Anda di halaman 1dari 14

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games-Tournament (TGT)
Teams Games-Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards.

Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen.

Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua

anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavi, 2008). Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT

memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games

Tournament dimasukkan sebagai tahapan review setelah setelah siswa bekerja dalam tim (sama dengan

TPS).

Dalam TGT siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi

skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja-turnamen”, di mana ketiga peserta

dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai IPA terakhir yang sama. Sebuah

prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor tertinggi dalam tiap meja

turnamen akan mendapatkan 60 poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia

mendapatkannya. Ini berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi

rendah juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi) kedua-duanya memiliki

kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau

bentuk penghargaan tim lainnya.

TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling

membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan

menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya

tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.

Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap

siswa akan mengambil sebuah kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka

yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor maksimal buat

kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran.

Dalam Implementasinya secara teknis Slavin (2008) mengemukakan empat langkah utama dalam

pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai

berikut:

 Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.


 Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai
materi.
 Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen,
dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga peserta).
 Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut
akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan Pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:

1. Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (3 orang ,
kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lbr jawaban, 1 kotak kartu
nomor, 1 lbr skor permainan.
2. Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi
penantang I dan II.
3. Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.
4. Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah,
tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.
5. Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat mengajukan jawaban secara
bergantian.
6. Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar
(jika ada).
7. Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.
8. Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua tim.
9. Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah), Tim Baik
(kriteria bawah)
10. Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa berdasarkan
prestasi pada meja turnamen.

Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran TGT

Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar

pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat

untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok

dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang

mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.

Menurut Slavin (2008), perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada

penghargaan atau struktur tujuan di mana para siswa bekerja. Deutsch (1949) dalam Slavin (2008)

mengidentifikasikan tiga struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif,  yaitu:

1. kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi konstribusi pada
pencapaian tujuan anggota yang lain.
2. kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan
anggota lainnya.
3. individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsenkuensi apa
pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.

Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya

cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh

karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil

dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.


Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif

menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari

teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang

sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen

mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan

atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam

memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus

terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi

yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.

Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak.

Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya

dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang

diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini,

pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya

terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa.

Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap

pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran

TGT, sebagai berikut:

 Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan
lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
 Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja
dan bukannya pada keberuntungan.
 TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
 TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi
yang lebih sedikit)
 Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih
banyak.
 TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional,
lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.

Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok

tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus

untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

PENERAPAN TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS ) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VIIIC SMPN 10 SURABAYA
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Biologi merupakan bagian dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu yang selalu mengalami
perkembangan. Dalam pengajaran Biologi maka diperlukan kreatifitas dengan mencari dan menerapkan
tehnik-tehnik pengajaran yang beragam,hal ini diperlukan agar siswa dapat menyerap materi pelajaran
lebih optimal ,

Pembelajaran IPA terutama biologi tidak lagi mengutamakan pada penyerapan dan pemahaman melalui
transfer informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan
informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan dengan berperan aktif atau tugas belajar
dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. Juga adanya suasana
gembira dalam belajar yang sering merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas
belajar ,kegembiraan dalam pembelajaran yang berarti bangkitnya minat,adanya keterlibatan
penuh,dan terciptanya makna pemahaman ,nilai yang membahagiakan pada diri pembelajar (Dave
Meier,2005:36)

Beberapa kendala ketidak berhasilan ketuntasan hasil belajar peserta didik adalah metode pembelajaran
yang kurang relevan, tehnik pengajaran yang kurang menarik perhatian siswa, media pembelajaran
yang kurang mendukung, atau mungkin karena faktor kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran
yang kurang,sehingga sering kali terjadi Tingkat ketuntasan pembelajaran Biologi rendah

Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran di setiap kelas yang terlihat masih kurang mendapat
perhatian dari siswanya, hal ini terlihat dari hasil ulangan harian dari kelas VIIIC jumlah siswa yang tuntas
belajar hanya 24 % dan 76 % tidak tuntas belajar .

Oleh karena itu penulis mencoba mengadakan observasi. Berdasarkan hasil wawancara dari siswa yang
berbeda tingkat kecerdasannya , maka disimpulkan bahwa kelemahan mereka adalah sebagai berikut.

Metode pembelajaran yang digunakan belum sepenuhnya student center (berpusat pada siswa )

Rendahnya aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.Hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap tidak
terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas dan kurang aktif bertanya kepada guru.

Dalam mengerjakan tugas, minat siswa masih rendah .Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya siswa
yang masih mengandalkan pekerjaan temannya

Sehubungan dengan observasi pendahuluan tersebut , maka penulis ingin mencoba melakukan
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem
pencernaan pada manusia mata pelajaran Biologi kelas VIIIC SMPN 10 Tahun 2010-2011 dengan
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning melalui tipe TGT ( Teams Games Tournaments)”,
Karena model pembelajaran kooperatif tipe TGT {Teams Games Tournament} ini banyak
melibatkan siswa secara langsung dalam menyelesaikan pertanyaan dalam LKS serta keterlibatan teman
sebaya yang berkemampuan akademik tinggi dalam kelompok-kelompok belajar di kelas dapat
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka permasalahan yang dihadapi dalam penulisan ini
adalah“Apakah hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem pencernaan pada manusia mata pelajaran
Biologi kelas VIIIC SMPN 10 Tahun 2010-2011 dapat meningkat dengan diterapkannya model
pembelajaran Cooperative Learning melalui tipe TGT ( teams games tournaments) ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIC SMPN 10 Surabaya pada

pokok bahasan Sistem pencernaan manusia.

2. Meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada pokok Sistem pencernaan manusia siswa kelas VIIIC
SMPN 10 Surabaya

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada banyak pihak antara lain siswa, guru dan sekolah.

1. Manfaat yang diperoleh siswa

Siswa lebih kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan turnamen yang akan mereka hadapi salah
satunya berusaha searching dan download di internet

Diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Sistem pencernaan manusia .

Siswa menjadi berminat dan senang dengan pelajaran Biologi

Tumbuh rasa percaya diri dan solidaritas karena siswa berperan dalam pengunpulan poin tim mereka

2. Manfaat yang diperoleh guru

Guru menjadi kreatif dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran

Menambah wawasan guru sebagai alternatif dalam penggunaan model pembelajaran yang akan
diterapkan dalam pembelajarannya

memberikan masukan cara meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa dengan meningkatkan
ketrampilan siswa dalam bekerja sama, berfikir kritis, berkolaborasi, dan berkompetisi
3. Manfaat bagi sekolah

Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah

Sekolah mendapat masukkan tentang cara penelitian ini dalam kelas

E. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:

Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas VIII C SMPN 10 Surabaya tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini dilakukan pada bulan November selama 3 minggu semester ganjil tahun pelajaran
2010/2011.

Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Sistem Pencernaan Makanan

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran kooperatif

Model Pembelajaran kooperatif merupakan tehnik-tehnik kelas praktis yang dapat digunakan guru
setiap hari untuk membantu siswa belajar setiap mata pelajaran,mulai dari ketrampilan-ketrampilan
dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.Dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya{M.Nur,2011:2)

Model Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa dapat belajar dengan bekerja
sama dengan teman .bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah dan setiap
anggota kelompok memberikan sumbangan pada prestasi kelompok (Bambang S,2009:48)

Adapun sintaks model pembelajaran kooperative secara umum adalah sebagai berikut :

Fase1 : Pada kegiatan pendahuluan (apersepsi) Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Fase 2 : Menyajikan informasi Pada fase kedua ini telah memasuki kegiatan inti guru menyajikan
informasi kepada siswa

Fase 3 : Mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Fase 4 : Membimbing kelompok dalam belajar,Pada fase ini guru membimbing kelompok belajar pada
saat siswa mengerjakan tugas diberikan kepada mereka

Fase 5 : Evaluasi
Fase 6: Memberikan penghargaan (reward),guru berupaya mencari cara-cara untuk memberikan
penghargaan baik berupa usaha-usaha maupun hasil belajar individu dan kelompok
(Ibrahim,M.dkk,2006)

Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya
akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 2001).
Dalam pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk pencampaian tujuan
pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama.

B. Pembelajaran kooperatif Tipe Teams-Games-Tournaments (TGT)

Tim-Games-Tournament adalah salah satu strategi tim belajar yang dirancang oleh Robert Slavin
untuk diperiksa dan penguasaan materi pembelajaran. Slavin telah menemukan bahwa TGT
meningkatkan keterampilan dasar, prestasi siswa, interaksi positif antara siswa, penerimaan dalam
teman sekelas dan harga diri. (Meg O'Mahony , 2006)

Dalam Implementasinya secara teknis Slavin (2008) mengemukakan empat langkah utama dalam
pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai
berikut:

Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.

Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai
materi.

Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen dengan
meja- meja turnamen

Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan
direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya

Prosedur

1. TIM STUDI (juga disebut Home Tim/ Tim Asal )

Para siswa memperkuat, meninjau dan mempelajari materi kooperatif dalam tim.

Set-up: Tim heterogen

a) Membuat daftar peringkat kelas semua siswa.peringkat harus akademis

b) Tim size: 4 siswa Untuk membuat tim, membagi jumlah siswa dengan 4 (32 siswa ÷ 4 = 8)

c) Jumlah mahasiswa, dimulai di bagian atas. .

misalnya 1,2,3,4,5,6,7,8,8,7,6,5,4,3,2,1,1,2, ... dll


d) ini akan menghasilkan tim akademis heterogen (kemampuan yang beragam). tim yang seimbang
untuk seks, etnis, dll

Tujuan: Siswa dapat meninjau menggunakan format khusus, lembar review, informal, menanyai satu
sama lain, dll

2. TURNAMEN

Setelah waktu belajar ditentukan, siswa kemudian bersaing di turnamen.

Set-up: Homogen Tim (Tournament)

a) Gunakan daftar peringkat siswa yang sama. Bentuk kelompok

b) Terdiri dari 3 siswa atau 4.

c). Hal ini akan mengakibatkan 3 siswa terkuat bersaing bersama-sama, 3 terlemah bersaing bersama-
sama, dll

Format:

a) Setiap meja turnamen disediakan setumpuk kartu bernomor (1 - 30)

b) Sebuah lembar kerja terdiri dari 30 pertanyaan bernomor.beserta kunci jawaban.

c) Anggota turnamen bisa bertemu atas atau bawah. Setiap pemenang

pindah ke meja tingkat yang lebih tinggi, yang "kalah" bergerak ke sebuah meja "lebih mudah". Hal ini
menjamin bahwa semua siswa bermain dengan siswa yang sama-kemampuan dan berpeluang sama
untuk menjadi pemenang (Meg O'Mahony ,2006)

Aturan permainan akademik / turnamen TGT

Untuk memulai permainan ,masing-masing siswa dalam sebuah meja turnamen mengambil kartu untuk
menentukan pembaca pertama,yaitu siswa dengan nomor tertinggi.Permainan berlangsung menurut
arah jarum jam dari pembaca pertama

Pada saat permainan tersebut mulai,pembaca mengocok kartu dan mengambil sebuah kartu yang
paling atas,ia kemudian membaca dengan keras pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu
itu.Pemain pertama menjawab pertanyaan ,siswa disebelah kiri (penantang pertama ) memiliki
kesempatan untuk menyampaikan jawaban berbeda ,setelah itu dicocokkan dengan lembar
jawaban.Pemain yang memberikan jawaban benar akan menyimpan kartu tersebut ,apabila ada
penantang yang memberikan jawaban salah ,ia harus mengembalikan kartu ketumpukan kartu.Apabila
tidak ada satupun jawab yang benar, kartu tersebut dikembalikan ke tumpukan .
Untuk putaran berikutnya segala sesuatunya bergerak satu posisi ke kiri,permainan berlanjut sampai
waktu yang ditentukan .ketika permainan tersebut selesai ,para pemain mencatat banyak kartu yang
mereka menangkan pada lembar skor.siswa memberikan poin 60 untuk siswa yang mencapai skor
tertinggi Top Scorer.seperti tampak pada tabel

setelah usai turnamen tersebut hitung skor tim dan siapkan sertifikat tim. Langkah berikutnya
pindahkan tiap poin turnamen siswa kelembar rangkuman tim untuk timnya jumlahkan seluruh skor
anggota tim dan bagilah dengan banyaknya anggota tim yang ikut bertanding (Nur,Mohamad : 2011)

Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompok dari
permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan
kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut.

Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari
pembelajaran TGT antara lain:

1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa

5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

6. Motivasi belajar lebih tinggi

7. Hasil belajar lebih baik

8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

C. Hasil belajar

a.Hasil Belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian – pengertian , sikap - sikap, apresiasi dan
ketrampilan .Menurut Gagne ,hasil belajar berupa :

Informasi verbal

Ketrampilan intelektual

Strategi kognitif

Ketrampilan Motorik
Sikap

b.Ketuntasan belajar

Menurut ischak dan Warji (1989) Belajar tuntas adalah suatu system belajar yg mengharapkan sebagian
besar siswanya dapat menguasai TIU dari suatu pelajaran secara tuntas

Siswa akan dinyatakan tuntas dalam proses pembelajaran tersebut jika mendapat nilai sama atau lebih
besar 75 dari nilai standar yg diberikan guru yaitu 100 (depdiknas 2004)

Di beberapa sekolah siswa dapat dinyatakan tuntas dalam pembelajarannya jika sama,lebih kecil atau
lebih besar dari dari ketentuan DEPDIKNAS tergantung pada sarana prasarana yang tersedia , SDM guru
, input siswa .

PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan metode
pembelajaran kooperatif model TGT dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran,
dan data tes formatif/post tes siswa pada setiap siklus.Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model TGT.

Berdasar hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model TGT memiliki dampak
positif dalam meningkatkan Hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Dari hasil tes yang dilaksanakan sampai 6
kali yang terdiri dari pre test dan post test sebagai data pembanding , pada dasarnya mengalami
peningkatan nilai,hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus
(lihat grafik 1 ) yaitu siklus I nilai rata-rata kelas 70,11 dan siklus II meningkat menjadi 81,46 pada siklus
III meningkat lagi menjadi 85,14

Ketuntasan belajar mencapai 70,27 % atau ada 26 siswa sudah tuntas belajar dari 37 siswa. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena
siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 70,27% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti
apa yang dimaksudkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model TGT. pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal banyak mengalami peningkatan daripada siklus I.
ketuntasan belajar mencapai 94,59 % atau ada 35 siswa sudah tuntas belajar dari 37 siswa Adanya
peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran
akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif model TGT.Pada siklus 3 ketuntasan belajar mencapai
97,29 % atau ada 36 siswa sudah tuntas belajar dari 37 siswa. karena siswa sudah paham dengan
metode dan tahap-tahap model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sehingga mereka mempersiapkan
materi yang akan dipelajari pada siklus III,semua siswa siap dengan bahan ajar yang mereka bawa misal
buku paket , beberapa siswa juga membawa download materi dari internet ,mereka sangat antusias
untuk melakukan turnamen agar tim mereka lebih unggul dari tim yang lain

Berdasar hasil angket yang diberikan kepada siswa ,bahwa siswa yang senang mempelajari Biologi
pada awal siklus ada 23 dan akhir siklus (siklus III) ada 29 siswa artinya ada kenaikan 16 % siswa yang
senang mempelajari pelajaran Biologi.Hal ini dapat dilihat makin meningkatnya siswa yang
mendownload materi Biologi dari internet pada siklus 3 yaitu sebanyak 22 siswa.

Perilaku yang tidak relevan diantaranya tidur, jalan-jalan, berteriak ,bercanda, dan melamun
mengalami penurunan secara signifikan bahkan pada siklus III kegiatan yang tidak relevan tidak ada
sama sekali

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah


pembelajaran kooperatif learning Tipe TGT dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul
di antaranya aktivitas pembentukan kelompok yang heterogen maupun kelompok turnamen yang
homogen ,membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan,menciptakan suasana aktif
dengan memberi motivasi pada siswa agar bekerja sama dengan kelompoknya dimana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar.

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas di kelas VIII C SMPN 10 Surabaya tahun pelajaran
2010-2011 dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

Hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem pencernaan pada manusia mata pelajaran Biologi kelas
VIIIC SMPN 10 Tahun 2010-2011 dapat meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran
Cooperative Learning melalui tipe TGT ( teams games tournaments)

yang ditandai dengan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (74,11
%), siklus II (81,46 %), siklus III ( 85,14 %).

Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning melalui tipe TGT ( teams games tournaments)
pada pokok bahasan sistem pencernaan pada manusia mata pelajaran Biologi kelas VIIIC SMPN 10
Tahun 2010-2011 mempunyai pengaruh positif yaitu dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa
yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (70,27 %),
siklus II (94,59 %), siklus III (97,29 %).
B. Saran

Dari pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas VIII C SMPN 10 Surabaya pada
tahun pelajaran 2010/2011 dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut.

Model pembelajaran Cooperative Learning melalui tipe TGT ( teams games tournaments) dapat
dijadikan alternatif pemilihan metode pembelajaran yang baru bagi guru,tetapi dalam pelaksanaannya
metode TGT ini memerlukan persiapan yang cukup matang ,dan guru harus mampu memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan model kooperatif tipe TGT dalam proses belajar mengajar sehingga
diperoleh hasil yang optimal. Dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana
siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga
siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Guru dalam pembelajaran diharapkan dapat memberikan kesempatan pada semua siswa untuk terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif learning
melalui tipe TGT ( teams games tournaments)

Setiap kegiatan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran dengan metode baru pasti ada
hambatan dan dukungan. Dalam hal ini guru diharapkan mampu mengatasi dan memanfaatkan
hambatan dan dukungan yang ada. Hambatan bukanlah suatu kendala tetapi merupakan tantangan
yang harus dihadapi.

Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih
baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim,M.,Fida ,R.,Nur,M dan Ismono.2006. Pembelajaran Kooperative ,Surabaya : Penerbit Unesa


University Press.

Krisno,H,Moch.Agus,2008.Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP kelas VIII,BSE,Departemen Pendidikan


Nasional

Wasis,2008, Pengetahuan Alam untuk SMP kelas VIII,BSE,Departemen Pendidikan Nasional

Meier,Dave.2005.The Acclerated Learning,Handbook:Panduan Kreatif dan efektif merancang Program


Pendidikan dan Pelatihan,Bandung.Penerbit Kaifa,PT Mizan Pustaka.

Meg O'Mahony,NABT Konferensi, Tim-Games-Tournament (TGT),14 Oktober 2006

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri
Surabaya.
Nur, Moh. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. University Press. Universitas Negeri
Surabaya.

Sugiarto,Bambang. 2009. Mengajar siswa Belajar .Penerbit Unesa University Press.

Sutedjo,Bambang,2010, KTSP strategis Analisis PTK,Membentang sayap menuju harapan ,Penerbit


Unesa University Press.

10. http://suhadinet.wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt-teams-
games-tournaments/

11. http://starrhina.student.fkip.uns.ac.id/model-pembelajaran-tgt/

12. http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/24/ketuntasan-belajar.html

Games Tournament

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang
mudah diterapkan,melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya,mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat
belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Misal: penerapan teknik Games Tournament pada materi Pola-pola hereditas. Langkah – langkahnya
sebagai berikut:

Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan ceramah,diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas
ini ,siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru,karena akan
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game
akan menentukan skor kelompok.

Kelompok ( team )

Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa.Fungsi kelompok adalah untuk
lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat
siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor.Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai
dengan nomor itu.Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.

Turnamen

Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan
nomor terbesar sebagai reader 1,terbesar kedua sebagai chalennger 1,terbesar ketiga sebagai chalenger
2,terbesar keempat sebagai chalenger 3.Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka
yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2.Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab
soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1
apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang
dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah.
Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban
reader1,chalenger 1,chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan
kunci jawaban .Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua.Posisi peserta berubah searah jarum
jam.Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1,chalenger 2 menjadi chalenger
1,chalenger3 menjadi chalenger 2,reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu
terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.

Penghargaan kelompok (team recognise)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,masing-masing team akan mendapat sertifikat
atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai