Anda di halaman 1dari 10

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah satu

pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil serta kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai

enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Dalam pembelajaran kooperatif akan tercipta sebuah interaksi yang

lebih luas yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan

peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik dengan

guru. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan

dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan dengan asal-asalan.

Pelaksanaan prinsip dasar pokok system pembelajaran kooperatif dengan

benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam

proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada peserta didik. Peserta

didik dapat saling membelajarkan sesame peserta didik lainnya. Pembelajaran

oleh rekan sebaya lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru.

Strategi pembelajran kooperatif merupakan serangkian kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik di dalam kelompok, untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat empat hal

penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta didik
7

dalam kelompok, (2) adanya aturan main dalam kelompok, (3) adanya upaya

belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh

kelompok.

Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana peserta didik dapat

bekerja sama dalam kelompok,tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi

kooperatif merupakan bagian dari peserta didik untuk mencapai tujuan

kelompok. Peserta didik harus merasakan bahwa mereka akan mencapai

tujuan, maka peserta didik lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan,

artinya tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesama anggota

kelompoknya. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode atau

pendekatan, diantaranya: STAD (student team achievement division), Jigshaw,

investigasi kelompok (group investigation),, model make a Tach (membuat

pasangan), TPS (think pair and share), TGT (team games tournament), NHT

(numbered heads together).

B. Model Pembelajaran TGT (Team Games Tournament)

Metode TGTcdikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan

Keith Edward. Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antar

kelompok dengan mengembangkan kerjasama antar personal. Dalam

pembelajaran TGT peserta didik memainkan permainan dengan anggota-

anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.

Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran.


8

Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan

dengan metode STAD dalam pembentukan kelompok dan penyampaian materi

kecuali satu hal, TGT menggunakan turnamen akademik dan menggunakan

kuis-kuis system skor kemajuan individual, dimana peserta didik berlomba

sebagai wakil tim mereka dengan tim lain yang kinerja akademik sebelumnya

setara mereka. Teman satu tim atau kelompok akan saling membantu dalam

memperseiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan

dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu peserta didik

sedang bermain game atau permainan, teman yang lain tidak boleh membantu,

dan guru perlu memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Dalam

pembelajaran kooperatif tipe TGT ini peserta didik sebelumnya telah belajar

secara individual, untuk selanjutnya belajar kembali dalam kelompok masing-

masing. Dan kemudian mengadakan turnamen atau lomba dengan anggota

kelompok lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya.

TGT adalah salah satu pembelajran kooperatif yang menenmpatkan

peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai

6 peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau

ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan peserta didik bekerja dalam

kelompok mereka masing-masing. Kemudahan penerapan TGT ini disebabkan

dalam pelaksanaannya tidak adanya fasilitas atau ruangan khusus. Selain

mudah diterapkan dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh

peserta didik untuk memperoleh konsep yang diinginkan.


9

Langkah-langkah model pembelajaran TGT secara umum ada lima

komponen utama dalam penerapan ,model TGT, yaitu:

1. Penyajian kelas (Class Presentations)

2. Belajar dalam kelompok (Teams)

3. Permainan (Games)

4. Pertandingan atau lomba (Tournament)

5. Penghargaan kelompok (Team Recognition)

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai

berikut:

1. Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas

(berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran,

tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut

aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.

2. Dengan model pembelajaran ini akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan

saling menghargai sesama anggota kelompoknya.

3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat

mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan

sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.

4. Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik menjadi lebih

senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa

tournament dalam model ini.

Kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah

sebagai berikut:
10

1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat

lama.

2. Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi

pelajaran yang cocok untuk model ini.

3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan sangat baik sebelum

diterapkan. Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen atau loba,

dan guru harus tahu urutan akademis peserta didik dari yang tertinggi

hingga terendah.

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model

pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa

tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai

tutor sebaya,mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan

semangat belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan

permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT

memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan

tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan

belajar.

C. Keaktifan dalam Pembelajaran Merakit Personal Komputer

Menurut Sunaryo dalam Sukestiyarno (2000), untuk mencapai aktivitas

maksimal belajar siswa, dalam pembelajaran harus ada komunikasi yang jelas

antara guru dengan siswa, sehingga kegiatan belajar oleh siswa dapat berdaya

guna dalam mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas siswa dalam

pembelajaran bisa positif maupun negatif. Aktivitas siswa yang positif


11

misalnya; mengajukan pendapat atau gagasan, mengerjakan tugas atau soal,

komunikasi dengan guru secara aktif dalam pemebelajaran dan komunikasi

dengan sesama siswa sehingga dapat memecahkan suatu permasalahan yang

sedang dihadapi, sedangkan aktivitas siswa yang negatif, misalnya menganggu

sesama siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas, melakukan kegiatan

lain yang tidak sesuai dengan pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru.

Aktivitas belajar Komputer dan Jaringan Dasar adalah proses

komunikasi antara siswa dan guru dalam lingkungan kelas baik proses akibat

dari hasil interaksi siswa dan guru, siswa dengan siswa sehingga menghasilkan

perubahan akademik, sikap, tingkahlaku dan keterampilan yang dapat diamati

melalui perhatian siswa, kesungguhan siswa, kedisiplinan siswa, keterampilan

bertanya/menjawab siswa.

D. Keterampilan Proses Pembelajaran Komputer dan Jaringan dasar

Dari pengertian belajar oleh Peaget dalam dalam Sukestiyarno (2000),

yaitu belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang

lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Dengan

demikian proses belajar merupakan proses seseorang menemukan struktur

pemikiran yang lebih umum. Melihat Bruner dalam buku Direktorat

Pendidikan Lanjutan Pertama (2004), belajar adalah merupakan suatu proses

aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar

informasi yang diberikan kepada dirinya. Jadi, proses belajar merupakan

proses aktif seseorang untuk menemukan suatu informasi.

Menurut Syah dalam Sukestiyarno (2000), dijelaskan keterampilan


12

berproses disini dimaksudkan kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku

proses aktif yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan

keadaan strategi pembelajaran yang disusun untuk mencapai hasil tertentu.

Selanjutnya dijelaskan bahwa keterampilan bukan hanya meliputi gerakan

motorik saja melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat

kognitif.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ketrampilan berproses

adalah suatu tuntutan proses aktif siswa dalam melakukan suatu kegiatan

secara motorik yang merupakan pengejawantahan fungsi mental yang

dilakukan oleh siswa dan dirancang secara sistematis strategi pembelajarannya

oleh pengajar untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu secara optimal.

a. Prestasi Belajar

Menurut Winkel (1991:42), hasil belajar merupakan bukti

keberhasilan yang telah dicapai siswa di mana setiap kegiatan belajar

dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas.Dalam hal ini hasil

belajar meliputi keaktifan, ketrampilan proses, motivasi, juga prestasi

belajar.

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan

secara efektif. Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan siswa

mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian

hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektifan

mengajarnya, apakah pendekatan dan media yang digunakan mampu


13

membantu siswa mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Tes hasil

belajar yang dilakukan oleh setiap guru dapat memberikan informasi

sampai dimana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai siswa

dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

b. Dasar Kompetensi Komputer dan Jaringan Dasar

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

Tahun 2003 Bab IX Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 35 ayat

1 dan 2 bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas :

a. Standar Isi

b. Standar Proses

c. Standar Kompetensi Lulusan

d. Tenaga Kependidikan

e. Sarana dan Prasarana

f. Pengelolaan

g. Pembiayaan, dan

h. Penilaian Pendidikan

Standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi

minimal untuk mencapai kompetensi minimal pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu. Yang termasuk dalam Standar Isi adalah :

a. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum,

b. Standar Kompetensi (SK)

c. Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester

dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah.


14

Dasar kompetensi kejuruan merupakan kelompok mata pelajaran yang

terdiri dari beberapa mata pelajaran yang mengandung sejumlah

kompetensi yang menjadi dasar untuk kelompok mata pelajaran

kompetensi kejuruan.

Pada Program Keahlian Teknologi Komunikasi dan Informasi, dasar

kompetensi kejuruan yang diberikan pada siswa adalah merakit PC yang

terdiri dari :

a. Merencanakan kebutuhan dan spesifikasi

b. Merakit Personal Komputer

c. Melakukan keselamatan kerja dalam merakit computer

d. Mengatur komponen PC menggunakan software (melalui setup BIOS

dan aktifasi komponen sistem operasi).

e. Menyambung periferal menggunakan Software

f. Memeriksa hasil perakitan PC dan pemasangan periferal.

E. Kerangka Berpikir

Pembelajaran materi adalah diajarkan kelas X di semester gasal dengan

alokasi waktu 32 x45 menit. Pembelajaran dengan model TGT (Team Games

Tournament) dimulai dengan menanamkan kesadaran diri bahwa siswa baik dalam

kelompok maupun dalam kelas harus bekerjasama dan berkompetisi untuk mau

mengembangkan potensi menambah ketrampilan, melihat kelemahan, mengambil

nilai manfaat, dan kesadaran menentukan pendirian untuk menyemangati diri

sendiri dan teman.

Kegiatan dimulai dengan diberikannya tugas dalam bentuk tugas


15

terstruktur untuk mempelajari materi yang belum diajarkan dikemas dalam CD

interaktif. Untuk mengaktifkan siswa diberi tugas membuat rangkuman, membuat

pertanyaan dari bahan yang dirasa tidak tahu, mengerjakan soal. Semua bahan ada

dalam CD. Untuk menggugah ketrampilan siswa dilakukan review tentang semua

tugas yang siswa kerjakan di luar kelas. Untuk lebih menumbuhkan keaktifan dan

ketrampilan siswa dilakukan pembelajaran kooperatif dengan turnamen. Apabila

keaktifan dan ketrampilan siswa sudah terbentuk dan dapat ditingkatkan akibatnya

prestasi belajarnyapun akan meningkat pula.

F. Hipotesis

Berdasar uraian di atas dengan skenario seperti tersebut di atas dapatlah

dimunculkan hipotesis tindakan: Pembelajaran dengan model TGT (Team Games

Tournament) pada pembelajaran dasar kompetensi kejuruan multimedia dapat

meningkatkan keaktifan, ketrampilan proses, dan prestasi belajar siswa

Anda mungkin juga menyukai