Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas guru, meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dan berpikir kreatif siswa setelah diterapkan model PBL, mengetahui tanggapan siswa. Penelitian ini
menggunakan metode pre-eksperimental dan one-group pretest-posttest design.Sampel penelitian
diambil secara acak dari seluruh siswa kelas XI sebanyak 25 orang dari satu kelas. Pengumpulan data
menggunakan instrumen keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif, pedoman observasi, angket
siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas guru pada saat diterapkan model PBL
menunjukkan kategori baik dan sangat baik, penerapan PBL mampu meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dan kreatif dengan kategori sedang, hampir seluruh siswa memberikan tanggapan positif
atau setuju dengan penerapan PBL pada konsep usaha dan energi.
Kata Kunci : problem based learning, berpikir kritis, berpikir kreatif, usaha dan energi
Abstract
This study aimed to determine the activity of teachers, in improving of students’ critical thinking skills
and creative thinking after the PBL model was implicated and to know the student responses. This
study uses a pre-experimental method and one-group pretest-posttest research design. The Subject
drawn at random sampling from the entire XI class it contains 25 people in one class. The Collected
data are used the critical thinking skills, creative thinking, observation guide, and student
questionnaire. The results of this study describe that the activity of teachers when PBL models was
applied showed good and excellent categories, the application of PBL can improve critical and
creative thinking skills then with the medium category, mostly all the students gave positive feedback
or agree with the application of PBL in effort concepts and energy.
Keywords: problem based learning, critical thinking, creative thinking, effort and energy
PENDAHULUAN
Masalah utama dalam pembelajaran bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti
pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini yang lebih substansial, bahwa proses
adalah masih rendahnya daya serap peserta pembelajaran hingga dewasa ini masih
didik terhadap pelajaran. Hal ini tampak dari memberikan dominasi guru dan tidak
kondisi pembelajaran yang masih bersifat memberikan akses bagi anak didik untuk
konvensional dan tidak menyentuh ranah berkembang secara mandiri melalui
dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu
Siska Sucirahayu: Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)........ |207
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 207-217, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan random sampling dari dua kelas tersebut
adalah metode pre-eksperimental melalui dipilih kelas XI-IA2 sebagai kelas penelitian.
one-group pretest-posttest design. Pada Teknik pengumpulan data menggunakan tes
metode penelitian tersebut, peneliti hanya tertulis yaitu soal pilihan ganda beralasan
menggunakan satu kelas untuk penelitian berjumlah 17 soal, 9 soal instrumen
dan tidak menggunakan kelas kontrol. keterampilan berpikir kritis dan 8 soal
Pemilihan kelas untuk penelitian dilakukan instrumen keterampilan berpikir kreatif.
secara random. Penelitian melalui one-group Pengukuran dilakukan pada soal pretets dan
pretest-posttest design karena, peneliti posttest, lembar diskusi siswa, pedoman
melakukan penilaian di awal penelitian dan observasi aktivitas guru dan angket
di akhir setelah penelitian. Hal ini bertujuan tanggapan siswa.
untuk melihat peningkatan hasil tes yang Untuk mengetahui pengaruh perlakuan
lebih akurat sebelum dan sesudah diberikan dianalisis dengan menggunakan uji-t sampel
perlakuan, apakah mengalami peningkatan berkorelasi. Uji -t dilakukan dengan tujuan
atau tidak. untuk mengetahui adanya perbedaan
Populasi dalam penelitian adalah signifikan antara keterampilan berpikir kritis
seluruh siswa kelas XI semester ganjil dan berpikir kreatif siswa sebelum dan
SMAN 16 Banda Aceh tahun pelajaran sesudah penerapan model PBL. Pada uji-t ini
2014/2015. Jumlah kelas XI di sekolah dilakukan uji homogenitas dan normalitas
tersebut adalah dua kelas dengan jumlah terlebih dahulu. Kesimpulan diambil
rata-rata siswa perkelas 25 siswa. Sampel berdasarkan hasil analisis data dengan
penelitian ditentukan dengan teknik simple menggunakan Ms. Excel.
berlangsung kegiatan guru dan semuanya berpikir siswa dan mampu mengembangkan
berjalan dengan sangat baik, memiliki kemandirian belajar sekaligus belajar
rentang nilai antara 4 dan 5 yaitu bersama kelompoknya. Bukan hanya itu
berkategori baik dan sangat baik. Ini berarti peran aktif guru juga sangat dibutuhkan
semua kegiatan guru dilaksanakan sesuai untuk mengarahkan siswa dalam
dengan sintaks PBL menurut Arend (2008). pembelajaran. Tidak hanya memberikan
Dari pedoman observasi dapat permasalahan untuk dibahas oleh siswa
disimpulkan bahwa kegiatan belajar tetapi guru juga ikut berpartisipasi dalam
mengajar dengan menggunakan model PBL pembelajaran tersebut.
berjalan dengan efektif karena, diterapkan Penerapan PBL dalam pembelajaran
sesuai dengan sintaksnya. Penerapan model menuntut kesiapan baik dari pihak guru
PBL dapat melatih siswa untuk yang harus berperan sebagai seorang
memecahkan suatu permasalahan yang fasilitator sekaligus sebagai pembimbing.
dihadapi secara nyata, menganalisis dan Guru dituntut dapat memahami secara utuh
mengevaluasi suatu permasalahan dari dari setiap bagian dan konsep PBL dan
berbagai sumber yang diperoleh, dan menjadi penengah yang mampu merangsang
memberikan siswa keleluasaan dalam kemampuan berpikir siswa (Rusman, 2013).
berpikir, tidak hanya mencatat tetapi PBL
juga membuat siswa menjadi lebih kritis 2. Peningkatan Keterampilan Berpikir
dalam berpikir. Sehingga timbullah ide-ide Kritis
kreatif siswa dalam menyelesaikan suatu Peningkatan persentase pencapaian
permasalahan. nilai pretest ke posttest, dan N-Gain
Seperti yang dikemukakan oleh keterampilan berpikir kritis secara
Riyanto (2009) model ini juga merangsang keseluruhan dan secara indikator
ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2
70
59.11
60
Keterampilan Berpikir Kritis (%)
45.57
50
34.23
40
30 24.89
20
10
0
Sebelum penerapan Setelah penerapan Gain persentase (%) N-Gain
80
69,3
70
keterampilan berpikir kritis (%) 61,3 60
60 54,65
49,95
50 47,37
40 38,667 pretest
40
postest
28,57
30 24 N-gain
20 14,67 16
10
0
KBK1 KBK2 KBK3 KBK4
Gambar 2 Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Berpikir Kritis pada Setiap Indikator
Berdasarkan nilai pretest dan posttest indikator KBK3. Hal ini disebabkan siswa
pada Gambar 1, terlihat bahwa terjadi masih ragu dengan jawaban yang dipilihnya,
peningkatan keterampilan berpikir kritis karena sumber bacaan yang terbatas
secara keseluruhan sebesar 34.23%, rata-rata sehingga sering terjadi miskonsepsi.
N-gain sebesar 45.47% dan kriteria tingkat Melalui hasil uji-t diperoleh data
N-gain adalah sedang. Gambar 2 Pada pretest dan posttest thitung= 23.79923 > ttabel=
indikator Mendeduksi dan 1.671, artinya Ho ditolak dan Ha diterima
mempertimbangkan deduksi (KBK1) terjadi maka terdapat perbedaan signifikan sehingga
peningkatan sebesar 46.63% dengan N-gain dapat disimpulkan bahwa penerapan model
54.65% berkategori sedang. Menginduksi PBL mampu meningkatkan keterampilan
dan mempertimbangkan hasil induksi berpikir kritis pada konsep usaha dan energi.
(KBK2) terjadi peningkatan sebesar 36% Seperti yang diungkapkan oleh
dengan N-gain 47.37% berkategori sedang. Ibrahim dan Nur dalam (Rusman, 2013),
Membuat dan mempertimbangkan hasil PBL merupakan salah satu pendekatan
keputusan (KBK3) terjadi peningkatan pembelajaran yang digunakan untuk
sebesar 24% dengan N-gain 28.57% merangsang berpikir tingkat tinggi siswa
berkategori rendah. Mengidentifikasi asumsi dalam situasi yang berorientasi pada masalah
(KBK4) terjadi peningkatan sebesar dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar
30.633% dengan N-gain 49.95% berkategori bagaimana belajar. Penerapan model PBL
sedang. sangat berhubungan dengan peningkatan
Peningkatan tertinggi terjadi pada keterampilan berpikir kritis. Di mana model
indikator KBK1 hal ini disebabkan karena ini memberikan siswa ruang untuk
model PBL melatih siswa untuk mengexplore kemampuan yang ada di dalam
memecahkan suatu permasalahan yang diri siswa untuk menemukan suatu jawaban
dihadapi secara nyata, menganalisis dan dari permasalahan yang timbul. Tidak hanya
mengevaluasi suatu permasalahan dari menerima ilmu dari guru saja tetapi siswa
berbagai sumber yang diperoleh dan yang mengkaji berbagai jawaban yang diperoleh
terendah mengalami peningkatan pada dari berbagai sumber bacaan. Karena seperti
yang dikemukakan oleh Dewey dalam (2012), Saeed dan Sarah (2013),
(Fisher, 2007) berpikir kritis secara esensial menunjukkan bahwa melakukan kegiatan
adalah sebuah proses ‘aktif’- proses di mana PBL dapat meningkatkan kemampuan
anda memikirkan berbagai hal secara lebih berpikir kritis. Selanjutnya Masek dan
mendalam untuk diri anda, mengajukan Sulaiman (2011) menunjukkan bahwa PBL
berbagai pertanyaan untuk diri anda, secara teoritis mendukung perkembangan
menemukan informasi yang relevan untuk berpikir kritis siswa sesuai dengan desain
diri anda, dan lain-lain, ketimbang menerima yang diterapkan.
berbagai hal dari orang lain sebagian
besarnya secara pasif.
Berdasarkan uraian di atas dapat 3. Peningkatan Keterampilan Berpikir
disimpulkan bahwa penerapan model PBL Kreatif
dapat meningkatkan keterampilan berpikir Peningkatan keterampilan berpikir
kritis pada konsep usaha dan energi. Hal ini kreatif secara keseluruhan dan pada setiap
didukung oleh penelitian sebelumnya indikator dapat dilihat pada Gambar 3 dan
Fitriawati (2010), Fakhriyah (2014), Sari Gambar 4
80
70 67,00
Keterampilan Berpikir Kreatif (%)
60
52,52
50
40 36,50
30,50
30
20
10
0
Sebelum penerapan Setelah penerapan Gain persentase (%) N-Gain
80 74,67
68 66,09
70
keterampilan berpikir kreatif (%) 62 60
60
52
50 45,71 44,44
pretest
40
33,33 postest
30 28
30 25,3 N-gain
20
10
0
KBF1 KBF2 KBF3 KBF4
Gambar 4 Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Berpikir Kreatif pada Setiap Indikator
Pada Gambar 3 di atas dapat dilihat memberi jawaban yang lebih banyak. Tetapi
bahwa keterampilan berpikir kreatif waktu belajar yang minim serta sumber
mengalami peningkatan sebesar 36.50% dan bacaan yang terbatas menghambat siswa
N-gain 52.52 dengan kriteria sedang. siswa dalam mengerjakan soal.
Gambar 4 pada indikator mencetuskan Hasil pengolahan data dengan uji-t
banyak jawaban (KBF1) mengalami diperoleh nilai signifikansi thitung= 20.1275>
peningkatan sebesar 16% dengan N-gain ttabel= 1.671, maka Ho ditolak dan Ha diterima
33.33% berkategori sedang. Menghasilkan maka terdapat perbedaan signifikan maka
jawaban yang bervariasi (KBF2) sebesar penerapan model PBL mampu
32% dengan N-gain 45.71% berkategori meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
sedang. Mampu melahirkan ungkapan yang pada konsep usaha dan energi.
baru (KBF3) sebesar 49.37% dengan N-gain Hal ini dikarenakan model PBL
66.09% berkategori sedang. Mampu melatih siswa untuk memecahkan suatu
berkarya dan mengembangkan suatu gagasan masalah yang dihadapinya secara mandiri.
(KBF4) sebesar 32% dengan N-gain 44.44% Tidak terlalu mengatur siswa selanjutnya
berkategori sedang. siswa belajar secara aktif dan mandiri dalam
Peningkatan berpikir kreatif yang mencari jawaban dari permasalahan tersebut
paling tinggi terdapat pada indikator KBF3, sehingga membuat keterampilan berpikir
ini disebabkan karena dalam pembelajaran kreatif siswa juga berkembang. Metode
model PBL siswa diberikan kebebasan pengajaran atau teknik belajar kreatif
dalam mencari solusi dari permasalahan berorientasi pada pengembangan potensi
yang dihadapinya. Sehingga timbul berbagai berpikir siswa, yakni mengaktifkan fungsi
macam jawaban dan ungkapan baru yang berpikir divergen melalui teknik-teknik
dihasilkan oleh siswa dalam kelompok seperti sumbang saran, daftar penulisan
diskusinya. Sedangkan yang mengalami gagasan, teknik pemecahan masalah yang
sedikit peningkatan pada indikator KBF1, ini merangsang siswa untuk berpikir tentang
disebabkan karena siswa cenderung mencari berbagai kemungkinan yang dapat dilakukan
jawaban yang meluas, dan memuaskan serta (berpikir divergen), dalam setiap kegiatan
Siska Sucirahayu: Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)........ |213
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 207-217, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
120
100
80
60 positif
40 negatif
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar 5 Perbandingan Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model PBL pada Konsep
Usaha dan Energi
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa konsep usaha dan energi. Serta lebih terbantu
siswa yang menjawab Ya dari item untuk menguasai materi melalui penerapan
pernyataan 1,2,3,6,8,10 kategori hampir model PBL. Sehingga siswa merasa perlu
seluruhnya. Item pernyataan 4,5,7,9 kategori bahwa model PBL harus dipertahankan dan
sebagian besar siswa memberi tanggapan bisa diterapkan di materi-materi pelajaran
positif terhadap penerapan model PBL. lainnya.
Sedangkan yang menjawab Tidak dari item Seperti yang dikemukakan pada
pernyataan 1-10 berkategori sebagian kecil. penelitian sebelumnya Wahyuni (2011),
Jadi dapat disimpulkan bahwa hampir Model PBL telah terbukti dapat
seluruhnya dan sebagian besar siswa meningkatkan partisipasi, aktivitas,
memberikan tanggapan positif terhadap motivasi, dan hasil belajar siswa serta
penerapan model PBL pada konsep usaha meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dan energi dan hanya sebagian kecil dari siswa. Fachrurazi (2011), Wassalwa dkk
siswa yang memberi tanggapan negatif dari (2012) menemukan sebagian besar siswa
pembelajaran tersebut. memberikan respon positif terhadap
Berdasarkan angket diperoleh penerapan model PBL.
informasi bahwa hampir seluruhnya dari Seperti yang dikemukakan oleh
siswa memberikan tanggapan positif Riyanto (2009) model PBL dapat membuat
terhadap penerapan model PBL. Hampir peserta didik belajar, mengingat,
seluruhnya siswa menyatakan senang menerapkan, dan melanjutkkan proses
dengan pembelajaran tersebut, merasa belajar secara mandiri. Peserta didik
termotivasi dan tertarik dengan pembelajaran diperlakukan sebagai pribadi yang dewasa,
yang diterapkan. Hasilnya siswa menjadi perlakuan ini memberikan kebebasan kepada
lebih aktif dalam pembelajaran, lebih tertarik peserta didik untuk mengimplementasikan
untuk mempelajari fisika lebih lanjut dan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
termotivasi untuk mempelajari fisika pada untuk memecahkan masalah.
PENUTUP
Kesimpulan seluruhnya siswa memberi tanggapan positif
Berdasarkan permasalahan, hasil atau setuju dengan penerapan model PBL
penelitian, dan pembahasan sebagaimana pada konsep usaha dan energi.
telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulkan bahwa: 1) aktivitas Rekomendasi
guru pada saat diterapkan model PBL Peneliti menyarankan penelitian lebih
menunjukkan kategori baik dan sangat baik lanjut mengenai penerapan model PBL pada
yang berarti guru telah mengajar sesuai konsep usaha dan energi dan rekomendasi
dengan sintaks model PBL; 2) penerapan kepada guru untuk menggunakan model PBL
model PBL mampu meningkatkan dalam pembelajaran karena mampu dalam
keterampilan berpikir kritis siswa sebesar meningkatkan keterampilan berpikir kritis
34.23% dengan kategori sedang; 3) dan kreatif siswa.
penerapan model PBL mampu meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa sebesar
36.50% dengan kategori sedang; 4) hampir
DAFTAR PUSTAKA