Anda di halaman 1dari 28

BUKU 1

KONSEP DAN PENGEMBANGAN


SMA RUJUKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

KATA PENGANTAR

Meningkatkan mutu pendidikan sesuai lingkup Standar Nasional Pendidikan merupakan salah satu
strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mewujudkan terbentuknya insan serta
ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan dilandasi semangat gotong royong
sebagaimana tertuang dalam Kerangka Strategis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2015-
2019. Fokus kebijakan didasarkan pada percepatan peningkatan mutu dan akses untuk
menyiapkan persaingan global dengan pemahaman akan keberagaman, penguatan praktik baik dan
inovasi.

Melaksanakan kebijakan tersebut, Direktorat Pembinaan SMA pada tahun 2015 telah memberikan
pembinaan peningkatan mutu pendidikan melalui program SMA Model kepada 300 SMA di 200
kabupaten/kota dan 34 provinsi. Program tersebut merupakan strategi pembinaan percepatan
peningkatan dan perluasan mutu SMA melalui praktik baik dan inovasi pendidikan berbasis
Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai rujukan mutu bagi SMA lain. Menindaklanjuti program
pembinaan SMA Model tersebut, Direktorat Pembinaan SMA pada tahun 2016 dan tahun 2017
melakukan penataan dan penambahan sasaran serta perluasan lokasi SMA Rujukan dari 300 SMA
(200 kabupaten/kota dan 34 provinsi) pada tahun 2015 menjadi 614 SMA yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota dan provinsi. Selanjutnya pada tahun 2018 pembinaan SMA Rujukan akan
dilanjutkan dengan penambahan sasaran berdasarkan pendekatan geografis di suatu wilayah
kabupaten/kota sehingga jumlah sasaran bertambah menjadi 650 SMA yang tersebar di 514
kabupaten/kota dan 34 provinsi.

Mengimplementasikan program SMA Rujukan tersebut dikembangkan naskah Konsep dan


Pengembangan SMA Rujukan. Naskah ini merupakan pengembangan dari naskah tahun 2017 yang
disesuaikan dengan perkembangan kebijakan saat ini. Melalui naskah ini diharapkan sekolah dan
institusi pembina dapat mengimplementasikan program SMA Rujukan sesuai rambu-rambu yang
telah ditetapkan.

Saran dan masukan sangat diharapkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan naskah ini
sebagai salah satu upaya meningkatkan mutu proses dan hasil SMA Rujukan.

Jakarta, Maret 2018


Direktur Pembinaan SMA,

Purwadi Sutanto
NIP. 19610404 198503 1 003

 2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah i
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Maksud dan Tujuan 2

BAB II LANDASAN PENGEMBANGAN 3


A. Landasan Filosofis 3
B. Landasan Yuridis 3
C. Landasan Teoritis 5
D. Landasan Empiris 6
E. Landasan Operasional 7

BAB III KONSEP SMA RUJUKAN 10


A. Pengertian 10
B. Kriteria dan Penetapan SMA Rujukan 10
C. Profil SMA Rujukan 11

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SMA RUJUKAN


A. Kebijakan 14
B. Strategi Induk Pengembangan SMA Rujukan 14
C. Strategi Implementasi 20

BAB V PENUTUP 25

 2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah ii
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan


bahwa satuan pendidikan sebagai organisasi yang khas mempunyai tugas dan fungsi sebagai
pelayanan masyarakat yang diselenggarakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Selain itu, satuan pendidikan juga merupakan institusi yang melaksanakan proses pendidikan
dalam tataran mikro dan menempati posisi penting. Satuan pendidikan menempati posisi
penting karena pada satuan pendidikan terjadi proses pendidikan dan proses sosial sehingga
peserta didik dapat mengembangkan potensi dan memperoleh bekal untuk kehidupan di
masyarakat.

Proses pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan akan memberi konstribusi
terhadap kualitas pendidikan. Hal ini berarti, kualitas pendidikan mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan berkualitas jika seluruh komponen
pendidikan terlibat dalam proses pendidikan. Faktor-faktor dalam proses pendidikan meliputi
masukan, seperti bahan ajar, metodologi, dukungan administrasi, sarana prasarana dan
sumber daya lainnya serta penciptaan suasana kondusif. Sedangkan mutu pendidikan dalam
konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun
waktu tertentu.

Peningkatan kualitas pendidikan sangat menekankan pentingnya peranan sekolah sebagai


pelaku utama yang otonom, dan peranan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan
pendidikan. Sekolah perlu diberi kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri
sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan pelanggan. Sekolah sebagai institusi otonom
diberi ruang untuk mengelola proses koordinasi untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Konsep pemikiran tersebut telah mendorong munculnya pendekatan pengelolaan peningkatan
mutu berbasis sekolah (school based quality improvement).

Peningkatan kualitas pendidikan berbasis sekolah sangat penting dilaksanakan karena sekolah
lebih mengetahui masalah yang dihadapi dan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Penerapan manajemen berbasis sekolah merupakan upaya untuk
memberdayakan potensi sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu langkah
nyata peningkatan mutu pendidikan adalah pemberdayaan sekolah agar mampu berperan
sebagai subjek penyelenggara pendidikan dengan menyajikan pendidikan yang bermutu.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 49
ayat 1 menyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Selanjutnya pasal 54 ayat 1
menjelaskan bahwa pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien,
efektif, dan akuntabel. Sekolah diberi kewenangan dan peran yang luas untuk merancang dan
melaksanakan pendidikan sesuai dengan potensi dan kondisinya masing-masing dengan tetap
mengacu pada standar minimal yang ditetapkan pemerintah melalui Standar Nasional
Pendidikan (SNP).

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 1
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat. Pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah disempurnakan dengan PP Nomor 32 Tahun 2013 dan PP Nomor 13 Tahun
2015. Standar Nasional Pendidikan meliputi: (1) Standar Kompetensi Lulusan, (2) Standar Isi,
(3) Standar Proses, (4) Standar Penilaian Pendidikan, (5) Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, (6) Standar Sarana dan Prasarana, (7) Standar Pengelolaan, dan (8) Standar
Pembiayaan.

Implementasi Standar Nasional Pendidikan di sekolah masih menghadapi berbagai kendala,


seperti rendahnya tingkat pemenuhan terjadi pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang
diakibatkan rendahnya standar lainnya, seperti Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian
Pendidikan, dan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Di samping itu, juga rendahnya
dukungan standar lainnya, yaitu Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, dan
Standar Pembiayaan. Belum tercapainya Standar Nasional Pendidikan terjadi pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dasar dan menengah termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA).
Masalah ini perlu mendapat perhatian serius dari para pengelola pendidikan, baik pemerintah
maupun pemerintah provinsi. Hal ini mengingat bahwa sebagai satuan pendidikan yang
berada pada jenjang pendidikan menengah, SMA menduduki posisi yang sangat strategis
dalam mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan
tinggi.

Oleh karena itu Direktorat Pembinaan SMA sebagai institusi pemerintah yang memiliki fungsi
perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan, fasilitasi dan pemberian bimbingan di bidang
kurikulum, sarana prasarana, kelembagaan dan peserta didik SMA menganggap penting
melakukan pembinaan melalui pengembangan SMA Rujukan berbasis Standar Nasional
Pendidikan.

B. Maksud dan Tujuan

Penyelenggaraan program SMA Rujukan dimaksudkan sebagai salah satu upaya pembinaan
sekolah oleh pemerintah untuk percepatan dan perluasan peningkatan mutu pendidikan.
Selanjutnya sekolah tersebut diharapkan dapat berbagi praktik baik ke sekolah lain di
sekitarnya dengan tujuan antara lain:
1. Meningkatnya daya inisiatif sekolah untuk memenuhi dan melampaui Standar Nasional
Pendidikan;
2. Optimalnya pendayagunaan potensi sumberdaya sekolah dan masyarakat untuk
meningkatkan mutu pendidikan;
3. Berkembangnya praktik-praktik terbaik (best practices) penyelenggaraan pendidikan
yang dapat dirujuk sekolah lain;
4. Sebagai pusat sumber belajar praktik-praktik baik;
5. Sebagai laboratorium bagi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan Pemerintah
Daerah;
6. Terbangunnya sinergi pembinaan sekolah bermutu dengan pemerintah daerah;
7. Terwujudnya perluasan dan percepatan ketersediaan pelayanan pendidikan yang
bermutu tinggi;
8. Terjalinnya kemitraan dengan berbagai pihak untuk peningkatan mutu.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 2
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

BAB II
LANDASAN PENGEMBANGAN

A. Landasan Filosofis

Penyelenggaraan program SMA Rujukan yang akan dijadikan sebagai rujukan bagi sekolah lain
pada dasarnya adalah peningkatan mutu sekolah yang didasari filosofi eksistensialisme dan
esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus
menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui
fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan,
kreatif, inovatif, dan eksperimentif, menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan
kemampuan peserta didik. Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus
berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun
kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional.
Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumberdaya manusia
Indonesia yang mampu bersaing secara internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi
tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning to live
together, and learning to be merupakan acuan untuk penyelarasan praktik-praktik
penyelenggaraan pendidikan, antara lain kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan
prasarana, dan penilai.

Pada intinya bahwa peningkatan mutu pendidikan terletak pada bagaimana kurikulum itu
dikembangkan, mulai kompetensi yang diharapkan, isi/materi, proses, dan penilaian.
Sedangkan kurikulum berlandaskan pada ideologi Pancasila sebagai salah satu esensi dari
identitas nasional bangsa Indonesia yang digali dari dan hidup dalam masyarakat bangsa
Indonesia dan berkembang sepanjang sejarah serta menjadi sikap hidup dan ideologi nasional
sepenuhnya menjadi rujukan filosofik pengembangan kurikulum (Pengembangan Kurikulum
2013). Berdasarkan hal-hal inilah maka Direktorat Pembinaan SMA memprogramkan SMA
Rujukan sebagai implementasi dari sistem pendidikan nasional.

B. Landasan Yuridis

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, antara lain:
a. Pasal 35 ayat (2), standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
dan pembiayaan;
b. Pasal 36 ayat (2), kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik;
c. Pasal 38 ayat (2), kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor
departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk
pendidikan menengah.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, antara lain:

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 3
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

a. Pasal 2 ayat (1) lingkup standar nasional pendidikan meliputi Standar Isi, Standar
Proses, Standar Kompeteni Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar
Penilaian;
b. Pasal 2 ayat (1a), standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional;
c. Pasal 2 ayat (2), untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai standar
nasional pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan


Pendidikan, antara lain:
a. Pasal 3, pengelolaan pendidikan ditujukan untuk menjamin:
1) akses masyarakat atas pelayanan pendidikan yang mencukupi, merata dan
terjangkau;
2) mutu dan daya saing pendidikan serta relevansinya dengan kebutuhan dan/ atau
kondisi masyarakat; dan
3) efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan.
b. Pasal 7, pemerintah mengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi,
mengkoordinasi, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan penyelenggara, satuan,
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan secara nasional.

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah


a. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244
b. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587 sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah
c. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 58 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 di bidang pendidikan, yaitu
antara lain pada butir 6.5.2, sasaran yang ingin dicapai dalam Program Indonesia Pintar
melalui pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun pada RPJMN 2015-2019 adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatnya angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah;
b. Meningkatnya angka keberlanjutan pendidikan yang ditandai dengan menurunnya
angka putus sekolah dan meningkatnya angka melanjutkan;
c. Meningkatnya kesiapan siswa pendidikan menengah untuk memasuki pasar kerja
atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi;
d. Meningkatnya jaminan kualitas layanan pendidikan, tersedianya kurikulum yang
andal dan tersedianya sistem penilaian pendidikan yang komprehensif;
e. Meningkatnya kualitas pengelolaan guru dengan memperbaiki distribusi dan
memenuhi beban mengajar;
f. Meningkatnya dan meratanya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana
pendidikan sesuai dengan standar pelayanan minimal;
g. Tersusunnya peraturan perundangan terkait wajib belajar 12 tahun.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 4
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang PPK dilakukan
dengan menggunakan prinsip sebagai berikut:
a. berorientasi pada berkembangnya potensi Peserta Didik secara menyeluruh dan
terpadu;
b. keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan
pendidikan; dan
c. berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari.

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 tahun 2015 tentang Gerakan
Pembudayaan Karakter Di Sekolah (GPKDS) yang bertujuan untuk:
a. menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan bagi siswa, guru, dan
tenaga kependidikan;
b. menumbuhkembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter
sejak di sekolah;
c. menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, dan keluarga; dan/atau
d. menumbuhkembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara sekolah,
masyarakat, dan keluarga.

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015 tentang


Penumbuhan Budi Pekerti antara lain:
a. Internalisasi nilai moral dan spiritual dalam kehidupan;
b. Rasa kebangsaan dan cinta tanah air;
c. Interaksi positif antara peserta didik dengan guru dan orangtua;
d. Interaksi positif antarsiswa;
e. Pengembangan potensi utuh siswa;
f. Pemeliharaan lingkungan sekolah yang mendukung iklim pembelajaran;
g. Pelibatan orangtua dan masyarakat.

C. Landasan Teoritis

Menurut Quisumbing (2003), kualitas pendidikan bersifat dinamis, saat ini berkualitas namun
saat mendatang mungkin sudah ketinggalan. Sedangkan menurut Stott, Fink & Earl (2003),
pencapaian kompetensi peserta didik yang menjadi tujuan pembelajaran ditentukan oleh
karakter peserta didik yang berbeda satu dengan lainnya, dan memiliki keunikan. Karakter ini
merupakan fungsi dari keturunan, pengalaman, perspektif, latar belakang, bakat, minat,
kapasitas, kebutuhan dan faktor lain dari kehidupan. Untuk mewadahi praktik-praktik terbaik
dalam peningkatan mutu pendidikan dan lebih spesifik lagi dimaknai dengan belajar
merefleksi pelaksanaan tugas yang sesungguhnya adalah proses belajar dari pengalaman.

Belajar dari pengalaman bersinonim dengan pendidikan berdasarkan teori yang


dikembangkan oleh David Kolb’s 1980 dan dikembangkan kembali pada tahun 2006
menyatakan bahwa teori Experimental Learning: experimental learning is the process of
learning through experience,and is more specifically defined as learning through reflection on
doing, in which the learner plays a comparatively passive role that expressed as four – stage cycle
of learning:
1. Concrete Experience-(CE) (feeling)
2. Reflective Observatio -(RO) (watching)
3. Abstract Conceptualization-(AC) (thinking)

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 5
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

4. Active Experuimentation-(AE) (doing)


Seseorang dapat belajar dari pengalaman melalui empat syarat yaitu (1) harus terlibat dalam
proses pekerjaan; (2) mampu merefleksi pengalaman; (3) memiliki kemampuan berpikir
analisis dan menyandingkan konsep dengan pengalaman nyata; dan (4) memiliki kemampuan
menetapkan keputusan dan menyelesaikan masalah untuk mendapatkan ide baru dari
pengalaman.

Selanjutnya dapat digambarkan dalam empat langkah seperti yang terlihat dalam gambar di
bawah ini untuk menghasilkan praktik baik.

Keempat tahapan itu saling berhubungan dan


berkaitan tidak terpisahkan satu dengan lainnya
dalam membangun keinginan yang kuat untuk
berprestasi dan menghasilkan praktik terbaik.

Kegiatan pertama adalah (1) melaksanakan tugas


untuk memperoleh pengalaman nyata, keterampilan
apa yang akan diputuskan untuk menjadi fokus yang
dikembangkan; (2) mengobservasi dan merefleksi
pengalaman melaksanakan tugas; (3) mempelajari
teori, konsep, atau ketentuan yang seharusnya; (4)
mengembangkan aktivitas uji coba perbaikan hasil
yang sudah dicapai secara berkelanjutan. Selanjutnya hasil belajar dapat disusun dalam bentuk
karya tulis berbentuk laporan ilmiah atau dalam bentuk karya inovatif lain.

Oleh karena itu peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai lembaga sosial
ekonomi non profit yang memberikan pelayanan kebutuhan pendidikan dan pengajaran bagi
masyarakat, sedangkan sebagai lembaga ekonomi, sekolah menghasilkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi ekonomi untuk hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Hal
ini dilihat dari hasil pendidikan yang memiliki dampak sosial dan ekonomi kepada masyarakat.
Dampak sosial dapat dilihat pada kehidupan bermasyarakat yang tenteram, aman, dan sentosa.
Dampak ekonomi dapat dilihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat. Etika moral dan
akhlak mulia masyarakat dapat dibangun melalui pendidikan, untuk memberi ketenteraman
kepada masyarakat. Kesejahteraan masyarakat tidak hanya bersifat material tetapi juga sosial.
Oleh karena itu semua negara berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan, demikian
juga dengan Indonesia melalui program SMA Rujukan untuk mempersiapkan peserta didik
dalam rangka menghadapi persaingan era global.

Pendidikan memegang peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan


utama pendidikan adalah memberi kemampuan kepada peserta didik untuk hidup di
masyarakat. Kemampuan ini berupa pengetahuan dan/atau keterampilan, serta perilaku yang
diterima masyarakat. Kemampuan seseorang dapat berkembang secara optimal apabila
memperoleh pengalaman belajar yang tepat. Untuk itu lembaga pendidikan dalam hal ini
sekolah harus memberi pengalaman belajar yang sesuai dengan potensi dan minat peserta
didik.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 6
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

D. Landasan Empiris

Dalam rangka percepatan peningkatan mutu pendidikan di sekolah, Direktorat Pembinaan


SMA sejak tahun 2007 telah melakukan berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan melalui
berbagai sekolah rintisan/piloting, seperti: rintisan Sekolah Kategori Mandiri (SKM), Sekolah
Berbasis Keunggulan Lokal atau Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), Sekolah
Berbasis TIK atau Pusat Sumber Belajar (PSB), Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Dari pengalaman tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Program rintisan SKM, PBKL, PSB, dan RSBI dapat memberikan motivasi kepada kepala
sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan unsur sekolah lainnya termasuk peserta didik,
orangtua, dan komite sekolah dalam mencapai prestasi secara optimal.
2. Program rintisan RSBI dan SKM telah membangkitkan semangat kompetitif pada peserta
didik untuk mencapai prestasi tertinggi di sekolah, kabupaten/kota, provinsi, nasional,
dan internasional. Hal ini dapat dibuktikan dari ajang olimpiade sains, matematika,
astronomi, dan lain-lain yang setiap tahun dilaksanakan menunjukkan bahwa peserta
didik dari sekolah-sekolah rintisan tersebut selalu memperoleh predikat terbaik.
3. Program-program rintisan tersebut memberikan dukungan kebijakan dan menginspirasi
Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk memperluas
sasaran pembinaan dalam rangka percepatan mutu di wilayah masing-masing.
4. Program-program rintisan telah menggugah kepedulian masyarakat, terutama komite
sekolah dalam mendukung program sekolah untuk mencapai tujuan percepatan mutu
pendidikan di sekolah masing-masing.

E. Landasan Operasional

Pemerintah merancang sembilan program sebagai agenda prioritas yang disebut “Nawa Cita”.
Program ini digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang
berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan kepribadian dalam
kebudayaan. Salah satu program tersebut yaitu melakukan revolusi karakter bangsa melalui
kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek
pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan,
seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air,
semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia. Program ini
selanjutnya dijabarkan ke dalam kebijakan di bidang pendidikan sebagaimana uraian berikut.

1. Visi dan Misi Pemerintah di Bidang Pendidikan


a. Mewujudkan pendidikan bagi seluruh warga negara melalui Kartu Indonesia Pintar;
b. Meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengembangan guru, kurikulum dan
evaluasi berbasis karakter dan vokasi;
c. Meningkatkan kualitas pendidikan pesantren guna meningkatkan kualitas pendidikan
nasional.

2. Ekosistem Pendidikan
Upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan layanan dan
pendidikan bagi orangtua akan dilakukan dengan kerangka pikir membentuk insan dan
ekosistem berkarakter. Dengan insan dan ekosistem pendidikan berkarakter, diharapkan
ada penyebarluasan praktik yang baik dan inovatif. Ekosistem pendidikan tersebut adalah:
(1) sekolah kondusif, (2) guru penyemangat, (3) orangtua terlibat, (4) warga peduli, (5)

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 7
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

industri suportif, (6) organisasi profesi suportif, dan (7) pemerintah suportif. Ekosistem
pendidikan mendukung terwujudnya lulusan yang mandiri dan berkepribadian.

3. Revolusi Mental
Kemakmuran Indonesia dapat terwujud jika dilakukan manajemen dengan roh revolusi
mental. Revolusi mental merupakan pola yang harus dilakukan untuk mengubah mental
bangsa Indonesia yang saat ini dirasakan kurang mendukung keterwujudan kemakmuran
Indonesia. Konsentrasi revolusi mental bukan hanya pada fisik dan pikiran semata, tetapi
juga pada perubahan prilaku.

Dengan demikian, ranah yang harus disentuh secara holistik, karena bidang inilah yang
secara intensif memupuk generasi muda tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap di
kelas-kelas. Kemudian, di jalur informal dan nonformal, bidang pendidikan memberikan
panduan normatif untuk berproses dalam mengembangkan diri di tengah keluarga dan
masyarakat. Tujuh jalan revolusi mental yang ditempuh oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan adalah sebagai berikut:
a. Mengubah paradigma pendidikan “berdaya saing” menjadi pendidikan ”mandiri dan
berkepribadian” berlandaskan iman dan taqwa;
b. Merancang kurikulum berbasis karakter dari kearifan lokal dan vokasi yang beragam
berdasarkan kebutuhan geografis daerah dan bakat anak;
c. Menciptakan proses belajar yang menumbuhkan kemauan belajar dari dalam diri
anak;
d. Memberi kepercayaan penuh pada guru untuk mengelola suasana dan proses belajar
pada anak;
e. Memberdayakan orangtua untuk terlibat pada proses tumbuh kembang anak;
f. Membantu kepala sekolah menjadi pimpinan yang melayani warga sekolah;
g. Menyederhanakan birokrasi dan regulasi pendidikan diimbangi pendampingan dan
pengawasan.

4. Perbaikan Mutu Pendidikan dari Tahun 2015 ke Tahun 2019


Perbaikan mutu pendidikan yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dilaksanakan di semua bidang secara bertahap dan terus menerus selama 5 tahun
kedepan. Keberhasilannya dapat diukur melalui pemenuhan indikator berikut ini:
a. Angka partisipasi sekolah: partisipasi murni SMA/MA/SMK dari 55,3% pada tahun
2014 menjadi 67,5% pada tahun 2019;
b. Lama waktu sekolah: rata-rata lama sekolah dari 7,5 tahun pada tahun 2014 menjadi
9,2 tahun pada tahun 2019;
c. Skor pemetaan global (PISA, TIMSS, dll), di 2019 naik 20% dari urutan terakhir di
tahun 2014;
d. Indeks persepsi relevansi pendidikan, di tahun 2019 naik 20% dari besaran 2015;
e. Indeks tata kelola pendidikan (ILEG), di tahun 2019 naik 20% dari besaran 2015.

5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015–2019


Untuk mencapai keberhasilan pendidikan yang ditandai dengan pemenuhan seluruh
indikator tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki motto yaitu
“terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter
dengan dilandasi semangat gotong royong”. Sedangkan strategi yang digunakan adalah
sebagai berikut.
a. Strategi 1: Penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan, meliputi:

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 8
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

1) menguatkan siswa, guru, kepala sekolah, orangtua, dan pimpinan institusi


pendidikan dalam ekosistem pendidikan;
2) memberdayakan pelaku budaya dalam pelestarian dan pengembangan
kebudayaan;
3) fokus kebijakan diarahkan pada penguatan perilaku yang mandiri dan
berkepribadian.
b. Strategi 2: Peningkatan mutu dan akses, meliputi:
1) meningkatkan mutu pendidikan sesuai lingkup SNP untuk mengoptimalkan
capaian wajib belajar 12 tahun;
2) meningkatkan ketersediaan serta keterjangkauan layanan pedidikan, khususnya
bagi masyarakat yang terpinggirkan;
3) fokus kebijakan didasarkan pada percepatan peningkatan mutu dan akses untuk
menghadapi persaingan global dengan pemahaman akan keberagaman,
penguatan praktik baik, dan inovasi.
c. Strategi 3: Pengembangan efektivitas birokrasi melalui perbaikan tata kelola dan
pelibatan publik, meliputi:
1) melibatkan publik dalam seluruh aspek pengelolaan kebijakan dengan berbasis
data, riset dan bukti lapangan;
2) membantu penguatan kapasitas tata kelola pada birokrasi pendidikan di daerah;
3) mengembangkan koordinasi dan kerjasama lintas sektor di tingkat nasional;
4) fokus kebijakan dimulai dari mewujudkan birokrasi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI yang menjadi teladan dalam tata kelola yang bersih, efektif dan
efisien serta melibatkan publik.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 9
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

BAB III
KONSEP SMA RUJUKAN

A. Pengertian

SMA Rujukan adalah SMA yang telah memenuhi atau melampaui SNP, mengembangkan
ekosistem sekolah yang kondusif sebagai tempat belajar, mengembangkan praktik terbaik
dalam peningkatan mutu berkelanjutan, melakukan inovasi dan berprestasi baik akademik
maupun non akademik, serta melaksanakan program kebijakan pendidikan yang layak
menjadi rujukan SMA lain.

SMA Rujukan merupakan sekolah rintisan bersama antara Dinas Pendidikan Provinsi dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk percepatan dan perluasan peningkatan mutu
pendidikan SMA melalui pemenuhan SNP dan pengembangan program keunggulan sesuai
dengan potensi sekolah dan kebutuhan masyarakat. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas
delapan standar yaitu: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar
Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan
Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan.

B. Kriteria dan Mekanisme Penetapan SMA Rujukan

SMA Rujukan dipilih berbasis kewilayahan minimal setiap kabupaten/kota memiliki 1 (satu)
SMA Rujukan dengan kriteria umum sebagai berikut:
1. Melaksanakan Kurikulum 2013;
2. Memiliki akreditasi A atau tertinggi di kabupaten/kota setempat, baik SMA Negeri maupun
Swasta;
3. Pernah sebagai pelaksana SMA Model
4. Memiliki praktik-praktik baik dan inovasi pendidikan yang layak dijadikan sebagai rujukan
bagi SMA lain;
5. Memiliki prestasi akademik/non akademik;
6. Memiliki akses yang mudah dijangkau;
7. Mempertimbangkan nilai Ujian Nasional (UN) dan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN)
sekolah yang bersangkutan;
8. Bersedia memberikan pengimbasan praktik-praktik baik dan inovasi pendidikan yang
dimiliki ke SMA lain.

SMA Rujukan ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Pembinaan SMA melalui
mekanisme sebagai berikut:
1. Calon SMA Rujukan diusulkan Dinas Pendidikan Provinsi ke Direktorat Pembinaan SMA
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan;
2. Calon SMA Rujukan menandatangi MoU dengan Dinas Pendidikan Provinsi;
3. Direktorat Pembinaan SMA melakukan validasi secara administratif usulan calon SMA
Rujukan dari Dinas Pendidikan Provinsi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan;
4. Berdasarkan hasil validasi, Direktur Pembinaan SMA menerbitkan Surat Keputusan
penetapan SMA Rujukan.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 10
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

C. Profil SMA Rujukan

Profil sekolah adalah gambaran tentang kondisi yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus
dari suatu sekolah. Profil SMA Rujukan adalah gambaran sekolah yang telah memenuhi atau
melampaui Standar Nasional Pendidikan, mengembangkan ekosistem sekolah yang kondusif
sebagai tempat belajar, mengembangkan praktik terbaik dalam peningkatan mutu
berkelanjutan, melakukan inovasi dan berprestasi baik akademik maupun non akademik, serta
melaksanakan program kebijakan pendidikan yang layak menjadi rujukan SMA lain. Profil SMA
Rujukan sebagaimana uraian berikut.
1. Standar Isi
Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Isi sebagai berikut:
a. Memiliki Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan dengan
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum 2013, dan pedoman
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP);
b. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan
memperhatikan acuan konseptual, prinsip pengembangan, dan prosedur operasional;
c. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memuat
praktik-praktik terbaik dan kebijakan terkini;
d. Memiliki Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah ditetapkan oleh Kepala
Sekolah dan diketahui oleh Dinas Pendidikan Provinsi.
2. Standar Kompetensi Lulusan
Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Kompetensi Lulusan sebagai berikut:
a. Memiliki peserta didik yang mencerminkan sikap orang yang beriman, berakhlak
mulia, berpengetahuan luas, berkemampuan pikir dan tindak yang efektif, kreatif dan
inovatif, sesuai rumusan kompetensi lulusan SMA;
b. Memiliki Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) dan indeks prestasi UN tinggi
(minimal 70);
c. Memiliki nilai rerata hasil Ujian Nasional 2 tahun terakhir minimal 70;
d. Memiliki minimal 50% lulusan diterima di perguruan tinggi;
e. Memiliki peserta didik yang mampu memanfaatkan lingkungan secara produktif dan
bertanggung jawab;
f. Memiliki peserta didik yang berjiwa kreatif, kolaboratif, komunikatif dan berpikir
kritis;
g. Memiliki peserta didik mampu memanfaatkan teknologi sebagai media komunikasi
dan informasi.
3. Standar Proses
Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Proses sebagai berikut:
a. Memiliki perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan dari silabus;
b. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP, melalui tahapan kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup dengan menerapkan pendekatan saintifik,
higher order thinking skills dan keterampilan abad 21 (4C – Critical Thinking,
Creativity, Communication, Collaboration);
c. Melaksanakan penilaian hasil belajar siswa menggunakan penilaian autentik dan
higher order thinking skills, dan menggunakan hasilnya untuk merencanakan program
perbaikan, pengayaan, dan layanan konseling;
d. Melaksanakan pengawasan pembelajaran secara periodik oleh Kepala Sekolah dan
Pengawas Sekolah dalam hal pembelajaran dan manajerial.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 11
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

4. Standar Penilaian
Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Penilaian sebagai berikut:
a. Melaksanakan penilaian yang mengacu pada prinsip-prinsip penilaian, menggunakan
pendekatan acuan patokan, sasaran penilaian mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan secara berimbang;
b. Melaksanakan penilaian sikap melalui observasi, penilaian diri, dan jurnal. Penilaian
kompetensi pengetahuan dilakukan antara lain melalui tes tulis, tes lisan dan
penugasan. Sedangkan penilaian kompetensi keterampilan dilakukan melalui
penilaian kinerja antara lain tes praktik, proyek dan portofolio;
c. Melaksanakan penilaian hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan, dan
pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang dilakukan dalam bentuk penilaian
autentik, penilaian diri, penilaian proyek, penilaian harian, penilaian akhir semester,
penilaian akhir tahun, ujian sekolah, dan ujian nasional.
d. Laporan hasil penilaian dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan.
1) Melaporkan penilaian oleh pendidik dalam bentuk nilai dan/atau deskripsi
pencapaian kompetensi untuk pengetahuan dan keterampilan, serta deskripsi
untuk penilaian sikap. Laporan hasil penilaian disampaikan kepada kepala
sekolah dan pihak terkait lainnya, seperti wali kelas, guru BK, dan orangtua;
2) Melaporkan hasil pencapaian kompetensi kepada orangtua/wali dalam bentuk
rapor, dan melaporkan hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas
pendidikan;
3) Menerapkan aplikasi e-Rapor yang dikembangkan Direktorat Pembinaan SMA.
5. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai
berikut:
a. Memiliki pendidik yang memenuhi kualifikasi akademik, sertifikasi profesi dan
kesesuaian pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkan;
b. Memiliki jumlah pendidik yang memenuhi ketentuan rasio guru dan peserta didik;
c. Memiliki tenaga kependidikan sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah,
tenaga administrasi, pustakawan/pustakawati, tenaga laboratorium, tenaga
kebersihan, dan tenaga keamanan;
d. Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas sebagai pendidik dan tenaga
kependidikan;
e. Menghasilkan karya tulis berupa laporan praktik-praktik terbaik dalam
meningkatkan mutu pembelajaran dan pengelolaan.
6. Standar Sarana dan Prasarana
Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Sarana dan Prasarana sebagai berikut:
a. Memiliki sarana dan prasarana meliputi lahan, bangunan gedung, dan kelengkapan
sarana prasarana;
b. Memiliki lahan sekolah yang memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan
terhadap peserta didik yang dapat digunakan secara efektif untuk membangun
prasarana sekolah berupa bangunan gedung dan tempat bermain/berolahraga;
c. Memiliki lahan sekolah yang memenuhi kriteria kesehatan dan keselamatan,
kemiringan, pencemaran air dan udara, kebisingan, peruntukan lokasi, dan status
tanah;
d. Memiliki bangunan gedung yang memenuhi rasio minimum luas lantai, tata
bangunan, keselamatan, kesehatan, fasilitas penyandang cacat, kenyamanan,
keamanan;

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 12
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

e.Memiliki kelengkapan sarana prasarana yang tersedia meliputi : (1) ruang kelas, (2)
ruang perpustakaan, (3) ruang laboratorium Biologi, (4) ruang laboratorium Fisika,
(5) ruang laboratorium Kimia, (6) ruang laboratorium komputer, 7) ruang
laboratorium bahasa, (8) laboratorium IPS, (9) ruang pimpinan, (10) ruang guru, (11)
ruang tata usaha, (12) tempat beribadah, (13) ruang konseling, (14) ruang UKS, (15)
ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), (16) jamban/toilet, (17) gudang, (18)
ruang sirkulasi, (19) tempat bermain/berolahraga, (20) ruang/studio musik, (21)
ruang galeri.
7. Standar Pengelolaan
Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Pengelolaan adalah sebagai berikut:
a. Memiliki perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan
evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi manajemen;
b. Mengembangkan perencanaan program mulai dari penetapan visi, misi, tujuan, dan
rencana kerja;
c. Melaksanakan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur organisasi dan
pedoman pengelolaan secara tertulis di bidang kesiswaan, kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan
dan pembiayaan;
d. Mengembangkan sistem supervisi pembelajaran dan supervisi program sebagai
strategi penjaminan mutu;
e. Melaksanakan rencana kerja dengan mempertimbangkan budaya dan lingkungan
sekolah, serta melibatkan peran serta masyarakat.
8. Standar Pembiayaan
Satuan pendidikan yang memenuhi Standar Pembiayaan sebagai berikut:
a. Pembiayaan didasarkan pada rancangan biaya operasional program kerja tahunan
meliputi investasi, operasi, bahan atau peralatan dan biaya personal;
b. Sumber pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat;
c. Penggunaan dana dikelola dan dipertanggungjawabkan secara transparan dan
akuntabel.
9. Implementator Kebijakan Pendidikan
Menerapkan kebijakan-kebijakan antara lain :
a. Kurikulum 2013;
b. Penguatan pendidikan karakter;
c. Penerapan literasi dalam pembelajaran;
d. Penerapan aplikasi e-Rapor;
e. Ujian Nasiona Berbasis Komputer (UNBK);
f. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI);
g. Pembelajaran dan penilaian abad 21;
h. Kebijakan terkini lainnya terkait SMA .
10. Unggulan Sekolah
a. Praktik baik dan inovasi pendidikan;
b. Prestasi akademik dan non akademik.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 13
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

BAB IV
STRATEGI PENGEMBANGAN SMA RUJUKAN

A. Kebijakan

Kebijakan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan SMA Rujukan sebagai berikut:
1. SMA Rujukan merupakan program peningkatan mutu pendidikan berbasis wilayah
(provinsi dan kabupaten/kota) yang diintegrasikan dengan program pembinaan lainnya
dari Direktorat Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP). Oleh karena itu diperlukan kerjasama dan komitmen bersama
untuk mengalokasikan program dan anggaran bagi pembinaan SMA Rujukan.
2. Kemitraan dilaksanakan dengan pembagian kewenangan dan kewajiban antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah mengikuti azas desentralisasi sebagai
berikut:
a. Direktorat Pembinaan SMA berkewenangan menyusun rancangan program,
mengimplementasikannya pada sasaran terbatas yang dalam program ini disebut
SMA Rujukan sebagai sampel rintisan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan
dan hasilnya. Adapun kewajibannya yaitu menyediakan sumberdaya manusia dan
sumberdaya lainnya.
b. Dinas Pendidikan Provinsi berkewenangan dalam mereplikasi dan mendiseminasikan
rancangan SMA Rujukan ke SMA-SMA lain, memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan. Adapun kewajiban atau tanggung jawabnya yaitu menyediakan,
mengelola dan membina sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
3. Program SMA Rujukan diselenggarakan secara bertahap, tuntas, berkualitas dan
berkelanjutan.
a. Bertahap dalam sasaran dari SMA Rujukan ke SMA Imbas.
b. Tuntas dalam pelaksanaan setiap kegiatan dari mulai perencanaan, pelaksanaan,
hasil, dan pelaporan.
c. Berkelanjutan dalam pengertian dilaksanakan secara terus menerus, sistematis, dan
berkesinambungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

B. Strategi Induk Pengembangan SMA Rujukan

1. Dinamika Pengembangan SMA Rujukan


Diantara unsur lingkungan strategis sistem pendidikan nasional yang harus
dipertimbangkan dalam mengelola sekolah sebagai satuan pendidikan adalah dinamika
politis dan teknis. Dinamika politis utamanya pergantian pemerintahan yang berdampak
kepada perubahan kebijakan, sedangkan dinamika teknis diantaranya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dalam beberapa aspek menuntut penyesuaian berbagai
aspek pengelolaan diantaranya yang berdampak sangat kuat dan harus direspons dengan
cepat dan tepat adalah teknologi informasi dan komunikasi. Kenyataan tentang dinamika
pengembangan sistem pendidikan tersebut, mengisyaratkan bahwa konsep dan strategi
pengembangan SMA Rujukan dapat berubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan
lingkungan strategis pengelolaan sistem pendidikan nasional. Oleh sebab itu, dalam
pengembangan SMA Rujukan, Direktorat Pembinaan SMA menerapkan strategi induk atau
“Grand Strategy” sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 1.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 14
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

Kebijakan Pemerintah
(Nawa Cita dan
Revolusi Mental)

Kebijakan Nasional
Pendidikan
(Kerangka Strategis
Kemendikbud)  Rancangan teknis
 Strategi
implementasi
 Manajemen :
Standar Nasional PENGEMBANGAN Distribusi
Pendidikan SMA RUJUKAN kewenangan dan
kewajiban
 Fasilitasi : SDM,
sarpras, biaya
 Monitoring dan
evaluasi
Perkembangan
Ekosistem Pendidikan

Gambar 1. Strategi Induk Pengembangan SMA Rujukan

Sebagaimana dapat dicermati dalam Gambar 1, agar SMA Rujukan dapat dijadikan sebagai
rujukan nasional, maka sekolah tersebut dikembangkan dengan menggunakan tiga acuan
utama, yaitu Standar Nasional Pendidikan, kebijakan pemerintah, dan perkembangan
ekosistem pendidikan. Secara ringkas ketiga acuan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.

Standar Nasional Pendidikan


Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan teknis penyelenggaraan pendidikan yang
berisi kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, Standar Nasional
Pendidikan terdiri atas: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar
Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana,
Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan. Fungsi dan tujuan Standar Nasional
Pendidikan adalah:
a. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu;
b. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat;
c. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 15
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

Kebijakan Pemerintah
Agar SMA Rujukan yang dikembangkan senantiasa sesuai dengan rencana pembangunan
jangka menengah yang disusun oleh pemerintah, maka pengembangannya harus mengacu
kepada kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang
pada era ini merupakan terjemahan dari kebijakan pemerintah yaitu nawacita dan
revolusi mental. Nawacita dan revolusi mental tersebut dijabarkan antara lain ke dalam
strategi penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang dikemas menjadi kerangka
strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Perkembangan Ekosistem Pendidikan


Bagaimanapun, agar semua satuan pendidikan dapat mencapai tujuannya secara produktif
dalam arti efektif dan efisien, maka penyelenggaraannya harus mengacu kepada
perkembangan ekosistem pendidikan, terutama ilmu pengetahuan dan teknologi. Diantara
produk ilmu pengetahuan yang dewasa ini berkembang dengan pesat adalah teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) yang pemanfaatannya telah memasuki semua bidang
pekerjaan. Oleh sebab itu, tidak dapat dihindari bahwa dinamika ini menuntut guru untuk
selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu mengembang kan
dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan TIK mengingat
substansi materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik terus berkembang baik
volume maupun kompleksitasnya (Gintings, 2014). Bersamaan dengan itu, secara
substansial sejumlah materi ajar juga harus bermuatan TIK agar para tamatan satuan
pendidikan memiliki kompetensi yang memberinya peluang lebih besar ketika memasuki
pasar kerja. Hanya dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang
mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan
tantangan pada zamannya.

Begitu juga dalam pengelolaan satuan pendidikan, kompleksitas serta kecepatan dan
percepatan perubahan ekosistem pendidikan menuntut diterapkannya sistem manajemen
moderen yang dicirikan oleh perencanaan yang cermat, pelaksanaan yang tepat, dan
pengawasan yang ketat. Manajemen dengan kinerja seperti itu tentu memerlukan
dukungan berbagai teknik, baik perangkat keras maupun perangkat lunak yang handal
termasuk penerapan TIK yang mengeksekusi pekerjaan dengan volume yang besar
dengan kecepatan dan akurasi yang tinggi serta pada waktunya atau “real time”.

2. Pengembangan SMA Rujukan


SMA Rujukan ditamakan berasal dari SMA Model terpilih yang disesuaikan dengan
kebijakan pemerintah (Nawa Cita dan Revolusi Mental), kebijakan pendidikan nasional
(kerangka strategis Kemendikbud), dan perkembangan ekosistem pendidikan. Untuk
mengembangkan SMA Rujukan perlu disiapkan rancangan teknis, strategi implementasi,
pembagian kewenangan, dukungan SDM, sarana/prasarana, biaya, dan monitoring dan
evaluasi.

3. Peta Jalan Pengembangan SMA Rujukan


Pengembangan SMA Rujukan diselenggarakan dalam kurun waktu 5 tahun dengan peta
jalan (roadmap) sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 2 berikut ini.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 16
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 sd ke-5

Pengembangan Peningkatan dan


Rintisan dan
Program Mutu dan Pengimbasan Mutu
Penguatan Mutu
Perluasan Berkelanjutan

Rintisan SMA Rujukan  Peningkatan mutu  Peningkatan mutu


setiap Kab/Kota (514 substansi rujukan substansi rujukan
Kab/Kota) dan 34 Provinsi  Perluasan praktik baik  Perluasan praktik baik
melalui pengimbasan melalui pengimbasan

Gambar 2. Peta Jalan Pengembangan SMA Rujukan

a. Tahun ke-1 : Persiapan dan Implementasi Terbatas


Pengembangan SMA Rujukan dimulai dengan langkah persiapan dan implementasi
secara terbatas yang dilaksanakan pada tahun 2016. Kegiatan persiapan terdiri atas
penyusunan rancangan model dan penyiapan berbagai sumberdaya. Rancangan
model yang disiapkan meliputi: konsep, dasar hukum, strategi pengembangan, dan
rancangan teknis meliputi: sistem pengelolaan, dukungan sumberdaya,
pendampingan, serta monitoring dan evaluasi. Langkah ini meliputi penyiapan
perangkat keras dan perangkat lunak seperti panduan pelaksanaan, instrumen
monitoring dan evaluasi, dan bimbingan teknis sumberdaya manusia.

Implementasi terbatas tahun 2016


SMA Rujukan yang ditetapkan pada tahun 2016 dipilih berdasarkan usulan Dinas
Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Pada tahun pertama ini ditetapkan sebanyak 614 SMA yang telah
melaksanakan program sebagai SMA Rujukan. Selanjutnya, seluruh rancangan teknis
diterapkan di sekolah terpilih ini dengan dukungan sumberdaya dari pemerintah
pusat yang secara teknis manajerial dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMA
sebagai leading sector. Dengan memperhatikan azas desentralisasi dalam pengelolaan
pendidikan, pelaksanaan tahapan ini dirancang dengan melibatkan pemerintah
daerah yang secara teknis dan manajerial dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan
Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam bentuk kemitraan.
Keterlibatan unsur pemerintah daerah sebagai bentuk dari transfer of idea and
technology dengan tujuan agar dapat melanjutkan pengembangan dan pembinaan
SMA Rujukan pada waktunya.

b. Tahun ke-2 dan selanjutnya: Alih Bina dan Sustainability


Kegiatan utama yang dilaksanakan tahun 2017 dan seterusnya yaitu Alih Bina dan
Sustainability sebagaimana diuraikan berikut ini:
Pertama, Alih Bina
Pada tahap ini, pengelolaan SMA Rujukan didiseminasikan ke sekolah lain yang
berlokasi di sekitarnya. Dalam proses pengimbasan, SMA Rujukan akan menjadi
model bagi SMA imbasnya dalam bentuk proses replikasi. Dalam mereplikasi SMA
Rujukan, Dinas Pendidikan Provinsi dibantu oleh sumberdaya manusia dari SMA
Rujukan mengadopsi strategi yang diterapkan dengan memanfaatkan pengalaman
yang diperolehnya pada tahap implementasi tahun sebelumnya. Pengimbasan

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 17
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

pengelolaan sekolah yang didiseminasikan ke SMA lain dengan moda gugus/sekolah


klaster (cluster schools) seperti diilustrasikan dalam Gambar 3 berikut ini.

SMA

SMA SMA

SMA SMA
SMA
Rujukan

SMA SMA

SMA

Gambar 3. Diseminasi Melalui Sekolah Klaster

Kedua, Sustainability/Keberlanjutan Program


Dengan telah dilaksanakannya alih bina pengembangan SMA Rujukan, maka peran
Direktorat Pembinaan SMA beralih ke tahap sustainability atau keberlanjutan
program baik dalam penjaminan kualitas, perluasan sasaran, dan penyesuaian
strategi dengan perkembangan aktual ekosistem pendidikan meliputi: kebijakan,
manajerial, teknis, dan substansial. Sesuai konsistensi mengikuti azas desentralisasi,
program sustainability juga dilaksanakan berbasis kemitraan dengan Dinas
Pendidikan Provinsi.

Rancangan program ini terdiri atas 3 (tiga) kegiatan utama yaitu: konsultasi,
supervisi, serta penyegaran dan pembaharuan rancangan. Deskripsi ketiga kegiatan
tersebut diuraikan sebagai berikut.
1) Konsultasi diseminasi SMA Rujukan
Memperlancar keberhasilan pengalihan pembinaan program SMA Rujukan,
kewenangan dan tanggungjawab pengelolaan dan pemberian sumberdaya
pengimbasan diserahkan kepada pemerintah provinsi. Peran Direktorat
Pembinaan SMA akan ditekan pada tingkat minimal. Agar replikasi berjalan dan
mencapai tujuan yang diharapkan, Direktorat Pembinaan SMA tetap memberikan
bantuan kepada Dinas Pendidikan Provinsi dalam bentuk konsultasi.
2) Supervisi Diseminasi SMA Rujukan
Sebagai bagian dari sistem sustainability, Direktorat Pembinaan SMA
melaksanakan supervisi melalui monitoring dan evaluasi pada sejumlah sekolah
untuk memperoleh gambaran umum tingkat keberhasilan replikasi dan masalah
yang dihadapi kemudian diikuti dengan pemberian bantuan dalam bentuk
pemberian rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan Provinsi
dan sekolah. Hasil supervisi digunakan oleh Direktorat Pembinaan SMA sebagai
balikan yang dimanfaatkan untuk penyempurnaan berkelanjutan program
pengembangan SMA Rujukan.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 18
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

3) Pembaharuan Rancangan SMA Rujukan


Pada hakikatnya ekosistem pendidikan tidaklah statis tetapi dinamis, berubah
setiap saat dan cenderung menjadikan rancangan SMA Rujukan tertinggal dan
menjadi usang. Menghindarkan terjadinya keusangan tersebut, rancangan harus
senantiasa disesuaikan dengan perubahan ekosistem. Penyesuaian rancangan
dapat dilakukan baik oleh Direktorat Pembinaan SMA maupun oleh Dinas
Pendidikan Provinsi. Dalam kegiatan ini secara teknis manajerial, SMA Rujukan
dapat diberdayakan sebagai “workstation” bersama bagi Direktorat Pembinaan
SMA dan Dinas Pendidikan Provinsi.

Kegiatan Pembaharuan Rancangan SMA Rujukan sebagaimana diilustrasikan


dalam Gambar 4 dan penjelasannya berikut.

Masukan
Dinas Pendidikan Pembaharuan Sesuai SMA
Provinsi Dinamika Kebijakan Imbas
dan Ekosistem Lokal

Workstation SMA
Rujukan

Masukan
Direktorat Pembaharuan Sesuai SMA
Pembinaan SMA Dinamika Kebij. dan Imbas
Ekosistem Nasional

Gambar 4. Pembaharuan Rancangan dan Workstation

Pembaharuan Oleh Direktorat Pembinaan SMA


Selain memberikan konsultasi dan melakukan program supervisi sebagaimana
telah dijelaskan, sebagai bagian dari upaya sustainabilty, Direktorat Pembinaan
SMA juga mengembangkan proram penyegaran dan pembaharuan untuk
diterapkan di SMA Rujukan. Selanjutnya, hasil penerapan rancangan penyegaran
dan pembaharuan didiseminasikan ke SMA Imbas. Mengikuti pola alih bina,
diseminasi penyegaran dan pembaharuan yang diinisiasi oleh Direktorat
Pembinaan SMA ke SMA Imbas juga menjadi kewenangan dan tanggungjawab
Dinas Pendidikan Provinsi.

Pembaharuan Oleh Dinas Pendidikan Provinsi


Analog dengan yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA, berpegang pada
kewenangan dan tanggungjawabnya dalam pengelolaan sistem pendidikan
sesuai dengan azas dan ketentuan desentralisasi, Pemerintah Provinsi melalui
dinas pendidikan dapat mengembangkan berbagai program pembangunan
pendidikan sebagai implementasi kebijakan pemerintah daerah yang mengacu
pada kekhasan karakteristik dan tantangan lokal. Dalam konteks ini, Dinas
Pendidikan Provinsi dapat memberdayakan SMA Rujukan sebagai sasaran
awalnya sekaligus sebagai hub atau titik simpul diseminasi.
c. Pada akhir tahun kelima, semua SMA Rujukan diharapkan telah memenuhi
standar yang ditetapkan dan layak menjadi sekolah mandiri di kabupaten/kota di

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 19
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

mana sekolah tersebut berlokasi atau secara nasional. Sebagai bagian dari sistem
penjaminan mutu, selama tahap implementasi berlangsung diterapkan perangkat
manajemen yang diadopsi dari Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality
Management (TQM) yaitu Plan Do Check Action (PDCA). Dengan teknik tersebut,
secara berkelanjutan dilakukan penilaian yang diikuti dengan pendampingan
dalam perbaikan terhadap setiap komponen penyelenggaraan sekolah agar
memenuhi standar SMA Mandiri.

C. Strategi Implementasi

1. Tahapan Implementasi
Mendukung pengembangan SMA Rujukan, Direktorat Pembinaan SMA memberikan dana
bantuan pemerintah bagi SMA Rujukan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan yang
telah disepakati bersama. Besarnya dana bantuan pemerintah disesuaikan kemampuan
dan ketersediaan dana pemerintah pada tahun yang bersangkutan. Dana bantuan
pemerintah dialokasikan untuk membiayai kegiatan koordinasi persiapan, pemenuhan
dan peningkatan SNP, peningkatan mutu pendidikan karakter dan literasi, peningkatan
mutu keunggulan sekolah, implementasi kebijakan pendidikan dan pelaporan.

Disadari bahwa pemenuhan SNP tidak dapat dilaksanakan sekaligus, oleh karena itu perlu
dibuat skala prioritas, dengan mempertimbangkan standar yang memiliki ketercapaian
tinggi dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di sekolah, baik pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, maupun pembiayaan. Agar proses
pemenuhan SNP dapat terlaksana secara efektif, efisien dan memberi hasil yang optimal
perlu adanya peranserta, kolaborasi dan komitmen bersama dari seluruh pemangku
kepentingan dan pihak-pihak yang terkait secara sinergis dan berkelanjutan.

Mengingat terbatasnya dana bantuan pemerintah dari Direktorat Pembinaan SMA, maka
pemenuhan SNP difokuskan pada 4 standar, yaitu (1) Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
(2) Standar Isi (SI), (3) Standar Proses, dan (4) Standar Penilaian Pendidikan. Sedangkan
pembiayaan diluar kegiatan di atas yang berkaitan dengan pemenuhan standar-standar
lainnya yaitu Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan diharapkan didukung oleh Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Dinas Pendidikan Provinsi, dan sekolah sesuai
dengan tugas, tanggung jawab dan kewenangannya masing-masing.

Program SMA Rujukan selama 5 tahun diimplementasikan melalui tahapan sebagai


berikut.

Pengembangan dan
Penataan Kemandirian
Pemantapan

Tahun 1 Tahun 2 - 4 Tahun 5

Gambar 5. Tahapan Implementasi SMA Rujukan

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 20
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

Penjelasan Gambar 5.
a. Tahap Penataan
Tahun pertama merupakan tahap penataan. Kegiatan yang dilakukan adalah
persiapan, penyusunan program, konsolidasi, sosialisasi, asistensi, dan sinkronisasi
program.
1) Sekolah melakukan persiapan dengan mengumpulkan data dan informasi
lengkap mengenai kondisi sekolah saat ini terkait dengan ruang lingkup program
SMA Rujukan.
2) Menyusun program operasional tahunan berdasarkan skala prioritas dan
kemanfaatan.
3) Konsolidasi dilakukan baik secara internal (dengan warga sekolah) maupun
eksternal (dengan masyarakat dan para pemangku kepentingan).
4) Sosialisasi konsep, substansi, dan strategi implementasi SMA Rujukan.
5) Mulai melaksanakan program kerja tahun pertama.
6) Peningkatan mutu kegiatan unggulan sekolah.
7) Pengimbasan praktik-praktik baik yang dimiliki sekolah kepada sekolah lain
disekitarnya.
b. Tahap Pengembangan dan Pemantapan
Tahun kedua sampai keempat merupakan tahap pengembangan dan pemantapan
antara lain:
1) Mengatasi kendala/permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program
kerja tahun pertama.
2) Mengembangkan dan memantapkan keterlaksanaan program kerja.
3) Bertukar pengalaman dengan sesama SMA Rujukan untuk menemukan praktik-
praktik yang baik (the best practices).
4) Menjalin kemitraan dengan berbagai instansi.
5) Melakukan pengembangan inovasi dan kreasi keunggulan sekolah.
6) Melakukan pengimbasan praktik-praktik baik yang dimiliki sekolah kepada
sekolah lain disekitarnya.
c. Tahap kemandirian
Tahun kelima merupakan tahap kemandirian. Pada tahap ini diharapkan SMA
Rujukan telah mandiri menjadi SMA yang telah memenuhi seluruh komponen SNP
dan memiliki keunggulan sekolah. Dengan berbekal pengalaman pada tahap-tahap
sebelumnya, diharapkan sekolah mampu mengembangkan budaya mutu yang
berkesinambungan. Pada tahap mandiri, SMA Rujukan diharapkan yang telah dirintis
dan difasilitasi selama lima tahun, sudah dalam tahap mandiri, menghasilkan lulusan
yang mampu bersaing di tingkat nasional bahkan internasional, dapat dijadikan
rujukan, dan memiliki kesiapan yang cukup untuk membimbing SMA-SMA di
sekitarnya dalam pemenuhan SNP dan pengembangan program keunggulan sekolah.

2. Pengorganisasian Pembinaan
SMA Rujukan merupakan program peningkatan mutu pendidikan berbasis wilayah
(provinsi dan kabupaten/kota) yang diintegrasikan dengan program pembinaan lainnya
dari Direktorat Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP). Oleh karena itu diperlukan kerjasama dan komitmen bersama
untuk mengalokasikan program dan anggaran bagi pembinaan SMA Rujukan. Keterkaitan
dan keterlibatan institusi terkait dalam pembinaan SMA Rujukan dapat digambarkan
seperti Gambar 6 dibawah ini.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 21
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

Direktorat Pembinaan SMA

Lembaga
Dinas
SMA Penjaminan
Pendidikan
Rujukan Mutu
Provinsi
Pendidikan
(LPMP)

Pelibatan Publik

Gambar 6. Pengorganisasian SMA Rujukan

Penjelasan Gambar 6.
a. Direktorat Pembinaan SMA
Direktorat Pembinaan SMA sebagai pengelola dan pembina program SMA Rujukan
secara nasional mempunyai peran dan tugas:
1) Menetapkan kebijakan program SMA Rujukan;
2) Menetapkan jumlah dan sebaran SMA Rujukan;
3) Menyusun perangkat pendukung pelaksanaan program SMA Rujukan;
4) Mensosialisasikan konsep dan strategi implementasi program SMA Rujukan
kepada Dinas Pendidikan Provinsi, LPMP, dan SMA Rujukan;
5) Memberikan bimbingan teknis dalam perencanaan dan pelaksanaan program
kerja SMA Rujukan;
6) Memberikan dana bantuan pemerintah SMA Rujukan sesuai dengan kemampuan
anggaran pemerintah;
7) Melaksanakan supervisi dan evaluasi pencapaian program SMA Rujukan;
8) Berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi, LPMP, dan SMA Rujukan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

b. Dinas Pendidikan Provinsi


Peran Dinas Pendidikan Provinsi sebagai pembina SMA di wilayahnya antara lain:
1) Mengusulkan calon SMA Model kepada Direktorat Pembinaan SMA;
2) Menerapkan kebijakan program SMA Rujukan di wilayah provinsi;
3) Memberi bimbingan teknis dan manajerial serta mengalokasikan pendanaan
dalam rangka pemenuhan profil SMA Rujukan;
4) Menambah jumlah SMA Rujukan secara mandiri;
5) Melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja SMA Rujukan;

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 22
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

6) Berkoordinasi dengan Direktorat Pembinaan SMA, LPMP, dan SMA Rujukan


sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)


Memberikan pembinaan sesuai dengan tugas dan fungsi LPMP antara lain:
1) Pemetaan mutu SMA Rujukan;
2) Pembinaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI);
3) Berkoordinasi dengan Direktorat Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi,
dan SMA Rujukan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

d. SMA Rujukan
SMA Rujukan merupakan pelaksana program mempunyai tugas-tugas yang berkaitan
dengan tahap penataan, pemantapan, dan kemandirian antara lain sebagai berikut:
1) Mengumpulkan data dan informasi kondisi sekolah dan lingkungan eksternal;
2) Melakukan analisis konteks yang meliputi analisis SNP (diutamakan pada SKL, SI,
Standar Proses, dan Standar Penilaian) dan analisis lingkungan eksternal;
3) Menyusun program kerja 1 tahun pelaksanaan SMA Rujukan;
4) Menetapkan target pencapaian per tahun selama 3 tahun;
5) Berkoordinasi dengan Direktorat Pembinaan SMA dan Dinas Pendidikan
Provinsi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan proses dan hasil
program kerja;
6) Menyusun rencana penggunaan dana bantuan pemerintah, menandatangani
MoU, dan menerima dana bantuan pemerintah dari Direktorat Pembinaan SMA;
7) Melaksanakan program kerja yang telah disepakati;
8) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan dan pengggunaan dana bantuan
pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
9) Melaporkan proses dan hasil pelaksanaan program kerja dan keuangan bantuan
pemerintah SMA Rujukan kepada Direktorat Pembinaan SMA, dengan tembusan
kepada Dinas Pendidikan Provinsi.

e. Pelibatan Publik
Peran publik dan berbagai lembaga pemangku kepentingan pendidikan seperti Ditjen
Guru dan Tenaga Kependidikan, Balitbang Kemendikbud, Perguruan Tinggi, Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK),
masyarakat, dan lain-lain merupakan dukungan eksternal bagi SMA Rujukan untuk
membantu pemenuhan SNP dan keunggulan sekolah. Dukungan dapat diprogramkan
dalam bentuk kemitraan, konsultasi, narasumber, bantuan material pembelajaran,
dan sejenisnya. Masyarakat dan orangtua diharapkan juga berpartisipasi dalam
mendukung penyelenggaraan SMA Rujukan.

3. Fasilitasi
Keberadaan SMA Rujukan perlu mendapat dukungan sumberdaya yang memadai,
meliputi antara lain sumberdaya manusia, sarana prasarana, dan biaya. Dukungan
diberikan oleh pemerintah pusat (Direktorat Pembinaan SMA) dan pemerintah daerah
(Dinas Pendidikan Provinsi). Fasilitasi yang dilakukan Direktorat Pembinaan SMA untuk
SMA Rujukan diberikan dalam bentuk asistensi, bimbingan teknis, bantuan pemerintah,
dan monev (monitoring evaluasi).

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 23
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup peningkatan kinerja SMA Rujukan meliputi:
a. Pemenuhan dan peningkatan mutu SNP khususnya Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar Pengelolaan sebagai
berikut:
1) Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan dapat dilaksanakan antara lain melalui
pemanfaatan hasil penilaian pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan untuk penyusunan program perbaikan pembelajaran dan
peningkatan mutu lulusan.
2) Pemenuhan Standar Isi dapat dilaksanakan antara lain melalui pengembangan
dan pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan
mekanisme dan prosedur yang berlaku; sosialisasi KTSP baik internal maupun
eksternal, pelaksanaan, evaluasi, dan validasi dokumen KTSP secara periodik.
3) Pemenuhan Standar Proses dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas dan
kelengkapan perangkat pembelajaran (silabus, RPP dan bahan ajar);
mempertimbangkan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban
mengajar maksimal setiap guru, rasio maksimal buku teks pelajaran setiap
peserta didik, optimalisasi sarana prasarana dan lingkungan yang tersedia baik di
dalam maupun di luar sekolah dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran,
optimalisasi pengawasan proses pembelajaran, dan tindak lanjut perbaikan
pelaksanaan pembelajaran secara periodik.
4) Pemenuhan Standar Penilaian Pendidikan melalui peningkatan kualitas dan
kelengkapan perangkat penilaian, melaksanakan dan mengelola hasil penilaian
peserta didik sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang berlaku,
penyampaian hasil penilaian peserta didik kepada orang tua dan pihak lain yang
berkepentingan.
5) Pemenuhan Standar Pengelolaan dapat dilaksanakan melalui optimalisasi
seluruh sumber daya yang ada di sekolah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sesuai kewenangan sekolah; menerapkan prinsip manajemen
berbasis sekolah dalam keseluruhan proses pengelolaan sekolah; penyusunan,
pelaksanaan dan evaluasi program kerja; melaksanakan validasi/perbaikan
program kerja secara periodik; meningkatkan peran serta para pembina dalam
upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan.

b. Di samping program pemenuhan SNP, SMA Rujukan juga mengembangkan program


keunggulan sesuai dengan potensi sumberdaya sekolah dan kebutuhan masyarakat.
Program yang dikembangkan sebagai keunggulan SMA Rujukan dapat berupa Sistem
Kredit Semester, kewirausahaan, muatan lokal, pendalaman minat, penumbuhan Budi
Pekerti, sekolah aman, prestasi akademik/non akademik, dan program lain yang
menjadi prioritas kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 24
Konsep dan Pengembangan SMA Rujukan

BAB V
PENUTUP

Program pembinaan SMA Rujukan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat,
dan pemerintah daerah, dan sekolah. Oleh karena itu diharapkan setiap unsur dapat berperan serta
seoptimal mungkin melalui berbagai upaya; seperti dukungan kebijakan, anggaran, dan komitmen
peningkatan mutu pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam SNP. Dalam pemenuhan SNP
peningkatan mutu pendidikan, setiap sekolah dapat melakukan secara bertahap dengan
menentukan skala prioritas dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan dan kemampuan
sekolah. untuk memenuhi komponen SNP tersebut. Hal lain yang menjadi pembeda dengan SMA
lainnya adalah tumbuh dan berkembangnya praktik-praktik baik dan inovasi pendidikan yang
menjadi unggulan dan kebanggaan sekolah, baik dalam bidang akademik maupun non akademik.
Disamping itu SMA Rujukan juga sebagai pionir pelopor pelaksanaan kebijakan pendidikan terkini
yang ditetapkan Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pengembangan SMA Rujukan yang dilakukan Direktorat Pembinaan SMA ini diharapkan dapat
ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan Provinsi secara intensif kepada SMA Rujukan, dengan
harapan dapat dijadikan benchmark bagi sekolah lainnya. Keberhasilan program SMA Rujukan
sangat ditentukan oleh keaktifan sekolah dalam melaksanakan dan mengembangkan inovasi-
inovasi baru dibidang pelayanan pendidikan untuk meningkatkan mutu lulusan.

©2018, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 25

Anda mungkin juga menyukai