Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Haris Atha Wardaya

NIM : D0419011
KELAS : Penjas 6 A
MATA KULIAH : Penelitian Tindakan Kelas
DOSEN PENGAMPU : Slamet Santoso, M.Pd

UTS PTK

1. Mengapa calon pendidik harus mempelajari PTK ?

2. Buatlah BAB 1 PTK

JAWAB :

1. Karena seorang pendidik harus bertanggung jawab dan berperan aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui suatu penilitian tindakan
kelas agar dapat meningkatkan pelayanan profesiaonal kepada peserta didik. Melalui PTK
guru dapat mengidentifikasi suatu masalah dalam pembelajaran dan juga dapat mencari solusi
dari permasalahan tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2.

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Metode pembelajaran adalah salah satu strategi guru dalam mengajar, setiap guru
memiliki metode pembelajaran masing-masing yang telah ditentukan dnegan memperhatikan
banyak aspek seperti karakteristik guru, karakteristik siswa, sarana prasarana, dan aspek lain
yang berpengaruh. Namun masih banyak ditemui guru pendidikan jasmani yang kurang
berinovasi dan cenderung memilih metode pembelajaran yang konvensional oleh karena itu
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah terkesan kurang menarik perhatian peserta didik,
dan menimbulkan dampak yaitu rendahnya keaktifan peserta didik pada saat pembelajaran.

Dari sekian banyak model dan metode pembelajaran, role playing belum banyak
diterapkan dalam pembelajaran penjas khususnya di Indonesia. Bhattacharjee (2013)
menerangkan bahwa model pembelajaran role playing merupakan desain pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student center) dengan pengajaran bermain peran untuk
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, keterampilan pengambilan keputusan,
keterampilan komunikasi, pembentukan tim, dan keterampilan kepemimpinan sehingga dapat
membentuk karakter anak. Menurut Samalot-Rivera (2014) role playing adalah strategi
pengajaran yang menekankan sifat sosial dalam pembelajaran, yaitu melatih keterampilan
yang diperlukan dalam interaksi social, menekankan diskusi tentang peristiwa untuk
merangsang siswa untuk berpikir tentang situasi serupa yang mungkin terjadi di masa depan.
Lebih lanjut Samalot-Rivera (2014) menyebutkan bahwa pendidikan jasamani memiliki
kesempatan untuk mengembangkan ranah kognitif dan afektif siswa yaitu dengan memberi
kesempatan untuk bermain peran dan kemudian memberi pengalaman kepada siswa tentang
apa yang telah mereka pelajari di kelas melalui aktivitas fisik, yang pada saatnya nanti dapat
bermanfaat pada kehidupan nyata siswa di luar kelas penjas.

Model pembelajaran Peer Teaching adalah siswa saling memberi pengetahuannya


kepada sesama rekannya atau mengajar teman sejawatnya. Peer teaching adalah pola belajar
antar sesama siswa. Pada prakteknya dilapangan antara guru dan siswa tak dapat dipisahkan
dari proses perubahan afeksi siswa dalam belajar. Model pembelajaran Peer Teaching akan
memberikan interaksi diantara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, sehinggga proses
pembelajaran akan lebih aktif. Model Peer Teaching akan menjadikan siswa lebih aktif
menjalin komunikasi dengan tutor yang merupakan teman sejawatnya bila dibandingkan
dengan guru yang hanya perannya hanya mengawasi kegiatan pembelajaran dikelas.
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Metzler (2000:291) yang diterjemakan yaitu
menempatkan siswa dalam peran guru atau tutor yang menyajikan sepenuhnya sebuah
tantangan intelektual dan sosial baru yang harus dipenuhi untuk memastikan peran tersebut
dapat berjalan dengan lancar.

Proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya untuk jenjang SMA mata


pelajaran penjasorkes, peserta didik dituntut untuk memiliki keaktifan belajar karena hal
tersebut menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Keaktifan
merupakan salah satu bagian dari tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang harus
dicapai. Keaktifan yang dimaksud adalah anak anktif bergerak. Pemberian kesempatan
belajar gerak melalui keterampilan pendidikan jasmani sangatlah penting karena akan
berguna untuk perkembangan keterampilan kelak setelah dewasa, maka dari itu keaktifan
digunakan sebagai salah satu aspek penilaian dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan
tolak ukur dalam keberhasilannya.

Selanjutnya tingkat keaktifan belajar peserta didik dalam suatu proses pembelajaran
juga merupakan tolak ukur dari kualitas pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)
peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar
yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Menurut Sriyono (1992: 75) keaktifan meliputi
1.) keaktifan indera yaitu murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya
sebaik mungkin, 2) keaktifan akal yaitu akal anak-anak aktif atau diaktifkan untuk
memecahkan masalah, 3) keaktifan ingatan yaitu pada waktu mengajar anak harus aktif
menerima bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak, 4)
keaktifan emosi yaitu anak hendaklah senantiasa mencintai pelajarannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan dalam


proses belajar merupakan parameter-parameter dalam penentuan keberhasilan, karena
keberhasilan dalam suatu proses belajar dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik yang
berupa nilai atau dapat ditentukan dengan melihat keaktifan peserta didik selama mengikuti
proses belajar mengajar. Keaktifan disini tentunya bukan sekedar aktif atau ramai, namun
keaktifan yang berkualitas, contohnya saat didalam kelas peserta didik mau berinteraksi
ketika pembelajaran berlangsung, peserta didik mau bertanya dan menjawab pertanyaan, anak
aktif berdiskusi dengan temannya, peserta didik mau mengikuti instruksi guru, aktif dalam
bergerak, senang, dan tidak merasa bosan.

Pembelajaran penjasorkes di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta suasana yang aktif


dalam pembelajaran pendidikan jasmani merupakan suasana yang ideal untuk perkembangan
belajar gerak peserta didik. Semakin aktif peserta didik dalam proses pembelajaran semakin
besar anggapan bahwa pembelajaran tersebut dikatakan berhasil. Keaktifan peserta didik
dalam proses pembelajaran penjas juga masih digunakan guru untuk memberikan penilaian
hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi penulis dan wawancara dengan beberapa guru olahraga di
SMA Muhammadiyah 1 Surakarta kepada peneliti mengenai keaktifan peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran penjasorkes. Peneliti menemukan beberapa masalah dan tertarik
untuk melakukan penelitian, adapun masalahnya adalah:

1. Saat pembelajaran penjasorkes berlangsung peserta didik masih belum mau


berinteraksi dengan temannya. Seperti belum aktif dalam bergerak.
2. Peserta didik merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran penjasorkes dengan alasan
cuaca panas dan takut berkeringat.
3. Saat pembelajaran dengan sistem diskusi peserta didik justru sibuk untuk bergurau
dengan temannya. Bahkan saat sesi tanya jawab hanya beberapa peserta didik yang
bertanya dan menjawab pertanyaan.
4. Kurangnya keinginan peserta didik untuk mau mengikuti instruksi guru.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis bertujuan untuk memberikan alternatif


pemilihan metode pembelajaran lain, pemilihan metode pembelajaran role playing dan peer
teaching didasari oleh sifat pembelajaran yang menggunakan partisipasi dari peserta didik
sehingga dapat meningkatkan aktifitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan
memberi manfaat lain untuk peserta didik yaitu meningkatkan rasa percaya diri, peserta didik
dapat mengekspresikan diri secara bebas, dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
berinteraksi satu sama lain.

Untuk mengetahui tingkat keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran


penjasorkes peneliti ingin mengetahui lebih dalam melalui penelitian dengan judul
PENGGABUNGAN METODE ROLE PLAYING DAN PEER TEACHING DALAM
KELOMPOK OLAHRAGA BEREGU GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMA MUHAMMADIYAH 1
SURAKARTA.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan identifikasi masalah sebagi


berikut :

1. Kurangnya inovasi guru dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran


2. Tingkat keaktifan peserta didik dalam pembelajaran pendidikan jasmani

3. Kurangnya interaksi antar peserta didik dan juga antar peserta didik dan pengajar

4. Kurangnya minat atau keinginan peserta didik untuk mengikuti intruksi guru

C. RUMUSAN MASALAH

Dalam merumuskan masalah ini, penulis akan mengemukakan beberapa


permasalahan yang berkaitan dengan latar belakang diatas, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan penggabungan metode role playing dan peer teaching dalam
pembelajaran?

2. Bagaimana penggabungan metode role playing dan peer teaching terhadap


peningkatan keaktifan siswa?

3. Bagaimana penerapan penggabungan metode role playing dan peer teaching dalam
membentuk motivasi dan minat belajar peserta didik?

D. BATASAN MASALAH

Agar mendapatkan arah bahasan yang lebih baik sehingga tujuan penelitian bisa
dicapai, maka penulis akan membatasi ruang lingkup permasalahan yang ada yaitu sebagai
berikut :

1. Sekolah yang akan diteliti hanya satu sekolah saja yaitu SMA Muhammadiyah 1
Surakarta

2. Sub mata pelajaran yang diambil adalah olahraga beregu atau tim

3. Hanya akan meneliti 2 metode pembelajaran yaitu Role Playing dan Peer Teaching

4. Pengaruh yang diteliti hanya pengaruh terhadap tingkat keaktifan siswa saat
pembelajaran

E. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara penggabungan metode role playing dan peeer
teaching

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggabungan metode role playing dan
peer teachig terhadap keaktifan siswa pada saat pembelajaran

3. Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran lain yang terjadi selama proses kegiatan
belajar pendidikan jasmani berlangsung
F. MANFAAT PENELITIAN

Secara teoritis manfaat penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran


sub mata pelajaran olahraga beregu pada umumnya dan penggunaan metode role playing dan
peer teaching pada khususnya.

Secara praktis hasil penelitian dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan juga
sekolah.

a. Bagi Penulis

Sebagai media untuk melatih dan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang
penelitian, dan menambah wawasan penulis tentang metode pembelajaran.

b. Bagi Pembaca

Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan dan bisa diterapkan dalam


pembelajaran khususnya dari pembaca yang berprofesi sebagai tenaga pengajar.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan dapat


meningkatkan keaktifan serta hasil belajar siswa dalam sub mata pelajaran olahraga
beregu pendidikan jasmani.

Anda mungkin juga menyukai