PADA SMK
di PROVINSI JAWA BARAT
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Provinsi Jawa Barat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) tahun
2013-2018, memiliki visi “Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya
saing” dan Misi “Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Masyarakat Jawa Barat melalui
Pendidikan yang Unggul, Terjangkau, Merata, dan Terbuka”. Untuk mewujudkan visi
dan misi tersebut pemerintah berencana menyediakan layanan pendidikan gratis pada
jenjang pendidikan menengah.
Saat ini Provinsi Jawa Barat belum berhasil dalam hal pencapaian APM-APK sesuai
dengan yang diharapkan. Data pada tahun 2015-2016 capaian APK pendidikan
menengah Provinsi Jawa Barat 76% memiliki kesenjangan 10% dari target pencapain
APK SM yang ditetapkan. Hal ini ditunjukkan masih terdapat 247.067 siswa yang
tidak melanjutkan ke tingkat sekolah menengah. Pada tahun 2014-2015 berdasarkan
data lulusan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiah (SMP/MTs) sebanyak
703.747 siswa. Sedangkan daya tampung sekolah menengah hanya 469.567.
Sehingga terdapat kesenjangan sebanyak 234.180 peserta didik yang tidak dapat
melanjutkan pendidikan ke pendidikan menengah.
Selain karena kondisi fisik sekolah menengah di Jawa Barat yang belum memiliki
rendahnya daya tampung pada sesuai dengan kebutuhan, ada faktor lain yang
menyebabkan angka partisipasi sekolah menengah ini di antaranya, rendahnya status
ekonomi orang tua atau masyarakat dan keterpencilan tempat tinggal siswa. Kedua
hal ini menjadi kendala di sisi ekonomi maupun geografis untuk menjangkau layanan
pendidikan.
3
Dalam upaya mempercepat pencapaian APK-APM pendidikan menengah, Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengembangkan program SMA terbuka dan PJJ
pada SMK. Program SMA terbuka dan PJJ pada SMK dikembangkan pada SMA dan
SMK yang sudah ada dengan membuka Tempat Kegiatan Belajar (TKB) di daerah-
daerah tertentu yang tidak dapat terjangkau oleh siswa SMA/SMK/MA.
Program PJJ pada SMK merupakan program baru sehingga dibutuhkan sebuah
pedoman yang dapat dijadikan pedoman pelaksanaan yang wajib dipahami oleh
semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program PJJ pada SMK.
B. Dasar Hukum
Berikut ini peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait PJJ pada pendidikan
menengah.
1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bagian
Kesepuluh Pendidikan Jarak Jauh dan Bagian Kesebelas Pendidikan Khusus dan
Layanan Khusus.
2. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan Bab VI Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh dan
Bab VII Penyelenggaraan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus.
3. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah
Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya
Manusia.
4. Permendikbud No. 72 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Layanan
Khusus.
5. Permendikbud No. 119 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak
Jauh Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
6. Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Pendidikan Dasar dan
Menengah.
7. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah 1670/D/LK/2014 Tentang
Pelaksanaan Sekolah Terbuka Pada Jenjang Pendidikan Menengah.
C. Tujuan
Pedoman ini disusun sebagai penjabaran amanat Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 119 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
4
Pendidikan Jarak Jauh Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Penyelenggaraan PJJ pada pendidikan menengah diharapkan dapat meningkatkan:
1. perluasan dan pemerataan akses pendidikan;
2. peningkatan mutu dan relevansi pendidikan dasar dan menengah.
D. Sasaran
Sasaran pedoman pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) pada SMK ini adalah:
1. Kepala SMK penyelenggara PJJ, pendidik, tenaga kependidikan, para pemangku
kepentingan (stake holders) dan mitra sekolah penyelenggara PJJ (DU/DI);
2. Peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah.
5
II. PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
JARAK JAUH PADA SMK
A. Gambaran Umum
Berdasarkan pasal 2 bab II Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 119
tahun 2013 PJJ jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan meningkatkan
perluasan dan pemerataan akses pendidikan, serta meningkatkan mutu dan relevansi
pendidikan dasar dan menengah.
Karakteristik program PJJ yang fleksibel, tidak terbatas ruang, dan waktu dalam
membuka akses, ketersediaan, keterjangkauan, dan keterjaminan pendidikan,
menyebabkan program PJJ menarik bagi banyak kalangan. Melalui program PJJ,
setiap orang dapat memperoleh pendidikan berkualitas tanpa harus meninggalkan
keluarga, rumah, dan pekerjaan. Selain peningkatan akses dan pemerataan
pendidikan, program PJJ juga diharapkan tetap mendukung pencapaian kualitas
pendidikan sesuai standar nasional pendidikan. Proses pembelajaran dalam PJJ,
kurikulum, sumber belajar, penyampaian pembelajaran (learning delivery system),
sehingga bahan ujian dikemas dalam bentuk standar sehingga memungkinkan untuk
didistribusikan lintas ruang dan waktu dengan memanfaatkan TIK. Untuk itu, program
PJJ mensyaratkan ketersediaan sarana prasarana dan sumber daya manusia (SDM)
6
yang mumpuni yang dapat dipenuhi dengan pemanfaatan fasilitas dan SDM dari SMK
penyelenggara PJJ bekerja sama dengan DU/DI.
7
B. Karakteristik Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Pada Pendidikan Menengah
Karakteristik utama Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah keterpisahan pendidik dengan
peserta didik, tetapi dimungkinkan adanya interaksi pembelajaran melalui pertemuan
tatap muka dan daring yang terjadwal.
Berdasarkan Permen 119 Tahun 2014, PJJ memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Terbuka
PJJ yang dilaksanakan pada pendidikan menengah memiliki karakteristik terbuka
yang berarti pembelajaran pada program PJJ dilaksanakan secara fleksibel dalam
hal tempat belajar dan cara belajar yang terorganisasi dalam sistem pendidikan
formal.
2. Belajar mandiri
Belajar mandiri dalam program PJJ berarti proses pembelajaran diinisiasi oleh
peserta didik dalam periode tertentu. Ketika belajar mandiri, peserta didik secara
perorangan maupun berkelompok peserta didik memanfaatkan berbagai sumber
belajar. Sumber-sumber belajar tsb. lebih dominan dimanfaatkan oleh peserta
didik. Akan tetapi, peserta didik mutlak mendapatkan bimbingan atau bantuan
belajar/tutorial sesuai kebutuhan.
3. Belajar tuntas
Belajar tuntas merupakan sistem belajar yang mengutamakan tingkat penguasaan
pada level kompetensi tertentu bagi peserta didik (Permendikbud 119 Tahun 2014).
Hal ini berarti dengan keluwesan dalam program PJJ, diharapkan peserta didik
dapat tuntas dalam penguasaan kompetensi tertentu karena mereka memiliki
akses terhadap sumber belajar dan layanan pembelajaran, serta memiliki waktu
yang cukup untuk belajar. Untuk itu, dalam rangka mendorong ketuntasan belajar,
bimbingan maupun bantuan belajar yang terstruktur wajib diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tutorial tatap muka dan atau daring, dengan
mengandalkan bimbingan tutor secara langsung maupun tidak langsung.
4. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan atau
teknologi pendidikan lainnya
TIK dimanfaatkan untuk menyediakan bantuan belajar yang meliputi layanan
akademis maupun layanan administrasi. Layanan akademis yang dimaksud adalah
penyediaan sumber belajar sesuai standar nasional pendidikan, interaksi
pembelajaran, maupun evaluasi belajar. Selain dimanfaatkan dalam pelaksanaan
pembelajaraan, penyelenggara PJJ juga wajib memiliki dan mengembangkan
sistem pengelolaan pembelajaran berbasis TIK.
8
C. Ruang Lingkup Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) pada SMK
PJJ pada SMK diselenggarakan pada lingkup bidang keahlian, program keahlian,
dan/atau kompetensi keahlian dengan ketentuan:
1. diselenggarakan untuk 50% lebih dari jumlah mata pelajaran;
2. diselenggarakan oleh SMK/MAK reguler dengan izin Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya.
D. Penyelenggaraan PJJ
Berdasarkan Permendikbud 119 Tahun 2014, pengorganisasian PJJ dapat
diselenggarakan dalam 3 modus seperti berikut.
1. Modus tunggal yang berarti satuan pendidikan menyelenggarakan program
pendidikan hanya dengan moda jarak jauh.
2. Modus ganda yang berarti satuan pendidikan menyelenggarakan program
pendidikan baik secara tatap muka maupun jarak jauh.
3. Modus konsorsium yang berarti terbentuknya jejaring kerja sama penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh lintas satuan pendidikan dengan lingkup wilayah nasional
dan atau internasional.
Untuk itu, sistem pembelajaran PJJ yang sesuai dengan SNP dilaksanakan sebagai
berikut.
1. Penggunaan moda pembelajaran yang peserta didik dengan pendidiknya terpisah.
2. Penekanan prinsip belajar secara mandiri, terstruktur, dan terbimbing dengan
menggunakan berbagai sumber belajar.
a. Belajar mandiri dalam program PJJ berarti proses pembelajaran diinisiasi oleh
peserta didik dalam periode tertentu. Untuk dapat memicu peserta didik untuk
9
belajar mandiri, guru/tutor menyediakan pemicu/inisiasi berupa pertanyaan-
pertanyaan maupun penugasan-penugasan dengan memanfaatkan TIK.
b. Belajar terstruktur dan terbimbing dalam program PJJ berarti penyelenggara PJJ
menyediakan layanan akademik berupa tutorial daring maupun tatap muka bagi
peserta didik dengan dengan mengandalkan bimbingan guru/tutor secara
langsung maupun tidak langsung.
c. Media pembelajaran merupakan sumber pembelajaran yang lebih dominan
dipelajari peserta didik.
d. Pembelajaran tatap muka digantikan dengan program pembelajaran interaksi
yang terkini mengikuti perkembangan TIK, meskipun tetap memungkinkan
adanya pembelajaran tatap muka secara terbatas.
10
III.PELAKSANAAN PENDIDIKAN JARAK JAUH PADA SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN
1.2.1 Sekolah
Penyelenggara PJJ dan
TKB Tutorial Tatap Muka
1.2.3 Pembiayaan
11
Ketentuan dan tata cara penerimaan peserta didik baru mengacu pada ketentuan
yang berlaku. Dalam hal diperlukan pengaturan lain, ketentuan dapat ditambah oleh
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan kewenangannya.
Sesuai dengan UU No 20 tahun 2003, setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak:
1. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama;
2. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya;
3. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya;
4. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya;
5. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;
6. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-
masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
12
C. Sarana dan Prasarana
Sekolah penyelenggara PJJ memiliki sarana dan prasarana pembelajaran atau
sekurang-kurangnya akses terhadap sarana dan prasarana pembelajaran. TKB harus
memiliki akses terhadap sarana dan prasarana pembelajaran.
Sarana dan prasarana yang mendukung PJJ dapat disediakan oleh SMK
penyelenggara PJJ dengan bekerja sama dengan dunia usaha/dunia industri
maupun institusi lain sebagai mitra SMK Penyelenggara PJJ.
13
maupun instansi lain yang memiliki fasilitas dan/ atau sumber daya memadai di
tempat yang terjangkau oleh peserta didik.
Tempat Kegiatan Belajar (TKB) dalam program PJJ berperan sebagai tempat
penyelenggaraan bantuan belajar bagi peserta didik yang terdaftar pada sekolah
penyelenggara PJJ dengan memberikan pelayanan akademik dan administrasi dalam
rangka membantu kelancaran proses belajar dalam program PJJ sesuai aturan yang
berlaku. Bantuan belajar yang dimaksud dapat dilaksanakan secara pribadi maupun
berkelompok, secara daring maupun luring.
TKB dapat bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam rangka menjamin
ketersediaan bantuan belajar dan penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan
terlebih dahulu berkoordinasi dengan sekolah penyelenggara PJJ.
Pendidik pada PJJ meliputi tutor dan guru dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Guru bertugas sebagai
a. Perancang program pembelajaran,
b. Penyusun dan pengembang bahan ajar,
c. Penyusun dan pengembang media,
d. Pendistribusian bahan ajar dan media,
e. Penulis soal, tugas, dan evaluasi hasil belajar.
2. Dalam melaksanakan tugasnya, guru berkedudukan di sekolah penyelenggara PJJ.
3. Guru merupakan guru yang terdaftar pada sekolah penyelenggara PJJ
dan mendapatkan surat tugas dari kepala sekolah penyelenggara PJJ.
4. Guru memperoleh hak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Guru reguler yang belum memenuhi beban kerja guru 24 jam tatap muka
14
perminggu dapat menjadi tutor. Sebagai tutor, beban kerja tutor akan
diperhitungkan sebagai beban kerja guru sesuai dengan aturan yang berlaku.
6. Guru yang menjadi tutor adalah guru yang telah memenuhi paling sedikit 6 (enam)
jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satuan administrasi pangkalnya.
7. Beban Guru yang bertugas menjadi tutor dihitung sebagai beban kerja guru untuk
setiap 1 (satu) jam tatap muka sama dengan perhitungan 60% (enam puluh
persen) dari 1 (satu) jam pembelajaran reguler untuk setiap peserta didik
SMK/MAK.
8. Guru Bimbingan dan Konseling (BK) atau Guru Bimbingan Karir (BK) dari sekolah
penyelenggara PJJ selain tugas pokoknya, diberi tambahan tugas memberikan
motivasi, bimbingan, dan konseling/ bimbingan karir kepada peserta didik program
PJJ.
9. Dalam pelaksanaan pembelajaran di TKB, guru dibantu oleh tutor yang telah diakui
kompetensinya oleh sekolah penyelenggara PJJ. Beban kerja tutor sesuai dengan
kebutuhan. Penugasan menggunakan sistem kontrak.
10. Tutor bertugas
a. Melakukan bimbingan belajar, pembimbingan praktik/praktikum, dan tugas-
tugas akademik lain atas nama dan atas tanggung jawab guru,
b. Membantu belajar peserta didik sesuai dengan pedoman penyelenggaraan
tutorial,
c. Mendampingi dan memotivasi peserta didik untuk melaksanakan belajar
mandiri.
11. Tenaga kependidikan pada program PJJ terdiri atas.
a. Pengelola. Seluruh perangkat sekolah reguler yang menyelenggarakan PJJ
b. bertanggung jawab terhadap pengelolaan program PJJ di sekolah tersebut.
c. Pengelola TKB; dan
d. Administrator.
F. Pembiayaan
1. Satuan Biaya
Satuan biaya untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan jarak jauh pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah dihitung berdasarkan komponen biaya
untuk peserta didik yang bervariasi tergantung jumlah peserta didik yang dikelola,
dan komponen biaya tetap, yaitu komponen biaya untuk investasi dan
pemeliharaan.
15
2. Komponen Pembiayaan
a. Biaya pengelolaan (manajemen)
1) Honor (bulanan) bagi:
a) Pengelola;
b) Pendidik dan tenaga kependidikan pada sekolah penyelenggara PJJ dan
TKB.
2) Biaya transpor terdiri atas:
a) Biaya kunjungan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah
penyelenggara PJJ ke TKB;
b) Biaya kunjungan pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik dari
TKB ke sekolah penyelenggara PJJ.
c) Biaya pembinaan (supervisi akademik dan administratif).
3) Honor Kegiatan Penunjang Akademik:
a) Pengawasan Ujian; dan
b) Kegiatan Remedial.
b. Barang persediaan:
1) Alat Tulis Kantor (ATK); dan
2) bahan praktik/praktikum.
c. Biaya Investasi untuk:
1) Pengembangan TIK;
2) Pengadaan peralatan praktik.
d. Biaya pemeliharaan untuk:
1) Peralatan TIK;
2) Peralatan praktik;
3) Gedung dan barang inventaris.
3. Sumber Dana
a. Pusat (APBN):
1) Bantuan Operasional Sekolah (BOS);
2) Bantuan Siswa Miskin (BSM); dan
3) Bantuan pendidikan lainnya.
b. Provinsi/Kabupaten/Kota:
1) BOS daerah;
2) Bantuan pendidikan lainnya.
c. Masyarakat dan Dunia Usaha
16
1) Sumbangan pendidikan
2) Sumbangan sukarela
3) Dana CSR perusahaan
G. Proses Pembelajaran
1. Ketersediaan akses terhadap sumber belajar bagi peserta didik dalam program PJJ
harus dijamin oleh sekolah penyelenggara PJJ.
2. Kompetensi praktik, terutama praktik dasar kejuruan dilatihkan di SMK induk
dalam sistem blok dan dalam kurun waktu relatif singkat.
3. Beberapa mata pelajaran yang tidak dapat diajarkan melalui PJJ, dapat dilakukan
di sekolah atau perusahaan menggunakan sistem blok, khusus untuk mata
pelajaran yang di praktikan.
4. Proses pembelajaran dilakukan melalui :
a. Belajar mandiri dilakukan peserta didik secara perseorangan atau kelompok
dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar dan mendapat bimbingan serta
bantuan belajar atau tutorial sesuai dengan keperluan.
b. Belajar terbimbing atau terstruktur dilaksanakan melalui tutorial yang dilakukan
oleh tutor/guru dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam bentuk :
1) Tutorial daring
a) Tutorial daring adalah proses pembelajaran jarak jauh dimana interaksi
peserta didik dengan guru/tutor maupun antarpeserta didik termediasi
TIK.
b) Tutorial daring dilaksanakan melalui sistem pengelolaan pembelajaran
dan dimanfaatkan pendidik untuk melakukan bimbingan, diskusi, tanya
jawab, penugasan, praktikum, dan juga penilaian.
c) Tutorial daring menjadi proses belajar utama yang disediakan oleh
sekolah penyelenggara PJJ maupun yang digunakan dalam proses
pembelajaran oleh peserta didik dan guru/tutor.
d) Bantuan lain yang dapat membantu peserta didik belajar seperti
menjawab pertanyaan tentang nilai, jadwal.
2) Tutorial tatap muka
a) Tutorial tatap muka dapat dilaksanakan di sekolah penyelenggara PJJ
atau TKB serta sesuai dengan keberadaan peserta didik.
17
b) Tutorial tatap muka tidak sama dengan pembelajaran tatap muka karena
tutorial didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik,
bukan berdasarkan penjelasan dari guru.
c) Penyelenggaraan praktik oleh tutor menggunakan sistem blok sesuai
kebutuhan yang diisyaratkan oleh kurikulum. Penyelenggaraan praktik
dapat dilaksanakan di sekolah penyelenggara PJJ atau industri mitra.
Penilaian akhir semester disusun oleh Guru /Tutor dari DU/ DI. penilaian akhir
semester biasanya dilaksanakan secara serentak atau bersamaan waktunya
dengan SMA/SMK. Soal untuk masing-masing mata pelajaran non UN disusun
oleh Guru mata pelajaran yang bersangkutan dengan aturan seperti soal mata
pelajaran yang diujianasionalkan.
18
Untuk siswa kelas 12 bisa diikutsertakan pada latihan ulangan dalam jaringan (udj)
sebagai persiapan menghadapi Ujian Nasional yang disiapkan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Dengan memperhatikan kondisi siswa dan TKB penilaian dilaksanakan oleh Tutor
dan Guru Pamong secara fleksibel, dengan memperhatikan lima hal berikut;
1. Waktu yang disepakati antara peserta didik dengan Tutor dan Guru Pamong.
2. Tempat pelaksanaan penilaian (kelas sekolah di sekolah induk, TKB, Tempat
kerja siswa).
3. Sistem penilaian daring atau luring.
4. Kontent/materi yang diujikan.
5. Teknik penilaian yang digunakan.
I. Proses Pengelolaan
1. Pengelolaan pada program PJJ mengikuti aturan pengelolaan program reguler
pada sekolah penyelenggara PJJ. Dimungkinkan ada pengelola khusus yang
ditunjuk oleh kepala sekolah induk atau digabungkan dengan pengelolaan program
reguler. Sementara itu, di TKB ada pengelola TKB dan wakilnya.
2. Pembelajaran pada program PJJ menggunakan Sistem Pengelolaan Pembelajaran
yang meliputi proses administrasi, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan pengawasan pembelajaran dengan
rincian sebagai berikut.
a. Proses administrasi meliputi pendaftaran, pelaporan kegiatan belajar, kelulusan,
dan sertifikasi.
b. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pembelajaran yang
mengacu pada standar kompetensi lulusan dan kebutuhan peserta didik.
c. Pelaksanaan pembelajaran meliputi:
1) Belajar mandiri dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar;
19
2) Tutorial menggunakan berbagai sarana komunikasi sinkron atau asinkron;
3) Penugasan, pengumpulan, dan penilaian tugas, baik secara daring (online)
maupun luring;
4) Penilaian beragam kegiatan belajar; dan
5) Praktikum yang dapat dilaksanakan dengan menggunakan perangkat lunak
simulator dan/atau laboratorium.
