Anda di halaman 1dari 15

Strategi

Pembelajaran
Kooperatif
Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Biologi

Oleh : Suci Novany


Nim : 0310193128

Dosen Pengampu : Indayana Febriani Tanjung, M.Pd

Aldi suhendra
Strategi Pembelajaran Biologi
Program Studi Tadris Biologi
Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

“STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF”


Cooperative learning atau belajar secara kooperatif adalah
penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan
mereka sebuah atau beberapa tugas. Model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa
bekerja bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil untuk
membantu satu sama lain dalam belajar. Pembelajaran kooperatif
didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-
sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap aktivitas belajar
kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri.
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization)

Menurut Slavin (2005) tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran


kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi
kesulitan belajarsiswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya
lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada model
pembelajaran TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi
pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa
ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota
kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan
jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Masing-masing anggota diberi tes individu tanpa bantuan dari anggotayang
lain. Selama menjalani tes individu ini, guru harus memperhatikan setiap siswa.
Skor tidak hanya dinilai oleh sejauh mana siswa mampu menjalani tes itu, tetapi
juga sejauh mana mereka mampu bekerja secara mandiri (tidak mencontek).
Penghargaan (reward) diberikan kepada kelompok yang mampu menjawab
soal-soal dengan benar lebih banyak dan mampu menyelesaikan PR dengan baik.
Guru memberikan poin tambahan (extra point) kepada siswa yang mampu
memperoleh nilai rata-rata yang melebihi KKM pada ujian final.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe TAI
(Team Assisted Individualization)

1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi


pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru;
2. Guru memberikan kuis (pretest) secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal;
3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan
(tinggi,sedang dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender;
4. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam
diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban
teman satu kelompok;
5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari;
6. Guru memberikan kuis (posttest) kepada siswa secara individual;
7. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).
2. Model Pembelajaran Teams Games Tournaments ( TGT )

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu


tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran
siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT)
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan
Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang
belajar.
beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan
bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams
games tournament (TGT) hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali
satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan
turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili
timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka
yang lalu.
Langkah-langkah pembelajaran TGT

 Langkah 1: Tahap Menyampaikan Informasi (Presentasi Klasikal)


Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran seperti biasa, bergantung pada karakteristik materi yang sedang
disampaikan dan ketersediaan media di sekolah yang bersangkutan. Pada kesempatan ini guru harus memberitahu
siswa agar cermat mengikuti proses pembelajaran karena informasi yang diterimanya pada fase ini sangat bermanfaat
untuk bisa menjawab kuis pada fase berikutnya dan skor kuis yang akan diperoleh sangat menentukan skor tim
mereka.
 Langkah 2: Tahap Pembentukan Tim atau Pengorganisasian Siswa (Kelompok)
Pada fase ini, guru membentuk kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-6 orang siswa, terdiri dari siswa
berkemampuan tinggi, sedang dan kurang. Fungsi kelompok disini adalah untuk mengarahkan semua anggota untuk
belajar mengkaji materi yang disampaikan oleh guru, berdiskusi, membantu anggota yang kemampuan akademiknya
kurang sehingga mereka secara tim nantinya siap untuk mengikuti kuis.
 Langkah 3: Tahap Permainan (Game Tournament)
Pada fase ini, guru membuat suatu bentuk permainan. Materinya terdiri dari sejumlah pertanyaan yang relevan dengan
materi ajar yang disampaikan oleh guru pada fase sebelumnya untuk menguji kemajuan pengetahuan siswa setelah
memperoleh informasi secara klasikal dan hasil latihan di kelompoknya.
 Langkah 4: Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok
Skor kelompok diperoleh dengan cara menjumlahkan skor anggota setiap kelompok, kemudian dicari rata-ratanya.
Berdasarkan skor rata-rata kelompok akan diperoleh gambaran perbedaan prestasinya. Dari skor rata-rata kelompok ini
guru dapat memberikan penghargaan kepada setiap kelompok berdasarkan kriteria.
Dari sintaks pembelajaran di atas tampak bahwa pengetahuan tidak bersumber dari guru, akan tetapi siswalah yang
secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri bersama anggota kelompoknya sesuai dengan prinsip-prinsip
teori belajar konstruktivisme. Dengan demikian, guru hanya berperan sebagai fasilitator agar terjamin kondisi yang
baik untuk pembelajaran.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran TGT

Kelebihan: Kekurangan:
• lebih meningkatkan pencurahan • Bagi Guru
waktu untuk tugas Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai
kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan
• Mengedepankan penerimaan terhadap ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai
perbedaan individu pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian
• Dengan waktu yang sedikit dapat kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh
siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang
menguasai materi secara mendalam sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru
• Proses belajar mengajar berlangsung mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
dengan keaktifan dari siswa
• Mendidik siswa untuk berlatih • Bagi Siswa
bersosialisasi dengan orang lain Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang
terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa
• Motivasi belajar lebih tinggi lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru
• Hasil belajar lebih baik adalah membimbing dengan baik siswa yang
mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat
• Meningkatkan kebaikan budi, dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa
kepekaan dan toleransi yang lain.
3. Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC
(Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis)

Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara
kooperatif–kelompok. Model pembelajaran CIRC ini merupakan model pembelajaran khusus
Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok
pikiran atau, tema sebuah wacana/kliping. Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran
terpadu, pada masing-masing siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap
anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan
menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang
lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar
(SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial
dengan lingkungan.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut


• Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
• Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
• Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan
terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
• Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.Guru dan siswa membuat kesimpulan
bersama.
• Penutup.
Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC)

Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:


• Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak;
• kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
• seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat
bertahan lebih lama;
• pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
• pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
• pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis,
optimal dan tepat guna;
• menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek
terhadap gagasan orang lain;
• membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar
(Saifulloh, 2003).
 
Kekurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa,
sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain
yang menggunakan prinsip menghitung.
4. Model Pembelajaran Inside-outside circle (IOC)

Model Pembelajaran Lingkaran dalam dan Luar Inside-outside circle (IOC) adalah model pembelajaran
dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar, dimana siswa saling membagi informasi pada saat
yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sintaknya adalah separuh
dari jumlah siswa membentuk  lingkaran  kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran
besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang
berada di lingkran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan
seterusnya.
Langkah-Langkah:
• Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil
dan menghadap keluar.
• Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar Kelebihan dan
lingkaran pertama dan menghadap ke dalam. Kekurangan :
• Kelebihan penggunaan Model IOC ini adalah,
• Kemudian dua siswa yang berpasangan dari
siswa akan mudah mendapatkan informasi
lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
yang berbeda-beda dan beragam dalam waktu
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua
bersamaan.
pasangan dalam waktu yang bersamaan.
• Siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, •
Sedangkan kekurangan penerapan Model
sementara siswa yang berada di lingkaran besar
IOC adalah membutuhkan ruang kelas yang
bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam,
besar, terlalu lama sehingga tidak konsentrasi
sehingga masing-masing siswa mendapatkan
dan disalah gunakan untuk bergurau, dan
pasangan baru.
• rumit untuk dilakukan.
Giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang
membagi informasi. Demikian seterusnya.
5. Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual)

SAVI merupakan singkatan dari Somatic, Auditory, Visual dan Intellectual. SAVI adalah model
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki
peserta didik. Terdapat empat unsur dalam pembelajaran SAVI yaitu Somatis (belajar dengan bergerak dan
berbuat), Auditori (belajar dengan mendengar dan berbicara), Visual (belajar dengan mengamati dan
menggambarkan) dan Intelektual (belajar memecahkan masalah).
 
Kelebihan Model Pembelajaran SAVI
• Meningkatkan kecerdasan peserta didik secara terpadu dan secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan
aktivitas intelektual. 
• Ingatan siswa terhadap materi yang dipelajari lebih kuat
• Suasana dalam pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga tidak bosan dalam
belajar. 
• Memupuk kerja sama, dan diharapkan siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa lain yang kurang pandai.
• Menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif. 
• Mampu meningkatkan kreativitas dan kemampuan psikomotor siswa.
• Memaksimalkan konsentrasi siswa. 
• Siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat.
• Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya. 
 
Kekurangan Model Pembelajaran SAVI
• Penerapan pembelajaran ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan
harus sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga membutuhkan biaya pendidikan yang relatif besar. Karena siswa
terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga kesulitan menemukan jawaban atau-pun gagasannya sendiri
Unsur-Unsur Model Pembelajaran SAVI

• Somatis 
Somatic berasal dari bahasa yunani yang berarti tubuh. Belajar somatis berarti belajar dengan indera
peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu belajar secara berkala
• Auditory 
Pikiran auditory lebih kuat dari apa yang kita sadari. Telinga bekerja terus menerus menangkap dan
menyimpan informasi auditory. Dan ketika membuat suara sendiri dengan berbicara, maka beberapa area
penting di otak pun menjadi aktif. Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditory yang
kuat dalam diri pembelajar, maka dengan cara mendorong pembelajaran untuk mengungkapkan dengan
suara.
• Visual 
Ketajaman setiap orang itu kuat, disebabkan oleh pikiran manusia lebih merupakan prosesor citra dari
prosesor kata. Citra karena konkrit mudah untuk di ingat dan kata, karena abstrak sehingga sulit untuk di
simpan. Di dalam otak banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang
lain. Pembelajaran visual belajar paling baik jika dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta
gagasan, ikon, gambar dan gambar dari segala macam hal ketika sedang belajar. Dengan membuat yang
visual paling tidak sejajar dengan yang verbal sehingga dapat membantu pembelajar untuk belajar lebih
• Intelektual 
Intelektual adalah bagian dari yang merenung, mencipta, memecahkan masalah yang membangun makna.
Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir,
menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Pada intelektual identik dengan
melibatkan pikiran untuk menciptakan pembelajarannya sendiri. Belajar bukanlah menyimpan informasi
tetapi menciptakan makna., pengetahuan dan nilai yang dapat dipraktikkan oleh pikiran belajar.
Langkah-langkah Model Pembelajaran SAVI

1. Tahap Persiapan (Preparation) 


Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar, memberi mereka
peranan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkan mereka
dalam situasi optimal untuk belajar. Hal-hal yang dilakukan pada tahap persiapan adalah
sebagai berikut:
• Melakukan apersepsi dan menjelaskan tujuan pembelajaran (auditori)
• Membagi kelas dalam beberapa kelompok (somatis).
• Membangkitkan minat, motivasi siswa dan rasa ingin tahu siswa (auditori).

2. Tahap penyampaian (Presentation) 


Tahap penyampaian mempunyai tujuan untuk membantu siswa menemukan materi
belajar yang baik dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
• Menyampaikan materi dengan cara memberi contoh nyata (somatis dan auditori).
• Dari contoh guru menjelaskan materi secara rinci (auditori).
3. Tahap Pelatihan (practice) 
Tujuan tahap penelitian membantu siswa mengintegrasikan dan memadukan pengetahuan atau
keterampilan baru dengan berbagai cara yaitu mengajak siswa berpikir, berkata dan berbuat mengenai
materi yang baru dengan aktivitas pelatihan pemecahan soal. Adapun langkah-langkahnya yaitu
sebagai berikut :
• Memberikan lembar soal untuk diselesaikan dengan berdiskusi sesuai dengan kelompoknya
masing-masing (visual dan intelektual).
• Meminta beberapa siswa mewakili kelompok untuk menampilkan hasil pekerjaanya dan meminta
yang lain menanggapi hasil pekerjaan temannya dan memberi kesempatan untuk bertanya
(somatis, auditori, visual, intelektual).
• Menilai hasil pekerjaan siswa dan meralat jawaban apabila terdapat kesalahan terhadap hasil
pekerjaannya (auditori).

4. Tahap Penampilan (Performance) 


Tujuan dalam penampilan hasil adalah membantu pelajar menerapkan dan mengembangkan
pengetahuan serta kererampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga pembelajar tetap melekat dan
prestasi terus meningkat. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap penampilan adalah sebagai
berikut: 
• Memberi suatu evaluasi yang berupa lembar soal untuk mengetahui dan mengembangkan tingkat
pemahaman serta keterampilan siswa setelah proses pembelajaran (somatis dan intelektual).
• Menegaskan kembali materi yang telah diajarkan kemudian menyimpulkan dan memberikan PR
Sekian & Terima
Kasih
Semoga Bermanfaat

Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai