Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL)

TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA


PEMBELAJARAN IPA DI SMP YAS’A

TUGAS AKHIR

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)


Pada Program Studi Pendidikan IPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Wiraraja

Oleh:
IFTITA HAIRIYA
NPM. 719710369

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengubah tingkah

laku manusia baik secara individu maupun kelompok dalam upaya mendewasakan

manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan di setiap bangsa berbeda

antara satu dan yang lainnya, sesuai dengan falsafah negara yang dianutnya masing-

masing. Sama halnya dengan Indonesia, pendidikan diatur dalam Undang-Undang

Dasar 1945 pada pasal 31 ayat 1 yaitu:

“setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” dan sistem pendidikan


nasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa:
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses belajar agar peserta didik secara efektif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, Negara”.
Dalam hal ini, diperlukan adanya guru yang profesional untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional. Guru merupakan komponen dalam kegiatan

pembelajaran yang harus memiliki kompetensi untuk mencapai keberhasilan dalam

proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa cenderung kurang didorong

untuk membangun kemampuan berpikir sehingga siswa kurang aktif. Hal ini

disebabkan oleh model pembelajaran yang berpusat pada guru dan cenderung

monoton. Sehingga siswa mengalami kesulitan belajar, merasa bosan, lelah,

mengantuk dan menjadi pasif dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran yang tidak efektif akan menghambat kelancaran proses

pembelajaran. Jika guru tidak menerapkan pembelajaran yang efektif dan inovatif,

maka tenaga dan waktu akan sia-sia karena siswa tidak aktif dalam pembelajaran.

Oleh karena itu, guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang efektif dan

inovatif agar siswa dapat aktif dan berhasil dalam proses pembelajaran sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.


Keaktifan siswa akan menentukan keberhasilan suatu pembelajaran.

Menurut Glasgow (dalam Sunarto, 2012) siswa aktif adalah siswa yang bekerja keras

untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dalam proses belajar siswa sendiri.

Sedangkan menurut Joel Wein (dalam Sunarto, 2012) active learning adalah suatu

pendekatan untuk mendidik para siswa dengan memberikan hal yang membuat siswa

lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pada pendekatan ini guru berpindah peran

yang awalnya menjadi pusat dalam mempersentasikan materi pelajaran; menjadi

siswa yang berposisi sebagai pengajaran diri sendiri, sedangkan guru menjadi

seorang yang membantu dan melatih pada proses ini.

Menurut Sudjana (2010) Keaktifan siswa dalam belajarnya bervariasi sesuai

karakter masing-masing. Hal ini dapat dijelaskan dalam beberapa indikator yaitu

melalui (a)turut serta dalam melaksanaan tugas belajarnya, (b) terlibat dalam

pemecahan masalah, (c)bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak

memahami persoalan yang dihadapinya, (d) berusaha mencari berbagai informasi

yang diperlukan untuk memecahkan masalah, (e) melaksanakan diskusi kelompok

sesuai dengan petunjuk guru, (f) memulai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang

diperoleh, (g) melatih dirinya dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, (h)

kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Dari beberapa indicator

tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari berbagai

hal seperti membaca, mendengar, memperhatikan, memecahkan masalah, bertanya,

berdiskusi, mencari informasi, dan mengerjakan soal atau tugas.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di SMP Yas’a Sumenep,

pada pembelajaran IPA masih menggunakan metode ekspositori/ceramah, Tanya

jawab, dan tugas. Alhasil, kondisi pembelajaran membuat siswa cenderung bosan dan

jenuh dengan rutinitas pembelajaran seperti itu saja. Hal ini dapat menghambat

kreativitas siswa, menghambat siswa untuk mengeksplor dirinya, tidak dapat


berperan aktif, dan tidak bisa belajar mandiri. Saat pembelajaran dimulai, guru

memberikan materi di LKS dan menulis rangkuman yang dibuat guru di papan tulis.

Siswa disuruh untuk menulis apa yang telah diberikan oleh guru. Setelah siswa

selesai menulis, guru akan menjelaskan materi tersebut. Guru mempersilahkan siswa

untuk bertanya terkait penjelasan yang kurang dipahami. Siswa yang kurang paham

akan bertanya pada guru mengenai penjelasan dan dibahas ulang oleh guru sampai

siswa mengerti. Namun dari hal tersebut, sekitar 5-6 siswa dari 30 siswa yang

cenderung aktif dalam bertanya. Sisanya hanya mendengarkan penjelasan tanpa

berani bertanya, kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, mengobrol,

melamun, mencorat-coret buku, bahkan tidur. Ketika guru mendapati siswa yang

tidur, guru akan membangunkan siswa dan memberi pertanyaan tentang apa yang

dibahas. Siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan akan diberi hukuman berupa

berdiri di depan kelas sampai waktu yang ditentukan guru.

Ketika proses pembelajaran selesai, penulis menanyakan kepada siswa

terkait proses pembelajaran IPA. Siswa tersebut mengatakan bahwa pembelajaran

IPA tidak membosankan hanya saja sikap kurang bersemangat siswa adalah karena

pribadi siswa sendiri. Namun, ada beberapa siswa yang juga mengatakan bahwa

pembelajaran IPA membosankan karena selalu menulis. Tidak ada hal-hal baru

sehingga siswa jenuh dan ingin cepat-cepat selesai.

Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam proses

pembelajaran IPA siswa kurang aktif karena masih menggunakan metode

ekspositori/ceramah. Seharusnya, guru dapat menggunakan metode yang dapat

meningkatkan interaksi antara guru dan siswa. Jika interaksi guru dan siswa terjalin

erat maka pembelajaran lebih kondusif.

Upaya yang akan ditempuh untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa

dalam mata pelajaran IPA yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran berbasis

proyek (Project Based Learning). Dalam pembelajaran dengan metode ini siswa akan
berkolaborasi dengan guru bidang studi, dan belajar dalam tim kolaboratif. Ketika

siswa belajar dalam tim, siswa akan menemukan keterampilan merencanakan,

berorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang hal-hal yang akan

dikerjakan. Model pembelajaran proyek (project based learning) dapat menjadi

sebuah model alternatif dalam semua mata pelajaran dan memberikan nuansa baru

dalam pembelajaran yang cenderung konvensional.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk

meningkatkan keaktifan siswa

2. Suasana pembelajaran kurang menarik sehingga siswa bosan saat

pembelajaran berlangsung

3. Siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga siswa

cenderung pasif

C. BATASAN MASALAH

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan pada kelas VII-5 SMP Yas’a sebagai kelas eksperimen

2. Penelitian dilakukan pada kelas VII-8 SMP Yas’a sebagai kelas control

3. Penelitian berfokus pada pengaruh model project based learning terhadap

keaktifan siswa

D. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah dipaparkan,

maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh model project

based learning terhadap keaktifan siswa kelas VII-5 SMP Yas’a?”.


E. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan perumusan dalam rumusan masalah, maka penetian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan keaktifan siswa pada

pembelajaran IPA melalui model Project Based Learning.

F. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru

Guru dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan evaluasi, menambahkan

wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan model project based learning

dengan tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa

2. Bagi siswa

Meningkatkan keaktifan siswa dan menambah pengalaman belajar bagi siswa

kelas VII-5 SMP Yas’a Sumenep

3. Bagi Sekolah

Model project based learning dapat menjadi informasi dan sumbangan

pemikira untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA SMP Yas’a

G. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Definisi operasional variable dalam penelitian ini adalah:

1. Model Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang melatih

siswa untuk memecahkan masalah sehari-hari yang pada akhirnya siswa

mampu menghasilkan sebuah karya proyek, dan melatih siswa untuk bekerja

dalam tim atau kelompok. Atau kata lain bahwa dengan model Project Based

Learning siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan

keterampilan pemecahan masalah, mandiri, serta meningkatkan kepercayaan

diri.

2. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi

keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat


fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang

tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98). Aktifitas fisik adalah siswa giat

aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia

tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang

memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja

sebanyak–banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai