Anda di halaman 1dari 37

PANDUAN PELAKSANAAN SMA TERBUKA

PROViNSI JAWA BARAT

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT


2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................... i
I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Dasar Hukum ................................................................................................................... 3
C. Tujuan............................................................................................................................... 3
D. Sasaran ............................................................................................................................. 3
II. PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN SMA TERBUKA .................................. 4
A. Gambaran Umum ............................................................................................................ 4
B. Karakteristik Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Pada Pendidikan Menengah ................... 7
C. Ruang Lingkup SMA Terbuka......................................................................................... 8
D. Penyelenggaraan SMA Terbuka..................................................................................... 8
III. PELAKSANAAN PENDIDIKAN JARAK JAUH PADA PENDIDIKAN
MENENGAH ............................................................................................................... 10
A. Peserta SMA Terbuka.................................................................................................... 10
B. Kurikulum ...................................................................................................................... 11
C. Sarana dan Prasarana .................................................................................................. 12
D. Sekolah Penyelenggara SMA Terbuka dan TKB ........................................................ 12
E. Sumber Daya Manusia .................................................................................................. 14
F. Pembiayaan.................................................................................................................... 15
G. Proses Pembelajaran .................................................................................................... 16
H. Evaluasi Hasil Belajar .................................................................................................... 17
I. Proses Pengelolaan ....................................................................................................... 19
J. Pelaporan, Evaluasi, dan Penjaminan Mutu ............................................................... 20
K. Luaran (Output) ............................................................................................................ 22
IV. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK ................................................. 23
A. Instansi/Unsur Yang Terlibat Dalam Penyelenggaraan di Pusat ............................. 23
B. Instansi/Unsur Yang Terlibat Dalam Penyelenggaraan di Daerah .......................... 24
V. PENGUSULAN PROGRAM PENDIDIKAN JARAK JAUH ..................................... 27
A. Pengusulan Program SMA Terbuka....................................................................................29

B. Data Pendukung dan Lampiran ................................................................................... 28


VI. PENUTUP ................................................................................................................... 30

i
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Provinsi Jawa Barat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD)
tahun 2013-2018, memiliki visi “Membangun Masyarakat yang berkualitas dan
berdaya saing” dan Misi “Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Masyarakat Jawa
Barat melalui Pendidikan yang unggul, Terjangkau, Merata, dan Terbuka”. Untuk
mewujudkan visi dan misi tersebut pemerintah berencana menyediakan layanan
pendidikan gratis jenjang pendidikan menengah.

Saat ini Provinsi Jawa Barat belum berhasil dalam hal pencapaian APM-APK sesuai
dengan yang diharapkan. Data pada tahun 2015-2016 capaian APK pendidikan
menengah Provinsi Jawa Barat 67,56%. (Nasional 76,45). Ada di peringkat ke 2
dari bawah, setelah Papua. Tahun 2016-2017 meningkat menjadi 76,62 (Nasional
81,95). Ada di peringkat ke 6 dari bawah. memiliki kesenjangan 10% dari target
pencapain APK SM yang ditetapkan. Hal ini ditunjukkan masih terdapat 247.067
siswa yang tidak melanjutkan ke tingkat sekolah menengah. Pada tahun 2014-2015
berdasarkan data lulusan sekolah menengah pertama/Madrasah Tsanawiah
(SMP/MTs) sebanyak 703.747 siswa. Sedangkan daya tampung sekolah menengah
hanya 469.567. Sehingga terdapat kesenjangan sebanyak 234.180 peserta didik
yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke pendidikan menengah.

Untuk mengatasi kesenjangan dari segi daya tampung sekolah, pemerintah Provinsi
Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan telah melaksanakan beberapa program
unggulan diantaranya pembangunan ruang kelas baru (RKB), pembangunan unit
sekolah baru (USB), sekolah petang dan program Paket C. Namun hasilnya belum
maksimal membantu memenuhi target pencapaian APK-APM pendidikan menengah.

Selain karena kondisi fisik sekolah menengah di Jawa Barat yang belum memiliki
daya tampung yang sesuai dengan kebutuhan, ada faktor lain yang menyebabkan
angka partisipasi sekolah menengah ini belum sesuai dengan harapan. Di antaranya,
rendahnya status ekonomi orang tua atau masyarakat dan keterpencilan tempat

1
tinggal siswa. Kedua hal ini menjadi kendala secara sosial budaya maupun geografis
untuk menjangkau pelayanan pendidikan.

Dalam upaya mempercepat pencapaian APK-APM pendidikan menengah, Dinas


Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengembangkan program SMA terbuka yang
menggunakan pendidikan Jarak Jauh. Perkembangan ilmu pendidikan yang sangat
cepat menuntut proses belajar sepanjang hayat. Untuk itu penciptaan sistem
pendidikan dan lingkungan belajar yang fleksibel sangat dibutuhkan. Sistem
pembelajaran jarak jauh telah menjadi sebuah inovasi yang berarti dalam dunia
pendidikan di abad ke dua puluh satu ini. Sistem pembelajaran jarak jauh telah
menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan belajar
dan berbagai macam tipe peserta didik
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
"Sistem Pendidikan Nasional". Rumusan tentang Pendidikan Jarak Jauh terlihat
pada BAB VI, Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan pada Bagian Kesepuluh
Pendidikan Jarak Jauh pada Pasal 31 berbunyi : (1) Pendidikan jarak jauh
diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; (2) Pendidikan
jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat
yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau regular; (3)
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan
yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang
menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan; (4) Ketentuan
mengenai penyelenggarakan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah

Program SMA terbuka dikembangkan dari SMA yang sudah ada dengan
membuka tempat kegiatan belajar (TKB) di daerah-daerah tertentu yang tidak
dapat terjangkau oleh SMA/SMK/MA.

Untuk menyelenggarakan Program SMA Terbuka, dibutuhkan sebuah pedoman


yang dapat memberikan arah untuk pelaksanaan yang wajib dipahami oleh semua
pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program SMA Terbuka.

2
B. Dasar Hukum
Berikut ini peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait PJJ pada
pendidikan menengah.
1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bagian
Kesepuluh Pendidikan Jarak Jauh dan Bagian Kesebelas Pendidikan Khusus dan
Layanan Khusus.
2. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan Bab VI Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh
dan Bab VII Penyelenggaraan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus.
3. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah
Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya
Manusia.
4. Permendikbud No. 72 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Layanan Khusus.
5. Permendikbud No. 119 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak
Jauh Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
6. Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Pendidikan Dasar dan
Menengah.
7. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah 1670/D/LK/2014 Tentang
Pelaksanaan Sekolah Terbuka Pada Jenjang Pendidikan Menengah.

C. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan SMA Terbuka ini adalah untuk memberikan layanan
pendidikan melalui perluasan akses bagi masyarakat Jawa Barat yang belum
terlayani di sekolah reguler, dan terkendala oleh: a) kondisi geografis, b)
keterbatasan waktu, c) kondisi ekonomi, d)kondisi sosial budaya, sehingga dapat
memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan jenjang Menengah yang bermutu.
D. Sasaran
Sasaran pedoman pelaksanaan SMA Terbuka ini adalah:
1. Kepala SMA penyelenggara SMA Terbuka, pendidik, tenaga kependidikan, para
pemangku kepentingan (stake holders) dan mitra sekolah penyelenggara PJJ
(DU/DI);
2. Peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah.

3
II. PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN SMA TERBUKA
A. Gambaran Umum
Perkembangan ilmu pendidikan yang sangat cepat menuntut proses belajar sepanjang
hayat. Untuk itu penciptaan sistem pendidikan dan lingkungan belajar yang fleksibel
sangat dibutuhkan. Sistem pembelajaran jarak jauh telah menjadi sebuah inovasi yang
berarti dalam dunia pendidikan di abad ke dua puluh satu ini. Sistem pembelajaran
jarak jauh telah menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi berbagai macam
kebutuhan belajar dan berbagai macam tipe peserta didik.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang "Sistem


Pendidikan Nasional". Rumusan tentang Pendidikan Jarak Jauh terlihat pada BAB VI,
Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan pada Bagian Kesepuluh Pendidikan Jarak Jauh
pada Pasal 31 berbunyi : (1) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan; (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan
layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti
pendidikan secara tatap muka atau regular; (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan
dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan
belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar
nasional pendidikan; (4) Ketentuan mengenai penyelenggarakan pendidikan jarak
jauh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.

Dalam Permendikbud No 119 tahun 2014 dinyatakan bahwa PJJ diselenggarakan


dengan tujuan meningkatkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan, serta
meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan dasar dan menengah. Oleh karenanya
PJJ memiliki karakteristik terbuka, belajar mandiri, belajar tuntas menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi pendidikan, dan/atau menggunakan teknologi
pendidikan lainnya. Melalui sistem PJJ, setiap individu dapat memperoleh akses
terhadap pendidikan berkualitas tanpa harus meninggalkan rumah, pekerjaan, dan
tidak kehilangan kesempatan bekerja. Selain akses, dalam meningkatkan pemerataan
kualitas pendidikan bagi setiap individu. Sifat massal yang dimiliki sistem PJJ dalam
mendistribusikan pendidikan berkualitas yang terstandar dengan menggunakan TIK,
standardisasi capaian pembelajaran (learning outcomes), materi ajar, proses

4
pembelajaran, bantuan belajar, dan evaluasi pembelajaran, menjadikan pendidikan
berkualitas dapat diperoleh berbagai kalangan lintas ruang dan waktu.

Provinsi Jawa Barat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) tahun
2013-2018, memiliki visi “Membangun Masyarakat yang berkualitas dan berdaya
saing” dan Misi “Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Masyarakat Jawa Barat
melalui Pendidikan yang unggul, terjangkau, merata dan terbuka”. Untuk
mewujudkan visi dan misi tersebut pemerintah telah mencanangkan pendidikan gratis
mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kondisi saat ini Provinsi Jawa Barat masih belum berhasil mencapai APM, yang
secara nasional Provinsi Jawa Barat nilai APM menduduki posisi 2 terendah setelah
Provinsi Papua. Data pada tahun 2013-2014 capaian APK pendidikan menengah
Provinsi Jawa Barat memiliki kesenjangan 10% dari target pencapain APK SM yang
ditetapkan, hal ini ditunjukan masih terdapatnya 247.067 siswa yang tidak
melanjutkan ke tingkat sekolah menengah. Pada tahun 2014-2015 Berdasarkan data
lulusan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiah (SMP/MTs) sebanyak
703.747 siswa sedangkan daya tampung sekolah menegah hanya 469.567 sehingga
terdapat kesenjangan sebesar 234.180 peserta didik yang tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke sekolah menengah.

Untuk mengatasi kesenjangan dari segi daya tampung sekolah Pemerintah Provinsi
Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan telah melaksanakan beberapa program
unggulan diantaranya pembanguan Ruang Kelas Baru (RKB), pembangunan unit
sekolah baru (USB), sekolah petang dan program Paket C, tetapi hasilnya belum
dapat memenuhi target pencapian APK-APM sekolah menengah.

Selain karena kondisi fisik sekolah menengah di Jawa Barat yang belum memiliki
daya tampung yang sesuai dengan kebutuhan, ada faktor lain yang menyebabkan
angka partisipasi sekolah menengah ini belum sesuai dengan harapan, diantaranya
rendahnya status ekonomi orang tua atau masyarakat dan keterpencilan tempat tinggal
siswa, baik secara sosial maupun geografis yang sulit untuk dijangkau oleh pelayanan
pendidikan, baik melalui Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan
(SMA/SMK) maupun jenis pendidikan lainnya yang setingkat.
5
Untuk mempercepat pencapaian APK-APM SM, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat, mengembangkan model SMA Terbuka dan PJJ pada SMK. Model Sekolah
Terbuka dan PJJ pada SMK dikembangkan dari SMA dan SMK yang sudah ada
dengan membuka Tempat Kegiatan Belajar (TKB) di daerah-daerah tertentu yang
tidak dapat terjangkau oleh SMA/SMK/MA.

Istilah yang sering digunakan dalam SMA Terbuka adalah sebagai berikut.
1. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur formal, non-formal, dan informal pada setiap jenjang dan
jenis pendidikan.
2. Sekolah terbuka adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang berdiri
sendiri tetapi merupakan bagian dari sekolah induk yang penyelenggaraan
pendidikannya menggunakan metode belajar mandiri.
3. Pendidikan Menengah adalah lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas
pendidikan menengah umum, pendidikan menengah kejuruan, dan madrasah
aliyah.
4. Sekolah Menengah Atas Terbuka (SMA Terbuka) adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari
sekolah menengah atas induk dengan menggunakan metode belajar mandiri,
terbuka dan jarak jauh.
5. Peserta didik adalah anggota masyarakat tamatan SMP yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan jarak jauh.
6. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari
pendidik dan pembelajaranya menggunakan berbagai sumber belajar melalui
teknologi komunikasi, informasi, dan media lain. (Permen 72 Tahun 2013).
7. Sekolah induk adalah sekolah yang memenuhi syarat untuk menjadi pembina dari
satu atau lebih Tempat Kegiatan Belajar (TKB)
8. Tempat Kegiatan Belajar (TKB) adalah bagian dari satuan pendidikan berupa
tempat atau ruang yang representatif untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
pembelajaran
9. Bantuan belajar adalah segala bentuk kegiatan pendukung yang dilaksanakan
oleh sekolah induk untuk membantu kelancaran proses belajar peserta didik
berupa pelayanan akademis dan administrasi, maupun pribadi secara tatap muka
maupun melalui pemanfaatan TIK.
10. Sumber belajar di SMA Terbuka adalah beragam bahan/sumber berbasis TIK
yang digunakan dalam proses belajar.
11. Tutorial adalah bentuk bantuan belajar akademik yang dapat dilaksanakan baik
secara tatap muka maupun melalui pemanfaatan TIK.
12. Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik adalah penilaian yang dilakukan terhadap
hasil proses belajar peserta didik baik secara tatap muka maupun berbasis TIK
13. Praktik adalah latihan keterampilan penerapan teori dengan pengawasan
langsung menggunakan sarana dan prasarana yang memenuhi standar minimum.

6
14. Praktikum adalah tugas terstruktur dan berhubungan dengan validasi fakta atau
hubungan antarfakta yang mendukung capaian pembelajaran secara utuh sesuai
dengan persyaratan dalam kurikulum.
15. Guru bina adalah tenaga pendidik yang diberikan mandat oleh sekolah induk
untuk menjadi guru pada SMA Terbuka ini sesuai dengan kompetensi dan aturan
yang berlaku.
16. Tutor adalah tenaga pendidik dan kependidikan yang diberikan mandat oleh
sekolah induk untuk melakukan pelayanan Pendidikan terhadap peserta didik di
TKB.
17. Dinas Pendidikan Jawa Barat adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat yang menangani Pendidikan. (Pergub tentang alih kelola)

B. Karakteristik SMA Terbuka Pada Pendidikan Menengah


Karakteristik utama SMA Terbuka yang dilaksanakan menggunakan pendidikan jarak
jauh adalah keterpisahan pendidik dengan peserta didik, tetapi dimungkinkan
adanya interaksi pembelajaran melalui pertemuan tatap muka dan daring yang
terjadwal.
Berdasarkan Permen 119 Tahun 2014, Pendidikan jarak jauh memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Terbuka
PJJ yang dilaksanakan pada pendidikan menengah memiliki karakteristik terbuka
yang berarti pembelajaran pada program PJJ dilaksanakan secara fleksibel dalam
hal tempat belajar dan cara belajar terorganisasi dalam sistem pendidikan formal.
2. Belajar mandiri
Belajar mandiri dalam program PJJ berarti proses pembelajaran diinisiasi oleh
peserta didik dalam periode tertentu. Ketika belajar mandiri, peserta didik secara
perorangan maupun berkelompok memanfaatkan berbagai sumber belajar.
Daripada pendidik, sumber-sumber belajar tsb. lebih dominan dimanfaatkan oleh
peserta didik. Akan tetapi, walaupun sumber belajar dimanfaatkan lebih
domininan, peserta didik mutlak mendapatkan bimbingan atau bantuan
belajar/tutorial sesuai kebutuhan.
3. Belajar tuntas
Belajar tuntas merupakan sistem belajar yang mengutamakan tingkat
penguasaan pada level kompetensi tertentu bagi peserta didik (Permendikbud
119 Tahun 2014). Hal ini berarti dengan keluwesan dalam program PJJ,
diharapkan peserta didik dapat tuntas dalam penguasaan kompetensi tertentu
karena mereka memiliki akses terhadap sumber belajar dan layanan
pembelajaran, serta memiliki waktu yang cukup untuk belajar. Untuk itu, dalam
rangka mendorong ketuntasan belajar, bimbingan maupun bantuan belajar yang

7
terstruktur wajib diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tutorial tatap
muka dan atau daring, dengan mengandalkan bimbingan guru/tutor secara
langsung maupun tidak langsung (virtual).
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan atau
teknologi pendidikan lainnya.
Dalam PJJ TIK dimanfaatkan untuk menyediakan bantuan belajar yang meliputi
layanan akademis maupun layanan administrasi. Layanan akademis yang
dimaksud adalah penyediaan sumber belajar sesuai standar nasional pendidikan,
interaksi pembelajaran, maupun evaluasi belajar dapat memanfaatkan TIK dan
atau teknologi pendidikan lainnya. Selain dimanfaatkan dalam pelaksanaan
pembelajaraan, penyelenggara PJJ juga wajib memiliki dan mengembangkan
sistem pengelolaan pembelajaran berbasis TIK.

C. Ruang Lingkup SMA Terbuka


SMA Terbuka diselenggarakan pada satuan pendidikan SMA dengan ketentuan:
1. diselenggarakan untuk satuan pendidikan;
2. diselenggarakan oleh SMA reguler dengan izin Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya.
Ketentuan selanjutnya terkait pelaksanaan SMA terbuka pada jenjang menengah
dilaksanakan berdasar Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
1670/D/LK/2014 Tentang Pelaksanaan Sekolah Terbuka Pada Jenjang Pendidikan
Menengah.

D. Penyelenggaraan SMA Terbuka


Berdasarkan Permendikbud 119 Tahun 2014, pengorganisasian PJJ dapat
diselenggarakan dalam 3 modus seperti berikut.
1. Modus tunggal yang berarti satuan pendidikan menyelenggarakan program
pendidikan hanya dengan moda jarak jauh.
2. Modus ganda yang berarti satuan pendidikan menyelenggarakan program
pendidikan baik secara tatap muka maupun jarak jauh.
3. Modus konsorsium yang berarti terbentuknya jejaring kerja sama
penyelenggaraan pendidikan jarak jauh lintas satuan pendidikan dengan lingkup
wilayah nasional dan atau internasional.

8
Penyelenggaraan SMA Terbuka dilaksanakan sesuai Standar Nasional Pendidikan
(SNP) yang terdiri atas :
1. standar isi,
2. standar proses,
3. standar kompetensi peserta didik,
4. standar penilaian peserta didik,
5. standar pendidik dan tenaga kependidikan,
6. standar sarana dan prasarana,
7. standar pengelolaan,
8. standar pembiayaan.

Untuk itu, sistem pembelajaran di SMA Terbuka yang sesuai dengan SNP
dilaksanakan sebagai berikut.
1. Penggunaan moda pembelajaran yang peserta didik dengan pendidiknya terpisah.
2. Penekanan prinsip belajar secara mandiri, terstruktur, dan terbimbing dengan
menggunakan berbagai sumber belajar.
a. Belajar mandiri dalam program PJJ berarti proses pembelajaran diinisiasi oleh
peserta didik dalam periode tertentu. Untuk dapat memicu peserta didik untuk
belajar mandiri, guru/tutor menyediakan pemicu/inisiasi berupa pertanyaan-
pertanyaan maupun penugasan-penugasan dengan memanfaatkan TIK.
b. Belajar terstruktur dan terbimbing dalam program PJJ berarti penyelenggara PJJ
menyediakan layanan akademik berupa tutorial daring maupun tatap muka bagi
peserta didik dengan dengan mengandalkan bimbingan guru/tutor secara
langsung maupun tidak langsung (virtual).
c. Media pembelajaran merupakan sumber pembelajaran yang lebih dominan
daripada pendidik.
d. Pembelajaran tatap muka digantikan dengan interaksi program pembelajaran
yang terkini mengikuti perkembangan teknologi dan informasi, meskipun tetap
memungkinkan adanya pembelajaran tatap muka secara terbatas.

9
III. PELAKSANAAN PENDIDIKAN JARAK JAUH PADA
PENDIDIKAN MENENGAH

1. Masukan 2. Proses 3. Luaran


(Input) (Process) (Output)

1.1 Asupan Kasar


(Raw Input) 2.1 Perencanaan
Pembelajaran
1.1 Peserta Didik

1.2 Kurikulum dan


Bahan Ajar 2.2 Proses
Pembelajaran
1.3 Sarana dan
Prasarana Bahan Ajar Digital/
2.2.1 Belajar Mandiri
Cetak

1.2 Asupan Instrumental


2.2.2 Belajar
(Instrumental Input) Panduan Belajar
Terbimbing (Tutorial)

1.2.1 Sekolah
Penyelenggara PJJ dan
TKB Tutorial Tatap Muka

1.2.2 Sumber Daya


Manusia 2.3 Evaluasi Hasil Tutorial Daring
Belajar

1.2.3 Pembiayaan

2.1. Skema Penyelenggaraan SMA Terbuka

Secara umum diagram di atas menjelaskan komponen-komponen yang terlibat dalam


penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada sekolah reguler maupun pada sekolah
terbuka. Komponen-komponen tersebut terdiri atas komponen masukan (input), proses
(process), luaran (output) yang interaksi antarkomponen tersebut terlihat pada diagram
di atas.
Secara lebih rinci ketentuan-ketentuan terkait pelaksanaan PJJ adalah sebagai berikut :
A. Peserta SMA Terbuka
Peserta didik yang mengikuti SMA Terbuka harus :
1. Memiliki ijazah SMP/MTs/Paket B.
2. Berusia antara 15 s.d 21 tahun saat mendaftar.
3. Memiliki keterbatasan sosial ekonomi, budaya, dan geografis serta keterbatasan
waktu.

10
Ketentuan dan tata cara penerimaan peserta didik baru mengacu pada ketentuan
yang berlaku. Dalam hal diperlukan pengaturan lain, ketentuan dapat ditambah oleh
dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya.
Sesuai dengan UU No 20 tahun 2003, setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak:
1. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama;
2. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya;
3. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya;
4. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya;
5. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;
6. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-
masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

Setiap peserta didik berkewajiban:


1. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan;
2. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik
yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

B. Kurikulum dan Bahan Ajar


Kurikulum yang dilaksanakan pada program PJJ adalah kurikulum yang berlaku
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Kurikulum dan beban belajar
peserta didik di program PJJ sama dengan di program reguler, tetapi ada keluwesan
(fleksibilitas) terkait cara dan tempat belajar.
Sumber-sumber belajar dapat tersedia dalam bentuk sebagai berikut.
1. Bahan ajar cetak: modul, bahan belajar mandiri, buku ajar, poster, dll panduan
pedoman penggunan modul.
2. Bahan ajar non cetak berbasis multimedia dapat dikembangkan secara mandiri
oleh penyelenggara PJJ maupun memanfaatkan sumber belajar yang tersedia di
internet.

11
C. Sarana dan Prasarana
SMA Terbuka memiliki sarana dan prasarana pembelajaran atau sekurang-
kurangnya akses terhadap sarana dan prasarana pembelajaran. TKB harus memiliki
akses terhadap sarana dan prasarana pembelajaran.
Sarana dan prasarana yang mendukung SMA Terbuka dapat disediakan oleh SMA
Induk dengan bekerja sama dengan dunia usaha/dunia industri maupun institusi
lain sebagai tambahan keterampilan yang diberikan di SMA Terbuka.

D. Sekolah Induk SMA Terbuka dan TKB


Sekolah Induk adalah SMA yang ditunjuk untuk melaksanaan program SMA Terbuka
berdasarkan persyaratan yang berlaku.
Dalam rangka mendukung terselenggaranya SMA Terbuka sesuai SNP, berdasarkan
Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah nomor 1670/D/K/2014 dan
permendikbud 119 Tahun 2014, penyelenggara PJJ wajib:
1. Memiliki dan mengembangkan sistem pengelolaan pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi;
2. Memiliki sumber daya atau akses terhadap sumber daya untuk menjamin
terselenggaranya interaksi pembelajaran antara pendidik dan peserta didik
secara intensif;
3. Menyediakan sumber belajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi
sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan;
4. Menyediakan sumber daya praktik dan/atau praktikum atau akses bagi peserta
didik yang memilih jurusan IPA/Bahasa;
5. Menyediakan panduan bagi pengguna sistem pengelolaan pembelajaran dan
panduan pengembangan materi pembelajaran;
6. Menyediakan pedoman etika dalam berkomunikasi dan berinteraksi melalui
internet (pedoman netiket);
7. Menyediakan panduan akademik dan administrasi lainnya yang diperlukan
dalam penyelenggaraan dan pengelolaan PJJ.

Penyediaan sumber daya dan fasilitas sebagaimana dimaksud di atas dapat


dilaksanakan oleh sekolah Induk untuk peserta didik yang memilih jurusan
IPA/Bahasa. Sekolah Induk juga menjalin kerja sama dengan praktisi, UMKM
setempat untuk pemberian keterampilan yang dapat membantu peserta didik untuk

12
mendapatkan keterampilan sesuai potensi daerah nya dan dapat menambah
penghasilan peserta didik.

Tempat Kegiatan Belajar (TKB) dalam program SMA Terbuka berperan sebagai
tempat penyelenggaraan bantuan belajar bagi peserta didik yang terdaftar pada
sekolah Induk dengan memberikan pelayanan akademik dan administrasi dalam
rangka membantu kelancaran proses belajar dalam program SMA Terbuka sesuai
aturan yang berlaku. Bantuan belajar yang dimaksud dapat dilaksanakan secara
pribadi maupun berkelompok, secara daring maupun luring.

TKB dapat bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam rangka menjamin
ketersediaan bantuan belajar dan penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan
terlebih dahulu berkoordinasi dengan sekolah Induk.

E. SMA TERBUKA
Penetapan Sekolah Induk
Penetapan sekolah induk dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
setelah melalui tahapan :
a. Study kelayakan mengenai :
1) Akreditasi minimal B
2) Kelengkapan sarana prasarana sekolah termasuk kelengkapan sarana TIK;
3) Kuantitas dan kualitas PTK;
4) Adanya calon peserta didik yang belum terlayani sekolah
5) Adanya partisifasi warga sekitar terhadap sekolah

b. Surat Keputusan Izin Operasional dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Sekolah yang dicalonkan untuk menjadi sekolah induk harus mengusulkan
proposal untuk memperoleh izin operasional kepada Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:
1) susunan organisasi pengelola sekolah
2) daftar pendidik dan tenaga kependidikan (PTK);
3) data calon peserta didik dan peta lokasinya
4) rencana jumlah dan lokasi TKB;
5) rencana aksi pengembangan program minimal 4 tahun kedepan

13
F. Sumber Daya Manusia
Berdasarkan SK per, struktur pengelola sekolah penyelenggara PJJ paling sedikit
terdiri atas
1. Kepala sekolah/madrasah,
2. Guru/tutor,
3. Pengelola sekolah penyelenggara PJJ dan TKB, serta
4. Tenaga kependidikan.

Pendidik pada SMA Terbuka meliputi Guru bina dan tutor dengan ketentuan sebagai
berikut.
1. Guru bina pada SMA Terbuka bertugas sebagai
a. Perancang program pembelajaran,
b. Penyusun dan pengembang bahan ajar,
c. Penyusun dan pengembang media,
d. Pendistribusian bahan ajar dan media,
e. Penulis soal, tugas, dan evaluasi hasil belajar.
2. Dalam melaksanakan tugasnya, guru bina berkedudukan di sekolah
Induk.
3. Guru bina merupakan guru yang terdaftar pada sekolah Induk
dan mendapatkan surat tugas dari kepala sekolah Induk.
4. Guru bina memperoleh hak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Guru reguler yang belum memenuhi beban kerja guru 24 jam tatap muka
perminggu dapat menjadi guru bina pada SMA Terbuka. Sebagai guru bina,
beban kerja nya akan diperhitungkan sebagai beban kerja guru sesuai dengan
aturan yang berlaku.
6. Guru yang menjadi tutor pada PJJ adalah guru yang telah memenuhi paling
sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satuan
administrasi pangkalnya.
7. Guru bina pada SMA Terbuka sebagaimana dimaksud dihitung sebagai beban
kerja guru untuk setiap 1 (satu) jam tatap muka sama dengan perhitungan 60%
(enam puluh persen) dari 1 (satu) jam pembelajaran reguler untuk setiap peserta
didik SMA

14
8. Guru Bimbingan dan Konseling (BK) atau Guru Bimbingan Karir (BK) dari sekolah
induk selain tugas pokoknya, diberi tambahan tugas memberikan motivasi,
bimbingan, dan konseling/ bimbingan karir kepada peserta didik program SMA
Terbuka.
9. Dalam pelaksanaan pembelajaran di TKB, guru dibantu oleh tutor yang telah
diakui kompetensinya oleh sekolah induk. Beban kerja tutor sesuai dengan
kebutuhan penugasan menggunakan sistem kontrak.
10. Tutor bertugas
a. Melakukan bimbingan belajar, pembimbingan praktik/praktikum, dan tugas-
tugas akademik lain mewakili dan atas tanggung jawab guru bina,
b. Membantu belajar peserta didik sesuai dengan pedoman penyelenggaraan
tutorial,
c. Mendampingi dan memotivasi peserta didik untuk melaksanakan belajar
mandiri.
11. Tenaga kependidikan pada program SMA Terbuka terdiri atas.
a. Pengelola. Seluruh perangkat sekolah reguler yang menyelenggarakan SMA
Terbuka
b. bertanggung jawab terhadap pengelolaan program SMA Terbuka di sekolah
tersebut.
c. Pengelola TKB; dan
d. Administrator.

G. Pembiayaan
1. Satuan Biaya
Satuan biaya untuk menunjang penyelenggaraan SMA Terbuka pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah dihitung berdasarkan komponen biaya untuk
peserta didik yang bervariasi tergantung jumlah peserta didik yang dikelola, dan
komponen biaya tetap, yaitu komponen biaya untuk investasi dan pemeliharaan.
2. Komponen Pembiayaan
a. Biaya pengelolaan (manajemen)
1) Honor (bulanan) bagi:
Pengelola DI tkb
2) Biaya transpor terdiri atas:
a) Biaya kunjungan guru bina sekolah induk ke TKB;
b) Biaya pembinaan (supervisi akademik dan administratif).

15
3) Honor Kegiatan Penunjang Akademik:
a) Pengawasan Ujian; dan
b) Kegiatan Remedial.
b. Barang persediaan:
1) Alat Tulis Kantor (ATK); dan
2) bahan praktik/praktikum.
c. Biaya Investasi untuk:
1) Pengembangan TIK;
2) Pengadaan peralatan praktik.
d. Biaya pemeliharaan untuk:
1) Peralatan TIK;
2) Peralatan praktik;
3) Gedung dan barang inventaris.

3. Sumber Dana
a. Pusat (APBN):
1) Bantuan Operasional Sekolah (BOS);
2) Bantuan Siswa Miskin (BSM); dan
3) Bantuan pendidikan lainnya.
b. Provinsi/Kabupaten/Kota:
1) BOS daerah;
2) Bantuan pendidikan lainnya.
c. Masyarakat dan Dunia Usaha
1) Sumbangan pendidikan
2) Sumbangan sukarela
3) Dana CSR perusahaan

H. Proses Pembelajaran
1. Ketersediaan akses terhadap sumber belajar bagi peserta didik dalam program
SMA Terbuka harus dijamin oleh sekolah induk.
2. Kompetensi praktik, terutama praktik dasar kejuruan dilatihkan di SMK induk
dalam sistem blok dan dalam kurun waktu relative singkat.
3. Beberapa mata pelajaran yang tidak dapat diajarkan melalui PJJ, dapat dilakukan
di sekolah menggunakan system blok, menggunakan modul
4. Proses pembelajaran dilakukan melalui :

16
a. Belajar mandiri dilakukan peserta didik secara perseorangan atau kelompok
dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar dan mendapat bimbingan
serta bantuan belajar atau tutorial sesuai dengan keperluan.
b. Belajar terbimbing atau terstruktur dilaksanakan melalui tutorial yang
dilakukan oleh tutor/guru bina dan peserta didik untuk saling berinteraksi
dalam bentuk :
1) Tutorial daring
a) Tutorial daring adalah proses pembelajaran jarak jauh dimana interaksi
peserta didik dengan guru bina/tutor maupun antarpeserta didik
termediasi TIK.
b) Tutorial daring dilaksanakan melalui sistem pengelolaan pembelajaran
dan dimanfaatkan pendidik untuk melakukan bimbingan, diskusi, tanya
jawab, penugasan, praktikum, dan juga penilaian.
c) Tutorial daring menjadi proses belajar utama yang disediakan oleh
sekolah penyelenggara PJJ maupun yang digunakan dalam proses
pembelajaran oleh peserta didik dan guru/tutor.
d) Bantuan lain yang dapat membantu peserta didik belajar seperti
menjawab pertanyaan tentang jadwal nilai, jadwal.
2) Tutorial tatap muka
a) Tutorial tatap muka dapat dilaksanakan di TKB serta sesuai dengan
keberadaan peserta didik.
b) Tutorial tatap muka tidak sama dengan pembelajaran tatap muka
karena tutorial didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan dari peserta
didik, bukan berdasarkan penjelasan dari guru.
c) Tutorial tatap muka dapat dilaksanakan untuk praktek atau praktikum
dengan menggunakan sistem blok sesuai kubutuhan yang disyaratkan
oleh kurikulum. Penyelenggaraan praktik juga dapat dilaksanakan di
sekolah induk,.

I. Evaluasi Hasil Belajar


Evaluasi hasil belajar peserta didik dalam program SMA Terbuka
dilaksanakan melalui :
1. Tes Mandiri, yaitu penilaian pencapaian kompetensi secara mandiri (self-
asessment) dengan mengerjakan tes yang disediakan pada tiap akhir uraian
materi terintegrasi dalam modul. Capaian hasil belajar dihitung sendiri sesuai

17
pedoman penilaian yang ditetapkan dalam modul. Pada modul-modul tertentu
peserta didik dapat melanjutkan belajar modul berikutnya setelah memenuhi
kriteria ketuntasan minimal.
2. Tes oleh Guru, yaitu penilaian pencapaian hasil belajar yang dilakukan oleh
guru setelah peserta didik menyelesaikan satu atau beberapa unit modul. Tes ini
dapat berbentuk Ujian Tengah Semester atau Ujian Akhir Semester. Ujian
semester dapat dilaksanakan di Sekolah Penyelenggara PJJ atau di TKB.
3. Evaluasi Akhir
Peserta didik dalam program SMA Terbuka yang telah menyelesaikan seluruh
modul dalam 6 semester, dapat mengikuti ujian akhir studi di Sekolah induk.
Mekanisme Penilaian dan Evaluasi (menyesuaikan dengan Sekolah Induk).
Penilaian hasil belajar siswa dengan model layanan PJJ Pada SMA Terbuka
mengikuti pelaksanaan penilaian hasil belajar yang dilaksanakan oleh sekolah
induk.

Penilaian akhir semester disusun oleh Guru bina/ tutor Sekolahinduk. penilaian
akhir semester biasanya dilaksanakan secara serentak atau bersamaan waktunya
dengan SMA reguler. Soal untuk masing-masing mata pelajaran non UN disusun
oleh tutor /Guru Bina mata pelajaran yang bersangkutan dengan aturan seperti
soal mata pelajaran yang di Ujian Nasionalkan.

Untuk siswa kelas 12 bisa diikutsertakan pada latihan Ulangan Dalam Jaringan
(UDJ) sebagai persiapan menghadapi Ujian Nasional yang disiapkan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi.

Dengan memperhatikan kondisi siswa dan TKB penilaian dilaksanakan oleh Tutor
dan Guru bina secara fleksibel, dengan memperhatikan lima hal berikut;
1. Waktu yang disepakati antara peserta didik dengan Tutor dan Guru bina.
2. Tempat pelaksanaan penilaian (kelas di sekolah induk, TKB, ).
3. Sistem pembelajaran online/offline,modul cetak, modul digital, atau
gabungan.
4. Kontent/materi yang diujikan.
5. Teknik penilaian yang digunakan.

18
J. Proses Pengelolaan
1. Pengelolaan pada program SMA Terbuka mengikuti aturan pengelolaan program
reguler pada sekolah induk. Dimungkinkan ada pengelola khusus yang ditunjuk
oleh kepala sekolah induk atau digabungkan dengan pengelolaan program
reguler. Sementara itu, di TKB ada pengelola TKB.
2. Pembelajaran di SMA Terbuka menggunakan Sistem Pengelolaan Pembelajaran
yang meliputi proses administrasi, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan pengawasan pembelajaran dengan
rincian sebagai berikut.
a. Proses administrasi meliputi pendaftaran, pelaporan kegiatan belajar,
kelulusan, dan sertifikasi.
b. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pembelajaran yang
mengacu pada standar kompetensi lulusan dan kebutuhan peserta didik.
c. Pelaksanaan pembelajaran meliputi:
1) Belajar mandiri dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar;
2) Tutorial menggunakan berbagai sarana komunikasi sinkron atau asinkron;
3) Penugasan, pengumpulan, dan penilaian tugas, baik secara daring (online)
maupun luring (offline);
4) Penilaian beragam kegiatan belajar; dan
5) Praktikum yang dapat dilaksanakan dengan menggunakan perangkat lunak
simulator dan/atau laboratorium.
3. Penilaian hasil belajar meliputi penilaian capaian pembelajaran sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
4. Pelaporan kegiatan belajar termasuk perekaman kegiatan pembelajaran.
5. Tempat Kegiatan Belajar (TKB), secara tersistem, merupakan bagian dari sekolah
induk yang menjamin akses bagi peserta didik dalam penggunaan fasilitas untuk
mendukung kegiatan pembelajaran. Pengelola TKB bertindak sebagai koordinator
SMA Terbuka setempat dan dapat bertindak sebagai representasi dari sekolah
induk. Pengelola TKB ditetapkan oleh sekolah induk sesuai dengan aturan yang
berlaku.
Sekolah induk membuat:
a. Pedoman pelaksanaan kurikulum dalam bentuk panduan belajar dan pan-
duan evaluasi serta kalender pendidikan;
b. Pembagian tugas bagi para guru bina/tutor ditetapkan dengan surat tugas
sesuai mata pelajaran/bidang keahlian;

19
c. Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan dilakukan sesuai dengan
keperluan;
d. Tata tertib pengunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana;
e. Tata hubungan sesama warga di sekolah induk, TKB, dan masyarakat;
f. Pedoman akademik dan administrasi lainnya yang dibutuhkan di sekolah
induk
g. Program kerja sekolah induk.
6. Kerjasama dengan para mitra sekolah penyelenggara PJJ harus dituangkan
dalam bentuk perjanjian kerja sama secara resmi, termasuk dan tidak terbatas
pada pemanfaatan sumber daya manusia bersama, pemanfaatan sarana
prasarana bersama, dan atau pemanfaatan sumber belajar bersama.

K. Pelaporan, Evaluasi, dan Penjaminan Mutu


1. Pelaporan
Sekolah wajib melaporkan sekolah terbuka kepada Pemerintah, pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangannya.
2. Pembinaan
Pembinaan Sekolah Terbuka menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya meliputi pembinaan peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan, proses pembelajaran, dan kelembagaan.
3. Evaluasi
Evaluasi SMA Terbuka dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya yang dilaksanakan dengan prinsip transparansi dan
akuntabilitas publik.
4. Penjaminan Mutu
Sekolah induk melaksanakan pemantauan dan evaluasi secara berkala yang
dilaksanakan oleh Kepala sekolah yang kemudian akan diakreditasi sesuai dengan
karakteristik PJJ.

Penjaminan mutu/kualitas penyelenggaraan PJJ didasarkan pada indikator sebagai


berikut:
a. Dukungan institusi, antara lain untuk memastikan keamanan dan kehandalan
sistem informasi serta pemeliharaan TIK.

20
b. Proses pengembangan sumber-sumber belajar antara lain dokumen panduan
pengembangan dan pelatihan untuk para pengembang sumber belajar, kaji
ulang dan revisi yang teratur, dan memastikan keterlibatan peserta didik.
c. Kegiatan pembelajaran, antara lain adanya panduan bagi peserta didik
mengenai pembelajaran dan mata pelajaran yang dilaksanakan secara daring,
analisis terhadap motivasi dan kemampuan awal peserta didik untuk
berpartisipasi pada pembelajaran daring/e-learning, fasilitasi untuk interaksi
antara guru/tutor, peserta didik, dan sumber belajar, kesepakatan mengenai
tenggat waktu untuk penyerahan tugas (kontrak pembelajaran), umpan balik
untuk tugas-tugas, dan seterusnya.
d. Dukungan untuk guru/tutor serta fasiliatator antara lain bantuan teknis,
pelatihan untuk pembelajaran daring, panduan mengenai akses data
elektronis oleh peserta didik.
e. Dukungan untuk peserta didik, antara lain pelatihan awal pemanfaatan sistem
daring, penyediaan berbagai informasi yang diperlukan, bantuan teknis selama
pembelajaran berlangsung, dan penanganan pertanyaan dan keluhan peserta
didik.
f. Dukungan dari institusi mitra sekolah penyelenggara PJJ, terutama dalam hal
penyediaan sarana praktik maupun proses penilaian sesuai kompetensi.
g. Penilaian dan evaluasi, antara lain evaluasi proses pembelajaran dan
efektivitas program, data mengenai peserta didik yang mendaftar dan
berpartisipasi sampai selesai program, dan kaji ulang terhadap capaian belajar
secara periodik untuk memastikan manfaat, kejelasan dan kecocokan dengan
yang dibutuhkan oleh masyarakat yang disasar oleh program tersebut.

Mutu mata pelajaran yang ditawarkan di SMA Terbuka ditentukan oleh adanya
ketepatan indikator berikut:
a. deskripsi mata pelajaran;
b. tujuan pembelajaran;
c. penilaian dan pengukuran;
d. sumber dan bahan pembelajaran;
e. keterlibatan peserta didik;
f. pemanfaatan teknologi;
g. dukungan untuk peserta didik; dan
h. kemudahan mengakses mata pelajaran tersebut.

21
5. Supervisi
a. Kepala sekolah penyelenggara SMA Terbuka sebagai penanggung jawab
harus melaksanakan supervisi secara berkala.
b. Dinas Pendidikan melalui pengawas melaksanakan supervisi secara berkala
ke sekolah penyelenggara SMA Terbuka dan TKB.

L. Luaran (Output)
Luaran SMA Terbuka adalah lulusan yang menguasai kompetensi sesuai dengan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ditetapkan secara nasional. Setelah
menyelesaikan pendidikan dengan program PJJ, lulusan disetarakan dengan lulusan
sekolah regular.

22
IV. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK
A. Instansi/Unsur Yang Terlibat Dalam Penyelenggaraan di Pusat
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Ditjen Dikdasmen merupakan pimpinan sektor (lead sector) pelaksanaan SMA
Terbuka di pendidikan dasar dan menengah.
a. Direktorat Pembinaan SMA
Peran utama Direktorat Pembinaan SMA/SMK adalah:
1) memberikan dukungan kebijakan dan penyelenggaraan program
pendidikan jarak jauh pada SMA/SMK;
2) mengoordinasikan penyediaan bahan ajar bagi peserta didik dan
pegangan bagi pendidik;
3) memberikan Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Bantuan Operasional
Sekolah (BOS).
b. Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
Direktorat Pembinaan PKLK bertanggungjawab dalam memberikan dukungan
kebijakan dan penyelenggaraan sekolah terbuka.

2. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan bertanggung jawab dalam
penyediaan dan pembinaan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di
sekolah penyelenggara PJJ maupun TKB.

3. Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekkom)


Berkoordinasi dengan direktorat teknis terkait, Pustekkom membantu dalam hal:
a. menyiapkan dan menyelenggarakan sistem pengelolaan pembelajaran
secara daring bersama SEAMOLEC;
b. mengembangkan bahan ajar digital bagi peserta didik di SMA Terbuka
bersama SEAMOLEC;
c. menyiarkan program pembelajaran melalui TV Edukasi;

23
d. mengembangkan struktur jaringan di sekolah penyelenggara SMA Terbuka
dan TKB;
e. menyosialisasikan prorgam SMA Terbuka melalui media daring (online);
f. mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi program SMA Terbuka
secara
daring bersama SEAMOLEC.

4. SEAMOLEC
Berkoordinasi dengan direktorat terkait, SEAMOLEC berperan membantu:
a. menyiapkan dan menyelenggarakan sistem pengelolaan pembelajaran
secara daring bersama Pustekkom;
b. mengembangkan bahan ajar digital bagi peserta didik di SMA Terbuka
bersama Pustekkom;
c. melatih “master teacher” dalam rangka menyiapkan pendidik (guru dan
tutor) SMA Terbuka;
d. mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi SMA Terbuka secara
daring bersama Pustekkom.

B. Instansi/Unsur Yang Terlibat Dalam Penyelenggaraan di Daerah


1. Dinas Pendidikan Provinsi
Dinas pendidikan memiliki peran strategis dalam persiapan, pelaksanaan, dan
keberlangsungan program PJJ pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Dengan kewenangan yang dimilikinya, dinas pendidikan antara lain memiliki
peran dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. mengeluarkan surat izin operasional penyelenggaraan program PJJ
berdasarkan usulan dari calon sekolah penyelenggara PJJ atau sekolah
induk, sesuai kewenangannya;
b. menyusun dan menetapkan pola pengelolalaan program PJJ;
c. menetapkan TKB berdasarkan usulan masyarakat/ calon sekolah
penyelenggara PJJ;
d. mensosialisasikan program SMA terbuka kepada stakeholders;
e. menjamin ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan;
f. mendukung pembiayaan dan memfasilitasi ketersediaan sarana-prasarana
pendukung;

24
g. melakukan pembinaan secara berkelanjutan.
2. Balai Pelayanan dan Pengawasan Pendidikan (BP 3)
a. Mensosialisasikan program sekolah terbuka dan SMK PJJ kepada Kepala
SMP / Mts , Camat ,Lurah, Desa ,dan Tokoh Masyarakat
b. Memverifikasi SMA Terbuka dan SMK Penyelenggara PJJ
c. Memfasilitasi kerjasama dengan Kadin kab / kota , UMKM , KUD dan BLK
d. Melakukan Pendampingan Program Pendidikan Jarak Jauh Pada SMA dan
SMK di wilayahnya .

3. Sekolah SMA Terbuka atau Sekolah Induk


SMA Terbuka atau sekolah induk berperan dalam penyelenggaraan dan
pengelolaan berbagai kegiatan yang terkait dengan program PJJ. Kegiatan-
kegiatan yang harus dilakukan antara lain:
a. mengusulkan penyelenggaraan program PJJ berdasarkan:
1) hasil analisis kebutuhan Sumber Daya manusia sesuai dengan
program/paket keahlian yang diperlukan di wilayah tertentu;
2) jaminan keberlanjutan program/paket keahlian sesuai dengan Sumber
Daya yang tersedia dalam satu siklus pendidikan;
3) analisis pengembangan kapasitas sekolah penyelenggara PJJ termasuk
kapasitas barang modal, pendidik dan tenaga kependidikan.
b. Menyusun program kerja sekolah berkaitan dengan PJJ yang memuat:
1) Kegiatan persiapan menjelang tahun ajaran baru
2) Pelaksanaan pengelolaan SMK PJJ
3) Monitoring evaluasi
4) Komitmen kepala sekolah
c. melaksanakan rekrutmen peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan;
d. melaksanakan sosialisasi program PJJ;
e. membina TKB;
f. melaksanakan seleksi dan registrasi peserta didik;
g. melaksanakan proses pembelajaran secara jarak jauh;
h. melaksanakan penilaian hasil belajar;
i. mengelola dan melaporkan hasil belajar, rapor dan lainnya;
j. mengelola dokumen induk peserta didik;
k. menerbitkan ijazah dan sertifikat kompetensi bagi peserta didik program
PJJ yang telah dinyatakan lulus ujian akhir studi;

25
l. berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan institusi lain yang relevan;
m. menyediakan sarana-prasarana atau akses terhadap sarana-prasarana
pembelajaran.

4. Pengawas Sekolah
a. Pengawas sekolah bertugas melaksanakan supervisi dalam rangka
pembimbingan dan pembinaan penyelenggaraan program PJJ, sesuai
dengan kewenangannya.
b. pengawas sekolah bertugas melaksanakan pendampingan pada perencanaan
pelaksanaan dan monitoring serta melakukan evaluasi secara berkala pada
penyelenggaraan program PJJ ke Dinas Pendidikan Provinsi melalui bidang
Pendidikan Menengah Kejuruan

5. Pengelola TKB
a. Memberikan layanan akademis dan konseling kepada peserta didik
b. TKB melayani maksimal 30 peserta didik dengan paket keahlian yang sama
untuk SMK Penyelenggara
c. Menyusun jadwal tatap muka
d. Menyediakan bahan ajar berbasis IT pada server
e. Menyediakan 10 PC

26
V. PENGUSULAN PROGRAM SMA TERBUKA
A. Pengusulan Program SMA Terbuka
1. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan
keluarga. Untuk itu, pembukaanProgram/Paket Keeahlian yang dilaksanakan dengan
cara PJJ dilakukan oleh SMA, masyarakat, dan dunia usaha/dunia industri di
Kota/Kabupaten di Jawa Barat.
2. SMA yang dapat membuka Program IPA atau Bahasa yang dilaksanakan dengan
cara PJJ adalah SMA yang memenuhi persyaratan:
a. Memiliki akreditasi, sekurang-kurangnya B untuk swasta dan A dan B untuk
SMA negeri
b. Telah menghasilkan lulusan program IPA;
1) SMA yang membuka Program IPA/Bahasa, sekurang-kurangnya sudah
melaksanankan program tersebut selama 3 tahun pertama.
a) Mengizinkan pekerjanya untuk belajar di SMA dengan cara PJJ;
b) Ikut serta dalam penyesuaian kurikulum SMA Terbuka sesuai dengan
kebutuhan siswa secara terstandar yang terdapat dalam Standar
Kompetensi Lulusan SMA;
c) Menyediakan peralatan praktik yang dibutuhkan oleh peserta didik di
sekolah induk.
d) Menerima, menyediakan laboratorium IPA/Bahsa di tempat, dan
memberikan kesempatan bagi peserta didik SMA PJJ untuk melakukan
praktik kerja industri di perusahaannya;
e) Menggunakan sebagian dana Corporate Social Responcibility (CSR)untuk
pembiayaan kegiatan praktik di laboratorium;
f) Pernyataan persetujuan terhadap pendirian SMA Terbuka Program
IPA/Bahasa

3. SMA Terbuka harus mengadakan kerja sama khusus dengan dunia usaha/dunia
industri atau perusahaan yang dinyatakan secara khusus dalam sebuah naskah
kerjasama yang sekurang-kurangnya memuat hak dan kewajiban masing-masing
pihak dalam perancangan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi, penggunaan
sarana dan prasarana perusahaan untuk kepentingan pembelajaran, dan
penempatan praktek keterampilan .

27
4. Dalam hal tidak memungkinkan dilakukannya kerja sama dengan perusahaan
tertentu, kerja sama dapat dilakukan oleh SMA Terbuka dengan perwakilan dunia
usaha/dunia industri dengan persetujuan Kamar Dagang dan Industri. Usulan
dari SMK PJJ harus disertai dengan pernyataan persetujuan dan kesanggupan
bekerja sama dari Kamar Dagang dan Industri (tingkat kabupaten/kota), yang
sekurang-kurangnya berisi tentang:
a. Gambaran ringkas atas kebutuhan kompetensi teknis terkait Program
Keterampilan pada SMA yang diperlukan oleh dunia kerja/dunia usaha di
wilayah kerjanya;
b. Ikut serta dalam penyesuaian kurikulum SMA pada program SMA Terbuka
dengan kebutuhan daerahnya tanpa mengurangi tingkat kompetensi
terstandar yang terdapat dalam Standar Kompetensi Lulusan SMA;
c. Menjaga keselarasan dan meningkatkan kualitas kerja sama perusahaan
dengan program SMA Terbuka;
d. Ikut serta dalam penempatan tamatan pada perusahaan/industri.
5. Pernyataan persetujuan terhadap pendirian SMA Terbuka
6. Usulan dari SMK (penyelenggara) harus disertai dengan pernyataan persetujuan
dari pejabat (tingkat kabupaten) yang berwenang atas pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat.
7. Usulan pembukaan Program Keahlian atau Paket Keahlian pada SMK yang
dilaksanakan dengan cara PJJ harus disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi
selambat-lambatnya 5 (lima) bulan sebelum tahun pelajaran dimulai.
8. Dinas Provinsi akan melakukan penilaian usulan berdasarkan kajian kelayakan
dan kelengkapan berkas usulan. .
9. Kesesuaian dan kebenaran kajian kelayakan dinilai berdasarkan simpulan
kunjungan tim penilai di lokasi dan wilayah setempat serta data pendukung dan
pembanding lainnya.

B. Data Pendukung dan Lampiran


Penyelenggara program PJJ harus melakukan kajian kelayakan akademik dan
administratif yang tertuang dalam suatu Naskah Akademik beserta lampiran yang
terdiri antara lain:
1. Kurikulum dan silabus;

28
2. Daftar guru beserta mata pelajaran yang diampu dan fotokopi ijazah S1 dan
yang lebih tinggi (dari setiap guru) serta ijin perbantuan bagi guru dari sekolah
lain atau instansi lain;
3. Daftar tutor beserta mata pelajaran dan lokasi tugas, dan fotokopi ijasah SMA
atau yang lebih tinggi, serta surat kesediaan menjadi tutor (dari setiap tutor).
4. Daftar riwayat hidup guru dan tutor;
5. Daftar tenaga kependidikan;
6. Daftar sarana prasarana pendukung PJJ yang tersedia di sekolah penyelenggara
PJJ dan TKB.
7. Daftar sarana prasarana dan daftar fasilitas fisik pendukung yang dapat
dimanfaatkan berdasarkan asas pemanfaatan bersama.
8. Dokumen pendukung lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam akreditasi
minimal.
9. Khusus untuk sekolah swasta, diperlukan dokumen akta notaris pendirian
yayasan, AD/ART yayasan, pengesahan KUMHAM, dan delegasi kekuasaan
(power of attorney) dari yayasan kepada pimpinan sekolah swasta.

29
VI. PENUTUP

Pendidikan Jarak Jauh merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara


jarak jauh melalui penggunaan media komunikasi dengan materi ajar yang
dikembangkan dan dikemas dalam beragam bentuk berbasis TIK. Prinsip
pelaksanaan PJJ adalah akses, pemerataan dan kualitas. Akses untuk
mendapatkan pendidikan semakin mudah dengan bantuan teknologi. Sehingga
ada pemerataan kesempatan berpartisipasi tanpa kendala dan kualitas sesuai
standar nasional pendidikan.

Panduan dibuat sebagai acuan dalam merancang, melaksanakan, serta


mengevaluasi program PJJ secara benar. Penyempurnaan panduan akan terus
dilakukan dan untuk masukan dari komunitas pendidikan sangat diharapkan.
Semoga panduan ini bermanfaat bagi peningkatan kualitas pendidikan di tanah air.

30
A. Kelayakan Pembukaan Program PJJ pindah ke Juknis !!!!!!
Pembukaan program PJJ didasarkan pada pertimbangan:
1. Umum
a. Adanya kebutuhan nyata yang ditunjukkan oleh data penduduk yang berusia
16-21 tahun, tetapi tidak sekolah karena bekerja maupun bekerja paruh waktu,
mengurus rumah tangga, maupun alasan-alasan lain terkait ekonomi, sosial.
b. Adanya prospek pekerjaan yang nyata bagi lulusan program PJJ tersebut
sehingga tidak menimbulkan penganggur baru (harus didukung dengan data
survei).
c. Adanya dukungan dari DU/DI berupa Sarana/Prasarana, SDM, dan kesediaan
menerima peserta didik untuk praktek sampai perekrutan lulusan
d. Penyelenggaraan program PJJ memperhatikan keadaan lingkungan yaitu
penye-lenggaraan program pendidikan oleh sekolah lain sekitarnya atau di
wilayah jangkauan sehingga tidak terjadi persaingan yang tidak sehat
antarsekolah. Setiap sekolah penyelenggara PJJ wajib membuat pemetaan
wilayah yang menjelaskan posisi sekolah penyelenggara dan rencana TKB
yang akan didirikan/dibuka yang disyahkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi
setempat. Pemetaan ini sekaligus menjadi dasar pengembangan TKB sehingga
tidak tumpang tindih dengan SMA/SMK yang membuka program sejenis.
e. Penyelenggaraan program PJJ tidak menimbulkan pergesekan internal di
dalam sekolah penyelenggara PJJ yang dapat menurunkan mutu kinerjanya,
karena adanya kompetisi dalam pemanfaatan sumber daya.
f. Agar tidak terjadi kelebihan pasok lulusan, maka program PJJ yang diusulkan
dapat ditutup dan dibuka sesuai dengan kebutuhan, sesudah tiga siklus
pembelajaran. Untuk itu diperlukan kemampuan melakukan relokasi sumber
daya .
g. Program PJJ menjamin efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya
pendidikan, serta meningkatkan layanan penyelenggaraan pendidikan dasar
dan menengah.

2. Khusus
Program PJJ diselenggarakan oleh sekolah yang memenuhi persyaratan berikut.

31
a. Sumber Daya
1) Tersedianya sumber daya yang disiapkan untuk merancang, menyusun,
memproduksi, dan menyebarluaskan seluruh sumber belajar.
2) Tersedianya sumber daya untuk memutakhirkan secara berkala setiap ma-
teri ajar yang diproduksi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
3) Mampu menyediakan sumber daya yang menjamin penyelenggaraan
interaksi antara peserta didik dengan guru/tutor secara intensif, baik
melalui tatap muka, telewicara, surat menyurat elektronik, maupun bentuk-
bentuk interaksi jarak jauh sehingga mampu menjaga kualitas proses
pembelajaran.
4) Mempunyai akses kepada sumber daya penyedia fasilitas praktik/
praktikum/ praktik kerja lapangan dan/atau akses bagi peserta didik sesuai
dengan capaian pembelajaran yang dipersyaratkan.
5) Tersedianya sumber daya untuk melakukan evaluasi hasil belajar
secara terprogram.
6) Mampu menyediakan sumber daya bidang manajemen dan
pembelajaran jarak jauh.
7) Tersedianya sumber daya untuk mengorganisasikan TKB yang bertujuan
memberikan layanan teknis dan akademis secara intensif kepada pendidik
dan peserta didik dalam proses pembelajaran jarak jauh.
b. Kurikulum
1) Kurikulum program PJJ memiliki capaian belajar ( learning outcomes) yang
setara dengan capaian belajar pada pendidikan reguler.
2) Kurikulum program PJJ mengacu kepada Kurikulum Nasional dan
disesuikan dengan kebutuhan pembangunan daerah sepanjang tidak
mengurangi standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan.

c. Proses Pembelajaran
1) Rancangan pembelajaran disusun dengan memperhatikan interaksi antara
media, metode, materi, waktu, dan sistem penyampaian serta memuat
penjelasan tentang belajar mandiri, tutorial, dituangkan dalam bentuk
silabus.
2) Proporsi dan frekuensi belajar mandiri dan tutorial harus jelas dan
tertuang dalam rancangan pembelajaran.

32
3) Rancangan interaksi dua arah dengan pendidik (guru/tutor) harus
menggambarkan cara, tujuan, dan frekuensi pelaksanaannya.
4) Rancangan bahan ajar dan media belajar yang digunakan harus
menggambarkan sumber dan strategi pemanfaatannya.
5) Rancangan evaluasi hasil belajar harus mencerminkan tingkat
kematangan dan kemampuan peserta didik melalui mekanisme tertentu.
6) Layanan bantuan belajar/pendampingan harus dirancang sesuai dengan
strategi pembelajaran.
7) Ketersediaan perangkat lunak pengelolaan pembelajaran jarak jauh
(Learning Management System dan sejenisnya) yang digunakan serta
dukungan server (hosting atau di sekolah penyelenggara PJJ), Sumber
Daya pengelola perangkat keras dan perangkat lunak.
d. Manajemen
1) Organisasi
• Program PJJ terintegrasi pada program reguler yang tergambarkan
secara jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam struktur
organisasi sekolah.
• Tersedia kerangka kerja antara sekolah penyelenggara PJJ, TKB, dan
mitra-mitra penyelenggara PJJ terkait pengelolaan dan koordinasi
pelaksanaan PJJ.
• Adanya kebijakan sekolah tentang program PJJ yang terintegrasi pada
rencana tahunan sekolah.
2) Pendanaan
• Kejelasan dana investasi terhadap besarnya dana serta sumbernya.
• Kejelasan dana operasional dan pemeliharaan terhadap besarnya dana
serta sumbernya.
• Kejelasan penerimaan internal dan eksternal yang menggambarkan
komposisi penerimaan internal dan peruntukannya dalam program
PJJ untuk menjamin keberlanjutan program secara mandiri.
• Kepastian dukungan finansial oleh sekolah penyelenggara untuk
penyediaan akses infrastruktur PJJ.
3) Manajemen Akademik
• Adanya rencana pengembangan program yang mencakup tahapan
pengembangan, diversifikasi, serta keberlanjutannya di wilayah
jangkauan.

33
• Adanya manajemen sumber daya yang meliputi proses perekrutan,
staffing, kualifikasi, pengembangan dan pembinaan sesuai dengan
kewenangannya.
• Adanya mekanisme pemutakhiran bahan ajar serta media yang digu-
nakan.
• Adanya sistem penjaminan mutu akademis yang mengacu kepada
SPMI untuk memastikan bahwa pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi sebagaimana dimaksud dalam program PJJ
dipenuhi.
• Adanya kerjasama antarlembaga bidang akademik atau non akademik
dengan sekolah lain, institusi, dunia industri, dan pihak lain dalam dan
luar negeri untuk memfasilitasi pelaksanaan program pjj dan
peningkatan kualitas pendidikan.
• Memiliki ijin penyelenggaraan program reguler dan telah diakreditasi
oleh Badan Akreditasi Nasional dengan minimal nilai B untuk sekolah
negeri dan nilai A untuk sekolah swasta.
4) Administrasi
• Pemenuhan dokumen pembukaan program PJJ dalam bentuk studi
kelayakan.
• Pemenuhan data pendukung dan lampiran pembukaan program PJJ.
• Pemenuhan persyaratan akreditasi minimal.

B. Data Pendukung dan Lampiran


Penyelenggara program PJJ harus melakukan kajian kelayakan akademik dan
administratif yang tertuang dalam suatu Naskah Akademik beserta lampiran yang terdiri
antara lain:
10. Kurikulum dan silabus;
11. Daftar guru beserta mata pelajaran yang diampu dan fotokopi ijazah S1 dan
yang lebih tinggi (dari setiap guru) serta ijin perbantuan bagi guru dari sekolah
lain atau instansi lain;
12. Daftar tutor beserta mata pelajaran dan lokasi tugas, dan fotokopi ijasah SMA
atau yang lebih tinggi, serta surat kesediaan menjadi tutor (dari setiap tutor).
13. Daftar riwayat hidup guru dan tutor;
14. Daftar tenaga kependidikan;

34
15. Daftar sarana prasarana pendukung PJJ yang tersedia di sekolah penyelenggara
PJJ dan TKB.
16. Daftar sarana prasarana dan daftar fasilitas fisik pendukung yang dapat
dimanfaatkan berdasarkan asas pemanfaatan bersama.
17. Dokumen pendukung lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam akreditasi
minimal.
18. Khusus untuk sekolah swasta, diperlukan dokumen akta notaris pendirian
yayasan, AD/ART yayasan, pengesahan KUMHAM, dan delegasi kekuasaan (power
of attorney) dari yayasan kepada pimpinan sekolah swasta.

35

Anda mungkin juga menyukai