Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN WATU
TAKULA

Disusun oleh:

Elisabet Rambu Bitu Meja

83822001058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS KATHOLIK WEETEBULA
SUMBA BARAT DAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya, penulis dapat menulis proposal ini yang berjudul penerapan
metode role playing untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
di kelas IV SDN Watu Takula

Dalam proses penyusunan Proposal ini, penulis tentu telah banyak menerima
masukan, arahan, bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan
dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut:

1) Rm. Marsel Lamunde, Pr selaku ketua Yayasan Nusa Cendana (YAPNUSDA).

2) Bpk. Wilhelmus Yape Kii, S. Pd., M. Phil selaku ketua STKIP Weetebula.

3) Kristoforus Dowa Bili, M.Pd selaku ketua program studi pendidikan guru sekolah

dasar.

4) Seluruh dosen pengajar program studi pendidikan guru sekolah dasar STKIP

Weetebula yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu yang bermanfaat.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.

Penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi

dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Guru Sekolah Dasar.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan menurut (KBII) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang maupun kelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui sebuah
pengajaran maupun pelatihan. Secara etimologi adalah proses mengembangkan
kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. Setiap manusia membutuhkan
pendidikan, dimana dan kapan pun ia berada,dengan upaya untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
Salah satu yang menjadi tujuan dari UUD alinea keempat adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, guru merasa terpanggil untuk
menjadi salah satu pendidik yang didalamnya terjadi proses pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran yang baik sangat dipenngaruhi oleh suatu perencanaan
yang baik. Pada hakikatnya pembelajaran merupakan adanya interaksi guru dengan
siswa dalam proses belajar mengajar.
Guru sebagai pengajar berperan penting dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran. Salah satu kunci keberhasilan dari pelajaran adalah kemampuan guru
sebagai tenaga profesional. Dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen yang
dapat mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran, antara lain: tujuan, materi
pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media, evaluasi pembelajaran.
Seorang guru profesional harus mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif.
Hal ini penting karena guru memiliki peran sebagai perencana, pelaksanaan, maupun
eveluasi dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran guru harus
mampu menggunakan dan memilih strategi pembelajaran yang dianggap tepat.
Strategi pembelajaran meliputi pendekatan, model, metode, dan teknik pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran ini merupakan strategi awal untuk menentukan dn
merancang proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan demikian pemilihan
metode pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 10 Februari 2023 di SDN Watu
Takula pada kelas IV, ditemukan permasalahan terkait dengan proses pembelajaran
IPS. Pada proses pembelajaran metode yang digunakan adalah ceramah dan
penugasan. Terkadang guru menggunakan tanya jawab pada awal atau akhir
pembelajaran, namun yang utama adalah metode ceramah sehingga murid kurang
aktif dalam pembelajaran IPS, guru kurang menggunakan variasi metode sehingga
siswa merasa jenuh dan bosan mengarah pada kecenderungan mengobrol sendiri.
Guru juga belum pernah menggunakan model role playing dalam pembelajaran.
Kreativitas guru kurang menarik perhatian siswa, karena pembelajaran berpusat pada
guru (teacher centered). Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan adanya
metode pembelajaran role playing sebagai alternatif metode yang dapat menciptakan
suasana kelas yang aktif dan menstimulus murid agar berani mengemukakan
pendapat, memecahkan masalah, merangsang aktivitas dan kreativitas belajar siswa
yaitu bermain peran (role playing)
Model pembelajaran bermain peran (role playing) merupakan bagian dari
metode simulasi yang banyak digunakan dalam pembelajaran IPS karena metode ini
sangat sesuai dengan materi IPS dan kebutuhan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang berlangsung dikelas. Model ini juga sesuai dengan topik atau
penyajian pembelajaran yang dekat dengan kehidupan anak pada umumnya, sehingga
dalam pelaksanaannya anak akan mudah mengikuti pelajaran atau memerankan
sesuatu yang diminta atau diperintah oleh guru yang sesuai dengan konsep dan materi
pelajaran yang diajarkan.
Beradasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tindakan jelas dengan judul “penerapan metode role playing untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV SDN Watu Takula”.

B. Rumusan masalah
a. Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang peneliti ajukan
adalah Bagaimana penerapan metode role playing untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV SDN Watu Takula.
b. Apakah ada pengaruh model role playing terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran di kelas IV SDN Watu Takula.
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode role playing untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas IV SDN
Watu Takula.
b. Untuk mengetahui Apakah ada pengaruh model role playing terhadap hasil
belajar siswa pada pembelajaran di kelas IV SDN Watu Takula.
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikanm manfaat sebagai berikut:
1. Bagi akademis dapat menjadi bahan informasi, masukan serta pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam program studi pendidikan guru sekolah dasar
dalam upaya meningkatkan mutu program studi.
2. Bagi peneliti menjadi bahan acuan atau referensi untuk mengkaji lebih dalam
sejauh mana pengaruh hasil belajar IPS siswa kelas IV melalui penerapan metode
role playing.
3. Bagi sekolah, sebagai sumbangan pemikiran untuk usaha-usaha peningkatan
kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasa, khususnya SDN Watu Takula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode pembelajaran role playing
1. Pengertian metode role playing
Peran (role) bisa diartikan sebagai cara seseorang berperilaku dalam posisi
situasi tertentu. Sedangkan bermain (playing) adalah kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang,
Metode role playing dipelopori oleh George Shaftel dengan asumsi bahwa bermain
peran dapat mendorong siswa dalam mengekspresikan perasaan serta mengarahkan
pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis pada situasi
permasalahan kehidupan nyata (Uno, 2012 dalam jurnal Arleni Tarigan, 2016).
Bermain peran (role playing) adalah cara menyajikan suatu bahan pelajaran
atau materi pembelajaran dengan mempertunjukan, mempertontonkan, atau
memperlihatkan suatu keadaan atau peristiwa-peristiwa yang di alami orang, cara atau
tingkah laku dalam hubungan sosial. Model role playing juga dikenal dengan model
pembelajaran bermain peran. Menurut kamus Oxford mendefinisikan model role
playing adalah perubahan perilaku seseorang untuk memenuhi peran sosial. Jadi,
dengan kata lain bermain peran ( role playing ) adalah proses mengajar yang dalam
pelaksanaanya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu
situasi sosial yang mengandung suatu problem atau masalah, agar peserta didik dapat
memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial tersebut (Mansur,
1996:104).
Metode ini memiliki tujuan yaitu mengajarkan siswa untuk dapat memerankan
suatu peran tertentu, agar siswa dapat secara langsung memahami dan mengerti isi
drama yang ingin diperankan karena pembelajaran yang melibatkan peserta didik
secara langsung akan lebih berkesan mendalam dalam diri peserta didik , sehingga
akan meningkatkan pemahaman materi secara optimal.
Jadi, metode role playing adalah suatu metode pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya di rancang untuk mmbantu siswa mengahayati peranan yang
dimainkan agar siswa dapat memecahkan masalah yang muncul dari situasi sosial
yang dikehendaki guru.
2. Langkah-langkah metode role playing
Dalam rangka menyiapkan suatu situasi bermain peran didalam kelas, guru
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut
a. Persiapan dan intruksi
1) Guru memiliki situasi dan masalah bermain peran. Situasi – situasi
yang dipilih harus menjadi “sosiodarama” yang menitik beratkan
pada jenis peran, masalah dan situasi familier serta pentingnya bagi
siswa. Keseluruhan situasi harus dijelaskan, yang meliputi
deskripsi tentang keadaan peristiwa, individu-individu yang
dilibatkan dan posisi-posisi dasar yang diambil oleh pelaku khusus.
Para pemeran khusus tidak di dasarkan pada individu nyata
didalam kelas, hindari tipe yang sama pada waktu merancang
pemeran supaya tidak terjadi gangguan hak pribadi secara
psikologis dan merasa aman.
2) Sebelum pelaksanaan bermain peran, siswa harus mengikuti latihan
pemanasan, latihan-latihan itu diikuti oleh semua siswa, baik
sebagai partisipasi aktif maupun sebagai para pengamat aktif.
Latihan ini dirancang untuk menyiapkan siswa, membantu mereka
mengembangkan imanjinasinya, dan untuk membentuk kelompok
dan interaksi.
3) Guru memberikan intruksi khusus kepada peserta bemain peran
setelah memberikan penjelsan pendahuluan kepada keseluruhan
kelas, penjelasan tersebut meliputi latar belakang dan karakter-
karakter dasar meliputi melalui tulisan atau penjelasan lisan. Pere
peserta (pemeran) dipilih secara sukarela. Siswa diberi kebebasan
untuk mengariskan suatu peran. Dalam breafing, kepada pemeran
diberikan deskripsi secara rini tentang kepribadian, perasaan dan
keyakinan dari para karakter. Dengan demikian dapat dirancang
ruangan dan peralatan yang perlu digunakan dalam bermain peran
tersebut
4) Guru memberitahukan peran-pearan yang akan dimainkan serta
memberikan intruksi-intruksi yang berkaitan dengan masing-
masing peran kepada para audience. Para audience diharapkan
mengambil bagian secara aktif dalam bermain peran itu. Untuk itu,
kelas dibagi kedalam dua kelompok, yakni kelompok pengamat
dan kelompok spekulator, masing-masing melaksanakan
fungsinnya.
b. Tindakan dramatik dan diskusi
1) Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain
peran. Sedangkan para penonton berparitisipasi dalam penugasan
awal pada pemeran.
2) Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang
berpusat pada situasi bermain peran. Masing-masing kelompok
diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil observasi dan
reaksi-reaksinya. Para pemain juga dilibatkan dalam diskusi
tersebut. Diskusi dibimbing oleh guru dengan maksud
berkembang pemahaman tentang pelaksanaan bermain peran serta
bermakna langsung bagi hidup siswa. Pada gilirannya
menumbuhkan pemahaman baru yang berguna untuk mengamati
dan merespon situasi lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Evaluasi bermain peran
1) Siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam
kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai
dalam bermain peran. Siswa diberikan kesempatan untuk
memberikan komentar evaluatif terhadap bermain peran yang telah
dilaksanakan, misalnya tentang makna bermain peran bagi mereka,
cara-cara yang telah dilakukan selama bermain peran, dan cara-
cara meningkatkan efektivitas bermain peran selanjutnya.
3. Kelemahan dan kelebihan metode role playing
a. Kelebihan
 Siswa melatih dirinya untuk melatih memahami dan mengingat bahan yag
akan didramakan atau diperankan. Ssebagai pemain harus memahami dan
menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus
diperankannya. Dengan demikian daya ingat dan keterampilan siswa akan
terlatih.
 Siswa akan terlatih utuk berinsiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain
siswa dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan materi
dan waktu yang tersedia.
 Bakat yang terpendam dalam diri siswa dapat dibina.
 Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik
baiknya utuk mendidik siswa dalam menghargai karya atau hasil belajar
siswa lain.
 Siswa memperoleh pengalaman untuk menerima dan membagi tanggug
jawab dengan sesamanya.
 Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain.
b. Kelemahan
 Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain peran mereka mejadi kurang
aktif.
 Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman
isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.
 Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit
menyebabkan gerak pemain kurang bebas.
 Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang
kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainnya.
4. Cara mengatasi kelemahan- kelemahan metode role playing

Usaha- usaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode role playing ,


antara lain:

a. Guru harus menerabgkan kepada siswa, untuk memperkenalkan metode ini,


bahwa dengan jalan bermain peran , siswa diharapkan dapat memecahkan masalah
hubungan sosial yang aktual ada dimasyarakat atau sesuai dengan masalah ynag
terdapat dalam pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru. Kemudian guru
menunjuk beberapa siswa yang berperan.
b. Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga menarik minat anak untuk
mengikuti pembelajaran. Ia dapat menjelaskan dengan baik dan menarik,
sehungga siswa terangsang untuk memecahkan masalah tersebut.
c. Agar siswa memahami peristiwannya guru harus bisa menceritakan saat adegan
berlangsung.
d. Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan didramakan harus sesua dengan
waktu yang tersedia. Oleh karena itu, haru diusahakan agar pemain berbicara dan
melakukan gerakan sesuai dengan naskah cerita atau materi pelajaran dan tidak
keluar dari peran yang didapat.
B. Pembelajaran ilmu pengtetahuan sosial (IPS)
1. Pengertian pembelajaran IPS
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-
konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan
( ilmu sosial, ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi) sangat mendukung mata
pelajaran IPS dengan memberikan sumbangan konsep-konsep ilmu yang diubah sebagai
pengetahuan yag berkaitan dengan kehidupan sosial yag harus dipelajari murid.
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) di sekolah dasar diterapkan menggunakan pendekatan
yang mengenalkan siswa terghadap lingkungan sosial terdekat sampai dengan yang jauh.
Siswa perlu diajak untuk mengenal dirinya sendiri, keluarga, lingkungan, dan lingkungan
duniannya.
Samlawi dan Bunyamin Maftuh menuliskan bahwa ilmu pengetahuan sosial (IPS)
adalah mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial yang
disusun melalui pendekatan pendidikan dan pendekatan psikologi serta kelayakan dan
kebersamaanya bagi murid dan kehidupannya.
Menurut Supriatna mengatakan bahwa ilmu pengetahuan sosialadalah salah satu
matapelajaran yang diberikan mulai dari SD?MISDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Ilmu
pengetahuan sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan ilmu sosial. Melalui matapelajaran ilmu pengetahuan sosial murid
diarahkan untuk dapat menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab
serta warga dunia yang cintai damai.
2. Manfaat pembelajaran IPS di sekolah dasar
Secara umum manfaat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
Sekolah Dasar adalah:
a. Sebagai pendidikan nilai (value education), yakni:
 Mendidik nilai-nilai yang baik merupakan norma-norma keluarga dan
masyarakat.
 Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang dimiliki murid.
 Nilai-nilai inti (core value) seperti menghormati hak-hak perorangan,
kesetaraan, etoskerja, serta martabat manusia harus dimiliki sebagai upaya
dalam membangun kelas yang demokratis.
b. Sebagai pendidikan multicultural (multicultural education), yakni:
 Mendidik murid bahwa perbedaan itu wajar.
 Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang merupakan kekayaan
budaya bangsa.
 Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau
minoritas.
3. Tujuan pembelajaran IPS
Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar menurut Sumaatmadja
(Hidayati, 2004: 24) adalah Membina anak didik menjadi warga negara yang baik,
yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi
dirinya serta bagi masyarakat dan negara. Selain bertujuan untuk membentuk warga
negara yang baik, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga mempunyai tujuan yang lebih
spesifik.Tujuan ini dirumuskan oleh Clark dalam bukunya Pennsylvania Council for
the Social Studies (Supriatna, dkk. 2000: 13), yaitu Fokus utama dari program IPS
adalah membentuk individu-individu yang memahami kehidupan sosialnya – dunia
manusia, aktivitas dan interaksinya – yang ditujukan untuk menghasilkan anggota
masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan
melanjutkan, memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa
depan. Untuk melengkapi tujuan tersebut, program IPS harus memfokuskan pada
pemberian pengalaman yang akan membantu setiap individu murid.
C. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh murid setelah mengalami
kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa
yang dipelajari oleh murid oleh karena itu apabila peserta didk mempelajari pengetahuan
tentang konsep, maka perubahan prilaku yang harus dicapai oleh murid setelah
melaksanakan kegiatan belajar yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Hasil pembelajaran adalah perubahan perilaku individu. Perubahan perilaku itu
mencakup seluruh aspek, tidak hanya salah satu aspek saja. Jika hanya satu aspek saja,
maka pembelajaran itu dianggap belum lengkap karena aspek lainnya yaitu efektif dan
psikomotor belum tercapai. Untuk itu guru hendaknya memperhatikan perubahan perilaku
yang terjadi pada murid setelah proses pembelajaran, diantaranya dengan melakukan
penilaian. Dalam proses memperoleh hasil belajar yang baik diperlukan metode
pembelajaran yang tepat artinya yang sesuai dengan kondisi dan keadaan kehidupan
sehari-hari, sehingga apa yang menjadi hasil belajar dapat terpenuhi dengan jumlah
pengukuran hasil belajar di atas standar yang ada. hasil belajar merupakan perubahan
yang diperoleh setelah terjadinya proses belajar mengajar yang dapat dinilai melalui
bentuk tes.
Demikian, hasil belajar IPS merupakan hasil optimal murid baik dalam aspek
kognitif, afektif, ataupun psikomotorik yang diperoleh murid setelah memperlajari IPS
dengan jalan mencari berbagai informasi yang dibutuhkan baik berupa perubahan tingkah
laku, pengetahuan, maupun keterampilan sehingga murid tersebut mampu mencapai hasil
maksimal belajarnya sekaligus memecahkan masalah yang berkaitan dengan masalah
sosial dan menerapkannya dalam kehidupan masyarakat.
Hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni: faktor dalam diri
siswa dan faktor yang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Salah satu fajtor
ligkungan yang paling domonan mmpengaruhi hasil belajar adalah kualitas pegajaran.
Yang dimaksud demgan kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efetif
tidaknyaproses pembelajaran dalam mencapai tujuan.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini meggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas yaitu suatu rangkaian langkah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Active Research.
PTK sangat cocok untuk penelitian ini, karena penelitian diadakan dalam kelas dan
lebih fokus pada masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas atau pada proses belajar
mengajar
B. Data dan sumber data
1. Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka.
Data merupakan unit informasi yang direkam media yang dapat dibedakan dengan
data lain, dapat dianalisis dan relevan dengan problem tertentu. Adapun data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah Hasil pekerjaan siswa, hasil wawancara
antara peneliti dengan siswa, hasil dokumentasi, dan hasil observasi.
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN Watu
Takula. data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aktivitas,
tempat/lokasi, dokumentasi/arsip.Sumber data diharapkan dapat berperan
membantu mengungkapkan data yang diharapkan.
C. Teknik pengumpulan data
Tekik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi,
tes, dan dokumentasi. Istrumen penelitian yaitu lembar observasi guru siswa, da
lembar soal evaluasi.
D. Teknik analisi data
Analisis data dari penelitian ini dilakukan dengan cara kuantitatif deskriptif
dengan mencari rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas IV.

Anda mungkin juga menyukai