Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 6 No.

2, September 2018 p-ISSN 2355-5785


http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INQUIRY BERBASIS


FENOMENA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Hasbullahair Ashar, Nurpadilah, Jamilah
Pendidikan Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Alauddin Makassar, nurpadilah@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis pada peserta didik yang diajar dengan
metode Inquiry berbasis fenomena, mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta
didik yang tidak diajar metode Inquiry berbasis fenomena, dan mengetahui
pengaruh metode pembelajaran Inquiry terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik. Desain penelitian yang digunakan adalah the matching only posttes
only control group design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta
didik kelas XI IPA MAN 1 Polewali Mandar yang berjumlah 101 orang yang
tersebar dalam 3 kelas. Sampel penelitian berjumlah 32 pasang sampel yang dipilih
dari dua kelas dengan menggunakan tekhnik simpel random kelas (Konvaince
Sampling) dengan pertimbangan pemahaman konsep yang baik. Hasil penelitian
deskriptif menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta
didik yang diajar dengan metode Inquiry berbasis fenomena sebesar 76 dan yang
tidak diajar dengan metode Inquiry berbasis fenomena sebesar 60, dimana
frekuensi tertinggi yang diperoleh peserta didik pada kelas eksperimen berada pada
kategori tinggi dan frekuensi tertinggi yang diperoleh pada kelas kontrol berada
pada kategori tinggi. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan
program SPSS diperoleh signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis yang
signifikan antara peserta didik yang diajar dengan metode Inquiry berbasis
fenomena pada kelas XI IPA MAN 1 Polewali Mandar. Implikasi penelitian ini
yaitu bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
perbandingan dan rujukan untuk mencari metode pembelajaran lain yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Kata Kunci: Inquiry; Berbasis Fenomena; Berpikir Kritis.

PENDAHULUAN dapat berguna bagi masyarakat. Guru


merupakan komponen pendidikan yang
1. Latar Belakang paling berperan penting dalam dunia
Pendidikan mengalami perkembangan dari pendidikan yang dimana guru dapat berperan
waktu ke waktu seiring dengan sebagai pembimbing, fasilitator, dan mediator
berkembangnya ilmu pengetahuan dan untuk mempersiapkan sumber daya manusia
teknologi, dimana pendidikan memiliki yang berkualitas, sehingga menempatkan
peranan penting dalam kehidupan manusia guru sebagai kunci keberhasilan sehingga
karena pendidikan dapat menjadikan manusia dapat mencapai tujuan pendidikan nasional.
berilmu dan hidup sejatera, melalui Proses pembelajaran yang dilaksanakan saat
pendidikan peserta didik dapat ini masih menggunakan paradigma lama
mengembangkan potensi yang ada dalam yaitu pembelajaran berpusat pada guru
dirinya tentunya dilakukan dengan usaha dengan memilih pembelajaran langsung.
sadar yang direncanakan terlebih dahulu dan Pembelajaran yang dilaksanakan guru saat ini
dilakukan secara sistematis. Sehingga dengan
semestinya sudah mengalami pergeseran
melalui jenjang pendidikan peserta didik menuju ke pembelajaran pusat pada peserta

P a g e | 51
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 6 No. 2, September 2018 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

didik, ada pula pembelajaran yang sudah kemampuan peserta didik untuk mencari dan
berpusat pada peserta didik, tapi menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
kenyataannya masih banyak peserta didik analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
yang belum mampu mengutarakan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
pendapatnya seperti pada metode diri. Dengan metode pembelajaran Inquiry
pembelajaran diskusi, dimana pada metode berbasis fenomena ini, peneliti akan
ini kenyataannya peserta didik yang pandai memberikan permasalahan kepada peserta
sajalah yang lebih mampu mengutarakan didik mengenai hal-hal yang terjadi dalam
pendapatnya, tanpa memperhatikan peserta kehidupan, kemudian peneliti meminta untuk
didik yang pendiam, dan tidak mampu menuliskan penemuannya dalam lembar kerja
mengutarakan pendapatnya dengan baik. peserta didik, lalu peneliti memerintahkan
Pembelajaran dirancang dengan untuk mengutarakan hasil penemuannya,
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh maka terciptalah kemampuan berpikir dari
peserta didik, dengan harapan dapat setiap peserta didik sehingga peserta didik
membantu peserta didik dan menjadikannya yang kurang mampu dalam menyampaikan
pelajar yang aktif. Sehingga diperlukan hasil penemuannya juga akan bisa terlatih
pelaksanaan pembelajaran yang mengacu untuk mengutarakan hasil temuannya dengan
pada peningkatan kualitas aspek-aspek baik
pembelajaran, seperti penggunaan
pendekatan, metode atau strategi Berpikir kritis harus memenuhi karakteristik
pembelajaran, pengembangan isi materi, dan kegiatan berpikir yang meliputi, analisis,
penilaian. Peneliti pernah meninjau di salah sintesis, pengenalan masalah dan
satu sekolah di kabupaten Polewali Mandar, pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian
yaitu MAN 1 Polewali Mandar menunjukkan (Angelo,1995: 6). Adapun 5 indikator
bahwa kemampuan berpikir kritis peserta kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan
didik terhadap pembelajaran Fisika masih membuat penjelasan sederhana terkait
kurang, sebagian besar peserta didik fenomena, kemampuan membangun
khususnya pada kelas XI IPA MAN 1 keterampilan dasar dalam meneliti terkait
Polewali Mandar dapat menjawab soal yang konsep, kemampuan menyimpulkan
diberikan oleh guru sesuai dengan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari,
yang telah di jelaskan, namun ketika guru kemampuan memberikan penjelasan lebih
memberikan soal yang berbeda dengan lanjut terkait konsep atau prinsip, dan
konsep yang sama, banyak peserta didik yang kemampuan membuat strategi dan taktik
kurang mampu menyelesaiakan soal tersebut. terkait konsep melalui fenomena dalam
Hal ini disebabkan oleh peserta didik kurang kehidupan sehari-hari.
dalam mengkaji informasi dan menganalisis Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
permasalahan yang diberikan oleh guru, danHani Nur Azizah, Asep Kurnia Jayadinata,
kurangnya dalam mempertimbangkan
dan Diah Gusrayani (2016) tentang Pengaruh
alternatif jawaban yang diberikan, sehingga
Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing
kemampuan berpikir kritisnya rendah. Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Salah satu metode pembelajaran yang mampu Pada Materi Energi Bunyi, menunjukkan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis bahwa pembelajaran Inquiry dapat
peserta didik sehingga mudah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis
memahami mata pelajaran Fisika adalah peserta didik pada materi energi bunyi secara
metode pembelajaran Inquiry berbasis signifikan, dan penelitian yang dilakukan
fenomena. Metode pembelajaran Inquiry oleh Minarty, Patandean, dan Pariabti Palloan
berbasis fenomena adalah suatu rangkaian (2015) tentang Penerapan model
kegiatan pembelajaran yang melibatkan pembelajaran berbasis fenomena terhadap
kegiatan belajar secara maksimal seluruh keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
Fisika peserta didik kelas X SMA Negeri 2

P a g e | 52
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 6 No. 2, September 2018 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

Rantepao Kabupaten Toraja Utara, 3. Tinjauan Pustaka


menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis
fenomena berpengaruh pada peningkatan Inquiry adalah sebuah pendekatan untuk
kemampuan berpikir kritis peserta didik. pembelajaran dimana siswa menemukan dan
Dengan demikian peserta didik yang diberi menggunakan berbagai sumber informasi dan
kesempatan untuk terlebih dahulu menduga ide-ide untuk meningkatkan pemahaman
hal-hal yang akan terjadi, membuktikan mereka tentang masalah, topik, atau isu. Hal
dugaan-dugaan yang diajukan melalui ini membutuhkan lebih dari sekedar
kegiatan percobaan bersama kelompok, menjawab pertanyaan atau mendapatkan
saling mengkomunikasikan hasil percobaan jawaban yang benar. Hal ini didukung
yang diperoleh masing-masing kelompok, dengan investigasi, eksplorasi, pencarian,
memecahkan masalah dengan memutuskan penelitian, mengajar, dan belajar (Caspari,
hasil percobaan yang relevan dengan 2007: 2).
permasalahan yang diajukan mengakibatkan Membangun budaya penyelidikan juga
kemampuan berpikir kritis peserta didik berarti mengakui, mendukung dan mengajar
dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan yang peran metakognisi. Keterampilan
diungkapkan oleh Van Heuvelen 1991 metakognitif adalah bagian dari “belajar
(Savinainen & Scott, 2002) yang menyatakan untuk belajar” keterampilan yang dapat
bahwa pada pendekatan tradisional, dialihkan ke situasi belajar yang baru, di
pengajaran fisika lebih terfokus dan terarah sekolah dan di luar sekolah. Melalui
pembahasannya secara matematis. merefleksikan proses selama kegiatan
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, peneliti pembelajaran berbasis penyelidikan, siswa
tertarik untuk melakukan penelitian ini diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan
dengan judul “Pengaruh Metode memahami kedua domain kognitif dan afektif
Pembelajaran Inquiry Berbasis Fenomena (Alberta, 2004: 3).
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Pembelajaran berbasis fenomena adalah
Didik Kelas XI IPA MAN 1 Polewali model pembelajaran yang menyajikan
Mandar”. fenomena model dari fenomena alam yang
2. Tujuan ditinjau. Fenomena yang dimaksud adalah
gejala atau kejadian atau peristiwa yang
Tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu: kerap dijumpai siswa dalam kesehariannya,
baik yang terjadi di alam maupun yang
a. Untuk mengetahui seberapa besar terjadi pada alat-alat teknologi (Berliani,
kemampuan berpikir kritis peserta didik 2010: 15).
yang diajar dengan metode pembelajaran
Inquiry berbasis fenomena pada Kelas XI Berpikir kritis merupakan suatu disiplin
IPA MAN 1 Polewali. berpikir mandiri yang mencontohkan
kesempurnaan berpikir sesuai dengan mode
b. Untuk mengetahui seberapa besar tertentu atau ranah berpikir. Konsepnya
kemampuan berpikir kritis peserta didik terdapat dua bentuk, jika berpikir adalah
yang tidak diajar dengan metode disiplin untuk melayani kepentingan individu
pembelajaran Inquiry berbasis fenomena tertentu atau kelompok dengan
pada Kelas XI IPA MAN 1 Polewali mengesampingkan lainnya yang relevan baik
Mandar. individu maupun kelompok, disebut berpikir
c. Untuk mengetahui ada tidaknya akal sophistic atau kritis lemah. Jika berpikir
pengaruh metode pembelajaran Inquiry disiplin memperhitungkan kepentingan orang
berbasis fenomena terhadap kemampuan yang beragam atau kelompok, disebut
berpikir kritis peserta didik pada kelas XI berpikiran adil atau kritis kuat (Sunaryo,
IPA MAN 1 Polewali Mandar, 2014: 205).

P a g e | 53
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 6 No. 2, September 2018 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk Penelitian ini merupakan penelitian


mengatakan sesuatu dengan penuh percaya eksperimen dengan jenis penelitian yang
diri, “Ide saya bagus karena berdasarkan digunakan adalah quasi-eksperimen designs.
alasan yang logis,” atau “Ide Anda bagus Jenis penelitian ini menggunakan kelas
karena didukung oleh bukti yang kuat.” kontrol sebagai kelas pembanding (Fraenkel
Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk and Wallen, 2009: 269). Desain penelitian ini
menemukan kebenaran di tengah banjir adalah The Matching Only Post-Test Control
kejadian dan informasi yang mengelilingi Group Design yaitu suatu teknik untuk
mereka setiap hari. Berpikir kritis adalah penyamaan kelompok pada satu atau lebih
sebuah proses sistematis yang variabel yang telah diidentifikasi peneliti
memungkinkan siswa untuk merumuskan dan sebagai berhubungan dengan performansi
mengevaluasi keyakinan dan pendapat pada variabel terikat.
mereka sendiri. Berpikir kritis adalah sebuah
proses terorganisasi yang memungkinkan Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, peserta didik kelas XI IPA MAN 1 Polewali
dan bahasa yang mendasari pernyataan orang Mandar, yang jenisnya terbatas dan sifatnya
lain. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk heterogen, karena sifat dan keadaannya
mencapai pemahaman yang mendalam. berbeda sehingga perlu ditetapkan batas.
Pemahaman membuat kita mengerti maksud Tekhnik pengambilan sampel dalam
dibalik ide yang mengarahkan hidup kita penelitian ini digunakan tekhnik simple
setiap hari. Pemahaman mengungkapkan random kelas (Konvaince Sampling) dengan
makna dibalik suatu kejadian (Johnson, 2007: pertimbangan pemahaman konsep yang baik.
185). Instrumen pengumpulan data yang
Indikator keterampilan berpikir kritis dibagi digunakan adalah tes kemampuan berpikir
menjadi 5 kelompok yaitu kemampuan kritis yang berupa pilihan ganda dan
membuat penjelasan sederhana terkait perangkat pembelajaran yang berupa rencana
fenomena, kemampuan membangun pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja
keterampilan dasar dalam meneliti terkait peserta didik, dan lembar observasi baik
konsep, kemampuan menyimpulkan kegiatan peserta didik maupun guru.
penerapan dalam kehidupan sehari-hari, Teknik analisis data yang digunakan yaitu
kemampuan memberikan penjelasan lebih statisik deskriptif dan statistik inferensial
lanjut terkait konsep atau prinsip, dan dengan menggunakan uji T-2 sampel
kemampuan membuat strategi dan taktik independen.
terkait konsep melalui fenomena dalam
kehidupan sehari-hari HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Manfaat Penelitian 1. Hasil Statistik Deskriptif

Hasil penelitian diharapkan memberi manfaat Hasil analisis deskriptif ini menjelaskan
sebagai berikut: bahwa nilai maksimum kemampuan berpikir
kritis peserta didik pada kelas yang diajar
a. Sebagai salah satu alternatif metode dengan menggunakan metode pembelajaran
pembelajaran Fisika yang dapat Inquiry berbasis fenomena yaitu 93 dengan
mencapai hasil belajar yang optimal. rata-rata sebesar 75,19 dan berada pada
b. Tersedianya perangkat pembelajaran kategori tinggi.
Fisika di sekolah dengan metode Sedangkan nilai maksimum kemampuan
pembelajaran Inquiry berbasis fenomena. berpikir kritis peserta didik pada kelas yang
tidak diajar dengan menggunakan metode
METODE PENELITIAN
pembelajaran Inquiry berbasis fenomena

P a g e | 54
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 6 No. 2, September 2018 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

yaitu 80 dengan rata-rata sebesar 60 dan Untuk dapat berpikir kritis peserta didik
berada pada kategori rendah. hendaknya melalui proses yang sistematis
dan terorganisir. Hal ini sesuai yang
2. Hasil Statistik Inferensial dikemukakan oleh Johnson, 2007: 185,
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses
menggunakan aplikasi program IBM SPSS terorganisasi yang memungkinkan peserta
Statistic versi 20 for Windows dengan didik mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan
signifikan sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dari bahasa yang mendasari pernyataan orang
0,05 sehingga hipotesis diterima atau ada lain. Pada saat penerapan metode inquiry
pengaruh metode pembelajaran Inquiry berbasis fenomena ini sebagian besar peserta
berbasis fenomena pada peserta didik kelas didik yang benar-benar serius dalam
XI IPA MAN 1 Polewali Mandar. mengikuti proses pembelajaran meskipun
masih ada beberapa peserta didik yang
Hasil penelitian yang telah dilakukan kurang memperhatikan terutama dalam
menunjukkan kemampuan berpikir kritis pengerjaan lembar kerja peserta didik ada
peserta didik yang diajar menggunakan beberapa yang hanya menyalin dengan teman
metode Inquiry berbasis fenomena lebih baik kelompoknya. Pada saat pemberikan tes
daripada yang diajar dengan metode kemampuan berpikir kritis masih ada
konvensional (yang tidak diajar beberapa peserta didik yang tidak
menggunakan metode Inquiry berbasis memperoleh nilai standar. Sedangkan pada
fenomena). Hal ini dapat dilihat pada kelas kontrol diajar menggunakan metode
pemberian metode pembelajaran yang konvensional yaitu peneliti yang menjadi
berbeda pada kedua sampel, untuk kelas sumber materi dan peserta didik
eksperimen menggunakan metode inquiry perhatiaannya kepada peneliti
berbasis fenomena, pada proses pembelajaran
peserta didik dilibatkan aktif dalam KESIMPULAN
pembelajaran sehingga peserta didik Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan
mengamati dan menganalisis permasalahan penelitian ini, adalah:
yang diberikan oleh peneliti.
1. Kemampuan berpikir kritis fisika peserta
Hal ini menunjukkan pada penelitian yang didik yang diajar dengan menggunakan
relevan yang dilakukan oleh Minarty metode pembelajaran Inquiry berbasis
Pareken, A. J. Patandean, dan Pariabti fenomena pada kelas XI IPA 3 MAN 1
Palloan (2015) tentang Penerapan model Polewali Mandar diperoleh nilai rata-rata
pembelajaran berbasis fenomena terhadap terletak pada kategori tinggi sebesar
keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar 75,19.
Fisika peserta didik kelas X SMA Negeri 2
Rantepao Kabupaten Toraja Utara, 2. Kemampuan berpikir kritis fisika peserta
menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis didik yang tidak diajar dengan
fenomena berpengaruh pada peningkatan menggunakan metode pembelajaran
kemampuan berpikir kritis peserta didik dan Inquiry berbasis fenomena pada kelas XI
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh IPA 3 MAN 1 Polewali Mandar
Hani Nur Azizah, Asep Kurnia Jayadinata, diperoleh nilai rata-rata terletak pada
dan Diah Gusrayani (2016) tentang Pengaruh kategori rendah sebesar 60.
model pembelajaran Inquiry terbimbing
terhadap kemampuan berpikir mritis siswa 3. Terdapat pengaruh metode pembelajaran
pada Materi Energi Bunyi, menunjukkan Inquiry berbasis fenomena terhadap
bahwa pembelajaran Inquiry dapat kemampuan berpikir kritis kelas XI IPA
meningkatkan kemampuan berpikir kritis MAN 1 Polewali Mandar.
peserta didik pada materi energi bunyi secara
signifikan.

P a g e | 55
Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 6 No. 2, September 2018 p-ISSN 2355-5785
http://journal.uin-alauddin.ac.id/indeks.php/PendidikanFisika e-ISSN 2550-0325

DAFTAR PUSTAKA

Alberta Learning Center. Fokus on Inquiry: A


Teacher’s Guide to Implementing
Inquiry Based-Learning. Canada:
Alberta Learning, 2004.

Angelo, T. A. Classroom assessment for


critical thinking. Teaching of
Psychology, 1995

Berliani, Santi. Penerapan Model


Pembelajaran Fisika Berbasis
fenomena Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Siwa. Skripsi.
Bandung: Program Sarjana Unversitas
Pendidikan Indonesia, 2010.

Caspari, dkk. Guided Inquiry Learning in the


21 st cenry school. America: L
Braries Unlimited, 2007.

Fraenkel, Jack R and Wallen, Norman E.


How to Design and Evaluate
Research in Education. New York:
Mc Graw-Hill, 2009.

Johnson, Elaine B. Contextual Teaching and


Learning: Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan
Bermakna. Bandung: Mizan Learning
Center, 2007.

Nur Azizah, Hani, dkk. Pengaruh Model


Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Pada Materi Energi Bunyi.
Jurnal Pena Ilmiah: Program Studi
PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang.
2016.

Savinainen, A. and Scott, P. The Force


Concept Inventory: a tool for
monitoring student learning: Physics
Education. 37 (1):45-52. Using the
Force Consept Inventory to monitor
student, 2002.
Sunaryo Kuswana, Wowo. Taksonomi
Kognitif Perkembangan Ragam
Berpikir. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014.

P a g e | 56

Anda mungkin juga menyukai