Anda di halaman 1dari 19

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

(TEAMS GAMES TOURNAMENT )


http://heny-christz.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt.html
A. Deskripsi Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Saptono, 2008 (dalam Hakim, 2009) menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif
merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat
kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen.
Model pembelajaran kooperatif ada berbagai macam dan salah satunya yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Model ini pada mulanya
dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Model Pembelajaran TGT adalah salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku
kata atau ras yang berbeda.
Penerapan Model TGT dalam pelaksanaanya tidak memerlukan fasilitas pendukung
khusus seperti peralatan atau ruangan khusus. Selain mudah diterapkan dalam penerapannya
TGT juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan.
Kegiatan tutor sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen yaitu setelah masing-masing
anggota kelompok membuat soal dan jawabannya, untuk selanjutnya saling mengajukan
pertanyaan dan belajar bersama. Sedangkan untuk memotivasi belajar siswa dalam TGT terdapat
unsur reinforcement.
Model Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT) mempunyai banyak
manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan
belajar mengajar, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran,
seperti rendahnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun
rendahnya hasil belajar siswa dan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, juga melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya.
Ditinjau dari kompetensi yang dapat dikembangkan dalam Model Pembelajaran TGT
yaitu sebagai berikut.
1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam aspek kognitif, dengan menggunakan TGT
pengetahuan siswa mengenai materi pelajaran akan lebih mendalam karena dalam TGT ada
unsur tutor sebaya.
2. Pemahaman (understanding) yaitu menyangkut kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.
Di samping memahami materi pelajaran dengan TGT siswa juga dilatih untuk memahami
perasaan orang lain.
3. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau
pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kompetensi ini dapat dengan mudah diperoleh siswa,
karena dalam TGT dapat mengembangkan banyak kompetensi diantaranya membuat pertanyaan
dan menjelaskan kepada siswa lain.
4. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah menyatu
dalam diri seseorang. Kompetensi ini pada TGT terkandung dalam kejujuran dalam
merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan penjelasan kepada
teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk menyatukan pendapat yang
berbeda.
5. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu
rangsangan yang akan datang dari luar. Kompetensi sikap diperoleh siswa karena dalam TGT
siswa belajar dengan kelompok masing-masing tanpa ada tekanan dari guru, sehingga siswa
merasa senang dan santai.
6. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Adanya
turnamen dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) juga memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
Kelebihan Model Pembelajaran TGT yaitu:
a) dapat mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap dan keterampilan sosial siswa,
meningkatkan hasil belajar, serta aktivitas siswa,
b) lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas,
c) mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu,
d) dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam,
e) proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa,
f) mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain,
g) motivasi belajar lebih tinggi, dan
h) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Sedangkan kelemahan TGT yaitu sebagai berikut.
a. Bagi guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam
menentukan pembagian kelompok.
Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang
sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara
menyeluruh.
b. Bagi siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan
kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan
baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan
pengetahuannya kepada siswa yang lain.

B. Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)


Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament terdapat unsur-unsur
yang sangat penting yaitu sebagai berikut.

1. Syarat-Syarat Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)


Syarat-syarat Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terdiri dari sintaks, sistem
sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiring.
a. Sintaks (Syntax)
Menurut Slavin (dalam Purwati, 2010) ada 5 komponen utama dalam TGT yang secara
rinci dapat diuraikan sebagai berikut.
Langkah 1 : Tahap Menyampaikan Informasi (Presentasi Klasikal)
Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran seperti biasa, bisa dengan ceramah,
diskusi, demonstrasi atau eksperimen bergantung pada karakteristik materi yang sedang
disampaikan dan ketersediaan media di sekolah yang bersangkutan. Pada kesempatan ini guru
harus memberitahu siswa agar cermat mengikuti proses pembelajaran karena informasi yang
diterimanya pada fase ini sangat bermanfaat untuk bisa menjawab kuis pada fase berikutnya dan
skor kuis yang akan diperoleh sangat menentukan skor tim mereka.
Langkah 2: Tahap Pembentukan Tim atau Pengorganisasian Siswa (Kelompok)
Pada fase ini, guru membentuk kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-6 orang
siswa, terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan kurang. Fungsi kelompok disini
adalah untuk mengarahkan semua anggota untuk belajar mengkaji materi yang disampaikan oleh
guru, berdiskusi, membantu anggota yang kemampuan akademiknya kurang sehingga mereka
secara tim nantinya siap untuk mengikuti kuis. Kekompakkan kerjasama tim akan mampu
meningkatkan hubungan antar sesama anggota tim, rasa percaya diri, dan keakraban antar siswa.
Langkah 3: Tahap Permainan (Game Tournament)
Pada fase ini, guru membuat suatu bentuk permainan. Materinya terdiri dari sejumlah
pertanyaan yang relevan dengan materi ajar yang disampaikan oleh guru pada fase sebelumnya
untuk menguji kemajuan pengetahuan siswa setelah memperoleh informasi secara klasikal dan
hasil latihan di kelompoknya. Dalam permainan ini, posisi meja turnamen diatur sebagai berikut
(Sumber: Slavin dalam Purwati, 2010).

Tim A
Tim B Tim C
Keterangan gambar:
Siswa dari suatu kelompok ditempatkan pada meja tournament berdasarkan tingkat
kemampuan mereka. Pada meja 1 ditempatkan wakil-wakil siswa yang berkemampuan akademik
tinggi, pada meja 2 dan 3 ditempatkan siswa yang berkemampuan rata-rata, sedangkan pada
meja 4 ditempatkan oleh para siswa yang berkemampuan rendah. Selanjutnya, para siswa akan
mengalami perubahan posisi dari satu meja ke meja yang lain tergantung dari kemampuan
mereka dalam mengikuti lomba atau tournament. Pemenang pertama pada suatu meja bisa
berpindah meja yang berkualifikasi lebih tinggi, pemenang kedua tetap tinggal di meja semula,
sedangkan siswa yang memperoleh skor terendah akan bergeser ke meja yang ditempati oleh
siswa yang berkualifikasi lebih rendah. Dengan cara ini maka penempatan siswa pada saat awal
akan dapat bergeser naik atau turun sampai menempati posisi yang sesuai dengan tingkat
kemampuan yang sesungguhnya mereka miliki.
Peraturan permainan
Permainan diawali dengan memberitahukan aturan permainan kepada siswa. Setelah itu
dilanjutkan dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh
terbalik diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen
dilakukan dengan aturan sebagai berikut Slavin, 1995 (dalam Kurniawan, 2008).
1. Tiap meja terdiri dari 4-6 orang siswa yang berasal dari kelompok yang berbeda/heterogen.
2. Setiap pemain dalam tiap meja menentukan terlebih dahulu pembaca soal dan pemain pertama
dengan cara undian. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor
soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan
nomor undian yang diambil oleh pemain.
3. Soal dikerjakan secara mandiri oleh penantang dan pemain sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang.
4. Pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang
menjawab benar atau penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua jawaban pemain
salah, maka kartu dibiarkan saja.
5. Permainan dilanjutkan dengan kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,
dan posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat
berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang.
6. Dalam permainan, pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci
jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban kepada peserta yang lain.
7. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu
yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah
disediakan.
8. Setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada
ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh oleh anggota kelompoknya
pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh
kelompoknya.
Langkah 4: Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok
Skor kelompok diperoleh dengan cara menjumlahkan skor anggota setiap kelompok,
kemudian dicari rata-ratanya. Berdasarkan skor rata-rata kelompok akan diperoleh gambaran
perbedaan prestasinya. Dari skor rata-rata kelompok ini guru dapat memberikan penghargaan
kepada setiap kelompok berdasarkan kriteria seperti pada tabel berikut.
Kriteria Penghargaan untuk Kelompok
No Kriteria (Rata-rata Kelompok) Predikat
1 X<15 -
2 15X<20 Kelompok Cukup
3 20X<25 Kelompok Baik
4 25X Kelompok Sangat Baik

Skor rata-rata kelompok yang lebih kecil dari 15 sengaja tidak diberikan predikat untuk
memacu kelompok agar lebih giat belajar pada topik-topik berikutnya.
Dari sintaks pembelajaran di atas tampak bahwa pengetahuan tidak bersumber dari guru,
akan tetapi siswalah yang secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri bersama anggota
kelompoknya sesuai dengan prinsip-prinsip teori belajar konstruktivisme. Dengan demikian,
guru hanya berperan sebagai fasilitator agar terjamin kondisi yang baik untuk pembelajaran.
b. Prinsip Reaksi (Principles of Reactions)
Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya
guru memberikan respon terhadap siswa. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, peran
guru adalah sebagai berikut.
a) Membangun ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran.
b) Berperan sebagai pendamping, pembimbing, fasilitator dan motivator, bukan menempatkan diri
sebagai sumber pengetahuan utama bagi siswa.
c) Harus mampu menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon siswa.
d) Menekankan pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam kelompok masing-masing untuk
mencapai tujuan pembelajaran, termasuk upaya meningkatkan keterampilan kooperatif siswa.
e) Memberikan bantuan terbatas pada siswa yang membutuhkan bantuan. Bantuan tersebut dapat
berupa pertanyan untuk membuka wawasan siswa.
c. Sistem Sosial (The Social System)
Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya proses
pembelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pola hubungan antara guru dan
siswa yaitu terjadi interaksi dua arah, yang artinya interaksi yang terjadi antara guru dengan
siswa dan antara siswa dengan siswa yang lain. Proses pembelajaran dalam model TGT lebih
berpusat pada siswa (student centered approach) karena siswa tidak dianggap sebagai objek
belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai
subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki sehingga siswa
dapat mengembangkan potensi dirinya. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang
belajar bersama secara berkelompok dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya tanpa adanya
tekanan dari guru. Dengan pembelajaran seperti itu, maka akan tercipta suasana belajar yang
menyenangkan sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
d. Sistem Pendukung (Support System)
Model pembelajaran TGT dalam pelaksanaannya memerlukan sarana, bahan, dan alat
yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga dapat merubah
lingkungan belajar yang semula membosankan menjadi lebih menarik dan dapat menumbuhkan
semangat belajar siswa. Tetapi tidak memerlukan fasilitas pendukung khusus seperti peralatan
khusus atau ruangan khusus melainkan hanya meja-meja yang akan dipakai pada saat game
tournament, buku-buku yang menyangkut materi yang dipelajari, Lembar Percobaan, LKS dan
buku penunjang yang relevan.
e. Dampak Instruksional (Intructional Effect) dan Dampak Pengiring (Nurturant Effect)

1. Dampak Instruksional (Instruksional Effect)


Dampak pembelajaran yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT,
yaitu sebagai berikut.

a) Kemampuan konstruksi pengetahuan


Dalam TGT siswa melakukan aktivitas dalam kelompok-kelompok kecil dan berinteraksi dalam
sebuah permainan yang melibatkan siswa sebagai tutor sebaya. Dengan aktivitas semacam ini
dan dilaksanakan secara rutin, kemampuan siswa dalam konstruksi pengetahuan secara mandiri
akan meningkat.
b) Penguasaan bahan ajar
Dalam model TGT, informasi (pengetahuan) dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui aktivitas
belajar yang dilakukan oleh kelompok. Pengetahuan yang dikonstruksi sendiri dapat bertahan
lama dalam memori siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
c) Kemampuan berpikir kritis
Dalam model pembelajaran TGT, siswa dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang
merangsang pikiran siswa sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang dengan
optimal.
d) Keterampilan kooperatif
Pembelajaran dengan TGT memberikan kesempatan kepada siswa dengan berbagai latar
belakang kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda untuk bekerja sama,
saling tergantung dan belajar menghargai satu sama lainnya. Kondisi semacam ini
memungkinkan berkembangnya keterampilan-keterampilan untuk bekerja sama yang sangat
dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Dampak Pengiring (Nurturant Effect)


Dampak pengiring yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu
sebagai berikut.
a) Minat (interest)
Minat yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Adanya turnamen
dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran.
b) Kemandirian atau otonomi dalam belajar
Dalam pembelajaran yang menggunakan TGT, siswa tidak menerima pengetahuan secara pasif
dari gurunya, tetapi siswa berupaya sendiri mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dalam
kelompok-kelompok kecil. Kondisi semacam ini akan menumbuhkan kemandirian atau otonomi
siswa dalam belajar.
c) Nilai (value)
Pada TGT terkandung nilai kejujuran dalam merahasiakan soal masing-masing individu,
keterbukaan dalam memberikan penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika
berdiskusi untuk menyatukan pendapat yang berbeda.
d) Sikap Positif terhadap suatu mata pelajaran tertentu
Adanya suasana persaingan yang kompetitif antar kelompok akan membuat siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran, baik dalam mempelajari bahan ajar dan membangun pengetahuan sendiri.
Kondisi ini akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka akan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap suatu
mata pelajaran tertentu.

2. Pendekatan Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)


Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran (Sanjaya, 2006:127). Pendekatan yang digunakan pada model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah sebagai berikut.
a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach)
Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang belajar bersama secara berkelompok
dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya.
b. Pendekatan Liberal (Liberal approaches)
Pendekatan ini memberikan kesempatan luas pada siswa untuk mengembangkan strategi dan
keterampilan belajarnya sendiri.
c. Pendekatan bervariasi
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang
dihadapi anak didik dalam belajar adalah bervariasi (Bahri Djamarah, 2006). Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pendekatan yang bervariasi yang disesuaikan
dengan kondisi siswa. Sehingga dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua
siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual
dalam diskusi kelompok.

3. Strategi Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)


Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) strategi yang digunakan
adalah strategi pembelajaran kooperatif yaitu strategi pembelajaran kelompok yang mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, meningkatkan harga diri, dapat
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah serta
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan (Sanjaya, 2006).

4. Metode Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)


Metode yang dapat digunakan pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ada
berbagai macam, beberapa diantaranya yaitu sebagai berikut.
a. Metode Ceramah
Menurut Arikunto (dalam Djamarah, 2005), metode ceramah adalah sebuah cara
melaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru secara monolog dan berlangsung satu arah,
yaitu dari guru ke siswa. Pada model pembelajaran TGT, metode ceramah dapat digunakan pada
menjelaskan diawal pelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran dan mengkonfimasi bila ada
jawaban siswa yang perlu diperbaiki.
b. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik
dalam suatu kelompok sebagai suatu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam
kelompok tersebut (Sriyono, 1992:121). Pada model pembelajaran TGT, siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 orang untuk menyelesaikan permasalahan tertentu.

c. Metode Diskusi
Pada model pembelajaran TGT, siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok masing-
masing untuk memecahkan suatu permasalahan.
d. Metode demostrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Sanjaya, 2006:152). Pada Model TGT dapat diterapkan
pada saat guru mnyajikan informasi.
f. Metode problem solving
Metode problem solving adalah suatu cara mengajar yang menghadapkan siswa kepada suatu
masalah agar dipecahkan atau diselesaikan (Sriyono, 1992:118). Pada model pembelajaran TGT,
siswa dihadapkan pada suatu masalah yang terdapat pada LKS atau permasalahan yang diberikan
oleh guru untuk dipecahkan dalam kelompok masing-masing.
h. Metode Pemberian tugas
Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang
ditandai dengan adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, tugas tersebut dapat
diselesaikan secara individu atau secara berkelompok sesuai dengan perintahnya (Sriyono,
1992). Pada model pembelajaran TGT, guru memberikan tugas kepada kelompok masing-masing
untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikannya.
e. Metode Eksperimen
Metode eksperimen atau percobaan adalah cara belajar mengajar yang dilibataktifkan peserta
didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu (Sumantri,
1999:157). Pada model TGT dapat digunakan pada langkah pertama yaitu presentasi klasikal
atau penyajian informasi.
C. Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin
dan suku kata atau ras yang berbeda. Model ini dikembangkan oleh David DeVries dan
Keith Edwards.

2. Analisis model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) , sebagai berikut.


a. Syarat-syarat model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
a) Sintaks, yaitu presentasi klasikal, pembentukan tim dan pengorganisasian siswa, permainan
(Games Tournament) dan pemberian penghargaan
b) Prinsip reaksi, yaitu membangun ikatan emosional, berperan bukan sebagai sumber utama dan
menekankan pembelajaran kooperatif.
c) Sistem sosial, yaitu intekasi dua arah dan berpusat pada siswa.
d) Sistem pendukung, yaitu meja untuk turnamen, LKS, Lembar Percobaan dan buku penunjang
yang relevan.
e) Memiliki dampak instruksional dan dampak pengiring.
b. Pendekatan yang digunakan pada Model Pembelajaran TGT yaitu pendekatan berorientasi pada
siswa, pendekatan liberal dan pendekatan bervariasi.
c. Strategi yang digunakan pada Model pembelajaran TGT adalah strategi pembelajaran kooperatif.
d. Metode yang digunakan pada Model Pembelajaran TGT ada berbagai macam beberapa
diantaranya yaitu metode ceramah, kerja kelompok, diskusi, demosntrasi, problem solving,
pemberian tugas, dan eksperimen.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT


http://tarynugrohotappuy.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TGT

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT


Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatifunggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga menurut mereka memberikan efek
terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras, keragaman budaya, gender, sosial-
ekonomi, dll.Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan
bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat
nanti lepas ke tengah masyarakat.

Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-
anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat
disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan
kelompok

Menurut Davied Devrie dan keith Edward (1995) ,merupakan pembelajaran pertama dari John
Hopkins.dalam model ini kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yng beranggotakan 3
sampain dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan,jenis kelamin,dan latar belakang
etniknya.kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya,pembelajaran
ini hamper sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu.

Menurut Nur dan Wikandari (2000), menjelaskan bahwa TGT telah digunakan dalam berbagai
macam mata pelajaran dan paling cocok digunakan untuk mengajar pembelajaran yang
dirumuskanndengan tajam dengan satu jawaban benar seperti perhitungan,dan penerapan berarti
matematika dan fakta-fakta serta konsep IPA.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 3-5 siswa
yang memiliki kemampuan,melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan,
melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforment.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok
kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam
kelompok mereka masing masing.

Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif
tipe TGT memiliki ciri ciri sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil


Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang
yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya
heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu
antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam
menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri
siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.

b. Games Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya.Siswa yang
mewakili kelompoknya, masing masing ditempatkan dalam meja meja turnamen. Tiap meja
turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal
dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta
homogen.Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu
permainan dimulai dengan membagikan kartu kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci
ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja
turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja
menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian
pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan
kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang
diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal
selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang
searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya
diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan
jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu
soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah
jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal,
pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali kali dengan syarat bahwa
setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan
pembaca soal.
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci
jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua
kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh
dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.Selanjutnya
setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh
berdasarkan tabel yang telah disediakan.Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok
asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok.Ketua kelompok
memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan,
kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.

c. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor
kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang
diperoleh oleh masing masing anggota kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya
anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata rata poin yang didapat oleh
kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing masing anggota
kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel
berikut:

Tabel 2.1 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang


Diperoleh
Top Scorer 40
High Middle Scorer 30
Low Middle Scorer 20
Low Scorer 10

Tabel 2.2 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain

Pemain Poin Bila Jumlah Kartu Yang


dengan Diperoleh
Top scorer 60
Middle scorer 40
Low scorer 20
(Sumber : Slavin, 1995:90) Dengan keterangan sebagai berikut:
Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer ( skor tinggi ), Low Middle
Scorer ( skor rendah ), Low Scorer ( skor terendah), ( skor sedang ).

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu
ditempuh, yaitu :
1. Mengajar (teach)
Mempersentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang
harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
2. Belajar Kelompok (team study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik,
jenis kelamin, dan ras / suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan
pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi
untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada
anggota kelompok yang salah dalam menjawab.

3. Permainan (game tournament)


4. Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing masing kelompok yang berbeda. Tujuan
dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai
materi, dimana pertanyaan pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah
didiskusikan dalam kegiatan kelompok,
5. Penghargaan kelompok (team recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompok
dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan
diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut.
Tabel 2.3 Kriteria Pengahrgaan Kelompok

Kriteria ( Rerata Predikat


Kelompok )
30 sampai 39 Tim Kurang baik
40 sampai44 Tim Baik
45 sampai 49 Tik Baik Sekali
50 ke atas Tim Istimewa

Komponen-komponen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, diantaranya:

1. Komponen pertama adalah presentasi kelas atau pengamatan langsung.presentasi kelas


digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau
diskusi ayaupun presentasi audiovisual
2. Komponen kedua dalam pembelajaran TGT adalah tim.tim terdiri dari empat atau lima siswa
yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik,jenis kelamin,ras dan
etnisitas.
3. Komponen ketiga adalah permainanmpermainan disusun untuk menguji pengetahuan yang
dicapai siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi
dalam presentasi kelas dan latihan lain dalam penelitian ini permainan yang digunakan adalah
rodaimpian
4. Komponen keempat dalam pembelajaran TGTadalah pertandingan atau Turnamen.Tournament
adalah sebuah struktur dimana permainan berlangsung.kompetisi yang seimbang ini
memungkinkan para siswa dari emua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal
terhadap skor tim mereka.
5. Komponen terakhir adalah penghargaan tim,gunakan imajinasi kreativitas dan variasikan
penghargaan dari waktu kewaktu

B. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diantaranya:


1. Kelompok (Team)
a. Membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang anggotanya heterogen
b. Memberitahu siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok
2. Presentasi kelas (class Presentation)
a. Menyampaikan tujuan pemmbelajaran yang hendak dicapai
b. Menghimbau siswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna ada saat game dan
menentukan skor kelompok
c. Menyampaikan/mempresentasukan materi pelajaran didalam kelas
3. Permainan (games)
a. Membrikan games dalam bentuk pertanyan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian materi
b. Memberikan materi games dalam dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk kartu
indek
c. Memberikan dan mengumpulkan skor kepada siswa yang menjawab benar
4. Kompetisi (Turnamen)
a. Membagi siswa kedalam beberapa meja turnamen.tiga siswa tertinggi presentasinya pada meja
1,tiga siswa selanjutnya pada meja kedua dan seterusnya
b. Mengkoordinasikan jalannya turnamen dengan prosedur pelaksanaan
5. Penghargaan ( Team recognize )
a. Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpulan skor turnamen
b. Memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu maupun
oleh kelompok.

Pendekatan yang digunakan dalam TGT adalah pendekatan secara kelompok yaitu dengan
membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran supaya siswa aktif.ciri-ciri
pendekatan secara kelompok ditinjau dari segi:

1. Tujuan pembelajaran yaitu


a. Memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara
rasional
b. Mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong royong
c. Mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap kelompok merasa memiliki
tanggung jawab
d. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut

2. Sosial dalam pembelajaran kelompok kecil


a. Anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok
b. Siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab
c. Setiap anggota kelompok membina hubungan yang baik dan mendorong timbulnya semangat
tim
d. Kelompok mewujudkan suatu hubungan kerja yang kompak

3. Guru dalam pembelajaran kelompok yaitu


a. Pembentukan kelompok
b. Perencanaan tugas kelompok
c. Pelaksanaan
d. Evaluasi hasil belajar kelompok
Implementasi model pembelajaran TGT, diantaranya:

1. Pembelajaran berpusat pada siswa


2. Proses pembelajaran dengan suasana kompetensi
3. Pembelajaran bersifat aktif/siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan
4. Pembelajaran diterapkan dengan pengelompokan siswa menjadi tim-tim
5. Dalam kompetisi diterapkan tim system poin
6. Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja
akademik
7. Kemajuan kelompok dapat diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara
mingguan
8. Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal.
9. Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh poin banyak

C. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, diantaranya:


a. Model TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas lebih menonjol dalam pembelajaran,tetapi
siswa yang berkemampuan lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting
dalam kelompokanya.
b. Dengan model pembelajaran ini membuat rasa kebersaan dan saling menghargai sesame anggota
kelompoknya.
c. Dalam model pembelajaran ini membuat siswa kebih bersemangat dalam mengikuti
pelajaran,karena dalam pembelajaran ini guru menjanjikan sebuah penghargaan pada siswa atau
kelompok terbaik.
d. Dalam pembelajaran ini membuat siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena
ada kegiatan permainan beruoa turnamen dalam model ini

Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, diantaranya:


a. Dalam model pembelajaran ini,harus menggunakan waktu yang sangat lama
b. Gurumenggunakan model pembelajaran ini guru harus pandai memilih materi pelajaran yang
cocok untuk model ini
c. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan

Anda mungkin juga menyukai