Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN EFEKTIFITAS HASIL BELAJAR SISWA


PADA MATA PELAJARAN PEMBUATAN POLA KONSTRUKSI BADAN
WANITA KELAS X TATA BUSANA SMKN 3 RAHA

                                             

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dr. Dra. Kokom Komariah, M.Pd

Oleh :
Najiem Qamar (197223251004)

PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019/2020
A. Latar Belakang

Inti dari proses pendidikan secara keseluruhan adalah proses belajar


mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik.
Kewajiban seorang guru sebagai pelaku pendidikan adalah mencari solusi yang
terbaik dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Masalah ini tentu harus ada juga faktor lain yang bisa mendukung
terciptanya kualitas pembelajaran yang baik, baik itu external maupun internal.
Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja bertujuan dan terkendali agar
orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relative menetap pada diri orang
lain. Usaha ini dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki
kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber
belajar yang diperlukan
Dalam hal ini untuk menunjang kegiatan pembelajaran dibutuhkan pula
sarana prasarana yang memadai, kalaupun tidak terpenuhi para pendidik harus
bisa mencari solusi sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Seperti
yang penulis temukan dilapangan untuk Pembelajaran Dasar Pola yang 80%
memerlukan praktek, sering mengalami kendala yaitu kurangnya pemahaman
siswa dalam pembuatan pola dasar wanita dewasa. Banyaknya rumus yang
digunakan dalam pembuatan pola dasar wanita dewasa ini yang membuat siswa
kurang memahaminya. Mata pelajaran dasar pola ini memiliki alokasi waktu 10
jam pelajaran untuk teori dan praktek, sehingga menimbulkan permasalahan
diantaranya:

1. Pembagian alokasi waktu yang tidak mencukupi dengan bahan ajar yang
harus disampaikan.
2. Pembelajaran tidak efektif
3. Ketuntasan atau hasil belajar yang diharapkan tidak tercapai dengan
maksimal.
Dampak dari kondisi ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam mengerjakan
tes pembuatan pola dasar wanita dewasa  yang diberikan hanya 20%  dari 38
siswa yang dapat mengerjakan tes dengan benar.

Berdasarkan kenyataan diatas, maka perlu dicari alternatif lain sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Upaya untuk
mengatasi penyebab rendahnya hasil belajar siswa kelas X Busana SMK Negeri 3
Raha, dalam mempraktekan latihan kerja siswa. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang
kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah pendekatan dengan
metode tutor sebaya.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004) tutor sebaya adalah siswa
yang ditunjuk atau di tugaskan membantu teman yang mengalami kesulitan
belajar, karena hubungan teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan
guru dengan siswa.
Melalui tutor sebaya ini siswa bukan hanya dijadikan sebagai objek
pembelajaran tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk
menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan
cara demikian siswa yang menjadi tutor melakukan repetition (pengulangan) dan
menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih paham dalam setiap bahan
ajar yang disampaikan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan beberapa


permasalahan, antara lain adalah sebagai berikut.
1. Metode pembelajaran yang digunakan selama ini sebagian besar
menggunakan metode ceramah yang belum dapat meningkatkan keaktifan
siswa.
2. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah masih
menyulitkan siswa dalam proses belajar mengajar yaitu siswa masih
bersifat pasif, dalam arti siswa cenderung hanya sebagai pendengar
ceramah dari guru, siswa terlihat kurang termotivasi dalam belajar, kurang
aktif, siswa kurang mandiri, banyak yang malas serta terlihat jenuh dalam
10 menerima materi dan mengerjakan tugas, siswa tidak mengerjakan
tugas, dan tidak mengumpulkan tugas tepat waktu.
3. Metode tutor sebaya belum diterapkan pada mata diklat Menggambar pola
4. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru dimana guru
bertindak dominan sebagai pemberi informasi (informator) saja dan siswa
hanya penerima informasi sehingga kegiatan pembelajaran sering tidak
berjalan berlangsung efektif.
5. Materi mata diklat menggambar pola kebanyakan praktek yang menuntut
pemahaman siswa untuk bisa menguasainya
6. Adanya perbedaan tingkat pemahaman siswa tentang materi yang
disampaikan oleh guru
7. Satu ruang kelas diisi oleh 28-30 siswa sedang guru yang mengajar hanya
satu sehingga guru tidak bisa membimbing langsung satu persatu siswanya
sehingga siswa yang belum dibimbing ketinggalan materi lagi karena guru
sudah melanjutkan materi selanjutnya siswa yang seperti ini merasa malas
untuk mengikuti lagi akibatnya hasil belajar pada setiap pengerjaan
menggambar tidak tercapai tepat waktu tidak maksimal.
8. Siswa yang lebih cepat tanggap akan merasa terhambat mendapat
informasi lanjutan karena menunggu teman lainnya yang sedang
dibimbing namun tidak mau mengajari temannya yang kurang paham.
9. Hasil pembelajaran kurang memuaskan karena dari pengamatan, siswa
yang dapat mengerjakan praktek penyelesaian gambar dengan tepat masih
sedikit jumlahnya.

C. Karakteristik Model Pembelajaran Tutor Sebaya

Beberapa Dalam pembelajaran Membuat Pola Busana Wanita


sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan oleh guru kelas untuk
meningkatkan kompetensi belajar siswa. Namun usaha itu belum menunjukan
hasil yang optimal. Rentang nilai siswa yang pandai dengan siswa yang kurang
pandai terlalu mencolok. Untuk itu perlu diupayakan pula agar rentang nilai
antar siswa tersebut tidak terlalu jauh yaitu dengan memanfaatkan siswa yang
pandai untuk menularkan kemampuannya pada siswa lain yang kemampuannya
lebih rendah. Tentu saja guru yang menjadi perancang model pembelajaran
harus mengubah bentuk pembelajaran yang lain.
Pembelajaran tersebut adalah pembelajaran tutor sebaya. Menurut
Kuswaya Wihardit (dalam Anonim, 2010) menuliskan bahwa: Pengertian tutor
sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya
dalam tingkat kelas yang sama. Di sisi lain yang menjadikan Pembuatan Pola
Konstruksi Badan Wanita dianggap siswa sebagai pelajaran yang sulit adalah
dalam pembahasaannya karena terdapat rumus yang harus dihitung dan
disesuaikan dengan ukuran badan. Dalam hal tertentu siswa lebih paham
dengan bahasa teman sebayanya daripada bahasa guru. Itulah sebabnya
pembelajaran tutor sebaya diterapkan dalam proses pembelajaran Pembuatan
Pola Konstruksi Badan Wanita.
Sedangkan menurut Arikunto (dalam Nurhayati, 2010) menyatakan
bahwa: “tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang
ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan
terhadap kawan sekelas”.
Sedangkan Hisyam Zaini (dalam Anonim, 2010) menyatakan bahwa:
Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang
lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai
strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan
materi kepada teman-temannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya
adalah seseorang atau beberapa orang yang dipercaya oleh guru melalui
beberapa aspek penilaia mampu membimbing teman sebayanya dalam kegiatan
belajar mengajar ditingkat kelas yang sama.
Untuk menentukan seorang tutor ada beberapa kriteria yang harus
dimiliki oleh seorang siswa yaitu siswa yang mempunyai komptensi yang baik
dalam membuat pola, dapat memberikan bimbingan dan penjelasan kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan memiliki kesabaran serta
kemampuan memotivasi siswa dalam belajar. Arikunto mengemukakan bahwa
dalam memilih tutor perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tutor dapat diterima (disetujui) oleh mayoritas siswa sehingga siswa
tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya.
b. Tutor dapat menerangkan bahan yang akan diajarkan yang dibutuhkan
oleh siswa yanglain dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.
d. Tutor mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan
bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.
Menurut Djamarah (2006:25) menerangkan bahwa untuk menentukan
siapa yang akan dijadikan tutor diperlukan pertimbangan-pertimbangan sendiri,
diantaranya adalah:
1) Memiliki kepandaian lebih unggul dari pada yang lain.
2) Memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh
guru.
3) Mempunyai kesadaran untuk membantu teman lain.
4) Dapat menerima dan disenangi siswa yang mendapat program tutor
sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk
bertanya kepada yang pandai dan rajin.
5) Tidak tinggi hati, kejam, atau keras hati terhadap sesama kawan.
6) Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan
atau yaitu dapat menerangkan kepada kawannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan
tutor sebaya diperlukan pertimbangan-pertimbangan yaitu: memiliki
kepandaian yang lebih ungngul dari teman-temanya, tidak tinggi hati, kejam
atau keras hati terhadap sesama kawan, memiliki kecakapan dalam menerima
pelajaran, dan mempunyai kreativitas dalam membimbing dan menerangkan
materi pelajaran kepada kawannya.
Menurut Suryono dan Amin (dalam Djamarah, 2006:35) menyatakan
ada beberapa kelebihan dan kelemahan bimbingan tutor sebaya antara lain :
Adapun kelebihan bimbingan tutor sebaya adalah sebagai berikut :
1) Adanya suasana hubungan yang lebih akrab dan dekat antara siswa
yang dibantu dengan siswa sebagai tutor yang membantu.
2) Bagi tutor sendiri kegiatannya merupakan pengayaan dan menambah
motivasi belajar.
3) Bersifat efisien, artinya bisa lebih banyak yang dibantu.
4) Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab akan kepercayaan.

Adapun kelemahan bimbingan tutor sebaya adalah sebagai berikut :


1) Siswa yang dipilih sebagai tutor sebaya dan berprestasi baik belum
tentu mempunyai hubungan baik dengan siswa yang dibantu.
2) Siswa yang dipilih sebagai tutor sebaya belum tentu bisa
menyampaikan materi dengan baik.
Dari pendapat di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa bimbingan
tutor sebaya memilIki beberapa kelebihan dan kelemahan yang saling
berkaitan. Kelebihannya suasana belajar menjadi lebih akrab, lebih efisien dan
mampu meningkatkan rasa tanggung jawab serta menambah motivasi belajar
bagi tutor sebaya. Sedangkan kelemahannya, tutor sebaya yang dipilih belum
tentu mampu menyampaikan materi kepada temannya dan antara keduanya
belum tentu ada hubungan yang baik.

D. Ilustrasi Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya


Gambar Ilustrasi Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya

1) Tahap persiapan

a). Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang
dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan satu
pertemuan yang didalamnya mencakup judul penggalan, tujuan pembelajaran,
khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan.

b). Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor
sebaya. Jumlah tutor sebaya yang ditunjuk disesuaikan dengan jumlah
kelompok yang dibentuk.

c). Mengadakan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial atau
bimbingan ini, siswa yang menjadi tutor bertindak sebagai guru. Sehingga
latihan yang diadakan oleh guru merupakan semacam pendidikan guru atau
siswa itu. Latihan diadakan dengan dua cara yaitu melalui latihan kelompok
kecil dimana dalam hal ini yang mendapatkan latihan hanya siswa yang akan
menjadi tutor, dan melalui latihan klasikal, dimana 20 siswa seluruh kelas
dilatih bagaimana proses pembimbingan ini berlangsung.

d). Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4-


6 orang. Kelompok ini disusun berdasarkan variasi tingkat kecerdasan siswa.
Kemudian tutor sebaya yang telah ditunjuk di sebar pada masing-masing
kelompok yang telah ditentukan.

e). Dalam proses belajar kelompok guru memberikan media pembelajaran


berbentuk video mengenai langkah-lankah pembuatan pola dasar secara tepat.

2) Tahap Pelaksanaan

a). Setiap pertemuan guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang


materi yang diajarkan.

b). Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota
kelompokknya secara bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti,
demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika ada masalah yang
tidak bisa diselesaikan barulah tutor meminta bantuan guru.

c). Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindahpindah dari satu
kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan jika ada masalah
yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya.

3) Tahap Evaluasi

a). Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal


latihan kepada anggota kelompok (selain tutor) untuk mengetahui apakah
tutor sudah menjelaskan tugasnya atau belum.

b). Mengingatkan siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan sebelumnya di


rumah.

Peran guru dalam pembelajaran tutor sebaya adalah hanya sebagai fasilitator
dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-
betul diperlukan oleh siswa. Serta mengawasi kelancaran pelaksanaan
pembelajaran ini dengan memberikan pengarahan dan bantuan jika siswa
mengalami kesulitan dalam belajar. Tutor sebaya merupakan salah satu
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Ketika mereka belajar
dengan 6-8 tutor sebaya, peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang
lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang
dipelajari dengan cara yang bermakna. Tutor pun akan bangga atas perannya dan
dapat belajar dari pengalaman. Dengan diterapkannya pembelajaran tutor sebaya,
siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak perlu merasa canggung dan
malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Juga rasa
saling menghargai dan mengerti dibina antar peserta didik yang bekerja sama.

E. Kekhasan Model Tutor Sebaya


1. Mempunyai keanggotaan yang jelas.
2. Ada kesadaran kelompok
3. Mempunyai tujuan bersama.
4. Saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan.
5. Ada interaksi dan komunikasi antar anggota.
6. Ada tindakan bersama.

Setelah kelompok kecil terbentuk dengan memenuhi ciri-ciri sebagaimana


yang telah disebutkan di atas, maka timbul masalah yang harus dipecahkan oleh
guru, yaitu bagaimana caranya agar kelompok itu dapat berperan positif dan
produktif dalam proses belajar-mengajar. Kualitas kelompok diharapkan dapat
berperan secara positif dan produktif, jika kelompok itu: 

1. Mempunyai iklim yang hangat, artinya terjadi hubungan yang akrab di


antara sesama anggota.
2. Sangat kohesif, artinya terjadi hubungan yang erat dan kompak di antara
anggota kelompok.
3. Ada rasa tanggung jawab yang tinggi pada para anggotanya.
4. Ada rasa keanggotaan yang kuat pada para anggotanya.

Dalam kelompok yang mempunyai kualitas seperti disebutkan di atas itu dapat
diciptakan iklim yang positif, artinya para siswa dapat saling membantu dalam
pelajaran atau pelaksanaan tugas, saling menghargai atau menghormati satu
dengan yang lainnya, sama-sama terbuka dalam tukar pikiran, dan sama-sama
bertanggung jawab terhadap tugas-tugas individual maupun tugas-tugas bersama.
Dengan kata lain, kelompok itu dapat merupakan wahana yang efektif dalam
proses belajar-mengajar.

F. Rekomendasi

Untuk meningkatkan efektifitas belajar dalam mata pelajaran pembuatan pola


konstruksi badan wanita sebaiknya digunakan model pembelajaran tutor sebaya
karena model pembelajaran ini sangat membantu siswa yang canggu dan malu
bertanya terhadap guru pada waktu proses belajar mengajar dalam kelas. Selain
model pembelajaran perlunya juga media pembelajaran yang harus digunakan
sebagai pendukung dalam mata pelajaran pembuatan pola konstruksi badan wanita
misalnya paper dan video langka-langka pembuatan pola sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. PT. Rineka Cipta.


Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Alma, Buchari. 2008. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil
Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Amir, M. Taufik. 2009. Inovasi pendidikan melalui Problem Based Learning.
Jakarta: Kencana.
Djamarah, Syaiful Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka
Cipta
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Melvin L. Silberman. 2004. Active Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif),
Bandung: Nusa Media.
Nurhayati. 2010. Manajemen Proyek. Graha Ilmu: Yogyakarta
Roestiyah NK., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001
Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan,
(Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009).
http://baliteacher.blogspot.com/2010/02/pembelajaran-dengan-methode-tutor-
teman.htm
http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/11/penggunaan-metode-tutor-sebaya-
contoh-proposal-ptk/

Anda mungkin juga menyukai