Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA


MEGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS V

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata PTK Tematik Intergratif

Dosen Pengampu : Imaniar Purbasari, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Boy Saputro


NIM : 201933083
Kelas : PGSD 6B

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting, sehingga
manusia membutuhkan pendidikan mulai dari mereka lahir hingga mereka tua bahkan sampai
akhir hayat. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi
perkembangan peradaban manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia
saat ini memiliki sumber daya yang berkualitas, tentunya harus dilakukan usaha untuk
meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadia, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidik dan peserta didik merupakan suatu kesatuan yang
menjadi faktor utama terjadinya proses pembelajaran, keberhasilan pencapaian kompetensi
sauatu pelajaran tergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat
mempengaruhi adalah bagaimana cara guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru dengan bercerita atau
berceramah. Siswa kurang terkibat aktif dalam proses pembelajaran, akibatnya tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran rendah. Dalam mata pelajaran IPA keaktifan
belajar peserta didik sangatlah diperlukan. Menurut (Iskandar 2001:2) IPA adalah ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada alam, IPA merupakan mata pelajaran di
SD yang dimaksud agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh antara lain penyelidikan, penyusunan dan
penyajian gagasan-gagasan, padaperinsipnya, memperlajari IPA segabai cara mencari tahu
dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar
secara mendalam.
Keaktifan merupakan salah satu yang penting dalam pembelajaran. Karena adanya
keaktifan saat proses pembelajaran maka pesertadidik akan memiliki rasa antusias mengikuti
proses pembelajaran. Keaktifan siswa dalam belajar dapat dilihat dari kekutsertaannya dalam
melaksanakan tugas belajar tersebut. Salah satu masalah yang muncul dalam proses
pembelajaran adalah rendahnya keaktifan peserta didik pada saat mengikuti proses belajar
mengajar, sehingga dapat mengakibatkan hasil belajar peserta didik menjadi rendah. Ada
beberapa faktor yang memperngaruhi keaktifan belajar peseta didik, diantarannya adalah
guru kurang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Peserta didik hanya
mendengarkan ceramah dari guru, dengan demikian proses pembelajaran yang selama ini
yang dilakukan oleh guru cenderung meminimalkan peran dan keterlibatan peserta didik
secara aktif, siswa lebih banyak mengunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan
sendiri pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan sehingga siswa kurang
mendapatkan pengalaman belajarnya. Sikap pasif siswa dalam proses pembelajaran
mengakibatkan sebagian besar siswa tidak berani untuk bertanya mengenai materi yang
kurang mereka pahami. Hasil observasi tentang hasil belajar siswa kelas V yang dicermati
dari daftar nilai mengenai materi sistem pencernaan, terlihat bahwa nilai ulangan harian 40%
siswa tuntas dan 60% belum tuntas.
Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan hasil belajar diperlukan model
pembelajaran yang lebih menekankan pada altivitas para peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung. Untuk itu, guru harus tepat dalam memilih dan menggunakan
model pembelajaran agar materi pelajaran dapat disampaikan dengan lebih kreatif dan
menyenangkan, sehingga suasana di dalam kelas menjadi lebih aktif dan hidup. Diharapkan
dengan model pembelajaran yang efektif dan menekan aktifitas siswa hasil belajar menjadi
meningkat dan mencapai nilai KKM. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka
diperlukan cara belajar yang tepat untuk menarik dan memotivasi peserta didik agar lebih
semangat dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik tidak
merasa jenuh. Dengan belajar aktif ini, peserta didik dajak untuk turut serta dalam proses
pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dalam hal ini peneliti
akan membahas upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran role playing pada mata pelajaran IPA kelas V. Model pembelajaran role
playing adalah adalah model pembelajaran dengan menugaskan siswa untuk memerankan
suatu tokoh yang ada dalam materi atasu peristiwa yang diungkapkan dalam bentuk cerita
sederhana yang telah dirancang oleh guru.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Role Playing dalam meningkatkan
aktifitas belajar peserta didik?
2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Role Playing dalam meningkatkan hasil
belajar peserta didik?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Role Playing dalam
meningkatkan aktifitas belajar peserta didik.
2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Role Playing dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, makan manfaat pada penelitian
ini terdiri dari 2 manfaat yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini menjelaskan secara detail dan merinci mengenai penerapan
model pembelajaran role playing untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA kelas V, manfaat penelitian ini untuk menambah
pengetahuan penulis dan pembaca terkait dengan penerapan model pembelajarn role
playing pada mata pelajaran IPA di SD kelas V. Penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan untuk penelitian sejenis atau penelitian lebih lanjut khususnya dalam
bidang pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar menggunakan model
pembelajaran role playing dalam pembelajaran IPA. Memberikan susasana baru
dalam kgiatan pelajaran sehingga antusias dalam belajar. Memberikan masukan
kepada siswa agar berperan aktif selama kegiatan pembelajaran terutama untuk
aktif bertanya terhadap materi yang belum dipahami dan partisipasi aktif lainnya.
b. Bagi Guru
Guru menjadikan penerapan model pembelajaran role playing sebagai
alternatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.
c. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan sebagai referensi baru dalam rangka memajukan dan
meningkatkan prestasi sekolah bahwa keaktifan belajar siswa dapat ditingkatkan
dengan menggunakn model pembelajaran role playing sebagai bahan untuk
pencapaian hasil belajar yang maksimal.
1.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya
Menigkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Role
Playing Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V” dalam penelitian ini berfokus pada :
1. Permasalahan dalam penelitian tindakan ini adalah masalah kurangnya keaktifan
siswa dan hasil belajar siswa pada materi sistem pencernaan mata pelajaran IPA.
2. Penelitian dilakukan pada kelas V semester 1 tahun ajaran 2022/2023.
3. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas V SDN 1 Mlatinorowito dengan
jumlah keseluruhan 20 siswa.
4. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Mlatinorowito, Jl. Hos. Cokroaminoto,
Mlatinorowito Gg. VI, Kec. Kota, Kab. Kudus
5. Sumber dan subjek penelitian ini yakni guru kelas dan siswa kelas V SDN 1
Mlatinorowito.
1.6. DEFINISI OPERASIONAL
a. Keaktifan Siswa
Proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara guru
dengan siswa yang didalamnya berisi aktivitas peserta didik melalui berbagai
interaksi dan pengalaman belajar yang dialami oleh keduanya. Keaktifan belajar
siswa adalah suatu keadaan dimana siswa aktif dalam belajar. Aktif yang
dimaksudkan dalam proses pembelajaran adalah dimana guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, menjawab, mengemukakan
gagasan atau pendapatnya serta mampu memberikan kesimpulan.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik yang terjadi setelah
mengikuti pembelajaran. Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif (kemampuan
hapalan,pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi) afektif (penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi) dan psikomotorik (kreativitas).
c. Model Role Playing
Model role playing adalah model yang melibatkan interaksi antara dua siswa
atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing
sesuai dengan tokoh yang ia perankan. Role playing merupakan jenis teknik simulasi
yang sering digunakan untuk melatih keterampilan siswa dan memahami tema yang
terkandung dalam suatu kejadian yang diperankan.
BAB II

