Anda di halaman 1dari 17

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

PERATURAN GUBERNUR
NOMOR 10 TAHUN 2017
TENTANG
PUNGUTAN DAN SUMBANGAN BIAYA
PENDIDIKAN SMA, SMK DAN SLB

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROVINSI SULAWESI TENGAH
2017
i
KATA PENGANTAR

Konsekuensi dari keberhasilan program wajib belajar 9 (sembilan) tahun


adalah meningkatnya jumlah peserta didik lulusan SMP dan sederajat yang
harus ditampung oleh Sekolah Menengah (SMA-SMK). Namun kemampuan
pemerintah untuk menyelenggarakan wajib belajar 12 (dua belas) tahun masih
terbatas, sehingga saat ini masih bersifat rintisan. Oleh karena itu partisipasi
masyarakat masih sangat dibutuhkan. Hal ini sudah diamanatkan dalam
peraturan perundang-undangan, misalnya disebutkan pada Pasal 9 UU No 20
tahun 2003 bahwa masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber
daya dalam penyelenggaraan pendidikan, demikian juga pada Pasal 12 ayat (2)
ayat b bahwa setiap peserta didik berkewajiban ikut menanggung biaya
penyelenggaraan pendidikan.

Saat ini pemerintah baru mampu menyediakan biaya untuk keperluan


operasional sekolah melalui dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang
besarannya Rp. 1.400.000 (satu juta empat ratus ribu rupiah) per-siswa per-
tahun. Biaya tersebut penggunaanya sangat variatif sesuai dengan kebutuhan
sekolah, dan hanya dibatasi untuk seagian kebutuhan operasional satuan
pendidikan.

Menyikapi hal tersebut, diperlukan adanya sinergi pendanaan dan peran serta
masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk Sumbangan Pendanaan
Pendidikan.

Kepala Dinas Pendidikan dan


Kebudayaan
Provinsi Sulawesi Tengah

DRS. H IRWAN LAHACE, M.Si


Pembina Utama madya, IV/c
NIP19610808 198112 1 007

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar lampiran iii
Bab I Pendahuluan iv
A. Latar Belakang .1
B. Pengertian .2
C. Tujuan .3
D. Aturan Pelaksanaan .3
E. Sasaran .4
F. Hasil yang Diharapkan .4

Bab II Organisasi Pelaksanaan . 5


A. Struktur Organisasi . 5
B. Tugas dan Tanggung Jawab . 5

Bab III Implementasi Pungutan . 6


A. Mekanisme Pelaksanaan . 6
B. Manajemen Berbasis . 7
Sekolah dan Pungutan

Bab IV Penggunaan Dana 9


A. Ketentuan Penggunaan
Dana Pungutan 9
B. Pengelolaan Dana .. 11

Bab V Monitoring, Evaluasi dan .. 12


Supervisi
A. Monitoring, Evaluasi dan .. 12
Supervisi
.. 12
B. Pelaporan

Bab VI Penutup .. 13
Lampiran .. 14

DAFTAR LAMPIRAN

iii
1. Peraturan Gubernur
2. Susunan Tim Manajemen Pungutan di Sekolah ..

iv
Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
Nasional mengamanatkan bahwa pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu
serta relevansi pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan
kehidupan.
Upaya untuk pemenuhan amanat Undang-undang tersebut dilakukan
salah satunya melalui Program Wajib Belajar (Wajar) 9 Tahun. Dampak
dari keberhasilan program tersebut adalah dengan meningkatnya jumlah
peserta didik lulusan SMP dan sederajat yang semestinya dapat ditampung
oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2015/2016, bahwa Angka Partisipasi
Kasar SMP dan Sederajat Sulawesi Tengah adalah 107.08, sedangkan APK
Sekolah Menegah dan sederajat adalah 75.47. angka tersebut
mengindikasikan bahwa masih banyak lulusan SMP sederajat yang belum
tertampung di SMA/SMK sederajat.
Berdasarkan kenyataan tersebut, pembangunan pendidikan menengah
difokuskan pada peningkatan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15
tahun ke-atas dan khusus Pendidikan Menengah Kejuruan disamping
focus pada hal tersebut di atas juga pada peningkatan relevansi lulusan
terhadap dunia kerja.
Untuk mencapai tujuan di atas, pemerintah telah menyiapkan Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) bagi satuan pendidikan yang di salurkan ke
sekolah negeri dan swasta, akan tetapi besaran dana BOS tersebut masih
belum cukup untuk pemenuhan kebutuhan rill satuan pendidikan. Untuk
itu, mengacu pada peraturan pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan, apabila kebutuhan akan biaya operasional dalam
memenuhi Standart Nasional Pendidikan (SNP) masih kekurangan, maka
sesuai ketentuan pasal 47, pasal 48, dan pasal 51 menyebutkan bahwa

1
masyarakat (peserta didik/orang tua/walinya) dapat berperan serta dalam
menutupi kekurangan pendanaan satuan pendidikan.
Berkaitan dengan hal terseut, selain pendanaan dari pemerintah yang
berbentuk Bantuan Operasional Sekolah juga perlu didukung oleh peran
serta masyarakat yang berupa Sumbangan Pendanaan Pendidikan (SPP)
dengan harapan agar tercapai penyelenggaraan pendidikan yang
berkualitas dan berorientasi pada kemajuan pendidikan menengah.

B. Pengertian
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008, menyatakan bahwa
Pendanaan Pendidikan bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan Masyarakat.
1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi, Pemerintah kaupaten
atau Pemerintah Kota;
3. Masyarakat disini adalah penyelenggara atau satuan pendidikan yang
didirikan masyarakat, peserta didik, orang tua atau wali peserta didik,
pihak lain yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bindang
pendidikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75
Tahun 2016 tentang Komite Sekolah menyebutkan bahwa :
1. Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang
peduli pendidikan;
2. Dana Pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk
menyelenggarakan dan mengelola pendidikan;
3. Pendanaan Pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang
diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.
4. Bantuan pendidikan yang selanjutnya disebut dengan bantuan adalah
pemberian berupa uang/barang/jasa oleh pemangku kepentingan
satuan pendidikan diluar peserta didik atau orang tua/walinya dengan
syarat yang disepakati para pihak;

2
5. Pungutan pendidikan, yang selanjutnya disebut dengan pungutan
adalah penarikan uang oleh sekolah kepada peserta didik, orang
tua/walinya yang bersifat wajib, mengikat serta jumlah dan jangka
waktu pungutannya ditentukan;
6. Sumbangan pendidikan yang selanjutnya disebut dengan Sumbangan
adalah pemberian berupa uang/barang/jasa oleh peserta didik, orang
tua/walinya baik perseorangan maupun bersama-sama, masyarakat
atau lembaga secara sukarela, dan tidak mengkat satuan pendidikan.
Dengan demikian, sebagai bentuk peran serta masyrakat guna
mendukung terwujudnya penyelenggaraan layanan pendidikan yang
bermutu, maka ditetapkannya wujud partisipasi masyarakat berupa
Pungutan Pendanaan Pendidikan (PPP).

C. Tujuan
Secara umum tujuan partisipasi pendidikan oleh masyarakat yang
berwujud Pungutan Pendanaan Pendidikan (PPP) adalah mengoptimalkan
akses, mutu, relevansi, dan daya saing pelayanan Penyelenggaraan
Pendidikan Menengah (SMA-SMK) dan Pendidikan Luar Biasa (SLB)
Tujaun khusus dari partisipasi pendidikan oleh masyarakat yang
berwujud Pungutan Pendanaan Pendidikan adalah :
1. Memberikan kesempatan yang setara bagi peserta didik miskin SMA,
SMK dan SLB untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau
dan bermutu;
2. Membantu meringankan beban biaya operasional personalia dan non
personalia sekolah;
3. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah;
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan khususnya
bagi yang mampu.

D. Aturan Pelaksanaan
Pelaksanaan partisipasi oleh masyarakat diatur dengan beberapa
peraturan yaitu :

3
1. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan
Pendidikan;
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016
Tentang Komite Sekolah;
3. Peraturan Gubernur Nomor 10 Tahun 2017 tanggal 14 Maret 2017
tentang pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada Sekolah
Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa.

E. Sasaran
Partisipasi oleh masyarakat yang berwujud Pungutan Pendanaan
Pendidikan (PPP) berlaku untuk seluruh SMA, SMK, SLB Negeri se
Sulawesi Tengah dengan mengacu pada aturan yang berlaku dan dapat
dipertanggungjawabkan.

F. Hasil Yang Diharapkan


1. Tersedianya Biaya Operasional Sekolah yang memadai untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan sebagai
implementasi dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
3. Meningkatnya pemerataan dan perluasan akses pendidikan khususnya
dalam rangka menuju pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Menengah
12 tahun.
4. Meningkatnya dukungan pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
5. Terlaksananya pembelajaran yang inovatif, diantaranya pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

4
Bab II. Organisasi Pelaksana

A. Struktur Organisasi
Organisasi pelaksana Pungutan Pendanaan Pendidikan (PPP) adalah Tim
Manajemen PPP di Sekolah yang diawasi oleh Pemerintah Provinsi, Komite
Sekolah dan Masyarakat.

B. Susunan, Tugas dan Tanggung Jawab


1. Susunan Tim Manajemen PPP di Sekolah terdiri dari :
a. Penanggungjawab : Kepala Sekolah
b. Bendahara : Guru atau Tenaga Kependidikan yang
ditunjuk Kepala Sekolah;
c. Anggota : Wakil Kepala Sekolah (minimal 2 orang)

2. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Manajemen PPP di Sekolah


a. Mempersiapkan dan melaksanakan pendataan;
b. Menyusun kebutuhan pembiayaan sekolah yang bersumber dari
PPP;
c. Mengkoordinasikan pembiayaan sekolah yang bersumber dari PPP
dengan komite sekolah.

3. Langkah-langkah Tim Manajemen PPP


a. Merekapitulasi peserta didik yang layak membayar pungutan.
b. Membuat Kalkulasi Rencana Anggaran Sekolah.
c. Membuat Program yang dapat dilaksanakan oleh Sekolah sesuai
besaran anggaran yang masuk.
d. Mengadakan pertemuan dengan Komite Sekolah.
e. Mengadakan pertemuan dengan orang tua/walipeserta didik.

5
Bab III. Implementasi SPP

A. Mekanisme Pelaksanaan
Pungutan dan Sumbangan dari partisipasi dan peran serat peserta didik
dan orang tua diwujudkan dalam bentuk Pungutan Pendanaan Pendidikan
(PPP). Seluruh SMA-SMK Negeri se-Sulawesi Tengah wajib mengikuti
ketentuan pedoman teknis yang telah ditetapkan oleh Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah.

Seluruh SMA-SMK Negeri wajib memenuhi ketentuan PPP sebagai berikut :


1. Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 10 Tahun 2017 tentang
Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada Sekolah Menengah
Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa,
sebagaimana terlampir dalam juknis ini. Sekolah SMA-SMK dan SLB
Negeri se-Sulawesi Tengah dapat melakukan pungutan dana dari
partisipasi peserta didik dan orang tua dalam bentuk Pungutan
Pendanaan Pendidikan (PPP);
2. Sebagai wujud keberpihakan terhadap peserta didik miskin, sekolah
diwajibkan membebaskan dan atau memberikan keringanan peserta
didik miskin dari kewajiban membayar PPP;
3. Sekolah dimungkinkan dapat menerima sumbangan dan bantuan yang
sifatnya incidental dari peserta didik, orang tua/walinya dan
masyarakat yang mampu untuk mendukung kebutuhan pengembangan
sekolah.
4. Untuk menjamin efektifitas kebijakan pembebasan atau pemberian
keringanan PPP bagi peserta didik miskin di SMA-SMK dan SLB, maka
diatur mekanisme sebagai berikut :
a. Kepala Sekolah mengadakan rapat ditingkat sekolah bersama
Komite Sekolah dan atau perwakilan orang tua, guru, wali kelas dan
Tata Usaha Sekolah untuk menentukan sasaran peserta didik yang
diberikan manfaat pembebasan dan atau pemberian keringanan
biaya sekolah, Penentuan sasaran peserta didik penerima manfaat

6
sepenuhnya menjadi kebijakan sekolah sesuai konsep Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS);
b. Besaran jumlah pungutan diputuskan melalui rapat Komite Sekolah,
orang tua, guru, wali kelas dan Tata usaha Sekolah;
c. Pertimbangan penetapan sasaran peserta didik miskin adalah
peserta didik SMA-SMK yang berasal dari keluarga miskin dengan
menunjukkan bukti yang sah.
d. Penentuan besaran pemberian pembebasan dan atau pemberian
keringanan biaya bagi peserta didik miskin, sekolah memperhatikan
beberapa factor di sekolah masing-masing, antara lain :
1) Kebutuhan Program dan Anggaran sekolah per tahun;
2) Besaran dana BOS yang diterima sekolah;
3) Jumlah peserta didik miskin yang ada di sekolah;
4) Biaya Pendidikan tiap peserta didik selama satu tahun.
5. Seluruh Cabang Dinas pendidikan Provinsi yang ada di Kabupaten/Kota
se-Sulawesi Tengah harus ikut mengendalikan dan mengawasi PPP dan
sumbangan/bantuan dari masyarakat/orang tua/wali peserta didik atas
dasar prinsip nirlaba dan pengelolaan yang transparan dan akuntabel.
6. Pungutan Pendanaan Pendidikan (PPP) dapat dilakukan mulai tahun
ajaran 2017/2018.
7. Sekolah yang sebelumnya mendapatkan dana operasional dan atau
BOSDA dari kabupaten/kota maka PPP dilaksanakan mulai bulan
Januari 2017.
8. Khusus untuk SMANOR TADULAKO, PPP diatur dalam ketentuan
tersendiri dengan memperhatikan sifat kekhususan satuan pendidikan
tersebut.

B. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan SPP


Dalam pengelolaan dan pemanfaatan dana pendidikan yang bersumber
dari partisipasi masyarakat dalam hal ini Pungutan Pendanaan Pendidikan
(PPP) dengan bentuk pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah, maka
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

7
1. Sekolah berhak melaksanakan pengelolaan pendanaan pendidikan yang
didasarkan atas prinsip kebutuhan prioritas yaitu mendesak dan pentik,
yang selalu mengacu pada NSPK (Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria) dengan melakukan penyusunan program kegiatan mengacu
pada pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (SNP);
2. Kewajiban sekolah menyusun Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM)
yang disusun 4 (empat) Tahunan, Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan
Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS) yang mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan (SNP);
3. Melaksanakan rapat untuk pembahasan RKJM, RKT, RKAS dengan
mengikutsertakan dewan guru, kepala sekolah dan adanya
pertimbangan dari pihak Komite Sekolah;
4. Hasil pembahasan harus ditetapkan dengan adanya persetujuan dan
ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan Komite Sekolah serta mendapat
pengesahan dari Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi
Tengah;
5. RKAS dibuat berdasarkan program kegiatan dan pembiayaan pada
satuan pendidikan selama satu tahun anggaran;
6. Perubahan RKAS dapat dilakukan setelah enam bulan disahkan,
sehingga jika terdapat kebutuhan yang mendesak dan penting yang
belum direncanakan dan belum dianggarkan dapat dilakukan
penganggaran kembali.

8
Bab IV. Penggunaan Dana

A. Ketentuan Penggunaan dana PPP


Penggunaan dana yang bersumber dari partisipasi oleh masyarakat yang
berwujud PPP dipergunakan untuk peningkatan mutu pendidikan
membantu kegiatan operasional sekolah, baik personalia dan non
personalia.

Komponen kegiatan yang bisa dilaksanakan dari Pendanaan PPP sebagai


berikut :
1. Biayainvestasi selain lahan satuan pendidikanmeliputi:
a. biaya penyediaan sarana dan prasarana;
b. pengembangan sumberdaya manusia; dan/atau
c. modal kerja tatap.
2. Biaya personalia satuan pendidikan meliputi honorarium bagi pendidik dan
tenaga kependidikan honorer yang ditugaskan oleh kepala sekolah ;
3. Biaya nonpersonalia satuan pendidikan meliputi:
a. alat tulis sekolah;
b. biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan;
c. biaya daya dan jasa;
d. biaya daya dan jasa;
e. biaya transportasi/perjalanan dinas;
f. biaya konsumsi;
g. biaya asuransi;
h. biaya pembinaan siswa/ekstra kurikuler;
i. biaya uji kompetensi;
j. biaya praktek kerja industri; dan/atau;
k. biaya pelaporan biaya honorarium kegiatan.
4. Biaya alat tulis sekolah yang dibutuhkan untuk pengelolaan sekolah dan
proses belajar.
5. Biaya nonpersonalia satuan pendidikan meliputi:
a. pengadaan alat dan bahan praktikum IPA;
b. pengadaan alat dan bahan praktikum IPS;
c. pengadaan alat dan bahan praktikum bahasa;

9
d. pengadaan alat dan bahan praktikum computer;
e. pengadaan alat dan bahan praktikum olahraga;
f. pengadaan alat dan bahan kebersihan;
g. pengadaan alat dan bahan praktikum IPA;
h. pengadaan alat dan bahan kesehatan dan keselamatan; dan/atau
i. pengadaan alat dan bahan tinta stempel, toner/tinta printer dan alat habis
dipakai dalam waktu kurang 1 (satu) tahun atau sampai dengan 1 (satu)
tahun.
6. Pengadaan alat dan bahan tinta stempel, toner/tinta printer dan alat habis
dipakai dalam waktu kurang 1 (satu) tahun atau sampai dengan 1 (satu)
tahun.
7. Biaya daya dan jasa untuk membayar langganan daya dan jasa yang
mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah berupa listrik, telepon, air,
dan biaya daya dan jasa lainnya yang sejenis.
8. Biaya transpor/perjalanan dinas terdiri dari biaya untuk berbagai keperluan
perjalanan dinas dalam kota dan/atau luar kota bagi pendidik, tenaga
kependidikan, dan peserta didik.
9. Biaya konsumsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) huruf f yakni
biaya untuk penyediaan konsumsi dalam kegiatan sekolah yang layak
disediakan konsumsi berupa rapat sekolah, perlombaan di sekolah dan biaya
konsumsi lainnya yang sejenis.
10. Biaya asuransi meliputi pembayaran premi asuransi asuransi kebakaran,
asuransi bencana alam, asuransi kecelakaan praktek kerja di industri untuk
keamanan dan keselamatan sekolah/madrasah, pendidik, tenaga
kependidikan, dan peserta didik.
11. Biaya pembinaan siswa/ekstra kurikuler meliputi biaya untuk
menyelenggarakan kegiatan pembinaan siswa melalui kegiatan ekstra
kurikuler berupa Pramuka, Palang Merah Remaja, Unit Kesehatan
Sekolah, Kelompok Ilmiah Remaja, olah raga, kesenian, lomba bidang
akademik, perpisahan kelas terakhir, pembinaan kegiatan keagamaan, dan
pembinaan siswa/ekstra kurikuler lainnya yang sejenis.
12. Biaya uji kompetensi meliputi biaya untuk penyelenggaraan ujian kompetensi
bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan yang akan lulus.
13. Biaya praktek kerja industri meliputi biaya penyelenggaraan praktek industri
bagi peserta didik SMK.

10
14. Biaya pelaporan untuk menyusun dan mengirimkan laporan
sekolah/madrasah kepada pihak yang berwenang.
B. Pengelolaan Dana
Pengelolaan PPP sepenuhnya menjadi tanggungjawab Tim Manajemen PPP
di Sekolah.Beberapa hal berkaitan dengan pengelolaan dana dijelaskan
sebagai berikut:
1. Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus dibubuhi materai
yang cukup, sesuai dengan ketentuan bea materai.
2. Dalam bukti pengeluaran harus jelas uraian mengenai barang/jasa yang
dibayar, tanggal dan nomor bukti.
3. Seluruh penerimaan dan pengeluaran uang agar dicatat/dibukukan
dalam buku penerimaan dan pengeluaran (Buku Kas Umum).
4. Setiap terjadi transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran
uang/barang harus dibukukan atau dicatat sesuai dengan urutan
tanggal kejadiannya.
5. Setiap akhir bulan, buku kas umum ditutup dan disahkan.

11
Bab V. Monitoring, Evaluasi dan Supervisi serta
Pelaporan

A. Monitoring, Evaluasi dan Supervisi


Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pemanfaatan
dana yang bersumber dari PPP maka dilaksanakan Monitoring, Evaluasi
dan Supervisi. Monitoring dan Evaluasi bertujuan untuk memantau
perkembangan pelaksanaan program yang tertuang dalam RKAS.
Sedangkan Supervisi bertujuan untuk memastikan akuntabilitas
pelaksanaan, kesesuaian dan ketercapaian program. Hasil Monitoring,
Evaluasi dan Supervisi merupakan bahan perumusan perencanaan
program yang akan dating.
Bentuk kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Supervisi adalah melakukan
pemantauan, pembinaan dan penyelesaian masalah terhadap pelaksanaan
program. Secara umum tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan
bahwa PPP yang diterima oleh sekolah dimanfaatkan sesuai perencanaan
dan sesuai ketentuan.

B. Pelaporan
Administrasi pelaporan berpedoman pada system pengelolaan keuangan
yang akuntabel dan transparan.
Laporan Pelaksanaan PPP di SMA-SMK dan SLB seluruh Provinsi Sulawesi
Tengah, disampaikan/ditujukan kepada :
1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah
2. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah, dan
3. Komite Sekolah

12
Bab VI. Penutup

Tujuan penyusunan Program Teknis pelaksanaan PPP di SMA-SMK dan


SLB ini adalah sebagai pedoman pelaksanaan oleh satuan pendidikan. Oleh
karena itu, diwajibkan kepada semua pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pelaksanaan PPP di SMA-SMK dan SLB melaksanakan
pedoman teknis ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Jika dalam melaksanakan diketahui bahwa pedoman teknis ini terdapat
kekeliruan atau kekurangan, maka Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi
Tengah akan melakukan perbaikan dan penyempurnaan sebagaimana
mestinya.

13

Anda mungkin juga menyukai