Anda di halaman 1dari 38

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Konsep Teoritis

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar

siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

dirumuskan. Model pembelajaran yangbertujuan untuk mengembangkan

keaktifan siswa, aspek keterampilam sosial sekaligus aspek kognitif dan

aspek sikap siswa.12 Unsur-unsur utama yang terdapat dalam cooperative

learning adalah adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok,

adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang

harus dicapai. Aktivitas pembelajaran dalam cooperative learning

senantiasa dilakukan dalam situasi berkelompok. Tidak ada siswa yang

melakukan kegiatan secara individual, karena memang pembelajaran harus

menciptakan proses kerja sama. Dalam model pembelajaran kooperatif,

siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap

teman satu timnya dapat membuat diri mereka belajar dengan lebih baik.

Sebab, selain karena keinginan untuk berprestasi secara individu, anggota

kelompok juga dituntut untuk dapat berbagi pengetahuan dengan anggota

lain. Supaya individu dalam kelompok termotivasi untuk belajar dengan

baik, maka proses pembelajaran kooperatif hendaknya dirancang dengan

12
Fadilah Qonitah,”Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif TGT Dengan
Permainan Word Square Dan Crossword Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Kemampuan
Memori Siswa Pada Materi System Periodik Unsure Kelas X SMA Batik 2 Surakarta tahun
pelajaran 2012/2013”, Jurnal pendidikan kimia, 2, ( Mret 2013), hal. 126

11
12

tujuan pembelajaran yang jelas sesuai dengan indicator kompetensi yang

harus dicapai.

Pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan benar akan dapat

menimbulkan saling ketergantungan positif antar anggota kelompok.

Selain itu, aktivitas kelompok dilakukan bersama-sama sehingga terjadi

interaksi langsung dengan tatap muka. Interaksi langsung dalam bentuk

tatap muka dapat membangun kebersamaan diantara anggota kelompok

disertai dengan ikatan emosional yang lebih erat. Sikap simpatik dan

empatik diantara para siswa dapat timbul karena adanya interaksi langsung

yang lebih intens. Demikian pula, pembagian tugas dalam kelompok akan

berdampak terhadap tumbuhnya tanggung jawab pribadi masing-masing

anggota. Jika dicermati secara teliti, pembelajaran kooperatif sagat

bermanfaat dalam:

a. Membentuk sikap dan nilai

b. Menyiapkan model tingkah laku prososial

c. Menunjukkan alternative perspektif dan sudut pandang

d. Membangun identitas yang koheren dan terintegrasi

e. Mendorong perilaku berpikir krits, reasoning, dan memecahkan

masalah.

Dalam merancang cooperative learning, seorang guru hendaknya

mempertimbangka aspek-aspek:

a. Interaksi penagajar dengan siswa

b. Interaksi siswa dengan siswa lain


13

c. Spesialisasi materi dan tugas

d. Harapan dan tanggung jawab yang harus dilakukan13

Ada beberapa langkah untuk memulai proses pembelajaran

kooperatif, mulai dari menjelaskan materi, membuat siswa bealajar dalam

kelompok membuat penialain, dan memberikan pengahargaan.14 Lebih

rincinya lagi langkah-langkah cooperative learning menurut Stahl dan

Slavin yaitu:

a. Dosen merancang rencana program pembelajaran

b. Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, dosen merancang lembar

observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi yang akan

digunaka untuk kegiatan mahasiswa dalam belajar secara bersama

dalam kelompok-kelompok kecil.

c. Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasiswa, dosen

mengarahkan dan membimbing mahasiswa, baik secara individual

maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai

sikap dan perilaku mahasiswa selama kegiatan belajar berlangsung.

d. Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari masing-

masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat

diskusi kelas ini, dosen bertindak sebagai moderator.15

13
Sutirman, Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013), hal. 29-31
14
Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid, (Jogyakarta:
DIVA Press, 2013), hal.110
15
Prof.Dr.H. Tukiran, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hal .63
14

a. Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

Metode pembelajaran Team Games Tournament (TGT)

merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah

diterapkan yang didalamnya terdapat permainan kompetisi serta

penguatan.16 Pada pembelajaran Team Games Tournament (TGT)

siswa akan berkompetisi dalam perwakilan sebagai wakil dari

kelompoknya..17 Teams Games Tournament (TGT) lebih tepat untuk

megajar obyek yang didefinisikan secara baik dengan satu jawaban

benar seperti konsep dan fakta ilmu pengetahuan. Pada metode Teams

Games Tournament (TGT) peserta didik berkompetisi dalam

permainan sebagai wakil dari kelompoknya.18

Langkah – langkah Model Pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT)

Langkah-langkah pembelajaran TGT modifikasi dari Robert E.

Slavin (2008:158) bahwa TGT terdiri dari siklus reguler dari aktivitas

pengajaran, sebagai berikut:

16
Hans Fithria Fajrin, Studi Komparasi Model pembelajaran Student Teams Achievement
Division (stad) Dengan Teams Games Tournament (tgt) Ditinjau Dari Kemampuan Analisis
Terhadap Prestasi Belajar Siswa (Pokok Bahasan Sistem Periodik Unsur Kelas X Semester Gasal
SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Pelajaran 2015/2016). hal. 100
17
Ratna Tri Widyawati, Studi Komparasi Model Pembelajaran Teams Games
Tournaments (tgt) Dan Students Teams Achievement Divisions (stad) Terhadap Prestasi Belajar
Pada Materi Pokok Termokimia Ditinjau Dari Motivasi Belajar Kimia Siswa Kelas XI SMA
Muhammadiyah 1 karanganyar Tahun pelajaran 2015/ 2016.hal. 62
18
Anisa sekar palupi, Studi Komparasi Metode Pembelajaran Teams Games Tournament
(tgt) Dengan Media Ular Tangga Dan Teka-teki Silang Terhadap Prestasi Belajar Pada Materi
Pokok Sistem Koloid Siswa Kelas XI Semester 2 Sma negeri 1 sambungmacan Tahun pelajaran
2014/2015. hal. 20
15

1) Presentasi Kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam

penyajiankelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung

atau dengan ceramah, dan diskusi yang dipimpin guru. Disamping

itu, guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang

harus dilakukan siswa,dan memberikan motivasi. Pada saat

penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan

memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu

siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat

game/turnamen karena skor game/turnamen akan menentukan skor

kelompok.

2) Belajar Kelompok (Tim)

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil.

Siswa bekerjadalam kelompok yang terdiri atas 3 sampai 5 orang

yang anggotanya heterogen dilihat dari kemampuan akademik,

jenis kelamin, dan ras atau etnik yang berbeda. Dengan adanya

heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi

siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan

lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai

materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa

kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat

menyenangkan. Pada saat pembelajaran, fungsi kelompok adalah

untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan

lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja

dengan baik dan optimal pada saat game/turnamen. Setelah guru


16

menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran, kelompok

berdiskusi dengan menggunakan modul. Dalam kelompok terjadi

diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan

jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah

dalam menjawab.

3) Persiapan Permainan/Pertandingan

Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang

berhubungan dengan materi, bernomor sebanyak jumlah siswa

yang ada. Kemudian guru mempersiapkan alat-alatuntuk

permainan, yaitu: kartu permainan yang dilengkapi nomor,

pertanyaan baik dalam bentuk essay ataupun pilihan ganda.

4) Permainan/Pertandingan (Games/Tournamen)

Game/Turnamen terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang

dirancang untuk menguji pengetahuan yang diperoleh siswa dari

penyajian kelas dan belajar kelompok. Tiap kelompok (tim)

mendapat kesempatan untuk menjawab soal yang tertera pada kartu

bernomor yang tersedia pada meja yang ada di depan kelas.19

Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran TGT.20

Adapun kelebihan dari model pembelajaran TGT ini adalah

sebagai berikut:

1. Pembelajaran akan lebih menarik karena menggunakan kartu.

19
Ni Putu Sri Dianti1, Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair
Share dan Teams Games Tournament Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas VIII
SMP N 1 Sawan Tahun Ajaran 2015/2016. hal. 6
20
Istarani, 58 Model Pembelajaran Inovatif ( Yogyakarta: Media Persada,2014), hal
.242
17

2. Belajar lebok aktraktif karena dilakukan dalam bentuk

permainan yang mengarah pada suatu permainan.

3. Baik digunakan dalam menunjukkan prestasi.

4. Dapat memacu aktivitas belajar siswa agar lebih aktif

5. Dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam proses

pembelajaran.

6. Dapat mengembangkan persaingan yang sehat dalam

pembelajaran.

Adapun kekurangan model TGT ini adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan waktu yang cukup lama.

2. Harus dilakukan secara berkesinambungan.

3. Materi kurang tertanam baik dalam kepala siswa untuk dihafal

atau diingat kembali.

b. Kooperatif Tipe Talking Chips (TC)

Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips (TC) adalah

metode struktural yang mengembangkan hubungan timbal balik antar

anggota kelompok dengan didasari kepentingan yang sama dalam

menyampaikan ide, mengklarifikasi pernyataan, mengklarifikasi ide,

merespon ide, merangkum, mendorong partisipasi anggota yang

lainnya, memberikan penghargaan untuk ide yang dikemukakan

anggota yang lainnya dengan mengatakan hal yang positif dengan

menggunakan kancing sebagai tiket untuk melakukan kontribusi

tersebut dalam proses pembelajaran.


18

Lie (2010 : 64) mengembangkan langkah-langkah yang harus

dilakukan oleh guru pada pelaksanaan model kooperatif tipe talking

chips dengan istilah kancing gemerincing adalah sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan suatu kota kecil yang berisi kancing-kancing

(bisa juga benda-benda kecil lainnya, seperti kacang merah merah,

biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim

dan sebagainya.

2. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dan masing-

masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah

kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).

3. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat,

dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya di

tengah-tengah.

4. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh

berbicara lagi sampai semua rekannya juka mengkabiskan kancing

mereka.

5. Jika semua kancing habis, sedangkan tugas belum selesai,

kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi lagi dan

mengulangi prosedurnya kembali.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe

Talking Chips

kelebihan dari model ini adalah untuk mengatasi hambatan

pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.


19

Dalam kerja kelompok kooperatif yang lain sering ada anggota

yang selalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada juga

anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih

dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab

dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan

akan selalu menguntungkan diri pada rekannya yang dominan.

Model pembelajaran Talking Chips memastikan bahwa setiap

siswamendapatkan kesempatan untuk berperan serta.21

Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran

kooperatif tipe Talking Chips di antaranya:

a. Tidak semua konsep dalam IPA dapat menggunakan model

Talking Chips, disinilah tingkat profesionalitas guru dapat

dinilai. Seorang guru yang profesional tentu dapat memilih

metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi

yang akan dibahas dalam proses pembelajaran.

b. Pengelolaan waktu saat persiapan dan pelaksanaan perlu

diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,

terutama dalam proses pengetahuan siswa.

c. Pembelajaran model Talking Chips adalah model pembelajaran

yang menarik namun cukup sulit dalam pelaksanaannya, karena

memerlukan persiapan yang cukup sulit. Selain itu dalam

21
Wahab, “Penggunaan Model Pembelajaran Talking Chips Untuk Meningkatkan Hasil
BelajarSiswa Kelas IV MI Matla’ul Anwar Pada Konsep Alat Tubuh Makhluk Hidup dan
Fungsinya”, Jurnal,(Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2013), hal..33.
20

pelaksanaannya guru dituntut untuk dapat mengawasi setiap

siswa yang ada di kelas.22

c. Aspek Kognitif

Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai pengertian

yang luas mengenai berfikir dan mengamati. Ada yang mengertikan

bahwa kognitif adalah tingkah laku yang mengakibatkan sesorang

memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan

pengetahuan. Perkembangan kognitif menjadi suatu hal yang harus

diperhatkan Karena merupakan dasar prognosis perkembangan di masa

selanjutnya. Ranah kognitif menekankan pada tujuan intelektual,

seperti pengetahuan, pemahaman dan keterampilan berpikir. Tujuan

pendidikan untuk ranah kognitif, menurut Bloom dibagi atas enam

tingkatan secara berurutan. Belajar pada tingkat yang lebih tinggi

tergantung kepada capaina keterampilan dan kemampuan dari level

yang sebelumnya. Perilaku kawasa atau domain kognitif adalah

perilaku yang merupakn hasil proses berpikir, dalam bahasa

sederhananya perilaku hasil kerja otak. Bloom membagi domain ini

menjadi enam tingkatan antara lain:

1) Mengingat (remembering)

Yaitu kemampuan menyebutkan kembali informasi atau

pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan.

22
Ibid hal. 34
21

2) Memahami (understanding)

Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan menangkap

makna suat bahan ajar.

3) Menerapkan (applying)

Penerapan yang dimaksud menunjukkan pada kemampuan

menggunakan bahan ajar yang telah dipelajari pada situasi yang

baru dan kongkret.

4) Menganalisis (analyzing)

Ini merupakan menganalisis suatu masalah yang kompleks

dengan membaginya menjadi beberapa bagian kecil untuk ditelaah

satu persatu.

5) Menilai ( evaluation)

Evaluasi merujuk pada kemampuan untuk memutuskan nilai

suatu materi untuk suatu tujuan yang telah ditentukan.

6) Membuat/mencipta (creating)

Kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu

bentuk baru yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang

orisinil.23

d. Hidrokarbon

1) Pengertian Hidrokarbon

Senyawa karbon adalah senyawa kimia yang mengandung

atom karbon. Karbon merupakan unsur yang penting dalam

kehidupan. Banyak senyawa penting dalam kehidupan makhluk

hidup mengandung unsure karbon. Atom karbon memiliki 4

23
Hj. Mardia Hayati, Desain Pembelajaran, (Pekanbaru: CV Mutiara pesisir Sumatra,
2015), hal. 49-52
22

elektron valensi sehingga membutuhkan 4 atom karbon tambahan

agar mencapai kestabilan lewat aturan oktet. Dengan demikian,

atom karbon memiliki kemampuan untuk membentuk empat ikatan

dengan berbagai unsur manapun, sehingga biasa membentuk

senyawa yang rumit dan kompleks dengan jumlah yang sangat

banyak. Atom karbon dapat berikatan dengan atom hidrogen

membentuk hidrokarbon.24

Hidrokarbon adalah golongan senyawa karbon yang paling

sederhana. Hidrokarbon hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan

hidrogen (H). Walaupun hanya terdiri dari dua jenis unsur,

hidrokarbon merupakan suatu kelompok senyawa yang besar.25

2) Kekhasan Atom Karbon

Senyawa karbon banyak sekali jumlahnya karena atom

karbon mempunyai sifat yang khas.

a) Atom karbon mempunyai elektron valensi 4, sehingga satu

atom C dapat mengadakan 4 ikatan kovalen dengan atom

unsur lain.

Contoh

H C H

24
Shinta Dewi, Ekspedisi Keplanet Kimia, Bandung : Kiblat Buku Utama, 2008, hal.163
25
Michael Purba, KimiaUntuk SMA Kelas X Semester 2, Bandung : Erlangga, 2006, hal.
47
23

b) Atom Unsur Karbon Relatif Kecil

Ditinjau dari konfigurasi elektronnya, dapat diketahui

bahwa atom karbon terletak pada periode 2, yang berarti atom

ini mempunyai 2 kulit atom, sehingga jari-jari atomnya relatif

kecil. Hal ini menyebabkan ikatan kovalen yang dibentuk

relatif kuat dan dapat membentuk ikatan kovalen rangkap.

c) Atom Karbon Dapat Membentuk Rantai Karbon

Keadaan atom karbon yang demikian menyebabkan

atom karbon dapat membentuk rantai karbon yang sangat

panjang dengan ikatan kovalen, baik ikatan kovalen tunggal,

rangkap 2, maupun rangkap 3. Selain itu dapat pula

membentuk rantai lingkar (siklik).

Contoh:

a.

H3C CH2 CH2 CH2 CH3

b.

H2C CH CH2 CH3

c. ikatan kovalen rangkap 3

H3C C C CH2 CH3

d. siklo butana

H2C CH3

CH2 CH2
24

3) Penggolongan Hidrokarbon

Penggolongan hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk

rantai karbon dan jenis ikatannya. Berdasarkan bentuk rantai

karbonnya, hidrokarbon digolongkan kedalam hidrokarbon alifatik,

alisiklik, atau aromatik. Hidrokarbon alifatik adalah hidrokarbon

rantai terbuka, sedangkan hidrokarbon alisiklik dan aromatik

memilki rantai lingkar (cincin). Rantai lingkar pada hidrokarbon

aromatik berikatan konjugat, yaitu ikatan tunggal dan rangkap yang

tersusun berselang-seling. Contohnya adalah benzena, C6H6.

Semua hidrokarbon siklik yang tidak termasuk aromatik

digolongkan kedalam hidrokarbon alisiklik. Hidrokarbon alisiklik

dan aromatik mempunyai sifat-sifat yang berbeda nyata. Sifat

hidrokarbon alisiklik lebih mirip dengan hidrokarbon alifatik.

Nama alisiklik itu menyatakan adanya rantai lingkar (siklik), tetapi

sifatnya menyerupai senyawa alifatik.26

H H H H H
H
H C C H
H C C C C H
H C C H

H H
H CH3 H H

2 metil butana Siklobutana


Alifatik, rantai karbon terbuka Alisiklik , rantai karbon
melingkar

26
Ibid, hal. 48
25

H H

H
H

benzena
Aromatik berikatan konjugasi

Gambar II.1 Bentuk Rantai Karbon dan Bentuk Ikatan dalam


Senyawa Karbon

Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya,

hidrokarbon dibedakan atas jenuh dan tak jenuh.Jika ikatan

karbon-karbon merupakan ikatan tunggal (−C−C−), ia digolongkan

sebagai hidrokarbon jenuh. Jika terdapat satu saja ikatan rangkap

(−C═C−) atau ikatan rangkap tiga (−C≡C−), ia disebut

hidrokarbontakjenuh.

H H H H H
H

H C C C H C C C H

H
H H
H H

propana( jenuh) propena (tak jenuh)

H C C C H

H
propuna( tak jenuh)

Gambar II.2 Contoh hidrokarbon jenuh dan tak jenuh


26

a. Alkana

1). Rumus Umum Alkana

Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik

jenuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua

ikatan karbonnya merupakan ikatan tunggal. Senyawa

alkana mempunyai rumus (James E. Brady):

CnH2n +
2

2). Deret Homolog

Suatu kelompok senyawa karbon dengan rumus

umum yang sama dan sifat yang bermiripan disebut satu

homolog (deret sepancaran). Alkana merupakan suatu

homolog.27

Tabel II.1.
Rumus molekul dan nama alkana dengan jumlah atom
C-1 sampai dengan C-10

Jumlah Atom C Rumus Molekul Nama


1 C H4 Metana
2 C2 H6 Etana
3 C3 H8 Propana
4 C4 H10 Butana
5 C5 H12 Pentana
6 C6 H14 Heksana
7 C7 H16 Heptana
8 C8 H18 Oktana
9 C9 H20 Nonana
10 C10 H22 Dekana

27
Ibid, hal. 50
27

3). Tata Nama Alkana

Penamaan senyawa karbon perlu sitem tertentu, dan

hal ini telah diatur komisi tata nama dari himpunan kimia

sedunia atau IUPAC. Nama yang biasa digunakan dalam

kehidupan sehari-hari disebut nama trivial.28

Berikut adalah tata nama dari alkana bercabang :

a. Nama IUPAC alkana terdiri dari dua bagian,

1) Bagian pertama, yaitu nama cabang.

2) Bagian kedua yaitu rantai induk.

Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul.

b. Cabang diberi nama alkil, yaitu sama dengan nama

alkana yang sesuai tetapi akhiran ana diganti dengan il,

misalnya metana diganti dengan metil.

c. Posisi cabang ditunjukkan dengan awalan angka.

Untuk itu, rantai induk diberi nomor. Penomoran

dimulai dari salah satu ujung sedemikian rupa sehingga

posisi cabang mendapat nomor terkecil.

d. Bila terdapat lebih dari satu cabang sejenis, nama

cabang disebut sekali saja dengan diberi awalan yang

menyatakan jumlah cabang, misalnya 2 = di, 3 = tri, 4

= tetra, 5 = penta, dan seterusnya.

28
Ibid, hal. 51
28

e. Bila terdapat lebih dari satu jenis cabang, maka

cabang-cabang tersebut ditulis sesuai dengan urutan

abjad, misalnya etil harus ditulis terlebih dahulu

daripada metil.29

Untuk memahami aturan-aturan diatas,

perhatikanlah contoh berikut:

Gambar II.3. Contoh Alkana

Catatan:

a) Rantai terpanjang dalam molekul tersebut adalah C-6,


satu (yang diraster) mempunyai 3 cabang, sedangkan
yang satu lagi (yang mendatar) mempunyai 2 cabang.
Dalam hal seperi itu, rantai induk adalah rantai karbon
terpanjang yang mempunyai cabang terbanyak.
b) Cabang etil ditulis mendahului cabang metil.

4). Sumber dan Kegunaan Alkana

Alkana tidaklah asing dalam kehidupan sehari-hari.

Alkana merupakan komponen utama dari gas alam dan

minyak bumi.

5). Isomer alkana

Isomer adalah suatu senyawa yang memiliki rumus

molekul sama, namun rumus strukturnya berbeda.

29
Ibid, hal. 54
29

Senyawa alkana paling rendah yang dapat memiliki isomer

yaitu butana (C4H10).

Contoh:

Isomer dari butana, C4H10.30

c. n-butana

H3C CH2 CH2 CH3

b. 2-metil-propana

H3C CH CH3

CH3

6). Sifat Alkana

1. Semua hidrokarbon merupakan senyawa nonpolar

sehingga tidak larut dalam air. Jika suatu hidrokarbon

bercampur dengan air, maka lapisan hidrokarbon selalu

di atas sebab massa jenisnya lebih kecil daripada 1.

Pelarut yang baik untuk hidrokarbon adalah pelarut

nonpolar,seperti CCl4 atau eter.

2. Makin banyak atom C, titik didih makin tinggi. Untuk

hidrokarbon yang berisomer (jumlah atom C sama

banyak), titik didih makin tinggi apabila rantai C makin

panjang (bercabang sedikit).

3. Pada suhu dan tekanan biasa, empat alkana yang pertama

(CH4 sampai C4H10) berwujud gas. Pentana (C5H12)

30
Ibid, hal .72
30

sampai heptadekana (C17H36) berwujud cair, sedangkan

oktadekana (C18H38) dan seterusnya berwujud padat.

b. Alkena

Alkena adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki

ikatan rangkap dua. Dengan rumus umum alkena: CnH2n. Jika

dibandingkan dengan rumus umum alkana, yaitu CnH2n+2, alkena

mengandung lebih sedikit atom hidrogen (H). Oleh karena itu,

alkena disebut tidak jenuh.

1) Tata Nama Alkena

Nama alkena diturunkan dari nama alkana yang

sesuai (yang jumlah atom karbonnya sama) dengan

mengganti akhiran ana menjadi ena.

Seperti halnya penamaan alkana, pemberian nama

IUPAC alkena juga perlu memperhatikan pemilihan rantai

induk, penomoran, dan hanya sedikit berbeda pada

penomoran ikatan rangkap yang dimulai dari ikatan

rangkap yang paling pinggir. Contoh:

H3C CH CH2 CH CH CH3

CH3

5-metil-2-heksena

Gambar II.4. Contoh Alkena

2) Sumber dan Kegunaan Alkena


31

Dalam industri alkena dibuat dari alkana melalui

pemanasan dengan katalis, yaitu dengan proses yang

disebut perengkahan atau (cracking). Alkena, khususnya

suku-suku rendah, adalah bahan baku industri yang sangat

penting, misalnya untuk membuat plastik, karet sintetis, dan

alkohol.31

3) Isomer alkena

Alkena paling rendah yang memiliki isomer yaitu

butena (C4H8). Alkena memiliki dua jenis isomer sebagai

berikut.

a. Isomer posisi

Isomer posisi adalah senyawa-senyawa dengan

rumus molekul sama, namun memiliki penataan atom

yang berbeda. Alkana hanya memiliki satu jenis isomer

posisi, namun alkena memiliki dua jenis perubahan

penataan atom, yaitu:

1) isomer posisi di mana perubahan posisi dialami oleh

ikatan rangkap

2) isomer posisi di mana perubahan posisi dialami

oleh rantai cabang.

Contoh:

a) Berapa isomer posisi yang dimiliki oleh butena?

31
Ibid, hal. 65
32

1. 1-butena

H2C CH CH2 CH3

2. 2-butena

H3C CH CH CH3

3. 2-metilpropena

H2C C CH3

CH3

b) Berapa isomer posisi yang dimiliki oleh pentena?

1. 2- pentena

C C C C C

2. 1- pentena

C C C C C

3. 2- metil-1-butena

C C C C

b. Isomer geometri

Isomer geometri menjadikan ikatan rangkap

sebagai sumbu. Syarat isomer geometri yaitu atom C

yang berikatan rangkap harus mengikat dua gugus atom

yang berlainan

4) Sifat Alkena

1. Pada suhu kamar, tiga suku pertama alkena berupa gas,


33

suku ke-4 sampai suku ke-18 berupa zat cair dan suku

selanjutnya berupa padat.

2. Titik didih dan titik lebur alkena semakin bertambah,

dengan bertambahnya massa molekul relatif (MR).

3. Tidak larut dalam pelarut polar (air) tetapi larut dalam

pelarut non polar.

4. Alkena lebih reaktif dibandingkan dengan alkana

karena memiliki ikatan rangkap.

c. Alkuna

Alkuna adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki

ikatan rangkap tiga. Senyawa yang mempunyai 2 ikatan karbon-

karbon rangkap tiga disebut alkadiuna, sedangkan senyawa

yang mempunyai 1 ikatan karbon-karbon rangkap tiga disebut

alkenuna.

Rumus umum alkuna {CnH2n-2}.

1) Tata Nama Alkuna

Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang

sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi una. Tata

nama alkuna bercabang, yaitu pemilihan rantai induk,

penomoran, dan cara penulisan, sama seperti pada alkena.

Perhatikan contoh berikut:

H3C C C CH CH3

C2H5
34

4-metil-2-heksuna

Gambar II.5. Contoh Alkuna

2) Sumber dan Kegunaan Alkuna

Alkuna yang memiliki nilai ekonomis penting

hanyalah etuna (C2H2) atau disebut juga asetilena. Dalam

industri, asetilena dibuat dari metana melalui pembakaran

tidak sempurna.

4CH4(g) + 3O2 2C2H2(g) + 6 H2O(g)32

3) Isomer alkuna

Sebagaimana alkana, alkuna juga hanya memiliki

isomer posisi. Alkuna tidak memiliki isomer geometri.

Alkuna paling rendah yang memiliki isomer yaitu butuna,

C4H6. Akibat pengaruh ikatan rangkap, isomer posisi

alkuna mengalami dua jenis pergeseran penataan atom,

yaitu:

1) Isomer posisi di mana perubahan posisi dialami oleh

ikatan rangkap,

2) Isomer posisi di mana perubahan posisi dialami oleh

rantai cabang.

Contoh:

1) Tentukan isomer yang dari C4H6.

32
Ibid, hal. 68
35

a. 1-butuna

CH C CH2 CH3

b. 2-butuna

H3C C C CH3

4) Reaksi Senyawa Hidrokarbon

a. Reaksi Oksidasi

Pembakaran hidrokarbon (alkana, alkena, dan

alkuna) dengan oksigen menghasilkan C, CO, CO2, dan

H2O bergantung pada pembakaranya sempurna atau

tidak. Perhatikan perubahan bilangan oksidasi masing-

masing unsur dalam senyawanya pada reaksi

pembakaran metana.

CH4 (g) + 2 O2 (g) CO2(g) + H2O(g)

b. Reaksi Subtitusi

Reaksi subtitusi adalah reaksi penggantian atom

atau gugus atom suatu molekul (senyawa karbon) oleh

atom atau gugus atom yang lain.

c. Reaksi Adisi

Reaksi adisi adalah reaksi pengubahan ikatan

rangkap (dua atau tiga) menjadi ikatan tunggal.

d. Reaksi Eliminasi
36

Reaksi eliminasi adalah reaksi pelepasan suatu

molekul dari atom-atom yang berdekatan dalam suatu

pereaksi.33

A. Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournament (TGT) dan Talking Chips (TC) terhadap Kemampuan

Kognitif Siswa pada Materi Hidrokarbon

Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai pengertian yang luas

mengenai berfikir dan mengamati. Ada yang mengertikan bahwa kognitif

adalah tingkah laku yang mengakibatkan sesorang memperoleh pengetahuan

atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Perkembangan

kognitif menjadi suatu hal yang harus diperhatkan Karena merupakan dasar

prognosis perkembangan di masa selanjutnya. Ranah kognitif menekankan

pada tujuan intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman dan keterampilan

berpikir. Tujuan pendidikan untuk ranah kognitif, menurut Bloom dibagi atas

enam tingkatan secara berurutan. Belajar pada tingkat yang lebih tinggi

tergantung kepada capaian keterampilan dan kemampuan dari level yang

sebelumnya. Perilaku kawasa atau domain kognitif adalah perilaku yang

merupakn hasil proses berpikir, dalam bahasa sederhananya perilaku hasil

kerja otak. Bloom membagi domain ini menjadi enam tingkatan antara lain:

1. Mengingat (remembering)

Yaitu kemampuan menyebutkan kembali informasi atau

pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan.

33
Sentot budu raharjo , Op. Cit., hal. 218
37

2. Memahami (understanding)

Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan menangkap makna

suat bahan ajar.

3. Menerapkan (applying)

Penerapan yang dimaksud menunjukkan pada kemampuan

menggunakan bahan ajar yang telah dipelajari pada situasi yang baru dan

kongkret.

4. Menganalisis ( analyzing)

Ini merupakan menganalisis suatu masalah yang kompleks dengan

membaginya menjadi beberapa bagian kecil untuk ditelaah satu persatu.

5. Menilai ( evaluation)

Evaluasi merujuk pada kemampuan untuk memutuskan nilai suatu

materi untuk suatu tujuan yang telah ditentukan.

6. Membuat/mencipta (creating)

Kemampuan memadukan unsure-unsur menjadi sesuatu bentuk

baru yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil

B. Penelitian yang Relavan

Adapun penelitian yang telah dilakukan yang menjadi acuan dalam

penelitian ini adalah :

1. Penelitian oleh Tri Nopiyanita, Haryono, Dan Ashadi yang mengunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT didapatkan hasil bahwa

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament


38

(TGT) pada materi reaksi redoks dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Pada siklus I presentase siswa dengan kreativitas tinggi 51,51 % pada

siklus II meningkat menjadi 81,82%. Dan Penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan

prestasi belajar kognitif pada materi reaksi redoks. Presentase ketuntasan

belajar siswa meningkat dari 42,42% pada siklus I menjadi 81,82 % pada

siklus II. Untuk prestasi belajar afektif menunjukkan peningkatan

ketercapaian rata - rata indikator dari 72,31 % pada siklus I menjadi 79,01

% pada siklus II.34

2. Penelitian oleh Anisa Sekar Palupi, Haryono, Dan Nanik Dwi Nurhayati

mengunakan metode pembelajaran TGT dengan media ular tangga dan

teka teki silang didapatkan hasil bahwa Berdasarkan uji-t dua pihak, pada

prestasi aspek kognitif ditunjukkan bahwa thitung(7,7405) >

ttabel(2,0017), sehingga Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan

prestasi aspek kognitif. Pada prestasi aspek afektif ditunjukkan bahwa

thitung(0,5027) < ttabel(2,0017), sehingga Ho diterima yang berarti tidak

terdapat perbedaan prestasi aspek afektif.35

3. Penelitian oleh Luh Putu Ayu Nandari Putri Wibawa, I Nyoman Wiriya, I

Made Tegeh menggunakan model pembelajaran talking chips berdasarkan

34
Tri Nopiyanita, Haryono, Dan Ashadi.2013, Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Teams Games Tournament (tgt) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia Dan
Kreativitas Siswa Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X semester Genap SMS Negeri 3 Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2012/2013. hal. 135
35
Anisa Sekar Palupi, Haryono, Dan Nanik Dwi Nurhayati, Studi komparasi metode
pembelajaran teams games tournament (tgt) dengan media ular tangga dan teka-teki silang
terhadap prestasi belajar Pada materi pokok sistem koloid Siswa kelas xi semester 2 Sma negeri
1 sambungmacan Tahun pelajaran 2014/2015.hal.18
39

hasil penelitian diproleh thitung 3,96 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) =

2,0895 hal ini terdapat bahwa thitung > ttabel dengan demikian terdapat

perbedaan hasil belajar yang signifikan pembelajaran yang menggunakan

model pembelajaran talking chips.36

Setelah penulis membaca dan mempelajari beberapa karya ilmiah

sebelumnya, unsur relavannya dengan penelitian yang penulis laksanakan

adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran. Perbedaan yang

terdapat antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan

dilakukan terletak pada model, waktu, tempat, tujuan penelitian, dan

materi pelajaran yang akan diteliti. Penelitian untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan kognitif siswa

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TC pada

materi hidrokarbon yang dilakukan pada bulan juli-agustus 2018.

C. Konsep oprasional

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 variabel, yaitu :

a. Variabel bebas, variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi penyebab. Variabel bebas dalam penelitian yang akan

dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan

kartu soal dan model pembelajaran kooperatif tipe TC. Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa. Kemampuan

36
Luh Putu Ayu Nandari Putri Wibawa, I Nyoman Wiriya, I Made Tegeh, Pengaruh
model pembelajaran talking chip terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V , Vol. 4. No. 1.
(Singaraja, Universitas Pendidikan Ganesah, 2016) hal. 1
40

kognitif siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dilaksanakan pada akhir

pertemuan.

2. Tahap Persiapan

Agar suatu penelitian dapat dipaparkan dengan jelas dan sistematis

maka disusun suatu penelitian berupa langkah-langkah yang ditempuh

dalam penelitian. Tahapnya adalah sebagai berikut:

1) Melakukan studi literatur terhadap teori yang relevan mengenai model

pembelajaran yang akan digunakan.

2) Analisis kurikulum dan materi, hal ini dilakukan untuk mengetahui

standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.

3) Menetapkan kelas penelitian yaitu kelas XI IPA SMA PGRI

Pekanbaru sebagai subjek penelitian.

4) Menetapkan pokok bahasan yang akan disajikan pada penelitian yaitu

hidrokarbon.

5) Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja peserta didik dan

lembar evaluasi.

6) Mempersiapkan instrumen pengumpulan data, soal pretest dan soal

posttest.

7) Menentukan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

3. Tahap Pelaksanaan

1. Memberikan soal pre-test kepada kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen II setelah soal selesai di validasi terlebih dahulu.


41

2. Pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diberikan materi

pokok yang sama yaitu mengenai hidrokarbon.

3. Pada kelas eksperimen I diberikan perlakuan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelas eksperimen II diberikan

perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TC.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pada kelas eksperimen I dan

eksperimen II adalah sebagai berikut:

Kelas eksperimen I

a) Pendahuluan

(1) Guru memberi salam dan siswa mulai berdo’a.

(2) Gurumenanyakan kabar siswa dan mulai mengabsen siswa.

(3) Gurumemeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran.

(4) Guru menanyakan tentang materi sebelumnya (apersepsi).

(5) Guru memotivasi siswa dan siswa mendengarkan penjelasan

guru dengan seksama

(6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

(7) Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok.

(8) Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan

pada pertemuan hari ini yaitu dengan menggunakan model

kooperatif tipe TGT dengan permainan kartu soal, lalu

menyampaikan langkah-langkah yang harus dikerjakan dalam

pembelajaran dengan model pembelajaran tersebut.


42

b) Kegiatan inti

Langkah-langkah model TGT

1. Presentasi Kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi

dalam penyajiankelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran

langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang dipimpin guru.

Disamping itu, guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau

kegiatan yang harus dilakukan siswa,dan memberikan motivasi.

Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar

memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru,

karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja

kelompok dan pada saat game/turnamen karena skor

game/turnamen akan menentukan skor kelompok.

2. Belajar Kelompok (Tim)

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil.

Siswa bekerjadalam kelompok yang terdiri atas 3 sampai 5 orang

yang anggotanya heterogen dilihat dari kemampuan akademik,

jenis kelamin, dan ras atau etnik yang berbeda. Dengan adanya

heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi

siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan

lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai

materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa

kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat

menyenangkan. Pada saat pembelajaran, fungsi kelompok adalah


43

untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan

lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar

bekerja dengan baik dan optimal pada saat game/turnamen.

Setelah guru menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran,

kelompok berdiskusi dengan menggunakan modul. Dalam

kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama,

saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota

kelompok yang salah dalam menjawab.

3. Persiapan Permainan/Pertandingan

Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang

berhubungan dengan materi, bernomor sebanyak jumlah siswa

yang ada. Kemudian guru mempersiapkan alat-alatuntuk

permainan, yaitu: kartu permainan yang dilengkapi nomor,

pertanyaan baik dalam bentuk essay ataupun pilihan ganda.

4. Permainan/Pertandingan (Games/Tournamen)

Game/Turnamen terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang

dirancang untuk menguji pengetahuan yang diperoleh siswa dari

penyajian kelas dan belajar kelompok. Tiap kelompok (tim)

mendapat kesempatan untuk menjawab soal yang tertera pada

kartu bernomor yang tersedia pada meja yang ada di depan kelas.

c) Penutup

(1) Peserta didik dengan bimbingan guru menarik kesimpulan

mengenai pembelajaran yang telah berlangsung.


44

(2) Guru menutup pelajaran dengan salam.

Kelas eksperimen II

a) Pendahuluan

(1) Guru memberi salam dan siswa mulai berdo’a.

(2) Guru menanyakan kabar siswa dan mulai mengabsen siswa.

(3) Guru memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran.

(4) Guru menanyakan tentang materi sebelumnya (apersepsi).

(5) Guru memotivasi siswa dan siswa mendengarkan penjelasan

guru dengan seksama

(6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

(7) Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan

digunakan pada pertemuan hari ini yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TC lalu

menyampaikan langkah-langkah yang harus dikerjakan

dalam pembelajaran tersebut.

b) Kegiatan inti

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TC:

1. Guru menyiapkan suatu kota kecil yang berisi kancing-

kancing (bisa juga benda-benda kecil lainnya, seperti kacang

merah merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang

lidi, sendok es krim dan sebagainya.


45

2. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dan masing-

masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing

(jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang

diberikan).

3. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat,

dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya

di tengah-tengah.

4. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh

berbicara lagi sampai semua rekannya juka mengkabiskan

kancing mereka.

5. Jika semua kancing habis, sedangkan tugas belum selesai,

kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi lagi dan

mengulangi prosedurnya kembali.

c) Penutup

(1) Peserta didik dengan bimbingan guru menarik kesimpulan

mengenai pembelajaran yang telah berlangsung

(2) Guru menutup pelajaran dengan salam.

4. Tahap Akhir

Setelah semua pokok bahasan hidrokarbon selesai, maka pada

kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II guru memberikan test akhir

(post-test) untuk menentukan studi komparasi model pembelajaran

koopertaif tipe TGT dan TC terhadap kemampuan kogntif siswa.


46

a. Data akhir (selisih dari pre-test dan post-test) yang diperoleh dari kedua

kelas akan dianalisis dengan menggunakan rumus statistik.

b. Pelaporan.
47

Secara rinci tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sesuai


alur pada Gambar 1.1.
Identifikasi masalah

Merumuskan hipotesis

Mengumpulkan data

Penentuan sampel penelitian

Penyusunan RPP model Penyusun instrumen


pembelajan TGT dan TC

Uji coba instrumen

Analisis data uji coba

Revisi instrumen

Pretest kemampuan kognitif siswa

Model pembelajaran Model


TGT dengan pembelajaran TC
permainan kartu soal
Penarikan kesimpulan

Posttest kemapuan kognitif siswa

Pengolahan dan analisis data hasil penelitian

Penarikan kesimpulan
48

D. Hipotesis

Ha : Terdapat perbedaan kemampuan koognitif siswa dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TC.

Ho: Tidak terdapat perbedaan kemampuan kognitif siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan TC.

Anda mungkin juga menyukai