Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT)

Dosen Pengampu : Sutopo S.Pd.,M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Aura Nisa Ramadhani (K1319019)


2. Yunita Dewi Angayati (K1319076)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Sutopo S.Pd.,M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran
Matematika Inovatif karena telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini. Kepada
orang tua yang telah membantu dan memberi pengertian dalam melaksanakan tugas ini dan
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat.

Dalam rangka memenuhi Tugas Pembelajaran Matematika Inovatif maka makalah ini dibuat
dengan judul “Makalah Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)” yang
membahas tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan para pembaca dan dapat bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Surakarta, 23 Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan juga


merupakan faktor yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan membantu
manusia dalam pengembangan potensidirinya sehingga mampumenghadapi segala
perubahan yang terjadi,sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu “Pendidikan membuat watak serta peradaban bangsa
yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggungjawab.

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik apabilaada komunikasi


positif antara guru dengan siswa, guru dengan guru, adanantara siswa dengan siswa. Oleh
karena itu, komunikasi positif harusdiciptakan agar pesan yang ingin disampaikan,
khususnya materi pembelajarandapat diterima dengan baik oleh siswa. Guru diharapkan
mampu membimbingaktivitas dan potensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
dengan modelpembelajaran yang sesuai. Hal ini perlu dilaksanakan agar
kualitaspembelajaran pada mata pelajaran apapun dapat ditempuh dengan optimal.

Pembelajaran saat ini seharusnya berpusat terhadap siswa (student center) bukan berpusat
terhadap guru (teacher center). Guru lebih banyak memberikan materi pelajaran melalui
metode ceramah, sedangkan siswa hanya pasif dan mendengarkan, sehingga pembelajaran
terkesan membosankan dan membuat siswa tidak berkonsentrasi dalam mengikuti proses
pembelajaran. Kurang bervariasinya guru dalam menggunakan metode dan media
pembelajaran membuat siswa tidak memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran di kelas
yang berdampak terhadap hasil belajar siswa yang rendah.

Untuk mengatasi hal ini salah satu cara penerapan model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah pembelajaran kooperatif yang merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda,
dimana setiap siswa harus saling bekerja sama untuk memahami materi pelajaran.
Agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, salah salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif guru di sekolah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan keaktifan siswa adalah pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). TGT mendorong siswa untuk aktif
mengkonstruksi pengetahuannya, menerapkan dan mempunyai keberanian untuk
menyampaikan ide pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, dan mendiskusikan
masalah pelajaran. Sehingga siswa dapat saling membantu dalam menyelesaikan
permasalahan pembelajaran yang dihadapi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud model pembelajaran kooperatif tipe TGT?
2. Apa teori yang mendasari model pembelajaran kooperatif tipe TGT?
3. Bagaimana komponen dan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe TGT?
4. Apa kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT?
5. Bagaimana solusi untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT?
6. Bagaimana skenario model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap
pembelajaran matematika?
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
2. Mengetahui teori yang mendasari model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
3. Memahami komponen dan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
4. Mengetahui kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
5. Memahami solusi untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT?
6. Memahami skenario model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap
pembelajaran matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran TGT
Model pembelajaran TGT dikembangkan oleh David Devries dan Keith Edwards yang
merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins (Tiya, 2013). Model
pembelajaran TGT adalah suatu aktivitas pembelajaran yang didalamnya terdapat unsur
belajar bersama dalam suatu kelompok kecil (teams), permainan untuk menyelesaikan
suatu permasalahan (games), serta (tournament) atau pertandingan yang dilakukan diakhir
pembelajaran (Nurmahmidah, 2017; Shoimin, 2014). Model pembelajaran TGT
menggunakan turnament akademik, dimana siswa berlomba-lomba dengan adanya wakil
dari setiap tim untuk melawan anggota tim yang lain yang mencapai hasil serupa dari
lomba sebelumnya (Shoimin, 2014). Sehingga menurut (Purwandari & Wahyuningtyas,
2017) model pembelajaran TGT merupakan pembelajaran yang terdapat kelompok kecil
yang berdiskusi (teams), lalu melakukan permainan (games), kemudian pertandingan
(tournament) akan dilakukan setelah pembelajaran selesai dengan sistem skor, dengan
tujuan agar siswa semakin termotivasi belajar serta mengajarkan siswa agar dapat
berkompetensi dengan jujur.
Model pembelajaran TGT menurut (Shoimin, 2014; Susilo, 2016) adalah penyajian
kelas oleh guru, kemudian siswa dibentuk menjadi kelompok-kelompok kecil yang
heterogen, melakukan sebuah games, kemudian tournament setelah mengerjakan LKS,
tournament biasanya dilakukan diakhir minggu pembelajaran dengan guru membagi siswa
kedalam beberapa meja tournament, 3 orang siswa dengan kemampuan tinggi
dikelompokan pada meja I, 3 orang siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya,
kemudian pengumuman pemenang pada tournament dan memberi penghargaan. Adapun
karakteristik model pembelajaran TGT menurut (Tiya, 2013) Pertandingan yang
dimainkan tim siswa dengan pengacakan kartu melawan anggota-anggota dari tim lain
agar memperoleh skor pada tim mereka.
Pendapat lain menurut Rusman, (2014) TGT adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok belajar yang beranggotakan
5 sampai 6 peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang
berbeda. Menurut Slavin E, (Rusman, 2014) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari
lima tahapan yaitu tahap penyajian kelas (class presentation), belajar dalam kelompok
(team), permainan (games), pertandingan (tournament) dan penghargaan kelompok (team
recognition). Menurut Slavin (Nur, 2011 (Warsono & Hariyanto, 2013:197) menyatakan
aktivitas yang mendorong peserta didik untuk bermain sambil berpikir, bekerja dalam
suatu tim dan kompetitif terhadap tim yang lain.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Team Games Tournament (TGT) adalah
suatu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda dan di dalamnya terdapat unsur belajar dalam
kelompok (teams), permainan akademik (games), pertandingan (tournament). Kemudian
setelahnya ada penghargaan kelompok yang bertujuan agar memotivasi siswa untuk
belajar dan berkompetisi dengan jujur.

B. Dasar Teori Model Pembelajaran TGT


Teori-teori pembelajaran yang menjadi dasar pembelajaran matematika dari model TGT
(Team Game Tournament) adalah:
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Siswa yang dapat memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah dipelajarinya
harus mampu memecahkan masalah, menemukan (menemukan) sesuatu untuk dirinya
sendiri, dan berjuang dengan ide-ide yang berbeda. Hakikat konstruktivisme adalah
siswa harus menemukan informasi yang kompleks dan mentransformasikannya ke
dalam dirinya (Rifa`i dan Anni, 2011: 137). Menurut Sani (2013:20), konstruktivisme
merupakan dasar pemikiran (filsafat) pembelajaran kontekstual, yaitu pengetahuan
dibangun secara bertahap oleh manusia dan hasilnya berkembang melalui konteks
yang terbatas. Teori ini menjadi dasar munculnya pembelajaran kooperatif,
pembelajaran berbasis masalah (PBL), dan pembelajaran kontekstual. Semua
pengetahuan adalah hasil konstruksi dari aktivitas atau tindakan sendiri. Pengetahuan
ilmiah berkembang, berubah seiring waktu. Berpikir ilmiah bersifat sementara, tidak
statis dan merupakan proses (Suprijono, 31: 2010) Model pembelajaran TGT (Team
Games Tournament) didasarkan pada teori pembelajaran konstruktivis dimana siswa
membangun pengetahuan dan pemahamannya sendiri melalui permainan yang
disajikan.
2. Teori Belajar Kognitif
Menurut Suprijono (2010:22), belajar dalam persepsi teori kognitif adalah peristiwa
mental, bukan peristiwa perilaku, meskipun hal-hal perilaku tampak lebih nyata di
hampir semua peristiwa belajar. Belajar adalah proses aktif secara mental untuk
memperoleh, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman (tidak selalu berupa perubahan tingkah laku yang dapat
diamati). semua memiliki pengetahuan/pengalaman di dalamnya, yang disusun dalam
bentuk struktur kognitif (Sani, 2013:10). Model pembelajaran TGT (Team Games
Tournament) untuk hasil belajar siswa diselidiki melalui proses memori dan berpikir
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan teori belajar kognitif.
3. Teori Belajar Bruner
Teori Belajar Bruner menyatakan bahwa hal terpenting dalam belajar adalah cara
seseorang secara aktif memilih, memelihara dan mentransformasikan informasi yang
diterimanya. Menurut Bruner, belajar pada dasarnya adalah proses kognitif yang
berlangsung dalam diri seseorang. Ada tiga proses kognitif yang terlibat dalam
pembelajaran, yaitu (1) proses memperoleh informasi baru, (2) proses
mentransformasikan informasi yang diterima, dan (3) menguji relevansi dan
keakuratan pengetahuan (Winataputra, 2008: 3.13). . Berkaitan dengan teori Bruner,
model pembelajaran TGT (Team Games Tournament) menyajikan informasi kepada
siswa dalam praktik dan mengubah informasi tersebut menjadi permainan yang
menarik bagi siswa.

C. Komponen dan Sintaks Model Pembelajaran TGT

Secara umum ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu :

1. Penyajian Kelas (Class Presentations)

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas atau
sering juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations). Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang
LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin oleh guru. Pada saat
penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik
pada saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan karena skor game atau
permainan akan menentukan skor kelompok.
2. Belajar dalam Kelompok (Teams)

Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok belajar. Perlu diperhatikan bahwa


tiap kelompok belajar ini terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik yang heterogen
(berbeda-beda) berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) peserta didik dari ulangan
harian sebelumnya, jenis kelamin, etnik dan ras. Kelompok biasanya terdiri dari 5
sampai 6 orang peserta didik. Saat anggota kelompoknya heterogen, tiap peserta didik
memiliki rasa tanggung jawab yang besar dalam dirinya sendiri untuk memperoleh
skor tertinggi. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja
dengan baik dan optimal pada saat game atau permainan. Setelah guru memberikan
penyajian kelas, kelompok (tim atau kelompok belajar) bertugas untuk mempelajari
lembar kerja. Dalam belajar kelompok ini kegiatan peserta didik adalah
mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok
melakukan kesalahan.

3. Permainan (Games)

Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi,
dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian
kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game atau permainan ini dimainkan
pada meja turnamen atau lomba oleh 3 orang peserta didik yang mewakili tim atau
kelompoknya masing-masing. Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab
benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta
didik untuk turnamen atau lomba mingguan.

4. Pertandingan atau Lomba (Tournament)

Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi.
Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit
setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar
kerja peserta didik (LKPD). Turnamen atau lomba pertama guru membagi peserta
didik ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba. Contohnya tiga peserta didik
tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada
meja II dan seterusnya. Berikut ilustrasinya.

TIM A
A-1 A-2 A-3 A-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah

Meja Meja Meja Meja


Turnamen Turnamen Turnamen Turnamen
I II III IV

TIM B TIM C
B-1 B-2 B-3 B-4 C-1 C-2 C-3 C-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Rendah

(Slavin, 2005: 168)

Aturan dalam tahap ini:

a. Pemain yang ada di masing-masing meja diusahakan homogen berdasarkan


kemampuannya.
b. Pada permulaan turnamen diumumkan penetapan meja bagi peserta didik.
Nomor meja turnamen bisa diacak. Setelah kelengkapan dibagikan dapat dimulai
kegiatan turnamen.
c. Waktu yang diberikan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan 10-15 menit.
d. Setelah menjawab pertanyaan di satu meja, selanjutnya peserta didik berpindah ke
meja lainnya.

Cara untuk menentukan pembaca soal yaitu bisa dengan cara memilih secara acak
kartu yang sudah diberi tanda pada salah satunya. Siswa memilih kartu tersebut dalam
keadaan tertutup sehingga tidak dapat mengetahui kartu mana yang bertanda sebagai
pembaca soal. Jika satu siswa sudah selesai menjadi pembaca soal, maka bergantian
dengan siswa lainnya, bisa dengan mengacak kartu lagi atau dapat juga sesuai dengan
urutan tempat duduk, yaitu dipilih siswa yang duduk di sebelah pembaca soal
sebelumnya searah jarum jam.

Contoh kartu untuk memilih pembaca soal :

Pembaca soal Penantang 1 Penantang 2

dst…

Contoh kartu soal dan jawaban untuk materi logaritma :

1 3
Jika 2log =
𝑎 2
Diketahui dan 16log 𝑏 = 5
5
log 3 = 𝑝 maka 1
maka alog =⋯
15
log 81 = ⋯ 𝑏3

Jawaban : Jawaban :

4𝑝 40

𝑝+1 3 dst…
5. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)

Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok


yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah
apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Misalnya tim atau
kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great
Team” apabila rata-rata mencapai 50-40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40
kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah
mereka buat. Berikut panduan penskorannya.

Pemain Tidak ada Seri nilai Seri nilai Seri


yang seri tertinggi terendah ketiganya
Peraih skor tertinggi 60 poin 50 poin 60 poin 40 poin
Peraih skor tengah 40 poin 50 poin 30 poin 40 poin
Peraih skor terendah 20 poin 20 poin 30 poin 40 poin

(Slavin, 2005: 175)


D. Kelemahan Model Pembelajaran TGT serta Solusinya
Tiap model pembelajaran tentu tidak bisa dilakukan secara efektif sepenuhnya. Suatu
model pembelajaran tidak akan cocok untuk dilaksanakan pada semua materi pelajaran
dan situasi. Dalam pelaksanaannya model pembelajaran TGT memiliki beberapa
kelemahan.
Nasruddin (2019) mengemukakan bahwa kelemahan dari model pembelajaran TGT
ditinjau dari dua pihak yaitu sebagai berikut.
a) Bagi Guru
Sulitnya pengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi
akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai
pemegang kendali, teliti dalam menentukan pembagian kelompok. Dan waktu yang
dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang
sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara
menyeluruh.
b) Bagi siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan
penjelasan kepada siswa yang lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru
adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik
tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
Adapun kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Shoimin (2014:208)
membutuhkan waktu yang lama, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang
cocok untuk model ini, guru harus mempersiapkan model ini dengan baik, misalnya
membuat soal untuk meja tournament atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis
siswa dari tinggi hingga rendah. Solusi yang dapat ditempuh yaitu guru sebaiknya benar-
benar mempelajari dan mempersiapkan dengan matang ketika hendak menggunakan
model ini dalam pembelajaran sehingga pembelajaran berlangsung lancar dan efektif.
Kelemahan yang lain yaitu diantaranya :
1. Dapat menimbulkan suasana gaduh pada saat games tournament jika tidak berjalan
dengan baik
Solusi : Guru harus selalu mendampingi dan mengawasi siswa pada tiap meja
tournament.
2. Siswa menjadi terbiasa dengan adanya reward/hadiah karena adanya tahapan rekognisi
tim (penghargaan kelompok)
Solusi : Guru menekankan bahwa penghargaan ini tujuannya agar siswa lebih semangat
untuk belajar sehingga ada kepuasan tersendiri jika mendapat hasil yang baik.

E. Skenario Model Pembelajaran TGT Terhadap Pembelajaran Matematika


Untuk memberi gambaran pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran TGT, berikut kami sajikan contoh skenarionya.
Misal guru ingin menerapkan model pembelajaran TGT kepada siswa kelas X A SMA
yang berjumlah 30 siswa dengan materi logaritma.
1) Guru menyajikan materi mengenai logaritma.
2) Siswa dibagi dalam kelompok belajar beranggotakan 5 sampai 6 siswa secara
heterogen.
3) Guru membagikan LKPD kepada setiap kelompok dan siswa bekerja dalam kelompok
masing-masing. Tugas yang diberikan oleh guru dikerjakan bersama-sama dengan
anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti
dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab
untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan
tersebut kepada guru.
4) Siswa memainkan permainan akademik untuk memastikan seluruh anggota kelompok
menguasai pelajaran. Siswa dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja
turnamen terdiri dari lima sampai enam siswa yang merupakan wakil dari kelompok
masing-masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang
berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen
secara homogen dari segi kemampuan akademik.
5) Permainan pada meja tiap turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut.
a) Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang
pertama dengan cara undian.
b) Pemain yang menang undian mengambil kertas nomor undian yang berisi nomor
soal dan diberikan kepada pembaca soal.
c) Pembaca soal membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh
pemain.
d) Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dalam soal.
e) Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan
hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam.
f) Pembaca soal membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain
yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban
benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.
g) Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua soal habis
dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta
dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan
penantang.
h) Setelah semua kartu soal selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja
turnamen menghitung jumlah kartu soal yang berhasil mereka jawab dan
menuliskannya pada lembar perolehan skor.
i) Setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan skor yang
diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan skor yang
diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian
menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Team Games Tournament (TGT) adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang
berbeda dan di dalamnya terdapat unsur belajar dalam kelompok (teams), permainan
akademik (games), pertandingan (tournament). Kemudian setelahnya ada penghargaan
kelompok yang bertujuan agar memotivasi siswa untuk belajar dan berkompetisi dengan
jujur. Teori belajar yang mendasari model ini adalah teori konstruktivisme, kognitif, dan
teori belajar Bruner. Adapun komponen dan sintaks dalam penerapan model TGT ini
adalah penyajian kelas, belajar dalam kelompok (team), permainan (games), pertandingan
(tournament), serta penghargaan kelompok.
Model pembelajaran TGT ini juga memiliki kelemahan diantaranya yaitu membutuhkan
waktu yang lama, guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk
model ini, guru harus mempersiapkan model ini dengan baik, misalnya membuat soal
untuk meja tournament atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis siswa dari tinggi
hingga rendah. Solusi yang dapat ditempuh yaitu guru sebaiknya sbenar-benar
mempelajari dan mempersiapkan dengan matang ketika hendak menggunakan model ini
dalam pembelajaran sehingga pembelajaran berlangsung lancar dan efektif.
B. Saran
Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan model TGT sebaiknya guru mempersiapkan
dengan matang agar pembelajaran berlangsung lancar dan efektif sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, dalam pelaksanaannya guru seharusnya memantau
setiap meja-meja turnamen agar tidak terjadi keributan atau hal diluar kegiatan
pembelajaran yang dapat membuang-buang waktu belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Ati, Sukmawati R., Wina Purnamasari. 2016. Pembelajaran Matematika Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) di Kelas VIII SMP.
Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1), 86-94.
Hamdani, M. S., & Wardani, K. W. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Team Games
Tournamen (TGT) pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas 5 untuk Peningkatan
Keterampilan Kolaborasi. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 3(4), 431-437.
Mugas, Indra. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran TGT (Team Games Tournament) dengan
Media Powerpoint Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas
VC SD Islam Hidayatullah Kota Semarang”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Putri, Desy Kartika. 2012. Makalah Model Pembelajaran TGT ( Teams Games Tournament ).
Diakses pada 30 September 2021, dari https://desykartikaputri-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/desykartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-
model-pembelajaran-tgt-teams-games-
tournament/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACA
w%3D%3D#aoh=16350795839611&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&
amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fdesykartikaputri.wordpre
ss.com%2F2013%2F01%2F02%2Fmakalah-model-pembelajaran-tgt-teams-games-
tournament%2F
Supriyanto. 2017. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. (Skripsi) Diakses dari
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jisd/article/download/11619/5454
Suwartini, S. 2017. Trihayu : Jurnal Pendidikan ke-SD-an. Pendidikan Karakter dan
Pembangunan Sumber Daya Manusia Keberlanjutan, 4(1), 220-234.

Anda mungkin juga menyukai