Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 5. No.

1 ISSN:2355-6358

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS


MAHASISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI
1
Ni Nyoman Sri Putu Verawati, 2Wahyudi, 3Chairunnisya Sahidu
Dosen Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Mataram
e-mail: veyra@unram.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa
melalui model pembelajaran inkuiri. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas melalui
tahap-tahap perencanaan, implementasi, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan secara bersiklus.
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan Fisika yang mengambil
matakuliah Fisika Dasar I pada semester ganjil tahun akademik 2014/2015 yang diperkirakan
sebanyak 40 orang mahasiswa. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes keterampilan berpikir kritis
(TKBK). TKBK untuk memperoleh data keterampilan berpikir kritis mahasiswa setelah mengikuti
pembelajaran (perkuliahan) menggunakan model inkuiri. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus
I nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis mahasiswa sebesar 58.6 dan pada siklus II sebesar 68.3.
Secara klasikal pada siklus I sebanyak 27.3% mahasiswa berkategori kritis dan sisanya berkategori
kurang kritis dan sangat kurang kritis, sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan
melakukan perbaikan-perbaikan pada proses pembelajaran. Adapun pada siklus II hasil yang
diperoleh meningkat, di mana sebanyak 3% mahasiswa berkategori sangat kritis, 75.8% berkategori
kritis dan 21.2% berkategori kurang kritis. Hasil penelitian pada siklus II telah memenuhi harapan
dalam penelitian ini, yaitu penelitian dikatakan berhasil jika keterampilan berpikir kritis mahasiswa
lebih besar atau sama dengan 75% berkategori kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri. Kajian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa.

Kata Kunci: keterampilan berpikir kritis, model pembelajaran inkuiri

PENDAHULUAN (2010), model eksperimen inkuiri merupakan


Permasalahan yang umum terjadi model yang sangat kuat menggunakan prinsip
dalam pembelajaran sains termasuk di dalamnya belajar konstruktivis, yang menjelaskan bahwa
adalah pembelajaran fisika menurut Heuvelen pengetahuan dikonstruksi sendiri oleh peserta
(2001), yaitu pembelajaran selama ini terlalu didik. Melalui proses penyelidikan, pada
banyak menyajikan pengetahuan jadi, terlalu akhirnya peserta didik dapat menemukan
banyak membahas fakta dan hukum, dan kurang pengetahuan yang dipelajari.
sekali menerapkan metode inkuiri yang efektif Penguasaan materi fisika menuntut
untuk menemukan konsep atau hukum dalam kemampuan berpikir logis dan kritis, oleh
suatu pokok bahasan. Peserta didik belajar karena itu model yang diterapkan hendaknya
konsep melalui membaca buku atau memfasilitasi aktivitas berpikir peserta didik.
mendengarkan penjelasan guru. Akibatnya, Menurut Arends (2012), model pembelajaran
kepercayaan peserta didik terhadap sains inkuiri merupakan model pembelajaran yang
dibentuk melalui pemberitahuan orang lain, dikembangkan oleh para ahli untuk tujuan
tidak melalui pengamatan atau pemodelan yang bagaimana peserta didik berpikir, dalam hal ini
dilakukan sendiri. termasuk di dalamnya adalah berpikir kritis.
National Academy of Sciences (1996) Namun yang menjadi permasalahan mendasar
menyatakan pembelajaran fisika yang selaras berdasarkan kajian empiris yang dilakukan oleh
dengan hakekat fisika sebagai inkuiri, peserta Prayogi dan Verawati (2013), bahwa
didik harus terbiasa mengidentifikasi asumsi, kebanyakan mahasiswa selaku peserta didik
menggunakan cara berpikir logis dan kritis, pada tataran perguruan tinggi kurang
serta mempertimbangkan berbagai alternatif memahami konsep berpikir kritis walaupun
penjelasan. Hauvelen (2001) menambahkan secara tiak sadar mereka sebenarnya berpikir
bahwa pembelajaran fisika perlu kritis dalam beberapa hal saat pembelajaran
diimplementasi dengan mengintegrasikannya terjadi, hal ini dikarenakan dosen kurang bahkan
dalam pendekatan inkuiri. Menurut Henrichsen tidak mengajarkan konsep berpikir kritis dan
dan Jarret (1999) dalam Sarwi dan Khanafiyah pembelajaran yang dilakukan kurang

18
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 5. No.1 ISSN:2355-6358

memfasilitasi mahasiswa untuk berpikir kritis. penyelidikan, terutama yang berhubungan


Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan dengan penyelidikan ilmiah, dan untuk
penelitian untuk mengembangkan keterampilan mengembangkan sikap positif terhadap proses
berpikir kritis mahasiswa melalui model penyelidikan.
pembelajaran inkuiri. Sarwi dan Khanafiyah (2010)
mengkaitkan kegiatan inkuiri dengan kegiatan
Tinjauan tentang Inkuiri penyelidikan atau eksperimen. Pada kegiatan
Menurut Arends (2012), model penyelidikan di tataran perguruan tinggi,
pembelajaran inkuiri adalah model lain dari mahasiswa dapat mengkonstruksi pemahaman
pengajaran yang telah dikembangkan untuk melalui pertanyaan, mendisain, dan
tujuan mengajar bagaimana siswa berpikir. Dua menghubungkannya dalam bentuk investigasi,
tugas perencanaan utama yang dibutuhkan kemampuan analisis, dan mengkomunikasikan
dalam persiapan pembelajaran inkuiri, yaitu penemuannya. Titik berat dari proses ini bahwa
menentukan tujuan dan mengidentifikasi peserta didik dapat mengkonstruksi sendiri
masalah yang cocok untuk penyelidikan. pemahamannya dengan melakukan aktivitas
Pembelajaran menggunakan model inkuiri aktif melalui investigasi pengetahuan
memiliki dua tujuan, yaitu konten dan proses. (Henrichsen dan Jarret, 1999 dalam Sarwi dan
Tujuan konten di mana guru ingin agar peserta Khanafiyah, 2010).
didik memperoleh pengetahuan baru terkait Dalam penelitian ini, model
dengan fokus inkuiri. Tujuan proses pembelajaran inkuiri mengikuti sintaks menurut
dimaksudkan agar siswa belajar proses Arends (2012) seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Sintaks model pembelajaran inkuiri


Fase Tingkah Laku Guru (Teacher Behavior)
1. Gain attention and explain the  Teacher gets students ready to learn and describes
inquiry process. the process for the lesson.
2. Present the inquiry problem or  Teacher presents the problem situation or
discrepant event. discrepant event to students.
3. Have students formulate  Teacher encourages students to ask questions
hypotheses to explain the about the problem situation and state hypotheses
problem or event. that will explain what is going on.

4. Encourage students to collect  Teacher asks students how they might collect data
data to test the hypothesis. to test their hypotheses. In some cases, in-class
experiments can be conducted.
5. Formulate explanations and/or  Teacher brings inquiry to a close by having
conclusions. students formulate conclusions and
generalizations.
6. Reflect on the problem  Teachers gets students to think about their own
situation and the thinking thinking processes and to reflect on the inquiry
processes used to inquire into process.
it.

Tinjauan Keterampilan Berpikir Kritis berpikir konvergen (convergen thinking),


Berpikir adalah suatu proses kognitif divergen thinking lebih mengarah pada berpikir
atau aktivitas mental untuk memperoleh kreatif dan diaktualisasikan dalam bentuk
pengetahuan (Sternberg, 1986). Menurut Solso kreatifitas sedangkan convergen thinking lebih
dkk. (2008) dalam buku Psikologi Kognitif, pada berpikir kritis. Kedua tipe berpikir tersebut
berpikir merupakan proses umum yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
mempertimbangkan masalah dalam pikiran, dan Aspek berpikir dalam kajian penelitian ini
menghasilkan pembentukan representasi mental adalah pada keterampilan berpikir kritis.
yang baru. Keterampilan berpikir tidak dapat Berpikir kritis telah lama menjadi
berkembang secara alamiah, sebab keterampilan pendekatan dalam melakukan pembelajaran.
berpikir harus diperkaya oleh berbagai stimulus John Dewey sebagai seorang filusuf dan
lingkungan dan suasana yang beragam. Berpikir psikolog dikenal sebagai orang yang telah lama
dapat dikategorikan dalam dua tipe, yaitu mengenalkan konsep berpikir kritis. Dewey
berpikir divergen (divergen thinking) dan memperkenalkan berpikir kritis sebagai

19
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 5. No.1 ISSN:2355-6358

“berpikir reflektif” (Fisher, 2003). Dewey atau dihasilkan dengan mengobservasi,


(1909) dalam Fisher (2003) menjelaskan merefleksi, mempertimbangkan, atau
berpikir reflektif sebagai pertimbangan yang mengkomunikasi, sebagai panduan untuk
aktif, persisten, teliti mengenai sebuah dipercaya dan dilakukan.
keyakinan dan bentuk pengetahuan yang Menurut Facione (2011) berpikir kritis
diterima dipandang dari sudut alasan yang merupakan dimensi keterampilan kognitif dan
mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan dimensi disposisi afektif. Jika difokuskan pada
lanjut yang menjadi kecenderungannya. dimensi keterampilan kognitif, maka berpikir
Scriven dan Paul (2009, 1996) dan kritis mencakup beberapa karakteristik yang
Scriven (1996) dalam Karen (2006), meliputi proses interpretasi, analisis, evaluasi,
menjelaskan berpikir kritis sebagai suatu proses inferensi, eksplanasi dan pengaturan diri. Dalam
intelektual secara aktif dan terampilan penelitian ini akan kembangkan keterampilan
mengkonseptualisasi, menerapkan, berpikir kritis mahasiswa yang mengacu pada
menganalisis, mensintesis, dan atau teori menurut Facione (2011), seperti pada
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan, Tabel 2.

Tabel 2. Daftar keterampilan dan sub-keterampilan berpikir kritis


Keterampilan Sub-Keterampilan
1. Interpretasi  Kategorisasi, pendekodean signifikansi, klarifikasi
arti.
2. Analisis  Pengkajian ide-ide, pengidentifikasian argumen,
penganalisisan argumen.
3. Evaluasi  Menilai klaim, menilai argumen.
4. Inferensi  Mempertanyakan bukti, menduga alternatif, menarik
kesimpulan.
5. Eksplanasi  Menyatakan hasil, membenarkan prosedur,
menyajikan argumen.
6. Pengaturan-diri  Pengkajian-diri, koreksi-diri.

Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis telah melakukan penelitian dan didapat hasil
dalam Kegiatan Inkuiri bahwa keterampilan berpikir kritis peserta didik
Menurut Thompson (2011), dalam dapat dikembangkan dan ditingkatkan melalui
membelajarkan dan meningkatkan kemampuan kegiatan eksperimen di laboratorium untuk
berpikir kritis membutuhkan pendekatan yang memecahkan masalah. Pembelajaran yang
holistik dan harus melibatkan satu set model mempersiapkan situasi bagi peserta didik untuk
pembelajaran yang tepat dan berorientasi pada melakukan eksperimen sendiri disebut Jean
tujuan yang memungkinkan peserta didik untuk Peaget dalam Sidartha (2010) sebagai
memanipulasi keterampilan kognitifnya. pembelajaran inkuiri.
Beberapa penelitian terdahulu Dalam beberapa dekade terakhir
merekomendasikan beberapa model maupun pengembangan keterampilan berpikir kritis
pendekatan dalam pembelajaran yang dapat peserta didik diarahkan melalui kegiatan inkuiri
mengembangkan keterampilan berpikir kritis (inquiry). Menurut Bailin (2002), tujuan-tujuan
peserta didik. Jhon Dewey dalam Rodger, dkk. dalam kegiatan inkuiri banyak berfokus pada
(2006) menyiratkan pendekatan pengajaran kemampuan berpikir kritis, misalnya;
yang didasarkan pada pengalaman dan mengidentifikasi asumsi, penggunaan
membutuhkan pemikiran reflektif untuk dapat pemikiran logis, analisis kejadian langsung dan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis fenomena, analisis kritis terhadap sumber-
peserta didik. Dalam istilah kontemporer, sumber sekunder, menganalisis argumen
melakukan aktivitas hands-on tidak cukup, dengan meninjau pemahaman ilmiah saat ini,
Dewey berasumsi bahwa dibutuhkan mempertimbangkan bukti, dan memeriksa
pengalaman-pengalaman dan juga aktivitas logika.
minds-on. Berbagai pendekatan instruksional Dari beberapa kajian tersebut di atas
seperti pemecahan masalah, eksplorasi, inkuiri, memperkuat keyakinan peneliti untuk
dan meminta pertanyaan tingkat tinggi dapat melakukan penelitian, yaitu model
mengembangkan keterampilan berpikir kritis pembelajaran inkuiri merupakan model
peserta didik (Cotton, 1991 dalam Bower, pembelajaran yang dapat meningkatkan
2006). Prayogi dan Asyari (2013) sebelumnya keterampilan berpikir kritis mahasiswa, dan

20
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 5. No.1 ISSN:2355-6358

tentunya anggapan sementara berdasarkan dari METODE


kajian teori dan empiris tersebut akan Jenis penelitian ini adalah penelitian
dibuktikan dalam penelitian ini. tindakan kelas melalui tahap-tahap
perencanaan, implementasi, observasi, dan
refleksi yang dilaksanakan secara bersiklus.
Jumlah siklus dalam penelitian ini direncanakan
dalam dua siklus seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Rentang nilai keterampilan proses sains


semester ganjil tahun akademik 2014/2015 di mengacu pada rentang seperti pada Tabel 3.
FKIP Universitas Mataram. Subjek penelitian Tabel 3: Kriteria keterampilan berpikir kritis
ini adalah mahasiswa program studi pendidikan mahasiswa
Fisika yang mengambil matakuliah Fisika Dasar Rentang Kriteria Berpikir Kritis
I pada semester ganjil tahun akademik Nilai
2014/2015 yang diperkirakan sebanyak 40 81,26 – 100 Sangat kritis (SK)
orang mahasiswa. Instrumen dalam penelitian 62,51 – 81,25 Kritis (K)
ini adalah tes keterampilan berpikir kritis 43,76 – 62,50 Kurang kritis (KK)
(TKBK). TKBK untuk memperoleh data 25,00 – 43,75 Sangat kurang kritis
keterampilan berpikir kritis mahasiswa setelah 0 – 24,9 (SKK)
mengikuti pembelajaran (perkuliahan) Tidak kritis (TK)
menggunakan model inkuiri. Penelitian ini dikatakan berhasil atau
Teknik analisis data menggunakan siklus akan dihentikan jika nilai keterampilan
statistik deskriptif untuk menggambarkan profil berpikir kritis mahasiswa lebih besar atau sama
keterampilan berpikir kritis mahasiswa. dengan 75% berkategori kritis.
Perolehan nilai keterampilan berpikir kritis tiap
mahasiswa menggunakan persamaan: HASIL DAN PEMBAHASAN
𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 Data hasil penelitian untuk tiap siklus
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 ditunjukkan dalam Tabel 4 berikut.

21
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 5. No.1 ISSN:2355-6358

Tabel 4. Data hasil penelitian


Persentase (%) ketuntasan dalam
Rata-rata
Siklus n kategori- Ket.
nilai KBK
SK K KK SKK TK
I 33 58.6 0 27.3 57.6 15.1 0 Belum tuntas
II 33 68.3 3 75.8 21.2 0 0 Tuntas

Penelitian ini merupakan penelitian mendukung pelaksanaan inkuiri, dalam hal ini
tindakan kelas yang bertujuan untuk yaitu LKM yang disusun memuat unsur-unsur
mengembangkan keterampilan berpikir kritis keterampilan proses dan memudahkan
mahasiswa dalam pembelajaran fisika melalui mahasiswa dalam melaksanakan inkuiri.
pembelajaran menggunakan model inkuiri. Pada Kajian utama dalam penelitian ini,
proses perencanaan penelitian, disiapkan yaitu mengembangkan keterampilan berpikir
perangkat pembelajaran berupa silabus dan SAP kritis mahasiswa. Potensi mengembangkan
beserta LKM (lembar kerja/kegiatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dapat
mahasiswa), dan instrumen tes berupa tes dilakukan dengan berbagai model dan metode
keterampilan berpikir kritis. Indikator tes pembelajaran, termasuk dalam penelitian ini
keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran inkuiri,
mengacu pada teori Facione (2011), yaitu karena inkuiri dalam prosesnya telah
keterampilan interpretasi, analisis, evaluasi, mengakomodir dua bahkan tiga tujuan utama
inferensi, eksplanasi, dan pengaturan diri. Pada dalam pembelajaran, tujuan proses, tujuan
tahap implementasi digunakan model konten, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
pembelajaran inkuiri, di mana pada yang dalam hal ini adalah kemampuan berpikir
pelaksanaannya melibatkan observer untuk kritis. Melalui proses inkuiri, mahasiswa dilatih
mengamati keterlaksanaan pembelajaran dan untuk melakukan analisis, melakukan inferensi
memastikan langkah-langkah pembelajaran atau membuat kesimpulan dan melakukan
telah sesuai dengan langkah-langkah evaluasi dari pelaksanaan inkuiri, yang justru
pembelajaran model inkuiri. dari proses ini secara persisten dan terus
Hasil penelitian menunjukkan pada menerus sebenarnya telah melatihkan
siklus I nilai rata-rata keterampilan berpikir kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hasil
kritis mahasiswa sebesar 58.6 dan pada siklus II dalam penelitian ini telah menjadi bukti empiris
sebesar 68.3. Secara klasikal pada siklus I bahwa model pembelajaran inkuri dapat
sebanyak 27.3% mahasiswa berkategori kritis mengembangkan kemampuan atau
dan sisanya berkategori kurang kritis dan sangat keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
kurang kritis, sehingga penelitian dilanjutkan
pada siklus II dengan melakukan perbaikan- KESIMPULAN
perbaikan pada proses pembelajaran. Adapun Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada siklus II hasil yang diperoleh meningkat, di terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis
mana sebanyak 3% mahasiswa berkategori mahasiswa dari siklus I ke siklus II dengan
sangat kritis, 75.8% berkategori kritis dan menggunakan model pembelajaran inkuiri.
21.2% berkategori kurang kritis. Hasil Kajian ini menunjukkan bahwa model
penelitian pada siklus II telah memenuhi pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan
harapan dalam penelitian ini, yaitu penelitian keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
dikatakan berhasil jika keterampilan berpikir
kritis mahasiswa lebih besar atau sama dengan DAFTAR RUJUKAN
75% berkategori kritis.
Merefleksi dari penelitian yang Arends, Richard. 2012. Learning to Teach.
dilakukan bahwa pelaksanaan inkuiri Ninth Edition. New York: McGraw-Hill.
membutuhkan persiapan yang baik, yaitu dalam Bailin, Sharon. 2002. Critical Thinking and
hal waktu, peralatan yang dibutuhkan, dan Science Education. Science and
lembar kerja/kegiatan yang mencerminkan Education 11: 361–375.
proses inkuiri yang sebenarnya. Dalam kajian Bower, Nancy. 2006. Instructional Support for
sebelumnya oleh Verawati dan Prayogi (2013) the Teaching of Critical Thinking:
menjelaskan bahwa pelaksanaan inkuiri Looking Beyond the Red Brick Walls.
membutuhkan waktu yang relatif lama, Critical Thinking. Vol. 1.
sehingga dalam hal ini bantuan media dan
sumber belajar lain sangat dibutuhkan untuk

22
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 5. No.1 ISSN:2355-6358

Facione, Peter. 2011. Critical Thinking. What It Thompson, Claudette. 2011. Critical Thinking
Is and Why Its Counts. Measured Reason Across The Curriculum: Process Over
and The California Academic Press. Output. International Journal of
Fisher, A. 2003. Critical Thinking An Humanities and Social Science Vol. 1
Introduction. Cambridge University No. 9
Press.
Heuvelen, A.V. 2001. Millikan Lecture 1999:
The Workplace, Student Minds, and
Physics Learning Systems. Am.J. Phys.
69 (11).
Karen, Adsit. 2006. What Is Critical Thinking.
UTC Workshop.
National Academy of Sciences. 1996. National
Science Education Standard.
Washington DC: National Academy
Press.
Prayogi, S. dan Verawati NN. 2013.
Implementasi Model Inquiry untuk
Mengembangkan Kemampuan Berpikir
Kritis Mahasiswa Pendidikan Fisika.
Laporan Hasil Penelitian. LPPM IKIP
Mataram.
Prayogi, S., dan Asy’ari, M. 2013. Implementasi
Model PBL (Problem Based Learning)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Jurnal Prisma Sains Vol. 1, No. 1. pp (79-
87).
Rodger W.B, Joseph A.T, April G, Pamela V.S,
Janet C.P, Anne W, and Nancy L. 2006.
The BSCS 5E Instructional Model:
Origins and Effectiveness. Report by
Science Education National Institutes of
Health.
Sarwi dan Khanafiyah. 2010. Pengembangan
Keterampilan Kerja Ilmiah Mahasiswa
Calon Guru Fisika Melalui Eksperimen
Gelombang Open Inquiry. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia (6) 115-
122.
Scriven dan Paul. 2009. SLA 2009 Annual
Meeting Washington DC.
Scriven, M. dan Paul, R. 1996. Defining Critical
Thinking: A Draft Statement for the
National Council for Exellence in
Critical Thinking. [On-line]. Available
HTTP:http://www.criticalthinking.org/U
niversity/univlibrary/library.nclk.
Sidartha, Arif. 2010. Model Pembelajaran Asam
Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium
Sebagai Wahana Pendidikan Sains
Siswa SMP.
Solso R, Maclin O, dan Maclin K. 2008.
Cognitive Psychology. Pearson
Education Inc.
Sternberg, Robert. 1986. Critical thinking: its
nature, measurement, and improvement.
http://eric.ed.gov/PDFS/ED272882.pdf.

23

Anda mungkin juga menyukai