Anda di halaman 1dari 68

PROPOSAL PENELITIAN

“ PENGEMBANGAN E-LKPD BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING


PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT ”

Dosen Pembimbing Penelitian :

Pembimbing 1 : Rody Putra Sartika, S.Pd., M.Pd

Pembimbing 2 : Risya Sasri, S.Si., M.Sc

Disusun Oleh :

Putria Dewi

F1061181041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2022
a. Judul Penelitian
Pengembangan E-Lkpd Berbasis Problem Based Learning Pada Materi
Larutan Elektrolit Dan Non-Elektrolit
b. Latar Belakang
Pendidikan saat ini tengah menjadi titik sentral dan pusat perhatian
komponen bangsa. Hal ini tercantum dalam perubahan mendasar sebagaimana
yang telah dilakukan dengan cara mengubah konstitusi, Undang-undang Sistem
Pendidikan Nomor 02 tahun 1989 menjadi Nomor 20 tahun 2003, diikuti
peraturan pemerintahan Nomor 32 tahun 2013 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Indonesia, dengan
ruang lingkup yang meliputi : standar isi, standar prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiyaan, dan standar penilaian pendidikan.
Menurut Soekamto (2006) pendidikan dan pembelajaran adalah proses
dimana manusia mendapatkan pengetahuan baru yang kemudian akan
dikembangkan,dikendalikan,dibina,dan dipelihara sehingga ilmu pengetahuan
akan membawa pengaruh yang bermanfaat dalam kehidupan manusia. Sedangkan
menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang abadi terhadap penyesuaian
yang lebih tinggi bagi manusia yang telah berkembang baik secara fisik,mental
serta sadar kepada tuhan sehingga terwujud keadaan intelektual, emosional,dan
kemanusian dari manusia. Pendidikan merupakan prasyarat utama dalam
meningkatkan martabat dan kualitas suatu bangsa karena pendidikan adalah
sebuah program yang mengandung komponen tujuan, proses belajar mengajar
antara guru dan siswa sehingga kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan
menjadi lebih baik.
Dalam dunia pendidikan banyak sekali kelemahan yang harus kita hadapi
salah satunya dalam proses pembelajaran siswa masih kurang dorongan untuk
meningkatkan kemampuan berpikirnya. Karena dalam proses pembelajaran yang
dilakukan didalam kelas hanya mengarah pada kemampuan siswa untuk
menghafal,mengingat, serta menimbun informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi terlebih dahulu untuk mengingatnya. Sehingga menyebabkan siswa
hanya pintar secara teoritis tetapi tidak bisa mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Kelemahan tersebut dapat dibuktikan melalui analisis hasil belajar
siswa dalam matapelajaran kimia yang sukar mencapai KKM ( kriteria kelulusan
mininum) yaitu 75. Dimana dilihat dari beberapa sekolah dari 76 siswa sebesar
77% hasil belajar siswa tidak mencapai KKM. Karena kimia merupakan salah
satu bagian dari ilmu pengetahuan alam. Dalam pembelajaran kimia akan lebih
bermakna apabila siswa mampu untuk mengkonstruksi pengetahuan yang
dimilikinya.
Karena hal tersebut pemerintah melakukan upaya dengan mengembangkan
kurikulum 2013 dengan tujuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.
Penerapan kurikulum 2013 ini memerlukan paradigma pembelajaran dimana
siswa dilatih untuk mengobservasi, mengajukan pernyataan mnegumpulkan data,
menganalisis, mengasosiasikan data, dan mengkomunikasikan hasil belajar yang
disebut dengan pendekatan saintifik ( Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
2006). Hal ini sesuai dengan teori kontruktivisme dimana guru tidak hanya
memberikan informasi kepada siswa, tetapi juga harus mampu membuat siswa
membangun sendiri pengetahuan yang telah dimilikinya.
Untuk mempermudah siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya
diperlukan sebuah bahan ajar dalam proses pembelajaran. Salah satunya
menggunakan bahan ajar lembar kerja peserta didik (LKPD). Karena dalam
LKPD memuat lembaran berisi pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk
memahami konsep yang ada dalam materi sehingga siswa akan lebih mudah
untuk menulis konsep-konsep penting dalam pemetaan pikiran (Arliyah & Istomo
2015). Didalam LKPD ini memuat judul LKPD, kompetensi dasar, waktu
penyelesaian, bahan peralatan yang digunakan, informasi singkat, langkah-
langkah kerja,tugas, dan laporan yang harus dilakukan sehingga akan
mengarahkan siswa untuk mengkontruksi pengetahuan yang didapat serta proses
pembelajaran akan menjadi lebih bervariasi dan inovatif karena akan membantu
siswa untuk berinteraksi dengan pendidik dan sesama siswa didalam kelas. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh izzatunisa (2019) dimana
dengan penggunaan LKPD dalam proses pembelajaran membantu siswa dalam
mengkontruksi pengetahuannya.
Penggunaan LKPD dalam proses pembelajaran sudah banyak diterapkan
diberbagai sekolah sehingga bukan lagi menjadi suatu hal yang asing. Hanya saja
LKPD yang digunakan masih belum efektif dan efisien karena masih banyak
ditemukan kelemahan dalam LKPD yang digunakan. Hal ini dibuktikan dengan
LKPD yang digunakan masih belum menerapkan model pembelajaran dan hanya
berupa butiran-butiran soal dan tampilan LKPD nya masih belum menarik hanya
berupa tulisan tidak disertai dengan gambar sehingga bisa dikatakan LKPD yang
digunakan masih belum ideal. Hal ini takutnya akan membuat peserta didik
menjadi cenderung pasif dan akan berdampak dengan kurangnya pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa.
Selama ini pembelajaran kimia merupakan pembelajaran yang sering
dianggap sulit dan sangat membosankan oleh siswa,meskipun dalam proses
pembelajaran sudah menggunakan media pembelajaran berupa buku, artikel,
ataupun LKS. Sehingga dapat dikatakan bahwa media pembelajaran tersebut
masih belum bisa dikatakan efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Oleh sebab itu diperlukan sebuah inovasi terhadap LKPD yang digunakan
dalam proses pembelajaran sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada
dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan mengembangkan bahan ajar
LKPD sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dan karakteristik materi yang
disampaikan. Dan juga penggunaan teknologi informasi merupakan cara yang
efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas pembelajara dan hasil belajar
disekolah. Karena dengan penggunaan teknologi informasi ini akan membuat
proses pembelajaran menjadi lebih menarik,karena siswa akan merasa proses
pembelajaran akan berbeda seperti biasanya dan tidak monoton dan
membosankan. Dan juga dengan adanya teknologi informasi ini akan
mempermudah siswa untuk mengakses pembelajaran dimanapun dan kapanpun.
Penelitian sebelumnya juga telah dilakukana oleh Dewi (2010) dan Marisa (2013)
yaitu tentang pengembangan multimedia interaktif ini sangat efektif dan efisien
dalam proses pembelajaran dan juga dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Penerapan bahan ajar e-LKPD memerlukan model pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum 2013 agar proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan
meningkatkan pemahaman peserta didik dalam materi pembelajaran. Salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan dalam e-LKPD ini yaitu Problem
Based Learning. PBL adalah salah satu model pembelajaran aktif dan efektif
untuk digunakan dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dan kemandirian dalam belajar. Model pembelajaran PBL ini
dipilih dalam pengembangan e-LKPD ini didasari oleh beberapa alasan yakni : 1)
PBL merupakan model pembelajaran yang membantu pendidik dalam mengaitkan
materidengan situasi yang nyata. 2) PBL dapat memfasilitasi keberhasilan peserta
didik dalam memecahkan masalah , komunikasi, kerja kelompok dan
keterampilan interpersonal dengan baik ( Rusman,2012). 3) PBL dapat
merangsang peserta didik untuk belaajr karena menyajikan masalah secara nyata.
4) PBL dapat mengembangkan dan mempertahankan keterampilan belaajr
mandiri sehingga pembelajaran lebih bermakna, ditandai dengan mengolah materi
pelajaran secara kritis ( Malan dan Ndlovu,2014). 5) Peserta didik dalam tim akan
bekerja untuk memecahkan masalah dunia nyata ( real word) ( Majid,2014),
sehingga meningkatkan interaksi antar sesama peserta didik serta menambah
keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan nyata.
Karakteristik dari model PBL ini adalah pembelajaran yang didominasi oleh
peserta didik. Model PBL adalah model pembelajaran yang disarankan oleh
Kementrian Pendidikan Nasional untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran
Kurikulum 2013 yang dapat mengoptimalkan aktivitas saintifik siswa. PBL
adalah model pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar
melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan
dengan pengetahuan yang dia miliki atau yang akan dipelajarinya serta berfungsi
sebagai wadah yang digunakan untuk mengembangkan cara berpikir kritis yang
lebih tinggi bai peserta didik ( Gunantara dkk,2014).
Pembelajaran berbasis masalah ini mengarahkan peserta didik untuk
memulai suatu pembelajaran dengan memecahkan suatu masalah sehingga akan
menghasilkan pengetahuan yang baru. Pelaksanaan model pembelajaran PBL ini
memiliki 5 langkah yaitu orientasi pada masalah, pengorganisasian siswa untuk
belajar, penyelidikan individu maupun kelompok, pengembangan dan penyajian
hasil, serta kegiatan analisis dan evaluasi. Model PBL ini diawali dengan
penyajian masalah, kemudian siswa mencari dan menganalisis masalah tersebut
melalui percobaan langsung atau kajian ilmiah.
Berdasarkan hasil wawancara kepada seorang guru mata pelajaran kimia di
salah satu sekolah swasta yang ada dipontianak yaitu SMA TAMAN MULIA
pada hari kamis 23 September 2021 didapatkan informasi bahwa dalam proses
pembelajaran kimia yang dilakukan masih berpusat pada guru. Proses
pembelajaran yang dilakukan guru lebih dominan, dimana guru hanya fokus
menyampaikan materi dan latihan soal tanpa memperhatikan pemahaman
siswa,tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan atau mengkontruksi
pengetahuan yang telah didapat sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif
karena hanya menerima apa yang disampaikan dan melakukan kegiatan sesuai
dengan arahan guru. Terkait bahan ajar LKPD yang digunakan juga masih sangat
minim.LKPD yang digunakan masih sangat sederhana, dimana hanya berisi judul
materi, langkah-langkah kerja, dan latihan soal. Terkait latihan soal yang ada
diLKPD masih belum menanamkan konsep dari materi dan kurang variatif
dimana peserta didik dimana peserta didik hanya diminta mengisi pertanyaan
sederhana atau soal pilihan ganda sehingga tidak mampu memicu peserta didik
untuk aktif dan berpikir tingkat tinggi. Kemudian dalam kegiatan pembelajaran
yang terdapat diRPP masih belum sesuai dengan yang ada di LKPD, terutama
dalam langkah pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan juga masih
belum sesuai dengan anjuran Kementrian Pendidikan Nasional. LKPD yang
digunkan juga masih belum mampu untuk meningkatkan kemampuan untuk
belajar secara kolaboratif dalam sebuah tim dan dengan orang lain.
Karena hal tersebut menyebabkan hasil belajar siswa khususnya pada
matapelajaran kimia materi larutan elektrolit dan non-elektrolit rata-rata masih
sukar untuk mencapai KKM. Dimana hanya sekitar 25% siswa yang mampu
untuk mencapai KKM dan memahami konsep materi tersebut dalam proses
pembelajaran kimia. Kebanyakan siswa masih kesulitan dalam menentukan
derajat ionisasi, dan kesulitan dalam mengingat konsep membedakan larutan
elektrolit kuat dan lemah dan sering terjadi miskonsepsi terhadap konsep tersebut
serta rendah nya tingkat pemahaman dan keterampilan siswa dalam menganalisis
materi ini.
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam materi larutan elektrolit dan non-
elektrolit ini mencakup pengetahuan secara konseptual,faktual, dan prosedural.
Materi kimia ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga
perlunya bagi siswa untuk menguasai konsep-konsep yang ada dalam materi
larutan elektrolit dan non-elektrolit sehingga siswa dengan mudah mengaplikasi
kannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam materi ini diperlukan pemahaman
dan keterampilan analisisis yang tinggi sehingga siswa dengan mudah
mempelajari materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
Berdasarkan permasalahan diatas saya menawarkan solusi untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi disekolah tersebut dalam proses pembelajaran yakni
saya menawarkan suatu pengembangan bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta
Didik elektronik berbasis PBL ( Problem Based Learning). Hal ini dikarenakan
PBL merupakan suatu model pembelajaran yang disarankan oleh kurikulum 2013
dan juga model PBL ini daapt menyelesaikan masalah pendidikan diatas. E-
LKPD yang dikembangkan didalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran
PBL mencakup permasalahan yag dapat membangkitkan keterampilan berpikir
kritis dan kemandirian belajar siswa. Pengembangan e-LKPD berbasis PBL pada
materi larutan elektrolit dan non-elektrolit diharapkan dapat membantu pendidik
dalam mencapai tujuan pembelajaran, meningkatkan aktivitas belajar siswa,
meminimalkan peranan pendidik tetapi lebih mengaktifkan peranan siswa,
mengembangkan kreativitas berpikir siswa dalam memecahkan masalah,
memberdayakan siswa untuk belaajr secara mandiri, meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan untuk belajar secara kolaboratif
dalam sebuah tim dan dengan orang lain sehingga dengan hal tersebut dapat
memperkaya pengetahuan siswa.
Berdasarkan tujuan diatas indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran
dan KD yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3.8 menganalisis sifat
larutan berdasarkan daya hantar listriknya serta 4.8 mampu membedakan daya
hantar listrik berbagai larutan melalui percobaan.
Didalam LKPD ini nantinya akan berisi langkah-langkah pembelajaran yang
sesuai dengan model PBL. Adapun tahapan-tahapan pembelajaran PBL menurut
Trianto (2015) yaitu Orientasi peserta didik pada masalah, Organisasi Peserta
didik untuk belajar, membimbing untuk penyelidikan kelompok maupun
individual, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. LKPD juga dilengkapi dengan gambar,
video, teks, serta animasi menarik dan praktis dengan tujuan untuk menarik dan
memotivasi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar, dan agar proses
pembelajaran berlangsung secara efektif dan efesien. Dan juga memberikan
inovasi yang baru dalam proses pembelajaran agar sesuai dengan kurikulum yang
ditetapkan, sehingga nantinya diharapkan dengan dikembangkan LKPD ini tujuan
dari pembelajaran akan tercapai. Diharapkan dengan dikembangkannya LKPD ini
nantinya dalam proses pembelajaran siswa akan diarahkan untuk merancang,
melaksanakan, merefleksi, serta mengevaluasi sendiri kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.
Berdasarkan uraian diatas saya bermaksud ingin melakukan penelitian
pengembangan yang berjudul “ Pengembangan e-LKPD Berbasis Problem Based
Learning Pada Materi Larutan elektrolit dan non-elektrolit.

c. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kelayakan e-LKPD berbasis Problem Based Learning
pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit y ang dikembangkan?
2. Bagaimana respon peserta didik terhadap e-LKPD berbasis Problem Based
Learning pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang
dikembangkan?
d. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah :
1. Menentukan tingkat kelayakan e-LKPD berbasis problem based learning
pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang dikembangkan.
2. Untuk mendeskripsikan respon peserta didik terhadap e-LKPD berbasis
problem based learning pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
e. Manfaat Penelitian
1. Bagi peserta didik
a. Dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan memecahkan
masalah serta keterampilan dalam menganalisis materi dalam
pembelajaran kimia.
b. Dapat mempermudah siswa dalam melakukan proses
pembelajaran.Bagi Guru
2. Bagi guru
a. Sebagai inovasi dan motivasi baru dalam proses pembelajaran sehingga
pendidik mampu meningkatkan kemampuan metakognisi siswa.
b. Dapat memotivasi pendidik bahwa pentingnya menggunakan bahan
ajar yang ideal sesuai dengan kurikulum agar hasil belajar siswa
meningkat.
3. Bagi sekolah
Menambah variasi sumber belajar berupa e-LKPD berbasis problem
based learning.
f. Definisi Operasional
Definisi operasional ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang apa
saja yang menjadi batasan oleh peneliti. Adapun batasan-batasan tersebut adalah :
1. Penelitian dan Pengembangan ( Research and Development)
Menurut Sugiyono (2015) metode penelitian pendidikan dapat
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan
tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan,suatu pengetahuan
tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami , memecahkan dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Penelitian ini
merupakan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk, dan menguji keefektifan produk
tersebut.Penelitian ini menggunakan metode model desain sistem
pembelajaran ADDIE (Analysis-Design-Development-Implementation-
Evalution). Menurut ( Sugiyono,2017) metode ADDIE cocok digunakan
untuk penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran dan desain
pembelajaran. Selain itu, model ADDIE merupakan model pembelajaran
yang bersifat umum dan sesuai digunakan untuk penelitian
pengembangan. Model penelitian dan pengembangan ADDIE memiliki 5
tahap. Menurut (Sugiyono, 2017) 5 tahap tersebut
meliputi :pengembangan salah satunya adalah model pengembangan
ADDIE yang
a. Tahap analisis ( Analysis)
Pada tahapan analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kesenjangan kinerja yang ada di sistem pendidikan sekarang (Robert,
2009). Pada tahapan ini yang dilakukan adalah memvalidasi
kesenjangan kinerja yang terjadi pada pendidikan sekarang,
memvalidasi kesenjangan kinerja,menentukan tujuan
instruksional,konfirmasikan audiens yang dituju,identfikasi sumber
daya yang dibutuhkan, menentukan sistem pengiriman
potensial,membuat rencana manajemen proyek.
b. Tahap perancangan (Desain)
Dimana dalam tahapan ini yang dilakukan adalah memverifikasi
kinerja yang diinginkan dan metode pengujian yang sesuai. Kemudian
dilanjutkan dengan prosedur umum dari tahapan desain ini yaitu,
melakukan inventaris tugas, menyusun tujuan kinerja, menghasilkan
strategi pengujian, menghitung laba atas investasi
c. Tahap pengembangan (Development)
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah untuk menghasilkan dan
memvalidasi media yang dikembangkan (Robert,2009). Prosedur
yang akan dilakukan pada tahapan ni adalah melakukan validasi
terhadap media yang telah dikembangkan oleh ahli validasi
media,materi, dan guru.
d. Tahapan evaluasi
Pada tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kualitas
produk dan proses instruksional, baik sebelum dan sesudah
implementasi. Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah menentukan kriteria evaluasi, memilih alat untuk melakukan
evaluasi terus melakukan evaluasi.
Tahap implementasi tidak dilakukan karena disesuaikan dengan tujuan dari
penelitian ini yaitu hanya mengukur tingkat kelayakan e-LKPD yang
dikembangkan serta respon peserta didik dan guru terhadap e-LKPd yang telah
dikembangkan.
1. E-LKPD
Menurut Arief (2015) LKPD merupakan salah satu sarana untuk
membantu dan mempermudah dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan
terbentuk interaksi yang efektif antara peserta didik dan guru, dan dapat
meningkatkan aktifitas peserta didik dalam peningkatan prestasi belajar.
Didalam LKPD ini memuat judul LKPD, kompetensi dasar, waktu
penyelesaian, bahan peralatan yang digunakan, informasi singkat, langkah-
langkah kerja,tugas, dan laporan yang harus dilakukan sehingga akan
mengarahkan siswa untuk mengkontruksi pengetahuan yang didapat serta
proses pembelajaran akan menjadi lebih bervariasi dan inovatif. Penyajian
LKPD ini dikembangkan dengan memanfaatkan media elektronik
menyesuaikan dengan perkembangan dalam dunia teknologi sekarang. E-
LKPD merupakan lembaran latihan peserta didik yang dikerjakan secara
digital dan dilakukan secara sistematis serta berkesinambungan selaam
jangka waktu tertentu ( Ramlawati,2014). Struktur penulisan e-LKPD ini
mengacu pada yaitu : mencakup judul, petunjuk belajar, kompetensi yang
akan dicapai, informasi pendukung, langkah kerja, tugas-tugas dan
penilaian. ( Widarto,2013).
Materi yang digunakan dalam e-LKPD ini adalah Larutan Elektrolit
dan Non-elektrolit. Dengan menggunakan KD 3.8 dan 4.8 diharapkan
peserta didik mampu menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantarnya,
serta mampu membedakan daya hantar listrik berbagai larutan melalui
perancangan dan percobaan.
Didalam materi larutan elektrolit dan non elektrolit ini mempelajari
tentang pengelompokan larutan elektrolit dan non-elektrolit berdasarkan
gambaran gejala daya hantar listriknya, mengidentifikasi partikel larutan
yang mengakibatkan larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik, serta
percobaan prosedural penentuan sifat larutan.
2. Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran PBL ( Problem Based Learning) merupakan
salah satu model pembelajaran yang menuntut aktivitas siswa untuk
memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang
disajikan pada awal pembelajaran dengan tujuan untuk melatih siswa
menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah ( kono et al., 2016).
Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model
pembelajaran yang menuntut adanya aktivitas peserta didik secara penuh
dalam rangka menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi peserta
didik secara mandiri dengan mengkontruksi pengetahuan dan pemahaman
yang dimiliki ( Wardoyo,2013). Pembelajaran PBL ini menuntut peserta
didik untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, membangun
pemahamannya melalui tahapan-tahapan ilmiah dan juga menuntut peserta
didik untuk memiliki keterampilan berpikir ke tingkat yang lebih tinggi dan
sangat fleksibel untuk dilaksanakan karna dapat digunakan untuk desain
pembelajaran secara kelompok ( cooperative learning ).
Adapun tahapan-tahapan pembelajaran PBL menurut Trianto (2015)
yaitu Orientasi peserta didik pada masalah, Organisasi Peserta didik untuk
belajar, membimbing untuk penyelidikan kelompok maupun individual,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. Keefektifan model pembelajaran
PBL menurut Trianto diantaranya adalah peserta didik lebih aktif dalam
berpikir dan memahami materi secara berkelompok dengan langkah awal
menyajikan permasalahan yang nyata disekitarnya sehingga mereka
mendapatkan kesan yang mendalam dan bermakna tentang apa yang mereka
pelajari.
3. Uji Kelayakan
Pengembangan e-LKPD ini akan dinilai kelayakannya sebagai bahan
ajar penunjang pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Standar penilaian
terhadap kelayakan e-LKPD ini akan diketahui melalui uji validasi oleh
beberapa ahli media, ahli materi, dan ahli Kebahasaan. Penilaian ahli dapat
ditinjau dari aspek isi, penyajian,kebahasaan, dan media dengan mengacu
pada standar kelayakan bahan ajar dari Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Aspek yang akan divalidasi oleh ahli media,ahli materi, dan
kebahasaan adalah :
a. Ahli Media
1. Kelayakan Media

No Indikator Butir Penilaian

1 Aksebilutas Sofwere Kemudahan Instalasi e-LKPD

1. E-LKPD dapat dioperasikan


dilingkungan windows dan
hp

Kemudahan dalam pengoperasian e-


LKPD

2. Instalasi e-LKPD dapat


mempermudah dalam
pengoperasian e-LKPD

3. Tombol navigasi
mempermudah dalam
pengoperasian

4. E-LKPD dapat berjalan tanpa


ada gangguan crash, lag, atau
hang

5. E-LKPD mudah digunakan


dan sederhana dalam
pengoperasian

Visual softwere konsisten

6. Tampilan visual softwere


konsisten dalam berbagai
jenis personal computer dan
Hp

2 Grafis Unsur tata letak harmonis

7. Bidang cetak dan margin


proporsional

8. Penempatan judul,
subjudul,ilustrasi, dan
keterangan gambar

Keterpaduan warna yang harmonis


9. Keterpaduan antara warna
teks dan background (latar
belakang)

10. Gambar latar yang digunakan


sudah kontras dan tidak
mengganggu tampilan lain
seperti teks, tombol navigasi
dan ilustrasinya

