107
Abstrak Pembelajaran fisika di SMP masih menekankan kepada penguasaan konsep, belum melatihkan kemampuankemampuan dasar sains kepada diri siswa seperti kemampuan berinkuiri. Rendahnya kemampuan inkuiri ini tidak terlepas
dari model pembelajaran yang digunakan selama ini. Metode yang sering digunakan dalam pembelajaran fisika masih
didominasi oleh guru. Penerapan proses pembelajaran fisika belum dilakukan secara optimal dan harus segera di ditemukan
langkah yang tepat untuk memperbaiki proses pembelajaran fisika. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut
adalah melalui model pembelajaran dengan menerapkan model Hierarki of Inquiry. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu quasi eksperiment sedangkan desain penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest-Posttest Design. Instrumen
yang digunakan yaitu tes dan lembar observasi. Hasil penelitian yang dilakukan pada 36 siswa, menunjukan kemampuan
berinkuiri siswa berada pada kategori kurang terampil dengan nilai IPK sebesar 36,62%. Hasil belajar siswa pada ranah
kognitif secara keseluruhan meningkat dengan nilai <g> 0,53 dengan kategori sedang, aspek afektif pada kategori cukup
terampil sebesar 69%, dan aspek psikomotor pada kategori cukup terampil sebesar 62,33%. Kesimpulan dari penelitian ini
bahwa dengan menggunakan model pembelajaran level of inquiry dapat melatihkan kemampuan berinkuiri siswa, hasil
belajar siswa pada ranah afektif, dan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor.
Kata kunci: Model Pembelajaran Level of Inquiry, Kemampuan berinkuiri, kognitif, afektif, dan psikomotor
Abstract Learning physics at Junior High School still emphasizing to mastery concept, yet not to train ability of basic
science, such as inquiry ability. Because of a model of learning is used during this time. A method that often used in the
learning of physics are still dominated by the teacher. The application of a learning process of physics has not been performed
optimally and should be immediately in found the right steps to improve the learning process of physics. Effort to overcome the
problem is through a model of learning by applying a model of a hierarchy of inquiry. Methods used in this research are quasi
experiment while design research is one group pretest-posttest design. An instrument use tests and sheets of observation. The
research conducted by students, on 36 showed the ability of inquiry. The study result of inqury ability students is less skillful
with value amounting to 36,62.The domain of cognitive overall increases with the value of gain 0,53 with medium category,
the aspect of affective is enough skilled set at 69 %, and psychomotor is enough skilled at 62,33 %. The conclusion of this
research that with use the model of learning level of inquiry can be train students inquiry skill, affective, and psychomotor.
Key words: Level of Inquiry model, Students inquiry skill, cognitive, affective, and psychomotor
I. PENDAHULUAN
Proses pembelajaran sains dapat membangkitkan rasa
ingin tahu untuk mendorong siswa agar melakukan proses
penyelidikan ilmiah hingga mendapatkan jawaban dari
pertanyaan yang dikembangkan berdasarkan hasil analisis
terhadap fakta (doing sains). Melalui sains, bukan hanya
penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan.
Fisika sebagai salah satu mata pelajaran sains dapat
dijadikan sebagai media yang sangat baik dalam melatih
berbagai kemampuan peserta didik. Melalui fenomena sains
dimana siswa dapat melatih kemampuan: mengamati,
menganalisa, berhipotesa, memprediksi, merangkai,
mengukur dan menarik kesimpulan. Kemampuan-
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013
ISSN : 0853-0823
108
Purwanto / Analisis Kemampuan Inkuiri dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Model Pembelajaran
Berbassis Model Hierarki Of Inquiry
kepada penguasaan konsep, belum melatihkan kemampuankemampuan dasar sains kepada diri siswa misalnya
kemampuan berinkuiri. Rendahnya kemampuan inkuiri ini
tidak terlepas dari model pembelajaran yang digunakan
selama ini. Metode yang sering digunakan dalam
pembelajaran fisika masih didominasi oleh guru.
Gambaran permasalahan di atas menunjukkan bahwa
proses pembelajaran fisika belum dilakukan secara optimal
dan harus segera di ditemukan langkah yang tepat untuk
memperbaiki proses pembelajaran fisika. Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
mengembangkan model pembelajaran dengan menerapkan
model Hierarki of Inquiry. Pada jurnal Levels of Inquiry:
Using inquiry spectrum learning sequences to teach
science yang dikembangkan oleh Carl J. Wenning [2]
memperkenalkan sebuah model pembelajaran berbasis
inkuiri yang dikenal dengan model pembelajaran Hierarki of
Inquiry atau level kegiatan berinkuiri. Pada jurnal tersebut
Wenning mengelompokan kedalam lima level tingkat
kesulitan menerapkan inkuiri. Kelima level inkuiri itu
adalah discovery learning, interactive demonstration,
inquiry lesson, inquiry lab dan hypothetical inquiry.
II. LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran Level of Inquiry
Hierarki dapat diartikan sebagai urutan pelaksanaan suatu
kegiatan, sehingga hierarchy of inquiry diartikan sebagai
urutan kegiatan pembelajaran berinkuiri. Wenning
mengelompokkan ke dalam lima level dalam menerapkan
kegiatan berinkuiri yaitu discovery learning, interactive
demonstration, inquiry lesson, inquiri lab dan hypothetical
inquiry [3,4]. Ke lima level pembelajaran inkuiri tersebut
diurutkan berdasarkan dua hal, yaitu kecerdasan intelektual
dan pihak pengontrol. Kecerdasan intelektual adalah
kecerdasan yang dimiliki oleh siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan metode tertentu, sedangkan pihak
pengontrol adalah pihak yang mengontrol kegiatan
pembelajaran. Pihak pengontrol adalah pihak yang
mendominasi dalam melaksanakan setiap tahapan
pembelajaran,
yaitu berperan dalam menemukan
permasalahan, melakukan percobaan, hingga merumuskan
kesimpulan. Tabel 1 menyatakan urutan pelaksanaan
pembelajaran inkuiri yang di jabarkan oleh Wenning pada
jurnal Level of inquiry : Hierarchies of pedagogical
practices and inquiry processes.
Tabel 1 Urutan Pelaksanaan Model Pembelajaran Level of Inquiry.
Discovery
Learning
Rendah
Guru
Int
Inquiry
Inquiry
Dem
Lesson
Lab
Kecerdasan Intelektual
Pihak Pengontrol
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013
ISSN : 0853-0823
Purwanto / Analisis Kemampuan Inkuiri dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Model Pembelajaran
Berbassis Model Hierarki Of Inquiry
109
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013
ISSN : 0853-0823
110
Purwanto / Analisis Kemampuan Inkuiri dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Model Pembelajaran
Berbassis Model Hierarki Of Inquiry
V. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukan kemampuan berinkuiri siswa
berada pada kategori kurang terampil dengan nilai IPK
sebesar 36,62%. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif
secara keseluruhan meningkat dengan nilai <g> 0,53 dengan
kategori sedang, aspek afektif pada kategori cukup terampil
sebesar 69%, dan aspek psikomotor pada kategori cukup
terampil sebesar 62,33%. Kesimpulan dari penelitian ini
bahwa dengan menggunakan model pembelajaran level of
inquiry dapat melatihkan kemampuan berinkuiri siswa, hasil
belajar siswa pada ranah afektif, dan hasil belajar siswa pada
ranah psikomotor.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013
ISSN : 0853-0823