Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Review Pendidikan Dasar: Vol 2, No 2, Mei 2016

Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian http://journal.unesa.ac.id/index.php/PD


e-ISSN: 2460-8475

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS


PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MELATIHKAN
KETERAMPILAN PROSES SISWA SEKOLAH DASAR

Agung Rimba Kurniawan, Soeparman Kardi, Tjandrakirana


Pendidikan Dasar, Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
email: unesa.agung@yahoo.com

Abstrak
Telah dilakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran IPA berbasis pendekatan penemuan
terbimbing materi Gaya yang bertujuan untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV SD. Penelitian ini dilaksanakan dua tahap, yaitu : tahap pengembangan perangkat
pembelajaran model Dick and Carey (2005) dan tahap pelaksanaan pembelajaran di kelas menggunakan
rancangan One Group Pretest-Postest Design. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif-kualitatif.Hasil
penelitian perangkat pembelajaran yang dikembangkan berkategori valid. Keterbacaan Materi Ajar Siswa sangat
mudah dipahami. Keterlaksanaan Pembelajaran sangat baik (100%). Aktivitas siswa sangat aktif (93.21%) dengan
tingkat realibilitas tinggi (0.98). Hasil belajar klasikal kognitif dan keterampilan proses siswa tuntas (100%). N-
Gain kategori tinggi hasil belajar kognitif (0.76) dan hasil belajar keterampilan proses (0.72). Respon siswa positif
(85.92%). Simpulan penelitian menunjukkan perangkat pembelajaran IPA berbasis pendekatan penemuan
terbimbing layak untuk melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan hasil belajar pada materi Gaya
siswa kelas IV SD.

Kata Kunci: Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Pendekatan Penemuan Terbimbing, dan Keterampilan
Proses.

Abstract
The Study of instrument development of science learning was based on the discovery approachment, which was
guided on the force topic. Aimed to train skills of science process and improve students’ result of learning for
fourth grade of elementary school.
This study was conducted in two phases, they were; development phase used Dick and Carey model (2005) and
phase of learning implementation in the classroom used one group pretest-posttest design. Data were analyzed
by descriptive quantitative-qualitative.
The result of study developed was valid category. Students Content Readability were very easy to be understood.
The learning implementation was very well (100%). The students’ activities were very high (93.21%) with a high
level of reliability (0.98). The results of classical study and students’ cognitive skills were completed (100%). N-
Gain cognitive achievement was the highest category (0.76) and process learning skills were (0.72). The students’
respons were positive (85.92%). The Conclusions of the research, instrument development of science learning was
based on the discovery approachment, which was guided on the force topic matched to train skills of science
process and improve students’ result of learning for fourth grade of elementary school.

Keywords: Development of Learning Instrument, Guided Discovery Approach, and Process Skills.

PENDAHULUAN karena belum memenuhi standar ketuntasan


IPA merupakan suatu kumpulan teori yang minimum yang ditetapkan yaitu ≥75. Rendahnya
sitematis, penerapannya secara umum terbatas pada hasil belajar disebabkan siswa belum mampu
gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui menguasai konsep pelajaran IPA, kurangnya
metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen penerapan keterampilan proses dikarenakan
serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, perangkat pembelajaran yang diterapkan di kelas
terbuka, jujur dan sebagainya (Trianto, 2010:136). belum sepenuhnya melatihkan keterampilan proses.
Berdasarkan hasil observasi pada siswa Hal ini selaras dengan hasil penelitian Nanik
kelas IV sejumlah 42 orang, menunjukkan hasil Kusumawati (2014:4). Hasil penelitian
belajar pada pelajaran IPA saat ini mengalami menunjukkan bahwa keterampilan proses dasar IPA
masalah yaitu belum mencapai standar ketuntasan pada 33 siswa kelas V SD masih kurang, terbukti
minimum. Sebanyak 24 atau 57,14 % siswa hanya sebesar 37,5% siswa yang mempunyai
mengikuti remedi pada materi Daur Makhluk Hidup keterampilan proses dasar mengamati atau

175 Copyright @ 2016 Jurnal Review Pendidikan Dasar:


Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian
Jurnal Review Pendidikan Dasar: Vol 2, No 2, Mei 2016
Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian http://journal.unesa.ac.id/index.php/PD
e-ISSN: 2460-8475

observasi, hanya 25% mengkomunikasikan dan Hubungan antara materi gaya dengan
inferensi, sebesar 68,75 % siswa mampu pendekatan penemuan terbimbing dan keterampilan
mengklasifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa perlu proses yaitu pada materi gaya lebih banyak
dilatihkan keterampilan proses IPA yang terencana kegiatan yang memungkinkan untuk melakukan
dengan baik. sebuah percobaan langsung untuk membuktikan
Keterampilan proses perlu dilatihkan karena sebuah konsep gaya, sehingga dengan pendekatan
sesuai dengan penegasan KTSP bahwa IPA penemuan terbimbing ini dapat menyajikan dan
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam memberikan kemudahan kepada siswa untuk
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya melakukan penyelidikan. Siswa dapat menemukan
penguasaan kumpulan pengetahuan fakta-fakta, konsep tentang materi gaya dengan bimbingan guru
konsep-konsep, pinsip-prinsip saja tetapi juga melalui kegiatan-kegiatan dalam keterampilan
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA proses. Bimbingan guru juga memungkinkan siswa
di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana dapat menggali informasi dengan memberikan
bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam kesempatan siswa bertanya, sehingga pengetahuan
sekitarnya. Pencapaian Standar Kompetensi dan dan keterampilan yang didapatkan siswa
Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan diharapkan tidak dengan jalan mengingat
peserta didik untuk membangun kemampuan, seperangkat fakta-fakta, tetapi dengan jalan
bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang menemukan sendiri sebagai hasil kemandiriannya.
difasilitasi oleh guru (BNSP, 2006:161). Hasil penelitian terdahulu menyatakan
Menurut Dahar (dalam Devi, 2010:40) pembelajaran penemuan terbimbing serta
keterampilan proses perlu dilatihkan/dikembangkan perangkatnya efektif meningkatkan hasil belajar
dalam pengajaran sains karena keterampilan proses dan keterampilan proses sains siswa pada konsep
mempunyai peran sebagai berikut : membantu sistem pernapasan (Handayani.S.A, 2012).
siswa belajar mengembangkan pikirannya, memberi Pembelajaran penemuan terbimbing dapat
kesempatan siswa untuk melakukan penemuan, melatihkan keterampilan proses dan memberi
meningkatkan daya ingat, memberikan kepuasan peluang kepada siswa melakukan proses berpikir
instrinsik bila anak telah berhasil melakukan untuk menemukan konsep (Lutfiandari.A, 2013).
sesuatu, membantu siswa mempelajari konsep- Pembelajaran penemuan terbimbing efisien
konsep sains. memperkuat pemikiran kreatif siswa. Signifikan
Menurut Bruner (dalam Cooney & Davis, dalam menumbuhkan kreativitas, fluiditas ,
1975:138) penemuan adalah suatu proses. Proses fleksibilitas dan pengembangan kelompok
penemuan dapat menjadi kemampuan umum eksperimen (Ali. G, 2013). Udo, Mfon Effiong
melalui latihan pemecahan masalah, praktek (2010) merekomendasikan guru kimia di sekolah
membentuk dan menguji hipotesis. Bruner menengah bahwa penggunaan metode penemuan
mengatakan belajar penemuan adalah belajar untuk terbimbing dan demonstrasi yang berpusat pada
menemukan, di mana seorang siswa dihadapkan siswa membuat efektif dalam berkomunikasi
dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya konsep kimia dan menanamkan keterampilan
ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan kewirausahaan yang relevan.
pemecahan. Berdasarkan hasil observasi juga ditemukan
Pembelajaran dengan penemuan merupakan bahwa guru belum melakukan pengembangan
satu komponen penting dalam pendekatan perangkat pembelajaran untuk melatihkan
konstruktivis. Ide-ide konstruktivis moderen keterampilan proses sains pada siswa. Sehingga
banyak berlandaskan pada teori Piaget dan perlu dilakukan pengembangan perangkat
Vygotsky yang digunakan untuk menunjang pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas hasil
metode pengajaran yang menekankan pada belajar siswa dan melatihkan keterampilan proses
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis sains pada siswa.
kegiatan, dan penemuan (Nur, 2008:4). Salah satu Abruscato Joseph (1996:40-49) secara garis
prinsip teori Vygotsky yaitu Pemagangan Kognitif. besar mengemukakan bahwa keterampilan proses
Prinsip ini mengacu pada proses siswa tahap demi IPA dibagi menjadi dua yaitu (1) Keterampilan
tahap mencapai kepakaran dalam interaksinya proses dasar dan (2) keterampilan proses
dengan seorang pakar, apakah seorang dewasa atau terintegrasi. Keterampilan proses dasar meliputi :
teman sebaya yang lebih tinggi pengetahuannya. (a) observasi, (b) hubungan antara ruang dan waktu,

176 Copyright @ 2016 Jurnal Review Pendidikan Dasar:


Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian
Jurnal Review Pendidikan Dasar: Vol 2, No 2, Mei 2016
Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian http://journal.unesa.ac.id/index.php/PD
e-ISSN: 2460-8475

(c) penggunaan angka, (d) klasifikasi, (e) Model Dick and Carey adalah model desain
mengukur, (f) mengkomunikasikan, (g) prediksi Instruksional yang dikembangkan oleh Walter
dan (h) menyimpulkan. Ketrampilan proses Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model ini
terintegrasi meliputi : (a) pengendalian variabel, (b) adalah salah satu dari model prosedural, yaitu
interpretasi, (c) merumuskan hipotesis, (d) definisi model yang menyarankan agar penerapan prinsip
operasional, dan (e) eksperimen. disain instruksional disesuaikan dengan langkah-
Menurut Nur (1996), enam keterampilan langkah yang harus di tempuh secara berurutan.
proses dasar yang perlu dilatihkan kepada siswa Model Dick and Carey tertuang dalam
adalah : pengamatan, pengukuran, klasisifikasi, bukunya The Systematic Design of Instruction edisi
komunikasi, prediksi dan inferensi. Keenam 6 tahun 2005. Perancangan instruksional menurut
keterampilan proses dasar ini merupakan prasarat sistem pendekatan model Dick & Carey terdapat
untuk keterampilan proses terpadu. Seluruh beberapa komponen yang akan dilewati di dalam
keterampilan proses ini diperlukan apabila proses pengembangan dan perencanaan tersebut.
seseorang sedang berupaya menemukan pemecahan Langkahnya ditunjukkan pada gambar berikut ini :
atas suatu masalah ilmiah. Keterampilan proses
terpadu khususnya diperlukan apabila seseorang
melakukan eksperimen untuk memecahkan
masalah. Keterampilan proses terpadu yang penting
dilatihkan meliputi ; identifikasi variabel,
pengontrolan variabel, interpretasi data, perumusan
hipotesis, perumusan definisi operasional variabel,
perencanaan dan pelaksanaan eksperimen.
Dimyati dan Mudjiono (2002:138) memuat
ulasan pendekatan keterampilan proses yang
diambil dari pendapat Funk (1985) yaitu : (1) Gambar 1. Model Desain Sistem Instruksional dari
Pendekatan keterampilan proses dapat Dick and Carey (2000)
mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa.
Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu METODE
pengetahuan dengan baik karena lebih memahami Penelitian ini merupakan penelitian
fakta dan konsep ilmu pengetahuan; (2) pengembangan (Development research), karena
Pembelajaran melalui keterampilan proses akan mengembangkan perangkat pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terdiri dari Silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan
bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya Pembelajaran), LKS (Lembar Kegiatan Siswa),
menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu MAS (Materi Ajar Siswa) dan THB (Tes Hasil
pengetahuan; (3) Keterampilan proses dapat Belajar). Penelitian pengembangan ini dilaksanakan
digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
sekaligus produk ilmu pengetahuan. berbasis penemuan terbimbing melatihkan
Menurut Dimyati (2009), Keterampilan keterampilan proses sains yang selanjutnya akan
Proses memiliki beberapa kelebihan diantaranya diujicobakan di kelas IV SD.
adalah : Sasaran penelitian adalah perangkat
a. Keterampilan Proses memberikan rangsangan pembelajaran dengan pendekatan penemuan
ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses
memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan pada materi Gaya yang diujicobakan pada uji coba
dengan baik. terbatas terhadap 10 orang siswa dan uji coba
b. Memberikan kesempatan siswa bekerja dengan lapangan melibatkan 25 orang siswa di kelas IV
ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan SDN Pagerwojo.
atau mendengarkan cerita tentang ilmu Penelitian ini direncanakan di SDN
pengetahuan. Pagerwojo semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
c. Keterampilan Proses membuat siswa menjadi Kegiatan penelitian pada setiap uji coba
belajar proses dan produk ilmu pengetahuan dilaksanakan dalam 5 kali pertemuan, dengan
sekaligus. Hal ini menyebabkan siswa menjadi rincian : 1 kali pertemuan untuk pretest, 3 kali
lebih aktif. pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan 1 kali
pertemuan untuk postest.

177 Copyright @ 2016 Jurnal Review Pendidikan Dasar:


Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian
Jurnal Review Pendidikan Dasar: Vol 2, No 2, Mei 2016
Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian http://journal.unesa.ac.id/index.php/PD
e-ISSN: 2460-8475

Prosedur atau langkah-langkah dalam untuk menyesuaikan materi pada MAS terhadap
penelitian ini meliputi tiga tahap utama yaitu : keterampilan proses yang akan dilatihkan.
Pengembangan perangkat, validasi perangkat dan Selanjutnya adanya konsep dan tulisan kurang
uji coba lapangan. Model pengembangan yang sesuai pada MAS, sehingga harus diperbaiki
digunakan mengacu pada pengembangan perangkat sehingga layak untuk diujicobakan. THB dapat
pembelajaran Dick dan Carey (2005). digunakan mengukur hasil belajar namun sedikit
Pemilihan model Dick dan Carey pada revisi. Adanya butir soal yang tidak sesuai dengan
prinsipnya relevan dengan KTSP. Hal ini sesuai konsep maupun tujuan pembelajaran sehingga
dengan kutipan Ibrahim (2003). Selanjutnya dilakukan revisi. Revisi dilakukan untuk
peneliti mengadaptasi model pengembangan menyesuaikan tujuan pembelajaran terhadap butir
berdasarkan pada ketentuan dan kebutuhan dalam soal yang dikembangkan.
KTSP yang memiliki otoritas penuh dan tanggung Berdasarkan hasil penilaian serta saran-saran
jawab dalam menetapkan kurikulum. Pembelajaran yang diberikan oleh validator terhadap perangkat
sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pembelajaran yang telah dikembangkan, silabus
pendidikan. mendapat penilaian validator dengan kriteria sangat
valid, hal ini menunjukkan komponen-komponen
DISKUSI DAN HASIL PENELITIAN penyusun silabus sudah lengkap dan relevan
Hasil penelitian ini adalah perangkat terhadap pendekatan penemuan terbimbing untuk
pembelajaran IPA yang layak untuk melatihkan melatihkan keterampilan proses. Hasil validasi RPP
keterampilan proses sains serta ikut meningkatkan juga menunjukkan komponen-komponen penyusun
hasil belajar IPA siswa kelas IV SD pada materi RPP sudah lengkap, relevan dengan KTSP, sesuai
Gaya. Perangkat yang dikembangkan meliputi dengan pendekatan penemuan terbimbing untuk
Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), melatihkan keterampilan proses. Langkah-langkah
Lembar Kerja Siswa (LKS), Materi Ajar Siswa dan aktivitas dalam pembelajaran penemuan
(MAS), Tes Hasil Belajar (THB). terbimbing menekankan keterlibatan siswa secara
Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan aktif atau pembelajaran yang berpusat kepada
oleh pakar ahli menunjukkan bahwa kelayakan siswa. Guru sebagai fasilitator yang memberikan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat bimbingan kepada siswa untuk melatihkan
dikatakan valid karena nilai validitas perangkat keterampilan proses. Hal ini sesuai dengan
3,60 ≤ SV ≤ 4,59 dan Reliable karena nilai pendapat Bruner dalam Nur (2000) menyatakan
realibilitas telah melewati batas minimal yang bahwa pentingnya siswa terlibat aktif dalam
ditetapkan yaitu (r) ≥ 0.75. pembelajaran dan meyakini bahwa pembelajaran
Menurut saran validator, silabus dapat yang terjadi sebenarnya melalui penemuan.
digunakan dengan sedikit revisi. Revisi dilakukan Hasil penilaian LKS oleh validator dengan
untuk perbaikan pada penyesuaian tujuan kriteria valid, hal ini menunjukkan LKS relevan dan
pembelajaran dan indikator sehingga layak untuk sesuai dengan pendekatan penemuan terbimbing
diujicobakan. RPP dapat digunakan sedikit revisi. untuk melatihkan keterampilan proses. LKS yang
Revisi dilakukan untuk penyesuaian tujuan dikembangkan peneliti memiliki kelebihan yaitu
pembelajaran dan indikator sehingga layak untuk menggunakan gambar yang berwarna dan bersifat
diujicobakan dan sesuai terhadap pendekatan komunikatif, memiliki petunjuk dan arahan yang
penemuan terbimbing, permasalahan yang jelas sehingga memudahkan siswa untuk
diberikan atas dasar fenonema kehidupan sehari- mengerjakannya, isi materi tidak menyimpang dari
hari/nyata. LKS dapat digunakan sedikit revisi. materi yang diajarkan, pada kegiatan LKS
Revisi dilakukan untuk menyesuaikan langkah- dilakukan secara berkelompok agar tercipta
langkah kegiatan pada LKS terhadap keterampilan interaksi dalam pembelajaran baik dengan guru
proses yang akan dilatihkan sehingga layak untuk maupun dengan siswa, Alat dan bahan yang
diujicobakan. Perbaikan juga dilakukan agar digunakan dalam kegiatan pada LKS merupakan
disesuaikan terhadap pendekatan penemuan barang bekas yang banyak dijumpai dengan
terbimbing, permasalahan yang diberikan atas dasar lingkungan siswa, Isi materi tidak menyimpang dari
fenonema kehidupan sehari-hari/nyata, materi yang materi yang diajarkan.
disajikan harus dipastikan tidak salah konsep. MAS Komponen kegiatan pada LKS tersebut
dapat digunakan sedikit revisi. Revisi dilakukan sesuai dengan teori Vygotsky mengemukakan

178 Copyright @ 2016 Jurnal Review Pendidikan Dasar:


Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian
Jurnal Review Pendidikan Dasar: Vol 2, No 2, Mei 2016
Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian http://journal.unesa.ac.id/index.php/PD
e-ISSN: 2460-8475

empat prinsip seperti yang dikutip oleh (Slavin, bentuk uraian, sedangkan THB keterampilan proses
2000: 256) yaitu: (1) pembelajaran sosial (social terdiri dari 8 soal uraian. Seluruh butir soal
leaning). Pendekatan pembelajaran yang dipandang dikembangkan berdasarkan jenjang kognitif soal
sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Selanjutnya, dari C1-C6 dan tujuan pembelajaran yang telah
Piaget dalam slavin (2011) menyatakan bahwa dirumuskan serta keterampilan proses yang akan
perkembangan kognitif bergantung pada seberapa dilatihkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syaiful
jauh siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Bahri Djamarah dan Aswan Zain, (1997:120-121)
Ia menyatakan bahwa perkembangan kognitif mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan
terbentuk bukan hanya hasil kematangan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut
organisme, bukan pula pengaruh lingkungan dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.
semata, melainkan hasil interaksi diantara Tingkat keterbacaan materi ajar siswa
keduanya. Sudirman (1991:203) yang menyatakan merupakan tingkat pemahaman siswa terhadap
LKS merupakan salah satu bahan ajar sebagai materi ajar yang dikembangkan untuk mengukur
sumber belajar yang membawa pesan untuk tujuan kualitas MAS, yang dilakukan oleh seluruh
pengajaran dan kegiatan yang diupayakan untuk siswa/responden untuk dijadikan sampel.
dikuasai siswa. Analisis penilaian terhadap Tingkat
Berdasarkan hasil penilaian validator, MAS keterbacaan materi ajar siswa diketahui rata-rata
dengan kriteria valid, hal ini menunjukkan MAS yaitu 34.67%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
relevan dan sesuai dengan pendekatan penemuan keterbacaan materi ajar siswa rendah dan sangat
terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses. mudah dipahami oleh siswa.
Hasil analisis data kriteria kelayakan materi ajar Berdasarkan uraian di atas, sehingga dapat
siswa, menunjukkan bahwa materi ajar siswa dikatakan perangkat pembelajaran yang
tersebut berbeda dari buku-buku yang telah dikembangkan berdasarkan masing-masing
digunakan siswa selama ini. Adanya kelebihan penilaian oleh validator, rata-rata termasuk dalam
tersebut antara lain di awal terdapat kalimat kategori valid sehingga layak digunakan pada
bertanya adalah untuk menumbuhkan rasa ingin ujicoba di kelas. Analisis persentase tingkat
tahu siswa sebelum masuk pada materi yang keterbacaan materi ajar siswa dapat disimpulkan
disajikan sehingga siswa akan menemukan konsep tingkat keterbacaan materi ajar siswa rendah dan
melalui MAS yang dikembangkan, materi siswa mudah dipahami oleh siswa.
disusun sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Kriteria kedua, kelayakan sebuah perangkat
Komponen MAS tersebut sesuai teori yang baik menurut Nieeven (1999:125) yaitu adalah
Bruner yaitu belajar dengan penemuan dan kepraktisan. Kepraktisan perangkat pembelajaran
pendapat arikunto dalam Djamarah dan Zain dapat dianalisis melalui keterlaksanaan RPP selama
(1996:50) yang menyatakan bahwa materi ajar pembelajaran, Aktivitas siswa, dan hambatan-
adalah salah satu bahan ajar yang merupakan unsur hambatan selama proses pembelajaran yang diukur
inti dalam kegiatan belajar mengajar yang harus melalui pengamatan.
disesuaikan dengan kebutuhan anak didik pada usia Hasil analisis pada keterlaksanaan RPP
tertentu dan lingkungan tertentu pula. Kelebihan sangat baik dan diperoleh rata-rata KBM-1 100%,
berikutnya yaitu gambar berwarna dan sesuai KBM-2 100%, KBM-3 100%. Keterlaksanaan RPP
materi yang diajarkan serta adanya rangkuman dan tersebut dapat dikatakan sangat baik karena skala
daftar istilah yang memberikan informasi dan keterlaksanaan 76 % – 100% dan Reliable karena
pengetahuan baru pada siswa. nilai realibilitas telah melewati batas minimal yang
THB mendapat penilaian oleh validator ditetapkan yaitu (r) ≥ 0.75. Hal ini menunjukkan
dengan kriteria valid dan sesuai dengan tujuan guru telah melaksanakan seluruh tahapan atau
pembelajaran yang dikembangkan. Pada penelitian sintaks pembelajaran berbasis pendekatan
pengembangan ini dilakukan pengukuran hasil penemuan terbimbing. Adapun sintaks yang telah
belajar siswa baik kemampuan kognitif maupun dikembangkan merupakan sintaks yang diadaptasi
keterampilan proses siswa, sehingga dikembangkan dari Eggen (2002) dan Kartawisastra, dkk. (1980).
Tes Hasil Belajar (THB) berupa THB kemampuan Analisis hasil pengamatan terhadap aktivitas
kognitif dan THB keterampilan proses siswa. THB siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan
kognitif dikembangkan 19 butir soal yang terdiri penemuan terbimbing untuk melatihkan
dari 14 butir bentuk pilihan ganda dan 5 butir keterampilan proses, diperoleh rata-rata aktivitas

179 Copyright @ 2016 Jurnal Review Pendidikan Dasar:


Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian
Jurnal Review Pendidikan Dasar: Vol 2, No 2, Mei 2016
Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian http://journal.unesa.ac.id/index.php/PD
e-ISSN: 2460-8475

KBM-1 93.14 % dengan tingkat realibilitas 0.98, mencapai 43.3 dengan ketuntasan 0%. Hal ini
KBM-2 92.57 % dengan tingkat realibilitas 0.98, dikarenakan siswa baru mengenal keterampilan
KBM-3 93.90% dengan tingkat realibilitas 0.98. proses, selama ini siswa tidak pernah dikenalkan
Aktivitas siswa dapat dikatakan sangat aktif karena terhadap keterampilan proses dalam pembelajaran.
rata-rata skala yang diperoleh setiap KBM 76%- Selanjutnya, setelah diberikan pembelajaran
100% dan reliable karena nilai realibilitas telah berorientasi penemuan terbimbing dilakukan
melewati batas minimal yang ditetapkan yaitu (r) ≥ postest, ketuntasan secara individu maupun secara
0.75. klasikal dari 25 orang siswa mengalami
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan peningkatan, dengan rata-rata 84 dan persentase
bahwa perangkat pembelajaran berbasis penemuan ketuntasan 92% yang diperoleh menunjukkan
terbimbing juga telah memenuhi kriteria bahwa keterampilan proses secara individu maupun
kepraktisan, yang dibuktikan dengan klasikal telah tuntas. Adapun besarnya peningkatan
keterlaksanaan RPP mencapai rata-rata 100% atau / N-Gain skor pada pretest-postest yang telah
terlaksana sangat baik, Aktivitas siswa sangat tinggi dilakukan dikategorikan tinggi dengan rata-rata
berkisar 76%-100% , serta hambatan-hambatan gain 0.72. Hal ini menjelaskan bahwa pembelajaran
yang ditemukan pada saat penelitian tidak terlalu penemuan terbimbing mempunyai efek yang positif
banyak dan segera memiliki solusi. Hal ini terhadap keterampilan proses siswa.
membuktikan bahwa perangkat pembelajaran telah Meskipun keterampilan siswa mengalami
memenuhi kriteria kepraktisan. peningkatan, namun dalam proses pelatihan
Kriteria ketiga, kelayakan sebuah perangkat keterampilan proses siswa masih ada hambatan
yang baik menurut Nieeven (1999:125) yaitu adalah yaitu siswa masih merasa bingung tentang
keefektifan. Keefektifan perangkat pembelajaran hipotesis. Hal ini dapat dilihat dari hasil postest
dapat dianalisis melalui keterampilan proses sains masih ada 2 orang siswa yang belum tuntas.
pada proses pembelajaran, hasil belajar siswa dan Tingkat sensitivitas untuk masing-masing
respon siswa. butir soal yang digunakan dalam ujicoba. Rata-rata
Analisis hasil belajar siswa dibagi menjadi sentivitas dari 8 butir soal yang terdiri dari soal
dua yaitu hasil belajar kognitif dan hasil belajar uraian diperoleh 0.43 yang berarti tingkat
keterampilan proses. Hasil belajar siswa merupakan sensitivitas keleluruhan butir soal dikategorikan
salah satu indikator kelayakan perangkat sedang dan peka terhadap pembelajaran. Hal ini
pembelajaran yang dikembangkan. Ketuntasan sesuai pendapat Aiku (1997:69), butir soal
individu tujuan pembelajaran dan KBM dengan dikatakan baik apabila sensitivitas antara 0 dan 1.
menerapkan pendekatan penemuan terbimbing Kriteria yang dipakai untuk menyatakan bahwa
untuk melatihkan keterampilan proses dapat butir soal peka terhadap pembelajaran jika S ≥ 0,
dikatakan tuntas apabila semua proporsi tujuan 30.
pembelajaran besarnya ≥75 sesuai dengan standar Analisis hasil belajar kognitif siswa pada
ketuntasan SDN Pagerwojo. Ketuntasan hasil pretest dari 25 siswa, hanya ada 3 orang yang tuntas
belajar secara klasikal apabila 85% dari dari standar ketuntasan yang ditetapkan yaitu 75,
keseluruhan siswa mencapai proporsi tujuan yang dibuktikan dengan rata-rata ketuntasan kelas
pembelajaran besarnya ≥75. pada pretest hanya mencapai 57.13 dengan
Jenis soal pelatihan keterampilan proses persentase ketuntasan 12%. Selanjutnya, setelah
pada penelitian ini meliputi : keterampilan proses diberikan pembelajaran berorientasi atau posttest
mengamati, mengukur, menginferensi, penemuan terbimbing, ketuntasan secara individu
memprediksi, interpretasi, hipotesis, maupun secara klaksikal dari 25 orang siswa
pengkomunikasian dan menyimpulkan. Jumlah soal mengalami peningkatan dan tuntas semua, dengan
untuk mengukur keterampilan proses sebanyak 8 rata-rata 90.36 dan persentase ketuntasan 100%
butir sesuai dengan keterampilan proses yang yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil belajar
diujicobakan. secara individu maupun klasikal telah tuntas.
Pada pretest diketahui dari 25 siswa belum Adapun besarnya peningkatan / N-gain skore pada
ada yang tuntas dari standar ketuntasan yang pretes-postest yang telah dilakukan dikategorikan
ditetapkan yaitu 75 baik ketuntasan secara individu tinggi dengan Rata-rata gain 0.93. Hal ini
maupun secara klasikal yang dibuktikan dengan menjelaskan bahwa pembelajaran penemuan