Ilustrasi yang harmonis dan


bermakna

11. Kualitas ilustrasi (gambar dan


video) baik dalam segi posisi,
warna, ukuran, kejelasan dan
kehalusan ilustrasi dijalankan

12. Bentuk ilustrasi akurat dan


proporsional sesuai dengan
kenyataan

13. Ilustrasi sampul mampu


menggambarkan isi materi
ajar dan mengungkapkan
karakter objek

14. Ilustrasi isi mampu


mengungkapkan makna/arti
dari objek

Konsisten tata letak

15. Penempatan unsur tata letak


konsisten

16. Pemisahan antar paragraf


jelas

Tipografi isi buku saku digital


sederhana

17. Tidak menggunakan terlalu


banyak jenis huruf

18. Penggunaan variasi ( italic,


bold, all capital, small
capital) tidak berlebihan

2. Kelayakan kebahasaan

No Indikator Butir Penilaian

1 Lugas 1. Ketepatan struktur kalimat

2. Keefektifan kalimat

3. Kebakuan istilah

2 Komunikatif 4. Pemahaman terhadap pesan


atau informasi

3 Dialogis dan interaktif 5. Kemampuan memotivasi


peserta didik

4 Kesesuaian dengan 6. Kesesuaian dengan


perkembangan peserta perkembangan intelektual
didik
7. Kesesuaian dengan tingkat
perkembangan emosional
peserta didik

5 Kesesuaian dengan 8. Ketepatan bahasa


kaidah bahasa
9. Ketepatan ejaan
b. Ahli Materi

No Indikator Butir Penilaian

1 Kesesuaian materi dengan Kelengkapan materi


KD
Keleluasaan materi

Kedalaman materi

2 Keakuratan Materi Kesesuaian konsep dan


definisi

Keakuratan menyajikan
contoh permasalahan yang
kontekstual dalam kehidupan
nyata

Keakuratan ilustrasi

Keakuratan istilah

3 Mendorong Keakuratan Wawancara dan ilustrasi


yang disajikan mendorong
rasa ingin tahu

4. Angket respon peserta didik


Bahan ajar e-LKS yang telah dinyatakan layak oleh beberapa tim ahli
validasi, selanjutnya akan dilakukan implementasi kepada peserta didik
untuk mendapatkan hasil respon siswa. Respon tersebut didapat melalui
angket respon siswa yang diberikan kepada peserta didik kelas X ipa.
Respon yang ingin ditinjau dari peserta didik ini adalah dalam kemudahan
penggunaan media, ketertarikan peserta didik dalam menggunakan media,
serta keterpahaman peserta didik dalam penggunaan media.Indikator angket
respon yang akan diberikan ke peserta didik adalah sebagai berikut :

No Indikator Butir Penilaian

1 Kemenarikan Tampilan e-LKPD ini menarik


secara keseluruhan

Desain lay-out (tata letak, teks, dan


gambar)

Warna yang digunakan dalam e-


LKPD ini tidak menarik sama sekali

Soal-soal yang disajikan terjadi


dalam kehidupan nyata sehingga
menarik untuk diselesaikan

Materi yang disajikan dalam e-


LKPD ini membuat belajar kimia
membosankan

Adanya gambar, video, dan jendela


sains dalam e-LKPD memotivasi
saya untuk mempelajari materi
larutan elektrolit dan non-elektrolit

2 Kemudahan Adanya petunjuk dalam e-LKPD ini


membantu saya dalam mengunakan

Huruf cetak (tulisan) yang


digunakan dalam e-LKPD
membantu saya dalam
menggunakan

Lebar spasi yang digunkaan dalam


e-LKPD ini membuat saya kesulitan
membaca

3 Keterpahaman Kalimat yang digunakan dalam e-


LKPD ini mudah dipahami

Informasi ( wacana dan video) yang


disajikan dalam e-LKPD dapat
menambah pengetahuan saya

Video dan gambar yang disajikan


dalam e-LKPD tidak jelas dan
buram

Terdapat istilah yang tidak saya


pahami dalam e-LKPD

g. TINJAUAN PUSTAKA
1. Problem Based Learning (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
merupakan salah satu model pembelajaran yang melibatkan aktivitas dan
kreativitas siswa dalam melakukan penyelidikan terhadap suatu permasalahan
yang dihadapinya. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk merangsang kemampuan
berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) siswa pada masalah nyata
(Rusman, 2013). Pembelajaran berbasis masalah merupakan metode
pengajaran dan pembelajaran dimana siswa terlibat dalam masalah tanpa
studi persiapan dan dengan pengetahuan secukupnya untuk memecahkan
masalah, mengharuskan siswa memperluas pengetahuan dan pemahaman
yang ada dan menerapkan peningkatan pemahaman ini untuk menghasilkan
solusi (Wirkala & Kuhn, 2011).
Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) adalah model
pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir secara mandiri,
sistematis, serta menggali kemampuan siswa dalam memecahkan
permasalahan secara kelompok ( Ahmad, Tarmizi,dkk. 2010 ; Anugrahani,
Kurniawati, & Kaniawati, 2016). Siswa belajar bersama kelompok kecil
menyelidiki dan menyerap informasi untuk menyelesaikan permasalahan dan
guru sebagai fasilator dalam membimbing siswa memecahkan masalah
( Fatimah, 2012). Pembelajaran dimulai dengan memecahkan masalah untuk
mendapat pengetahuan baru terlebih dahulu, kemudian menafsirkan
permasalahan, mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, mengidentifikasi
solusi, mengevaluasi informasi serta memberikan kesimpulan ( Padmavathy
& K, 2013).
Menurut Syaribuddin, Ibnu Khaldun, Musri (2016: 98), Pembelajaran
PBL yang digunakan dalam penelitian ini dirancang dan dikembangkan
sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat secara aktif menemukan dan
membangun konsep yang sedang dipelajari. Menurut Romadhoni Indrawati,
Mahardika Ketut, Harijanto Alex (2017:330), Dalam model pembelajaran ini
guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi
tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan
keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat
diselesaikan guru menciptakan susasana kelas yang fleksibel dan berorientasi
pada upaya penyelidikan oleh siswa.
Dari pendapat diatas mengungkapkan bahwa Problem Based Learning
(PBL) adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan masalah di
dunia nyata untuk belajar cara berpikir kritis serta memperoleh pengetahuan
dari materi yang dibelajarkan. Masalah yang diberikan adalah masalah yang
nyata yang dihadapi oleh siswa, lalu siswa menyelesaikan masalah secara
kelompok guna melatih mereka untuk kerjasama.
Karakteristik model pembelajaran PBL adalah a) guru berperan
sebagai pengawas dalam pembelajaran. ; b) masalah menjadi fokus utama
dalam pembelajaran. ; c) permasalahan berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari. ; d) proses pemecahan masalah dilakukan secara berkelompok. ; e)
memberi waktu kepada peserta didik untuk berpikir kreatif mengumpulkan
informasi dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. ; f)
kesulitan masalah diberikan pada tingkat yang sedang sehingga siswa tidak
putus asa. ; g) membutuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap masalah
yang diberikan. Tujuan Model pembelajaran PBL adalah memotivasi siswa
belajar secara mandiri, memiliki ingatan yang baik terhadap materi,
mengembangkan kemampuan bernalar dan kemampuan memecahkan
masalah, serta memberikan pemahaman cara bekerja sama yang baik dalam
berkelompok (Ball & Pelco, 2006).
Langkah-langkah model pembelajaran PBL diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Memberi orientasi kepada siswa yaitu guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menyajikan permasalahan secara nyata dilanjutkan
memotivasi siswa.
2. Mengorganisasi siswa yaitu guru membantu siswa menyusun tugas
dan memahami permasalahan yang dihadapi.
3. Mengumpulkan informasi yaitu guru membentuk kelompok namun
siswa tetap berpikir secara mandiri untuk mendapatkan informasi
dari berbagai sumber yang tepat.
4. Mengembangkan dan mempresentasikan yaitu guru membantu
menyiapkan bahan presentasi sehingga diharapkan melalui
presentasi siswa dapat menganalisis permasalahan yang tepat.
5. Memberikan evaluasi yaitu guru melakukan refleksi kepada siswa
tentang informasi yang telah siswa dapatkan (Abdurrozak et al.,
2016).

Model pembelajaran berbasis masalah bercirikan menggunakan


masalah dalam kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa
untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan pemecahan
masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, dimana
salah satu tugas guru harus fokus untuk membantu siswa mencapai
ketrampilan diri. Problem Based Learning model pembelajaran yang
menyajikan suatu permasalahan dalam kehidupan nyata, memusatkan pada
keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja sama dan
menghasilkan karya serta peragaan. Salah satu tujuan pembelajaran berbasis
masalah sebagai upaya untuk membantu siswa mengembangkan ketrampilan
berpikir dan ketrampilan pemecahan masalah melalui proses analisis yang
tepat (Hosnan, 2014: h.295).

Model pembelajaran berbasis masalah disajikan sebagai upaya


melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang beorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk
merangsang kemampuan berpikir kritis. Hal ini senada dengan (Savery,
2015) yang menyatakan bahwa PBL merupakan pendekatan pembelajaran
berpusat pada siswa,memberdayakan siswa untuk melakukan penelitian,
mengintegrasikan teori dan praktik, menerapkan pengetahuan dan
keterampilan untuk mencari alternantif penyelesaian atau solusi dari
permasalah yang sudah ditentukan.

Ciri khas pada model Problem Based Learning yaitu adanya


permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar berpikir kritis
dan menggunakan ketrampilan memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan secara nyata (Fathurrohman, 2015). Pembelajaran berbasis
masalah selaras dengan kerangka kerja konstruktivis yang memandang
pembelajaran dan pengajaran sebagai bentuk penyelidikan aktif, bermakna
dan membangun pengetahuan pada diri siswa. Pembelajaran berbasis masalah
mendorong pendekatan inkuiri dan berbasis pengetahuan untuk pemecahan
masalah (De Simone, 2008).

Model Problem Based Learning memanfaatkan sumber pengetahuan


yang beragam. Artinya pengetahuan yang digunakan tidak hanya satu sumber
saja. Pencarian, evaluasi dan penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci
penting dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan cara yang efektif digunakan secara kolaboratif, komunikatif dan
kooperatif dalam kelas. Pembelajaran berbasis masalah diracang untuk
membantu siswa menjadi lebih termotivasi secara intrinsik dalam
menuangkan buah pikirnya. Motivasi intrinsik terjadi ketika siswa
mengerjakan tugas yang didorong oleh minat, tantangan, dan rasa kepuasan
mereka sendiri. Demikian pula, siswa sekolah menengah berbakat cenderung
sangat termotivasi dan memiliki keterampilan kognitif yang memungkinkan
mereka untuk percaya diri dalam menangani beberapa tugas kompleks
(Hmelo-Silver, 2004).

Melalui model pembelajaran berbasis masalah siswa bekerja dalam


suatu kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan dan melakukan presentasi.
Pembelajaran dengan model tersebut memiliki karakteristik yang berbeda
dengan model pembelajaran yang lain, meskipun pada tahap awal
pembelajaran sama-sama menggunakan masalah. Pengertian “masalah”
dalam model Problem Based Learning adalah kesenjangan antara situasi
nyata dengan kondisi yang terjadi. Masalah yang dimaksud dalam Problem
Based Learning adalah penyajian masalah yang dapat membantu siswa lebih
tertarik dalam belajar.

Kelebihan adanya model pembelajaran PBL adalah a) membantu


siswa mengembangkan kerjasama dalam kelompok; b) mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah; c) mendapatkan informasi yang mudah
diingat; d) membangun kemandirian dalam belajar, e) memberikan motivasi
positif; f) membantu mengembangkan kemampuan komunikasi; g)
meningkatkan kemampuan berpikir yang dimiliki siswa (Ceker & Ozdamli,
2016).

Selain kelebihan terdapat kekurangan terhadap model pembelajaran


PBL (Problem Based Learning) adalah a) siswa membutuhkan waktu yang
lebih banyak untuk menyelesaikan masalah; b) siswa secara mandiri atau
kelompok menyelesaikan masalah lebih awal atau lebih lambat dari waktu
yang telah direncanakan; c) membutuhkan sumber penelitian dan
pembelajaran yang lebih kompleks; d) pembelajaran mungkin tidak dapat
diterapkan disemua kelas; e) pembelajaran perlu didefinisikan berbeda dan
lebih mendalam pada setiap masalah. Solusi yang dilakukan agar
pembelajaran dapat berjalan lancar yaitu a) guru mengarahkan dan
memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam setiap kegiatan yang telah
direncanakan; b) membuat lembar kerja siswa yang akan meningkatkan
kemampuan berpikir, c) guru membuat generalisasi pada setiap pertemuan
agar siswa tidak merasa bingung dengan materi yang telah mereka pelajari.

2. Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik (e-LKPD)


Lembar Kerja Peserta didik merupakan lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Menurut Arief (2015) LKPD
merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam
kegiatan pembelajaran sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara
peserta didik dan guru, dan dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam
peningkatan prestasi belajar. Lembar kerja peserta didik (LKPD) ini
merupakan panduan yang digunakan oleh peserta didik untuk melakukan
latihan aspek kognitif sebagai panduan dalam berbagai aspek pembelajaran
atau dalam bentuk demonstrasi atau melakukan eksperimen serta
meningkatkan keterampilan sains peserta didik secara efektif. Dengan adanya
LKPD ini sangat membantu pendidik dalam menyampaikan materi
pembelajaran karena apabila guru hanya menyampaikan materi tanpa
didampingi bahan ajar materi yang disampaikan. Lembar kerja peserta didik
ini nantinya akan berisi tugas-tugas agar mampu mendorong peserta didik
untuk berpikir serta dapat mengukur kemampuan peserta didik dalam
pembelajaran. Lembar kerja biasanya memuat beberapa prosedur , petunjuk
dalam menyelesaikan tugas. Tugas yang terdapat dalam isi lkpd tersebut
harus memiliki kejelasan secara mendetail mengenai mata pelajaran tersebut.
Lembar kerja peserta didik ini berisi ringkasan materi dengan berbagai
macam petunjuk untuk menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik. Baik itu secara praktis maupun teoritis yang berpacu pada
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik.
Lembar kerja peserta didik dikembangkan dengan tujuan untuk
memfasilitasi keterampilan berpikir metakognisi peserta didik. Lembar kerja
peserta didik pada dasarnya dilakukan dengan bimbingan guru dengan
langkah demi langkah terutama bagi peserta didik yang belum pernah
memiliki lembar kerja. Dengan adanya lembar kerja peserta didik ini akan
memberikan peluang kepada mereka untuk berinteraksi sosial dan bekerja
sama, mengahrgai pendapat orang lain dalam bekerja kelompok.
Lembar kerja peserta didik disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
serta model pembelajaran yang digunakan sehingga penyusunan dari LKPD
ini harus sangat berhati-hati. Dengan adanya LKPD ini akan membantu siswa
dalam memahami konsep konsep materi yang diajarkan. Lembar kerja
peserta didik (LKPD) atau worksheet atau lembar kerja siswa (LKS)
merupakan bahan ajar yang bertujuan sebagai faktor pendorong belajar
peserta didik baik secara individu maupun kelompok aagr dapat
menumbuhkan pengetahuan peserta didik dari beberapa sumber belajar.
a. Manfaat LKPD
Lembar kerja peserta didik (LKPD) mempunyai 4 manfaat yaitu :
1. Peran guru akan lebih mengaktifkan peserta didik dengan adanya
bahan ajar yaitu LKPD.
2. Sebagai bahan ajar yang sangat memudahkan siswa dalam mencerna
materi yang telah diberikan.
3. Melancarkan pelaksanaan pendidikan kepada peserta didik.
4. Sebagai bahan ajar yang kaya akan tugas untuk berlatih.
b. Fungsi LKPD
Adapun fungsi dari lembar kerja peserta didik (LKPD) yaitu :
1. Sebagai sarana prasarana bagi peserta didik baik itu didalam kelas,
diruang praktek dan diluar kelas sehingga peserta didik mendapatkan
peluang besar dalam melatih keterampilan dan mengembangkan
pengetahuannya.
2. LKPD sangat membantu seorang pendidik/guru dalam
menyelenggarakan proses belajr melatih dalam menerapkan metode
pembelajaran.
c. Tujuan LKPD
Adapun tujuan dari LKPD yaitu :
1. Menyampaikan bahan ajar yang berfungsi dalam mempermudah
siswa memahami materi yang disajikan oleh guru.
2. Menyajikan kewajiban peserta didik untuk meningkatkan
penguasaan terhadap materi yang telah disajikan.
3. Siswa dilatih bersikap mandiri dalam proses pembelajaran.
4. Memfasilitasi seorang pendidik dalam memberikan pekerjaan atau
tugas kepada peserta didik.
5. Menunjang dan memperkuat tujuan pembelajaran dengan
ketercapaian indkator, kompetensi dasar serta kompetensiinti yang
sama dengan kurikulum yang berlaku saat ini.
6. Membantu peserta didik dalam memperoleh tujuan pembelajaran.

d. Unsur LKPD
Jika dilihat dari berbagai macam struktur, LKPD atau bahan ajar
lebih sederhana dibandingkan dengan modul tetapi makin kompleks
dari pada buku. Terdapat enam komponen dari bahan ajar LKPD yang
mencakup judul, bentuk pembelajaran, kompetensi dasar atau materi
pokok, informasi pendukung, langkah kerja atau tugas serta penilaian.
Sedangkan jika LKPD dilihat dari formatnya mengandung beberapa
unsur, yaitu judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu
penyelesaian, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
suatu tugas, langkah kerja, terdiri dari penjelasan singkat, tugas yang
harus dikerjakan serta laporan yang ahrus dikerjakan.
Setelah melihat dan mencermati format dan strukturnya,
sekarang kita menjadi tahu bahan apa saja serta unsur-unsur yang
dibutuhkan untuk penyusunan bahan ajar yaitu LKPD. Akan tetapi jika
hanya memahami dan mempelajari dari segi aspek dan format
strukturnya saja tidakcukup untuk melakukan penyusunan lembar kerja
karena kita masih membutuhkan informasi dan pengetahuan dari
berbagai macam sumber lainnya. Sebelumnya kita terlebih dahulu
harus mengenal tentang berbagai macam bentuk LKPD.
e. Jenis LKPD
Secara umum LKPD digunakan untk membantu siswa dalam
menyelesaikan tugas, bentuk LKPD yang digunakan disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai oleh
peserta didik.
Adapun lima jenis LKPD yang pada umumnya digunakan oleh
peserta didik :
1. LKPD membantu peserta didik mencari suatu konsep, didalam
otak seseorang akan mengkontruksikan pengetahuan yang mereka
miliki seseorang akan belajar jika ia aktif mengonstruksi
pengetahuan yang ada didalam otaknya. Salah satu caranya
dengan mengimplementasikannya dikelas adalah dnegan
memperhatikan materi bahan ajar bentuk LKPD yang berkaitan
serta teori yang akan dipelajari.
2. LKPD membantu peserta didik dalam menerapkan berbagai
konsep yang ditemukan dalam suatu proses pembelajaran, setelah
peserta didik berhasil menemukan konsep, selanjtnya peserta
didik dilatih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari.
3. LKPD berfungsi sebagai penguatan, LKPD lebih mengacu
kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang
terdapat dalam buku pembelajaran, LKPD ini sangat bagus
dikatakan untuk melatih pengayaan peserta didik.
4. LKPD sebagai petunjuk belajar, Bentuk lembar kerja yang
didalamnya terdiri dari isian atau soal yang jawabannya terdapat
didalam buku pembelajaran tersebut. Salah satu kegunaan utama
dari LKPD yaitu alat bantu bagi peserta didik dalam memahami
materi yang terdapat dalam buku tersebut.
5. LKPD berfungsi sebagai panduan atau petunjuk praktikum,
LKPD memuat petunjuk untuk melakukan eksperimen atau
praktikum serta peserta didik dibimbing dalam menulis hasil dari
eksperimen yang ada dalam lembar kerja tersebut.

f. Langkah-langkah aplikatif dalam menyusun LKPD


Dengan adnaya LKPD yang kreatif menjadikan suatu peluang
untuk masing-masing siswa karena berkat adanya bahan ajar yaitu lembaar
kerja yang kreatif dan inovatif mampu menciptakan suasana proses
pembelajaran sangat memuaskan bagi siswa. Metode atau langkah dalam
menyusuh LKPD adalah :
1. Analisis kurikulum
Analisis kurikulum merupakan metode awal dalam
menyusun lembar kerja peserta didik. Metode awal ini merupakan
penentuan materi-materi yang memerlukan bahan ajar LKPD. Pada
umumnya dengan menentukan materi, metode suatu analsisnya
dibuat dengan trik yaitu dengan melihat pokok, materi yang akan
diajarkan dengan pengalaman belajar. Kita juga harus memahami
dan mencermati kompetensi yang dimiliki peserta didik.
2. Menyusun peta kebutuhan LKPD
Kebutuhan peta lembar kerja peserta didik dibuthkan guna
mengetahui beberapa lkpd yang harus ditulis dan melihat
konsekuensi dari urutan LKPD-nya. Untuk menentukan prioritas
penulisan maka dibutuhka sekuensi suatu lembar kerja peserta
didik. Biasanya metode ini dimulai dari analisi sumber belajar dan
analisi kurikulum.
3. Menentukan judul LKPD
Dengan menentukan judul dari lembar kerja ditentukan
berdasarkan kompetensi dasar, pengalaman belajar, amteri
pokokyang terdapat pada kurikulum. Adapun beberapa kompetensi
mampu didapatkan yaitu dengan cara menguraikan kedalam materi
pokok, kemudian kompetensi dijadikan satu judul LKPD.
4. Penulisan LKPD
Metode atau langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
penulisan LKPD yang pertama harus dilakukan adalah :
a. Merumuskan masalah
b. Menetukan alat penilaian
c. Menyusun materi
d. Dan memperhatikan struktur dari LKPD

Karena menyesuaikan dengan sistem pendidikan sekarang


dimasa pandemi ini yaitu pembelajaran daring. Sehingga
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
mengeluarkankebijakan belajar dari rumah (daring). Selama ini
pembelajaran daring belum sebagai paradigma pembelajaran, namun
hanyansebagai konsep atau teknis . Harusnya pembelajaran daring
mendorong peserta didik menjadi kreatif mengakses sumber
pengetahuan yang lebih banyak, menciptakan sumber karya,
mengasah wawasan dan pada akhirnya membentuk peserta didik
menjadi pembelajar sepanjang hayat. Salah satu cara agar
pembelajaran daring dapat berjalan dengan baik adalah pendidik
atau guru dapat mengembangkan bahan ajar elektronik seperti e-
LKPD.

Penyajian LKPD dikembangkan dengan memanfaatkan


media elektronik sebagai media belaajr yang dapat mendukung suatu
proses pembelajaran. Kemajuan teknologi menuntut inovasi baru
tampilan LKPD kedalam bentuk elektronik atau dikenal e-LKPD. E-
LKPD merupakan lembaran latihan peserta didik yang dikerjakan
secara digital dan dilakukan secara sistematis serta
berkesinambungan selama jangka waktu tertentu ( Ramlawati,
2014). Struktur penulisan e-LKPD sama seperti LKPD biasanya
yaitu mencakup judul, petunujk belajar, kompetensi yang akan
dicapai, informasi pendukung, langkah kerja, tugas-tugas dan
penilaian ( Widarto,2013).

E-LKPD ini merupakan alat pendukung dalam proses


pembelajaran yang tepat guna memenuhi kebutuhan dasar peserta
didik dalam mengembangkan kemampuannya pada era digital saat
ini. Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi
memungkinkan terciptanya lingkungan belajar global yang
berhubungan dengan jaringan yang menempatkan peserta didik
dalam proses pembejaran. Hal ini menimbang berdasarkan
Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 tentang kompetensi init dan
kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013 pada pendidikan
dasar dan pendidikan menengah ( Kemendikbud, 2018).

g. Softwere 3D Pageflip Professional


Softwere 3D pageflip ini merupakan suatu aplikasi flash flipbook
yang digunakan untuk mengubah format file pdf, word, power pont, dan
excel ke dalam bentuk flipbook. Dengan softwere flipbook ini kita dapat
membuat majalah,katalog, brosur dan e-LKS atau e-surat kaabr dalam
bentuk 3D. Dengan kata lain kita dapat membuat majalah online atau e-
paper dengan cara menjadikan halaman web atau blog.
Sesuai dengan namanya 3D pageflip profesional ini telah
membuktikan bahwa program nya sebagai 3D berbasis sistem real 3D
dengan kemampuan profesional. Dalam perkembangannya, 3D selalu
melakukan penyempurnaan atau upgrading pada setiap versinya. Banyak
istilah dan fitur baru dalam program ini yang tentunya akan membantu
dalam pengembangan e-LKS dalam bentuk majalah 3D yang lebih nyata
dan menarik dengan adanya sound, video serta animasi yang bisa
ditampilkan beserta editor yang sangat lengkap dengan bahan bisa
berasal dari pdf maupun ms.power point. Dan juga aplikasi ini sangat
mudah digunakan.
Dengan fitur-fitur dan editor terbarunya menjadikan aplikasi ini
sebagai program e-book dan presentasi yang sangat digemari oleh
pengguna. Aplikasi 3D pageflip telah mampu mengubah teks maupun
objek dengan efek tiga dimensi sehingga akan membuat animasinya
menjadi lebih menarik, serta dapat menampilkan video didalam sebuah
majalah 3D yang sangat menarik untuk ditampilkan.
Adapun kelebihan dari software ini adalah:
1. Dapat mengkonversikan adobe acrobat pdf dan gambar menjadi
bentuk buku dalam ruang 3D.
2. Tidak harus memiliki keahlian dalam desain untuk menggunakan
aplikasi ini
3. Dapat dipublikasikan melalui website pribadi atau blog
4. Dapat dikrim ke orang lain dala bentuk format Zip “HTML”
5. Didalam 3D pageflip ini terdapat flash ( www.3D-pageflip.com)

h. Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit


Larutan adalah campuran homogen antara pelarut dan zat terlarut.
Contohnya pada larutan gula dan larutan garam. Pada larutan gula, gula
merupakan zat terlarut dan air merupakan pelarut. Sedangkan pada larutan
garam, zat terlarut adalah garam dan air sebagai pelarutnya. Berdasarkan
sifat daya hantarnya larutan ini dibedakan menjadi larutan elektrolit dan
non-elektrolit. Elektrolit adalah suatu zat, yang ketika dilarutkan dalam air
akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan listrik. Sedangkan
non-elektrolit merupakan zat yag tidak dapat menghantarkan listrik ketika
dilarutkan dalam air. Hantaran listrik dalam larutan dapat diuji
menggunakan alat yang disebut alat uji elektrolit.
Pada pengujian larutan dengan alat uji elektrolit, ada tiga
kemungkinan yang akan didapatkan :
1. Jika lampu menyala dan disekitar elektrode timbul gelembung-
gelembung gas, maka larutan yang diuji mempunyai daya hantar listrik
baik, disebut sebagai larutan elektrolit kuat.
2. Jika lampu tidak menyala atau menyala redup disekitar elektroda timbul
gelembung-gelembung gas, maka larutan yang diuji memiliki daya
hantar listrik yang lemah dan disebut larutan elektrolit lemah.
3. Jika lampu tidak menyala dan disekitar elektrode tidak terdapat
gelembung-gelembung gas maka larutan yang diuji tidak dapat
menghantarkan listrik atau disebut larutan non-elektrolit.
Menurut arrhenius larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik karena
mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion inilah yang
menghantarkan arus listrik dalam larutan.
Daya hantar listrik larutan elektrolit ditentukan oleh banyak sedikitnya
ion yang terjadi pada proses ionisasi. Makin banyak ion dalam larutan maka
makin kuat daya hantar arus listriknya. Pada larutan lektrolit kuat, senyawa
dalam air akan terionisasi sempurna dan menghasilkan ion-ion yang banyak.
Pada eletktolit lemah senyawa dalam air terionisasi sebagian dan
menghasilkan ion-ion yang sedikit. Sedangkan pada larutan non-elektrolit
senyawa dalam air tidak mengalami ionisasi.
H 2O
NaCl(s) > ¿ Na+(aq) + Cl-(aq) (Elektrolit kuat terionisasi sempurna)

CH3COOH ↔ CH3COO- + H+ ( Elektrolit lemah terionisasi sebagian)
h. METODE PENELITIAN
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan
Analysis-Desight-Development-Implementation-Evalution (ADDIE). Alasan
memilih model ADDIE ini dikarenakan dalam penelitian ini adalah membuat
suatu produk pengembangan berbasis elektronik pembelajaran yang mana
memerlukan langkah-langkah yang jelas dan deskriptif (Maribe,2009).Dan
juga tahapan-tahapan yang ada dalam model pengembangan ADDIE ini
menunjukkan tahapan-tahapan dasar sistem pembelajaran yang sederhana dan
sangat mudah untuk dipelajari.

Langkah-langkah model pengembangan ADDIE(Cahyadi,2019)

Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan tiga tahapan dari


model tersebut. Adapun tahapan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahap analisis bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan kinerja
dari sistem pendidikan masa sekarang (Robert, 2009). Pada penelitian
ini, tahap analisis dilakukan dengan: memvalidasi kesenjangan kinerja
yang terjadi pada pendidikan sekarang, menganalisis kurikulum,
menganalisis kebutuhan peserta didik, mengaudit sumber daya yang
tersedia dan menyusun rencana pengembangan media pembelajaran.
2. Tahap desain dilakukan dengan membuat storyboard, desain produk,
lembar penilaian kelayakan dan lembar angket respon.
3. Tahap pengembangan adalah tahap untuk mengahasilkan dan
memvalidasi media pembelajaran yang akan dikembangkan (Robert,
2009). Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
melakukan validasi terhadap media yang telah dikembangkan pada dosen
ahli dan melakukan revisi formatif.
4. Evaluasi bertujuan untuk menilai kualitas produk dan proses instruksinal,
baik sebelum dan sesudah implementasi. Prosedur yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah menetukan kriteria evaluasi, memilih alat
untuk melakukan evaluasi terus melakukan evaluasi.
2. Subjek Penelitian
Subyek penelitian merupakan individu, benda atau organisme yang
dijadikan informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data dalam
penelitian ( Muwarni, 2014). Subjek dari penelitian ini adalah e-LKPD dengan
materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Dimana e-LKPD ini nantinya akan
diujicobakan ke siswa kelas Xmia di SMA TAMAN MULIA. Nantinya dalam
proses pembelajaran siswa akan diberikan informasi awal terkait materi larutan
elektrolit dan non-elektrolit sebagai pengetahuan awal siswa. Kemudian siswa
akan diberikan link untuk mengakses e-LKPD, dan melakukan proses
pembelajaran sesuai dengan langkah yang ada didalam e-LKPD. Setelah
melakukan proses pembelajaran nantinya siswa akan diminta untuk mengisi
angket respon peserta didik sehingga peneliti akan mengetahui respon terhadap
media pembelajaran yang telah digunakan.
3. Prosedur Penelitian
a. Prosedur Penelitian
 Tahap Persiapan
1. Membuat kerangka pertanyaan
2. Perijinan untuk wawancara
3. Persiapan wawancara
 Tahap Pelaksanaan
1. Analisis
 Validasi kesenjangan
Pada tahapan analisis yang pertama peneliti akan
memvalidasi kesenjangan kinerja dari sistem pendidikan
pada masa sekarang. Setalah melakukan validasi
kesenjangan peneliti menentukan judul media
pengembangan apa yang akan dibuat. Berdasarkan analisis
kesenjangan kinerja peneliti tertarik untuk melakukan
pengembangan media pembelajaran yang berupa e-LKPD
berbasis metakognisi pada materi larutan elektrolit dan non-
elektrolit. Hal ini dilihat berdasarkan sistem pendidikan
sekarang yang menerapkan kurikulum 2013, dimana dalam
penerapan kurikulum ini peserta didik dituntut untuk
mampu dalam mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan
metakognisi. Hal ini dijelaskan dalam Permendikbud RI
Nomor 20 Tahun 2016 tentang standar kompetensi lulusan,
pada pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa “ standar kompetensi
lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari peraturan menteri ini”. Dimana dalam lampiran
tersebut dijelaskan bahwa setiap lulusan satuan pendidikan
dasar dan menengah dituntut untuk memiliki kemampuan
metakognisi dalam dimensi pengetahuan.
Hasil analisis diatas juga didukung dengan kenyataan
yang ada dimana berdasarkan informasi yang peneliti
peroleh melalui hasil wawancara terhadap guru dan peserta
didik dalam proses pembelajaran masih belum mampu
dalam meningkatkan kemampuan metakognisi peserta
didik, hal ini dapat dilihat selama proses pembelajaran
media pembelajaran yang digunakan masih belum
menerapkan model pembelajaran dan juga masih
menggunakan metode ceramah. Oleh karena itu dapat
peneliti simpulkan dalam proses pembelajaran tersebut
memerlukan bahan ajar berupa e-LKPD berbasis
metakognisi, agar membantu peserta didik dalam
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tingginya.
 Tujuan Instruksional
Pada tahapan ini peneliti akan menganalisis
kompetensi dasar (KD) yang berkaitan dengan materi yang
ada didalam e-LKPD. Adapun KD yang ingin dicapai oleh
peneliti adalah diharapkan peserta didik mampu
menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantarnya, serta
mampu membedakan daya hantar listrik berbagai larutan
melalui perancangan dan percobaan.
 Audiens yang dituju
Berdasarkan tujuan serta analisis yang telah dilakukan
maka didapatkan bahwa audien yang dituju peneliti dalam
penelitian ini adalah peserta didik kelas X mia SMA
TAMAN MULIA.
 Sumber Daya yang dibutuhkan
1. Sumber Daya Konten
Sumber daya dalam penelitian ini berupa e-LKPD
yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk
membantu peserta didik dalam meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau metakognisinya.
Dimana nantinya didalam e-LKPD akan berisi materi
pembelajaran, prosedur percobaan, dan soal-soal latihan.
2. Sumber Daya Teknologi
Sumber daya teknologi digunakan untuk menunjang
keberhasilan dalam proses pembelajaran. Sumber daya
teknologi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
Hp, Laptop, dan penunjang lainnya yang diperlukan
peserta didik dalam proses pembelajaran berlangsung.
3. Fasilitas Instruksional
Sarana terkait fasilitas instruksional adalah sarana
yang diperlukan dalam proses pembelajaran yang
dilakukan yaitu berupa ruang kelas. Ruang kelas ini
sangat diperlukan untuk menunjang keberlangsungan
nya kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan peneliti.
Jumlah ruangan yang diperlukan menyesuaikan dengan
jumlah peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
4. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam satuan pendidikan
merupakan salah satu satuan dalam pembelajaran
dengan bahan ajar e-LKPD agar dapat melaksanakan
kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi,serta sikap positif peserta didik.
Untuk mengetahui kemampuan tersebut diperlukan
penilaian terhadap e-LKPD. Penilaian ini dapat dilihat
dasi aspek kelayakan penyajian, kebahasaan, dan isi
yang ada didalam e-LKPD yang nantinya masing-
masing aspek ini akan divalidasi oleh masing-masing
validator
Dari setiap aspek tersebut nantinya akan dibuat
indikator untuk mengetahui penilaian terhadap bahan
ajar e-LKPD sesuai dengan apa yang ingin dicapai.
Setelah dilakukan validasi terhadap bahan ajar,
selanjutnya melakukan validasi angket respon peserta
didik oleh validator ahli. Kemudian selanjutnya
dilakukan uji kelayakan yang mana nantinya lembar
validator dan e-LKPD kepada ahli media untuk
mengetahui kelayakan e-LKPD yang digunakan.
Begitu juga dengan respon peserta didik yakni
nantinya peserta didik akan diberikan angket respon
yang sudah divalidasi oleh validator ahli serta e-LKPD
yang akan digunakan. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui respon peserta didik terhadap media yang
dikembangkan. Uji kelayakan dalam penelitian ini akan
mengacu pada Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) dan dari penilaian e-LKPD ini dilihat dari aspek
kelayakan penyajian, kebahasaan, dan isi e-LKPD yang
nantinya akan mengacu pada instrumen yang telah
dibuat sebelumnya.

 Menentukan sistem pengiriman potensial


Prosedur selanjutnya adalah sistem pengiriman
ataupun terkait dengan transportasi yang akan digunakan
peneliti agar e-LKPD yang dibuat akan tersampaikan ke
peserta didik. Dalam penelitian ini peneliti menyampaikan
e-LKPD kepada peserta didik secara online yang mana
nantinya peserta didik akan diberikan link untuk mengakses
e-LKPD dengan mudah. Jadi diperlukan biaya kouta bagi
peneliti dan peserta didik serta jaringan internet untuk
mengakses e-LKPD tersebut.
 Membuat Rencana Manajemen Proyek
Berdasarkan rancangan pada tahapan analisis
yang sudah dilakukan tahapan terakhir yaitu membuat
suatu rencana proyek yang mana dalam penelitian ini
melakukan suatu perencanaan yang dirancang sesuai
dengan analisis kebutuhan ataupun analisis yang telah
dilakukan sebelumnya yang nantinya akan membuat
suatu rencana manajemen proyek yakni pemilihan
format yang merupakan pemilihan dalam
pengambangan perangkat pembelajaran untuk
mendesain atau merancang isi pembelajaran, memilih
strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan
sumber belajar. Rancangan awal dalam tahapan ini
adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran
yang dipersiapkan sebelum dilakukan uji coba.
Format dalam hal ini berupa bahan ajar elektronik
berupa lembar kerja peserta didik bebrbasis
metakognisi.
Setelah melakukan rancangan awal berikutnya
adalah merancang storyboard. Storyboard ini
merupakan suatu ilustrasi atau gambaran awal suatu
media pembelajaran secara menyeluruh yang akan
dimuat dalam e-LKPD yang didasarkan pada
kompetensi mata pelajaran kimia materi larutan
elektrolit dan non-elektrolit. Storyboard akan disusun
secara berurutan agar mempermudah mahasiswa
membaca alur dari e-LKPD, alur dari storyboard ini
harus sesuai dengan model pembelajaran yang akan
digunakan agar lebih terstruktur.
 Desain
 Melakukan inventaris tugas
Dalam melakukan inventaris tugas
ditentukan berdasarkan pencapaian pembelajaran
terkait tugas apa yang akan dilakukan peserta
didik. Dalam prosesdur ini peneliti membuat
sebuah inventarisasi tugas secara logis sehingga
peserta didik dapat membangun pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan instruksional. Berdasarkan pencapaian
pembelajaran yang akan dicapai adalah peserta
didik mampu menganalisis sifat larutan
berdasarkan daya hantarnya, serta mampu
membedakan daya hantar listrik berbagai larutan
melalui perancangan dan percobaan. Berdasarkan
hal tersebut nantinya peserta didik akan
melakukan percobaan sesuai dengan langkah-
langkah yang ada didalam e-LKPD. Dalam hal
ini peserta didik akan dituntut untuk mencari
informasi mengenai materi yang terkait serta
mengaplikasikannya secara mandiri. Kemudian
diberikan tugas dan uji respon kepada peserta
didik untuk mengetahui capaian pembelajaran
berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan.
 Buat tujuan Kinerja
Tujuan kinerja dalam hal ini dilihat
berdasarkan dengan pencapaian tugas yang sudah
dikerjakan peserta didik. Hal ini dilakukan
peneliti bertujuan untuk membuat peserta didik
dapat mencapai kompetensi dalam hal
pengaplikasian e-LKPD dengan ditinjau dari
keterampilan agar dapat menggunakan informasi,
metode konsep, teori yang diperoleh untuk
memecahkan suatu masalah terkait tugas yang
diberikan. Tujuan kinerja ini dilihat berdasarkan
taksonomi bloom yang menilai kompetensi dari
aspek pengaplikasian dimana keterampilan yang
dinilai diharapkan mahasiswa dapat
menggunakan informasi, metode, konsep, teori
dalam situasi pembelajaran serta dapat
memecahkan suatu masalah menggunakan
keterampilan atau pengetahuan yang diperoleh
dari proses pembelajaran.
Proses pembelajaran berbasis metakognisi
dalam penelitian ini berdasarkan dengan
Permendikbud RI Nomor 20 Tahun 2016 tentang
standar kompetensi lulusan, pada pasal 1 ayat 3
disebutkan bahwa “ standar kompetensi lulusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan menteri ini”. Dimana
dalam lampiran tersebut dijelaskan bahwa setiap
lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah
dituntut untuk memiliki kemampuan metakognisi
dalam dimensi pengetahuan. Dengan proses
pembelajaran metakognisi ini dilakukan dengan
tujuan agar peserta didik mampu
mengkontruktivisme pengetahuan yang
dimilikinya.
 Buat strategi pengujian
Strategi dalam pembelajaran khuhusnya
pembelajaran kimia peserta didik tidak hanya
belajar memahami konsep materi yang telah
diberikan melainkan juga harus dituntut mampu
untuk mengkontruktivisme pengetahuan yang
diperolehnya agar proses pembelajaran yang
berlangsung akan lebih bermakna dan mampu
memahami ilmu kimia secara utuh. Dalam ini
guru bukan lagi sebagai transformer ilmu sains
melainkan sebagai fasilitator untuk membantu
peserta didik dalam menemukan konsep melalui
proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini
sesuai dengan teori belajar kontruktivisme
dimana peserta didik harus mampu menemukan,
membangun, dan menstransformasikan insormasi
yang bersifat kompleks kedalam dirinya sendiri.
Untuk mengembangkan hal tersebut diperlukan
adanya suatu pendekatan proses pembelajaran
yaitu proses pembelajaran berbasis metakognisi.
Dimana dalam pembelajaran ini diterapkan suatu
model pembelajaran berbasis metakognsi. Dalam
model metakognisi ini peserta didik memungkin
peserta didik untuk mengembangkan proses sains
yang bergerak dengan tahapan diskusi awal
( Introduction Discussion), tahapan kerja
mandiri/individu( Independent Work), kemudian
yang terakhir tahapan penyimpulan. Model
metakognisi ini mampu menuntun peserta didik
untuk lebih memahami konsep materi kimia serta
membuktikan konsep tersebut hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan rancangan
percobaan oleh peserta didik.
 Menghitung pengembalian investasi
Untuk meningkatkan mutu pendidikan yang
dapat dilakukan oleh pendidik diantara nya
menetukan strategi terkait model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik materi
pembelajaran. Isi materi suatu pelajaran
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
materi pelajaran yang lain, bahkan materi dalam
satu mata pelajaran bisa berbeda-beda hal ini
dikarenakan perbedaan dalam kompetensi dasar
yang akan dicapainya. Kondisi kemampuan awal
yang merupakan prasyarat untuk mempelajari
materi tertentu perlu diperhatikan tingkat
ketuntasannya karena materi dalam suatu
pelajaran tidak bisa dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Setelah kedua hal tersebut terpenuhi,
perlu diperhatikan penggunaan media
pembelajaran yang tepat. Manfaat menentukan
strategi dalam hal ini adalah agar dapat
mempermudah menyampaikan informasi ke
peserta didik, serta untuk mengembangkan
keterampilan peserta didik dalam
mengembangkan wawasan atau pengetahuan
karena peserta didik akan mencari jawaban
sendiri atas setip pertanyaan yang dimilikinya
dan mencari informasi pendukung lainnya,
karena dalam penelitian ini e-LKPD yang dibuat
berbasis metakognisi maka apabila peserta didik
mampu menemukan informasi sendiri terkait
materi tersebut hal yang akan dicapai dalam
pembelajaran akan tercapai.
 Pengembangan
 Membuat konten
Menurut (Daryanto,2014) lembar kerja
peserta didik merupakan lembaran-lembaran
yang berisikan tugas yang harus dikerjakan
peserta didik.LKPD ini berisi judul materi, tema,
tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan,
langkah kerja, serta pertanyaan-pertanyaan
diskusi, dimana format LKPD yang
dikembangkan sesuai dengan peraturan
pemerintah No.65 tahun 2013 tentang standar
proses. Lembar kerja peserta didik ini merupakan
suatu perangkat pembelajaran yang akan
menunjang proses pembelajaran. Dengan adanya
LKPD dalam penelitian ini dalam proses
pembelajaran peserta didik tidak hanya
menyimak apa yang disampaikan pendidik tetapi
peserta didik juga melakukan kegiatan
pengamatan, percobaan, mengidentifikasi dan
mencatat hasil jawaban didalam LKPD. Dan juga
diharapkan bahwa peserta didik mampu
menganalisis sifat larutan berdasarkan daya
hantarnya, serta mampu membedakan daya
hantar listrik berbagai larutan melalui
perancangan dan percobaan.
LKPD yang digunakan dalam penelitian ini
berbasis metakognisi . Dimana dalam tahapan
pembelajaran didalam LKPD nantinya akan
menyesuaikan dengan model metakognisi. Model
metakognisi ini diterapkan dalam proses
pembelajaran akan meningkatkan keterampilan
proses sains peserta didik. Hal inilah yang
membuat peneliti tertarik untuk melakukan
pengembangan suatu bahan ajar LKPD berbasis
metakognisi. Dan salah satu mata pelajaran yang
dapat menerapkan model ini adalah pembelajaran
kimia dengan materi larutan elektrolit dan non-
elektrolit. Dimana model pembelajaran
metakognisi ini menuntu peserta didik agar
mampu memecah kan suatu masalah dengan
mencari solusi secara mandiri.
 Memilih atau Mengembangkan media pendukung
Media hanya penghubung yang
memberikan instruksi tetapi tidak mempengaruhi
prestasi peserta didik dalam hal ini posos media
pembelajaran dalam penelitian ini adalah media
yang efektif untuk memfasilitasi konstruksi dan
retensi pengetahuan dan keterampilan. Media
pembelajaran yang dimaksudkan untuk
memperkaya pengelaman belajar peserta didik
dengan berbagai variasi untuk memfasilitasi
tujuan kinerja. Media harus dipilih untuk
mendukung suatu peristiwa instruksional. Jangan
memilih acara instruksional untuk mendukung
media. Semua peristiwa pengajaran harus
dimediasi , meskipun satu episode mungkin
memiliki jenis media yang berbeda. Media
pembelajaran harus memfasilitasi pergerakan
peserta didik dari :
1. Diketahui hingga tidak diketahui
2. Mudah ke sulit
3. Sederhana hingga kompleks
4. Materi yang tidak abstrak ke abstrak

Meningkatkan kualitas pembelajaran salah


satunya dapat dilakukan dengan memilih media
pembelajaran untuk tujuan khusus meningkatkan
kualitas instruksi. Menyajikan dan memperkuat
pengetahuan dan keterampilan penting. Media
biasa digunakan untuk menyajikan konten. Media
juga berfungsi sebagai alat untuk emperkuat
poin-poin penting sehingga perolehan belajar
meningkat. Memperkuat informasi dengan media
yang berbeda menawarkan kesempatan tambahan
untuk memperkuat pembelajaran tanpa terlihat
berulang-ulang kepada peserta didik untuk
memperkuat pembelajaran tanpa terlihat
berulang-ulang kepada peserta ddik
mengakomodasi berbagai gaya belajar. Gaya
belajar ini mengacu pada sekelompok sifat
psikologis yang menentukan bagaimana
seseorang individu merakan, berinteraksi dalam
lingkungan belajar. Secara umum ada 3 gaya
belajar yang patut diperhatikan :

1. Pendengaran
2. Visual
3. Kinestetik

Adapun dalam penelitian ini media berupa


LKPD yang disampaikan kepada peserta didik
dengan menggunakan gaya belajar kinestetik
dimana dengan gaya belajar ini memperoleh
pengetahuan dan keterampilan melalui indra
psikomotorik.

 Kembangkan panduan untuk peserta didik


Untuk menggunakan LKPD berbasis
metakognisi ini menggunakan langkah-langkah
sesuai dengan pembelaajran metakognisi.
Adapun langkah yang akan dilakukan peserta
didik dalam pembelajaran ini adalah :
1. Bacalah petunjuk penggunaan LKPD dan
pahami petunjuk penggunaan
2. Bacalah bahan materi dengan cermat dan
teliti
3. Lakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan yang ada didalam LKPD
4. Buat kesimpulan
 Kembangkan panduan untuk guru
1. Variabel manipulasi
2. Variabel respon
3. Variabel control
Dalam penelitian ini peneliti
a. Melakukan revisi formatif
Tujuan dari melakukan revisi secara
formatif ini adalah untuk menentukan dari
suatu efektivitas media pembelajaran yang
digunakan dalam hal ini adalah LKPD materi
larutan elektrolit dan non-elektrolit berbasis
metakognisi. Dengan adanya revisi formatif
memudahkan peneliti untuk memastikan
media pengembangan yang disusun dapat
mengembangkan potensi serta menjadi
sumber belajar peserta didik. Proses revisi
formatif diakukan pada saat memulai proses
desain instruksional , merancang prosedur
pengembangan, menyimpulkan fase
pengembangan, pada saat melakukan proses
desain.
Dalam penelitian ini tentunya ada revisi
pada bagian analisis, uji coba terhadap
peserta didik dalam skala kecil dan skala
besar, lembar validasi, lembar angket respon
peserta didik, uji coba dalam skala kecil
bertujuan untuk menentukan efektivitas
instruksi untuk mendapatkan umpan balik
terhadap media yang dikembangkan. Dalam
tahap uji coba skala kecil peneliti dapat
mengetahui respon peserta didik terhadap
media LKPD yang dibuat untuk membuat
produk menjadi lebih baik.

4. Teknik dan Alat Pengumpul data


a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik
komunikasi tidak langsung dan komunikasi langsung. Menurut Margono
(2010) teknik komunikasi tidak langsung adalah teknik pengumpul data
dengan menggunakan angket atau kuisioner sebagai alatnya.Dimana
dalam angket atau kuisioner tersebut berisi beberapa pertanyaan untuk
mengetahui respon dari peserta didik terkait materi larutan elektrolit dan
non-elektrolit, serta bahan ajar LKPD yang digunakan. Agar dapat
menambah data dan informasi yang akurat untuk mengembangkan bahan
ajar e-LKPD. Sedangkan untuk komunikasi langsung dilakukan dengan
guru yang mengampu mata pelaran kimia diSMA TAMAN MULIA
untuk memperoleh data dan informasi terkait penelitian yang akan
dilakukan.
b. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2015), mengatakan bahwa terdapat dua hal yang dapat
mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu kualitas instrumen dan
teknik pengumpul data. Instrumen dalam penelitian pengembangan E-
LKPD berbasis metoakognisi pada materi larutan elektrolit dan non-
elektrolit ini sebagai berikut:
1. Angket Validasi
Angket validasi ini digunakan untuk mengumpulkan data
tentang kelayakan materi oleh ahli materi, kelayakan media
divalidasi oleh ahli media dan ahli pembelajaran. Angket validasi
bertujuan untuk memperoleh nilai dari tim ahli mengenai media
yang dikembangkan. Penilaian ini yang digunakan sebagai patokan
apakah media tersebut sudah valid atau belum. Angket validasi
dalampenelitian ini disusun berdasarkan dengan kriteria penilaian
kisi-kisi materi dan media pembelajaran.
2. Angket Respon Peserta didik
Angket respon peserta didik ini digunakan untuk
mengumpulkan data terkait respon dari peserta didik terhadap
produk (e-LKPD) yang telah dikembangkan.
3. Teknik Analisis Data
a. Validasi Kelayakan Produk
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat kevalidan sebuah instrumen. Dalam pengembangan
produk bahan ajar untuk pembelajaran ini, validitas
dimaksudkan untuk menguji kelayakan bahan ajar yang
digunakan pada pembelajaran yang dikembangkan dan
disesuaikan dengan materi berdasarkan standar isi (KI/KD),
sehingga dapat diketahui tingkat kebenaran dan ketepatan
penggunaan bahan ajar tersebut. Dimana nantinya validasi
kelayakan produk ini akan dilakukan oleh tim ahli validasi
media,ahli materi, dan penilaian oleh guru berdasarkan rerata
skor jawaban yang diperoleh.
Langkah-langkah analisis data angket penilaian data
produk sebagai berikut :
1. Menghitung frekuensi skor penilaian tiap-tiap pernyataan
2. Menghitung skor tiap-tiap pernyataan sesuai kriteria skala
likert (Sugiyono,2015)
Tabel 1 : Klasifikasi berdasarkan rerata skor jawaban (Widoyoko,2012)

No Rerata Skor Jawaban Klasifikasi validasi

1 >4,2-5,0 Sangat Baik

2 >3,4-4,2 Baik

3 >2,6-3,4 Kurang Baik

4 >1,8-2,6 Tidak Baik

5 1,0-1,8 Sangat Tidak Baik

3. Menghitung persentase perolehan skor tiap pernyataan


dengan rumus berikut :
% Skor = Jumlah skor yang diperoleh X 100%
Jumlah total maksimum seluruh skor (Riduwan, 2013)
4. Menghitung persentase rata-rata produk secara
keseluruhan dengan rumus sebagai berikut :
V=∑P/n
Keterangan:
V= Persentase Kevalidan
∑P= jumlah rata-rata persentase skor tiap aspek
n= jumlah aspek yang dinilai
(Siregar,2004)
5. Menentukan kriteria kelayakan produk dengan kriteria
interprestasi (Riduwan,2008)
0 20% 40% 60% 80% 100%

Tabel 3.4.Persentase penilaian kriteria interpretasi


Interval Kriteria interpretasi

0%-20% Sangat Rendah

20%-40% Rendah

40 %-60% Cukup

60%-80% Tinggi

80%-100% Sangat Tinggi

(Riduwan,2008)

b. Respon Peserta Didik dan Pendidik Terhadap e-LKPD berbasis


Metakognisi
Langkah-langkah pengolahan data angket respon adalah sebagai
berikut :
1. Menghitung frekuensi responden yang memilih SS, S, TS,
STS pada tiap pertanyaan positif dan item negative
2. Menghitung skor total tiap-tiap item dengan kriteria
sebagai berikut :

Kategori Skor alternatif jawaban

Positif Negatif

Sangat setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak setuju 2 3

Sangat tidak 1 4
setuju
3. Menghitung persentase perolehan skor total per item
dengan rumus :

ΣX
P= x 100 %
Σ Xi
(Riduwan, 2008)
dengan
P = persentase perolehan skor
Σ X = jumlah perolehan skor (skor total) tiap pernyataan
Σ Xi= jumlah skor ideal (skor tertinggi)
4. Menghitung persantase total respon dengan rumus:
ΣP
V= (Siregar, 2004)
n
Dengan:
V = persentase rata-rata kevalidan
Σ P = jumlah rata-rata persentase skor tiap aspek
n = jumlah aspek yang dinilai
Tabel. Kriteria Respon Peserta didik dan Pendidik tehadap e-
LKPD berbasis metakognisi

Interval Kriteria
0%-20% Sangat Buruk
21%-40% Buruk
41%-60% Cukup
61%-80% Baik
81%-100% Sangat Baik
(Riduwan, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Azimah. 2018. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


Berbasis Think TalkWrite (TTW) pada Materi Hidrokarbon untuk Kelas XI
IPA MA Al-Mustaqim. Skripsi.Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Angko Nancy dan Mustaji. 2013. Pengembangan Bahan Ajar dengan Model
ADDIE untuk Mata Pelajaran Matematika Kelas 5 SD. Universitas Negeri
Surabaya. Jurnal KWANGSAN. Volume 1 Nomor 1.

De Simone, C. 2008. Problem Based Learning : A Framework For Prospective


Teachers Pedagogical Problem Solving Teacher Development. Volume 12.
No 3 : 179-191.

Djamilah Sudjana, Imas Eva Wijayanti.2018. Analisis Keterampilan Metakognitif


pada Materi Kelaritan dan Hasil Kali Kelaruta Melalui model Pembelajaran
Pemecahan Masalah. Jurnal educhemia, vol 3 no 2

Fathurrohman,M 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : AR-


RUZZ MEDIA.

Fentysetiawati. 2020. Manajemen Strategi Untuk Meningkatkan Kualitas


Pendidikan. Jurnal at-Tadbir : Media Hukum dan Pendidikan Volume 30
Nomor 1

Hmelo-silver,C.E.2004. Problem Based Learning : What and How Do Student


Learn? Educational Psychology Review. Volume 16. No 3 : 235-266

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Konstektual Dalam Pembelajaran


Abad 21 ( Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013). Bogor. Ghalia
Indonnesia.

Izzatunnisa. 2019. Pengembangan LKPD Berbasis Pembelajaran Penemuan


Untuk Meningkatkan Literasi Sains Peserta Didik Pada Materi Kimia
SMA.Universitas Mataram. Program Studi Pendidikan Kimia. Jurnal Pilar
MIPA.Vol 14.No2
Kono,R.,Mamu,H., dan Tangge,L. 2016. Pengaruh Model Problem Based
Learning (PBL) terhadap Pemahaman Konsep Biologi dan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Tentang Ekosistem Dan Lingkungan Di Kelas X SMA
Negeri Sigi. Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako. Vol (5)No(1).

Meilia Tyas Utami. 2019. Model Problem Based Learning (PBL) Berbantuan
Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Pada Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar. Universitas Kristen Satya Wacana.
Volume 6. No 1.

Mutiya, E. Yenti & N. Afrianis. 2019. Desain Modul Praktikum Berbasis Problem
Based Learning (PBL) Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit.

Ningsih,D.,dkk.(2018). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis


Problem Based Learning-Flipped Classroom untuk Meningkatkan
Kemampuan TransformasiPengetahuan. Jurnal Edu-sains. Vol 7(2).

Rahman Muhamad K. 2019. Meningkatkan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar


Menggunakan Model PjBL Berbasis STEAM pada Materi Larutan
Elektrolit dan non-Elektrolit. Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
Universitas Lambung Mangkurat. Journal Of Chemistry and Education.
Volume 3 Nomor 1.

Riduwan.(2008).Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung :


Alfabeta.

Rusman.2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Propesionalisme


Guru. Jakarta. PT. Raja Grafindo.

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : GP. Press Group.

Romadhoni Indrawati, Mahardika Ketut, Harijanto Alex. 2017. Penerapan Model


Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Disertai Media CD Interaktif
Terhadap Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran
Fisika SMA Di Kabupaten Bondowoso. Jurnal Pembelajaran Fisika.
Volume 4. No 5 : 330
Safriandono AN, Charis M. 2014. Rancang Bangun e-Lembar Kerja Siswa
Sebagai Media Pembelajaran Yang Praktis, Fleksibel dan Edukatif Berbasis
Web. Jurnal Teknik UNISFAT. Vol 10. No 1. Hal 25-35.

Savery, J.R. 2015. Overview Of Problem Based Learning : Definitions And


Distinction. Essential Readings In Problem- Based Learning : Exploring
And Extending The Legacy Of Howard S. Barrow. Volume 9 : 5-15

Septiwi Tri Pusparini, dkk. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Sistem Koloid. Jurnal Riset Pendidikan Kimia. Vol 8. No 1.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Syaribuddin, Ibnu Khaldun, Musri. 2016. Penerapan Model Pembelajaran


Problem Based Learning (PBL) Dengan Media Audiovisual Pada Materi
Ikatan Kimia Terhadap Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis Peserta
Didik SMA Negeri 1 Panga. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. Volume 2.
No 4 : 102.

Trianto.2015. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Prograsif, dan


Konstekstual. Jakarta : Kencana Prenamedia Grup.

Wati,Rusa Titanika.2020. Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik


(LKPD) Berbasis Problem Based Learning (PbL) Sub Materi Transpor
Membran Untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Bioedu.
Vol 9(1).

Wirkala, C., & Kuhn, D. 2011. Problem Based Learning In K-12 Education : Is It
Effective And How Does It Achieve Its Effects? . American Educational
Jurnal. Volume 48. No 5 : 1158-1186.

Yunita,Selly dkk. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Mata Pelajaran


Kimia Pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 KEPAHIANG. Jurnal
Pendidikan dan Ilmu Kimia. Vol 2 No 1.
Lampiran

1. StoryBoard

No Rancangan Awal Keterangan

1 Cover halaman :
 Judul LKPD “ e-LKPD
Berbasis Metakognisi Pada
Materi Larutan Elektrolit
dan Non-elektrolit
 Keterangan Kelas “X mia“
 Nama Siswa/Siswi

2 Identitas e-LKPD :
 Berisi identitas penulis dan
pihak-pihak yang terlibat
dalam pengembangan e-LKPD

3 Kata Pengantar :
 Berisi petunjuk mengenai
topik tertentu dan nomor
halaman dimana topik tersebut
berada
4 Daftar Isi :
 Berisi petunjuk mengenai
topik tertentu dan nomor
halaman dimana topik tersebut
berada

5 Capaian pembelajaran :
 Berisi kompetensi dasar
 Indikator pencapaian
 Tujuan pembelajaran

6 Petunjuk penggunaan :
Berisi petunjuk penggunaan serta
gambaran dari e-LKPD

7 Orientasi Siswa pada Masalah


 Berisi materi singkat larutan
elektrolit dan non-elektorlit
 Berisi wacana berupa
permasalahan yang akan
dipecahkan peserta didik

8 Mengorganisasi siswa untuk


memecahkan masalah
 Berupa pertanyaan yang akan
mengarahkan siswa untuk
merumuskan permasalahan

9 Membimbing Penyelidikan Siswa


Terhadap Masalah

10 Mengembangkan dan Menyajikan


hasil karya

11 Menganalisis dan Mengevaluasi

12 Halaman Belakang

2. Angket Penilaian Kelayakan Ahli


a. Ahli Media

ANGKET PENILAIAN KELAYAKAN MEDIA LEMBAR KERJA PESERTA


DIDIK ELEKTRONIK (e-LKPD) BERBASIS METAKOGNISI PADA
MATERI LARUTAN ELEKTRONIK DAN NON-ELEKTRONIK

Mata Pelajaran : Kimia

Materi Pokok : Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit

Sasaran Program : Peserta Didik Kelas X mipa Semester 2 tahun ajaran 2021/2022

Judul Penelitian : Pengembangan e-LKPD Berbasis Metakognisi Pada Materi


Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

Peneliti : Putria Dewi

Bapak/ Ibu yang terhormat,

Saya memohon bantuan kepada Bapak/Ibu untuk mengisi angket ini.Angket ini
saya buat dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari Bapak/Ibu terkait “
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik Berbasis Metakognisi Pada
Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”. Penilaian, Komentar, dan Saran dari
Bapak/ Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas e-
LKPD ini. Sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya e-LKPD ini untuk
digunakan dalam proses pembelajaran kimia. Atas perhatian dan kesedian Bapak/Ibu
untuk mengisi angket penilaian Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik (e-LKPD)
ini, saya ucapkan terimakasih.

A. Petunjuk Pengisian
Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tanda checlist (√) pada kolom
yang sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu untuk setiap butir dalam angket penilaian
dengan ketentuan sebagai berikut :
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup Baik
Skor 2 : Kurang Baik
Skor 1 : Sangat Kurang Baik

Indikator Butir Penilaian Skor

1 2 3 4

Ukuran lembar Bidang cetakk dan margin


kerja peserta didik proporsional
(LKPD)
Desain sampul Penempatan judul, sub
lembar kerja judul ilustrasi dan
peserta didik keterangan gambar
(LKPD)

Keterpaduan antara warna


teks dan background atau
latar belakang

Ilustrasi sampul mampu


menggambarkan isi dan
materi ajar serta
mengungkapkan karakter
objek

Desain isi lembar Ilustrasi isi mampu


kerja peserta didik mengungkapkan makna
(LKPD)

Penempatan unsur tata


letak konsisten

Pemisahan antar paragraf


jelas

Tidak terlalu menggunakan


banyak jenis huruf

Penggunaan variasi huruf


(italic, bold, all capital)
tidak berlebihan
b. Ahli materi

ANGKET PENILAIAN KELAYAKAN

MATERI LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ELEKTRONIK (e-LKPD)


BERBASIS METAKOGNISI PADA MATERI LARUTAN ELEKTRONIK
DAN NON-ELEKTRONIK

Mata Pelajaran : Kimia

Materi Pokok : Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit

Sasaran Program : Peserta Didik Kelas X mipa Semester 2 tahun ajaran 2021/2022

Judul Penelitian : Pengembangan e-LKPD Berbasis Metakognisi Pada Materi


Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

Peneliti : Putria Dewi

Bapak/ Ibu yang terhormat,

Saya memohon bantuan kepada Bapak/Ibu untuk mengisi angket ini.Angket ini
saya buat dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari Bapak/Ibu terkait “
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik Berbasis Metakognisi Pada
Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”. Penilaian, Komentar, dan Saran dari
Bapak/ Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas e-
LKPD ini. Sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya e-LKPD ini untuk
digunakan dalam proses pembelajaran kimia. Atas perhatian dan kesedian Bapak/Ibu
untuk mengisi angket penilaian Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik (e-LKPD)
ini, saya ucapkan terimakasih.

A. Petunjuk Pengisian
Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tanda checlist (√) pada kolom
yang sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu untuk setiap butir dalam angket penilaian
dengan ketentuan sebagai berikut :
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup Baik
Skor 2 : Kurang Baik
Skor 1 : Sangat Kurang Baik
B. Aspek Penilaian
Aspek Penilaian Kelayakan isi yang dilakukan oleh ahli validasi materi

indikator Butir penilaian Skor


penilaian
4 3 2 1

A. 1. Kelengkapan materi
Kesesuaian
materi dengan
KD

2. keleluasaan materi

3. Kedalaman materi

B. 4. Kesesuaian konsep dan


Keakuratan definisi
materi

5. Keakuratan menyajikan contoh


permasalahan yang kontekstual
dalam kehidupan nyata
6. Keakuratan ilustrasi

7. Keakuratan istilah

C. 8. Wawancara dan ilustrasi yang


Mendorong disajikan mendorong rasa ingin
keingintahuan tahu

c. Oleh guru

ANGKET PENILAIAN KELAYAKAN

PENYAJIAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ELEKTRONIK (e-LKPD)


BERBASIS METAKOGNISI PADA MATERI LARUTAN ELEKTRONIK
DAN NON-ELEKTRONIK

Mata Pelajaran : Kimia

Materi Pokok : Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit

Sasaran Program : Peserta Didik Kelas X mipa Semester 2 tahun ajaran 2021/2022

Judul Penelitian : Pengembangan e-LKPD Berbasis Metakognisi Pada Materi


Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

Peneliti : Putria Dewi

Bapak/ Ibu yang terhormat,

Saya memohon bantuan kepada Bapak/Ibu untuk mengisi angket ini.Angket ini
saya buat dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari Bapak/Ibu terkait “
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik Berbasis Metakognisi Pada
Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”. Penilaian, Komentar, dan Saran dari
Bapak/ Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas e-
LKPD ini. Sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya e-LKPD ini untuk
digunakan dalam proses pembelajaran kimia. Atas perhatian dan kesedian Bapak/Ibu
untuk mengisi angket penilaian Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik (e-LKPD)
ini, saya ucapkan terimakasih.

A. Petunjuk Pengisian
Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tanda checlist (√) pada kolom
yang sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu untuk setiap butir dalam angket penilaian
dengan ketentuan sebagai berikut :
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup Baik
Skor 2 : Kurang Baik
Skor 1 : Sangat Kurang Baik

B. Aspek Penilaian

1. Penilaian Kelayakan Penyajian

indikator Butir penilaian Skor


penilaian
4 3 2 1

A. Teknik 1. Konsistensi sistematika sajian


penyajian dalam kegiatan belajar

B. 2. Pengantar
Pendukung
penyajian

3. Daftar isi

4. Daftar pustaka

5. Soal latihan dalam kegiatan


pembelajaran

C. Penyajian 6. Keterlibatan peserta didik


pembelajaran

D. Koherensi 7. Kelengkapan dan keruntutan


dan format e-LKPD
keruntutan
alur pikir

2. Penilaian Kelayakan Kebahasaan yang dilakukan oleh pendidik

indikator Butir penilaian Skor


penilaian
4 3 2 1

A. Lugas 1. Ketepatan struktur kalimat

2. Keefektifan kalimat

3. Kebakuan istilah

B. 4. Pemahaman terhadap peran


Komunikatif atau informasi

C. 5. Kemampuan memotivasi
Kemampuan siswa
memotivasi
siswa

D. Kesesuaian 6. Kesesuaian dengan


dengan perkembangan intelektual
perkembangan siswa
siswa
7. Kesesuaian dengan tingkat
perkembangan emosional siswa

8. Ketetapan tata bahasa

E. Kesesuaian 9. Ketepatan ejaan


dengan kaidah
bahasa

d. Angket respon peserta didik

ANGKET RESPON PESERTA DIDIK

TERHADAP LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ELEKTRONIK (e-LKPD)


BERBASIS METAKOGNISI PADA MATERI LARUTAN ELEKTRONIK DAN
NON-ELEKTRONIK

Petunjuk Pengisian :

1. Sebelum mengisi angket ini, pastikan anda telah membaca dan menggunakan
Lembar Peserta Didik Elektronik (e-LKPD) Berbasis Metakognisi Pada Materi
Larutan Elektrolit dan Non-Elektronik.
2. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan dalam angket ini sebelum anda nilai
3. Melalui angket ini anda dimohon untuk memberikan penilaian tentang Lembar
Kerja Peserta Didik Elektronik (e-LKPD) berbasis Metakognisi pada materi
Larutan elektronik dan non-elektronikyang akan digunakan sebagai masukan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas e-LKPD ini.
4. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tanda ceklist (√) pada kolom yang
sesuai dengan penilaian anda, untuk setiap butir dalam angket penilaian dengan
ketentuan sebagai berikut:
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup Baik
Skor 2 : Kurang Baik
Skor 1 : Sangat Kurang Baik

5. Sebelum melakukan penilaian isilah identitas anda sebagai berikut ini :


Nama :
Kelas :
Asal Sekolah :

1. Angket Respon Siswa

indikator Butir penilaian Skor


penilaian
4 3 2 1

A. 1. Apakah bahan ajar dan


Penggunaan media mudah digunakan
Media

2. Apakah petunjuk
penggunaan bahan ajar sudah
jelas

B. Reaksi 3. Apakah pengguna tertarik


Pemakaian menggunakan bahan ajar

4. apakah pengguna akan selalu


sering menggunakan bahan ajar

5.apakah pengguna merasa


semangat dan termotivasi saat
menggunakan bahan ajar

6. Apakah pengguna
memahami dengan mudah
ketika menggunakan bahan ajar
C. Fasilitas 7. Apakah terdapat traffic pada
Pendukung bahan ajar

C. 8. Apakah gambar yang


Mendorong disajikan sesuai dengan materi
keingintahuan

Anda mungkin juga menyukai