaruhi oleh suhu. Suhu dapat menurunkan tegangan

permukaan cairan, karena suhu secara langsung mempengaruhi energi kinetik

molekul dalam cairan. Tabel 2.1 pengukuran tegangan permukaan untuk berbagai

macam cairan.

Tabel 2.1 Daftar Nilai Tegangan Permukaan

Cairan T (oC) Tegangan Permukaan (N/m)


Air raksa 20 0,44
Etil Alkohol 20 0,023
Air 20 0,072
Benzana 20 0,029

6. Kekentalan (Viskositas)

Viskositas adalah ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya

gesekan di dalam fluida. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi

antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat

tumbukan antara molekul gas. Tabel 2.2 berikut menunjukkan beberapa jenis

fluida pada viskositas.


30

Tabel 2.2 Daftar Nilai Koefisien Viskositas

Fluida Suhu (°C) Koefisien kekentalan (Ns/m2)


Air 0 1,8 x 10-3
20 1 x 10-3
100 0,3 x 10-3
Darah seluruh tubuh 37 4 x 10-3
Plasma darah 37 1,5 x 10-3
Alkohol etil 20 1,2 x 10-3
Minyak mesin (SAE 10) 30 200 x 10-3
Gliserin 20 1500 x 10-3
Udara 20 0,018 x 10-3
Hidrogen 0 0,009 x 10-3
Uap air 100 0,013 x 10-3

Gaya gesek antara permukaan benda padat yang bergerak dengan fluida akan

sebanding dengan kecepatan relatif gerak benda ini terhadap fluida. Hambatan

gerak benda di dalam fluida disebabkan oleh gaya gesek antara bagian fluida yang

melekat ke permukaan benda dengan bagian fluida di sebelahnya. Gaya gesek itu

sebanding dengan koefisien viskositas ( ) fluida. Menurut stokes, gaya gesek

tersebut dapat dinyatakan pada persamaan 2.12.

...............................................(2.12)

Keterangan:

Fs = gaya Stokes (N)

r = jari-jari benda (m)

= koefisien viskositas (Ns/m2)

v = kecepatan benda (m/s)

Gaya yang bekerja pada saat jatuh adalah gaya berat bola, gaya apung dan gaya

stokes. Ketika dijatuhkan, bola bergerak dipercepat. Namun, karena


31

kecepatannya bertambah, maka gaya stokes juga bertambaha, suatu saat bola

berada dalam keadaan setimbang dengan kecepatan maksimum dan tetap.

Penguraian gaya yang bekerja pada saat bola jatuh ditunjukkan pada gambar 2.4.

Gambar 2.3 Gaya Stokes


Kecepatan bola pada saat mencapai nilai maksimum dan tetap disebut

kecepatan terminal. Besarnya kecepatan terminal dan koefisien viskositas dapat

dirumuskan pada persamaan 2.13 dan 2.14.

...................................(2.13)

dan

..................................(2.14)

Keterangan:

= koefisien viskositas (Ns/m2)

r = jari-jari bola (m)

= massa jenis bola (kg/m3)

= massa jenis fluida (kg/m3)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

v = kecepatan terminal bola (m/s2)


32

2.7 Kerangka Berpikir

Fisika merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan ilmu sains dan

sebagian besar siswa menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit. Hal

tersebut disebabkan karena guru mengajar dengan model atau metode

pembelajaran yang konvensional seperti metode ceramah. Walaupun guru

menggunakan media pembelajaran untuk membantu dalam proses pembelajaran

tetapi media pembelajaran yang digunakan guru hanya berupa powerpoint atau

video pembelajaran yang kebanyakan hanya berisi kalimat penjelasan atau kata-

kata seperti yang terdapat dibuku. Akibatnya siswa merasa bosan dan jenuh

dalam belajar fisika, sehingga banyak siswa yang tidak memperhatikan ketika

guru menerangkan di kelas. Selain itu pembelajaran yang seperti itu

menyebabkan pembelajaran menjadi berpusat pada guru dan siswa kurang aktif

dalam pembelajaran sehingga hal tersebut tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum

2013.

Selain kesulitan dalam memahami materi siswa juga kurang terlatih dalam

keterampilan proses nya termasuk keterampilan proses dasar. Hal ini dikarenakan

lembar kerja siswa (LKS) ataupun LKPD yang digunakan disekolah bersumber

dari buku paket atau LKS penerbit sehingga kebanyakan LKS ataupun LKPD

hanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa tanpa siswa

tahu apa yang menjadi tujuan utama dalam materi yang sedang diajarkan. Selain

itu LKS praktikum yang diberikan juga hanya mencakup tujuan pratikum dan

langkah-langkah pratikum secara instan tanpa siswa perlu memprediksi sendiri

permasalahan yang berkaitan dengan materi. Sehingga kerja instan yang seperti
33

itu belum mampu memacu siswa dalam memahami materi dan melatih

keterampilan proses dasar siswa.

Guru memiliki peranan penting dalam mengembangkan, menciptakan dan

mengatur situasi kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu

cara yang dapat ditempuh guru untuk melatihkan keterampilan proses dasar siswa

yaitu dengan menggunakan model pembelajaran terbaru dan menggunakan media

pembelajaran yang sesuai dengan era revolusi 4.0 seperti sekarang. Salah satu

model pembelajarannya yaitu model pembelajaran POE. Dalam model

pembelajaran POE siswa diharuskan mampu melakukan tiga tugas utama yaitu

memprediksi, mengobservasi, dan menjelaskan. Di era revolusi 4.0 terdapat

media pembelajaran terbaru yaitu QR code yang merupakan salah satu media

pembelajaran yang dapat memvisualisasikan obyek menjadi seperti nyata (3D).

Sehingga QR code sangat sesuai jika dipadukan dengan LKPD berbasis POE

dalam melatihkan keterampilan proses dasar siswa. Kerangka berpikir dalam

penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.5


34

Proses Pembelajaran Fisika Ideal

Pembelajaran fisika
Model Pembelajaran
Bahan Ajar tidak sulit dan dapat
berdasarkan kegiatan ilmiah
berdasarkan RPP 2013 melatihkan
Media pembelajaran
harus memenuhi syarat keterampilan proses
menggunakan teknologi sesuai
Dikdatik, konstruksi siswa selain proses
di era revolusi 4.0 yaitu
dan teknik kognitifnya
teknologi 3D

realita

Bahan ajar seperti LKPD belum memenuhi tiga syarat ideal


Model pembelajaran dan media pembelajaran masih konvensional dan tidak sesuai dengan
RPP 2013 dan era revolusi 4.0
Pelajaran fisika sulit dipahami dan keterampilan proses siswa kurang berkembang

Hasil Penelitian terdahulu:


Herman & Aslim (2015) mengembangkan LKPD
berbasis keterampilan proses sains. Penelitian ini
menunjukkan bahwa LKPD valid, praktis dan
efisien untuk meningkatkan keterampilan proses
sains. Akan tetapi pada LKPD ini siswa masih
keliru dalam melakukan pratikum dan aktivitas
siswa juga belum maksimal.
Mustakim et al., ( 2013) menggunakan QR code
pada kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini
menunjukkan 80,86 % peserta didik mendapatkan
hasil belajar yang lebih baik daripada
pembelajaran konvesnsional. Akan tetapi pada
penetlitian ini belum menggunakan QR code pada
LKPD.

Pengembangan LKPD berbasis POE berbantuan QR code

bertujuan bertujuan bertujuan

Menggabungkan
Menggunakan beberapa alat indera berbagai informasi
Mengamati dari Memperhatikan ciri khusus objek yang Menemukan pola
video QR code diamati oleh video QR code informasi
Mendasarkan Menggolongkan atau Mengidentifikasi
prediksi pada pola mengklasifikasikan hubungan antar
yang ada Menentukan urutan kejadian variabel
Membedakankan Mengukur pengamatan yang dilakukan Mengkomunikasikan
prediksi dari Menggunakan alat bantu untuk informasi
tebakan/ramalan membantu alat indera Menyimpulkan
Melakukan percobaan informasi

melatihkan

Keterampilan Proses Dasar


Gambar 2.4 Kerangka Berpikir
35

2.8 Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:

1. Sari & Alarifin (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan

Modul Berbasis POE (Predict, Observe, Explain) Meteri Usaha dan Energi

Ditinjau dari Kemampuan Kognitif” menunjukkan bahwa kualitas modul fisika

berbasis POE menurut ahli materi, ahli media dan ahli bahasa memiliki kriteria

kelayakan sangat layak dengan persentase keidealan masing-masing 80,20%;

80,30%, dan 81,25% dan keefektivitasan modul berbasis POE ditinjau dari

kemampuan kognitif siswa mendapat kriteria tinggi. Komponen modul pada

penelitian ini yaitu terdapat contoh soal, latihan soal, materi, sajian informasi

yang banyak sehingga siswa mampu belajar mandiri serta gambar yang sesuai

dengan materi.