rata-rata ketuntasan kelas pada pretest hanya terbimbing mempunyai efek yang positif terhadap

180 Copyright @ 2016 Jurnal Review Pendidikan Dasar:


Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian
Jurnal Review Pendidikan Dasar: Vol 2, No 2, Mei 2016
Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian http://journal.unesa.ac.id/index.php/PD
e-ISSN: 2460-8475

kemampuan kognitif siswa. Ketuntasan siswa layak untuk untuk melatihkan keterampilan proses
menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis sains di kelas IV SD khususnya pada materi gaya.
pendekatan penemuan terbimbing untuk melatihkan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
keterampilan proses cocok dan sangat baik temuan yaitu perangkat pembelajaran yang
digunakan untuk mengajar pada materi gaya. dikembangkan berdasarkan pendekatan penemuan
Rata-rata sentivitas dari 19 butir soal yang terbimbing telah layak untuk melatihkan
terdiri dari 14 soal bentuk pilihan ganda yaitu 0.25 keterampilan proses sains siswa sekolah dasar pada
kategori rendah dan 5 soal uraian diperoleh 0.57 materi Gaya. Hal ini didukung dari validitas
kategori sedang dan peka terhadap pembelajaran. perangkat pembelajaran yang valid dan reliable,
Hal ini sesuai pendapat menurut Aiku (1997:69), keterbacaan materi ajar siswa yang dikembangkan
butir soal dikatakan baik apabila sensitivitas antara sangat mudah dipahami oleh siswa. Perangkat
0 dan 1. Kriteria yang dipakai untuk menyatakan pembelajaran yang dikembangkan dikatakan
bahwa butir soal peka terhadap pembelajaran jika S praktis, karena didukung oleh keterlaksanaan
≥ 0, 30. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sangat
Hasil validitas empiris butir soal posttest baik, aktivitas siswa selama pelaksanaan
THB kognitif dan THB keterampilan proses yang pembelajaran sangat aktif. Perangkat pembelajaran
dihitung dengan program SPSS yaitu valid karena yang dikembangkan dikatakan efektif, karena
nilai item soal berada di atas nilai signitifikansi dari didukung oleh hasil belajar kognitif dan
25 orang siswa yaitu 0.381. Butir soal juga keterampilan proses sains siswa yang meningkat
dinyatakan reliable karena setiap butir soal dan tuntas secara klasikal serta respon siswa
memiliki nilai (r) pada Alpha Cronbach di atas terhadap pembelajaran sangat positif.
0.75. Secara keseluruhan perangkat pembelajaran
Analisis dilakukan dengan cara memberikan berbasis pendekatan penemuan terbimbing untuk
angket yang berisi 25 butir pernyataan sesuai melatihkan keterampilan proses yang
dengan tingkat kesetujuan masing-masing siswa. dikembangkan dinilai telah memenuhi seluruh
Respon siswa terhadap pembelajaran diperoleh kriteria sebuah perangkat pembelajaran yang baik.
rata-rata persentase dari 25 orang siswa sebagai Seperti menurut Nieveen (1999:125), perangkat
responden yaitu 85.92% . Berdasarkan hasil pembelajaran yang baik jika memenuhi kriteria
persentase tersebut dapat dikategorikan bahwa kevalidan, kepraktisan dan keefektifan.
tingkat respon siswa sangat baik dan positif Kelayakan perangkat pembelajaran tersebut
terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan didukung melalui validasi oleh 2 orang validator
penemuan terbimbing untuk melatihkan yang ahli di bidang perangkat pembelajaran
keterampilan proses. Menurut pendapat Piaget yang maupun materi. Hal ini juga sesuai dengan
dikutip oleh Nur (2004) bahwa proses penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
perkembangan kognitif ikut ditentukan oleh Handayani.S.A (2012). Hasil penelitian
lingkungan belajar siswa. Jika lingkungan siswa menyatakan pembelajaran penemuan terbimbing
merupakan lingkungan yang aktif, maka kognitif serta perangkatnya efektif meningkatkan hasil
siswa akan terpola untuk mampu menguasai konsep belajar dan keterampilan proses sains siswa pada
dan memecahkan masalah dengan cepat. konsep sistem pernapasan. Selanjutnya,
Hasil penyelidikan rata-rata setiap kelompok Pembelajaran penemuan terbimbing dapat
mendapat nilai di atas 75, sehingga dapat dikatakan melatihkan keterampilan proses dan memberi
tuntas. Siswa telah mampu melakukan kegiatan peluang kepada siswa melakukan proses berpikir
penyelidikan menggunakan keterampilan proses untuk menemukan konsep. (Lutfiandari.A, 2013).
melalui bimbingan guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat PENUTUP
diketahui bahwa hasil keterampilan proses dan Berdasarkan temuan, disimpulkan bahwa
kognitif siswa telah mencapai ketuntasan 100%, perangkat pembelajaran berbasis pendekatan
Respon siswa positif terhadap perangkat penemuan terbimbing yang dikembangkan layak
pembelajaran menggunakan pendekatan penemuan untuk melatihkan keterampilan proses serta dapat
terbimbing, 85.92%. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya pada
perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah siswa kelas IV SD.
memenuhi kriteria keefektifan. Sehingga sangat

181 Copyright @ 2016 Jurnal Review Pendidikan Dasar:


Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian
Jurnal Review Pendidikan Dasar: Vol 2, No 2, Mei 2016
Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian http://journal.unesa.ac.id/index.php/PD
e-ISSN: 2460-8475

Berdasarkan diskusi hasil penelitian dan http://digitalcommons.uconn.edu/nera_2008/30


temuan selama penelitian, maka disarankan dalam Cooney, and Davis. (1975). Dynamics Of Teaching
menerapkan pembelajaran berbasis pendekatan Secondary School Mathematics. U.S.A :
penemuan terbimbing untuk melatihkan Houghton Mifflin Company
keterampilan proses sebaiknya perlu dipersiapkan Darmodjo, H. dan Kaligis, J.R.E. (1992).
terlebih dahulu mengenai langkah-langkah Pendidikan IPA 2. Jakarta: Departemen
pembelajarannya serta memperhatikan alokasi Pendidikan dan Kebudayaan.
waktu agar memperoleh hasil yang maksimal. Depdiknas. (2004). Kurikulum : Standar
Kompetensi Mata Pelajaran SAINS SD/MI.
DATAR PUSTAKA Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang
A.M., Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Depdiknas.
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Devi, K.P., Sofie.R.R., dan Khairuddin. (2009).
Persada Pengembangan Perangkat Pembelajaran.
Abruscato, J. (1996). Teaching Children Science a Bandung: Pusat Pengembangan dan
Discovery Approach. Massuchusset : Allyn Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
& Bacan. Kependidikan IPA.
Afandi, M. dan Badarudin. (2011). Perencanaan Devi, K.P.(2010). Keterampilan Proses dalam
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Pembelajaran IPA untuk Guru SMP.Jakarta
Anderson, L.W. & David R.K. ( 2001). A : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Taxonomy for Learning and Teaching and Pendidikdan Tenaga Kependidikan IPA
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy (P4TK).
of Educational Objectives Dhari. (1998). Metode Pembelajaran. Malang:
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Depdikbud.
Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta : Dick, W., Carey, L. and Carey, J. (2005). The
Penerbit PT Rineka Cipta. Systematic Design of Instruction. Boston,
B. Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar MA; Pearson.
Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV
Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Pendoman Ilmu Jaya
Nasional. Djamarah, S.B dan Aswan Z. (1997). Strategi
Blosser, E., P. (1973). Handbook Of Effective Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Questioning Techniques. The Ohio States Eggen, D.P.K. (2012). Strategi dan Model
University Columbus. Ohio Pembelajaran. Jakarta: Indeks.
Borich, G.D. (1994). Observation Skills for Gholamian, A. (2013). Studying the Effect of
Effektive Teaching. New York : Macmillan Guided Discovery Learning on Reinforcing
Publishing Company. the Creative Thinking of Sixth Grade Girl
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar Di Students in Qom during 2012-2013
Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Academic Year. Journal of Applied Science
Carin, A.A and Robert B.S. (1993). Teaching and Agriculture, 8(5) October 2013, Pages:
Science Trought Discovery 7th Edition. New 576-584. American-Eurasian Network for
York : MacMillan Publishing Company Scientific Information (AENSI) Journals,
Chiappetta, E.L dan Koballa.T.R. (2010). Science home page:
Instruction In The Middle and Secondary www.aensiweb.com/jasa/index.html
Schools Developing Fundamental Gulo, W.(2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta
Knowledge and Skills. Pearson : Grasindo
Education,Inc Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar.
Cohen, M.T. (2008). The Effect of Direct Jakarta : Bumi Aksara
Instruction versus Discovery Learning on Handayani, S.A. (2012). Pengembangan Perangkat
the Understanding of Science Lessons by Pembelajaran IPA Berbasis Metode
Second Grade Students. NERA Conference Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)
Proceedings 2008. Paper 30. untuk Melatihkan Keterampilan Proses

182 Copyright @ 2016 Jurnal Review Pendidikan Dasar:


Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian
Jurnal Review Pendidikan Dasar: Vol 2, No 2, Mei 2016
Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian http://journal.unesa.ac.id/index.php/PD
e-ISSN: 2460-8475

Sains.(Tesis Magister Pendidikan tidak Inc.Vol. 59, No. 1, 14–19 DOI:


dipublikasikan).Unesa. 10.1037/0003-066X.59.1.14
Hudojo, H. (1984). Metode Mengajar Matematika. Mc. Greal. (2004). Online Education Using
Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti. Learning Objects. Stoodleigh, Devon :
Hikmawati. (2008). Hubungan Antara Minat Baca Florence Production Ltd.
dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Di Rose Amnah Abd Rauf. (2013). Journal
SLTP Pahlawan Nasional Medan Tahun :Inculcation of Science Process Skills in a
Ajaran 2007/2008. Medan :(Tesis magister Science Classroom. Faculty of Education,
pendidikan tidak dipublikasikan). UNIMED Universiti Malaya (UM), Kuala Lumpur
Ibrahim, M. (2005). Pembelajaran Berdasarkan 50603, Malaysia. Asian Social Science; Vol.
Masalah.Surabaya : University Press. 9, No. 8; 2013 Published by Canadian
Ibrahim, M. (2010). Dasar-dasar Proses Belajar Center of Science and Education.
Mengajar.Surabaya : University Press. Seel dan Richey. (1994). Instructional Technology.
Kardi, S dan Nur, M. (2003). Pengantar Pengantar AECT. Washington, DC.
pada Pembelajaran dan Pengelolaan Kelas. Setya, AN. (2010). Pengembangan Perangkat
Surabaya : Uni press Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan
Kartawisastra, H. Una, Abimanyu. Soli. (1999). Penemuan Terbimbing untuk Melatihkan
Penemuan sebagai Metode Belajar Keterampilan Berfikir Siswa Sekolah
Mengajar. Jakarta: Proyek Pengembangan Dasar.(Tesis magister pendidikan tidak
Pendidikan Guru (P3G) Depdikbud. dipublikasikan). Universitas Negeri
Karuru, P. (2002). Penerapan Keterampilan Proses Surabaya.
dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Siswoyo, D.(2011). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
untuk Meningkatkan Kualitas Belajar SLTP. UNY Press
Trowbridge Leslie W., Bybee, Rodger W. (1990) Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang
Becoming a Secondary School Science Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Teacher . Merrill Publishing Company : Slavin, Robert E. (2011). Psikologi Pendidikan
University of Virginia (Teori dan Praktik) Jilid 2. Jakarta: PT.
Lutfhiandari, A. (2013). Pengembangan Perangkat Indeks.
Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Suhadi. (2007). Petunjuk Perangkat pembelajaran
Penemuan Terbimbing untuk Melatihkan Surakarta : Universitas
Keterampilan Proses Siswa SMP.(Tesis Muhammadyah.http://anrusmath.wordpress.
magister pendidikan tidak dipublikasikan). com/2007/09/29/perangkatpembelajaran.(dia
Universitas Negeri Surabaya. kses 22 April 2015).
Marzano, R.J. (1992). A Different Kind of Sund, R.B & Trowbridge, L. (1973). Teaching
Classroom, Teaching with Dimensions of Science Inkuiri by In The Secondary
Learning. Alexandria.VA: ASCD Schools.Ohio : Charles E. Merril Publishing
Mulyasa, E.(2006). Kurikulum Tingkat Satuan Co.
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran
Nur, M. dan Wikandari, P.R. (2008).Pengajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : PT. Kencana.
Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Udo, Mfon Effiong. (2010). Effect of Guided-
Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya : Discovery, Student- Centred Demonstration
University Press. and the Expository Instructional Strategies
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil on Students’ Performance in Chemistry (Pp.
Belajar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar 389-398) An International Multi-
Ratumanan, Taney Gerson. (2002). Belajar dan Disciplinary Journal, Ethiopia Vol. 4 (4),
Pembelajaran. Surabaya : Unesa, University Serial No. 16, October, 2010 Department of
Press Science Education, University of Uyo, Uyo
Richard E. Mayer. (2004). Should There Be a Three Cross River State, Nigeria
Strikes Rule Against Pure Discovery Zulfiani. (2009). Strategi Pembelajaran Sains.
Learning? The Case for Guided Methods of Jakarta: Lembaga Penelitian UIN.
Instruction. Copyright 2004 Journal by the
American Psychological Association,

183 Copyright @ 2016 Jurnal Review Pendidikan Dasar:


Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian

Anda mungkin juga menyukai