Anda di halaman 1dari 12

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 49-60)


http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

PEMBELAJARAN OPTIKA GEOMETRI MELALUI PROBLEM BASED


LEARNING (PBL) DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA
KELAS X TAHUN 2014/2015

Elly Eka Wahyudi1, Nonoh Siti Aminah2 dan Sukarmin3


1
Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
ellyekawahyudi@student.uns.ac.id
2
Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
nonoh_nst@staff.uns.ac.id
3
Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sukarmin67@staff.uns.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan interaksi penggunaan model Problem Based Learning
(PBL) melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan berpikir kreatif terhadap hasil belajar. Desain penelitian ini adalah eksperimen. Populasi dari
penelitian ini siswa SMA Negeri 4 Madiun kelas X tahun pelajaran 2014/2015. Sampel diambil dengan teknik
Cluster Random Sampling, sampel terdiri dari 2 kelas yaitu kelas X B dan X C. Kelas X B diberi pembelajaran
dengan Problem Based Learning (PBL) menggunakan metode eksperimen, sedangkan X C diberi pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dengan metode demonstrasi. Data hasil belajar kognitif, kemampuan berpikir
kritis dan kemampuan berpikir kreatif diambil menggunakan instrumen tes, sedangkan data hasil belajar afektif
dan psikomotor menggunakan lembar observasi. Data dianalisis menggunakan analisis variansi (anava) tiga jalan
dan dilanjutkan dengan uji Compare Means. Hasil penelitian menunjukkan: 1) tidak terdapat pengaruh
pembelajaran Fisika melalui Problem Based Learning (PBL) menggunakan metode eksperimen dan metode
demonstrasi terhadap hasil belajar; 2) tidak terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar
kognitif, afektif, dan psikomotor; 3) terdapat pengaruh kemampuan berpikir kreatif terhadap hasil belajar
kognitif, namun tidak terdapat perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar afektif dan psikomotor; 4) tidak
terdapat pengaruh interaksi pembelajaran Fisika Problem Based Learning (PBL) mengunakan metode
eksperimen dan metode demonstrasi dengan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar; 5) tidak terdapat
pengaruh interaksi pembelajaran Fisika Problem Based Learning (PBL) menggunakan metode eksperimen dan
metode demonstarsi dengan kemampuan berpikir kreatif terhadap hasil belajar; 6) tidak terdapat pengaruh
interaksi kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif terhadap hasil belajar; 7) tidak terdapat
pengaruh interaksi pembelajaran Fisika Problem Based Learning (PBL) menggunakan metode eksperimen dan
metode demonstrasi, kemampuan berpikir kritis, dan kreatif terhadap hasil belajar.

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), metode eksperimen, metode demonstrasi, kemampuan berpikir kritis,
kemampuan berpikir kreatif.

Pendahuluan dalam memahami konsep-konsep dan rumus-


rumus Fisika yang dianggap sangat sulit
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang (Sugiarti, 2005).
berkaitan dengan penemuan dan pemahaman Pembelajaran merupakan interaksi
mendasar hukum-hukum yang menggerakkan antara guru dan siswa beserta unsur yang ada
materi, energi, ruang dan waktu. Karenanya di dalamnya. Guru merupakan faktor yang
sebagian siswa merasa takut, dan tertekan

49
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 49-60)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

paling dominan yang menentukan kualitas Salah satu model pembelajaran sebagai
pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang alternatif agar belajar Fisika menjadi mudah
baik, tentu akan menghasilkan hasil belajar dan menyenangkan adalah dengan model
yang baik pula. Menurut Rusman (2012), pembelajaran PBL. Adapun tujuan PBL
dalam sistem pembelajaran guru dituntut untuk menurut Rusman (2010), yaitu penguasaan isi
mampu memilih metode pembelajaran yang belajar dari disiplin heuristik dan
tepat, mampu memilih dan menggunakan pengembangan keterampilan pemecahan
fasilitas pembelajaran, mampu memilih dan masalah. PBL juga berhubungan dengan
menggunakan alat evaluasi, mampu mengelola belajar tentang kehidupan yang lebih luas
pembelajaran di kelas maupun di laboratorium, (lifewide learning), keterampilan memaknai
menguasai materi, dan memahami karakter informasi, kolaborasi dan belajar tim, dan
siswa. Salah satu tuntutan guru adalah mampu keterampilan berpikit reflektif dan evaluatif.
memilih metode pembelajaran yang tepat Trianto (2010), menyatakan bahwa tujuan PBL
untuk mengajar. Apabila metode pembelajaran yaitu membantu siswa mengembangkan
yang digunakan guru itu tepat maka keterampilan berpikir dan keterampilan
pencapaian tujuan pembelajaran akan mudah mengatasi masalah, belajar peranan orang
tercapai, sehingga nilai ketuntasan siswa akan dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar
meningkat. yang mandiri.
Kemampuan siswa yang berbeda-beda PBL merupakan model belajar yang
menjadi tantangan bagi guru agar melakukan menggunakan masalah sebagai langkah awal
atau menerapkan model yang sesuai dengan dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
kemampuan dan keadaaan siswa sehingga pengetahuan baru. Siswa diberikan
dalam pembelajaran tersebut menjadi efektif. permasalahan pada awal pelaksanaan
Penerapan pembelajaran yang selama ini pembelajaran oleh guru, selanjutnya selama
dilakukan oleh seorang guru dalam pelaksanaan pembelajaran siswa
menyampaikan materi-materi Fisika adalah memecahkannya yang akhirnya
metode konvensional yang cenderung searah. mengintegrasikan pengetahuan ke dalam
Dalam pembelajarannya siswa cenderung pasif bentuk laporan. PBL dapat memberikan
karena pembelajaran berpusat pada guru pemahaman pada siswa lebih mendalam dalam
karena itu perlu adanya model dalam segi analisis teori maupun praktik.
pembelajaran Fisika agar siswa lebih mudah Masalah-masalah tersebut dapat
dalam belajar Fisika dan menjadikan diselesaikan dengan cara guru harus
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. mengetahui kemampuan awal masing-masing
Kegiatan belajar siswa di sekolah siswa. Kemampuan awal siswa dapat diambil
bertujuan membawa siswa menuju ke keadaan dari nilai ulangan materi sebelumnya, untuk
yang lebih baik dari segi kognitif, afektif dan mengetahui lebih dalam masing-masing
psikomotor yang bersifat permanen. Hasil dari kemampuan siswa guru dapat menggunakan
pembelajaran yang bersifat permanen tes kemampuan berpikir yang sesuai dengan
membuat guru harus benar-benar pembelajaran Fisika seperti kemampuan
mempersiapkan pembelajaran dengan baik, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Dengan
agar tidak terjadi kesalahan konsep. Konsep mengetahui kemampuan siswa terlebih dahulu
pada pembelajaran Fisika di SMA perlu dapat membantu ketercapaian tujuan
ditanamkan dengan kuat, agar siswa tidak pembelajaran.
mengalami kesulitan ketika berada pada Berpikir kreatif mempunyai kaitan
jenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran Fisika yang erat denga kreativitas. Menurut
lebih baik dikemas dalam pembelajaran yang Munandar (2002), kreativitas merupakan
menekankan pada konsep dan melatih siswa kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu
berpikir kreatif dan bersifat kritis, sehingga yang baru, sebgai kemampuan untuk member
siswa bisa menjadi tertarik dalam mempelajari gagasan-gagasan baru yang dapat diterapakan
Fisika. dalam pemecahan masalah atau sebgai

50
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 49-60)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

kemampuan untuk melihat hubungan- kreatifnya pada materi yang akan diajarkan.
hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah Permasalahan yang diberikan oleh guru, dan
ada sebelumnya. Wijaya (2007), juga siswa memberi asumsi-asumsi jawaban dari
menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah permasalahan tersebut dapat dibuktikan
kegiatan menciptakan model-model tertentu, dengan suatu eksperimen ataupun demonstrasi.
dengan maksud untuk menambah agar lebih Menurut Sudirman (1991), metode
kaya dan menciptakan yang baru. Berdasarkan eksperimen adalah cara penyajian pelajaran,
pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir siswa melakukan percobaan dengan
kreatif dapat diartikan yaitu berpikir secara mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu
logis dan divergen untuk menghasilkan sesuatu yang dipelajari. Menurut Ali (2000),
yang baru. menyatakan bahwa metode eksperimen adalah
Kemampuan berpikir kritis yang baik percobaan tentang sesuatu. Dalam hal ini
dapat membentuk sikap dan perilaku yang setiap siswa bekerja sendiri-sendiri.
rasional. Jadi, meningkatkan kemampuan Pelaksanaan lebih mempelajari hasil belajar,
berpikir kritis sangat perlu dan urgen untuk karena setiap siswa mengalami dan melakukan
dikembangkan terlebih pada masa sekarang kegiatan percobaan. Sedangkan menurut
yang penuh dengan permasalahan- Sudjana (2000), mengemukakan bahwa
permasalahan atau tantangan-tatangan hidup. metode eksperimen adalah metode mengajar
Dengan demikian, tidak berlebihan apabila yang sangat efektif sebab membantu siswa
disektor pendidikan mengharuskan untuk untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
mempersiapkan siswa atau generasi penerus berdasarkan fakta (data) yang benar.
bangsa untuk menjadi pemikir-pemikir yang Sesuai ulasan yang dinyatakan dalam
kritis, jujur dan bermartabat, sehingga mampu metode eksperimen di atas bahwa metode
menghadapi berbagai tantangan dan dapat eksperimen adalah suatu cara penyampaian
bertahan hidup secara manusawi dengan penuh pengajaran dengan melakukan kegiatan
rasa percaya diri. Hal ini sesuai dengan tujuan percobaan untuk menemukan sendiri yang
umum dijenjang persekolahan yaitu dipelajari. Pada penelitian, kegiatan
mempersiapkan siswa agar sanggup eksperimen mengacu pada Lembar Kerja
menghadapi perubahan keadaan di dalam Siswa (LKS) yag dibuat. Sesuai dengan
kehidupan dan dunia yang selalu berubah dan karakteristik metode eksperimen yaitu LKS
berkembang melalui latihan bertindak atas harus terdapat variable-variabel yang
dasar pemikiran secara logis, kritis, cermat, diidentifikasi, yang meliputi variabel
jujur, efektif dan dapat menggunakan pola manipulasi, variabel respon, dan variabel
piker matematis dalam kehidupan sehari-hari kontrol.
dan dalam mempelajari sebagai ilmu Metode demonstrasi adalah
pengetahuan (Depdiknas, 2004). pertunjukan tentang proses terjadinya suatu
Guru mempersiapkan pembelajaran peristiwa atau benda sampai pada penampilan
dengan metode atau model yang disesuaikan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat
dengan materi pembelajaran Fisika. Model dan diketahui dan dipahami oleh peserta didik
metode yang dipilih ditekankan dapat memberi secara nyata atau tiruannya (Sagala, 2007).
pembelajaran yang bermakna pada siswa, Metode demonstrasi adalah metode mengajar
sehingga dapat membantu ingatan siswa dalam dengan cara memperagakan barang, kejadian,
jangka waktu yang panjang. Pembelajaran aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan
Fisika yang materinya bersifat abstrak dan baik secara langsung maupun melalui
susah dipahami dikemas dengan pembelajaran penggunaan media pengajaran yang relevan
yang menyenangkan. Dengan menggunakan dengan pokok bahasan atau materi yang
model PBL siswa diberi stimulus sedang disajikan (Syah, 2010). Sementara
permasalahan sebelum memulai pembelajaran, menurut Djamarah (2000), bahwa metode
dengan permasalahan yang diberikan guru demonstrasi adalah metode yang digunakan
siswa dapat langsung mengarahkan pemikiran untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara

51
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 49-60)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

kerja suatu benda yang berkenaan dengan terdapat teori yang harus dibuktikan. Siswa
bahan pelajaran. Dengan metode demonstrasi harus mampu untuk membuktikan teori
peserta didik berkesempatan mengembangkan tersebut baik dengan matematis ataupun
kemampuan mengamati segala benda yang percobaan. Banyak siswa kesulitan untuk
sedang terlibat dalam proses serta dapat mempelajari materi Optika Geometri karena
mengambil kesimpulan-kesimpulan yang materi sulit untuk dipahami dan perlu
diharapkan. Tujuan pengajaran menggunakan eksperimen yang benar untuk memahaminya,
metode demonstrasi adalah untuk terbukti dengan didapat data nilai ulangan dua
memperlihatkan proses terjadinya suatu tahun terakhir siswa kelas X SMA N 4 Madiun
peristiwa sesuai materi ajar, cara tahun pelajaran 2012-2013 dengan KKM 75
pencapaiannya, dan kemudahan untuk siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa dan yang
dipahami oleh siswa dalam pengajaran kelas. tidak tuntas sebanyak 25 siswa, serta pada
Metode demonstrasi mempunyai beberapa tahun pelajaran 2013-2014 dengan KKM 75
kelebihan dan kelekurangan. Manfaat siswa yang tuntas sebanyak 7 siswa sedangkan
psikologis dari metode demonstrasi adalah siswa yang tidak tuntas sebanyak 24 siswa.
perhatian siswa dapat lebih dipusatkan, proses Hasil tes formatif pada materi Optika
belajar siswa lebih terarah pada materi yang Geometri membuktikan bahwa materinya sulit
sedang dipelajari, pengalaman dan kesan karena banyak siswa yang tidak tuntas. Materi
sebagai hasil pembelajaran lebih melekat Optika Geometri yang bersifat abstrak
dalam diri siswa. membuat siswa kesulitan untuk memahaminya,
Penggunaan metode eksperimen dan dengan menggunakan PBL yang
metode demonstrasi siswa diharapkan dikembangkan dengan metode ekperimen dan
menemukan sendiri konsep dari materi Fisika metode demonstrasi ditinjau dari kemampuan
yang diajarkan. Dengan mengalami proses berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif
eksperimen ataupun pembuatan demonstrasi siswa dapat mengalami sendiri proses
siswa dapat mengembangkan pemikiran pembelajaran menuju konsep. Siswa
mereka secara kritis ataupun kreatif, selain itu diharapkan dapat mencapai tujuan
juga dapat menjadikan pembelajaran tersebut pembelajaran. Sehingga membuat siswa lebih
menjadi bermakna dan diingat dalam jangka antusias dalam pembelajaran dan dapat
waktu yang panjang. memperbaiki nilai pada mata pelajaran Fisika
Mata pelajaran Fisika didapat bahwa khususnya materi Optika Geometri.
materi Optika Geometri pada bagian materi Kemampuan berpikir kritis dan
Cahaya memiliki nilai yang rendah ditingkat kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian
Nasional yaitu 70,81. Hal itu membuktikan ini dibatasi pada kategori tinggi dan rendah.
bahwa mata pelajaran Fisika pada materi Hasil belajar yang akan diteliti meliputi aspek
Optika Geometri merupakan materi yang sulit kognitif, afektif dan psikomotor yang
bagi siswa. Hasil pengamatan yang dilakukan diharapkan mampu untuk mengetahui
saat pembelajaran berlangsung diperoleh pengaruh secara menyeluruh terhadap
penyebab hasil UN Fisika rendah yaitu kurang perubahan hasil belajar tersebut. PBL
kooperatifnya siswa dalam mengikuti merupakan bagian dalam pembelajaran
pelajaran, siswa cenderung ada yang tidak kontekstual, dengan guru memberikan suatu
memperhatikan saat pelajaran, masa bodoh, permasalahan untuk dipecahkan siswa. Dengan
dan kurangnya motivasi untuk belajar. Sikap ungkapan lain, pembelajaran berbasis pada
siswa yang seperti itu sangat mempengaruhi masalah yang relevan dengan materi yang
ketidaktercapaian tujuan pembelajaran dan dipelajari. Dalam hal ini guru menjelaskan
menjadikan siswa mengalami kegagalan dalam tujuan penting yang dibutuhkan, memotivasi
belajar. siswa agar terlibat secara aktif dalam
Materi Optika Geometri merupakan pemecahan masalah yang dipilih, serta
salah satu materi yang diajarkan dalam Fisika membantu siswa dalam mendefinisikan dan
di jenjang SMA, dalam materi ini banyak mengorganisasikan tugas belajar yang

52
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 49-60)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

berhubungan dengan masalah tersebut. Setelah hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan
itu, guru mendorong siswa untuk dievaluasi oleh guru.
mengumpulkan informasi yang sesuai, Berdasarkan definisi tersebut, maka
melaksanakan eksperimen guna mendapatkan dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen
penjelasan dan pemecahan masalah, serta bertujuan agar siswa mampu mencari dan
membantu siswa dalam merencanakan dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau
menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan. persoalan–persoalan yang dihadapinya dengan
Kegiatan selanjutnya ialah mengevaluasi hasil mengadakan percobaan sendiri. Selain itu
belajar tentang materi yang telah dipelajari siswa juga bisa terlatih dalam cara berpikir
atau menyusun kelompok presentasi hasil yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa mampu
kerja. membuktikan kebenaran dari suatu teori yang
PBL tidak dirancang untuk membantu sedang dipelajari.
guru memberikan informasi sebanyak- Sebagai metode penyajian,
banyaknya kepada siswa. PBL antara lain demonstrasi tidak lepas dari penjelasan secara
bertujuan membantu siswa mengembagkan lisan oleh guru. Meskipun dalam proses
keterampilan berpikir dan pemecahan masalah. demonstrasi peran siswa haya sekedar
Model tersebut bercirikan penggunaan masalah memperhatikan, namun demonstrasi dapat
kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus menyajikan bahan pelajaran lebih konkret.
dipelajari oleh siswa untuk melatih dan Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi bisa
meningkatkan keterampilan berpikir kritis digunakan untuk mendukung keberhasilan
siswa sekaligus pemecahan masalah, serta strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
mendapatkan pengetahuan konsep-konsep Penting juga diperhatikan, eksperimen atau
penting. percobaan yang dilakukan tidak selalu harus
Teori yang dikembangkan oleh Piaget dilaksanakan di dalam laboratorium, tetapi
dalam Putra (2013), mengemukakan bahwa juga dapat dilakukan di luar kelas atau
siswa dalam segala usia sacara aktif terlibat laboratorium. Sebuah eksperimen bisa
dalam proses perolehan informasi dan dilakukan oleh siswa untuk menguji hipotesis
membangun pengetahuan sendiri. Pada suatu masalah, kemudian menarik kesimpulan.
hakikatnya, pedagogi yang baik melibatkan Dengan metode eksperimen, siswa diharapkan
siswa dalam situasi yang memberi kesempatan mampu ikut aktif dan mengambil bagian dalam
kepadanya untuk melakukan percobaan kegiatan-kegiatan beajar untuk dirinya.
sendiri, mencoba memanipulasi tanda-tanda Menurut Arends dalam Abbas (2000),
dan simbol-simbol, bertanya dan menemukan model PBL adalah model pembelajaran dengan
sendiri jawabannya, mencocokan yang dilihat pendekatan pembelajaran siswa pada masalah
pada waktu lainnya, serta membandingkan autentik, sehingga ia bisa menyususn
temuannya dengan temuan siswa yang lain. pengetahuannya sendiri, menumbuh
Sebenarnya siswa akan mendapatkan kembangkan keterampilan yang lebih tinggi,
pengetahuan dan keterampilan yang memandirikan siswa, dan meningkatkan
dibutuhkan atas masalah tersebut. kepercayaan diri. Model tersebut bercirikan
Menurut Djamarah (2000), metode penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai
eksperimen adalah cara penyajian pelajaran sesuatu yang harus dipelajari oleh siswa untuk
saat siswa melakukan percobaan dengan melatih dan meningkatkan keterampilan
mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu berpikir kritis sekaligus pemecahan masalah,
yang dipelajarinya. Lain halnya dengan serta mendapatkan pengetahuan konsep-
Roestiyah (2001), yang beranggapan bahwa konsep penting. Terkait hal tersebut, guru
metode eksperimen ialah suatu cara mengajar harus memfokuskan diri untuk membantu
saat siswa melakukan suatu percobaan tentang siswa mencapai keterampilan mengarahkan
sesuatu, mengamati prosesnya, serta diri. Dengan pengertian tersebut, maka model
menuliskan hasil percobaannya, kemudian pembelajaran PBL ini bisa digolongkan ke
dalam pembelajaran berbasis sains.

53
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 49-60)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

Metode Penelitian Dari hasil analisis anava, jika sig. >


0,05; maka Ho diterima sedangkan jika sig. <
Populasi dalam penelitian ini adalah 0,05; maka Ho ditolak. Dari Tabel 1 dapat
siswa kelas X SMA Negeri 4 Madiun tahun dibahas hipotesis untuk data hasil belajar
pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 8 kelas. kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian berikut:
ini menggunakan teknik cluster random 1. Hipotesis pertama, pengaruh metode
sampling. Desain penelitian yang digunakan pembelajaran terhadap hasil belajar
adalah penelitian eksperimen yang bertujuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
untuk mengetahui pengaruh dan interaksi Berdasarkan hasil keputusan uji
antara suatu variabel terhadap variabel lainnya. disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan perbedaan pembelajaran berbasis PBL
rancangan data penelitian disajikan dalam menggunakan metode eksperimen dan metode
desain faktorial 2x2x2 dengan teknik analisis demonstrasi terhadap prestasi kognitif, afektif,
varians (Anava). dan psikomotor. Sehingga hal ini tidak sesuai
Instrumen yang digunakan berupa dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa
silabus, RPP dan instrumen pengambilan data terdapat pengaruh perbedaan pembelajaran
berupa tes dan lembar observasi. Instrumen berbasis PBL menggunakan metode
bentuk tes untuk mengukur hasil belajar eksperimen dan metode demonstrasi terhadap
kognitif, kemampuan berpikir kritis dan prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor.
kemampuan berpikir kreatif. Instrumen bentuk Dari data tersebut diperoleh bahwa tidak
tes menggunakan tes pilihan ganda untuk soal ada perbedaan yang signifikan antara metode
kognitif dan tes esai untuk tes kemampuan pembelajaran dengan hasil belajar siswa. Hal
berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif. tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
Lembar observasi digunakan untuk mengukur yaitu: Pertama, kedua metode pembelajaran
hasil belajar afektif dan psikomotorik pada saat memberikan konstribusi yang baik terhadap
penelitian. pembelajaran fisika terbukti dengan perolehan
Uji validasi instrumen dilakukan oleh rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari
ahli sebelum diujicobakan. Setelah uji coba kemapuan awal siswa. Siswa juga terlibat aktif
instrumen hasil belajar kognitif, kemampuan dalam pembelajaran dapat mengembangkan
berpikir kritis dan keterampilan berpikir kemampuan dalam mengamati, bereksperimen,
kreatif diuji validitas, reliabilitas, taraf dan menghubungkan antara teori serta
kesukaran dan uji daya pembeda soal. kenyataan siswa pun dapat melakukan
pengujian kesimpulan atau pembuktian
kembali konsep yang sudah ditemukan saat
Hasil Penelitian dan Pembahasan
melakukan eksperimen. Metode ini dapat
Uji hipotesis menggunakan uji Anava. membuat pembelajaran semakin jelas dan
Untuk menganalisis data dilakukan dengan pengetahuan yang didapat siswa menjadi lebih
SPSS 18. Hasil hipotesis dirangkum dalam konkret. Berdasarkan analisis pada dasarnya
Tabel 1. kedua metode ini memberikan pengaruh positif
kepada pembentukan sikap siswa dikarenakan
Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis banyaknya terjadi interaksi dengan teman
No. Hipotesis Sig. Sig. Sig. sehingga dapat menumbuhkan nilai kepedulian
dengan Kogni-tif Afektif Psiko-
ANAVA motor
antar teman sekelompok ataupun berbeda
1. Hipotesis 1 0,974 0,876 0,372 kelompok.
2. Hipotesis 2 0,088 0,199 0,070 Kedua, materi yang digunakan pada
3. Hipotesis 3 0,003 0,598 0,777
4. Hipotesis 4 0,655 0,951 0,348
penelitian ini adalah Optika Geometri. Materi
5. Hipotesis 5 0,834 0,510 0,659 ini sangat dekat sekali dengan kehidupan
6. Hipotesis 6 0,909 0,822 0,585 sehari-hari sehingga siswa lebih mudah untuk
7. Hipotesis 7 0,654 0,424 0,166
mempelajari dan mengasumsikan pendapat

54
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 49-60)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

mereka tentang hal-hal yang berhubungan kritis tinggi sebesar 73,24 dan nilai rata-rata
dengan sifat atau manfaat optika geometri. kemampuan berpikir kritis tinggi sebesar.
Siswa membutuhkan pemikiran yang Kemampuan berpikir kritis siswa dapat
imajinatif untuk menyusun sebuah asumsi mempengaruhi daya analisis yang baik untuk
yang terjadi tentang akibat dan keuntungan menciptakan ataupun menyelsaikan suatu
adanya Optika Geometri. permasalahan.
Ketiga, respon siswa yang diberikan Liliasari (2005) mengemukakan bahwa
terhadap kedua metode pembelajaran yang berpikir kritis untuk menganalisis argument
diterapkan adalah sama. Siswa pada kelompok dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap
eksperimen antusias dalam melakukan makna dan interpretasi, untuk mengembangkan
percobaan. Kelompok demonstrasi juga pola penalaran yang kohesif dan logis,
tanggap terhadap permasalahan yang diberikan memahami asumsi dan bias yang mendasari
guru untuk merancang dan menyusun sebuah tiap-tiap posisi. Akhirnya dapat memberikan
percobaan. Respon siswa juga berpengaruh model presentasi yang dapat dipercaya,
besar terhadap hasil belajar yang akan ringkas, dan meyakinkan. De Bono (2007)
diperoleh siswa setelah pembelajaran. Semakin berpendapat bahwa berpikir kritis merupakan
baik respon siswa terhadap pembelajaran suatu keterampilan dalam memilah yang
semakin baik pula hasil belajarnya, sebaliknya bernilai dari sekian banyak gagasan atau
apabila respon siswa rendah maka akan rendah melakukan pertimbangan dari suatu keputusan.
juga hasil belajar siswa. 3. Hipotesis ketiga, pengaruh kemampuan
Penelitian ini sesuai dengan teori yang berpikir kreatif terhadap hasil belajar
dinyatakan menurut Arends dalam Abbas kognitif, afektif, dan psikomotor.
(2000), model PBL adalah model Berdasarkan hasil keputusan uji
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran disimpulkan bahwa ada pengaruh kemampuan
siswa pada masalah autentik, sehingga ia bisa berpikir kreatif terhadap hasil belajar kognitif.
menyusun pengetahuan sendiri, Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang
menumbuhkembangkan keterampilan yang menyatakan bahwa ada pengaruh kemampuan
lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, berpikir kreatif terhadap hasil belajar kognitif.
serta meningkatkan kepercayaan diri. Tidak ada pengaruh kemampuan berpikir
kreatif terhadap hasil belajar afektif dan
2. Hipotesis kedua, pengaruh kemampuan psikomotor. Sehingga hal ini tidak sesuai
berpikir kritis terhadap hasil belajar dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa
kognitif, afektif, dan psikomotor. ada pengaruh kemampuan berpikir kreatif
Berdasarkan hasil keputusan uji terhadap hasil belajar afektif.
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh Berpikir kreatif merupakan kemampuan
kemampuan berpikir kritis terhadap hasil untuk melihat bermacam-macam kemungkinan
belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal penyelesaian terhadap suatu masalah,
ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat
menyatakan bahwa ada pengaruh kemampuan ini masih kurang mendapat perhatian dalam
berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif, pendidikan. Orang kreatif tidak memiliki
afektif, dan psikomotor. hambatan dalam mempertahankan sikap
Kemampuan berpikir kritis merupakan bermain dengan masalah-masalah yang serius
salah satu aspek internal yang berpengaruh dalam kehidupandan orang kreatif memiliki
terhadap prestasi belajar. Pengaruh signifikan cara sendiri untuk menyelesaikan
yang diberikan antara kemampuan berpikir permasalahan dengan melihat dampak positif
kritis terhadap hasil belajar kognitif dan negatifnya.
membuktikan bahwa siswa yang memiliki Hasil hipotesis menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis memiliki kemampuan berpikir kreatif berpengaruh
kemampuan analisis yang baik, dibuktikan terhadap hasil belajar kognitif dikarenakan
dengan nilai rata-rata kemampuan berpikir beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

55
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 49-60)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

belajar kognitif, seperti siswa yang memiliki dan psikomotor. Hal itu dipengaruhi beberapa
kemampuan berpikir kreatif tinggi cenderung faktor.
mampu mengingat fakta-fakta, rumus, Pertama, pada hasil belajar kognitif
pengertian dalam materi pembelajaran, dan antara metode pembelajar dan kemampuan
mampu mengaplikasikan teori dengan berpikir kritis merupakan hal yang berdiri
kehidupan sehari-hari, sedangkan siswa yang sendiri dan tidak berkaitan. Siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
cenderung lebih cepat lupa dan tidak mampu ataupun rendah tidak memberikan interaksi
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. terhadap metode pembelajaran. Siswa yang
Kemampuan berpikir kreatif tidak memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi jika
mempengaruhi hasil belajar afektif dan diberi perlakuan dengan metode apapun akan
psikomotor siswa disebabkan karena beberapa memiliki hasil belajar yang baik begitu
hal yaitu saat pembelajaran berlangsung siswa sebaliknya.
selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, Kedua, pada hasil belajar afektif
dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang interaksi antara metode pembelajaran dan
kreatif. Siswa sangat mandiri dan memiliki interaksi sosial tidak memberikan pengaruh
rasa percaya diri yang tinggi. Siswa lebih yang signifikan. Karena siswa yang memiliki
berani mengambil resiko artinya dalam kemapuan berpikir kritis tinggi dan rendah
melakukan eksperimen dan demonstrasi siswa mengikuti pembelajaran dengan baik, siswa
tidak takut membuat kesalahan dan sama-sama antusias, semangat, dan
mengemukakan pendapan meskipun banyak termotivasi.
teman yang tidak setuju. Rasa percaya diri, Ketiga, pada hasil belajar psikomotor
keuletan, dan ketekuanan siswa membuat siswa memiliki reaksi natural dalam mengikuti
siswa tidak mudah putus asa. kegiatan pembelajaran untuk menyiapkan
De Bono (2007), menggambarkan harus presentasi, menyiapkan alat dan bahan dalam
berpikir kreatif untuk memperbaiki kehidupan, praktikum, dan memperhatikan praktikum
melakukan inovasi desain, menciptakan yang dilakukan. Siswa yang memiliki
perubahan dan memperbaiki sistem. Liliasari kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah
(2005), mengemukakan bahwa keterampilan sama-sama memberikan respon yang baik.
berpikir sangat menentukan dalam Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada
membangun kepribadian dan pola tindakan interaksi antara metode pembelajaran dengan
dalam kehidupan setiap insan, serta kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi
kemampuan berpikir kreatif merupakan salah belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Siswa
satu aspek kognitif yang harus diperhatikan yang memiliki kemampuan berpikir kritis
dalam proses pembelajaran sains di kelas. tinggi dan rendah akan sama-sama dapat
4. Hipotesis keempat, interaksi pembelajaran mengikuti pembelajaran dengan baik.
PBL menggunakan metode eksperimen dan Ibrahim dan Nur (2000), dalam PBL,
metode demonstrasi dengan kemampuan pemecahan masalah didefinisikan sebagai
berpikir kritis terhadap hasil belajar proses atau upaya untuk mendapatkan suatu
kognitif, afektif, dan psikomotor. penyelesaian tugas atau situasi yang benar-
Berdasarkan hasil keputusan benar nyata sebagai masalah dengan aturan-
disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi aturan yang sudah diketahui. Jadi,
pembelajaran berbasis PBL menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah lebih
metode eksperimen dan metode demonstrasi memfokuskan pada masalah kehidupan nyata
terhadap hasil belajar afektif, kognitif dan yang bermakna bagi siswa.
psikomotor. Sehingga hal ini tidak sesuai 5. Hipotesis kelima, interaksi pembelajaran
dengan hasil hipotesis awal yang menyatakan berbasis PBL menggunakan metode
bahwa terdapat interaksi pembelajaran berbasis eksperimen dan metode demonstrasi
PBL terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dengan kemampuan berpikir kreatif

56
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 49-60)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan terhadap hasil belajar kognitif, afektif dan
psikomotor. psikomotor.
Berdasarkan hasil keputusan uji Berdasarkan hasil keputusan uji
disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi disimpulkan bahwa tidak ada interaksi
pembelajaran berbasis PBL menggunakan kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan
metode eksperimen dan metode demonstrasi berpikir kreatif terhadap hasil belajar kognitif,
terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan afektif, dan psikomotor.
psikomotor. Hal ini tidak sesuai dengan hasil Tidak adanya interaksi ini antara
hipotesis awal yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan
terdapat interaksi pembelajaran berbasis PBL berpikir kreatif siswa disebabkan karena
dengan kemampuan berpikir kreatif terhadap kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. berpikir kreatif adalah dua hal yang berbeda
Faktor yang menjadi penyebab tidak dan tidak saling berhubungan. Namun, kedua
adanya interaksi secara statistik antara kemampuan berpikir tersebut dapat
pembelajaran berbasis PBL terhadap hasil mempengaruhi hasil belajar siswa baik
belajar afektif, kognitif, dan psikomotor karena kognitif, afektif, ataupun psikomotor.
dengan menggunakan metode apapun siswa Kemampuan berpikir kritis merupakan
yang memiliki kemampuan berpikir kreatif kemampuan berpikir siswa yang mengaktifkan
tinggi memiliki hasil belajar yang baik, begitu ketelitian dalam penyelesaian masalah tanpa
sebaliknya. Kemampuan berpikir kreatif mendatangkan langsung objek dari
merupakan hal yang dimiliki setiap individu permasalahan tersebut. Sedangkan kemampuan
masing-masing dan mereka harus mampu berpikir kreatif merupakan kemampuan siswa
untuk mengeksplorasi kemampuan berpikir untuk menyelesaikan suatu permasalah dengan
kreatif. Jika ada siswa yang mamiliki nilai ide-ide baru yang tidak lazim sehingga
kemampuan berpikir kreatif tinggi tetapi tidak ditemukan cara baru dalam penyelesaian suatu
dapat mengeksplorasi akan berakibat permasalah.
penurunan pada hasil belajar siswa. Wijaya (2007) menyatakan bahwa
Siswono dalam penelitian Supardi berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau
(2012) menyatakan bahwa meningkatkan proses menganalisis, menjelaskan,
kemampuan berpikir kreatif artinya maikan mengembangkan, atau menyeleksi ide,
skor kemampuan siswa dalam memahami mencakup mengkategorikan, menguji
masalah, kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan argumentasi dan asumsi, serta mengevaluasi
penyelesaian masalah. Siswa dikatakan kesimpulan.
memahami masalah bila menunjukkan apa 7. Hipotesis ketujuh, interaksi metode
yang diketahui dan apa yang ditanyakan, siswa pembelajaran, kemampuan berpikir kritis
memiliki kefasihan dalam menyelesaikan dan kemampuan berpikir kreatif
masalah bila dapat menyelesaikan masalah Siswa yang memiliki kemampuan
dengan jawaban bermacam-macam yang benar berpikir kritis tinggi tidak diimbangi dengan
secara logika. Siswa memiliki fleksibilitas sikap ilmiah tinggi maka akan memiliki nilai
dalam menyelesaikan masalah bila dapat yang kurang baik. Tetapi pada hipotesis ini
menyelesaikan masalah bila dapat ketika keduanya berinteraksi, siswa yang
menyelesaikan soal dengan dua cara atau lebih memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
yang berbeda dan benar. Siswa memiliki ataupun siswa yang memiliki kemampuan
kebaruan dalam menyelesaika masalah bila berpikir kritis rendah ataupun sebaliknya, hal
dapat membuat jawaban yang berbeda dari ini tidak dapat diprediksi dengan pasti. Karena
jawaban sebelumnya atau yang umum berdasarkan analisis diperoleh hasil rata-rata
diketahui siswa. yang signifikan.
6. Hipotesis keenam, kemampuan berpikir Menurut pengamatan di lapangan siswa
kritis dengan kemampuan berpikir kreatif yang memiliki kemampuan berpikir kritis
tinggi maupun rendah serta kemampuan

57
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 49-60)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

berpikir kreatif tinggi ataupun rendah akan Kesimpulan dan Rekomendasi


sama-sama dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik. Semua siswa datang dengan tepat Hasil penelitian ini dapat disimpulkan:
waktu dan melakukan pembelajaran dengan 1) tidak terdapat pengaruh pembelajaran PBL
baik. Siswa antusias dalam mengikuti menggunakan metode eksperimen dan metode
pembelajaran Pada kelas demonstrasi siswa demonstrasi terhadap hasil belajar siswa.
memilki rata-rata hasil belajar yang baik Pembelajaran PBL menggunakan metode
dibandingkan dengan kelas ekperimen. eksperimen dan metode demonstrasi
Pembelajaran pada kelas demonstrasi yang memberikan pengaruh yang sama baik
menekankan kemandirian pada siswa membuat terhadap hasil belajar siswa; 2) tidak terdapat
siswa lebih memaknai proses pembelajaran. pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap
Siswa yang memiliki kemampuan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor.
befikir kritis tinggi memiliki hasil belajar yang Kemampua berpikir kritis tidak memberikan
lebih baik daripada siswa yang memiliki perngaruh terhadap hasil belajar kognitif,
kemampuan berpikir kritis rendah. Siswa yang afektif, dan psikomotor; 3) terdapat pengaruh
memilki kemampuan berpikir kreatif juga kemampuan berpikir kreatif terhadap hasil
memilki hasil belajar yang baik dibandingkan belajar kognitif. Tidak terdapat perbedaan
siswa yang memilki kemapuan berpikir kreatif pengaruh kemampuan berpikir kreatif terhadap
rendah. dari hal tersebut dapat disimpulkan hasil belajar afektif dan psikomotor signifikan.
bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa Kemampuan berpikir kreatif memberikan
sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa
belajar mereka. tetapi tidak mempengaruhi hasil belajar afektif
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis dan psikomotor; 4) tidak terdapat pengaruh
awal yang menyebutkan terdapat interaksi interaksi metode pembelajaran terhadap
pembelajaran PBL menggunakan metode kemampuan berpikir kritis signifikan kognitif,
eksperimen dan metode demonstrasi dengan afektif, dan psikomotor. Metode pembelajaran
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan dan kemampuan berpikir kritis merupakan hal
berpikir kreatif terhadap hasil belajar siswa. yang berbeda. Sehingga siswa yang memiliki
Hal ini disebabkan faktor baik internal maupun kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki
eksternal dari dalam diri siswa yang dapat hasil belajar tinggi sedangkan siswa yang
mempengaruhi siswa untuk mendapatkan hasil memiliki kemampuan berpikir kritis rendah
belajar yang baik. Faktor-faktor tersebut memiliki hasil belajar rendah. Jadi, dapat
meliputi pendekatan pembelajaran, metode disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis
pembelajaran, kemampuan berpikir kritis dan tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa;
kemampuan berpikir kreatif siswa, serta masih 5) tidak terdapat pengaruh interaksi metode
banyak keterbatasan dalam penelitian sehingga pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif.
tidak dapat mengontrol faktor-faktor diluar Kemampuan berpikir kreatif tidak berpengaruh
kegiatan pembelajaran. terhadap hasil belajar karena siswa yang
Pada penelitian yang dilakukan Wang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi
(2012) mengatakan bahwa Pembelajaran akan memperoleh hasil belajar tinggi
berbasis masalah (PBL) dianggap sebagai sedangkan siswa yang memiliki kemampuan
pendekatan instruksi yang berpusat pada siswa berpikir kreatif rendah memperoleh hasil
dimana terinspirasi siswa untuk menerapkan belajar rendah; 6) tidak terdapat pengaruh
berpikir kritis melalui masalah simulasi interaksi kemampuan berpikir kritis dan
multifaktor dan masalah rumit yang mungkin kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan
memiliki atau memiliki jawaban yang standart. berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif
sama-sama berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Kedua kemampuan berpikir ini sangat
diperlukan untuk menganalisis hal-hal yang
bersifat kritis; 7) tidak terdapat pengaruh

58
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 49-60)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

interaksi metode pembelajaran, kemampuan Pendidikan Sains. Pidato Pengukuhan


berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif. Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan
Antara metode dan kemampuan berpikir IPA. Universitas Pendidikan Indonesia
merupakan dua hal yang berbeda sehingga Munadar, Utami. (2002). Kreativtas dan
tidak diperoleh interaksi yang signifikan. Jadi, Keberbakatan Strategi Mewujudkan
siswa yang memiliki kemampuan berpikir Potendi Kreatif dan Bakat. Jakarta:
kritis dan kreatif tinggi akan memperoleh hasil Gramedia Pustaka
belajar yang tinggi pula meskipun diberi Putra, S. R. (2013). Desain Belajar Mengajar
pembelajaran dengan metode apapun, begitu Kreatif Berbass Sains. Jogjakarta: Diva
juga sebaliknya siswa yang memiliki Press
kemampuan berpikir kritis dan kreatif rendah Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran.
akan memperoleh hasil belajar yang rendah Bandung: Raja Grafindo Persada
pula.
Dalam rangka turut menyumbangkan _______. (2012). Model-Model Pembelajaran
pemikiran yang berkenaan dengan peningkatan Mengembangkan Profesional Guru.
Bandung: Raja Grafindo Persada
hasil belajar fisika disarankan kepada tenaga
pendidik perlu mempersiapkan secara matang Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar.
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan Jakarta: Rineka Cipta
pembelajaran. Kepada siswa dapat Sagala, Syaiful. (2007). Manajemen Strategi dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:
kemampuan berpikir kreatif sehingga dapat Alfabeta
mempermudah memahami materi pelajaran,
Sudirman. (1991). Ilmu Pndidikan. Bandung:
membentuk kerjasama yang baik, dan saling Remaja Rosdakarya
membantu antar anggota kelompok dalam
memecahkan suatu masalah. Sudjana, Nana. (2000). Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Baru
Algesindo
Daftar Pustaka Sugiarti, Piping, (2005).Penerapan Teori Multiple
Intellegence dalam Pembelajaran Fisika.
Abbas, Nurhayatin. (2000). Pengembangan Jurnal Pendidikan Penabur. 4(5)
Perangkat Pembelajaran Matematika
Berorientasi Model Pembelajaran Supardi. (2012). Peran Berpikir Kreatif Daalam
Berbasis Masalah (Problem Based Proses Pembelajaran Matematika. Jurnal
Instruction). Program Studi Pendidikan Formatif. 2(3): 248-262
Matematika Pasca Sarjana. Surabaya:
Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan
UNESA dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Ali, Muhammad. (2000). Guru Dalam Proses Remaja Rosda Karya
Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran
Algesindo Inovatif-Agresif. Jakarta: Kencana Prenada
De Bono, E. (2007). Revolusi Berpikir. Bandung: Media Grup
Mizan Media Utama _______. (2010). Model-Model Pembelajaran
Depdiknas. (2004). Petunjuk Pelaksaan dan Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Pengelolaan Kurikulum. Jakarta:
Wang, Tzu pu. (2012). Applying Problem-
Depdiknas BasedLearnig (PBL) in University English
Djamarah,S.B. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Traslation Clases. The Journak of
Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta International Management Studies.7(1).
Ibrahim dan Nur. (2000). Pembelajaran Berbasis Wijaya, Cece. (2007). Sarana Pengembangan Mutu
Masalah. Surabaya: UNESA Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan
Berpikir Manusia Indonesia Melalui

59
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 49-60)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

60

Anda mungkin juga menyukai