Anda di halaman 1dari 13

Metode Pembelajaran Tutor Sebaya

Oleh Muchlisin Riadi  15 Sep, 2019  Posting Komentar

Pengertian Tutorial Sebaya 


Metode tutor sebaya (peer teaching) adalah kegiatan belajar mengajar di kelas yang memberi
kesempatan pada siswa untuk mengajarkan dan berbagi ilmu pengetahuan atau ketrampilan
pada siswa yang lain untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar agar
temannya tersebut bisa memahami materi dengan baik. Tutor sebaya dapat memberi rasa
nyaman pada siswa karena pada umumnya hubungan antara teman lebih dekat dibandingkan
hubungan guru.

Teknik pembelajaran dengan metode tutor sebaya dilaksanakan dengan membagi kelas dalam
kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman
sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini,
siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat
menguasai bahan yang akan disampaikan.

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya merupakan pembelajaran


yang mandiri, karena siswa menggantikan fungsi guru untuk membantu temannya yang
mengalami kesulitan belajar. Adapun tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan peserta
didik yaitu dalam hal meningkatkan prestasi dan motivasi belajar anak.

Berikut definisi dan pengertian tutorial sebaya dari beberapa sumber buku:
 Menurut Makarao (2009), tutor sebaya adalah metode pengajaran yang memberi
kesempatan pada siswa untuk mengajarkan dan berbagi ilmu pengetahuan atau
ketrampilan pada siswa yang lain. 
 Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004), tutor sebaya adalah metode pembelajaran
dimana beberapa siswa ditunjuk atau ditugaskan untuk membantu temannya yang
mengalami kesulitan dalam belajar agar temannya tersebut bisa memahami materi
dengan baik.
 Menurut Ischak (1987), tutor sebaya adalah teman sekelas yang telah tuntas terhadap
bahan, yang memberikan bantuan pada siswa yang menemui kesulitan dalam
memahami bahan yang dipelajari, tutor sebaya ini diharapkan siswa tidak malu dan
takut bertanya pada temannya sendiri tentang bahan ajar yang belum dipahami.
 Menurut Winataputra (1999), tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan
memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu
temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep.
 Menurut Arjanggi dan Suptihatin (2010), tutor sebaya adalah suatu metode
pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya
serap tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi teman-temannya,
dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan materi belajar dan latihan
kepada teman-temannya (tutee) yang belum paham terhadap materi atau latihan yang
diberikan guru dengan dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok
tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif
bukan kompetitif.

Prinsip-Prinsip Tutor Sebaya 


Tutor sebaya pada dasarnya merupakan metode pembelajaran yang menuntut adanya
partisipasi aktif dari peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Terdapat
beberapa prinsip dalam metode tutor sebaya yang perlu diketahui agar proses belajar siswa
menjadi aktif, yaitu (Ahmadi dan Supriyono, 2004):

a. Stimulasi belajar 
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus.
Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal/bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Ada dua
cara yang mungkin membantu para siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara pertama
perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya.
Cara kedua adalah siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan guru kepada siswa.

b. Perhatian dan motivasi 


Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar mengajar. Ada
beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara mengajar
yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru, misalnya
melalui pertanyaan-pertanyaan kepada siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian
siswa, seperti gambar, foto, diagram, dan lain-lain.
c. Respon yang dipelajari 
Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti
perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan
belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, menilai
kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang
diberikan dan lain-lain.

d. Penguatan 
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya.
Penguat belajar yang berasal dari luar diri seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan
pendapat siswa, ganjaran, hadiah dan lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat respons
siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respons yang dilakukan siswa
betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.

e. Pemakaian dan pemindahan 


Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa
untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari pada situasi lain yang serupa di masa
mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi
kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, memberi contoh yang jelas, pemberi latihan yang
teratur, pemecahan masalah yang serupa, melakukan dalam situasi yang menyenangkan.

Kriteria Tutor Sebaya 


Menurut Djamarah dan Zein (2006), untuk menjadi seorang tutor terdapat beberapa kriteria
yang diperlukan, yaitu:

1. Dapat diterima atau disetujui oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga
sisa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya. 
2. Dapat menerangkan bahan-bahan materi yang dibutuhkan siswa yang berkesulitan.
3. Tidak tinggi hati atau keras hati terhadap sesama teman. 
4. Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan kepada
temannya.

Adapun menurut Satriyaningsih (2008), kriteria tutor sebaya adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas. 


2. Memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. 
3. Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa. 
4. Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok tutornya sebagai yang terbaik. 
5. Dapat diterima dan disenangi siswa yang mendapat program pembelajaran tutor sebaya,
sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepada guru
dan rajin. 
6. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan. 
7. Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan yaitu dapat
menerangkan pelajaran dengan teman sebayanya.

Langkah-langkah Tutor Sebaya 


Menurut Purnomo (2013), langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode tutor sebaya
adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan 
Guru membuat program pembelajaran satu pokok bahasan yang dirancang dalam bentuk
penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan satu pertemuan yang di dalamnya
mencakup judul penggalan tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas
yang harus diselesaikan. Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai
tutor sebaya. Kemudian mengadakan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial, siswa
yang menjadi tutor bertindak sebagai guru.

b. Tahap Pelaksanaan 
Guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang materi yang diajarkan, siswa belajar dalam
kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota kelompoknya secara bergantian akan
hal-hal yang belum dimengerti. Jika ada masalah yang tidak terselesaikan barulah tutor
meminta bantuan guru, dan guru mengawasi jalannya proses belajar. Guru berpindah-pindah
dari satu kelompok ke kelompok lainnya untuk memberikan bantuan jika ada masalah yang
tidak dapat diselesaikan dalam kelompok.

c. Tahap Evaluasi 
Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal latihan kepada anggota
kelompok (selain tutor) untuk mengetahui apakah sudah menjelaskan dan menjalankan
tugasnya, serta mengingatkan siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan sebelumnya.

Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya 


Menurut Djamarah dan Zein (2006), metode pembelajaran tutor sebaya memiliki kelebihan dan
kekurangan, yaitu:

a. Kelebihan Tutor Sebaya

1. Ada kalanya hasil lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau
enggan bertanya kepada gurunya. 
2. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan bermanfaat bagi dirinya sendiri untuk memperkuat
konsep yang dibahas. 
3. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri, memegang tanggung jawab dalam
mengemban tugas, dan melatih kesabaran.
4. Mempererat hubungan antar sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.
b. Kekurangan Tutor Sebaya

1. Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena merasa hanya berhadapan
dengan temannya. 
2. Ada beberapa anak yang malu bertanya karena takut rahasianya diketahui oleh teman
sebayanya. 
3. Bagi guru sulit menentukan tutor yang tepat bagi seseorang atau beberapa orang yang
dibimbingnya.

Daftar Pustaka

 Makarao, N. Ramadhani. 2009. Metode Mengajar dalam Bidang Kesehatan. Bandung:


Alfabeta.
 Ahmadi, A., dan Supriyono, W. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
 Ischak, Warji. 1987. Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Liberty.
 Winataputra, U.S. 1999. Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
 Arjanggi, R dan Suprihatin, T. 2010. Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Meningkatkan
Hasil Belajar Berdasar Regulasi Diri. Makara Sosial Humaniora.
 Satriyaningsih. 2009. Efektivitas Metode Pembelajaran Tutor Sebaya untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Biologi pada Pokok Bahasan Ekosistem pada Siswa Kelas VII
SMP Bhinneka Karya Klego Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
 Djamarah, S.B. dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
 Purnomo, Y.W. 2011. Keefektifan Model Penemuan Terbimbing Dan Cooperative
Learning Pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan, vol.41, No.1.
journal.uny.ac.id.

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA


PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Muhammad Yasser

Pendidikan Matematika Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

ABSTRAK:Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran tutor


pada pembelajaran matematika. Penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan kajian
pustaka. Hasil penulisan ini menunjukan bahwa untuk menerapkan metode pembelajaran ini
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: (a) memiilih materi, (b) membagi siswa menjadi
kelompok-kelompok kecil, (c) setiap kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi, (d) beri
mereka waktu yang cukup, (e) setiap kelompok menyampaikan sub materi, dan (f) kesimpulan
dan klarifikasi.

KATA KUNCI: Tutor Sebaya, Pembelajaran Matematika.

Pendahuluan

Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang
lain. Pengajaran matematika di sekolah dasar salah satunya adalah menumbuh kembangkan
keterampilan berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Objek matematika berkenaan dengan ide-
ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarki dan penalarannya deduktif. Hal tersebut
seperti yang diungkapkan Soedjadi bahwa hakikat matematika adalah memiliki objek tujuan
abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif (Heruman 2008:1).

Sifat khusus dari matematika ini akan membawa akibat matematika tidak mudah dipelajari oleh
kebanyakan peserta didik di sekolah dasar (SD) yang taraf berpikirnya masih berada pada tahap
berpikir konkret. Matematika dianggap mata pelajaran yang sulit karena matematika
menggunakan bahasa simbol yang kurang bisa dipahami siswa dimana siswa usia sekolah dasar
masih berada pada taraf berpikir konkret. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai
sifat khusus bertujuan melatih berfikir siswa secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten
(Wahyudi, 2008: 3). Proses pembelajaran matematika masih berpusat pada guru dan bersifat
abstrak. Siswa hanya menjadi pendengar pasif dalam pembelajaran. Interaksi terjalin apabila
guru memberikan pertanyaan dan siswa memberi jawaban. Siswa terkesan jenuh dalam
pembelajaran matematika.

 Sesuai dengan KHS dengan subjek tentang Matematika masih lebih standar bahkan rendah.
Dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain mata pelajaran Matematika perlu untuk
ditingkatkan. Berdasarkan analisis nilai KHS subjek Matematika pada semester ganjil
sebelumnya disimpulkan bahwa kesulitan siswa meliputi pemahaman materi matematika yang
berada pada level sedang sampai dengan sulit. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan agar tes
hasil belajar siswa mencapai kriteria yang ditentukan.  Menyadari permasalahan tersebut, perlu
adanya strategi yang tepat dalam pembelajaran Matematika. Karakteristik siswa yang senang
bergaul dengan teman sebaya dan bekerjasama sangat tepat bila dilakukan dengan pembelajaran
secara berkelompok. Salah satunya yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran Tutor
Sebaya.

Pengertian Tutor Sebaya


Metode pembelajaran yang dipilih harus mengutamakan peran siswa dalam pembelajaran dan
kerjasama kelompok secara heterogen yang baik tanpa menghilangkan tanggung jawab kepada
setiap individu. Metode ini juga dapat menarik perhatian dan meningkatkan semangat belajar
siswa. Salah satu metode yang tepat digunakan adalah metode pembelajaran Tutor Sebaya.
Pembelajaran matematika sering menggunakan beberapa metode. Salah satu metode yang sesuai
dengan kondisi siswa kelas C adalah metode pembelajaran Tutor Sebaya. Tutor Sebaya adalah
seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam
melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas (Arikunto, 2006: 11). Sejalan dengan hal tersebut,
Suherman (2003: 1) menyatakan bahwa Tutor Sebaya adalah kelompok siswa yang telah tuntas
terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Dedi Supriyadi (1985:36) mengemukakan bahwa
tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok yang
prestasinya lebih tinggi.

Langkah-langkah Tutor Sebaya

 Langkah-langkah metode pembelajaran Tutor Sebaya menurut Hisyam Zaini dalam Beti Riawati
(2012:2) adalah sebagai berikut: (a) memiilih materi, (b) membagi siswa menjadi kelompok-
kelompok kecil, (c) setiap kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi, (d) beri mereka
waktu yang cukup, (e) setiap kelompok menyampaikan sub materi, dan (f) kesimpulan dan
klarifikasi. Menurut Djamarah (2006:25) menerangkan bahwa untuk menentukan siapa yang
akan dijadikan tutor diperlukan pertimbangan-pertimbangan sendiri, diantaranya adalah:
(a)Memiliki kepandaian lebih unggul dari pada yang lain. (b) Memiliki kecakapan dalam
menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. (c) Mempunyai kesadaran untuk membantu
teman lain. (d) Dapat menerima dan disenangi siswa yang mendapat program tutor sebaya,
sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepada yang pandai dan
rajin. (e) Tidak tinggi hati, kejam, atau keras hati terhadap sesama kawan. (f) Mempunyai daya
kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan atau yaitu dapat menerangkan kepada
kawannya.

Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya

Arikunto dalam Amirudin (2010:20) mengungkapkan keunggulan metode pembelajaran Tutor


Sebaya yaitu: (a) hasilnya lebih baik bagi siswa yang mempunyai perasaan takut gurunya, (b)
bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas, (c) bagi tutor
melatih tanggung jawab, dan (d) mempererat hubungan antar siswa. Sedangkan kekurangan
metode pembelajaran Tutor Sebaya yaitu: (a) siswa yang dibantu sering kali kurang serius, (b)
siswa yang merasa malu atau enggan untuk bertanya, (c) pekerjaan tutoring ini sukar
dilaksanakan, dan (d) bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor sebaya.

Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Tutor Sebaya bertujuan siswa dapat
memahami konsep materi Matematika dengan benar. Dalam pelaksanaannya, siswa harus terlibat
aktif secara langsung dalam memahami konsep pecahan sehingga dapat menyelesaikan soal-soal
yang berkaitan dengan materi . Penerapan metode pembelajaran Tutor Sebaya yang dilakukan
mendorong siswa terlibat secara langsung sehingga diharapkan akan mencapai hasil yang
maksimal.

Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Pada Materi Pecahan

Tahap Pendahuluan

Mula-mula guru masuk kelas dan mengucapkan salam, dan para murid menjawab salam.
Selanjutnya guru menyuruh para murid berdoa terlebih dahulu sebelum memulai proses belajar,
dan ketua kelas memimpin doa menurut kepercayaan masing-masing. Selanjutnya guru
mengabsen para murid dan para murid yang dipanggil menunjukkan tangan. Setelah itu guru
memberikan intermezzo/icebreaking untuk murid agar tidak tegang dalam mengikuti pelajaran,
sekaligus memotivasi anak murid dengan memberikan kuis yang mudah tentu berkaitan dengan
topik pembahasan yang akan dibahas seperti operasi penjumlahan dan pengurangan agar para
murid memiliki tingkat percaya diri yang tinggi.

Tahap Penutup

Setelah selesai guru mengevaluasi kinerja 5 siswa yang ditunjuk untuk memimpin setiap
kelompok dengan cara mencoba latihan kembali dan dikumpulkan untuk di nilai latihannya.
Setelah itu jika ada kekurangan dengan pemahaman siswa kelas yang dapat dilihat dari hasil
latihan tersebut,  dan menanyakan ke para siswa dibagian mana yang masih dianggap sulit, dan
dapat dibahas langsung agar para siswa dapat mengerti pada materi pecahan.

Penutup

Simpulan

Penulis menyimpulkan bahwa metode pembelajaran tutor sebaya dapat dilaksanakan dengan
beberapa pertimbangan agar mencapai siswa yang aktif sebagai mana yang di harapkan dalam
kurikulum 2013. Begitu juga banyak kelebihan secara mental, antara lain yang biasanya anak
kurang mengerti dengan materi dan enggan atau malu bertanya pada guru, maka dalam metode
ini siswa diharapkan dapat bertanya tanpa ada rasa enggan atau takut karena bertanya pada teman
sepermainannya. Begitu juga untuk siswa yang ditunjuk sebagai ketua untuk masing-masing
kelompok dapat meningkatkan rasa tanggung jawabnya kepada teman-teman. Meskipun disisi
lain ada beberapa faktor juga yang dapat menghalangi berjalannya metode tutor sebaya ini.

Saran

Tulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman bagi para tenaga pengajar yang
dikhususkan untuk guru. Juga untuk mencari lebih lengkapnya supaya dalam penerapannya nanti
tidak ada kendala ataupun 777 karena keterbatasan penulis dalam tulisan ini.
Merebaknya kasus pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sejak Desember 2019
sampai saat ini mengharuskaan semua proses kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik untuk
sementara waktu dilakukan di rumah. Hal itu perlu dilakukan guna meminimalisir kontak fisik
secara massal sehingga dapat memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.
 
Untuk mengisi kegiatan belajar mengajar  yang harus diselesaikan pada tahun pelajaran ini,
pemerintah mengambil kebijakan pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh
dengan media daring (dalam jaringan), baik menggunakan ponsel, PC, atau laptop.

Media daring dirasa sangat efektif sebagai langkah solutif untuk mencegah penyebaran Covid-19
di lingkungan pendidikan. Guru tinggal memberikan soal  yang nantinya dikirim  melalui
ponsel/laptop peserta didik atau orang tua. Kemudian peserta didik tinggal megerjakan tugas dari
guru. Hasil pekerjaan atau tugas tersebut dikirim kembali kepada guru melalui WA, aplikasi,
atau dikumpulkan pada saat masuk sekolah.

Muncul Permasalahan

Implementasi pembelajaran daring yang sudah berjalan beberapa pekan ini secara umum berjalan
lancar. Kendati demikian, seiring perjalanan waktu sudah mencul banyak permasalahan. Di
antaranya tugas guru yang terlalu banyak sampai keluhan soal kuota dan jaringan internet.

"Pak, saya tidak takut virus korona, tapi saya takut apabila saya sakit gegar otak. Tugas tiap hari
mengalir seperti banjir bandang tiada henti. Saya ingin segera sekolah saja Pak Guru," itulah
pernyataan berantai yang  muncul di media sosial. Ternyata pembelajaran daring yang sudah
berjalan, di ranah praksis banyak menimbulkan permasalahan.
 
Tentu saja alangkah tidak bijak kalau serta merta menyalahkan para guru. Dalam situasi darurat,
guru waktu itu harus bertindak cepat agar pembelajaran bisa berjalan efektif. Ponsel yang semula
hanya sebagai media komunikasi, sekarang  bermulti fungsi. Termasuk dalam memberikan
materi dan tugas dalam durasi yang sangat pendek. 

Apresiasi layak diberikan kepada guru, sekolah, dan peserta didik karena mereka bisa
beradaptasi dengan cepat. Namun, seiring berjalannya waktu semua pihak perlu mengevaluasi
pembelajaran daring tersebut agar tujuannya bisa tercapai secara optimal. 

Beban Terukur

Banyaknya tugas dari guru seringkali menjadi keluhan dalam pembelajaran daring. Beban belajar
peserta didik tentunya harus diperhitungkan, terukur, baik secara materi maupun waktu.
Tentunya perlu diingat bahwa pembelajaran di kelas tidak setiap saat diisi dengan tugas atau
mengerjakan soal dalam jumlah banyak. Guru bisa memberikan tugas mengamati, mencoba, dan
menganalis, sehingga lebih menarik dan menantang.

Meskipun pembelajaran jarak jauh, sapaan, respon, dan umpan balik atau penghargaan terhadap
tugas yang dikerjakan merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. Jangan sampai ada asumsi,
peserta didik merasa diperdayai karena banyaknya tugas yang diberikan, tetapi tidak ada umpan
balik dari guru, seperti pekerjaan yang sudah dikerjakan maksimal tapi guru tidak mengoreksi.

Apresiasi kepada pekerjaan peserta didik perlu diberikan guru agar tujuan pembelajaran bisa
tercapai. Salah satu tujuan pembelajaran termasuk daring ini adalah pencapaian kompetensi
peserta didik yang dikenal dengan 4 C, yaitu Critical thinking (berpikir kritis) yang mengarahkan
peserta didik untuk untuk dapat menyelesaikan masalah (problem solving). 

Creativity thinking (berpikir kreatif) dapat dimaknai guru dapat mendampingi peserta didik yang
memiliki kreativitas tinggi mampu berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi atau
perspektif.

Collaboration (bekerja sama atau berkolaborasi). Aktivitas ini penting diterapkan dalam proses
pembelajaran agar peserta didik mampu dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam
kehidupannya mendatang.

Communication (berkomunikasi) dapat  dimaknai sebagai kemampuan peserta didik  dalam


menyampaikan ide dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif (Direktorat PSMK, 2019). 

Tugas pembelajaran daring yang diberikan  kepada peserta didik selayaknya menuju kecakapan
abad 21 tersebut. Aplikasi ponsel seperti WhatsApp bukan lagi sekadar sarana memberi
informasi searah. Tetapi targetnya yaitu sebagai sarana membangun berbagai kecakapan dalam
4C.

Pandemi Covid-19 kiranya bisa menjadi pintu masuk  untuk mengubah pembelajaran tekstual
menjadi kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan
antara materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan dapat menemukan
dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru sesuai dengan pengetahuan yang
mereka miliki. Dengan demikian, mereka akan lebih memahami dan lebih memaknai
pengetahuannya.

Dalam pelajaran matematika bisa diasah kemampuan membuat grafik perkembangan pandemi
Covid-19 beserta prediksinya. Melalu pelajaran seni budaya bisa dilatih menganalisis dampak
Covid-19 terhadap perkembangan seni pertunjukan dan alternatif solusinya. Dalam pelajaran
Bahasa Indonesia dilatih membuat proposal menggali dana bantuan untuk penanggulangan
pandemi Covid-19 atau membuat puisi, artikel, cerpen diharmonikan dengan situasi yang baru
terjadi. 

Dengan demikian, ketika peserta didik diasah kemampuannya untuk melihat dunia nyata dan
memviralkan kepada publik melalui hasil analisisnya, sudah membuktikan nilai penguatan
pendidikan karakter terutama nilai integritas sebagai aspek ungkapan bela rasa maupun empati
kepada sesama.

Harapannya, jangan sampai pembelajaran daring hanya menghasilkan peserta didik sebagaimana
robot yang hanya melulu mengerjakan latihan soal dengan seabreg tugas-tugas tanpa mampu
berpikir dalam level tinggi. 
Untuk itu keberhasilan pembelajaran daring tersebut  perlu adanya kerjasama sinergis antara
guru, sekolah, orang tua, dan peserta didik. Sekolah perlu menaruh kepedulian kepada orang tua
peserta didik yang tidak mampu membeli kuota atau tidak memiliki ponsel memadai dengan
memfasilitasi, agar pembelajaran daring bisa berjalan optimal.

Di samping itu, kesuksesan pembelajaran daring selama masa krisis Covid-19 ini tergantung
pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah di sini perlu membuat skema
dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini
dapat dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk
memudahkan komunikasi orang tua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah
dapat terpantau secara efektif. 

Berikut, 4 Strategi Pembelajaran


Daring di Masa Pandemi Covid-19
7 Mei 2020Narwan Sastra Kelana
18Shares
 Share

 Tweet

 Share

 Email

 Share

Siedoo, Penyebaran pandemi virus Corona (Covid-19) di Indonesia membuat banyak


sekolah menghentikan proses pembelajaran tatap muka. Sebagai gantinya, pembelajaran
dilakukan dengan pembelajaran jarak jauh atau remote learning. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim juga berupaya membangun kerjasama dengan
berbagai pihak yang fokus mengembangkan sistem pendidikan daring (dalam jaringan).
Penerapan pembelajaran daring ini menuntut kesiapan bagi kedua belah pihak, baik itu dari
penyedia layanan pendidikan atau dari peserta didik sendiri. Bagaimanapun juga,
pembelajaran secara daring dan jarak jauh membutuhkan bantuan teknologi yang mumpuni
dan dapat diakses dengan mudah.

Selain itu, para murid juga mesti siap beradaptasi dengan perubahan pembelajaran yang
diatur oleh sekolah. Remote learning dapat dipandang lebih bebas dan fleksibel diakses dari
rumah. Kemudian, bagaimana strategi agar pembelajaran daring dan jarak jauh dapat
dilakukan dengan efektif? Coba simak uraian di bawah ini.
1. Tetapkan manajemen waktu
Atur waktu belajar dengan teratur. Kerjakan dengan fokus tugas yang dibebankan guru atau
dosen. Hal ini lebih mudah dijalani jika pihak sekolah atau universitas memberikan batasan
jadwal akses daring kepada murid-muridnya. Hal ini akan berbeda jika penyedia layanan
pendidikan memberikan fleksibilitas penuh kepada pelajar. Para siswa mesti mengatur
sendiri jadwal belajar mereka.

Bagi orang-orang yang belum terbiasa belajar mandiri, biasanya akan mengerjakan tugas-
tugas sekolah di menit-menit terakhir tenggat waktu yang ditetapkan. Oleh sebab itu,
membiasakan diri untuk belajar dan mengerjakan tugas di awal waktu adalah keterampilan
yang mesti ditanamkan kepada siswa yang melakukan remote learning.
2. Persiapkan teknologi yang dibutuhkan
Para murid harus mengetahui peralatan-peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan
pembelajaran jarak jauh. Tidak semua sekolah sudah menyediakan layanan belajar daring
yang memadai, oleh karenanya beberapa platform belajar daring dapat menjadi alternatif.
Demikian juga perkakas teknologi seperti komputer, gawai pintar, atau tablet menjadi
penting, dan terutama juga jaringan internet yang laik.

3. Belajarlah dengan serius


Kesalahan yang sering dilakukan siswa, sebagaimana dilansir dari Psychology Today adalah
tidak fokus ketika melakukan remote learning. Selama melakukan pembelajaran di internet,
terdapat banyak sekali distraksi yang mengganggu proses pembelajaran. Godaan untuk
menonton video, mengakses media sosial, hingga membaca-baca konten berita secara
impulsif seringkali dilakukan tanpa rencana sebelumnya.
Oleh sebab itu, penting bagi siswa untuk berusaha fokus dan konsisten selama waktu belajar
yang ditetapkan. Hindari segala macam distraksi yang berpotensi mengganggu proses
belajar. Jika memungkinkan, tetapkan ruang khusus untuk belajar dan menjauhkan diri dari
gangguan anggota keluarga yang lain.

4. Jaga komunikasi dengan pengajar dan teman kelas


Bagi yang belum terbiasa melakukan remote learning, ia harus menyesuaikan diri untuk
terus visible dan berkomunikasi tanggap dengan pengajar atau teman kelas lain. Jika
dibutuhkan, perlu juga diadakan grup khusus untuk membahas tugas yang dibebankan
pengajar. Kendati tidak harus dilakukan dengan tatap muka, komunikasi mesti terjalin
dengan baik untuk menghindari kesalah pahaman.
Gunakan momen-momen semacam ini untuk mengasah keterampilan komunikasi daring
yang dilakukan. Jika memang belum yakin dengan hasil tugas yang dikerjakan, segera
hubungi pengajar. Lakukan sesegera mungkin untuk menunjukkan komitmen bahwa kita
serius untuk belajar.

Kendati banyak siswa merasa kesulitan melakukan remote learning, jika sudah terbiasa, hal
ini malah memberi kebebasan dan fleksibilitas tersendiri, yang tidak ditemui pada kegiatan
belajar mengajar di ruang kelas. Di tengah penyebaran wabah Covid-19, pembelajaran daring
semacam ini justru dapat menjadi alternatif jitu sebagai ganti pertemuan kelas atau
pembelajaran tatap muka. (*)

Anda mungkin juga menyukai