KAJIAN TEORI
2.1. KAJIAN PUSTAKA
2.1.1. Keaktifan Siswa
a. Pengertian keaktifan siswa
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan
kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar penting bagi keberhasilan proses
pembelajaran karena belajar adalah aktivitas atau proses untuk memperoleh
pengetahuan, mengembangkan keterampilan, memperbaiki perilaku dan sikap serta
memperkuat kepribadian. Menurut Whipple dalam Hamalik (2009) keaktifan
belajar siswa dalah suatu proses yang menenkankan keaktidan siswa secara fisik,
mental intelektual untuk memperoleh hasil belajar yang baik dalam proses
pembelajaran. Sedangkan menurut Raharja (2002) keaktifan belajar adalah kegiatan
jasmani dan rohani manusia dalam upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Sejalan dengan Raharja, Dimyati dan Mujiono (2006) mejelaskan bahwa
keaktifan belajar siswa merupakan proses pembelajaran yang mengarah kepada
pengoptiamilasian yang melibatkan intelektual dan emosional seorang siswa dengan
melibatkan fisik dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian keaktifan
siswa menurut para ahli dapat disimpukan bahwa keaktifan belajar siswa
merupakan segala kegiatan fisik maupun non fisik siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran yang optimal sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih
baik.
b. Macam-macam aktivitas belajar
Daryono, dkk (2012:2) membagi aktivitas belajar siswa menjadi 5 kelompok
sebagai berikut:
1) Aktivitas visual seperti membaca, menulis, eksperimen dan demontrasi.
2) Aktivitas lisan seperti bercerita, membaca, bertanya, menjawab, berdiskusi,
dan menyanyi.
3) Aktivitas mendengarkan seperti mendengarkan penjelasan, ceramah, dan
pengarahan dari guru.
4) Aktivitas gerak seperti senam, olahraga, menari dan melukis.
5) Aktivitas menulis seperti mengarah cerita, dan surat.
Menurut kosasih (2015:8) macam aktivitas siwa meliputi:
1) Aktivitas fisik misalnya mengamati, mendengarkan, menyentuh, mencoba,
dan sejumlah aktivitas fisik lainnya.
2) Aktivitas mental misalnya bernanya, menanggapi, menyimpulkan dan
menilai temannya.
3) Aktivitas emosional misalnya dengan menanggapi dan merefleksi.
4) Aktivitas sosial misalnya berdiskusi dan kerja sama kelompok.
Menurut Sudjana (2004:61) menyatakan aktivitas siswa dapat dilihat dalam
hal:
1) Melaksanakan tugas belajarnya.
2) Terlibat dalam pemecahan masalah.
3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan
yang sedang dialaminya.
4) Berusaha mencari berbagai informasi.
5) Melaksanakan diskusi kelompok.
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya.
7) Melatih diri memecahkan soal atau masalah.
8) Mencoba atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas.
Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan siswa dapat dilihat
dari berbagai hal seperti memperhatikan, mendengarkan, membaca, menulis,
berdiskusi, tanya jawab, keberanian siswa, dan memecahkan soal.
c. Faktor-faktor yang mempengatuhi keaktifan
Syah (2012:146) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi keaktifan
belajar siswa dibagi menjadi tiga, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor
pendekatan belajar.
1) Faktor internal siswa merupakan faktor yang berasal dari dalam siswa itu
sendiri, yang meliputi :
a) Aspek fisiplogis, yaitu kondisi umum jasmani atau rohani yang
menandai tingkat kebugaran diri siswa yang dapat memperngaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.
b) Aspek psikologis, yaitu meliputi tingkat kecerdasan atau inteligensi siwa
siswa, bakat atau potensi, minat, dan motivasi.
2) Faktor eksternal siswa, merupakan faktor dari luar siswa yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa itu sendiri yaitu lingkungan sosial dan non
sosial.
Keaktifan belajar siswa dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan
pada saat mengikuti pembelajaran. Hal tersebut diungkapkan oleh Moh. Uzer
Usman (2009:26-27) kegiatan-kegitan guru yang dapat mempengaruhi keaktifan
siswa :
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa.
2) Menjelaskan tujuan instruksional.
3) Mengigatkan kompetensi belajar kepada siswa.
4) Memberikan stimulus.
5) Memberikan umpan balik.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan keaktifan belajar
dapat dipegaruhi berbagai macam faktor seperti menarik perhatian atau memberikan
motivasi kepada siswa maka dapat meningkatkan keaktifan siswa.
2.1.2. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Setiap proses pembelajaran selalu menghasilkan hasil belajar. Menurut
Suprijono (2016:5) hasil belajar merupakan perbuatan, nilai, pengertian, sikap,
apresiasi, dan keterampilan. Sedangkan menurut Susanto (2013:5) hasil belajar
adalah kemampuan siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hal ini senada dengan
Briggs dalam Taruug (2013:17) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan dan hasil yang dicapai melalui proses pembelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes yang
dilakukan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut para ahli dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang dapat diamati dan diukur
pada diri siswa setelah ia menerima pengetahuan pada proses pembelajaran dalam
waktu tertentu.
b. Faktor-faktor yang memperngaruhi hasil belajar
Menurut Susanto (2013:12-13) terdapat faktor yang memperngaruhi hasil
belajar siswa yaitu :
1) Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari diri peserta didik sehingga
dapat memperngaruhi kemampuan belajar ketika mengikuti proses belajar
mengajar. Contohnya kecerdasan, minat dan motivasi belajar.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang
memperngaruhi hasil belajar. Contohnya keluarga sekolah dan masysarakat.
Menurut Sudjana (2008:39) mengatakan bahwa hasil belajar yang dicapai
peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu dari dalam diri siswa itu dan faktor
yang datar dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor utama yang datang
dari diri siswa adalah kemampuan yang dimilikinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Rusman (2012:124)
antar lain :
1) Faktor internal yaitu dibagi menjadi dua (1) faktor fisiologis contohnya
kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan yang capek dan lelah dan (2)
faktor psikologis contohnya intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat,
motivasi, kognitif, dan daya nalar manusia.
2) Faktor eksternal yaitu digabgi menjadi dua (1) faktor lingkungan
contonhyna suhu, kelembapan, dan lain-lain dan (2) faktor instrumental
contohnya kurikulum, sarana, dan guru.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan hasil belajar dapat
dipengaruri oleh faktor internal yang berasal dari diri seseorang dan faktor
eksternal yang berasal dari luar diri seseorang.
2.1.3. Model Role Playing
a. Pengertian Model Role Playing

Santoso (2011) mengatakan bahwa Model Role Playing atau bermain peran
adalaj mendramatisasikan dan mengekspspresikan diri, tingkah lalu, perkataan,
dalam hubungan sosial antar manusia. Dengan model Role Playing siswa berperan
atau memainkan peranan dalam dramatisasasi masalah itu. Sedangkan menurut
Wahab (2009) bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang telah
ditentukan. Bermain peran dapat menciptakan situasi belajar yang bedasarkan pada
pengalaman dan menekankan dimensi tempat serta waktu sebagai bagian dari
materi mata pelajaran.
Sejalan dengan Wahab, Sugihartono (2007) menjelaskan bahwa model role playing
adalah mengembangkan imajinasi dan penghayatan siswa yaitu dengan siswa
memerankan sesuatu misalnya tokoh hidup maupun benda hidup. Berdasarkan
pengertian model role playing menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa model
role playing adalah dimana siswa akan berperan menjadi tokoh ataupun benda mati
untuk menampilkan ekspresi diri, tingkah laku, dan perkataan.

b. Langkah-langkah Model Role Playing

Menurut Uno (2007), terdapat tujuh langkah dalam pelaksanaan model


pembelajaran role playing yaitu :

1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik.


2. Memilih peran.
3. Menyusun tahap-tahap peran.
4. Menyiapkan pengamat.
5. Pemeran.
6. Diskusi dan Evaluasi.
7. Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.

Menurut Wicaksono dkk (2016), terdapat tujuh langkah dalam pelaksanaan


model pembelajaran role playing yaitu :

1. Guru atau pengajat harus membuat sebuah skenario yang akan dipertunjukan
di dalam kelas.
2. Guru akan meminta siswa untuk membuat kelompok untuk bermain peran.
3. Guru akan menyampaikan tentang kompetensi yang harus diraih pada
aktivitas pembelajaran bermain peran.
4. Siswa yang berada di dalam kelompok belajar diminta untuk mengamati
kinerja siswa yang sedang bermain peran.
5. Berikutnya kelompok belajar diminta untuk membuat dan mempresentasikan
kesimpulan berlandaskan skenario yang telah dimainkan oleh kelompok lain.
6. Pada tahap akhir, guru akan membuat kesimpulan dari aktivitas yang telah
dilakukan. Guru menyampaikan kesimpulan yang mudah dipahami siswa
dengan baik.

Di dalam referensi lain tertulis langkah-langkah pembelajaran role play


sebagai berikut :

1. Guru mengungkapkan masalah yang diangkat dari kehidupan sekitar agar


siswa merasakan masalah tersebut.
2. Pemilihan peran sesuai dengan permasalahan yang sudah disiapkan.
3. Menyusun tahap-tahap bermain peran (naskah).
4. Menyiapkan pengamat, pengamat ini diambil dari semua siswa yang sedang
tidak menjadi pemain.
5. Pemeranan, pada tahap ini siswa berinteraksi dengan peran masing-masing
dan sesuai dengan skenario.
6. Diskusi dan Evaluasi.
7. Pengambilan kesimpulan dari kegiatan bermain peran yang telah dilakukan.

Berdasarkan penguraian langkah-langkah di atas model role playing


mempunyau tujuh tahap yaitu (1) guru membuat skenario, (2) guru membuat
kelomopok dan membagi peran, (3) guru memberi intruksi kepada siswa
bagaimana beryindak sebagai peran, (4) menyiapkan pengamat, (5) pemeranan, (6)
diskusi dan evaluasi, (7) pengambilan kesimpulan.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Role Playing

Menurut Djamarah dan Zain (2008), model role playing memiliki kelebihan
sebagai berikut :

a. Dapat berkesan serta pengalaman dengan kuat dan tahan lama dalam
ingatan siswa.
b. Menarik bagi siswa, kelas akan menjadi antusias.
c. Membangkitkan semangat dan rasa kebersamaan.
d. Siswa dapat terjun langsung memerankan sesuatu yang sedang
dipelajarinya.
Menurut Masitoh serta Dewi terdapat kelebihan model role playing antara lain:
a. Siswa bisa berhubungan sosial dengan area.
b. Siswa ikut serta langsung dalam pendidikan.
c. Siswa bisa menguasai kasus sosial.
d. Membina ikatan personal yang positif.
e. Membina ikatan yang komunikatif.
f. Bisa membangkitkan imajinasi serta estetika siswa serta guru.

Sedangkan menurut Ahmadi, dkk kelebihan model role playing antara lain :

a. Memperjelas sistuasi yang diartikan.


b. Menaikkan pengalaman tentang suasana sosial tertentu.
c. Menemukan pemikiran menimpa sesuatu aksi dalam sesuatu suasana
sosial dari bermacam sudut.

Dari beberapa kelebihan model role playing bisa disimpulkan model role
playing memiliki kelebihan yaitu siswa sanggup berhubungan sosial dengan
area, ikut serta langsung dalam pendidikan, tidak hanya itu juga
berimajinatif serta pula membina ikatan komunikatif.

d. Kekurangan Model Pembelajaran Role Playing

Menurut Djamarah dan Zain (2008), model role playing memiliki kekurangan
sebagai berikut :
a. Memerlukan waktu yang relatif panjang.
b. Memerlukan kreativitas dan dan daya kreasi.
c. Terdapat siswa yang kurang percaya diri dalam memerankan suatu
adegan.

Menurut masitoh serta laksmi dewi terdapat beberapa kelemahan model role
playing antara lain:

a. Relatif membutuhkan waktu yang banyak.


b. Apabila siswa tidak menguasai konsep simulasi, model role palying
tidak akan efisien.
c. Sangat bergantung pada kegiatan siswa.
d. Pemanfaatan bantuan belajar susah.
e. Terdapatnya siswa yang lelet, kurang atensi serta kurang motivasi,
simulasi role playing kurang sukses.

Sedangkan menurut Ahmadi, dkk terdapat kelemahan model role playing


antara lain:

a. Sasana sosial yang didramatisasikan cumalah tiruan.


b. Suasana ini dalam kelas berbeda dengan suasana yang sesungguhnya.

Dari beberapa kelemahan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa model role
playing relatif membutujkan waktu yang banyak, terlalu bergantung kepada
aktivitas siswa, dan jika siswa kurang memahami dengan jelas maka role playing
tidak efektif.

2.2. PENELITIAN YANG RELEVAN


1) Penelitian yang dilakukan oleh Afuina Bundha Lasera (2018) Mahasiswi
Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul “ Upaya Meningkatkan Keaktifan dan
Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD
Pada Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kelas X/IIK Tahun 2017/2018
MAN Temanggung”. Dari penelitian ini kita dapat melihat hasilnya yakni penelitian
ini menunjukan hasil yang baik dijelaskan bahwa pada setiap siklus keaktifan siswa
yang meningkat dari siklus I sebesar 56,50% dan siklus II sebesar 62%, hasil belajar
juga menunjukan peningkatan, ranah kognitif pada siklus I sebesar 69,49% dan
meningkat menjadi 81,24% pada siklus II, sedangkan dari ranah psikomotorik pada
siklus I sebesar 89,02 dan meningkat menjadi 93,67 pada siklus II.
Persamaan penelitian ini terletak pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar
siswa sedangkan perbedaannya, penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar menggunakan model role playing pada mata pelajaran IPA kelas V
sekolah dasar.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Siti Ayu Maimunah (2018) Mahasiswa
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Upaya
Meningkatkan Keaktifan Belajar Dengan Menggunakan Strategi Learning Strats
With A Questions (LSQ) Pada Siswa Kelas IV MI Miftahul Falah Cipulir Jakarta
Selatan Tahun Ajaran 2017/2018”. Dari penelitian ini kita dapat menilhat hasilnya
yakni penelitian ini menunjukan hasil yang baik dijelaskan bahwa keaktifan belajar
siswa kelas IV MI Miftahul Falah Cipulir meningkat setelah diterapkan strategi
Learning Starst with A Questions (LSQ).
Persamaan penelitian ini terletak pada peningkatan aktivitas belajar siswa
sedangkan perbedaanya, penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar menggunakan model role playing pada mata pelajaran IPA kelas V sekolah
dasar.
2.3. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan padaatar belakang sampai rumusan masalah,
terdapat kerangka berpikir yang logis didalam merubah pola pembelajaran yang masih
ceramah beralih menggunakan model pembelajaran inovatif Role Playing sebagai
tindakan kelas siklus 1 sampai dengan siklus 2. Menagacu pada kajian pustaka maka
diharapkan model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa menjadi lebih baik.
Untuk memermudah membaca kerangka berpikir, sesuai yang diinginkan peneliti, maka
dibuatlah bagan kerangka berpikir. Di bawah ini merupakan bagan kerangka berpikir.
2.4. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan uraian pada kajian pustaka, penelitian relevan, dan kerangka berpikir
di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan aktifitas belajar
siswa kelas V dalam mata pelajaran IPA.
2. Penerapan model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V dalam mata pelajaran IPA.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. SETTTNG DAN KARATERISTIK PENELITIAN


Penjelasan mengenai setting penelitian dan karateristik penelitian akan dijelaskan
sebagai berikut.
3.1.1. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD 4 Mlatinorowito yang
beralmatkan di Jl. Hos. Cokroaminoto, Mlatinorowito Gg. VI, Kec. Kota, Kab.
Kudus, Jawa Tengah dengan dasar dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan sebelum penelitian ini dilaksanakan karena teridentifikasi keaktifan
dan hasil belajar yang masih kurang baik pada mata pelajaran IPA. Adapun
alasan pemilihan lokasi adalah dikarenakan peneliti menemukan banyak faktor
bahwa SD 1 Mlatinorowito membutuhkan solusi perbaikan terutama dalam
proses pembelajaran terkait model pembeljaran yang masih kurang inovatif
sehingga menyebabkan aktivitas dan hasil belajar siswa rendah.
2. Waktu Penelitian
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan sekitar 4 bulan,
yaitu dilaksanakan mulai Agustus sampai November 2022. Kegiatan meliputi
penyusunan proposal, penelitian dilapangan, dan pelaporan. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan selama II siklus dan setiap siklus dilakukan dua kali
pertemuan.
3.1.2. Karateristik Penilaian
Karateristik subjek penelitian merupakan sumber dasar paling utama dalam
penelitian ini karena berbagaiacam bahan penelitian didapat dari subjek penelitian
tersebut. Adapun subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD 1
Mlatinowowito, Kec. Kota, Kab. Kudus yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 8
siswa berjenis kelamin laki- laki dan 12 siswa berjenis kelamin perempuan.
Keadaan siswa kelas V memiliki karateristik kemampuan yang beraneka
ragam seperti yang dimiliki siswa pada umumnya seperti kemampuan berpikir,
perkembangan psikologi, dan daya ingat siswa maupun minat dan bakat pada diri
siswa yang berbera-beda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Penggunaan
model pembelajaran yang kurang inovatif selama proses pembelajaran membuat
siswa monoton dan menjadi kurang aktif saat mengikuti pembelajaran.
3.2. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang lain, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasu tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari san kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2019:68)
1. Variabel Bebas
Sugiyono (2017) menyatakan bahwa variabel bebas adalah yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variavel dependen (terikat).
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah penerapan model pembelajaran
Role Playing.
2. Variabel Terikat
Sugiyono (2010-16) menyatakan bahwa variabel tetikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah keaktifan dan hasil
belajar IPA siswa kelas V.
3.3. PROSEDUR PENILAIAN
Penelitian tindakan dilakukan sebagai upaya perbaikan suatu praktek pendidikan
melalui pemberian tindakan berdasarkan refleksi dati pemberian tindakan. Bentuk
penelitian tindakan pada penelitian ini yaitu dengan memberikan suatu tindakan pada
subjek yang diteliti dengan penerapan model pembelajaran Role Palying pada tema
Udara Bersih Bagi Kesehatan untuk diketahui pengaruhnya terhadap keaktifan dan
hasil belajar tematik karena adanya tindakan yang dilakukan.
Pelaksanaan ini dilaksanakan dua siklus dan masing-masing siklus meliputi
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Bagan model penelitian oleh Kemmis
dan Mc Taggart ( dalam Arikunto dkk, 2012:16) diganvarkan pada gambar berikut.

Perencanaan

Refleksi Siklus I Tindakan

Observasi

Perencanaan

Refleksi Siklus II Tindakan

Observasi

3.3.1. Siklus 1
Pertemuan 1
 Perencanaan
Perencanaan diawali dengan merencanakan ide penelitian yang merupakab hasil
tindak lanjut dari hasil observasi di kelas yang bertujuan untuk menemukan
faktor-faktor penghambat yang menyebabkan keaktifan dan hasil belajar siswa
rendah kemudian memfokuskan pada penerapan model pembrlajaran Role
Playing sebagai bahan bagi peneliti untuk merencanakan penelitian.
Adapun perencanaan penelitian yang dilakukan sebagai berikut
1. Menyusun RPP dengan model pembelajaran Role Playing.
2. Menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran yang akan dilakukan
yaitu berupa materi, peralatan yang digunakan dalam pembelajaran.
3. Menyiapkan lembar observasi dan rubrik penilaian keaktifan siswa
4. Menyiapkan lembar tes
 Tindakan
Pada tahap ini, guru menerapkan pembelajaran Role Playing. Adapun langkah-
langkah pada tahapan ini sebagai berikut :
1. Guru melakukan pengelolaan kelas.
2. Guru melakukan apersepri.
3. Guru menyampikan tujuan pembelajaran.
4. Guru memotivasi siswa
5. Guru menyajikan materi pelajaran, siswa diajarkan tentang apa yang
akan dipelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting.
6. Guru membentuk beberapa kelompok dan membagikan media
pembelajaran.
7. Guru menjelaskajn bagaimana model role playing dan meminta setiap
kelompok mempraktekannya didepan kelas.
8.
 Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan untuk mengetahui seberapa jauh
pelaksanaan tindakan kelas mencapai sasaran. Pemgamatan dilaksanakan pada
saat penelitian berlangsung. Hadi, pada saat peneliti melaksanakan kegiatan
penelitian pengamatan juga dilaksanakan. Kegiatan pengamatan ini
dilaksanakan dengan berpedoman pada lembar observasi yng telah dibuat oleh
peneliti, yaitu aktivitas anak saat penelitian dilakasanakan, dan mengumpulkan
sata hasil pengamatan serta mencatat apa yang terjadi agar memperoleh data
yang akurt untuk perbaikan siklus selanjutnya.
 Refleksi
Tahapan ini meruapakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada saat
melakukan pengamatan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui hasil yang
telah dicapai dari proses pembelajaran dari siklus 1. Hasil refleksi dati siklus 1
digunakan sebagai acuan untuk perbaikan dan merencanakan siklus 2, sika pada
siklus 1 belum mencapai batas ketentuan hasil seperti yang diinginkan.
Pertemuan 2
 Perencanaan
 Tindakan
 Observasi
 Refleksi
3.3.2. Siklus 2
 Perencanaan
Menyusun RPP dengan menerapkan model pembelajaran Role Playing
Menyiapkab media yang akan diguanak
Menyiapkan tes evaluasi pada akhir pembelajaran siklus 1
Menyiapkan lembar observasi
 Tindakan
 Observasi
 Refleksi
Kegiatan jni dilakukan untuk mengetahui hasil yang telag dicapai dari proses
siklus 2. Hasil refleksi dari siklus 2 ini diharapkab dapat memenuhi indikator
keberhaailan penelitian tang telah didterapkan, keaktifan dan hasil belajar siswa
IPA kelas V SDN 1 Mlatinorowito meningkat.
3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Sugiyono (2010 : 308) teknik pengumpulan data adalah langkah utama dalam
penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelutian ini adalah (1) Observasi, (2) Wawancara, (3) Tes, dan (4)
Dokumentasi.
1. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang direncanakan secara


sistematis, dan hasilnya diinterpretasikan untuk memperoleh pemahaman
terhadap subjek yang diamati. Observasi dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan berupa kegiatan melihat, mendengar, mengamati, dan mencermati
serta mencatat segala kegiatan yang dilakukan subjek penelitian.

Dalam penelitian ini mengadakan onservasi secara langsung di SD 1


Mlatinorowito. Kegiatan tersebut dilakukan beberapa kali dengan maksud
utama untuk memperoleh informasi terkait data sekolah dan data mengenai
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V.

2. Wawancara

Wawancara merupakan komunikaai yang dilakukan dua orang atau lebih,


dimana komunikasi tersebut dilakukan secara terarah dan pewawancara
memiliki persiapan agenda penelitian, yaity pertanyaan-pertanyaan kunci terkair
dengan informasi yang ingin didapat. Metode wawancata yang digunakan oleh
peneliti adalah wawancara terstruktur, yaitu dengan disiapkannya lebih dahulu
beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber seputar
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V. Selain menggunakan
metode wawancara terstruktur, peneliti juga akan menggunakan metode
wawancara tidak terstruktur, hal ini bertujuan agar suasana yang tercipta tidak
begitu formal ketika berlangsungnya kegiatan wawancara.
3. Tes

Tes adalah suatu alat untuk mengumpulkan informasi ketercapaian tujuan


pembelajaran. Tes sebagai alat penelitian adalah pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk tes
lisan, tulisan, dan perbuatan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan tes
objektif berupa soal pilihan ganda untuk mendapatkan data kuantitatif berupa
nilai yang menggambarkan pencapaian kompetensi. Data tersebut diperoleh dari
nilai evaluasi yang dilakukan di bagian akhir setiap siklus.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan


menghimpun dan menganalisis dokjmen arsip, baik dokumen tertulis maupun
gambar. Dalam penelitian ini yang dipakai adalah dokumentasi dalam bwntuk
foto wawancara, kegiatan pembelajaran, dan hasil tes siswa.

3.4.1. Data
1. Data kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes tertulis yang diberikan kepada siswa
di setiap bagian akhir siklus. Setiap sillus diperoleh dari nilai peningkatan hasil
belajar yang dicapai.

2. Data kualitatif

Dara kualitatif diperoleh dari hasil observasi keterampilan guru mengajar,


keaktifan siswa, hasil belajar siswa, wawancara, catatatn lapangan, materi
pembelajaran, dan foto.

3.4.2. Sumber Data


1. Data primer

Kariandinata dan Abdurahman (2012:18) data primer adalah data yang


dikumpulkan dan diolah oleh suatu organisasi dengan menandatangani lansung
objeknya. Fata yang diperoleh peneliti ada 3 yaitu :

a) Siswa

Sumber data primer pada siswa diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi keaktifan siswa diperoleh selama pembelajaran berlangsung
dari siklus I sampai siklus II.

b) Guru

Sumber data primer pada guru diperoleh dari hasil waqancara dan
lembar observasi keterampilan guru.

c) Dokumentasi
Sumber data primer pada dokumentasi ini berupa data nilai dari hasil tes
iswa kelas V pada siklus I dan siklus II, lembar pengamatan baru,
aktivitas siswa saat pelajaran, dan foto sebagai dokumebtasi tang
digunakan untuk menggambarkan jalannya proses pembelajaran.

2. Data sekunder

Kariadinata dan Abdurahman (2012 : 18) data sekunder adalah data yang
diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan, dan diolah pihak lain,
biasanya data tersebut dicatat dalam bentuk publikasi-publikasi. Sumber data
sekunder yang diperoleh dari penelitian yakni guru kelas V, antara lain absensi
siswa, daftar nilai ulangan harian siswa kelas V

3.5. INSTRUMEN PENELITIAN


8.5.1 Pedoman Observasi
Satu satu instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini yaitu pedoman observasi. Pedoman observasi pada penelitian ini ada
1 yaitu pedoman observasi aktivitas belajar.
8.5.2 Pedoman Wawancara
pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur untuk
melengkapi data penelitian tindakan kelas di SDN 1 Mlatinorowito. Wawancara
dilaksanakan sebelum dan sesudah penelitian, wawancara ini ditujukan kepada
siswa dan guru kelas V SDN 1 Mlatinorowito.
Pada pedoman wawancara guru terkait dengan proses bagaimana aktivitas dan
hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelejaran role
playing. Pedoman wawancara siswa disusun untuk mengetahui respon siswa
mengenai sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran role playing.
8.5.3 Tes
Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar
siswa setelah mengikuti model pembelajaran. Setiap tahap observasi awal, penilai
melakukan observasi dengan mengumpulkan data awal yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa. Selanjutnya peneliti menggunakan metode tes
berupa soal yang terdiri dari 15 soal ada setiap siswa saat akhir siklus.
8.5.4 Validitas dan Reabilitas
Pada penelitian ini, validitas dan rehabilitas digunakan untuk mengukur data
dan instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid.
Untuk itu perlu menyusun instrumen yang baik pula. Instrumen yang baik adalah
instrumen yang valid dan reliabel. Instrumen yang valid adalah insyrumen yang
dapat mengukur apabyang seharusnya diukur. Menggunakan instrumen yang valid
diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi valid dan reablitias.
Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sedangkan
intrumen yang kurang valid maka memiliki validitas yang rendah. Dalam membuat
butir soal yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif
maka soal tersebut harus valid.
3.6. ANALISIS DATA
pada teknik analisis data penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik analisi
kauntitatif dan kualitatif untuk memastikan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa
kelas V SDN 1 Mlatinorowito pada pembelajaran IPA materi sistem pernapasan dalam
menghadapi soal. Analisis data dapat diperoleh dari data kuantitatif dan kualitatif yang
dapat diaalisis dengan cara mendeskripsikan data, menggambar data data yang
berkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum.
1. Data kuantitatif
Data yang terkumpul dari observasi berupa angka atau data kuantitatif
dijadikan sebagai acuan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil
perhitungan KKM SDN 1 Mlatinorowito pada pembelajaran yaitu dengan nilai
75.
 Menghitung Ketuntasan Belajar
Peningkatan ketuntasan belajar siswa mengikuti ketentuan dari sekolah
bahwa, siswa dinyatakan lulus dalam setiap tes jikai nilai yang diperoleh datas
KKM yaitu dengan nilai 75 dan maksimal 100. Maka penelitian ini, menentukan
kriteria ketuntasan belajar siswa baik klasikal maupun individual maka fihitung
dengan rumus sebagai berikut
jumlah siswa yang tuntas belajar
Presentase ketuntasan belajar = x 100
jumlah seluruh siswa
Ketuntasan klasikal tercapai bila 75% dari keseluruhan siswa mencapai KKM
yaitu dengan nilai diatas 75, maka kelas tersebut dinyatakan tuntas dan tingkat
keberhasilan siswa termasuk kategori tinggi.
2. Data kualitatif
Analisis data kualitatif ini dapat diperoleh datanya dengan menggunakan
analisis deskriptif yang dilakukan untuk memastikan bahwa model
pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
mengenai materi sistem pernapasan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
mendeskripsikan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Hasil pengamatan keaktifan siswa dianalisis secara deskriptif menggunakan
presentase.
Kriteria Aktivitas Belajar Siswa

Skor Presentase Kualifikasi Tingkat Keberhasilan


26-31 85-100% Sangat baik Berhasil
20-25 69-84% Baik Berhasil
14-19 53-68% Cukup Tidak berhasil
8-13 37-52% Kurang baik Tidak berhasil
3.7 INDIKATOR KETERCAPAIAN PENELITIAN
Tindakan yang diambil peneliti dikatakan berhasil jika sebagian peserta didik mampu
mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 75% indikator keberhasilan.
Dengan ditunjukannya meningkatnya keaktifan belajar siswa pada kategori baik dan baik
sekali yang mencapai 80% dan meningkatnya hasil belajar yang ditandai dengan
pencapaian rata-rata nilai hasil tes sesuai KKM 75 sebanyak 80% dari jumlah siswa.

Anda mungkin juga menyukai