2. Falah et al. (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Lembar

Kerja Siswa Listrik Dinamis Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) untuk

Meningkatkan Penalaran dan Pemahaman Konsep Siswa” menunjukkan bahwa

LKPD berbasis POE dapat meningkatkan penalaran dan pemahaman konsep

siswa dengan nilai gain masing-masing 0,56 dan 0,51. Struktur LKPD pada

penelitian ini yaitu halaman sampul, standar isi, tujuan pembelajaran, petunjuk

belajar, sekilas tentang POE, peta konsep, dan daftar pustaka. Pada bagian

kegiatan berisi kompetensi dasar, kilas teori, tujuan, kegiatan yang akan

dilakukan, latihan, penyajian fenomena serta dilengkapi dengan kolom predict,

observe, dan explain. Selain itu pada LKPD model POE terdapat: (1) adanya

penyajian fenomena sebagai upaya penemuan konsep secara mandiri; (2)

adanya kolom predict untuk menuliskan hasil dugaan terhadap suatu


36

fenomena; (3) adanya kegiatan observasi untuk membuktikan prediksi siswa;

dan (4) adanya kolom explain sebagai tempat bagi siswa untuk

membandingkan hasil dugaan dan pengamatan mereka.

3. D. S. Putri et al. (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan

Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Predict Observe Explain Pada Mata

Pelajaran Fisika SMP” menunjukkan bahwa LKPD berbasis POE sangat sesuai

digunakan sebagai bahan ajar dengan skor 3,74 dari skala 4. Adapun

komponen LKPD berupa cover, kata pengantar, daftar isi, petunjuk

penggunaan, tugas evaluasi, gambar fenomena, kompetensi inti (KI),

kompetensi dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, langkah percobaan,

kegiatan memprediksi setelah identifikasi fenomena, kegiatan mengobservasi

dengan melakukan percobaan (disertai alat dan bahan dan prosedur percobaan),

dan kegiatan eksplanasi dengan menganalisis dan menyimpulkan.

4. Hairudin et al. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan

Lembar Kegiatan Peserta Didik Berbasis Predict-Observe-Explain (POE)

untuk Menunjang Pelaksanaan kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Kimia

SMA Pokok Bahasan Koloid” menunjukkan bahwa LKPD berbasis POE

termasuk dalam kategori layak untuk diujicobakan di sekolah yang telah

menerapkan kurikulum 2013 pada materi koloid. Komponen LKPD pada

penelitian ini yaitu terdapat tujuan pembelajaran, petunjuk, kata motivasi,

wacana serta model predict-observe-explain (POE).

5. (Mustakim et al., 2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan QR

Code Dalam Pembelajaran Pokok Bahasan Sistem Periodik Unsur Pada Kelas

X SMA Labschool Untad” menunjukkan bahwa hasil belajar siswa melalui


37

pembelajaran dengan penggunaan QR code pada materi sistem periodik unsur

lebih baik daripada hasil belajar siswa melalui pembelajaran konvensional

dengan hasil belajar meningkat 80,86%. Arsitektur sistem pada QR code

menggunakan aplikasi QR & Barcode Scanner.

6. Purwati et al., (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan

Modul Hidrokarbon dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Proyek”

menunjukkan bahwa modul hidrokarbon berpendekatan kontekstual

menggunakan QR code layak diterapkan di sekolah dengan persentase

83,26%.. Arsitektur sistem pada QR code menggunakan aplikasi QR &

Barcode Scanner.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Pengembangan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembelajaran

Komputer FKIP Universitas Bengkulu. Pengumpulan data pada tahap define

dilaksanakan di SMA Negeri 8 Kota Bengkulu. Waktu penelitian pada tanggal

november 2019 sampai dengan Februari 2020 semester Genap tahun ajaran

2019/2020.

3.2 Subjek Penelitian

Pada tahap pengumpulan data (define) subjek penelitian adalah guru dan

siswa/i SMA N 8 Kota Bengkulu. Subjek pada analisis kebutuhan siswa yaitu

siswa/i kelas XI MIPA di SMA Negeri 8 Kota Bengkulu. Sedangkan untuk

analisis kebutuhan guru yaitu guru fisika SMA Negeri 8 Kota Bengkulu.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian R & D (Research & Development). Model penelitian yang digunakan

yaitu 3D yang diadaptasi dari model 4D oleh Thiagarajan et al. (1974). Tahapan

dari 3D meliputi tahap pendefinisian (Define), tahap perancangan (Design) dan

tahap pengembangan (Develop).

38
39

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Define yaitu pengumpulan data dari berbagai sumber sesuai dengan informasi

yang dibutuhkan. Tahap ini merupakan syarat dan kebutuhan bagi pengembangan

LKPD yang akan dikembangkan (Rahmatika et al., 2017). Pada tahap define

dilakukan penyusunan instrumen penelitian untuk tahap define, analisis

kurikulum, analisis perangkat pembelajaran, analisis pembelajaran, dan angket

kebutuhan guru dan siswa.

2. Tahap Perancangan (Design)

Design yaitu kegiatan perancangan bertujuan untuk merancang perangkat

pembelajaran (Rahmatika et al., 2017). Tahap ini terdiri dari perancangan LKPD

yang akan dikembangkan dan perancangan kisi-kisi instrumen penelitian untuk

mengevaluasi LKPD yang telah dibuat.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Develop yaitu tahap untuk menghasilkan produk LKPD berdasarkan desain

yang telah dibuat pada tahap design. Rangkaian proses tahap ini meliputi validasi

ahli, revisi, dan uji coba keterbacaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, secara ringkas model 3D pada penelitian dapat

dilihat pada gambar 3.1.

Define Design Develop

Gambar 3.1 Model 3D

Sumber : Dimodifikasi dari Thiagarajan et al. (1974)


40

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pada penelitian 3D yaitu tahap pendefinisian (Define),

tahap perancangan (Design) dan tahap pengembangan (Develop). Adapun

penjelasan untuk setiap tahap sebagai berikut.

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Define yaitu pengumpulan data dari berbagai sumber sesuai dengan informasi

yang dibutuhkan. Tahap ini merupakan syarat dan kebutuhan bagi pengembangan

LKPD yang akan dikembangkan. Tahap pendefinisian ini meliputi:

a. Penyusunan Instrumen Penelitian untuk Tahap Define

Penyusunan kisi-kisi instrumen penelitian ini digunakan sebagai pedoman

dalam membuat penilaian pada setiap tahap define. Instrumen penelitian untuk

tahap define meliputi instrumen penelitian lembar review dokumen kurikulum,

lembar review dokumen LKPD, lembar observasi kegiatan pembelajaran, lembar

angket keterlaksanaan pembelajaran, lembar wawancara analisis kebutuhan, dan

lembar angket kebutuhan siswa dan guru.

b. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum dilakukan dengan mengkaji kurikulum yang digunakan

ditempat penelitian. Analisis kurikulum juga dibutuhkan untuk mengetahui

standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam kurikulum tersebut. Berdasarkan

standar kompetensi dan kompetensi dasar dari kurikulum yang digunakan, peneliti

dapat menentukan materi yang sesuai dengan masalah yang ada dan digunakan

untuk mengembangkan LKPD. Pada analisis kurikulum dilakukan review

dokumen dengan kisi-kisi instrumen penelitian pada tabel 3.1.


41

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Pedoman Lembar Riview Dokumen Kurikulum

No Indikator Deskripsi
1 Kurikulum Kurikulum yang digunakan di sekolah
2 Kompetensi Inti Berisi kompetensi inti dari pembelajaran fisika
3 Kompetensi Dasar Berisi kompetensi dasar dari pembelajaran
fisika
4 Indikator Memuat indikator pembelajaran yang
disesuaikan dengan kompetensi dasar
5 Tujuan Memuat tujuan pembelajaran yang sesuai
dengan indikator
6 Materi pembelajaran Materi pembelajaran berisi fakta, konsep,
prinsip dan prosedur
7 Metode pembelajaran Memuat pendekatan, metode dan model
pembelajaran yang digunakan
8 Media pembelajaran Berisi media, alat dan bahan, dan sumber
belajar yang sesuai dengan materi pembelajaran
9 Pelaksanaan Memuat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
pembelajaran kegiatan penutup dan alokasi waktu.
10 Penilaian hasil belajar Memuat aspek yang dinilai, teknik penilaian
dan instrumen penilaian

c. Analisis Perangkat Pembelajaran

Analisis perangkat pembelajaran pada penelitian ini yaitu analisis LKPD. Pada

analisis ini akan di dapat informasi mengenai komponen LKPD yang telah

digunakan di sekolah dan disesuaikan dengan aspek-aspek komponen LKPD dan

karakteristik LKPD ideal yaitu LKPD yang memenuhi aspek dikdatik, konstruksi,

dan teknik. Setelah itu juga dilakukan analisis LKPD berbasis POE yang menjadi

dasar LKPD yang akan dikembangkan, sehingga akan didapat LKPD berbasis

POE pada materi fluida statis.

Pada analisis perangkat pembelajaran yaitu analisis LKPD. Adapun kisi-kisi

instrumen penelitian untuk analisis LKPD dapat dilihat pada tabel 3.2.
42

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Analisis LKPD

Aspek Indikator Deskripsi


Komponen Cover, daftar isi,Memuat komponen yang ada di
LKPD kompetensi yang akan LKPD seperti cover (judul, nama,
dicapai, petunjuk gambar cover, logo), petunjuk
penggunaan LKPD, penggunaan LKPD, kompetensi
materi, alat dan bahan, dasar, materi, kegiatan inti
prosedur penelitian, data (orientasi atau motivasi,
pengamatan, pertanyaan, membuat prediksi, alat dan
kesimpulan, kunci jawaban bahan, langkah percobaan, tabel
pengamatan, analisis data,
pertanyaan, kesimpulan), penutup
(daftar pustaka).
Karakteristik Dikdatik Kemampuan LKPD dalam
LKPD mengajak siswa terlibat dalam
pratikum dan dapat melatihkan
keterampilan proses dasar siswa
Konstruksi Penggunaan bahasa dan struktur
kalimat yang jelas dan sesuai
dengan kaidah bahasa indonesia
Teknik Tampilan LKPD dari aspek
pemilihan tulisan maupun
gambar yang mendukung materi
yang berkaitan
Sumber: Dimodifikasi dari Rohaeti (2010)

d. Analisis Kebutuhan Pengembangan LKPD

Analisis kebutuhan pengembangan LKPD dilakukan dengan mengumpulkan

data informasi tentang kebutuhan guru dan siswa terhadap pengembangan LKPD

berbasis POE berbantuan QR code. Pengumpulan informasi ini dengan

memberikan lembar angket analisis kebutuhan guru dan siswa. Pada analisis ini

dilakukan pengkajian pada aspek pengalaman belajar, bahan ajar yang digunakan,

model pembelajaran yaitu model pembelajaran POE (predict, observe, explain)

dan media pembelajaran yang digunakan yaitu teknologi QR code . Tiga aspek

tersebut menjadi indikator angket analisis kebutuhan. Lembar angket analisis


43

kebutuhan diberikan ke siswa XI MIPA dan guru di SMA N 8 Kota Bengkulu.

Adapun kisi-kisi lembar angket analisis kebutuhan guru tertera pada tabel 3.3 dan

lembar angket analisis kebutuhan siswa tertera pada tabel 3.4

Tabel 3.3 Angket Analisis Kebutuhan Guru

Jumlah
No Indikator Nomor Item Indikator
Penilaian
1 Persepsi guru 1,2 2
Pengalaman pembelajaran 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,
2 13
fisika 13,14,15
Kebutuhan LKPD berbasis
3 ,16,17,18,19,20 5
POE berbantuan QR code
Jumlah 20
Sumber: Dimodifikasi dari Payudi & Ertikanto (2015)

Tabel 3.4 Angket Analisis Kebutuhan Siswa

Jumlah
No Indikator Nomor Item Indikator
Penilaian
1 Persepsi siswa 1,2,3,4 4
Pengalaman pembelajaran 5,6,7,8,9,10,11,12,13,
2 12
fisika 14,15,16
Kebutuhan LKPD berbasis
3 17,18,19,20 4
POE berbantuan QR code
Jumlah 20
Sumber: Dimodifikasi dari Payudi & Ertikanto (2015)

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap design yaitu kegiatan perancangan bertujuan untuk merancang

perangkat pembelajaran. Tahap perancangan ini meliputi:

a. Perancangan LKPD

Tahap design LKPD meerupakan tahap perancangan LKPD yang akan

dikembangkan. Bahan-bahan perancangan berdasarkan hasil analisis pada tahap

define. Pada tahap ini terdapat rancangan umum dan rancangan khusus dalam
44

pengembangan LKPD. Rancangan umum meliputi rancangan berdasarkan

komponen LKPD secara umum seperti cover, isi, penutup. Sedangkan pada

rancangan khusus meliputi penjelasan secara rinci dari setiap komponen LKPD

yang diilustrasikan menggunakan storyboard dan didukung dengan perancangan

masalah yang sesuai dengan model POE dan teknologi QR code yang digunakan

b. Perancangan Desain Instrumen Penelitian

Perancangan desain instrumen penelitian ini digunakan sebagai alat penilaian

mengevaluasi instrumen penelitian dan mengevaluasi LKPD yang telah

dikembangkan. Instrumen penelitian untuk mengevaluasi angket validsi ahli dan

instrumen penelitian untuk mengevaluasi LKPD meliputi instrumen validasi ahli

untuk mengevaluasi kelayakan LKPD yang telah dikembangkan. Adapun kisi kisi

instrumen validasi ahli untuk angket kelayakan dapat dilihat pada tabel 3.5 dan

kisi-kisi angket validasi ahli untuk mengevaluasi kelayakan LKPD dapat dilihat

pada tabel 3.6.

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Penilaian Ahli terhadap Instrumen Penelitian

Pernyataan Tingkat Kesesuian


Pernyaaan kesesuai indikator terhadap Berisi tingkat kesesuan sangat
aspek dan pernyataan kesesuain sesuai, sesuai, kurang sesuai, tidak
pernyataan terhadap indikator sesuai, dan sangat tidak sesuai

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Angket Kelayakan LKPD

Jumlah
Aspek Indikator Nomor Item Indikator
Penilaian
Media Tampilan 1,2,3 3
Konsistensi 4,5 2
Penggunaan huruf 6 1
Kriteria fisik 7,8 2
QR code 9,10,11 3
Materi Kualitas isi 12,13,14,15,16,17 6
45

Jumlah
Aspek Indikator Nomor Item Indikator
Penilaian

Penyajian 18,19,20 3
Model POE 21,22,23 3
Keterampilan Proses Dasar 24,25,26,27,28,29,30,31,3 9
2
Bahasa Lugas 33,34,35 3
Kumunikatif 36 1
Dialogis dan interaktif 37 1
Kesesuaian dengan 38,39 2
perkembangan peserta
didik
Kesesuaian dengan kaidah 40,41 2
bahasa
Jumlah 41
Sumber: Dimodifikasi dari Hairudin et al. (2013) dan S. A. P. Anggraini et al.
(2017)
3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap develop (pengembangan) yaitu tahap untuk menghasilkan produk

pengembangan yang telah dilakukan. Tahap pengembangan ini meliputi:

a. Pengembangan LKPD Berdasarkan Rancangan Pada Tahap Design

Pada tahap ini dilakukan pembuatan LKPD berdasarkan rancangan yang telah

dibuat pada tahap perancangan (design). Pengembangan LKPD dibuat

menggunakan aplikasi corel draw 2017 dan photoshop CS5 untu pembuatan

tampilan LKPD sedangkan untuk QR code menggunakan google drive, aplikasi

QR generator dan QR & barcode scanner

b. Pengembangan Instrumen Penelitian untuk mengevaluasi LKPD

Pada tahap ini dilakukan pengembangan instrumen penelitian untuk validasi

ahli instrumen penelitian dan kelayakan LKPD berdasarkan kisi-kisi yang telah

dibuat pada tahap design.


46

c. Validasi ahli

Tahap validasi terdiri dari dua validasi ahli. Validasi ahli dilakukan oleh dua

dosen Pendidikan Fisika Universitas. Tahap validasi digunakan untuk melihat

kelayakan instrumen penelitian dan kelayakan LKPD yang dikembangkan.

d. Revisi Berdasarkan Hasil Validasi Ahli

Sebelum digunakan dalam uji coba respon siswa dan guru, LKPD yang

dikembangkan direvisi terlebih dahulu berdasarkan masukan validator dan

menghasilkan revisi pertama.

Berdasarkan penjelasan tersebut, secara ringkas metode penelitian yang digunakan

dapat dilihat pada gambar 3.2.


47

Analisis
Penyusunan instrumen Hasil Analisis
penelitian untuk tahap Instrumen penelitian untuk
define tahap define
Analisis RPP Define Identifikasi komponen
Analisis perangkat RPP dan LKPD
pembelajaran Identifikasi kebutuhan
Analisis kebutuhan LKPD terbaru
pengembangan LKPD

Produk
Perancangan Produk Rancangan awal LKPD
Perancangan LKPD Rancangan Instrumen
Design
Perancangan instrumen penelitian untuk
penelitian untuk mengevaluasi LKPD dan
mengevaluasi LKPD mengevaluasi instrumen
penelitian

Pengembangan Media
Pengembangan LKPD
Pengembangan instrumen Hasil Pengembangan
Develop
penelitian untuk Produk LKPD berbasis
mengevaluasi LKPD POE berbantuan QR
Validasi ahli code
Revisi berdasarkan hasil
validasi ahli

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian


Thiagarajan et al. (1974)

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar review

dokumen, dan lembar angket. Lembar review dokumen digunakan untuk


48

memperoleh gambaran komponen kurikulum, komponen LKPD yang akan

dikembangkan serta untuk menilai desain LKPD. Lembar angket dalam

penelitian ini digunakan memperoleh data kebutuhan LKPD yang akan

dikembangkan, menguji kelayakan instrumen penelitian dan menguji kelayakan

hasil pengembangan LKPD Lembar angket ini terdiri dari lembar angket analisis

kebutuhan guru dan siswa, lembar angket validasi instrumen penelitian , lembar

angket validasi ahli. Adapun tabel instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel

3.7.

Tabel 3.7 Instrumen Penelitian

Tahap Sumber Analisis


Target Data Instrumen
Penelitian Data Data
Define Memperoleh Dokumen Lembar Analisis
gambaran komponen kurikulum Review Deskriptif
kurikulum Dokumen
Memperoleh Dokumen Lembar Analisis
gambaran komponen LKPD Review Deskriptif
LKPD yang biasa Dokumen
digunakan di sekolah
Kebutuhan akan Guru dan  Lembar  Analisis
pengembangan siswa wawancara deskriptif
LKPD berbasis POE  Lembar  Analisis
berbantuan QR code angket kuantitatif
dan
kualitatif
Design Uji kelayakan Expert Lembarangket Analisis
instrumen penelitian judgement kuantitatif
LKPD dan kualitatif
Develop Uji kelayakan LKPD Expert Lembar Analisis
berbasis POE judgement angket kuantitatif
berbantuan QR code (validasi dan kualitatif
ahli)
Sumber : Dimodifikasi dari Thiagarajan et al. (1974)
49

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan

metode review dokumen, observasi, wawancara, dan angket.

1. Metode Review Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang

(Sugiyono, 2010). Studi review dokumen pada penelitian ini digunakan untuk

meriview kurikulum yang digunakan di sekolah dan untuk meriview LKPD yang

digunakan dalam pembelajaran fisika. Informasi yang didapat berupa komponen

kurikulum dan komponen LKPD yang nantinya digunakan untuk pengembangan

LKPD.

2. Metode Angket

Data pada penelitian pedahuluan diperoleh dengan menggunakan angket. Pada

tahap define menggunakan angket analisis kebutuhan untuk guru dan siswa.

Angket analisis kebutuhan siswa diberikan kepada siswa/i SMA Negeri 8 Kota

Bengkulu. Selain itu, angket analisis kebutuhan guru diberikan kepada guru fisika

SMA Negeri 8 Kota Bengkulu untuk kebutuhan LKPD berbasis POE yang akan

dikembangkan.

Metode angket juga digunakan pada pelaksanaan uji validasi ahli untuk

instrumen penelitian, uji validasi ahli untuk produk yang telah dikembangkan.

Angket uji validasi ahli digunakan untuk mengetahui kelayakan produk yaitu

kesesuaian isi materi dengan kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD),

indikator, dan tujuan pembelajaran, konstruksi sesuai format LKPD yang ideal.
50

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk mengolah sebuah data menjadi

informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah dipahami dan juga

bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan. Data yang diperoleh terdapat

dua macam yaitu kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berisi tentang komentar

oleh expert judgement, respon guru dan respon siswa. Data kuantitatif diperoleh

dari penilaian angket expert judgement, respon guru, dan respon siswa. Adapun

teknik analisis data pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Tahap Define

Pada tahap define menggunakan teknik analisis deskritif, analisis kualitatif, dan

analisis kuantitatif yang digunakan untuk lembar review dokumen, lembar

observasi, dan lembar angket. Adapun penjelasan teknik analisis data pada tahap

define sebagai berikut.

a. Analisis Data Lembar Riview Dokumen

Analisis data lembar riview dokumen menggunakan teknik analisis deskriptif.

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada penelitian

ini teknik analisis deskriptif berupa deskripsi kualitatif yaitu pemaparan data hasil

review dokumen yang berupa komponen kurikulum dan komponen LKPD.

b. Analisis Data Angket Kebutuhan Guru dan Siswa

Analisis data Kebutuhan Guru dan Siswa ini yang digunakan adalah analisis

persentase. Pedoman angket dilakukan dalam bentuk skala deskriptif untuk

pernyataan positif yaitu skor 4 jika deskreptor sangat setuju, Skor 3 jika
51

deskreptor setuju, skor 2 jika deskreptor kurang setuju dan untuk skor 1 jika

deskreptor tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan negatif yaitu skor 1 jika

deskreptor sangat setuju, Skor 2 jika deskreptor setuju, skor 3 jika deskreptor

kurang setuju dan untuk skor 4 jika deskreptor tidak setuju Selanjutnya, kita dapat

menghitung persentase dari masing-masing deskreptor dengan menggunakan

persamaan 3.1.

skala perolehan
Persentase Tiap Deskreptor= X 100%..........................(3.1)
skala maksima l

Setelah dilakukan penghitungan untuk setiap deskreptor, maka dicari nilai rata

rata persentase dengan menjumlahkan persentase setiap deskreptor kemudian

dibagi dengan jumlah deskreptor, dan hasilnya dikatakan sebagai persentase nilai

rata-rata. Kemudian, untuk menentukan kategori dalam mengelola metode peta

konsep ini, dilakukan dengan cara mencocokkan hasil penghitungan nilai rata-rata

dengan kriteria penilaian yang tertera pada tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Lembar Angket Analisis Kebutuhan

No Interval Kriteria
1 Sangat Setuju
2 Setuju
3 Tidak Setuju
4 Sangat Tidak Setuju
Sumber: Dimodifikasi dari Siahaan et al. (2019)

2. Tahap Design

Pada tahap Design menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu untuk

menjelaskan desain produk yang akan dikembangkan.


52

3. Tahap Develop

Pada tahap develop menggunakan teknik analisis deskritif, analisis kualitatif

dan analisis kuantitatif yang digunakan untuk lembar angket validasi ahli.

Adapun penjelasan teknik analisis data pada tahap develop sebagai berikut.

a. Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan diperoleh dari skor nilai yang diberikan pada angket

validasi berdasarkan instrumen penilaian oleh expert judgement. Analisis

kelayakan terdiri dari kelayakan instrumen penelitian dan kelayakan produk.

Analisis kelayakan instrumen penelitian menggunakan analisis kualitatif dan

kuantitatif. Adapun penjelasan teknik analisis data pada tahap design sebagai

berikut.

Tabel 3.9 Bobot Skor Kesesuaian

Respons Bobot Skor


Sangat Sesuai 5
Sesuai 4
Kurang Sesuai 3
Tidak Sesuai 2
Sangat Tidak Sesuai 1
Sumber: Dimodifikasi dari Siahaan et al. (2019)

Langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah menghitung skor rata-

rata setiap komponen, kemudian mengubah skor rata-rata dalam bentuk kualitatif.

Persamaan 3.2 digunakan untuk menghitung skor rata-rata.

......................................................(3.2)

Keterangan:

: skor rata-rata
53

: jumlah skor keseluruhan

n : jumlah skor yang dinilai

Mengubah rata-rata skor total menjadi bentuk kualitatif dengan berpedoman pada

pengkategorisasian. konversi data kuantitatif (rata-rata skor total) menjadi data

kualitatif dapat dilihat dalam tabel 3.10.

Tabel 3.10 Kriteria Kesesuaian Instrumen Penelitian

Persentase (%) Kategori


0 – 20 Sangat Tidak Sesuai/sangat tidak valid/Sangat
tidak layak digunakan
21 – 40 Tidak Sesuai/tidak valid/tidak layak digunakan
41 – 60 Cukup Sesuai/cukup valid/cukup layak
digunakan
61 – 80 Sesuai/valid/layak digunakan
81 – 100 Sangat Sesuai/sangat valid/sangat layak
digunakan
Sumber: Dimodifikasi dari Koriaty & Agustani (2016)

Analisis data untuk menentukan kevalidan produk dilakukan dengan langkah-

langkah Zeila et al. (2014) sebagai berikut.

a) Melakukan rekapitulasi data penilaian kevalidan model kedalam tabel yang

meliputi aspek (Ai), indikator (Iji) dan validasi (Vji) dari setiap validator

berdasarkan tabel 3.11.

Tabel 3.11 Konversi Skala Likert untuk Uji Kelayakan

Respons Bobot Skor


Sangat Baik 4
Baik 3
Tidak Baik 2
Sangat Tidak Baik 1
Sumber: Diadaptasi dari Siahaan et al. (2019)

b) Menentukan rata-rata nilai hasil dari semua validator untuk setiap indikator

dengan menggunakan persamaan 3.3.


54

........................................................... (3.3)

Menentukan rata-rata nilai untuk setiap aspek dengan menggunakan persamaan

3.3.

............................................................ (3.3)

Ai adalah rata-rata nilai untuk setiap aspek ke-i; Iji adalah rata-rata untuk aspek

ke-i terhadap indikator ke-j; dan m adalah banyaknya indikator dalam aspek

ke-i.

c) Menentukan nilai rata-rata total Va untuk semua aspek dengan menggunakan

persamaan 3.4

............................................................ (3.4)

Va adalah nilai rata-rata total untuk semua aspek; Ai adalah rata-rata nilai untuk

aspek ke-i; dan n adalah banyaknya aspek.

d) Nilai Va atau rata-rata total ditunjukkan pada interval penentuan tabel 3.12.

