Oleh :
Najiem Qamar (197223251004)
PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019/2020
A. Latar Belakang
1. Pembagian alokasi waktu yang tidak mencukupi dengan bahan ajar yang
harus disampaikan.
2. Pembelajaran tidak efektif
3. Ketuntasan atau hasil belajar yang diharapkan tidak tercapai dengan
maksimal.
Dampak dari kondisi ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam mengerjakan
tes pembuatan pola dasar wanita dewasa yang diberikan hanya 20% dari 38
siswa yang dapat mengerjakan tes dengan benar.
Berdasarkan kenyataan diatas, maka perlu dicari alternatif lain sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Upaya untuk
mengatasi penyebab rendahnya hasil belajar siswa kelas X Busana SMK Negeri 3
Raha, dalam mempraktekan latihan kerja siswa. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang
kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah pendekatan dengan
metode tutor sebaya.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004) tutor sebaya adalah siswa
yang ditunjuk atau di tugaskan membantu teman yang mengalami kesulitan
belajar, karena hubungan teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan
guru dengan siswa.
Melalui tutor sebaya ini siswa bukan hanya dijadikan sebagai objek
pembelajaran tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk
menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan
cara demikian siswa yang menjadi tutor melakukan repetition (pengulangan) dan
menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih paham dalam setiap bahan
ajar yang disampaikan.
B. Identifikasi Masalah
1) Tahap persiapan
a). Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang
dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan satu
pertemuan yang didalamnya mencakup judul penggalan, tujuan pembelajaran,
khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan.
b). Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor
sebaya. Jumlah tutor sebaya yang ditunjuk disesuaikan dengan jumlah
kelompok yang dibentuk.
c). Mengadakan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial atau
bimbingan ini, siswa yang menjadi tutor bertindak sebagai guru. Sehingga
latihan yang diadakan oleh guru merupakan semacam pendidikan guru atau
siswa itu. Latihan diadakan dengan dua cara yaitu melalui latihan kelompok
kecil dimana dalam hal ini yang mendapatkan latihan hanya siswa yang akan
menjadi tutor, dan melalui latihan klasikal, dimana 20 siswa seluruh kelas
dilatih bagaimana proses pembimbingan ini berlangsung.
2) Tahap Pelaksanaan
b). Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota
kelompokknya secara bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti,
demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika ada masalah yang
tidak bisa diselesaikan barulah tutor meminta bantuan guru.
c). Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindahpindah dari satu
kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan jika ada masalah
yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya.
3) Tahap Evaluasi
Peran guru dalam pembelajaran tutor sebaya adalah hanya sebagai fasilitator
dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-
betul diperlukan oleh siswa. Serta mengawasi kelancaran pelaksanaan
pembelajaran ini dengan memberikan pengarahan dan bantuan jika siswa
mengalami kesulitan dalam belajar. Tutor sebaya merupakan salah satu
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Ketika mereka belajar
dengan 6-8 tutor sebaya, peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang
lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang
dipelajari dengan cara yang bermakna. Tutor pun akan bangga atas perannya dan
dapat belajar dari pengalaman. Dengan diterapkannya pembelajaran tutor sebaya,
siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak perlu merasa canggung dan
malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Juga rasa
saling menghargai dan mengerti dibina antar peserta didik yang bekerja sama.
Dalam kelompok yang mempunyai kualitas seperti disebutkan di atas itu dapat
diciptakan iklim yang positif, artinya para siswa dapat saling membantu dalam
pelajaran atau pelaksanaan tugas, saling menghargai atau menghormati satu
dengan yang lainnya, sama-sama terbuka dalam tukar pikiran, dan sama-sama
bertanggung jawab terhadap tugas-tugas individual maupun tugas-tugas bersama.
Dengan kata lain, kelompok itu dapat merupakan wahana yang efektif dalam
proses belajar-mengajar.
F. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA