Joyce (1994) mengemukakan lima unsur penting yang harus ada dari suatu model
pembelajaran, yaitu:
(1) sintaks, yakni suatu urutan kegiatan,
(2) sistem sosial, yakni peranan guru dan siswa serta jenis aturan yang diperlukan,
(3) prinsip reaksi, yakni reaksi guru tentang cara memandang atau merespons pertanyaan
pertanyaan siswa,
(4) sistem pendukung, yakni kondisi yang diperlukan oleh model tersebut, dan
(5) dampak instruksional dan dampak pengiring, yakni hasil yang akan dicapai siswa setelah
mengikuti pembelajaran.
Sedangkan pendekatan yang bersifat material berkenaan dengan cara menyajikan konsep
matematika melalui konsep matematika yang lain. Misalnya memahami suatu konsep seni
dengan pendekatan induktif atau deduktif. Contoh yang lain misalnya menyajikan konsep
penjumlahan bilangan asli dengan pendekatan garis bilangan dan menyajikan konsep perkalian
bilangan asli menggunakan pendekatan penjumlahan berulang.
Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat
mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dapat tercapai. Strategi pembelajaran
yang diterapkan dalam kerangka model pembelajaran yang dipilih oleh para guru sangat
beragam. Hal ini bertujuan agar kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat
di capai dengan lebih efektif dan efisien. Contoh strategi pembelajaran misalnya strategi
pembelajaran aktif.
Dari uraian tentang metode mengajar, tersirat bahwa guru-guru yang mengajar dalam mata
pelajaran berbeda dapat memiliki pemahaman yang sama terhadap satu metode mengajar.
Misalnya, seorang guru matematika dan seorang guru biologi dapat sama-sama memahami
pengertian metode pemecahan masalah. Namun ketika metode ini akan diterapkan untuk
menyampaikan suatu topik matematika, maka guru biologi itu tidak dapat menggunkannya untuk
menyampaikan topik tersebut. Hal ini dikarenakan, meskipun guru biologi tersebut memami
pengertian pemecahan masalah, tetapi tidak memiliki keahlian dalam matematika. Dalam kondisi
seperti ini, nama metode pembelajaran itu berubah menjadi nama suatu teknik pembelajaran.
Jadi, suatu metode pembelajaran, ketika diterapkan untuk menyampaikan topik tertentu dalam
suatu mata pelajaran, maka ia disebut dengan teknik pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam praktiknya istilah metode pembelajaran sering dimaknai sebagai sinonim
dari istilah teknik pembelajaran.
Namun demikian perlu direnungkan pendapat dari Nisbet (1985) bahwa tidak ada cara belajar
(tunggal) yang paling benar, dan cara mengajar yang paling baik. Sehingga dari uraian dalam
bahan ajar ini dan diskusi di dalam kegiatan ini diharapkan para peserta dapat mendesain
pembelajaran dengan tepat baik ditinjau dari bahan pelajaran yang akan dipelajari kondisi warga
belajar maupun kondisi lain yang terkait dengan kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah. Model pembelajaran
langsung merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
Model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang dirancang secara khusus
untuk mengembangkan belajar tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Model pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci
terutama pada analisis tugas. Meskipun model pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi
harus tetap menjamin keterlibatan siswa. Lingkungan belajar harus diciptakan yang berorientasi
pada tugas-tugas yang harus diselesaikan warga belajar.
Beberapa kelebihan model pembelajaran langsung seperti seperti antara lain berikut.
a. Materi yang disajikan relatif lebih banyak untuk waktu yang singkat.
b. Untuk materi yang sifatnya prosedural, model pembelajaran langsung mudah diikuti.
Sedangkan kelemahan model pengajaran langsung antara lain bila pembelajaran tidak
dirancang dengan baik, maka model ini akan dipenuhi dengan metode ceramah yang tidak
melatih siswa untuk mandiri, dan mengkonstruksi pengetahuan sendiri, dan dapat membuat
siswa akan cepat bosan.
Sekurang-kurangnya ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam belajar kelompok, yaitu:
(1) hasil belajar akademik,
(2) pengakuan adanya keragaman, dan
(3) pengembangan keterampilan sosial.
Bila ditinjau dari hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model
pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa yang sulit.
Bila ditinjau dari pengakuan adanya keragaman, model pembelajaran kooperatif bertujuan agar
siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar
belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan ras, suku, agama, kemampuan akademik, dan
tingkat sosial.
Jika ditinjau dari pengembangan keterampilan sosial, model pembelajaran kooperatif bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam
pembelajaran kooperatif antara lain adalah : berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
Dengan demikian di dalam pembelajaran kooperatif haruslah terjadi aktivitas sebagai berikut:
2. kelompok terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,
3. jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya,
dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok pun
terdapat terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula, dan
Aktivitas dalam model pembelajaran kooperatif dimulai dengan membagi siswa menjadi
kelompok-kelompok kecil 3 5 siswa per kelompok. Setiap siswa ditempatkan di dalam kelas
sedemikian rupa sehingga antara anggota kelompok dapat belajar dan berdiskusi dengan baik
tanpa mengganggu kelompok yang lain. Guru membagi materi pelajaran, baik berupa lembar
kerja siswa, buku, atau penugasan. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai dan memberikan pengarahan tentang materi yang harus dipelajari dan
permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. siswa secara sindiri-sendiri mempelajari
materi pelajaran, dan jika ada kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-temannya dalam
kelompok.
Untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, setiap siswa
dalam kelompok ikut bertanggungjawab secara bersama, yakni dengan cara berdiskusi, saling
tukar ide/gagasan, pengetahuan dan pengalaman, demi tercapainya tujuan pembelajaran secara
bersama-bersama.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe dari pembelajaran
kooperatif. Kekhasan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah pada pembagian
kelompok. Pembagian kelompok dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan yang pertama
membagai kelompok secara heterogen yang dikenal dengan kelompok asal, dan pembagian
kelompok tahap kedua adalah pembagian kelompok keahian (expertise) yang berasal dari
kelompok asal. Kelompok keahlian ini merupakan peminatan dari masing-masing individu di
kelompok asal.
e) Test (Penilaian).
Pada fase ini guru memberikan test tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh
konsep yang didiskusikan. Pada test ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerjasama. Jika
mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.
f) Pengakuan Kelompok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan
pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui
rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada
kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya
didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka. Perhitungan skor peningkatan,
dan kriteria penghargaan kelompok menggunakan kriteria berikut.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, merupakan salah satu tipe dari pembelajaran
kooparatif. Perbedaan yang menonjol dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
JIGSAW adalah pada tahapan pengelompokkan.
Tujuan
Tujuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan tujuan pembelajaran kooperatif
pada umumnya. Pembelajaran kooperatif STAD bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik, siswa yang memiliki kemampuan daisiswa yang lain dapat
membantu siswa yang mengalami kesulitan. Tujuan pembelajaran kooperatif tipe STAD juga
bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam
perbedaan latar belakang, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan
sebagainya.
Sintaks
Sintaks dari pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut.
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
Anggota kelompok yang mengetahui menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota
dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu
5) Memberi evaluasi
6) Kesimpulan
Skrip kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan
bergantian, secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Tujuan
Tujuan dai model pembelajaran kooperatif tipe script adalah siswa dapat belajar mandiri dari
suatu tugas, dan dapat mengajarkannya pada peserta lain (pasangannya).
Sintaks
Langkah-langkah model pembelajaran cooperative script sebagai berikut.
1) Guru membagi siswa untuk berpasangan
2) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide
pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide
pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
6. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan Guru
7. Penutup
Model pembelajaran Make - A Match merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif
dimana setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu yang
dipegangnya (kartu soal jawaban). Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin untuk penghargaan/penilaian.
Ciri-ciri
Ciri model pembelajaran Make - A Match adalah disiapkannya beberapa kartu yang berisi
beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu jawaban. Ciri yang lain siswa memilih pasangan secara tertentu tidak asal-
asalan, karena tergantung dari jawaban pada kartu.
Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran tipe Make-A Match antara lain sebagai berikut.
1) Melatih siswa dalam berkompetisi untuk memperolah kesempatan bekerja sama secara cepat
dengan siswa yang lain dalam memcari pasangan (jawaban).
2) Berlatih berfikir cepat melalui kegiatan membaca soal dalam kartu.
3) Berlatih berfikir cepat melalu kegiatan membaca jawaban dari soal yang dipegang pada siswa
yang lain.
4) Melatih bekerja sama antar siswa melalui pasangannya.
Sintaks
Langkah-langkah model pembelajaran Make - A Match sebagai berikut.
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal
jawaban).
5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya
7) Demikian seterusnya
8) Kesimpulan/penutup
Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran CIRC antara lain sebagai berikut.
1) Melatih peserta didk untuk mampu menganalisis permasalahan melalui kegiatan pembagian
clipping/soal/tugas.
2) siswa belajar menemukan ide-ide dari kerja kelompok.
3) siswa belajar mempresentasikan hasil pemecahan tugas-tugas yang diberikan.
4) Perserta didik dilatih untuk membuat kesimpulan dari suatu konsep.
Sintaks
Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC untuk melatih siswa
meningkatkan keterampilannya dalam menyelesaikan soal cerita, maka langkah yang ditempuh
seorang guru mata pelajaran adalah sebagai berikut.
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2) Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan
terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5) Guru membuat kesimpulan bersama
6) Penutup
Tujuan
Tujuan dari penerapan model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE antara lain sebagai
berikut.
1) Melatih siswa untuk mampu memberikan informasi secara cepat dan tepat pada siswa yang
lain.
2) Melatih siswa belajar menemukan ide-ide dari kerja kelompok.
Sintaks
Sintak dari model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE antara lain sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, motivasi, dan introduksi.
2) Guru menyajikan konsep dengan cara membagikan lembaran tugas berisi topik-topik kepada
siswa untuk dipelajari.
3) Setelah siswa mendapatkan mempelajari topic-topik tahap selanjutnya adalah membuat
lingkaran.
4) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
5) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.
6) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
7) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di
lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
8) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian
seterusnya..
9) Guru melakukan konfirmasi.
10) Penutup.
Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS juga merupakan salah satu tipe dari belajar
kelompok. Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS dilakukan dengan cara membentuk
kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi yang dipelajari. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar
kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa yang lain untuk dijawab.
Ciri-ciri dari Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS antara lain sebagi berikut.
1) siswa yang diberikan lembar untuk diberikan kesempatan membuat soal dari materi yang
dipelajarai.
2) siswa yang lain memperoleh kesempatan untuk menajwab soal dari teman yang dibuat sendiri.
Tujuan
Tujuan dari model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS antara lain sebagai berikut.
1) Melatih siswa untuk membuat soal dari materi yang dipelajari.
2) Melatih siswa untuk bertanggung jawab dengan menjawab soal yang dibuat teman sebayanya.
Sintaks
Sintaks model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS antara lain sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain
selama 15 menit
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7) Evaluasi
8) Penutup.
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran yang
memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui
bagan/peta konsep maupun yang lainnya setelah guru menyampikan materi pembelajaran.
Setelah siswa menyampaikan materi pembelajaran pada peserta lainnya guru menyimpulkan
ide/pendapat dari siswa tersebut yang berupa konfirmasi.
Ciri dari model pembelajaran Student Facilitator and Explaining antara lain sebagai berikut.
1) siswa untuk menjelaskan kepada peserta lainnya.
2) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa yang berupa konfirmasi.
Tujuan
Tujuan dari model pembelajaran Student Facilitator and Explaining antara lain sebagai berikut.
1) Membangkitkan keberana siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
2) Mengjarkan siswa untuk berbagai pengetahuan.
Sintaks
Sintaks dari model pembelajaran model pembelajaran Student Facilitator and Explaining sebagai
berikut.
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
3) Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik
melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya
4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6) Penutup .
Demikianlah sepuluh model pembelajaran yang mungkin dapat diterapkan pada model
pembelajaran pada kelas anda. Para guru diharapkan dapat terus mengembangkan model
pembelajaran sesuai dengan kondisi dan keadaan. Sekali lagi dengan memperhatikan pendapat
dari Nisbet (1985) bahwa tidak ada cara belajar (tunggal) yang paling benar, dan cara mengajar
yang paling baik. Namun demikian usaha agar proses pembelajaran membawa hasil yang
maksimal perlu selalu diupayakan.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce, Bruce and Marshal Weil. 1994. Model of Teaching. Second Edition, London Prentice/Hal
International, Inc.
Joyce, Bruce.1992. Models of Teaching. Fourth Edition. Boston: Allyn & Bacon.