Tabel 3.12 Tingkat Kelayakan

No Besarnya Kriteria Keterangan


1 Valid/Layak Digunakan Tidak Revisi
2 Cukup Valid/Cukup Revisi Sebagian
Layak Digunakan
3 Kurang Valid/Kurang Revisi Sebagian &
Layak Digunakan Pengkajian Ulang Materi
4 Tidak Valid/Tidak Layak Revisi Total
Digunakan
Sumber: Diadaptasi Farida et al., ( 2018)
55

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian dan pengembangan LKPD berbasis POE diperoleh melalui
serangkaian tahap sebagai berikut.
1. Tahap Define (Pendefinisian)
Tahap define adalah pengumpulan data dari berbagai sumber sesuai dengan
informasi yang dibutuhkan. Hasil pengembangan pada tahap ini meliputi:
a. Penyusunan Instrumen Penelitian untuk Tahap Define
Instrumen penelitian untuk tahap define meliputi instrumen penelitian lembar
review dokumen kurikulum (Lampiran 1), lembar review dokumen LKPD
(Lampiran 2), lembar angket kebutuhan siswa (lampiran 3) dan lembar angket
kebutuhan guru (lampiran 4). Penyusunan instrumen tersebut berdasarkan kisi-kisi
yang telah dibuat.
b. Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan dengan mengkaji kurikulum yang digunakan
ditempat penelitian dengan menggunakan lembar review dokumen kurikulum.
Analisis kurikulum juga dibutuhkan untuk mengetahui Kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran yang terdapat pada proses pembelajaran
fisika di sekolah. Lembar analisis review dokumen kurikulum dapat dilihat pada
lampiran 1. Hasil dari analisis kurikulum terdapat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kurikulum

No Aspek yang diamati Hasil Review Dokumen Kurikulum


1 Kurikulum kurikulum 2013
2 Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta
56

damai, responsif dan proaktif) dan


menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta
dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
3 Kompetensi Dasar 1.4 Menyadari kebesaran Tuhan yang
menciptakan dan mengatur alam jagad raya
melalui pengamatan fenomena alam fisis dan
pengukurannya.
2.4 Menunjukkan perilaku ilmiah ( memiliki rasa
ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat;
tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka;
kritis; kreatif; inovatif; dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi sikap dalam
57

melakukan percobaan, melaporkan, dan


berdiskusi.
3.4 Menerapkan hukum-hukum fluida statis
dalam kehidupan sehari-hari.
4.4 Merencanakan dan melakukan percobaan
yang memanfaatkan sifatsifat fluida statis,
berikut presentasi hasil dan makna fisisnya.
4 Indikator Pencapaian 1.4.1 Mengenali dan mengagumi keteraturan
Kompetensi dan kompleksitas ciptaan Tuhan
mengenai fluida statis dalam kehidupan
sehari-hari.
2.4.1 Menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi
dalam mengamati peristiwa fluida statis
dalam kehidupan sehari-hari
2.4.2 Menunjukkan sikap teliti dalam
melakukan eksperimen.
2.4.3 Menunjukkan sikap bertanggungjawab
dalam melaksanakan kegiatan percobaan.
2.4.4 Menunjukkan sikap kerjasama dalam
melakukan percobaan, diskusi, membuat
kesimpulan untuk percobaan.
2.4.5 Menunjukkan sikap bertanggungjawab
dalam melaksanakan kegiatan percobaan.
2.4.6 Menunjukkan sikap kerjasama dalam
melakukan percobaan, diskusi, membuat
kesimpulan untuk percobaan.
2.4.7 Menunjukkan sikap menghargai kerja
individu dan kelompok dalam setiap
kegiatan yang dilakukan.
3.4.1 Mengidentifikasi peristiwa yang berkaitan
dengan tegangan permukaan dalam
kehidupan sehari-hari.
58

3.4.2 Memformulasikan persamaan-persamaan


pada fluida statis.
4.4.1 Melakukan percobaan untuk menganalisis
konsep tegangan permukaan, kapilaritas,
dan viskositas.
4.4.2 Mengolah dan menyajikan data percobaan
konsep tegangan permukaan, kapilaritas,
dan viskositas sesuai dengan langkah-
langkah di LKPD
5 Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan hubungan tekanan,
gaya tekan, dan luas penampang.
2. Siswa dapat mendefinisikan pengertian
tekanan.
3. Siswa dapat menjelaskan hukum pokok
hidrostatika.
4. Siswa dapat menerapkan konsep tekanan
dalam kehidupan seharihari.
5. Siswa dapat mengerjakan soal-soal terkait
penerapan tekanan dalam berbagai masalah
fisika.
6. Siswa dapat menjelaskan hubungan
kedalaman zat cair dan tekanan hidrostatis.
7. Siswa dapat mendefinisikan pengertian
tekanan hidrostatis.
8. Siswa dapat menjelaskan hukum pokok
hidrostatika.
9. Siswa dapat menerapkan konsep tekanan
hidrostatis dalam kehidupan sehari-hari.
10. Siswa dapat mengerjakan soal-soal terkait
penerapan tekanan hidrostatis dalam berbagai
masalah fisika.
11. Siswa dapat menjelaskan tekanan yang terjadi
59

di dalam ruang tertutup.


12. Siswa dapat mendefinisikan tentang hukum
pascal.
13. Siswa dapat menerapkan hukum pascal dalam
kehidupan sehari-hari.
14. Siswa dapat mengerjakan soal-soal terkait
penerapan hukum pascal dalam berbagai
masalah fisika.
15. Siswa dapat mendefinisikan gaya apung dan
hukum Archimedes.
16. Siswa dapat menerapkan hukum Archimedes
dalam kehidupan sehari-hari.
17. Siswa dapat mengerjakan soal-soal terkait
penerapan hukum Archimedes dalam
berbagai masalah fisika.
18. Siswa dapat mendefinisikan tegangan
permukaan pada zat cair secara mandiri.
19. Siswa dapat menerapkan tegangan
permukaan pada zat cair dalam kehidupan
sehari-hari.
20. Siswa dapat mengerjakan soal-soal terkait
penerapan tegangan permukaan pada zat cair
dalam berbagai masalah fisika.
21. Siswa dapat mendefinisikan konsep
viskositas pada zat cair secara mandiri.
22. Siswa dapat memahami hubungan antar gaya
yang di alami oleh benda yang bergerak
dalam fluida dengan kekentalan fluida
tersebut.
23. Menentukan koefisien-koefisien kekentalan
zat cair dengan menggukan hukum stokes.
24. Siswa dapat menerapkan konsep viskositas
60

pada zat cair dalam kehidupan sehari-hari.


25. Siswa dapat mengerjakan soal-soal terkait
penerapan konsep viskositas pada zat cair
dalam berbagai masalah fisika.
6 Materi Pembelajaran Fluida Statis:
1. Tekanan
2. Tekanan Hidrostatis
3. Hukum Pascal
4. Hukum Archimedes
5. Tegangan Permukaan
6. Kapilaritas
7. Viskositas
7 Metode Diskusi, eksperimen, dan ceramah
Pembelajaran
8 Media Pembelajaran Slide power point
9 Pelaksanaan Pendahuluan, kegiatan inti, penutup
Pembelajaran Pada kegiatan inti menggunakan metode ceramah
yang dilajutkan dengan kegiatan eksperimen dan
diakhiri dengan diskusi kelas.
Pada pelaksanaan pembelajaran, peserta didik
tidak diarahkan untuk melakukan kegiatan
prediksi sebelum melakukan percobaan, dan pada
kegiatan diskusi (explain) masih terdapat
pertanyaan di LKPD yang belum sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
10 Penilaian Hasil Kinerja praktik, diskusi, dan presentasi
Pembelajaran
.
c. Analisis Perangkat Pembelajaran
Analisis perangkat pembelajaran pada penelitian ini yaitu analisis LKPD. Pada
analisis ini akan di dapat informasi mengenai komponen LKPD dan karakteristik
LKPD yang telah digunakan di sekolah dan disesuaikan dengan aspek-aspek
61

karakteristik LKPD ideal yaitu LKPD yang memenuhi aspek dikdatik, konstruksi,
dan teknik. Analisis LKPD menggunakan lembar review dokumen LKPD, hasil
analisis LKPD terdapat pada lampiran 2.
Pada review dokumen LKPD yang digunakan di sekolah, ternyata komponen
LKPD yang ada hanya judul LKPD, identitas peserta didik, tujuan pembelajaran,
alat dan bahan percobaan, prosedur percobaan, dan pertanyaan. Sedangkan untuk
gambar, identitas penulis, daftar isi, petunjuk penggunaan LKPD, materi
pembelajaran, kunci jawaban, kolom kesimpulan dan daftar pustaka tidak terdapat
pada LKPD yang digunakan disekolah.
Karakteristik LKPD yang terdapat pada LKPD yang digunakan di sekolah juga
hanya memiliki ketersediaan “Ada” 10 pernyataan dari 21 pernyataan, meliputi
indikator dikdatik masih belum melatih keterampilan proses dasar siswa secara
keseluruhan karena baru melatih 5 keterampilan dari 9 keterampilan proses dasar.
Selain itu pada indiktor konstruksi, LKPD masih terdapat penggunaan bahasa
yang kurang jelas untuk dimengerti peserta didik. Pada indikator teknik juga tidak
terdapat gambar yang menyampaikan isi dari LKPD, bingkai untuk menentukan
kalimat perintah, dan besarnya gambar dan tulisan yang tidak sesuai.
Sehingga dengan adanya review dokumen LKPD tersebut kita dapat
mengetahui bagian-bagian LKPD mana saja yang perlu dikembangkan baik dari
komponen LKPD maupun krakteristik LKPD. Hasil dari review dokumen LKPD
dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Review Dokumen LKPD

Ketersediaan
Aspek
Ada Tidak
Komponen LKPD 8 10
Karakteristik LKPD 11 10

d. Analisis Kebutuhan Pengembangan LKPD


Analisis kebutuhan pengembangan LKPD dilakukan dengan mengumpulkan
data informasi tentang kebutuhan guru dan siswa terhadap pengembangan LKPD
berbasis POE. Angket kebutuhan guru diisi oleh 1 orang guru fisika SMA N 8
Kota Bengkulu, dan angket kebutuhan siswa diisi oleh 55 orang siswa/i kelas XI
62

SMA N 8 Kota Bengkulu. Adapun hasil penelitian untuk analisis kebutuhan guru
terdapat pada lampiran 4 dan analisis kebutuhan siswa terdapat pada lampiran 3.
Hasil analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Angket Kebutuhan Guru

Respon
Aspek
SS S KS TS
Persepsi guru 0 0 2 0
Pengalaman pembelajaran fisika 0 12 1 0
Kebutuhan LKPD berbasis POE 0 5 0 0

Lalu kita interpretasikan angket kebutuhan guru kedalam hasil nilai/skor sehingga
didaptkan hasilnya seperti pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Interpretasi Skor Analisis Kebutuhan Guru

Skor yang Skor


Aspek maksimum PA (%) Respon
diperoleh
Persepsi guru 4 8 50% Setuju
Pengalaman 38 52 73% Setuju
pembelajaran fisika
Kebutuhan LKPD 15 20 75% Sangat Setuju
berbasis POE
Hasil Akhir 57 80 71,25% Setuju

Hasil analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada tabel 4.5.


Tabel 4.5 Hasil Analisis Kebutuhan Siswa

Pertanyaan
Aspek
Posistif (+) Negatif (-)
Nomor SS S KS TS Nomor SS S KS TS
Persepsi
1 5 30 18 2 2,3,4 3 72 62 28
siswa
Pengalaman 5,6,7,8,
9,12,15
pembelajaran 10,11,1 127 218 78 17 30 87 84 19
,16
fisika 3,14
Kebutuhan
17,18,2
LKPD 35 113 15 2 19 1 8 29 17
0
berbasis POE
63

Lalu kita interpretasikan angket kebutuhan siswa kedalam hasil nilai/skor


sehingga didaptkan hasilnya seperti pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Hasil Interpretasi Skor Analisis Kebutuhan Siswa

Skor yang Skor


Aspek PA (%) Respon
diperoleh maksimum
Persepsi guru 593 880 67,38% Setuju
Pengalaman 1867 2640 70,72% Setuju
pembelajaran fisika
Kebutuhan LKPD 683 880 77,61% Sangat Setuju
berbasis POE
Hasil Akhir 3143 4400 71,43% Setuju

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap design yaitu kegiatan perancangan bertujuan untuk merancang

perangkat pembelajaran. Tahap perancangan ini meliputi:

a. Perancangan LKPD

Tahap design LKPD merupakan tahap perancangan LKPD yang akan

dikembangkan. Bahan-bahan perancangan berdasarkan hasil analisis pada tahap

define. Adapun hasil penelitian rancangan design terdapat pada lampiran 5.

b. Perancangan Desain Instrumen Penelitian untuk mengevaluasi LKPD

Perancangan desain instrumen penelitian ini digunakan sebagai rancangan

mengevaluasi instrumen penelitian dan mengevaluasi LKPD yang telah

dikembangkan. Instrumen penelitian untuk validasi instrumen penelitin dan

validsi ahli untuk mengevaluasi kelayakan LKPD yang telah dikembangkan.

Perancangan desain instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.


64

3. Tahap Pengembangan (Develop)


Tahap develop (pengembangan) yaitu tahap untuk menghasilkan produk

pengembangan yang telah dilakukan. Tahap pengembangan ini meliputi:

a. Pengembangan LKPD Berdasarkan Rancangan Pada Tahap Design

Pada tahap ini dilakukan pembuatan LKPD berdasarkan rancangan yang telah

dibuat pada tahap perancangan (design). Adapun produk LKPD yang telah

dikembangkan terdapat pada lampiran 7.

b. Pengembangan Instrumen Penelitian

Pada tahap ini dilakukan pengembangan instrumen penelitian untuk validasi

ahli. Adapun lembar validasi untuk instrumen penelitian angket kelayakan

terdapat pada lampiran 6 dan instrumen penelitian angket kelayakan produk

LKPD terdapat pada lampiran 7.

c. Validasi Ahli

Tahap validasi terdiri dari dua validasi ahli. Validasi ahli dilakukan oleh dua

dosen Pendidikan Fisika Universitas. Tahap validasi digunakan untuk melihat

kelayakan LKPD yang dikembangkan. Adapun hasil validasi ahli terhadap

instrumen penelitian angket kelayakan terdapat pada lampiran 7 dan hasil validasi

ahli terhadap kelayakan produk LKPD terdapat pada lampiran 8.

Adapun hasil penelitian uji kelayakan instrumen penelitian oleh validasi ahli

dapat dilihat pada tabel 4.7 dan uji kelayakan untuk produk oleh validasi ahli

dapat dilihat pada tabel 4.8.


65

Tabel 4.7 Hasil Penelitian Uji Kelayakan Instrumen Penelitian

Skor
Skor
Validator yang Persentase Kategori
maksimum
diperoleh
Sangat Sesuai/sangat
Validator 1 275 275 100%
layak digunakan
Sangat Sesuai/sangat
Validator 2 251 275 91,27%
layak digunakan
Sangat
Total 526 550 95,63% Sesuai/sangat layak
digunakan

Tabel 4.8 Hasil Penelitian Uji Kelayakan Produk

Aspek Ai Kategori Keterangan


Media 3,21 Valid/Layak Digunakan Tidak Revisi
Materi 3,17 Cukup valid/Layak Revisi Sebagian
Digunakan
Bahasa 3,31 Valid/Layak Digunakan Tidak Revisi
VA 3,23 Valid/Layak Digunakan Tidak Revisi

d. Revisi Berdasarkan Hasil Validasi Ahli

Sebelum digunakan dalam uji coba respon siswa dan guru, LKPD yang

dikembangkan direvisi terlebih dahulu berdasarkan masukan validator dan

menghasilkan revisi pertama. Adapun hasil revisi berdasarkan validasi ahli

terdapat pada lampiran 9.

4.2 Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian dan pengembangan LKPD berbasis POE

diperoleh melalui serangkaian tahap sebagai berikut.

4. Tahap Define (Pendefinisian)

a. Penyusunan Instrumen Penelitian untuk Tahap Define


66

Pada review dokumen kurikulum terdapat 2 aspek yang diamati yaitu

komponen kurikulum dan karakteristik kurikulum. Pada aspek komponen

kurikulum terdapat 2 indikator yaitu cover/halaman judul dan lembar pengesahan.

Sedangkan pada karakteristik kurikulum terdapat 7 indikator yaitu

pendahuluan,materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pembelajaran,

penilaian, alokasi wktu dan sumber belajar. Sehingga dari komponen kurikulum

menghasilkan 6 pernyataan dan karakteristik kurikulum menghasilkan 14

pernyataan. Sehingga total pernyataan pada lembar review dokumen kurikulum

adalah 20 pernyataan.

Pada review dokumen LKPD terdapat 2 aspek yang diamati yaitu komponen

LKPD dan karakteristik LKPD. Aspek komponen LKPD memiliki 14 indikator

yang menghasilkan 18 pernyatan dan aspek karakteristik LKPD memiliki 3

indikator yang menghasilkan 21 pernyataan. Sehingga total pernyataan pada

lembar review dokumen LKPD adalah 39 pernyataan.

Pada angket analisis kebutuhan guru terdapat 3 aspek yang dinilai yaitu aspek

persepsi guru yang menghasilkan 2 pernyataan, aspek pengalaman pembelajaran

fisika menghasilkan 13 pernyataan, dan aspek kebutuhan LKPD berbasis POE

menghasilkan 5 pernyataan. Sehingga total pernyataan pada angket analisis

kebutuhan guru adalah 20 pernyataan.

Pada angket analisis kebutuhan siswa terdapat 3 aspek yang dinilai yaitu aspek

persepsi siswa yang menghasilkan 4 pernyataan, aspek pengalaman pembelajaran

fisika menghasilkan 12 pernyatan dan aspek kebutuhan LKPD berbasis POE

meghasilkan 4 pernyataan. Sehingga total pernyataan pada angket analisis

kebutuhan siswa adalah 20 pernyataan.


67

b. Analisis Kurikulum

Hasil dari analisis kurikulum digunakan dalam pembuatan LKPD, seperti

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan

pembelajaran, dan penentuan materi yang akan dikembangkan dalam LKPD.

Kegiatan pembelajaran, alokasi waktu dan sumber belajar juga sebagai masukan

dalam memilih model pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai untuk

digunakan dalam kurikulum 2013 dan pengembangan LKPD. Sehingga dipilih

model pembelajaran POE dan media pembelajaran teknologi QR code.

c. Analisis perangkat pembelajaran

Pada analisis perangkat pembelajaran menunjukkan ketersediaan komponen

LKPD hanya ada 8 dan 10 yang tidak tersedia dalam komponen LKPD.

Sedangkan pada karakteristik LKPD ketersediaan hanya ada 11 dan 10 yang tidak

tersedia. Penjabarannya dapat dilihat pada grafik batang gambar 4.1.

12 11
10 10
10
8
8
6
4
2
0
Komponen LKPD Karakteristik LKPD

Ada Tidak
Grafik 4.1 Ketersediaan Analisis Perangkat Pembelajaran
Selain itu, kita juga dapat melihat persentase ketersediaan komponen LKPD hanya

sebesar 44% sedangkan komponen LKPD yang tidak ada lebih besar daripada

yang ada yaitu sebesar 56%. Hal ini ditunjukkan pada diagram 4.1. sedangkan

untuk karakteristik LKPD ketersediaannya 52%, hal ini lebih besar daripada
68

karakteristik yang tidak ada di LKPD yaitu sebesar 48%. Persentase untuk

karakteristik LKPD ditunjukkan pada diagram 4.2.

44% Ada
56% Tidak Ada

Diagram 4.1 Diagram Persentase Ketersediaan Komponen LKPD

48% Ada
52% Tidak Ada

Diagram 4.2 Diagram Persentase Ketersediaan Karakteristik LKPD


Sehingga dapat kita lihat bahwa masih perlunya pengembangan LKPD agar

LKPD yang digunakan disekolah memenuuhi komponen LKPD dan karakteristik

LKPD ideal.

d. Analisis Angket Kebutuhan

Pada angket kebutuhan guru terdiri dari 3 aspek yang diamati yaitu persepsi

guru, pengalaman pembelajaran fisika, dan kebutuhan LKPD berbasis POE.


69

Sehingga diperoleh bahwa 100% guru kurang setuju jika mengalami kesulitan

dalam mengajar fisika, hal ini ditunjukkan dalam diagram 4.3.

Sangat Setuju
Setuju
Kurang setuju
Tidak Setuju

100%

Diagram 4.3 Diagram Aspek Persepsi Guru


Pada aspek pengalaman belajar, 92% guru setuju jika dalam pembelajaran

sudah terdapat bahan ajar seperti LKPD dan menggunakan media pembelajaran

seperti powerpoint, dan 8% guru kurang setuju jika dalam pembelajaran masih

ada beberapa media dan bahan ajar yang kurang sesuai dengan kebutuhan

pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dalam diagram 4.4.

8%

Sangat Setuju
Setuju
Kurang setuju
Tidak Setuju

92%

Diagram 4. 4 Diagram Aspek Pengalaman Pembelajaran Fisika


70

Pada aspek kebutuhan LKPD berbasis POE, 100% guru setuju jika

diperlukannya pengembangan LKPD berbasis POE untuk membantu siswa lebih

memahami pembelajaran fisika. Hal ini ditunjukkan dalam diagram 4.5.

Sangat Setuju
Setuju
Kurang setuju
Tidak Setuju

100%

Diagram 4.5 Diagram Aspek Kebutuhan LKPD Berbasis POE


Setelah pemberian skor setiap aspek seperti pada tabel 4.4 maka pada angket

kebutuhan guru didapatkan bahwa pada aspek persepsi guru diperoleh skor 4 dari

skor maksimum 8 sehingga persentase tiap aspek (PA) 50% dengan kategori

setuju. Sedangkan pada aspek pengalaman pembelajaran fisika diperoleh skor 38

dari skor maksimum 52 sehingga persentase tiap aspek (PA) 73% dengan kategori

setuju dan untuk aspek kebutuhan LKPD berbasis POE diperoleh skor 15 dari

skor maksimum 20 sehingga persentase tiap aspek (PA) 75% dengan kategori

sangat setuju. Hasil akhir dari angket kebutuhan guru diperoleh skor 57 dari skor

maksimum 80 sehingga persentase tiap aspek (PA) 71,25% dengan kategori

setuju. Jadi dapat kita ketahui bahwa guru “SETUJU” dengan dikembangkannya

LKPD berbasis POE dengan persentase kesetujuan 71,25%.

Pada angket kebutuhan siswa terdiri dari 3 aspek yang diamati yaitu persepsi

siswa, pengalaman pembelajaran fisika, dan kebutuhan LKPD berbasis POE. Pada
71

aspek persepsi siswa, diperoleh bahwa 9% siswa sangat, 54% setuju, 33% kurang

setuju, dan 4% tidak setuju jika mereka mengalami kesulitan dalam memahami

pembelajaran fisika. Hal ini ditunjukkan pada diagram 4.6.

4%
9%

Sangat Setuju
33% Setuju
Kurang setuju
Tidak Setuju

55%

Diagram 4.6 Diagram Aspek Persepsi Siswa Pertanyaan Positif


Selain itu, sebanyak 2% siswa sangat setuju, 44% siswa setuju, 37% siswa

kurang setuju, dan 17% siswa tidak setuju jika mereka dalam pembelajaran fisika

tidak bersemangat pada saat pembelajaran fisika berlangsung. Hal ini ditunjukkan

pada diagram 4.7.

2%

17%
Sangat Setuju
Setuju
44% Kurang setuju
Tidak Setuju
38%

Diagram 4.7 Diagram Aspek Persepsi Siswa Pertanyaan Negatif


Pada aspek pengalaman pembelajaran fisika, 29% siswa sangat setuju, 49%

siswa setuju, 18% siswa kurang setuju, dan 4% siswa tidak setuju jika dalam
72

pembelajaran fisika dikelas guru sudah menggunakan bahan ajar seperti LKPD,

model pembelajaran ceramah, dan media pembelajaran seperti powerpoint. Hal ini

ditunjukkan pada diagram 4.7.

4%

18% 29% Sangat Setuju


Setuju
Kurang setuju
Tidak Setuju

50%

Diagram 4.8 Diagram Aspek Pengalaman Pembelajaran Fisika Pertanyaan Positif

Akan tetapi dalam pembelajaran fisika di kelas siswa setuju jika behan ajar,

model pembelajaran, dan media pembelajaran yang digunakan di kelas belum

membantu siswa dalam memahami pembelajaran dikelas. Hal ini ditunjukkan

pada diagram 4.9 dengan 14% siswa sangat setuju, 39% siswa setuju, 38% siswa

kurang setuju dan 9% siswa tidak setuju.

9%
14%

Sangat Setuju
Setuju
Kurang setuju
38% Tidak Setuju
40%

Diagram 4.9 Diagram Aspek Pengalaman Pembelajaran Fisika Pertanyaan Negatif


73

Pada aspek kebutuhan LKPD berbasis POE sebanyak 71% siswa setuju perlu

dikembangkannya LKPD berbasis POE sedangkan sebanyak 29% siswa kurang

setuju. Hal ini dapat dilihat pada diagram 4.10

29%
Sangat Setuju
Setuju
Kurang setuju
Tidak Setuju
71%

Diagram 4.10 Diagram Aspek Kebutuhan LKPD Berbasis POE


Pada angket kebutuhan siswa didapatkan bahwa pada aspek persepsi siswa

diperoleh skor 593 dari skor maksimum 880 sehingga persentase tiap aspek (PA)

67,38% dengan kategori setuju. Jadi siswa masih merasa kurang semangat dan

kadang merasa bosan saat pembelajaran berlangsung dan hal ini menimbulkan

siswa kesulitan dalam memahami pembelajaran fisika

Sedangkan pada aspek pengalaman pembelajaran fisika diperoleh skor 1867

dari skor maksimum 2640 sehingga persentase tiap aspek (PA) 70,72% dengan

kategori setuju dan untuk aspek kebutuhan LKPD berbasis POE diperoleh skor

683 dari skor maksimum 880 sehingga persentase tiap aspek (PA) 77,61% dengan

kategori sangat setuju. Hasil akhir dari angket kebutuhan siswa diperoleh skor

3143 dari skor maksimum 4400 sehingga persentase tiap aspek (PA) 71,43%

dengan kategori setuju. Jadi dapat kita ketahui bahwa siswa “SETUJU” dengan

dikembangkannya LKPD berbasis POE dengan persentase kesetujuan 71,43%.


74

4. Design
a. Perancangan Desain Instrumen Penelitian untuk mengevaluasi LKPD

Hasil rancangan desain instrumen penelitian sudah sesuai dengan kisi-kisi yang

telah dibuat sebelumnya.

5. Tahap Pengembangan (Develop)

a. Pengembangan LKPD Berdasarkan Rancangan Pada Tahap Design

LKPD berbasis POE berbantuan QR qode untuk melatihkan keterampilan

proses dasar pada konsep fluida statis antara lain terdapat tahap-tahap predict,

observe, dan explain. Tahap predict digunakan untuk menggali pengetahuan awal

siswa terhadap konsep yang akan diajarkan, predict terletak pada awal kegiatan

yaitu orientasi dan motivasi. Tahap observe digunakan untuk membuktikan

prediksi yang telah dibuat sebelumnya, pada tahap observe terdapat QR qode

mengenai alat dan bahan yang digunakan. Tahap explain digunakan untuk

memberikan penjelasan mengenai kesesuaian antara prediksi dengan percobaan

yang telah kita lakukan.

Indikator keterampilan proses dasar pada LKPD yaitu Indikator mengamati dan

memprediksi dilatihkan pada gambar, materi pembelajaran berupa QR code,

penjelasan alat dan bahan berupa QR code serta langkah percobaan. Indikator

mengukur, menggunakan alat dan melakukan percobaan dilatihkan pada kegiatan

langkah percobaan. Indikator menggolongkan dan menginterpretasikan data

dilatihkan pada analisis data bagian hasil percobaan, sedangkan

mengkomunikasikan dan menyimpulkan dilatihkan pada menjawab pertanyaan

dan membuat kesimpulan.

Selain itu, LKPD juga dilengkapi cover, daftar isi, petunjuk penggunaan,

keterangan kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator, tujuan


75

pembelajaran, motivasi dan orientasi berupa gambar, materi pembelajaran berupa

QR code, alat dan bahan berupa QR code, langkah percobaan, analisis data,

pertanyaan, kesimpulan berupa penjelasan berdasarkan hasil percobaan, serta

kunci jawaban.

b. Pengembangan Instrumen Penelitian

Lembar validasi terhadap instrumen penelitian lembar uji kelayakan

menghasilkan 55 pernyataan berdasarkan hasil pengembangan lembar validasi

ahli terhadap produk.

Instrumen penelitian untuk mengevaluasi LKPD menghasilkan 41 pernyataan

terdiri atas 3 aspek yaitu aspek media, materi, dan bahasa. Pada aspek media

memiliki 5 indikator yaitu tampilan, konsistensi, penggunaan huruf, kriteria fisik

dan video QR qode sehingga menghasilkan 12 pernyataan. Pada aspek materi

memiliki 4 indikator yaitu kualitas isi, penyajian, model POE, dan kesesuaian

dengan tujuan untuk melatihkan keterampilan proses dasar sehingga

menghasilkan 21 pernyataan. Pada aspek bahasa memiliki 5 indikator yaitu lugas,

komunikatif, dialogis dan interakif, kesesuaian dengan perkembangan peserta

didik dan kesesuaian dengan kaidah bahasa sehingga menghasilkan 8 pernyataan.

c. Validasi Ahli

Pada uji kelayakan instrumen penelitian oleh validator 1 diperoleh skor 275

dengan skor maksimum 275 sehingga didapatkan persentase 100% dengan

kategori sangat sesuai dan sangat layak digunakan. Pada validator 2 diperoleh

skor 251 dengan skor maksimum 275 sehingga didapatkan persentase 91,27%

dengan kategori sangat sesuai dan sangat layak digunakan. Skor total untuk kedua

validator tersebut yaitu 526 dengan skor maksimum 550 sehingga persentase yang
76

diperoleh 95,63% dengan kategori sangat sesuai dan sangat layak digunakan.

Sehingga instrumen penelitian ini layak digunakan untuk uji coba kelayakan

produk. Hasil penjabaran diatas dapat dilihat pada diagram 4.11.

105% 100.00
%
100%
95%
91.27%
90%
85%
Validator 1 Validator 2

Diagram 4.11 Diagram Validasi Instrumen Penelitian


Berdasarkan hasil uji kelayakan produk diperoleh nilai kevalidan aspek media

3,21 dengan kategori valid dan layak digunakan sehingga tidak revisi. Nilai

kevalidan aspek materi 3,17 dengan kategori cukup valid dan cukup layak

digunakan sehingga harus direvisi sebagian. Nilai kevalidan aspek bahasa 3,31

dengan kategori valid dan layak digunakan sehingga tidak perlu revisi. Nilai

validasi akhir yaitu 3,23 dengan kategori valid/layak digunakan sehingga tidak

revisi. Akan tetapi untuk kesempurnaan LKPD pada aspek materi maka peneliti

akan merevisi sebagian LKPD. Hasil penjabaran diatas dapat dilihat pada diagram

4.12.

3.35 3.31
3.3
3.25 3.21
3.2 3.17
3.15
3.1
3.05
Media Materi Bahasa

Diagram 4.12 Diagram Validasi Instrumen Penelitian


77

d. Revisi Berdasarkan Hasil Validasi Ahli

Sebelum digunakan dalam uji coba respon siswa dan guru, LKPD yang

dikembangkan direvisi terlebih dahulu berdasarkan masukan validator. Adapun

hasil revisi dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil Revisi Berdasarkan Validator

Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Mengganti alat dan bahan yang bisa


divari luas permukaannya dan
mengganti langkah percobaan menjadi
lebih runtun dan jelas.

Tambahkan satuan dan sesuaikan


dengan percobaan yang telah direvisi.
78

Pada tulisan gambar 2.1 diberi


keterangan lubang A dan lubang B
serta berikan keterangan juga “jika
jarak pancuran jauh maka tekanannya
besar” sehingga peserta didik lebih
memahami hubungan konsep jarak
pancuran dengan tekanan
hidrostatisnya.

Pada alat dan bahan yang air berwarna


dippisahkan menjadi air dan pewarna
dan tambahkan karton.
Pada langkah percobaan tambahkan
keterangan gelas kimia dan perjelas
kembali langkah percobaan.

Minyak kelapa diganti dengan minyak


goreng serta tambahkan tabel tekanan
hidrostatis
79

Perbaiki redaksi kalimat, jika air


dimasukkan sebelum penghisap di
tekan maka air akan keluar terlebih
dahulu

Pada gambar diberi lubang supaya


sama dengan redaksi kalimat

Gaya dorong yang diberikan pakai


apa?
Tambahkan langkah mencari luas
permukaan.

Tambahkan “massa beban” dan satuan

Tambahkan persamaan apa.


80

Gelas ukur diganti gelas kimia,


sesuaikan dengan keterangan gambar.
Gambar kurang jelas.
Perbaiki redaksi kalimat.

Perbaiki redaksi kalimat


81

Tambahkan keterangan dengan


menyesuaikan langkah percobaan

Beri keterangan pada gambar.

Perbaiki grafik

Jawaban belum sepenuhnya menjawab


pertanyaan
82

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Kelayakan LKPD berbasis POE berbantuan QR qode berdasarkan aspek media,
materi, dan bahasa yang dilakukan oleh 2 orang judgement ahli didapatkan
nilai kevalidan 3,229 dan berada dalam kategori valid. Sehingga LKPD
berbasis POE berbantuan QR qode untuk melatihkan keterampilan proses dasar
pada konsep fluida statis layak digunakan.
2. Karakteristik LKPD berbasis POE berbantuan QR qode untuk melatihkan
keterampilan proses dasar pada konsep fluida statis antara lain terdapat tahap-
tahap predict, observe, dan explain. Tahap predict digunakan untuk menggali
pengetahuan awal siswa terhadap konsep yang akan diajarkan, predict terletak
pada awal kegiatan yaitu orientasi dan motivasi. Tahap observe digunakan
untuk membuktikan prediksi yang telah dibuat sebelumnya, pada tahap observe
terdapat QR qode mengenai alat dan bahan yang digunakan. Tahap explain
digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai kesesuaian antara prediksi
dengan percobaan yang telah kita lakukan.
Indikator keterampilan proses dasar pada LKPD yaitu Indikator mengamati dan
memprediksi dilatihkan pada gambar, materi pembelajaran berupa QR code,
penjelasan alat dan bahan berupa QR code serta langkah percobaan. Indikator
mengukur, menggunakan alat dan melakukan percobaan dilatihkan pada
kegiatan langkah percobaan. Indikator menggolongkan dan
menginterpretasikan data dilatihkan pada analisis data bagian hasil percobaan,
sedangkan mengkomunikasikan dan menyimpulkan dilatihkan pada menjawab
pertanyaan dan membuat kesimpulan.
Selain itu, LKPD juga dilengkapi cover, daftar isi, petunjuk penggunaan,
keterangan kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator, tujuan
pembelajaran, motivasi dan orientasi berupa gambar, materi pembelajaran
berupa QR code, alat dan bahan berupa QR code, langkah percobaan, analisis
data, pertanyaan, kesimpulan berupa penjelasan berdasarkan hasil percobaan,
serta kunci jawaban.
83

5.2 Saran
Saran yang diberikan pada penelitian ini yaitu:
1. LKPD yang dibuat masih memiliki keterbatasan dalam penelitian yaitu belum

diujicobakan secara terbatas dan luas kepada siswa.

2. LKPD masih memiliki subbab materi yang belum dibahas pada materi fluida

statis yaitu kapilaritas, sehingga untuk penelitian selanjutnya bisa ditambahkan

subbab yang belum dikembangkan.

3. Pada penelitian selanjutnya perlu dikaji lebih dalam lagi mengenai konsep

fisika yang akan dibahas sehingga akan memperkaya pengetahuan dan

pemahaman.

Anda mungkin juga menyukai