Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sekolah merupakan lembaga formal yang berfungsi membantu khususnya
orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Sekolah
memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak didiknya secara
lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan. Semua fungsi sekolah tersebut tidak
akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan baik,
karena kelemahan dari salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen
yang lain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu
sendiri. Salah satu dari bagian komponen sekolah adalah guru.
Guru dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, menguasai materi,
menguasai metode, dan tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu mengelola
kelas sedemikian rupa sehingga pembelajaran berlangsung secara aktif, inovatif dan
menyenangkan. Namun umumnya guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (
datang, duduk, nonton, berlatih, …., dan lupa). Guru memberikan konsep,
sementara siswa menerima bahan jadi. menurut Erman Suherman, ada hal yang
menyebabkan siswa tidak menikmati (senang) untuk belajar, yaitu kebanyakan
siswa tidak siap terlebih dahulu dengan (minimal) membaca bahan yang akan
dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong.
Lebih parah lagi, siswa tidak menyadari tujuan belajar yang sebenarnya, tidak
mengetahui manfaat belajar bagi masa depannya nanti.
Berdasarkan pengamatan penulis di MIN 2 Metro, terdapat beberapa
kendala pada pembelajaran selama ini antara lain :
1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep.
2. Siswa kurang aktif / siswa pasif dalam proses pembelajaran.
3. Siswa belum terbiasa untuk bekerja sama dengan temannya dalam belajar.
4. Guru kurang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-
hari.
5. Hasil nilai ulangan / hasil belajar siswa pada pembelajaran rendah.

1
6. KKM tidak tercapai.
7. Pembelajaran tidak menyenangkan bagi siswa.
8. Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran.

Sebagai pendidik, penulis melihat pembelajaran menjadi kurang efektif


karena hanya cenderung mengedepankan aspek intelektual dan mengesampingkan
aspek pembentukan karakter. Hal ini tentu suatu hambatan bagi guru. Namun
penulis ingin mengubah hambatan tersebut menjadi sebuah kekuatan dalam
pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien sehingga nantinya
akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Untuk menjawab hal itu, penulis mencoba memberi solusi kepada guru-guru untuk
menerapkan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi klinis dengan
pendekatan kolaboratif di MIN 2 Metro dengan menyusun berbagai perangkat
pembelajaran yang dibutuhkan seperti : RPP, alat peraga, teknik pengumpulan data,
dan instrumen yang dibutuhkan untuk membantu guru dalam mengelola kelas dan
mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Apakah penerapan model-
model pembelajaran melalui kegiatan supervisi klinis dengan pendekatan
kolaboratif dapat meningkatkan mutu pembelajaran siswa di MIN 2 Metro.”
Secara operasional rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut .
1. Apakah penerapan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi
klinis dengan pendekatan kolaboratif di MIN 2 Metro dapat meningkatkan
mutu pembelajaran siswa di MIN 2 Metro?
2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru dalam penerapan model-
model pembelajaran melalui kegiatan supervisi klinis dengan pendekatan
kolaboaratif di MIN 2 Metro?

2
3. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model-model pembelajaran
melalui kegiatan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif di MIN 2
Metro pada pembelajaran di kelas IV, V, VI ?

1.3 Manfaat Penelitian


Penelitian tindakan Madrasah ini, dilakukan dengan harapan memberikan
manfaat bagi siswa, guru, maupun madrasah.
a. Manfaat bagi siswa:
1. Memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik.
2. Meningkatkan aktivitas siswa di dalam belajar.
3. Meningkatkan penguasaan konsep.
4. Menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat dalam kelompok/
membiasakan bekerja sama dengan teman.
b. Manfaat bagi guru:
1. Memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru dalam
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
2. Memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru untuk peningkatan
mutu pembelajaran.
c. Manfaat bagi sekolah :
1. Meningkatkan prestasi madrasah dalam bidang akademis.
2. Meningkatkan kinerja madrasah melalui peningkatan profesionalisme guru.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Model Pembelajaran


Pada bagian ini, penulis bermaksud mengemukakan beberapa hal yang
berhubungan dengan teori dan pengertian untuk dijadikan pedoman dalam
penyusunan PTM ini, sebagai gambaran yang tentu ada kaitannya dengan materi
pembahasan. Isinya berupa teori-teori yang diambil dari berbagai sumber.
Pengertian model pembelajaran adalah kerangka konseptual dan operasional
pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya. Hal
ini sesuai dengan Permendikbud No.103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Pasal 2.
Secara umumnya, model pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian
sistematis yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan pengalaman proses
pembelajaran agar tercapai tujuan dari sebuah pembelajaran. Definisi singkat
lainnya yaitu suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran bisa juga diartikan sebagai seluruh rangkaian penyajian materi
yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang
dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung
atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Model pembelajan sendiri
memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau sekedar prosedur
pembelajaran.

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Menurut Para Ahli


Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran,
dari yang sederhana sampai model yang sangat kompleks dan rumit karena
memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Beberapa contoh model-
model pembelajaran diantaranya adalah ceramah, diskusi, demonstrasi, studi kasus,
bermain peran (role play) dan lain sebagainya yang bisa diterapkan. semuanya
memiliki kelemahan dan kelebihan masing masing.

4
Model pembelajaran yang baik dan tepat adalah model pembelajaran yang
diterapkan pada pembelajaran bahan kajian atau pokok bahasan atau sub pokok
bahasan tertentu dengan menggunakan waktu dan dana yang tak begitu banyak serta
mendapatkan siswa mendapatkan hasil yang maksimal.

2.1.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran


1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang duperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.

2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran Menurut Para Ahli


Dan untuk lebih jelasnya mengenai pengertian model pembelajaran yang
lebih tepat dan akurat, simak berikut ini makna dan arti model pembelajaran
menurut para ahli.
1. Menurut Dahlan
Model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk
pada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Tiap
model mengajar yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realitas yang
sesuai dengan situasi kelas dan macam pandangan hidup, yang dihasilkan dari
kerjasama guru dan murid.
2. Menurut Amin Suyitno
Mengatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau
langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan guru agar tujuan atau
kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai
dengan lebih efektif dan efisien.

5
3. Menurut Syafaruddin, Irwan Nasution
model pembelajaran adalah deskripsi dari lingkungan pembelajaran
yang bergerak dari perencanaan kurikulum, mata pelajaran, bagian-bagian
dari pelajaran untuk merangcang materi pelajaran, buku latihan kerja,
program, dan bantuan kompetensi untuk program pembelajaran. Dengan kata
lain, model pembelajaran adalah bantuan alat-alat yang mempermudah siswa
dalam belajar. Jadi, keberadaan model pembelajaran berfungsi membantu
siswa memperoleh informasi, gagasan, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir
dan pengertian yang diekspresikan mereka.
4. Menurut Supriyono
Sebuah model pembelajaran adalah sebuah rencana atau pola yang
mengorganisasi pembelajaran dalam kelas dan menunjukkan cara
penggunaan materi pembelajaran.
5. Menurut Joyce dalam Trianto
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang
digunakan di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran.
6. Menurut Syaiful Sagala
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.
7. Menurut Joyce
“Each model guides us as we design instruction to help students
achieve various objectives” yang maksudnya bahwa setiap model
mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran
8. Menurut Slavin
Model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan
pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaanya.

6
9. Menurut Trianto
Model pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan
menyeluruh serta dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.

Banyak model-model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dalam


proses kegiatan belajar mengajar yang pada prinsipnya pengembangan model
pembelajaran bertujuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efetif dan
efisien, menyenangkan, bermakna, lebih banyak mengaktifkan siswa.

Dalam pengembangan model pembelajaran yang mendapat penekanan


pengembangannya terutama dalam strategi dan metode pembelajaran. Untuk masa
sekarang ini perlu juga dikembangkan system penilaian yang mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu guru dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar bisa saja mengembangkan model pembelajaran sendiri dengan
tujuan proses pembelajaran lebih efektif dan efisien, lebih banyak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berkreasi, sehingga siswa lebih aktif.

2.2 Supervisi Klinis


Supervisi berasal dari kata "super dan vision ". Super artinya tinggi, atas dan
vision artinya melihat, memandang. Suprvision artinya "melihat dari atas".
Pengertian tersebut dimaksudkan : orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi/
atas melihat-mengamati – mengawasi orang yang berada di bawahnya.
Misalnya kepala sekolah melihat dan mengamati perilaku guru pada waktu
mengajar. Hal itu dilakukan agar kepala sekolah dapat memberikan bimbingan
kepada guru untuk melaksanakan tugasnya lebih optimal. Kimball Willer
mengemukakan, "Supervision is assistance in the development of better teaching
learning situation". " Supervisi adalah proses bantuan untuk meningkatkan situasi
belajar-mengajar agar lebih baik". Pengertian ini menunjukan bahwa supervisi
adalah proses bantuan, bimbingan dan atau pembinaan dari supervisor kepada guru
untuk memperbaiki proses pembelajaran. Bantuan, bimbingan atau pembinaan

7
tersebut bersifat profesional yang dilaksanakan melalui dialog untuk memecahkan
masalah pembelajaran.
Kepala Sekolah sebagai supervisor membantu dan membina guru sebagai
mitra kerjanya agar lebih profesional dalam melaksanakan tugasnya yakm
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Kata yang paling tepat untuk
supervisi adalah terprogram untuk mengubah atau memperbaiki perilaku seseorang
dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya secara profesional.
Dengan demikian maka supervisi akademik adalah kegiatan yang terencana, terpola
dan terprogram dalam mengubah perilaku guru agar dapat mempertinggi kualitas
proses pembelajaran.

Klinis berasal dari kata clinic yang berarti "balai pengobatan atau suatu tempat
untuk mengobati berbagai jenis penyakit yang ditangani oleh tenaga yang
profesional". Apabila mendengar kata pengobatan maka asosiasi kita adalah pasien
datang ke tempat pengobatan untuk mengobati penyakitnya. Orang yang
memeriksa dan mengobatinya adalah dokter. Analog dengan itu adalah guru yang
mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran datang kepada kepala
sekolah dan untuk berkonsultasi tentang pemecahan masalah yang dihadapinya.
Bisa juga kepala sekolah yang datang dan berdialog dengan guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran
beberapa diantaranya adalah (a) kurang menguasai bahan ajar sehingga perilaku
guru dalam melaksanakan pembelajaran kurang percaya diri, (b) kurang menguasai
kelas sehingga siswa kurang terkendali dalam kegiatan belajarnya (c) kurang
terampil dalam berbicara sehingga siswa kurang terkendali dalam kegitana
belajarnya, (d) menampilkan sosok yang kurang simpatik sehingga suasana belajar
kurang menarik siswa. Masih banyak gejala lain yang menunjukan kelemahan dan
kekurangan guru pada saat melaksanakan pembelajaran. Supervise klinis
berkepentingan dengan upaya memperbaiki kekurangan tersebut. Dengan demikian
supervisi klinis diartikan sebagai bantuan profesional yang diberikan kepada guru
yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran agar guru tersebut
dapat mengatasi masalah yang dialaminya berkaitan dengan proses pembelajaran.

8
Sejalan dengan pengerian diatas Waller berpendapat bahwa suprvisi klinis adalah
supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran dengan menjalankan siklus
yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif
terhadap proses pembelajaran. Sedangkan menurut Keith Acheson dan Meredith
D'Gall : supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil jurang avatar
tingkah laku mengajar nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan supervisi klinis
adalah bantuan profesionall yang diberikan kepada guru yang mengalami masalah
dalam pembelajaran agar guru yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya
dngan menempuh langkah yang sistematis mencakup tahap perencanaan, tahap
pengamatan dan tahap analisis dan tindak lanjut.

Supervisi klinis adalah supervisi yang dilakukan berdasarkan adanya keluhan


atau masalah dari guru yang disampaikan kepada supervisor. Supervisi klinis adalah
bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui
siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang
intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan
mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.

Ide untuk memberlakukan supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak
harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah sebagai supervisor tetapi atas
kesadaran guru datang ke supervisor minta bantuan mengatasi masalahnya.
Kepala sekolah sebagai supervisor akademik seyogyanya memiliki pengetahuan
dan menguasai penerapan supervisi klinis.
Konsep supervisi klinis, mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan oleh Morris
L. Cogan, Robert Goldhammer, dan Richarct Weller di Universitas Harvard pada
akhir dasa warsa lima puluhan dan awal dasawarsa enam puluhan (Krajewski)
1982).

Ada dua asumsi yang mendasari praktik supervisi klinis: Pertama, pembelajaran
merupakan aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan
analisis secara berhati-hati melalui pengamatan dan analisis. Supervisor

9
pembelajaran akan mudah mengembangkan kemampuan guru mengelola proses
pembelajaran. Kedua, guru-guru yang profesionalnya ingin dikembangkan
dengan pendekatan kolegial daripada cara yang outoritarian (Sergiovanni, 1987).

Supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses


pembelajaran (Sullivan & Glanz, 2005). Sedangkan menurut Cogan (1973)
Kegiatan pembinaan performansi guru dalam mengelola proses belajar
mengajar. Jadi supervisi klinis adalah kegiatan pembinaan guru dalam
meningkatkan kinerja atau unjuk kerja dalam proses pembelajaran. Menurut
Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi klinis: 1) pengembangan
profesional dan 2) memotivasi kerja guru dan memperperbaiki proses
pembelajaran yang kurang efektif.

Sejalan dengan pengertian diatas maka tujuan umum dari supervisi klinis adalah
agar guru memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Sedangkan tujuan khususnya adalah : 1) Menyediakan umpan
balik yang obyektif terhadap guru, mengenai pembelajaran yang
dilaksanakannya. 2) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah
pembelajaran. 3) Membantu guru mengembangkan keterampilannya
menggunakan strategi pembelajaran. 4) Mengevaluasi guru untuk kepentingan
promosi jabatan dan keputusan lainnya. 5) Membantu guru mengembangkan satu
sikap positif terhadap pengembangan profesional yang berkesinambungan.

Adapun Ciri-Ciri Supervisi Klinis adalah


1) Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah. Tetapi
tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru–guru memiliki rasa aman.
2) Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru
sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu.
3) Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang
terintegrasi, sehingga terlihat kemampuan apa, keterampilan apa yang secara
spesifik harus diperbaiki.

10
4) Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan,
kedekatan, dan keterbukaan.

Sedangkan indikator keberhasilan pelaksanaan supervisi klinis adalah : 1)


meningkatnya kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi proses pembelajaran., 2) kualitas pembejaran yang dilaksanakan oleh
guru menjadi lebih baik sehingga diharapkan berpengaruh terhadap kualitas hasil
belajar yang dicapai siswa, 3 ) terjalin hubungan kolegial antara kepala sekolah
dengan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran dan tugas-tugas
profesianya.

Indikator-indikator tersebut pada hakekatnya merupakan salah satu ciri dari


meningkatnya mutu pendidikan di sekolah. Oleh karena itu supervisi klinis
merupakan bagian penting dari upaya meningkatkan kinerja sekolah khususnya
melalui perbaikan proses pembelajaran. Dalam konteks inilah kepala sekolah perlu
melaksanakan supervisi klinis sebagai bagian dari supervisi akademik.

Ada beberapa alasan mengapa supervisi klinis perlu dilaksanakan oleh kepala
sekolah dalam rangka membantu guru mengatasi masalah yang dihadapinya dalam
pembelajaran. Alasan-alasan tersebut terkait dengan empat aspek sebagai berikut.
a. Kualitas Proses Pernbelajaran
Prestasi belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran dipengaruhi oleh dua faktor
utama yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang bersumber dari diri siswa itu sendiri antara lain : kemampuan, sikap, minat
motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran. Faktor eksternal adalah faktor
diluar pribadi siswa seperti kurikulum, sarana belajar, lingkungan belajar dan
proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. Faktor proses pembelajaran
menjadi faktor terpenting sebab langsung berhubungan dengan perubahan
perilaku siswa. Dalam prakteknya ternyata proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru belum optimal dalam pengertian tidak membawa hasil yang
diinginkan dalam mengubah perilaku siswa. Banyak faktor yang dapat
menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Faktor –faktor tersebut antara

11
lain: kemampan dan keahlian guru, karakteristik mata pelajaran , saraba dan
fasilitas belajar. Oleh sebab itu supervise klinis dilakukan kepala sekolah perlu
memperhatikan faktor-faktor tersebut agar kualitas proses pembelajaran dapat
mencapai hasil yang optimal.
b. Profesionalisme Guru
Jabatan guru adalah jabatan fungsional artinya untuk dapat menyandang jabatan
tersebut diperlukan keahlian khusus melalui pendidikan dan pelatihan. Tugas
pokok guru adalah merencanajan dan melaksanakan pembelajaran, menilai
proses dan hasil belajar serta memberikan bimbingan dan pelatihan. Oleh sebaab
itu guru perlu menguasai bidng ilmu yang akan menjadi materi pembelajaran
serta menguasai teknologi atau strategi pembelajaran. Upaya untuk membina
dan mengembangkan keahlian tersebut harus terus dilakukan baik oleh guru itu
sendiri maupun oleh pihak lain yang bertanggung jawab antara lain kepala
sekolah, merupakan bagian dari upaya peningkatan kemampuan profesional
guru.
c. Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah tenaga kependidikan berstatus pegawai negeri sipil yang
diangkat dan diberi tugas tanggung jawab dan wewenang oleh pemerintah untuk
melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial pada sekolah
yang telah ditunjuk. Pengawasan akademik adalah menilai dan membina guru
dalam aspek-aspek pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pengawasan manajerial adalah menilai dan membina guru dan staf sekolah
dalam aspek pengelolaan administrasi sekolah agar dapat meningkatkan kinerja
sekolah. Oleh sebab itu tanggung jawab kepala sekolah adalah : a) meningkatkan
mutu penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dan b) meningkatkan mutu hasil
belajar siswa melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. Tanggung
jawab yang kedua yakni meningkatkan mutu hasil belajar siswa melalui proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru mengimplikasikan perlunya kepala
sekolah melaksanakan supervisiklinis.
d. Peningkatan Mutu Pendidikan
Pemerintah khususnya departemen pendidikan nasional telah menetapkan visi
pendidikan yakni membentuk insan yang cerdas, kompetitif dan bermartabat

12
dengan empat pilar strategi yakni olah pikir, olah rasa, olah hati dan olah raga.
Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 menetapkan adanya delapan standar
nasional pendidikan sebagai rujukan dalam meningkatkan nutu pendidikan
nasional. Salah satu standar yang harus dicapai adalah standar kompetisi lulusan.
Standar yang erat kaitannya dengan standar isi (kurikulum), standar proses
(pembelajaran), standar penilaian dan standar pendidikan dan tenaga
kependidikan (guru, kepala sekolah, pengawas sekolah ). Dalam pembelajaran
tersirat empat standar di atas sebab dalam proses pembelajaran ada : peserta
didik (subyek yang belajar), ada bahan ajar (standar isi), ada guru (fasilitator
belajar) dan ada penilaian (standar penilaian). Oleh sebab itu kedudukan proses
pembelajaran dalam meningkatkan standar mutu pendidikan sangat penting.
Supervise klinis yang memfokuskan pada uapay memperbaiki kualitas proses
pembelajaran menjadi upaya yang sangat berarti untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah.

Beberapa alasan mengapa supervisi klinis diperlukan, diantaranya:


• Tidak ada balikan dari orang yang kompeten sejauhmana praktik profesional telah
memenuhi standar kompetensi dan kode etik
• Ketinggalan iptek dalam proses pembelajaran
• Kehilangan identitas profesi
• Kejenuhan profesional (bornout)
• Pelanggaran kode etik yang akut
• Mengulang kekeliruan secara masif
• Erosi pengetahuan yang sudah didapat dari pendidikan prajabatan (PT)
• Siswa dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana mestinya
• Rendahnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat dan pemberi pekerjaan

Secara umum tujuan supervisi klinis untuk :


• Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan
kualitas proses pembelajaran.
• Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.

13
• Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul
dalam proses pembelajaran
• Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalah yang
ditemukan dalam proses pembelajaran
• Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri
secara berkelanjutan.

2.3 Pendekatan Kolaboratif


Suhartian ( 2000 ) menjelaskan pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan
yang memadukan cara pendekatan direktif dan non direktif menjadi cara
pendekatan yang baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-
sama bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam
melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Dengan
demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada arah. Dari atas ke bawah
dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisi sebagai berikut: ( 1) Menyajikan (2)
Menjelaskan ( 3 ) Mendengarkan (4) Pemecahan masalah (5) Negosiasi.
Supervisi dapat diartikan melihat bagian mana dari kegiatan di sekolah yang masih
negatif diupayakan untuk menjadi positif, dan yang sudah positif agar menjadi lebih
positif lagi dengan adanya pembinaan.[1] Sedangkan menurut Binti Maunah,
Supervisi adalah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah lainya dalam melakukan pekerjaan mereka secara
efektif.[2]

Sedangkan pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara


pendekatan direktif dan non–direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini
baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan
struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap
masalah yang dihadapi guru.[3] Pendekatan ini ditempuh sebagai bentuk upaya
dalam memahami orang yang disupervisi agar dalam melakukan supervisi dapat
diperoleh hasil yang memuaskan sebagaimana yang diharapkan. Selain itu
pendekatan ini juga mempunyai beberapa arti seperti misalnya, (1) Proses,
perubahan, cara mendekati, (2) Usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk

14
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, atau metode-metode untuk
mencapai pengertian tentang masalah penelitian seterusnya.

Sebagaimana telah diketahui bahwa supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang
tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama. Faktor –
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kegiatan ini
diarahkan untuk membantu kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya agar dapat
mencapai target yang diinginkan.
Salah satu pendekatan dalam melaksanakan supevisi adalah pendekatan kolaboratif.
Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Supervisor bertindak sebagai mitra atau rekan kerja.
2. Kedua belah pihak berbagi kepakaran.
3. Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan inkuiri yakni, saya
mencoba memahami apa yang dilakukan oleh orang yang saya amati.
4. Diskusi sebagai langkah lanjut dari pengalaman bersifat terbuka atau
fleksibel dan tujuannya jelas.

Tujuan supervisi ialah membantu guru dan berkembang menjadi tenaga-tenaga


profesional. Dengan memahami karakteristik diatas dapat diilustrasikan bahwa
dengan pendekatan kolaboratif, supervisi yang diterapkan akan terasa tenang dan
tidak mengandung ketegangan. Bahkan sebaliknya yang muncul adalah suasana
akrab dan saling memahami antar satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena
supervisor menempatkan dirinya sebagai mitra bagi guru yang disupervisi bukan
sebagai arspektor yang mencari kesalahan dari guru. Disamping itu supervisi
kolaboratif memberikan ruang terbuka bagi guru sehingga guru mendapat
kesempatan yang luas guna menyampaikan ide ataupun maslah-masalah yang
muncul dalam proses pembelajaran.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Subjek dan Lokasi Penelitian


Penelitian Tindakan Madrasah ini dilakukan di MIN 2 Metro terhadap guru-
guru di MIN 2 Metro.

3.2 Prosedur Penelitian


Penelitian ini tergolong penelitian tindakan madrasah, dengan empat
langkah pokok yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan
(observasi), dan refleksi, dengan melibatkan guru MIN 2 Metro. Penelitian
dilakukan secara bertahap. Indikator kinerja yang ditetapkan adalah meningkatkan
kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran melalui kegiatan
supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif di MIN 2 Metro. Aspek yang diukur
dalam observasi adalah antusiasme guru-guru MIN 2 Metro dalam menerapkan
model-model pembelajaran, interaksi siswa dengan guru dalam proses belajar
mengajar, interaksi dengan siswa dengan siswa dalam kerja sama kelompok, dan
aktivitas siswa dalam diskusi kelompok.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi berupa hasil
karya penyusunan K13, wawancara dan instrument analisis penilaian.
1. Perencanaan Tindakan
a) Pemilihan topik
b) Melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran
untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku
pelajaran. Selanjutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana
pembelajaran.
c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
d) Merencanakan penerapan pembelajaran
e) Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan
f) Mempersiapkan kelompok mata pelajaran

16
g) Mempersiapkan media pembelajaran.
h) Membuat format evaluasi
i) Membuat format observasi
j) Membuat angket respon guru dan siswa
2. Pelaksanaan Tindakan
Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah:
a) Setiap guru yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau
mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara guru lain memberi
masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.
b) Guru yang ditunjuk menggunakan masukan-masukan tersebut untuk
memperbaiki rencana pembelajaran.
c) Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajarannya di
depan kelas untuk mendapatkan umpan balik.
3. Pengamatan (observasi)
Observasi melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan
lembar observasi. Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi.
Pada tahap ini seorang guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang
telah disusun, guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan. Selain itu dilakukan pemotretan yang meng-
close up kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.

3.4. Teknis Analisis Data


Penelitian tindakan madrasah ini berhasil apabila :
1. Peningkatan nilai rata-rata siswa kelas IV, V, VI, Peningkatan nilai rata-rata
6,5.
2. Tingkat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar :
3. Tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dinilai berhasil
apabila masing-masing aktivitas yang menunjang keberhasilan belajar
persentasenya di atas 70 %.
4. Keterlaksanaan langkah-langkah dalam proses belajar mengajar ≥ 80 %.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://ainamulyana.blogspot.com/2015/05/pengertian-dan-tujuan-supervisi-
klinis.html
https://baitulgaul.wordpress.com/2017/09/29/pendekatan-supervisi-kolaboratif-
dalam-pendidikan/
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-sekolah-dan-fungsi-sekolah/
https://www.zonareferensi.com/pengertian-model-pembelajaran/

18
RENCANA TINDAK LANJUT DAN JADWAL

Rencana Tindak Lanjut : Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Model-Model Pembelajaran Melalui Kegiatan
Supervisi Klinis Dengan Pendekatan Kolaboratif Di Mts Negeri 1 Lampung Tengah
Nama Peserta Diklat : Dra. Yetti Herlina, M.Pd.I.
NIP : 196608122000122001
Tempat Tugas : MIN 2 METRO
Alamat : Jalan Mr. Gele Harun No. 24 Kota Metro
No. HP : 082177368017

NO Kegiatan Sasaran Tujuan Target Hasil Jadwal


1. Melaksanakan supervisi akademik Guru MIN 2 Metro Meningkatkan mutu Laporan supervisi Oktober 2019
guru dalam proses pembelajaran pembelajaran agar akademik
lebih baik
2. Pembinaan performansi guru dalam Guru MIN 2 Metro Meningkatkan dan Laporan supervisi Oktober 2019
mengelola proses belajar mengajar memperbaiki kinerja akademik
dan unjuk kerja dalam
proses pembelajaran

19
3. Memberikan bimbingan, arahan, dan Guru MTs Negeri 1 Meningkatkan kualitas Laporan supervisi Oktober 2019
motivasi terhadap guru dalam proses Lampung Tengah proses pembelajaran akademik
pembelajaran

20

Anda mungkin juga menyukai