Disusun Oleh:
2022
BAB I
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
2.1. KAJIAN PUSTAKA
2.1.1. Keaktifan Siswa
a. Pengertian keaktifan siswa
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan
kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar penting bagi keberhasilan proses
pembelajaran karena belajar adalah aktivitas atau proses untuk memperoleh
pengetahuan, mengembangkan keterampilan, memperbaiki perilaku dan sikap serta
memperkuat kepribadian. Menurut Whipple dalam Hamalik (2009) keaktifan
belajar siswa dalah suatu proses yang menenkankan keaktidan siswa secara fisik,
mental intelektual untuk memperoleh hasil belajar yang baik dalam proses
pembelajaran. Sedangkan menurut Raharja (2002) keaktifan belajar adalah kegiatan
jasmani dan rohani manusia dalam upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Sejalan dengan Raharja, Dimyati dan Mujiono (2006) mejelaskan bahwa
keaktifan belajar siswa merupakan proses pembelajaran yang mengarah kepada
pengoptiamilasian yang melibatkan intelektual dan emosional seorang siswa dengan
melibatkan fisik dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian keaktifan
siswa menurut para ahli dapat disimpukan bahwa keaktifan belajar siswa
merupakan segala kegiatan fisik maupun non fisik siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran yang optimal sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih
baik.
b. Macam-macam aktivitas belajar
Daryono, dkk (2012:2) membagi aktivitas belajar siswa menjadi 5 kelompok
sebagai berikut:
1) Aktivitas visual seperti membaca, menulis, eksperimen dan demontrasi.
2) Aktivitas lisan seperti bercerita, membaca, bertanya, menjawab, berdiskusi,
dan menyanyi.
3) Aktivitas mendengarkan seperti mendengarkan penjelasan, ceramah, dan
pengarahan dari guru.
4) Aktivitas gerak seperti senam, olahraga, menari dan melukis.
5) Aktivitas menulis seperti mengarah cerita, dan surat.
Menurut kosasih (2015:8) macam aktivitas siwa meliputi:
1) Aktivitas fisik misalnya mengamati, mendengarkan, menyentuh, mencoba,
dan sejumlah aktivitas fisik lainnya.
2) Aktivitas mental misalnya bernanya, menanggapi, menyimpulkan dan
menilai temannya.
3) Aktivitas emosional misalnya dengan menanggapi dan merefleksi.
4) Aktivitas sosial misalnya berdiskusi dan kerja sama kelompok.
Menurut Sudjana (2004:61) menyatakan aktivitas siswa dapat dilihat dalam
hal:
1) Melaksanakan tugas belajarnya.
2) Terlibat dalam pemecahan masalah.
3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan
yang sedang dialaminya.
4) Berusaha mencari berbagai informasi.
5) Melaksanakan diskusi kelompok.
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya.
7) Melatih diri memecahkan soal atau masalah.
8) Mencoba atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas.
Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan siswa dapat dilihat
dari berbagai hal seperti memperhatikan, mendengarkan, membaca, menulis,
berdiskusi, tanya jawab, keberanian siswa, dan memecahkan soal.
c. Faktor-faktor yang mempengatuhi keaktifan
Syah (2012:146) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi keaktifan
belajar siswa dibagi menjadi tiga, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor
pendekatan belajar.
1) Faktor internal siswa merupakan faktor yang berasal dari dalam siswa itu
sendiri, yang meliputi :
a) Aspek fisiplogis, yaitu kondisi umum jasmani atau rohani yang
menandai tingkat kebugaran diri siswa yang dapat memperngaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.
b) Aspek psikologis, yaitu meliputi tingkat kecerdasan atau inteligensi siwa
siswa, bakat atau potensi, minat, dan motivasi.
2) Faktor eksternal siswa, merupakan faktor dari luar siswa yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa itu sendiri yaitu lingkungan sosial dan non
sosial.
Keaktifan belajar siswa dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan
pada saat mengikuti pembelajaran. Hal tersebut diungkapkan oleh Moh. Uzer
Usman (2009:26-27) kegiatan-kegitan guru yang dapat mempengaruhi keaktifan
siswa :
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa.
2) Menjelaskan tujuan instruksional.
3) Mengigatkan kompetensi belajar kepada siswa.
4) Memberikan stimulus.
5) Memberikan umpan balik.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan keaktifan belajar
dapat dipegaruhi berbagai macam faktor seperti menarik perhatian atau memberikan
motivasi kepada siswa maka dapat meningkatkan keaktifan siswa.
2.1.2. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Setiap proses pembelajaran selalu menghasilkan hasil belajar. Menurut
Suprijono (2016:5) hasil belajar merupakan perbuatan, nilai, pengertian, sikap,
apresiasi, dan keterampilan. Sedangkan menurut Susanto (2013:5) hasil belajar
adalah kemampuan siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hal ini senada dengan
Briggs dalam Taruug (2013:17) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan dan hasil yang dicapai melalui proses pembelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes yang
dilakukan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut para ahli dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang dapat diamati dan diukur
pada diri siswa setelah ia menerima pengetahuan pada proses pembelajaran dalam
waktu tertentu.
b. Faktor-faktor yang memperngaruhi hasil belajar
Menurut Susanto (2013:12-13) terdapat faktor yang memperngaruhi hasil
belajar siswa yaitu :
1) Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari diri peserta didik sehingga
dapat memperngaruhi kemampuan belajar ketika mengikuti proses belajar
mengajar. Contohnya kecerdasan, minat dan motivasi belajar.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang
memperngaruhi hasil belajar. Contohnya keluarga sekolah dan masysarakat.
Menurut Sudjana (2008:39) mengatakan bahwa hasil belajar yang dicapai
peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu dari dalam diri siswa itu dan faktor
yang datar dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor utama yang datang
dari diri siswa adalah kemampuan yang dimilikinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Rusman (2012:124)
antar lain :
1) Faktor internal yaitu dibagi menjadi dua (1) faktor fisiologis contohnya
kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan yang capek dan lelah dan (2)
faktor psikologis contohnya intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat,
motivasi, kognitif, dan daya nalar manusia.
2) Faktor eksternal yaitu digabgi menjadi dua (1) faktor lingkungan
contonhyna suhu, kelembapan, dan lain-lain dan (2) faktor instrumental
contohnya kurikulum, sarana, dan guru.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan hasil belajar dapat
dipengaruri oleh faktor internal yang berasal dari diri seseorang dan faktor
eksternal yang berasal dari luar diri seseorang.
2.1.3. Model Role Playing
a. Pengertian Model Role Playing
Santoso (2011) mengatakan bahwa Model Role Playing atau bermain peran
adalaj mendramatisasikan dan mengekspspresikan diri, tingkah lalu, perkataan,
dalam hubungan sosial antar manusia. Dengan model Role Playing siswa berperan
atau memainkan peranan dalam dramatisasasi masalah itu. Sedangkan menurut
Wahab (2009) bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang telah
ditentukan. Bermain peran dapat menciptakan situasi belajar yang bedasarkan pada
pengalaman dan menekankan dimensi tempat serta waktu sebagai bagian dari
materi mata pelajaran.
Sejalan dengan Wahab, Sugihartono (2007) menjelaskan bahwa model role playing
adalah mengembangkan imajinasi dan penghayatan siswa yaitu dengan siswa
memerankan sesuatu misalnya tokoh hidup maupun benda hidup. Berdasarkan
pengertian model role playing menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa model
role playing adalah dimana siswa akan berperan menjadi tokoh ataupun benda mati
untuk menampilkan ekspresi diri, tingkah laku, dan perkataan.
1. Guru atau pengajat harus membuat sebuah skenario yang akan dipertunjukan
di dalam kelas.
2. Guru akan meminta siswa untuk membuat kelompok untuk bermain peran.
3. Guru akan menyampaikan tentang kompetensi yang harus diraih pada
aktivitas pembelajaran bermain peran.
4. Siswa yang berada di dalam kelompok belajar diminta untuk mengamati
kinerja siswa yang sedang bermain peran.
5. Berikutnya kelompok belajar diminta untuk membuat dan mempresentasikan
kesimpulan berlandaskan skenario yang telah dimainkan oleh kelompok lain.
6. Pada tahap akhir, guru akan membuat kesimpulan dari aktivitas yang telah
dilakukan. Guru menyampaikan kesimpulan yang mudah dipahami siswa
dengan baik.
Menurut Djamarah dan Zain (2008), model role playing memiliki kelebihan
sebagai berikut :
a. Dapat berkesan serta pengalaman dengan kuat dan tahan lama dalam
ingatan siswa.
b. Menarik bagi siswa, kelas akan menjadi antusias.
c. Membangkitkan semangat dan rasa kebersamaan.
d. Siswa dapat terjun langsung memerankan sesuatu yang sedang
dipelajarinya.
Menurut Masitoh serta Dewi terdapat kelebihan model role playing antara lain:
a. Siswa bisa berhubungan sosial dengan area.
b. Siswa ikut serta langsung dalam pendidikan.
c. Siswa bisa menguasai kasus sosial.
d. Membina ikatan personal yang positif.
e. Membina ikatan yang komunikatif.
f. Bisa membangkitkan imajinasi serta estetika siswa serta guru.
Sedangkan menurut Ahmadi, dkk kelebihan model role playing antara lain :
Dari beberapa kelebihan model role playing bisa disimpulkan model role
playing memiliki kelebihan yaitu siswa sanggup berhubungan sosial dengan
area, ikut serta langsung dalam pendidikan, tidak hanya itu juga
berimajinatif serta pula membina ikatan komunikatif.
Menurut Djamarah dan Zain (2008), model role playing memiliki kekurangan
sebagai berikut :
a. Memerlukan waktu yang relatif panjang.
b. Memerlukan kreativitas dan dan daya kreasi.
c. Terdapat siswa yang kurang percaya diri dalam memerankan suatu
adegan.
Menurut masitoh serta laksmi dewi terdapat beberapa kelemahan model role
playing antara lain:
Dari beberapa kelemahan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa model role
playing relatif membutujkan waktu yang banyak, terlalu bergantung kepada
aktivitas siswa, dan jika siswa kurang memahami dengan jelas maka role playing
tidak efektif.
METODE PENELITIAN
Perencanaan
Observasi
Perencanaan
Observasi
3.3.1. Siklus 1
Pertemuan 1
Perencanaan
Perencanaan diawali dengan merencanakan ide penelitian yang merupakab hasil
tindak lanjut dari hasil observasi di kelas yang bertujuan untuk menemukan
faktor-faktor penghambat yang menyebabkan keaktifan dan hasil belajar siswa
rendah kemudian memfokuskan pada penerapan model pembrlajaran Role
Playing sebagai bahan bagi peneliti untuk merencanakan penelitian.
Adapun perencanaan penelitian yang dilakukan sebagai berikut
1. Menyusun RPP dengan model pembelajaran Role Playing.
2. Menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran yang akan dilakukan
yaitu berupa materi, peralatan yang digunakan dalam pembelajaran.
3. Menyiapkan lembar observasi dan rubrik penilaian keaktifan siswa
4. Menyiapkan lembar tes
Tindakan
Pada tahap ini, guru menerapkan pembelajaran Role Playing. Adapun langkah-
langkah pada tahapan ini sebagai berikut :
1. Guru melakukan pengelolaan kelas.
2. Guru melakukan apersepri.
3. Guru menyampikan tujuan pembelajaran.
4. Guru memotivasi siswa
5. Guru menyajikan materi pelajaran, siswa diajarkan tentang apa yang
akan dipelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting.
6. Guru membentuk beberapa kelompok dan membagikan media
pembelajaran.
7. Guru menjelaskajn bagaimana model role playing dan meminta setiap
kelompok mempraktekannya didepan kelas.
8.
Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan untuk mengetahui seberapa jauh
pelaksanaan tindakan kelas mencapai sasaran. Pemgamatan dilaksanakan pada
saat penelitian berlangsung. Hadi, pada saat peneliti melaksanakan kegiatan
penelitian pengamatan juga dilaksanakan. Kegiatan pengamatan ini
dilaksanakan dengan berpedoman pada lembar observasi yng telah dibuat oleh
peneliti, yaitu aktivitas anak saat penelitian dilakasanakan, dan mengumpulkan
sata hasil pengamatan serta mencatat apa yang terjadi agar memperoleh data
yang akurt untuk perbaikan siklus selanjutnya.
Refleksi
Tahapan ini meruapakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada saat
melakukan pengamatan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui hasil yang
telah dicapai dari proses pembelajaran dari siklus 1. Hasil refleksi dati siklus 1
digunakan sebagai acuan untuk perbaikan dan merencanakan siklus 2, sika pada
siklus 1 belum mencapai batas ketentuan hasil seperti yang diinginkan.
Pertemuan 2
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
3.3.2. Siklus 2
Perencanaan
Menyusun RPP dengan menerapkan model pembelajaran Role Playing
Menyiapkab media yang akan diguanak
Menyiapkan tes evaluasi pada akhir pembelajaran siklus 1
Menyiapkan lembar observasi
Tindakan
Observasi
Refleksi
Kegiatan jni dilakukan untuk mengetahui hasil yang telag dicapai dari proses
siklus 2. Hasil refleksi dari siklus 2 ini diharapkab dapat memenuhi indikator
keberhaailan penelitian tang telah didterapkan, keaktifan dan hasil belajar siswa
IPA kelas V SDN 1 Mlatinorowito meningkat.
3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Sugiyono (2010 : 308) teknik pengumpulan data adalah langkah utama dalam
penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelutian ini adalah (1) Observasi, (2) Wawancara, (3) Tes, dan (4)
Dokumentasi.
1. Observasi
2. Wawancara
4. Dokumentasi
3.4.1. Data
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes tertulis yang diberikan kepada siswa
di setiap bagian akhir siklus. Setiap sillus diperoleh dari nilai peningkatan hasil
belajar yang dicapai.
2. Data kualitatif
a) Siswa
Sumber data primer pada siswa diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi keaktifan siswa diperoleh selama pembelajaran berlangsung
dari siklus I sampai siklus II.
b) Guru
Sumber data primer pada guru diperoleh dari hasil waqancara dan
lembar observasi keterampilan guru.
c) Dokumentasi
Sumber data primer pada dokumentasi ini berupa data nilai dari hasil tes
iswa kelas V pada siklus I dan siklus II, lembar pengamatan baru,
aktivitas siswa saat pelajaran, dan foto sebagai dokumebtasi tang
digunakan untuk menggambarkan jalannya proses pembelajaran.
2. Data sekunder
Kariadinata dan Abdurahman (2012 : 18) data sekunder adalah data yang
diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan, dan diolah pihak lain,
biasanya data tersebut dicatat dalam bentuk publikasi-publikasi. Sumber data
sekunder yang diperoleh dari penelitian yakni guru kelas V, antara lain absensi
siswa, daftar nilai ulangan harian siswa kelas V