Tim A
Tim B Tim C
Keterangan gambar:
Siswa dari suatu kelompok ditempatkan pada meja tournament berdasarkan tingkat
kemampuan mereka. Pada meja 1 ditempatkan wakil-wakil siswa yang berkemampuan akademik
tinggi, pada meja 2 dan 3 ditempatkan siswa yang berkemampuan rata-rata, sedangkan pada
meja 4 ditempatkan oleh para siswa yang berkemampuan rendah. Selanjutnya, para siswa akan
mengalami perubahan posisi dari satu meja ke meja yang lain tergantung dari kemampuan
mereka dalam mengikuti lomba atau tournament. Pemenang pertama pada suatu meja bisa
berpindah meja yang berkualifikasi lebih tinggi, pemenang kedua tetap tinggal di meja semula,
sedangkan siswa yang memperoleh skor terendah akan bergeser ke meja yang ditempati oleh
siswa yang berkualifikasi lebih rendah. Dengan cara ini maka penempatan siswa pada saat awal
akan dapat bergeser naik atau turun sampai menempati posisi yang sesuai dengan tingkat
kemampuan yang sesungguhnya mereka miliki.
Peraturan permainan
Permainan diawali dengan memberitahukan aturan permainan kepada siswa. Setelah itu
dilanjutkan dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh
terbalik diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen
dilakukan dengan aturan sebagai berikut Slavin, 1995 (dalam Kurniawan, 2008).
1. Tiap meja terdiri dari 4-6 orang siswa yang berasal dari kelompok yang berbeda/heterogen.
2. Setiap pemain dalam tiap meja menentukan terlebih dahulu pembaca soal dan pemain pertama
dengan cara undian. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor
soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan
nomor undian yang diambil oleh pemain.
3. Soal dikerjakan secara mandiri oleh penantang dan pemain sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang.
4. Pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang
menjawab benar atau penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua jawaban pemain
salah, maka kartu dibiarkan saja.
5. Permainan dilanjutkan dengan kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,
dan posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat
berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang.
6. Dalam permainan, pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci
jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban kepada peserta yang lain.
7. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu
yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah
disediakan.
8. Setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada
ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh oleh anggota kelompoknya
pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh
kelompoknya.
Langkah 4: Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok
Skor kelompok diperoleh dengan cara menjumlahkan skor anggota setiap kelompok,
kemudian dicari rata-ratanya. Berdasarkan skor rata-rata kelompok akan diperoleh gambaran
perbedaan prestasinya. Dari skor rata-rata kelompok ini guru dapat memberikan penghargaan
kepada setiap kelompok berdasarkan kriteria seperti pada tabel berikut.
Kriteria Penghargaan untuk Kelompok
No Kriteria (Rata-rata Kelompok) Predikat
1 X<15 -
2 15X<20 Kelompok Cukup
3 20X<25 Kelompok Baik
4 25X Kelompok Sangat Baik
Skor rata-rata kelompok yang lebih kecil dari 15 sengaja tidak diberikan predikat untuk
memacu kelompok agar lebih giat belajar pada topik-topik berikutnya.
Dari sintaks pembelajaran di atas tampak bahwa pengetahuan tidak bersumber dari guru,
akan tetapi siswalah yang secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri bersama anggota
kelompoknya sesuai dengan prinsip-prinsip teori belajar konstruktivisme. Dengan demikian,
guru hanya berperan sebagai fasilitator agar terjamin kondisi yang baik untuk pembelajaran.
b. Prinsip Reaksi (Principles of Reactions)
Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya
guru memberikan respon terhadap siswa. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, peran
guru adalah sebagai berikut.
a) Membangun ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran.
b) Berperan sebagai pendamping, pembimbing, fasilitator dan motivator, bukan menempatkan diri
sebagai sumber pengetahuan utama bagi siswa.
c) Harus mampu menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon siswa.
d) Menekankan pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam kelompok masing-masing untuk
mencapai tujuan pembelajaran, termasuk upaya meningkatkan keterampilan kooperatif siswa.
e) Memberikan bantuan terbatas pada siswa yang membutuhkan bantuan. Bantuan tersebut dapat
berupa pertanyan untuk membuka wawasan siswa.
c. Sistem Sosial (The Social System)
Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya proses
pembelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pola hubungan antara guru dan
siswa yaitu terjadi interaksi dua arah, yang artinya interaksi yang terjadi antara guru dengan
siswa dan antara siswa dengan siswa yang lain. Proses pembelajaran dalam model TGT lebih
berpusat pada siswa (student centered approach) karena siswa tidak dianggap sebagai objek
belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai
subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki sehingga siswa
dapat mengembangkan potensi dirinya. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang
belajar bersama secara berkelompok dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya tanpa adanya
tekanan dari guru. Dengan pembelajaran seperti itu, maka akan tercipta suasana belajar yang
menyenangkan sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
d. Sistem Pendukung (Support System)
Model pembelajaran TGT dalam pelaksanaannya memerlukan sarana, bahan, dan alat
yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga dapat merubah
lingkungan belajar yang semula membosankan menjadi lebih menarik dan dapat menumbuhkan
semangat belajar siswa. Tetapi tidak memerlukan fasilitas pendukung khusus seperti peralatan
khusus atau ruangan khusus melainkan hanya meja-meja yang akan dipakai pada saat game
tournament, buku-buku yang menyangkut materi yang dipelajari, Lembar Percobaan, LKS dan
buku penunjang yang relevan.
e. Dampak Instruksional (Intructional Effect) dan Dampak Pengiring (Nurturant Effect)
c. Metode Diskusi
Pada model pembelajaran TGT, siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok masing-
masing untuk memecahkan suatu permasalahan.
d. Metode demostrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Sanjaya, 2006:152). Pada Model TGT dapat diterapkan
pada saat guru mnyajikan informasi.
f. Metode problem solving
Metode problem solving adalah suatu cara mengajar yang menghadapkan siswa kepada suatu
masalah agar dipecahkan atau diselesaikan (Sriyono, 1992:118). Pada model pembelajaran TGT,
siswa dihadapkan pada suatu masalah yang terdapat pada LKS atau permasalahan yang diberikan
oleh guru untuk dipecahkan dalam kelompok masing-masing.
h. Metode Pemberian tugas
Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang
ditandai dengan adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, tugas tersebut dapat
diselesaikan secara individu atau secara berkelompok sesuai dengan perintahnya (Sriyono,
1992). Pada model pembelajaran TGT, guru memberikan tugas kepada kelompok masing-masing
untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikannya.
e. Metode Eksperimen
Metode eksperimen atau percobaan adalah cara belajar mengajar yang dilibataktifkan peserta
didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu (Sumantri,
1999:157). Pada model TGT dapat digunakan pada langkah pertama yaitu presentasi klasikal
atau penyajian informasi.
C. Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin
dan suku kata atau ras yang berbeda. Model ini dikembangkan oleh David DeVries dan
Keith Edwards.
Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-
anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat
disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan
kelompok
Menurut Davied Devrie dan keith Edward (1995) ,merupakan pembelajaran pertama dari John
Hopkins.dalam model ini kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yng beranggotakan 3
sampain dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan,jenis kelamin,dan latar belakang
etniknya.kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya,pembelajaran
ini hamper sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu.
Menurut Nur dan Wikandari (2000), menjelaskan bahwa TGT telah digunakan dalam berbagai
macam mata pelajaran dan paling cocok digunakan untuk mengajar pembelajaran yang
dirumuskanndengan tajam dengan satu jawaban benar seperti perhitungan,dan penerapan berarti
matematika dan fakta-fakta serta konsep IPA.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 3-5 siswa
yang memiliki kemampuan,melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan,
melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforment.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok
kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam
kelompok mereka masing masing.
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif
tipe TGT memiliki ciri ciri sebagai berikut:
b. Games Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya.Siswa yang
mewakili kelompoknya, masing masing ditempatkan dalam meja meja turnamen. Tiap meja
turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal
dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta
homogen.Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu
permainan dimulai dengan membagikan kartu kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci
ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja
turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja
menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian
pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan
kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang
diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal
selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang
searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya
diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan
jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu
soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah
jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal,
pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali kali dengan syarat bahwa
setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan
pembaca soal.
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci
jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua
kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh
dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.Selanjutnya
setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh
berdasarkan tabel yang telah disediakan.Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok
asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok.Ketua kelompok
memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan,
kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
c. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor
kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang
diperoleh oleh masing masing anggota kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya
anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata rata poin yang didapat oleh
kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing masing anggota
kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel
berikut:
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu
ditempuh, yaitu :
1. Mengajar (teach)
Mempersentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang
harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
2. Belajar Kelompok (team study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik,
jenis kelamin, dan ras / suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan
pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi
untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada
anggota kelompok yang salah dalam menjawab.
Pendekatan yang digunakan dalam TGT adalah pendekatan secara kelompok yaitu dengan
membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran supaya siswa aktif.ciri-ciri
pendekatan secara kelompok ditinjau dari segi: