Anda di halaman 1dari 4

Tutor Sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu

guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas (Arikunto, 2006: 11). Suherman (2003: 1)
menyatakan bahwa Tutor Sebaya adalah kelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran,
memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang
dipelajarinya. Dedi Supriyadi (1985:36) mengemukakan bahwa tutor sebaya adalah seorang atau
beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi.

Dipandang dari tingkat partisipasi aktif siswa, keuntungan belajar secara berkelompok dengan tutor
sebaya mempunyai tingkat partisipasi aktif siswa lebih tinggi.5 Menurut Thomson proses belajar tidak
harus berasal dari guru ke siswa, melainkan dapat juga siswa saling mengajar sesama siswa lainnya.
Bahkan Anita Lie menyatakan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (tutor sebaya) ternyata lebih efektif
dari pada pengajaran oleh guru. Hal ini disebabkan latar belakang, pengalaman semata) para siswa mirip
satu dengan lainnya dibanding dengan skemata guru.6 Menurut Suharsimi Arikunto adakalanya seorang
siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan yang lain
karena tidak adanya rasa enggan atau malu untuk bertanya, guru dapat meminta bantuan kepada anak-
anak yang

metode tutor sebaya adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan
teman sebaya untuk saling tukar pikiran untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran

Metode tutor sebaya adalah bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada orang lain dengan umur
yang sebaya. Belajar bersama dalam kelompok dengan tutor sebaya merupakan salah satu ciri
pembelajaran berbasis kompetensi, melalui kegiatan berinteraksi dan komunikasi, siswa menjadi aktif
belajar, mereka menjadi efektif. Kerjasama dalam kelompok dengan tutor sebaya dapat dikaitkan
dengan nilai sehingga kerjasama makin intensif dan siswa dapat mencapai kompetensinya.

Pembelajaran dengan metode tutor sebaya memberikan kebebasan kepada siswa yang menjadi tutor
untuk mengembangkan metode dalam menjelaskan materi kepada teman-temannya. Namun demikian,
mereka juga diberi tanggung jawab oleh dosen agar bisa menjelaskan materi pelajaran pada teman
(tutee) yang masih belum paham, sehingga dalam pelaksanaannya tutor bisa lebih leluasa dalam
menyampaikan materi sesuai dengan keinginan tutee. Kondisi pembelajaran yang difasilitasi oleh teman
sebaya yang akrab akan membuat tutee mengikuti kegiatan pembelajaran lebih efektif, karena
mahasiswa akan lebih leluasa untuk mengatur waktu pembelajaran, tujuan-tujuan belajar dan target
penguasaan materi yang diharapkan.

Kriteria Tutor Sebaya


Menurut Djamarah dan Zain (2013:25-26) metode pembelajaran tutor sebaya membutuhkan siswa yang
berperan sebagai tutor. Menentukan siapa yang dijadikan tutor, diperlukan pertimbangan-
pertimbangan tersendiri. Seorang tutor belum tentu siswa yang paling pandai, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan tutor ialah (1) dapat diterima (disetujui) oleh siswa mendapat program
perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya, (2) dapat
menerangkan bahan perbaikan yang diperlukan oleh siswa yang menerima program perbaikan, (3) tidak
tinggi hati, kejam atau keras hati 15 terhadap sesama kawan, (4) mempunyai daya kreativitas yang
cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.
Memperoleh siswa yang memenuhi berbagai persyaratan seperti yang disebutkan diatas memang sukar.
Akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan memberikan petunjuk sejelas-jelasnya tentang apa yang harus
dilakukan. Petunjuk ini memang mutlak diperlukan bagi setiap tutor, karena hanya gurulah yang
mengetahui jenis kelemahan siswa, sedangkan tutor hanya membantu melaksanakan perbaikan, bukan
mendiagnosis.

Mempelajari materi yang akan dibahas

Pada dasarnya kewajiban seorang peserta didik yaitu belajar. Bagi peserta non tutor sebaiknya
meringankan beban temannya yang sebelumnya sudah ditunjuk sebagai tutor untuk mengajar mereka
dengan cara ia juga belajar mandiri materi yang akan dibahas sebisanya, jika sekiranya ada materi yang
mungkin ingin ditanyakan bisa ditanyakan saat diskusi kepada tutornya dengan begitu ia telah
menghargai jerih payah temannya sebagai tutor. Dengan bertanya dan menyanggah materi yang
diberikan tutor, ia sudah berperan aktif dalam kelompok belajar dan membuat sebuah pembelajaran
yang efisien.

Menggunakan Bahasa yang sopan saat berdiskusi

Menggunakan Bahasa yang sopan saat berdiskusi bias menjadi solusi untuk mencapai cara
berkomunikasi yang baik dengan teman sebaya, tidak hanya itu, menghargai pendapat orang lain juga
termasuk dalam berkomunikasi yang baik. Cara menghargai Pendapat yang masuk. Dengan cara
membiarkan si pemberi pendapat menyelesaikan argumennya tanpa dipotong, jika sekiranya pendapat
yang diberikan kurang pas, diberikan lagi sebuah masukan/ kritik yang membangun dengan Bahasa yang
sopan, baik, dengan tidak marah-marah, tidak meninggikan suara atau bahkan membodoh-bodohkan si
pemberi pendapat. Hanya sebuah kritik dan saran saja tanpa hujatan. Pada dasarnya setiap orang
memiliki pendapat masing-masing, apapun yang akan menjadi kesimpulan, pendapat siapa yang lebih
diterima kelompok hendaknya diterima dengan hati ikhlas dan bertanggung jawab.

Tidak bercanda saat pembelajaran berlangsung

Bersosialisasi yang baik dengan teman sebaya bias dengan tidak bercanda berlebihan agar terhindar dari
kesalahpahaman yang mungkin terjadi. Tidak sombong dan tidak membeda-bedakan antar teman juga
perlu diterapkan untuk bisa saling mengerti dan meghargai sesama teman dengan begitu tercipta
lingkungan social yang baik.

Evaluasi hasil belajar

Menurut Oemar Hamalik (2015: 161-163), Ada 3 sasaran evaluasi hasil belajar, yaitu

1. Pemahaman
Dengan diberikan pertanyaan-pertanyaan secara terbuka di dalam kelas,
2. Sikap
3. keterampilan

cara mengevaluasi keberhasilan peserta didik dengan tes formatif yaitu seperti post-test atau tes
diakhir pembelajaran untuk setiap kelompok untuk menguji pengetahuan/pemahamannya

Langkah-langkah Metode Tutor Sebaya


Menurut Hamalik (2017: 163), tahap-tahap kegiatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan
metode tutor sebaya adalah sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

a) Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang dalam bentuk sub pokok
bahasan. Setiap sub pokok 44 bahasan berisi tentang judul, tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk
pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan.

b) Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor sebaya. Jumlah tutor
sebaya yang ditunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang akan dibentuk.

c) Mengadakan latihan bagi para tutor. Latihan diadakan dengan cara latihan kelompok kecil dimana
dalam hal ini yang mendapatkan latihan hanya siswa yang akan menjadi tutor.

d) Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4-7 orang. Kelompok ini
disusun berdasarkan variasi tingkat kecerdasan siswa. Kemudian tutor sebaya yang telah ditunjuk di
sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Setiap pertemuan guru memberikan pengantar terlebih dahulu tentang materi yang diajarkan.

b) Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota kelompoknya secara
bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti, demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika
ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, barulah tutor meminta bantuan guru.

c) Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindahpindah dari satu kelompok ke kelompok yang
lain untuk memberikan bantuan jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya.

3) Tahap Evaluasi

a) Setelah kegiatan pembelajaran dilakukan, guru memberikan soal-soal latihan kepada anggota
kelompok untuk mengetahui apakah tutor sudah menjelaskan tugasnya atau belum.

b) Mengingatkan tutor untuk mempelajari sub pokok bahasan selanjutnya di rumah.

Dari pendapat Hamalik di atas, dapat diambil suatu konsep bahwa ada 3 tahap dalam penggunaan
metode tutor sebaya, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.

Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya


Arikunto dalam Amirudin (2010:20) mengungkapkan keunggulan metode pembelajaran Tutor Sebaya
yaitu:

(a) hasilnya lebih baik bagi siswa yang mempunyai perasaan takut gurunya,

(b) bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas,

(c) bagi tutor melatih tanggung jawab,

(d) mempererat hubungan antar siswa.


Sedangkan kekurangan metode pembelajaran Tutor Sebaya yaitu:

(a) siswa yang dibantu sering kali kurang serius,

(b) siswa yang merasa malu atau enggan untuk bertanya,

(c) pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan,

(d) bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor sebaya.

Anita Lie (2004) dalam bukunya Cooperative Learning menyatakan bahwa pengajaran oleh tutor sebaya
ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. Hal ini disebabkan latar belakang dan pengalaman
para siswa mirip satu dengan lainnya dibanding dengan guru. Penjelasan tutor sebaya kepada temannya
mungkin lebih bermakna dibandingkan guru, karena siswa melihat masalah dengan cara yang berbeda
dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab dan sederhana sehingga
mudah dipahami teman-temannya.

Dengan menjadi tutor sebaya, siswa difasilitasi untuk mengaktualisasikan kompetensi, bakat dan minat
yang dimilikinya. Selain itu, siswa juga diberikan kesempatan dan didorong untuk mempelajari sesuatu
dengan baik, dan pada waktu yang sama ia menjadi narasumber bagi yang lain. Tutor Sebaya akan
merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya serta apa yang telah dipelajari dan
diperolehnya atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Hal ini secara tidak langsung dapat
memperkuat citra dan jati dirinya sebagai individu yang berkualitas, mandiri dan dapat dihandalkan.

Perbedaan belajar aktif dan pasif menurut Bobby de Potter dan Mike Hernacki seperti dikutip oleh Heni
Purwanti (2006: 25) dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Perbedaan Belajar Aktif dan Belajar Pasif
BELAJAR AKTIF BELAJAR PASIF Belajar apa saja dari setiap situasi Tidak dapat melihat adanya potensi
belajar Menggunakan apa yang dipelajari untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan Mengabaikan
kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar Mengupayakan agar segalanya
terlaksana Membiarkan segalanya terjadi Bersandar pada kehidupan Menarik diri dari kehidupan
(Sumber: Heni Purwanti (2006: 25)) Berdasarkan pada perbedaan tersebut, seorang siswa aktif dalam
belajar jika

Simpulan
Penulis menyimpulkan bahwa metode pembelajaran tutor sebaya dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan agar mencapai siswa yang aktif sebagai mana yang di harapkan dalam kurikulum 2013.
Begitu juga banyak kelebihan secara mental, antara lain yang biasanya anak kurang mengerti dengan
materi dan enggan atau malu bertanya pada guru, maka dalam metode ini siswa diharapkan dapat
bertanya tanpa ada rasa enggan atau takut karena bertanya pada teman sepermainannya. Begitu juga
untuk siswa yang ditunjuk sebagai ketua untuk masing-masing kelompok dapat meningkatkan rasa
tanggung jawabnya kepada teman-teman. Meskipun disisi lain ada beberapa faktor juga yang dapat
menghalangi berjalannya metode tutor sebaya ini.

Anda mungkin juga menyukai