Anda di halaman 1dari 10

EduSains Volume 1 Nomor 2 ISSN 2338-4387

HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN PROSES SAINS DAN BERPIKIR KRITIS


SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI
POLUSI LINGKUNGAN DI SMA NEGERI 3 PALANGKA RAYA

CORRELATION BETWEEN SCIENCE PROCESS SKILL AND STUDENT CRITICAL


THINKING THROUGH INQUIRY LEARNING STRATEGY ON
ENVIRONMENT POLLUTION AT SMA NEGERI 3 PALANGKARAYA

Rohani, M.Pd
Guru Biologi SMAN 3 Palangka Raya

ABSTRAK
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu kelompok pre -test dan
desain post-test yang telah dilakukan di kelas pertama ( X - 8 ) dari SMAN 3 Palangkaraya
dengan 31 siswa. Kemudian, variabel yang akan diteliti adalah strategi pembelajaran inquiry,
keterampilan proses sains dan berpikir kritis siswa. Di sini, data dikumpulkan dengan
menggunakan keterampilan proses sains dan kritis instrumen tes berpikir siswa. Selain itu,
penelitian itu sendiri milik asosiatif penelitian. Karena data dari penelitian ini adalah tidak
data normal, uji hipotesis menggunakan SPSS 17 untuk program windows, terutama korelasi
Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains melalui strategi
pembelajaran inquiry adalah hasil yang baik dan hasil belajar menunjukkan kategori sedang
yaitu 63,71 dengan N - gain 0,51 . Berpikir kritis siswa melalui strategi pembelajaran inquiry
menunjukkan hasil yang baik dan hasil belajar adalah 71,46 dengan N - gain adalah 0,58 yang
merupakan kategori sedang. Korelasi antara keterampilan proses sains dan berpikir kritis
siswa menunjukkan korelasi signifikansi 0,639 lebih besar dari 0,05. Ini berarti bahwa
terdapat korelasi yang kuat antara keterampilan proses sains dan berpikir kritis siswa melalui
strategi pembelajaran inquiry dalam pencemaran lingkungan.
Kata kunci : strategi pembelajaran inquiry, keterampilan proses sains, berpikir kritis siswa,
pencemaran lingkungan

ABSTRACT
The design to be used in the study is one group pre-test and post-test design in which
has done in the first grade (X-8) of SMAN 3 Palangkaraya with 31 students. Then, the
variables to be studied were inquiry learning strategies, science process skill and the
student’s critical thinking. Here, the data was collected by using science process skill and
student’s critical thinking test instrument. Moreover, the study itself belongs to associative
research. Since the data of the study was not normal data, the hypothesis test used SPSS 17
for windows program, especially Spearman correlation.
EduSains Volume 1 Nomor 2 ISSN 2338-4387

The results show that science process skill through inquiry learning strategy are
good result and learning outcomes shows medium category that is 63,71 with N-gain is 0,51.
Critical thinking of students through inquiry learning strategy shows good result and its
learning outcomes is 71, 46 with N-gain is 0, 58 which is medium category. Correlation
between science process skill and critical thinking of students shows a significance
correlation is 0,639 greater than 0, 05. It means that there is strong correlation between
science process skill and student critical thinking through inquiry learning strategy in
environment pollution.
Key words: inquiry learning strategies, science process skill, critical thinking of students,
environment pollution

A. PENDAHULUAN
Keterampilan proses sains dan sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains pada
berpikir kritis siswa merupakan aspek dasarnya berkaitan dengan cara mencari
penting yang harus diberdayakan melalui tahu dan memahami alam secara sistematis,
proses pembelajaran biologi, di antaranya sehingga sains bukan hanya penguasaan
materi pencemaran lingkungan. Menurut kumpulan pengetahuan berupa fakta,
Rustaman (2003) Keterampilan proses konsep, prinsip saja tetapi juga merupakan
sains merupakan keterampilan yang suatu proses penemuan.
melibatkan keterampilan kognitif atau Pembelajaran pencemaran
intelektual, manual, dan sosial. lingkungan sangat penting untuk dipahami
Keterampilan intelektual terlibat dengan oleh siswa, tetapi berdasarkan fakta dari
menggunakan pikirannya, keterampilan guru mata pelajaran biologi tahun pelajaran
manual terlibat dengan menggunakan alat 2011/2012 hasil dari ulangan harian
dan bahan, pengukuran, penyusunan dan menunjukkan ketidaktuntasan sebesar
perakitan alat, dan keterampilan sosial 68,57 % dengan nilai rata-rata 62,06 dari 35
melibatkan keterampilan berinteraksi siswa. Padahal sekolah menetapkan nilai
sesama siswa dalam melaksanakan kegiatan kriteria ketuntasan minimal 70 (data
pembelajaran. Pembelajaran biologi terlampir). Informasi ini menunjukkan
sebagai bagian dari sains memiliki sasaran bahwa ketuntasan hasil belajar siswa masih
dari pembelajaran adalah proses, produk,
rendah. Hal ini terjadi karena pembelajaran
dan sikap. Selain itu pembelajaran sains didominasi oleh penggunaan metode
juga mempunyai karakteristik tentatif dan konvensional terutama metode ceramah
dinamis sehingga menuntut siswa untuk yang kegiatannya lebih berpusat kepada
selalu berpikir kritis dalam guru. Menurut Rustaman (2003) bahwa
mempelajarinya. penggunaan metode ceramah membuat
Selama proses pembelajaran siswa siswa kurang dirangsang kreativitasnya dan
harus terlibat langsung agar siswa dapat tidak membuat siswa aktif mengemukakan
memperoleh pengalaman dari proses pendapat, serta tidak dibiasakan mencari
pembelajaran. Menurut Sagala dalam dan mengolah informasi.
(Ashfinawati, 2012) pendidikan sains Berdasarkan wawancara dengan
menekankan pada pemberian pengalaman
beberapa guru biologi di lapangan, bahwa
untuk mengembangkan kompetensi siswa pembelajaran biologi pada materi
mampu menjelajahi dan memahami alam pencemaran lingkungan hanya
EduSains Volume 1 Nomor 2 ISSN 2338-4387

menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian


pembelajaran biologi di sekolah belum kegiatan pembelajaran yang menekankan
optimal memberikan kesempatan pada proses berpikir secara kritis dan
mengembangkan keterampilan proses sains analitis untuk mencari dan menemukan
dan berpikir kritis. Keterampilan proses jawaban sendiri dari masalah (Sanjaya,
sains dan berpikir kritis perlu dilakukan 2006). Sejalan dengan hal itu Miranda
perbaikan, salah satu cara yang dapat (2011) mengungkapkan strategi
diterapkan dalam memperbaiki kemampuan pembelajaran inkuiri diasumsikan
tersebut dengan menyampaikan materi berpotensi untuk memberdayakan
biologi melalui strategi pembelajaran yang kemampuan berpikir kritis karena dapat
tepat. Strateg mengembangkan kemampuan berpikir
melalui pertanyaan-pertanyaan sampai
i pembelajaran yang dipilih sesuai
menemukan konsep yang benar. Untuk
dengan metode, media dan sumber belajar
menjadikan pembelajaran yang lebih
lainnya yang relevan dalam menyampaikan
bermakna pada materi pencemaran
informasi, dan membimbing siswa agar
lingkungan perlu menerapkan strategi
terlibat secara optimal, sehingga siswa
pembelajaran yang mengarahkan siswa
dapat memperoleh pengalaman belajar
untuk berperan aktif dan menggali potensi
dalam rangka menumbuhkembangkan
siswa sehingga siswa mampu
kemampuan kognitif, afektif, dan
mengembangkan keterampilan-
psikomotorik.
keterampilan seperti: keterampilan
Permasalahan pembelajaran konsep menyelesaikan masalah, keterampilan
pencemaran lingkungan tidak cukup hanya mengambil keputusan, keterampilan
menggunakan metode ceramah, tetapi siswa menganalisis data, keterampilan berpikir
harus diberikan pembelajaran melalui kritis. Salah satu strategi pembelajaran yang
pengalaman langsung. Menurut Edgar melibatkan siswa dan menemukan konsep
(dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) yang sendiri adalah inkuiri terbimbing.
dituangkan dalam kerucut pengalaman Penggunaan strategi inkuiri terbimbing
yaitu : belajar hanya 10 % dari apa yang di adalah siswa dapat terarah dalam
baca, 20 % dari apa yang di dengar, 30 % menyelesaikan permasalahan dalam belajar
dari apa yang di lihat, 50 % dari apa yang di ( Rustaman 2011). Menurut Sanjaya
lihat dan di dengar, 70 % dari apa yang di tujuan utama dari strategi inkuiri adalah:
katakan, dan 90 % dari apa yang dikatakan berorientasi pada pengembangan
dan dilakukan. Jadi persentase penyerapan intelektual, prinsip interaksi,
pelajaran oleh siswa yang lebih banyak mengembangkan kemampuan bertanya,
adalah jika siswa melakukan dan proses berpikir, dan keterbukaan. Jadi
mengalami sendiri yaitu sebesar 90 %. Ini pembelajaran inkuri adalah sebagai
bisa terwujud jika pembelajaran inkuiri langkah pelatihan keterampilan proses sains
diterapkan. dan berpikir kritis siswa. Hal ini di sadari
Salah satu pembelajaran yang bahwa siswa- siswi SMA masih
melibatkan keterampilan proses sains dan memerlukan banyak bimbingan untuk
berpikir kritis siswa adalah strategi mengembangkan keterampilan proses sains
pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran dan berpikir kritis.
inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada
siswa (student centered approach). Strategi B. PERUMUSAN MASALAH
EduSains Volume 1 Nomor 2 ISSN 2338-4387

Berdasarkan uraian di atas maka Penelitian ini dilakukan di Sekolah


masalah dalam penelitian ini dapat Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Palangka
dirumuskan sebagai berikut : “Apakah ada Raya jalan G. Obos 12 Palangka Raya
hubungan keterampilan proses sains dan Kalimantan Tengah. Waktu penelitian
berpikir kritis siswa menggunakan strategi dilaksanakan pada bulan Januari sampai
pembelajaran inkuiri pada materi dengan Juni 2013 Tahun Pelajaran
pencemaran lingkungan di SMA?”. 2012/2013.
Rumusan masalah ini dapat dijabarkan
menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian
E. POPULASI DAN SAMPEL
sebagai berikut :
PENELITIAN
1) Apakah strategi pembelajaran inkuiri
Populasi dalam penelitian ini adalah
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
seluruh kelas X di SMA Negeri 3 Palangka
pada keterampilan proses sains pada
raya. Sampel penelitian ini adalah adalah
materi pencemaran lingkungan di kelas
siswa kelas X-8 berjumlah 31 orang. Dalam
X SMA Negeri 3 Palangka Raya?
penarikan sampel, peneliti menerapkan
2) Apakah strategi pembelajaran inkuiri
Purposive Sampling yaitu teknik penentuan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
sampel dengan pertimbangan tertentu
pada berpikir kritis siswa pada materi
(Sugiyono, 2012).
pencemaran lingkungan di kelas X
SMA Negeri 3 Palangka Raya?
3) Bagaimana hubungan hasil belajar F. DESAIN DAN METODE
siswa pada keterampilan proses sains PENELITIAN
dan berpikir kritis siswa melalui strategi
pembelajaran inkuiri pada materi Desain yang digunakan dalam
pencemaran lingkungan di kelas X penelitian ini adalah One Group Pretest-
SMA Negeri 3 Palangka Raya? Posttest Design (Sugiyono, 2012), yang
disajikan dalam Tabel 2.
C. TUJUAN PENELITIAN Tabel 3 Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
kelompok Pretes Perlakuan Postes
1) Mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa pada keterampilan proses sains SPI 01 X1 02
melalui strategi pembelajaran inkuiri
pada materi pencemaran lingkungan. Keterangan :
2) Mengetahaui peningkatan hasil belajar
X1 = Perlakuan
berpikir kritis siswa melalui strategi
eksperimen
pembelajaran inkuiri pada materi
pencemaran lingkungan 01, dan 2 = Pretes dan postes
3) Mengetahui hubungan keterampilan SPI = Strategi Pembelajaran inkuiri
proses sains dan berpikir kritis siswa
menggunakan strategi pembelajaran Dalam desain penelitian ini,
inkuiri pada materi pencemaran sebelum diberikan perlakuan dengan
lingkungan. melaksanakan strategi pembelajaran inkuiri
terbimbing diawali dengan pretest, dan
D. TEMPAT DAN WAKTU setelah pemberian perlakuan pembelajaran
PENELITIAN diadakan pengukuran kembali postest.
EduSains Volume 1 Nomor 2 ISSN 2338-4387

Hasil pretest dan posttest dihitung 2) Data berpikir kritis siswa menggunakan
kemudian dilakukan uji statistik yang strategi pembelajaran inkuiri dengan
sesuai. Variabel penelitian ini adalah dianalisis secara deskriptif katagorikal .
keterampilan proses sain, berpikir kritis 3) Menggunakan Uji Korelasi Spearman.
siswa, dan strategi pembelajaran inkuiri.
H. HASIL PENELITIAN
Pembelajaran keterampilan proses
G. ANALISIS DATA sains melalui strategi pembelajaran inkuiri
Analisis Data meliputi : (SPI ) pada materi pencemaran lingkungan
1) Data keterampilan proses sains yang diperoleh dari lembar observasi
menggunakan strategi pembelajaran proses dan hasil keterampilan proses sains
inkuiri dianalisis secara deskriptif dapat diperlihatkan pada Gambar 1 berikut
katagorikal .

2.83 2.87 2.87 2.87 2.83


3.00 2.77 2.73
2.60 2.60
Rata-rata Skor

2.00

1.00

0.00

Gambar 1. Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains

Berdasarkan Gambar 1. Pembelajaran berpikir kritis siswa


memperlihatkan bahwa KPS siswa melalui strategi pembelajaran inkuiri (SPI )
semuanya menunjukkan keterampilan yang pada materi pencemaran lingkungan yang
baik yaitu sebesar antara 2,60 sampai diperoleh dari lembar observasi proses dan
dengan 2,87. Hasil belajar dalam KPS hasil berpikir kritis siswa dapat
melalui SPI diperoleh rata-rata dalam diperlihatkan pada Gambar 2 berikut.
kelompok KPS sebesar 63,71 dengan N-
Gain 0,51 yang termasuk kategori sedang.
EduSains Volume 1 Nomor 2 ISSN 2338-4387

2,83 2,87 2,83


3.0 2,70 2,77 2,70
Rata-rata Skor

2.0

1.0

Gambar 4. 2 Hasil Observasi Berpikir Kritis Siswa

Berdasarkan Gambar 2 dengan


memperlihatkan bahwa BKS semuanya menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov
menunjukkan kemampuan siswa berpikir pada program SPSS 17 for windows dengan
kritis yang baik yaitu sebesar antara 2,70 taraf signifikansi 0,05. Fakta hasil analisis
sampai dengan 2,87. Hasil belajar dalam data ternyata diperoleh hasil tidak normal.
BKS melalui SPI diperoleh rata-rata dalam Karena itu pengujian hipotesis
kelompok BKS sebesar 71,46 dengan N- menggunakan uji korelasi Spearman pada
Gain 0,58 yang termasuk kategori sedang. taraf signifikansi 0,05. Hasil uji korelasi
spearman tentang hubungan antara
Pengujian hipotesis tentang keterampilan proses sains dengan berpikir
hubungan antara KPS dan BKS yang kritis siswa yang dibelajarkan melalui
dibelajarkan melalui strategi pembelajaran strategi pembelajaran inkuiri pada materi
inkuiri pada materi pencemaran lingkungan pencemaran lingkungan dapat dilihat pada
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas tabel 2 berikut.

Tabel 2 Hubungan antara KPS dan BKS


Tipe alat analisis Variabel Koefisien korelasi
data observasi KPS KBK
Spearman's rho KPS Koefisien korelasi 1,000 -0,088
Sig. (2-ekor) . 0,639
N 31 31
KBK Koefisien korelasi -0,088 1,000
Sig. (2-ekor) 0,639 .
N 31 31
EduSains Volume 1 Nomor 2 ISSN 2338-4387

Tabel 2 memperlihatkan bahwa keterampilan interpretasi yang baik


signifikansi korelasi antara KPS dan BKS didukung oleh keterampilan observasi
sebesar 0,639 lebih besar dari α 0,05. Hal siswa yang baik pula. Keterampilan
ini berarti bahwa ada hubungan yang kuat prediksi juga terkait erat dengan observasi.
antara KPS dan BKS. Hal ini sejalan dengan Rustaman, dkk.
(2003) mengungkapkan bahwa
I. PEMBAHASAN pembelajaran keterampilan proses sains
KPS siswa semuanya menunjukkan yang dikombinasikan pelaksanaannya
keterampilan yang baik yaitu sebesar antara dengan strategi pembelajaran inkuiri dapat
2,60 sampai dengan 2,87. Hasil belajar melibatkan keterampilan kognitif atau
dalam KPS melalui SPI diperoleh rata-rata intelektual siswa, juga keterampilan manual
dalam kelompok KPS sebesar 63,71 dengan siswa menggunakan alat dan bahan,
N-Gain 0,51 yang termasuk kategori melakukan pengukuran, serta penyusunan
sedang. Hal ini terjadi karena siswa dilatih perakitan alat. Selain itu, Rustaman juga
untuk menggunakan semua indera, baik mengungkapkan bahwa keterampilan
indera penglihat, pembau, pendengar, proses sains dapat mengembangkan
pengecap, maupun peraba dalam hal keterampilan sosial siswa, karena siswa
mengumpulkan data pengamatan terhadap beriteraksi sesama siswa lainnya dalam
objek pengamatan tentang pengaruh melaksanakan tugas dan kinerja
detergen terhadap gerakan operculum ikan diantaranya berdiskusi hasil pengamatan,
dalam suatu wadah melalui kegiatan LKS analisis hasil, dan merumuskan kesimpulan.
KIT 01. Siswa juga melakukan kegiatan Hasil penelitian Suharlina (2009)
menginterpretasi data dengan menunjukkan bahwa keterampilan
menghubungkan data hasil pengamatan interpretasi yang baik didukung oleh
mengenai gerak operculum dan kadar keterampilan observasi siswa yang baik
detergen yang berperan sebagai polutan. pula. Keterampilan prediksi juga terkait erat
Selain itu untuk membahas kinerja, siswa dengan observasi
mempelajari materi pencemaran
Berpikir kritis siswa, semuanya
lingkungan untuk menjawab diskusi dalam
menunjukkan kemampuan siswa berpikir
lembar kerja siswa (LKS) dan menarik
kritis yang baik yaitu sebesar antara 2,70
kesimpulan hasil kinerja siswa. Hasil
sampai dengan 2,87. Hasil belajar dalam
pengamatan terhadap kinerja siswa ternyata
berpikir kritis siswa melalui strategi
kemampuan siswa melakukan KPS berupa
pembelajaran inkuiri diperoleh rata-rata
hipotesis, mengkomunikasi, dan
dalam kelompok berpikir kritis siswa
menerapkan konsep merupakan skor
sebesar 71,46 dengan N-Gain 0,58 yang
tertinggi yaitu sebesar 2,87. Kemampuan
termasuk kategori sedang. Hal ini terjadi
siswa semacam ini sangat penting untuk
karena dalam pembelajaran melalui SPI
dikembangkan secara kontinyu terutama
siswa dilatih untuk bekerja secara ilmiah
dalam belajar sains. Namun keterampilan
melalui langkah-langkah pembelajaran
proses sains siswa yang terendah tampak
dalam SPI, sehingga tampak hasil berpikir
terjadi pada kegiatan menafsirkan dan
kritis siswa pada kegiatan mendefinisikan
memprediksi yaitu sebesar 2,60, oleh sebab
istilah merupakan kemampuan siswa
itu kegiatan menafsirkan dan memprediksi
berpikir kritis tertinggi yaitu sebesar 2,87.
ini perlu mendapat perhatian dari guru
Kemampuan siswa berpikir secara kritis
dalam merancang pelaksanaan
sangat penting untuk dikembangkan secara
pembelajaran di kelas. Hasil penelitian
terus menerus melalui pembelajaran sains
Suharlina (2009) menunjukkan bahwa
EduSains Volume 1 Nomor 2 ISSN 2338-4387

di sekolah agar mereka mampu mengatasi ini berarti bahwa ada hubungan yang erat
masalah dalam kehidupan sehari-hari antara KPS dan BKS. Hal ini terjadi karena
secara kritis. Selain itu, kemampuan baik KPS maupun BKS sama-sama melatih
berpikir kritis siswa yang terendah keterampilan berpikir siswa melalui
berdasarkan hasil analisis data pada pengalaman empiris menggunakan semua
kegiatan menganalisis argumen dan inderanya, baik indera penglihat, pembau,
menyimpulkan hasil kinerja melalui LKS pendengar, pengecap, maupun peraba
KIT 01 dan LKS KIT 02 yaitu sebesar 2,70, dalam hal mengamati, mengelompokkan,
oleh sebab itu kemampuan siswa menafsirkan, memprediksi, merumuskan
menganalisis argumen dan menyimpulkan hipotesis, mengkomunikasikan hasil
perlu dilatih terus melalui berbagai mata kinerja, menerapkan konsep, menggunakan
pelajaran di sekolah terutama pembelajaran alat dan bahan dalam melakukan kegiatan
sains biologi. Berpikir kritis siswa melalui serta melakukan perencanaan percobaan
pembelajaran inkuiri terbimbing berikutnya. Demikian pula, pada kemapuan
menunjukkan hasil yang baik. Tujuan untuk berpikir secara kritis siswa mampu
berpikir kritis adalah untuk mengevaluasi memfokuskan pertanyaan, menganalisis
tindakan yang dipercaya paling baik. argumen, melakukan observasi,
Kerangka kerja yang menimbulkan proses mendefinisikan istilah, mengidentifikasi
berpikir ketika dilakukan penggalian asumsi, dan menyimpulkan dari semua
informasi dan penerapan kriteria yang pantas kegiatan yang dilakukan oleh siswa melalui
untuk memutuskan cara bertindak atau pembelajaran dengan strategi pembelajaran
melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda inkuiri. Hal ini sejalan dengan Sanjaya
(Norris dan Ennis (1994, dalam Marpaung, (2006) mengungkapkan bahwa strategi
2005). Selain itu, tujuan dari berfikir kritis ini
pembelajaran inkuiri lebih menekankan
adalah untuk mencapai pemahaman yang
kepada pengembangan aspek kognitif,
mendalam, dalam mengungkapkan makna
afektif, dan psikomotor secara seimbang
dibalik suatu kejadian (Jonshon, 2007).
sehingga pembelajaran melalui strategi
Slameto (2003) mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri lebih bermakna.
inkuiri memungkinkan siswa menggunakan Pembelajaran bermakna ini sesuai dengan
semua proses mental untuk menemukan teori belajar Ausubel. Teori belajar ini lebih
konsep atau prinsip ilmiah. Metode ini menekankan pada belajar bermakna.
banyak memberikan keuntungan anatara lain
meningkatkan fungsi intelegensi, membantu Menurut Amin (1987), inkuiri
siswa belajar melakukan penelitian, dibentuk melalui proses penemuan, karena
meningkatkan daya ingat, menghindari siswa harus menggunakan kemampuan
proses belajar secara menghafal, menemukan dan lebih banyak lagi. Sebagai
mengembangkan kreativitas, meningkatkan tambahan pada proses-proses penemuan,
aspirasi, membuat pengajaran menjadi inkuiri mengandung proses-proses mental
“student centered” sehingga dapat membantu yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya
lebih ke arah pembentukan konsep diri, merumuskan masalah, merancang
memberikan lebih banyak kesempatan bagi eksperimen, melakukan eksperimen,
siswa untuk menampung serta memahami mengumpulkan dan menganalisis data,
informasi. menarik kesimpulan, mempunyai sikap-
Hasil analisis data tentang hubungan sikap objektif, jujur, rasa ingin tahu,
KPS dan BKS memperlihatkan bahwa terbuka, dan sebagainya. Dalam
signifikansi korelasi antara KPS dan BKS pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai
sebesar 0,639 lebih besar dari α 0,05. Hal pusat pembelajaran adalah siswa, dimana
EduSains Volume 1 Nomor 2 ISSN 2338-4387

siswa dituntut untuk bertanggung jawab bahwa pembelajaran sains berbasis inkuiri
atas pendidikan yang mereka jalani serta yang mengembangkan keterampilan proses
diarahkan untuk tidak selalu bergantung sains seperti berhipotesis dan
pada guru. membuktikannya sangat cocok
Semangat berpikir kritis adalah harus mengembangkan keterampilan berpikir
selalu berusaha keras dan tetap terbuka kritis, pada hakikatnya keterampilan
terhadap informasi dan banyak sumber yang berpikir kritis dapat dikembangkan melalui
dapat dipercaya. Keterampilan berpikir kritis keterampilan proses sains.
dapat dilatih pada siswa melalui pendidikan
berpikir yaitu melalui belajar penalaran.
Salah satu pendekatan dalam J. KESIMPULAN
mengembangkan keterampilan berpikir kritis 1. Bahwa strategi pembelajaran inkuiri
adalah memberi sejumlah pertanyaan, sambil dapat meningkatkan hasil belajar siswa
membimbing dan mengkaitkannya dengan dengan kategori sedang pada
konsep yang telah dimiliki oleh siswa keterampilan proses sains pada materi
sebelumnya dan ini relevan dengan hakikat pencemaran lingkungan di kelas X
pembelajaran inkuiri. Keterampilan berpikir SMAN-3 Palangka Raya.
merupakan salah satu jenis keterampilan 2. Bahwa strategi pembelajaran inkuiri
yang diperlukan oleh siswa dalam dapat meningkatkan hasil belajar siswa
mengamati, memahami, dan menyelesaikan dengan kategori sedang pada berpikir
permasalahan dalam proses pembelajaran. kritis siswa pada materi pencemaran
Latar belakang kemampuan dan lingkungan di kelas X SMAN-3
karakteristik siswa yang berbeda-beda Palangka Raya.
menyebabkan keragaman cara berpikir 3. Bahwa hubungan hasil belajar siswa
siswa. Menurut Marzano (1992) dalam antara keterampilan proses sains dan
Sidartha (2005) bahwa keterampilan berpikir kritis siswa terjadi hubungan
berpikir adalah habits of mind. yang positif dan signifikan. Hubungan
Keterampilan berpikir memerlukan banyak tersebut menunjukkan hubungan yang
keahlian majemuk, sikap, pengalaman masa kuat karena r=0,639 lebih besar dari α
lalu dan kecenderungan (Costa dalam 0,05.
Sidartha (2005). Liliasari menjelaskan

DAFTAR PUSTAKA
Amien. 1988. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode
Discovery dan Inkuiri. Depdikbud: Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran . Rineka Cipta. Jakarta.
Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching & Learning. Bandung : Mizan Learning Center
Marpaung, Rini Rita T. 2005. Penggunaan Lembar Kegiatan pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai Asesmen Alternatif Untuk Meningkatkan kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Tesis.
Tidak diterbitkan. Universitas Malang
Miranda, Yula. 2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri Dikombinasiakan dengan TPS
(Think Pair Share) Terhadap Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Mahasiswa
Peserta Kuliah Pengetahuan Lingkungan Di Program Studi Pendidikan Biologi.
EduSains Volume 1 Nomor 2 ISSN 2338-4387

Penelitian Hibah Bersaing tidak diterbitkan. FKIP Universitas Palangka Raya. Palangka
Raya.
Priyatno,D. 2009. SPSS Untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate. Gava Media.
Yogyakarta
Rustaman , A,U. Toharudin, dan S. Hendrawati. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta
Didik. Humaniora. Bandung.
Rustaman, Y. (2003). Kemampuan Proses Ilmiah dalam Pembelajaran Proses Sains [online] (1
Juli 2013)
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Kencana.
Bandung.
Sidartha, Arif (2005). Keterampilan Berpikir. Pusat Pengembangan dan Penataran Guru IPA.
Bandung: Depdiknas
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Renika
Cipta.Suharlina, N. (2005). Profil Keterampilan Proses Sains Siswa pada Model
Pembelajaran Berbasis Praktikum dalam Konsep Pencemaran. Skripsi FPMIPA UPI:
tidak diterbitkan.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Alfabeta. Bandung .

Anda mungkin juga menyukai