Anda di halaman 1dari 14

Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR


KRITIS MAHASISWA MAHASISWA PADA MASTERI ARRHENIUS
ASAM BASA

Ratu Betta Rudibyani


Ratu.betta.r@gamil.com
Fakultas Pendidikan dan Pelatihan Guru, Universitas Lampung,
Jalan. Soemantri Brojonegoro No.1

ABSTRAK

Keefektifan pembelajaran Discovery untuk meningkatkan Kecakapan Berpikir Kritis mahasiswa pada
Penguasaan Basis Asam Arrhenius. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran
penemuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada penguasaan asam basa Arrhenius. Pembaruan
penelitian ini adalah integrasi model pembelajaran penemuan, Struktur kurikulum 2013, bahan asam basa
Arrhenius dengan aspek keterampilan berpikir kritis menurut Ennis. Penelitian ini menggunakan eksperimen semu
dengan desain kelompok kontrol pretest-postest non-equivalent. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa Program Magister Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung
tahun akademik 2017/2018. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling dan diperoleh sampel yaitu
kelas A sebagai kelas eksperimen sebanyak 31 siswa dan Kelas B sebagai kelas kontrol adalah 30 siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran penemuan dengan nilai n-Gain memiliki kriteria tinggi
dan ukuran efek memiliki kriteria besar. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa discovery learning
efektif dan memiliki ukuran efek yang tinggi dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada penguasaan
basa asam Arrhenius.

Kata kunci: belajar penemuan, keterampilan berpikir kritis

PENDAHULUAN

Studi sains saat ini masih jauh dari harapan (Pongsophon & Herman,
2017). Ini dibuktikan berdasarkan survei yang dilakukan oleh TIMSS dan PISA pada kemampuan penalaran siswa dan
kemampuan untuk menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari dalam mata pelajaran sains. Hasil survei yang dilakukan
oleh TIMSS pada 2015, menyatakan bahwa Indonesia berada di peringkat 44 dari 47 negara dan proses pembelajarannya
termasuk dalam kategori berkinerja rendah (TIMSS, 2015). Hasil survei PISA pada tahun 2015 menyebutkan bahwa Indonesia
berada di peringkat 62 dari 69 negara (PISA, 2015). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh kedua lembaga, itu memberi
makna bahwa pada penguasaan konsep siswa Indonesia di bidang IPA berpengaruh rendah terhadap hasil belajar siswa yang
rendah.

Salah satu cabang ilmu yaitu kimia. Pembelajaran kimia harus mempertimbangkan karakteristik
kimia sebagai sikap, proses, dan produk (Permendikbud,
2014). Kimia adalah salah satu pelajaran paling sulit bagi sebagian besar siswa sekolah menengah dan

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 41
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

siswa. Kesulitan mempelajari kimia terkait dengan karakteristik kimia dan kesulitan dalam memahami
konsep kimia. Sebagian besar kimia adalah abstrak. Materi pelajaran kimia sangat kompleks.

Berdasarkan hasil diskusi dan observasi dengan tim dosen kimia membuktikan bahwa pembelajaran kimia
masih belum memperhatikan dan melatih karakteristik kimia seperti sikap, proses, dan produk. Proses perkuliahan,
dosen telah menciptakan kelompok diskusi mahasiswa, tetapi kelompok tersebut digunakan untuk membahas pertanyaan
pelatihan yang berisi penerapan materi yang telah diberikan oleh dosen. Hal tersebut kemudian memunculkan masalah
yaitu perkuliahan yang diperoleh mahasiswa bukanlah hasil dari proses menemukan diri mereka sendiri tetapi dari
informasi yang diberikan oleh dosen tersebut, siswa mendapat sedikit kesempatan untuk terlibat aktif, dan siswa yang
kurang mampu untuk memperkaya dan mengembangkan ide atau produk dan menambahkan atau merinci detail suatu
objek, ide atau situasi sehingga menjadi lebih menarik bagi siswa sendiri dan penguasaan konsep siswa masih rendah.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan meningkatkan kuliah yang bisa dilakukan
dengan menggunakan pembelajaran penemuan.

Discovery learning adalah pembelajaran di mana siswa belajar untuk menemukan dan menemukan konsep secara
mandiri (Künsting, et al., 2013; Khabibah, 2017). Model pembelajaran penemuan memungkinkan siswa untuk memainkan peran aktif
dalam proses pembelajaran dengan menjawab dan memecahkan masalah untuk menemukan konsep yang tahan lama dan mudah
diingat (Meador, 2005, Maarif, 2016). Dengan demikian model pembelajaran discovery diharapkan dapat digunakan untuk melatih
siswa berpikir kritis.

Keterampilan berpikir kritis adalah proses individu yang menantang untuk mencerminkan pemikiran reflektif,
sistematis, logis, ilmiah, jelas dan rasional, rasional untuk mengumpulkan, menafsirkan, dan mengevaluasi informasi dalam
membuat keputusan (Facione, 2011; Lai, 2011; Marin & Halpern, 2011) . Menurut Ennis (1989), ada 12 indikator
keterampilan berpikir kritis yang terkandung dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan
meliputi: memberikan penjelasan sederhana (klarifikasi dasar), membangun keterampilan dasar, campur tangan, membuat
klarifikasi lebih lanjut, dan strategi dan taktik). Para siswa yang terlatih untuk menjadi terampil dalam berpikir kritis
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui penemuan model pembelajaran (Haseli, 2013; Huang, et al.,
2016).

Salah satu bahan kimia yang diberikan kepada Kursus Kimia Dasar adalah bahan asam-basa. Bahan asam
basa yang akan dilakukan adalah asam basa Arrhenius. Dalam studi ini, siswa dapat diundang untuk mengamati
fenomena solusi asam-basa dan melakukan eksperimen sehingga siswa terlibat langsung dalam karya ilmiah yang
dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa (Lunenburg, 2011; Driver et al., 2015) .

Implementasi menggunakan model discovery learning diharapkan menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa
(Huang et al., 2016; Larsson, 2017). Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, penemuan secara mandiri, membangun
pengalaman, penguasaan konsep materi yang sedang dipelajari dan meningkatkan keterampilan berpikir elaborasi (McHaney,
2012). Model pembelajaran Discovery diharapkan dapat mengeksplorasi keterampilan berpikir kritis siswa dengan lebih baik
(Kistner, et al, 2016; Chen, et al., 2016). Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan
mendeskripsikan keefektifan pembelajaran penemuan. untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada bahan
asam - basa Arrhenius.

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 42
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

METODE PENELITIAN

Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-eksperimental dengan desain kelompok kontrol pretestposttest
non-setara (Fraenkel, 2012). Kelas A adalah kelas eksperimen (menggunakan model discovery learning) dan kelas B adalah kelas kontrol
(menggunakan model pembelajaran ceramah). Kedua kelas mendapatkan pretest sebelum menerima perawatan kemudian dengan
memberikan posttest.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Magister Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung tahun akademik 2017/2018. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster
random sampling dan diperoleh sampel yaitu kelas A sebagai kelas eksperimen sebanyak 31 siswa dan Kelas B sebagai
kelas kontrol adalah 30 siswa.

Media Pembelajaran dan Instrumen Penelitian

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus, Semester Course Plan (RPS),
dan 4 jenis LKS. Instrumen yang digunakan adalah tes keterampilan berpikir kritis yang disesuaikan dengan aspek
keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1989). Item soal adalah pretest dan posttest yang terdiri dari 10 item
pertanyaan pilihan ganda dan 5 pertanyaan deskripsi untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Lembar
observasi dosen dalam mengelola belajar menggunakan model discovery learning.

Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan termasuk validitas dan reliabilitas instrumen, efektivitas, dan ukuran pengaruh.
Analisis data dihitung menggunakan perangkat lunak SPSS. 17.0 dan Microsoft Office Excel.

Validitas dan reliabilitas instrumen dianalisis dengan Iceman versi 4.3 untuk pertanyaan pilihan
ganda dan SPSS 17.0 untuk deskripsi. Pada pertanyaan pilihan ganda, validitas ditentukan dari nilai total
Rpbis sedangkan reliabilitas pertanyaan ditentukan oleh nilai Alpha. Kriteria validitas dan reliabilitas
menurut Arikunto (2004) ditunjukkan pada tabel 1.

TAB LE 1. Kriteria untuk V Sebuah lidity dan Reliab ility


Alpha dan Rpbis Penafsiran
Nilai
0,81 - 1,00 Sangat tinggi
0,61 - 0,80 Tinggi
0,41 - 0,60 Cukup
0,21 - 0,40 Rendah
0,00 - 0,20 Sangat rendah

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 43
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

Pada soal uraian, validitas uraian ditentukan dari nilai rtable dan r hitung dengan pertanyaan
creiteria yang dikatakan valid jika rtabel <r hitung dengan taraf signifikan 5%. Keandalan ditentukan dengan
menggunakan Cronbach's Alpha. Kriteria reliabilitas esai jika Alpha Cronbach ≥ r tabel. Kriteria keandalan
(r11) menurut Guilford ditunjukkan pada Tabel 2.

TA BLE 2. Kriteria untuk Keandalan Degr ee


Tingkat reliabilitas (r 11)
Kriteria
0,80 <r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 <r11 ≤ 0,80 Tinggi
0,40 <r11 ≤ 0,60 Cukup
0,20 <r11 ≤ 0,40 Rendah
0,00 <r11 ≤ 0,20 Tidak dapat diandalkan

Efektivitas model pembelajaran penemuan ditentukan dari kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran penemuan pembelajaran. Menurut Sunyono (2015) dengan rumus:

% Ji • •
• • Ji •
(1)
• •• • 100%
• N •

Deskripsi% Ji = Persentase skor ideal pada pertemuan ke-10, ΣJi = Skor total dari setiap aspek pengamatan dan N
= Skor maksimum. Selanjutnya, menginterpretasikan data dengan menggunakan interpretasi harga persentase seperti pada
tabel 3 menurut Ratumanan (dalam Sunyono,
2015).

TABEL 3. Kriteria kemampuan guru


Persentase Kriteria
81,0% - 100,0% Sangat tinggi
61,0% - 80,0% Tinggi
41,0% - 60,0% Cukup
21,0% - 40,0% Rendah
0,0% - 20,0% Sangat rendah

Efektivitas model penemuan penemuan juga ditentukan dari prestasi dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur dengan nilai-nilai n-Gain, yaitu nilai pretest dan posttest dari
kedua kelas. Rumus N-Gain:
% posttest • % pretest

n Keuntungan • (2)
100%• pretest

Dengan kriteria n-Gain menurut Hake (1998) yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 44
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

TABEL 4. Kriteria Skor G-Gain


Skor G-Gain Kriteria
n-Gain> 0,7 Tinggi
0,3 < G-Gain ≤ Cukup
0,7
G-Gain ≤ 0,3 Rendah

Ukuran efek model pembelajaran penemuan pada peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa asam
basa Arrhenius ditentukan berdasarkan nilai t-test. Sebelum uji-t dilakukan, terlebih dahulu uji normalitas dan uji
homogenitas dengan nilai n-Gain.
Kriteria normalitas dan homogenitas sampel dikatakan terdistribusi normal dan memiliki varian
homogen, jika nilai sig. Shapiro-Wilk> 0,05. Jika sampel terdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik
parametrik adalah uji-t sampel independen pada n-Gain kedua kelas dengan kriteria terima H0 jika nilai sig.
(2-tailed) <0,05, yang berarti rata-rata n-Gain dari keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan
pembelajaran penemuan lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan berpikir kritis menggunakan
model konvensional dan menolak H0 sebaliknya. Kemudian uji independent sample t-test pada nilai pretest
dan posttest kedua kelas.

Berdasarkan nilai t-hitung yang diperoleh dari uji t-test sampel independen nilai pretest dan posttest,
perhitungan dilakukan untuk menentukan ukuran efek. Perhitungan uji ukuran efek menurut Jahjouh (2014)
menggunakan rumus berikut.
tt
2


2
• •
2 df
(3)

Setelah nilai ukuran efek diperoleh maka ditafsirkan oleh kriteria ukuran efek menurut Dincer (2015)
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.

T MAMPU 5. Kriteria Efek Si ze


Ukuran efek Kriteria
(μ)
μ ≤ 0,15 Sangat kecil
0,15 <μ ≤ Kecil
0,40
0,40 <μ ≤ Cukup
0,75
0,75 <μ ≤ Besar
1,10
μ> 1,10 Sangat besar

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 45
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

HASIL DAN DISKUSI

Validitas dan Realibilitas

Berdasarkan validasi data dan reliabilitas pertanyaan pilihan ganda, itu menunjukkan bahwa 10 pertanyaan pilihan
ganda memiliki nilai RPbis dan Alpha di atas 0,41 sehingga 10 pertanyaan dinyatakan valid dan dapat diandalkan dengan
kategori cukup baik.
Hasil uji validitas dan reliabilitas pertanyaan pilihan ganda menggunakan Iteman
4.3 perangkat lunak disajikan pada Tabel 6.

TAB LE 6. Data validitas Sebuah dan keandalan multip item pilihan le


Item Masalah Kriteria Alpha Handal Deskripsi
Total Rpbis Kevalidan Kriteria
1 0,448 Baik 0,554 Cukup Andal dan Valid
2 0,426 Baik 0,565 Cukup Andal dan Valid
3 0,420 Baik 0,562 Cukup Andal dan Valid
4 0,501 Baik 0,555 Cukup Andal dan Valid
5 0,410 Baik 0,588 Cukup Andal dan Valid
6 0,447 Baik 0,555 Cukup Andal dan Valid
7 0,510 Baik 0,543 Cukup Andal dan Valid
8 0,448 Baik 0,554 Cukup Andal dan Valid
9 0,438 Baik 0,557 Cukup Andal dan Valid
10 0,410 Baik 0,574 Cukup Andal dan Valid

Hasil perhitungan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 17.0 diperoleh nilai Korelasi ItemTotal
Dikoreksi yang menunjukkan nilai validitas deskripsi item ditunjukkan pada Tabel 7.

TABEL 7. Hasil dari item uji reliabilitas des cription


Nomor
r hitung Dk r tabel Kriteria
Pertanyaan
1 0,793 19 0,444 Sah
2 0,696 19 0,444 Sah
3 0,785 19 0,444 Sah
4 0,696 19 0,444 Sah
5 0,660 19 0,444 Sah

Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa lima item uraian memiliki nilai rhitung> rtabel, sehingga
kelima butir uraian dinyatakan valid.
Hasil perhitungan reliabilitas dari lima pertanyaan yang dijelaskan dari nilai Cronbach's Alpha adalah
sebesar 0,764 yang berarti lima pertanyaan tersebut memiliki deskripsi reliabilitas tinggi.

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 46
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yang valid dan dapat diandalkan (Arikunto,
2006). Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas, instrumen tes dengan sepuluh pertanyaan pilihan ganda dan
lima deskripsi deskriptif digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa.

Efektivitas Discovery Learning

Pengamatan terhadap kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran yang dilakukan oleh dua pengamat selama
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan kemampuan observasi dosen dalam mengelola perkuliahan.

Hasil perhitungan menunjukkan rata-rata keterampilan dosen dalam mengelola kategori ceramah "sangat
tinggi" dengan persentase rata-rata pencapaian 78,43%. Ini berarti bahwa kemampuan dosen dalam mengelola
pembelajaran discovery learning telah berjalan dengan baik yang dapat dilihat dari aspek pengamatan pendahuluan,
sintaksis, penutupan, dan penilaian dosen.

Hasil pengamatan dari kedua pengamat pada kemampuan dosen dalam mengajar model penemuan pembelajaran
pada bahan asam basa Arrhenius ditunjukkan pada Tabel 8.

TABEL 8. Kemampuan Dosen dalam Mengelola Kuliah


Persentase rata-rata kemahiran dosen (%)
aspec ts dari pengamat panggilan Rata-rata
Pertemuan
dari setiap
Pendahuluan Sintaksis Penutupan penilaian dosen
pertemuan
1 59.00 71.67 63.00 73.00 66.67
2 75.00 79.83 75.00 83.00 78.21
3 78,00 82.83 81.00 85.00 81.71
4 88.00 84.50 88.00 88.00 87.13
Rata-rata 75.00 79,71 76.75 82,25 78.43
Sangat Sangat
Kriteria Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi
tinggi tinggi

Pengamatan dan penilaian kemampuan dosen untuk kuliah menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata guru untuk
mengelola kuliah pada setiap pertemuan adalah peningkatan. Hal ini juga terlihat dari banyaknya mahasiswa yang aktif dalam
proses perkuliahan untuk menemukan konsep suatu materi secara mandiri, mencari konsep secara detail dan member-sentry
di depan teman-temannya mengenai bahan asam basa Arrhenius, dan menambahkan pendapat dari teman-temannya sudah
sangat baik, sehingga siswa mulai terbiasa dengan langkah-langkah model pembelajaran discovery learning.

Kemampuan dosen dalam mengelola kuliah yang baik akan menentukan keberhasilan proses sekolah yang
efektif sehingga tujuan kuliah yang diinginkan dapat tercapai. Kemampuan dosen dalam mengelola perkuliahan mengarah
pada peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan dosen pada pembelajaran
penemuan sintaksis yang dapat diterapkan keterampilan berpikir kritis yaitu pada tahap kedua hingga keenam.

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 47
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

Persentase terbesar adalah kemampuan dosen untuk melakukan pengumpulan, pemrosesan, dan verifikasi data
pertemuan keempat. Hal ini karena pada pertemuan tersebut para dosen sudah terbiasa dan dapat membimbing siswa dalam
melakukan praktikum sehingga siswa dapat mengumpulkan data. Kemendikbud (2013) menjelaskan juga pada tahap
pengumpulan data siswa akan belajar aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi,
sehingga siswa akan terhubung dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dan pada tahap pengolahan data siswa akan
mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban yang nantinya akan dibuktikan pada tahap pembuktian.

Dalam sintaksis pemrosesan data, dosen dapat memancing siswa berpikir dengan pertanyaan untuk
membangun konsep dalam memecahkan masalah dan menggunakan ide dan keterampilan yang telah mereka
pelajari untuk menemukan konsep baru. Jadi melalui keterlibatan aktif mahasiswa itu sendiri dan melibatkan
interaksi antara mahasiswa dan dosen yang diharapkan mengasah keterampilan berpikir kritis (Aun & Kaewurai,
2017; Cargas, Williams, & Rosenberg, 2017; Thomas, 2017). Pada sintaksis hipotesis verifikasi / verifikasi
pembelajaran penemuan pembelajaran didukung oleh kegiatan pengumpulan data melalui buku / webblog atau
berdiskusi dengan teman / dosen (Wenning et al., 2011; Dalgarno, et al., 2014).

Efektivitas model pembelajaran discovery learning diukur dari pencapaian dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa yang dapat dilihat berdasarkan perhitungan statistik. Nilai tengah dari nilai
pretest dan posttest ditunjukkan pada Gambar
1, sedangkan perbedaan rata-rata n-Gain ditunjukkan pada Gambar 2.

GAMBAR 1. Rata-rata skor postes pretest

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pretest di kelas kontrol dan eksperimen berada di
kisaran nilai 24 sehingga sesuai dengan asumsi peneliti bahwa kedua sampel memiliki pengetahuan awal
yang sama. Selain itu, ada peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran penemuan
pembelajaran di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Nilai rata-rata pretest dan
posttest dari keterampilan berpikir kritis siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen telah meningkat, tetapi
peningkatan nilai pretest dan posttest di kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Ini
menunjukkan peningkatan rata-rata nilai pretest dan postes di kelas eksperimen lebih besar dari kelas
kontrol. Dengan demikian, keterampilan kritis

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 48
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

berpikir pada siswa setelah kuliah terapan dengan pembelajaran penemuan lebih baik daripada kuliah terapan sebelumnya.

Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa ditunjukkan melalui nilai n-Gain yang digunakan untuk
melihat perbandingan yang cermat antara perbedaan antara nilai pretest dan posttest dengan perbedaan nilai
maksimum dan nilai pretest sehingga dapat diketahui efektivitas pembelajaran. Penemuan model pembelajaran
dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada bahan asam basa Arrhenius disajikan pada Gambar 2.

GAMBAR 2. Rata-rata skor n-gain

Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan skor rata-rata n-Gain dari kemampuan berpikir kritis siswa kelas
eksperimen 0,71 termasuk dalam kriteria "tinggi" dan keterampilan berpikir kritis n-Gain dari siswa kelas kontrol
sebesar 0,20 termasuk dalam kriteria "rendah" . Ini menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan berpikir kritis
siswa di kelas eksperimen yang diterapkan pada model pembelajaran penemuan berbeda dari rata-rata n-Gain
keterampilan berpikir kritis siswa di kelas yang diterapkan pada model kuliah konvensional tentang asam Arrhenius.
bahan dasar. Ini berarti bahwa keterampilan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen lebih baik daripada
keterampilan berpikir kritis siswa di kelas kontrol.

Pengujian Hipotesis

Hasil uji normalitas dan homogenitas pemikiran kritis siswa di kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.

MEJA 9. Hasil tes normalitas


G-Gain
Kelas N Sig. Kriteria
Nilai Tes
Eksperimen nt
31 0,110 sig. > 0,05

Kontrol 30 0,158 sig. > 0,05

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 49
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas terhadap nilai n-Gain pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen memiliki nilai sig. Shapiro-Wilk di kelas eksperimen dan kelas kontrol> 0,05 sehingga keputusan
tes menerima H0 dan menolak H1 yang berarti data penelitian yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.

TABEL 1 0 . Hasil Uji Homogenitas


G-Gain
Kelas N Nilai Kriteria uji
sig.
Eksperimen nt 3
0,77 sig. > 0,05
1

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa hasil uji homogenitas pada nilai n-Gain pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen memiliki nilai sig. > 0,05, sehingga keputusan tes menerima H0 dan menolak H1 yang berarti kedua sampel
memiliki nilai varians homogen.

Uji Perbedaan Perbedaan Two-n-Gain

Hasil uji perbedaan dua dimensi dari pemikiran kritis n-Gain dari siswa di kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 11.

TABEL 1 1 . T w o -Dua D iffer e Tes nce


sig. ( 2-
Kelas n Avera df
ge
berekor)
Eksperimen nt
31 0,71 59 0,00

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independen dalam program
SPSS 17.0 dengan tingkat signifikan 5%. Kriteria penerimaan tes H1 jika nilai sig. (2-tailed) dari uji-t untuk
persamaan rata-rata <0,05 dan menerima H0 sebaliknya. Hasil uji beda dua rata-rata keterampilan berpikir kritis
siswa n-Gain di kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan nilai sig. (2-tailed) <0,05 sehingga keputusan tes
menerima H0 dan menolak H1 yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam nilai n-Gain untuk kedua
kelas yaitu nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis n-Gain dari siswa dalam eksperimen. kelas yang diterapkan
oleh model penemuan pembelajaran lebih tinggi dari kelas kontrol menggunakan metode konvensional pada bahan
asam basa Arrhenius.

Berdasarkan uji beda dua rata-rata dan kemampuan dosen dalam mengelola ceramah menunjukkan bahwa
ceramah menggunakan model pembelajaran penemuan yang telah dilakukan dengan lebih baik dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa. Sesuai dengan teori Bruner's Discovery Learning yang mengasumsikan bahwa belajar
dengan penemuan sesuai dengan pencarian aktif pengetahuan oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil
terbaik (Bruner, 1999). Pembelajaran Discovery didasarkan pada teori konstruktivisme, siswa harus membangun ilmunya
sendiri

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 50
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

pikiran. Pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lebih lama dan dapat meningkatkan penalaran siswa, kemampuan berpikir, dan
penguasaan konsep siswa (Novak, 2002).

Ukuran Efek

Setelah melakukan uji beda dua rata-rata untuk nilai n-Gain, maka untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh efektifitas pembelajaran model pembelajaran penemuan perhitungan ukuran efek sebelum harus diketahui
sebelum nilai-t dari hasil uji beda dua rata-rata untuk pretest nilai dan posttest di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Nilai t-hitung yang diperoleh dari uji beda dua pretest-posttest dengan independent sample t-test adalah nilai tv di kelas
eksperimen 33,499 dan kelas kontrol 8,658 kemudian digunakan untuk menghitung ukuran efek terhadap keterampilan
berpikir elaborasi dan penguasaan konsep siswa dalam eksperimen kelas dan kelas kontrol ditunjukkan pada Tabel
13.

MEJA 12. V alu e efe c ukuran t dalam contr Hai l dan bereksperimen kelas
sig. ( 2tailed) Nilai Efek Kategor
Kelas ND t Menghitung
f Ukuran saya
Percobaan 3 6 33.49 9 0,98 Besar
0,000
1 0
Kontrol 3 5 8.658 0,75 Sedang
0,000
0 8

Berdasarkan Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) di kedua kelas lebih kecil dari 0,05
sehingga menerima H1, yaitu ada perbedaan yang signifikan dalam rata-rata nilai pretest dan posttest untuk kedua
kelas. Nilai ukuran efek di kelas eksperimen adalah
0,98, sesuai dengan kriteria menurut Dincer (2015) nilainya terletak pada kisaran 0,75 <μ ≤ 1,10 dengan
kategori "efek besar" sedangkan di kelas kontrol memiliki nilai ukuran efek 0,75, kriteria menurut Dincer (
2015) nilainya terletak pada kisaran 0,15 <μ ≤ 0,75 dalam kategori "sedang".

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh model pembelajaran penemuan penemuan di kelas
eksperimen lebih besar dari kelas kontrol pada bahan asam basa Arrhenius. Peningkatan keterampilan berpikir
elaborasi dan penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen 98% dipengaruhi oleh model discovery learning
sedangkan di kelas kontrol 75% dipengaruhi oleh model konvensional.

Berdasarkan uji keefektifan dan uji pengaruh ukuran menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan model discovery learning telah dilakukan secara efektif dan memiliki pengaruh besar
dalam meningkatkan keterampilan berpikir elaborasi dan penguasaan konsep siswa. Hal ini didukung
oleh penelitian (Kistner et al., 2016) yang menyatakan bahwa model discovery learning dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dan penelitian Raab, et al., (2011) juga menunjukkan
bahwa terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dengan prestasi siswa. Selain itu, penelitian
yang dilakukan oleh Rogers (2010) menyatakan bahwa model pembelajaran penemuan penemuan dapat
diterapkan pada bahan asam-basa untuk meningkatkan keterampilan Fleksibel. Kemudian (Martaida, et
al.,

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 51
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

Teori penemuan Bruner terkait erat dengan keterampilan berpikir kreatif, yaitu, jika siswa belajar
dengan berpartisipasi aktif dalam menemukan konsep dan prinsip dan bereksperimen, dapat
meningkatkan keterampilan kognitif sehingga siswa dapat mengembangkan, meningkatkan dan
memperkaya ide, merinci dan memperluas ide temuan (Novak, 2002; Novank, 2011; Mogashoa, 2014).
Kemampuan untuk menemukan atau dapat mengembangkan, menambah dan memperkaya ide, merinci,
memperluas ide adalah salah satu aspek dari keterampilan berpikir kreatif. Menurut Dalgarno, et al.,
(2014) menyatakan bahwa kemampuan berpikir elaborasi dan penguasaan konsep ini dapat digunakan
sebagai sarana agar siswa dapat mengungkapkan temuan dan penguasaan konsep secara detail dan
detail. Karena itu,

KESIMPULAN

Model pembelajaran penemuan efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada bahan asam
basa Arrhenius. Hal ini ditunjukkan oleh kegiatan mahasiswa yang relevan dalam pengajaran dan kemampuan dosen untuk
mengelola pendukung kategori "sangat tinggi", serta perbedaan yang signifikan antara nilai-nilai n-Gain dalam kelas kontrol
dan kelas eksperimen, di mana kelas kontrol memiliki lebih banyak Dapatkan besar.

Model pembelajaran penemuan memiliki ukuran efek "hebat" dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
pada bahan Arrhenius asam-basa.

REFERENSI

Arikunto. 2006.The Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara Aun, S., & Kaewurai, W. 2017.
Kasetsart Jurnal Ilmu Sosial Instruksional
pengembangan model untuk meningkatkan pemikiran kritis dan kemampuan mengajar berpikir kritis dari siswa
yang dilatih di pusat pelatihan pengajaran regional di provinsi Takeo, Kamboja.
Kasetsart Jurnal dari Sosial Sains, 38 ( 1), 88–95.
http://doi.org/10.1016/j.kjss.2016.05.002 Bruner, J.
(1999). Proses Pendidikan, 1–128.
Cargas, S., Williams, S., & Rosenberg, M. 2017. Pendekatan mengajar kritis
berpikir lintas disiplin menggunakan tugas kinerja dengan rubrik umum.
Keterampilan Berpikir dan Kreativitas, 26, 24–37. http://doi.org/10.1016/j.tsc.2017.05.005 Chen, P.,
Tolmie, AK, & Wang, H. 2016. Menumbuhkan pemikiran kritis
anak sekolah di Taiwan menggunakan Analects of Confucius. Jurnal Internasional
Pendidikan Penelitian, 84 ( 2016), 43–54.
http://doi.org/10.1016/j.ijer.2017.02.002
Dalgarno, B., Kennedy, G., & Bennett, S. 2014. Dampak eksplorasi siswa
strategi pembelajaran penemuan menggunakan simulasi berbasis komputer, 37–41.
http://doi.org/10.1080/09523987.2014.977009
Pengemudi, R., Asoko, H., Leach, J., Mortimer, E., Scott, P., & Hilary, D. 2015. in

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 52
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

Pengetahuan Ilmiah Ruang Kelas. American Research Research Association, 23 ( 7), 5–12.

Ennis, R. 1998. Kritis berpikir. Filosofi Pengajaran, 14 ( 1), 5-24.


http://doi.org/10.1016/B978-0-12-375038-9.00057-1
Facione, P. a. 2011. Berpikir Kritis: Apa Artinya dan Mengapa Itu Penting. Wawasan
Penilaian, ( ISBN 13: 978-1-891557-07-1.), 1–28. http://doi.org/ISBN 13: 978-1891557-07-1.

Haseli, Z. 2013. Pengaruh Pengajaran Berpikir kritis terhadap Prestasi Pendidikan


dan Uji Kecemasan di kalangan Siswa SMP di Saveh, 2 ( 2), 168–175.
Huang, TCK, Huang, CH, & Chuang, YT 2016. Ubah penemuan pembelajaran
kinerja dalam lingkungan pendidikan yang dinamis. Telematika dan Informatika, 33 ( 3), 773–792.
http://doi.org/10.1016/j.tele.2015.10.005
Khabibah, EN 2017. Efektivitas Modul Berdasarkan Discovery Learning untuk
Tingkatkan Keterampilan Sains Generik. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 11 ( 2), 146–

153. http://doi.org/10.11591/edulearn.v11i2.6076
Kistner, S., Vollmeyer, R., Burns, BD, & Kortenkamp, ​U. 2016. Pengembangan model
dalam pembelajaran penemuan ilmiah dengan tugas fisika berbasis komputer. Komputer dalam Perilaku
Manusia, 59, 446–455. http://doi.org/10.1016/j.chb.2016.02.041 Künsting,
J., Kempf, J., & Wirth, J. 2013. Meningkatkan ilmiah
penemuan belajar melalui metakognitif dukung. Kontemporer
Pendidikan Psikologi, 38 ( 4), 349–360.
http://doi.org/10.1016/j.cedpsych.2013.07.001
Lai, ER 2011. Berpikir Kritis: Laporan Penelitian Tinjauan Literatur, (Juni). Larsson, K. 2017.
Memahami dan mengajar pemikiran kritis — Pendekatan baru.
Internasional Jurnal dari Pendidikan Penelitian, 84, 32–42.
http://doi.org/10.1016/j.ijer.2017.05.004
Lunenburg, FC 2011. Teknik Berpikir Kritis dan Konstruktivisme untuk
Meningkatkan Prestasi Siswa, 21 ( 3), 1–9
Maarif, S. 2016. Meningkatkan analogis matematika siswa SMP
kemampuan menggunakan metode discovery learning. Jurnal Internasional Penelitian dalam Pendidikan dan Ilmu

Pengetahuan ( IJRES), 2 (1), 114- 124.

Marin, LM, & Halpern, DF 2011. Pedagogi untuk mengembangkan pemikiran kritis
remaja: Instruksi eksplisit menghasilkan keuntungan terbesar. Keterampilan dan Kreativitas Berpikir, 6 ( 1),
1–13. http://doi.org/10.1016/j.tsc.2010.08.002
Martaida, T., Bukit, N., & Ginting, EM 2017. Pengaruh Discovery Learning
Model Pemikiran Kritis Siswa dan Kemampuan Kognitif di SMP, 7 ( 6), 1–8.
http://doi.org/10.9790/7388-0706010108
Meador, KS 2005. Berpikir Kreatif Tentang Sains: Saran

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 53
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382
Efektivitas Discovery Learning Ratu Betta Rudibyani

untuk Guru Sekolah Dasar. Pendidikan Sains untuk Siswa Berbakat., 13–
22. Diperoleh kembali dari
http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&PAGE=reference&D= psyc4 & NEWS = N
& AN = 2005-13478-002
Mogashoa, T. 2014. Penerapan Teori Konstruktivis dalam Pendidikan Kualitatif
Penelitian. American International Journal of Contemporary Research, 4 ( 7), 51–
59.
Novak, JD 2002. Pembelajaran Bermakna: Faktor Penting untuk Perubahan Konseptual
dalam Hirarki Proposisi Terbatas atau Tidak Pantas Menuju Pemberdayaan Peserta Didik. Pendidikan
Sains, 86 ( 4), 548–571. http://doi.org/10.1002/sce.10032
PISA.2015. Program untuk penilaian siswa internasional. http://www.oecd.org. Permendikbud. 2014.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor
59 tahun 2004
Pongsophon, P., & Herman, BC 2017. Teori analisis berbasis perilaku terencana
TIMSS 2011 untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi praktik pengajaran inkuiri di negara-negara
berkinerja tinggi. International Journal of Science Education, 39 ( 10), 1304–1325.
http://doi.org/10.1080/09500693.2017.1328620
Raab, M., Master, RSW, & Maxwell, J. 2011. Jurnal Internasional Olahraga dan
Pembelajaran penemuan dalam olahraga: Proses implisit atau eksplisit, 37-41. Sunyono. 2015. Model
pembelajaran Representasi Berganda. Yogyakarta: Media
Akademik
Rogers, P. 2010. Jurnal Inggris Pendidikan "Discovery", belajar, kritis
berpikir , dan sifat pengetahuan, (Januari 2015), 37–41.
http://doi.org/10.1080/00071005.1990.9973831
Thomas, T. 2017. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Tahun Pertama, 7 ( 4), 26–

35. http://doi.org/10.5539/ass.v7n4p26
TIMSS.20. Prestasi sains siswa. www. Timss.org
Wenning, CJ, Ed, D., Khan, MA, Dosen, S., Khan, A., & Sekunder, H.
2011. Tingkat Model Pengajaran Pembelajaran Sains: Urutan pembelajaran untuk rencana pelajaran, 6 ( 2), 17–20.

Ilmu Pengetahuan, Teknik, Pendidikan, dan Studi Pembangunan (SEED): Seri Konferensi Fakultas Pelatihan
Guru dan Pendidikan Universitas Sebelas Maret 54
Volume 2 Edisi 1 Juni 2018 eISSN: 2615-4382

Anda mungkin juga menyukai