3. Penilaian hasil belajar meliputi penilaian capaian pembelajaran sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
4. Pelaporan kegiatan belajar termasuk perekaman kegiatan pembelajaran.
5. Tempat Kegiatan Belajar (TKB), secara tersistem, merupakan bagian dari sekolah
penyelenggara PJJ yang menjamin akses bagi peserta didik dalam penggunaan
fasilitas untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Pengelola TKB bertindak
sebagai koordinator penyelenggaraan PJJ setempat dan dapat bertindak sebagai
representasi dari sekolah penyelenggara PJJ. Pengelola TKB ditetapkan oleh
sekolah penyelenggara PJJ sesuai dengan aturan yang berlaku.
Sekolah penyelenggara PJJ membuat:
a. Pedoman pelaksanaan kurikulum dalam bentuk panduan belajar dan panduan
evaluasi serta kalender pendidikan;
b. Pembagian tugas bagi para guru/tutor ditetapkan dengan surat tugas sesuai
mata pelajaran/bidang keahlian;
c. Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan dilakukan sesuai dengan
keperluan;
d. Tata tertib pengunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana;
e. Tata hubungan sesama warga di sekolah penyelenggara PJJ, TKB, dan
masyarakat;
f. Pedoman akademik dan administrasi lainnya yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan PJJ
g. Program kerja sekolah PJJ.
6. Kerjasama dengan para mitra sekolah penyelenggara PJJ harus dituangkan dalam
bentuk perjanjian kerja sama, termasuk namun tidak terbatas pada pemanfaatan
sumber daya manusia bersama, pemanfaatan sarana prasarana bersama, dan atau
pemanfaatan sumber belajar bersama.
20
J. Pelaporan, Evaluasi, dan Penjaminan Mutu
1. Pelaporan
Sekolah wajib melaporkan penyelenggaraan PJJ kepada Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
2. Pembinaan
Pembinaan PJJ menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya meliputi pembinaan peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan, proses pembelajaran, dan kelembagaan.
3. Evaluasi
Evaluasi penyelenggaraan PJJ dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan dengan
prinsip transparansi dan akuntabilitas publik.
4. Penjaminan Mutu
Sekolah penyelenggara PJJ melaksanakan pemantauan dan evaluasi secara berkala
yang dilaksanakan oleh Satuan Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang kemudian
akan diakreditasi sesuai dengan karakteristik PJJ.
21
e. Dukungan untuk peserta didik, antara lain pelatihan awal pemanfaatan sistem
daring, penyediaan berbagai informasi yang diperlukan, bantuan teknis selama
pembelajaran berlangsung, dan penanganan pertanyaan dan keluhan peserta
didik.
f. Dukungan dari institusi mitra sekolah penyelenggara PJJ, terutama dalam hal
penyediaan sarana praktik maupun proses penilaian sesuai kompetensi.
g. Penilaian dan evaluasi, antara lain evaluasi proses pembelajaran dan efektivitas
program, data mengenai peserta didik yang mendaftar dan berpartisipasi
sampai selesai program, dan kaji ulang terhadap capaian belajar secara periodik
untuk memastikan manfaat, kejelasan dan kecocokan dengan yang dibutuhkan
oleh masyarakat yang disasar oleh program tersebut.
Mutu mata pelajaran yang ditawarkan dalam program PJJ ditentukan oleh adanya
ketepatan indikator berikut:
a. deskripsi mata pelajaran;
b. tujuan pembelajaran;
c. penilaian dan pengukuran;
d. sumber dan bahan pembelajaran;
e. keterlibatan peserta didik;
f. pemanfaatan teknologi;
g. dorongan motivasi untuk peserta didik; dan
h. kemudahan mengakses mata pelajaran tersebut.
5. Supervisi
a. Kepala sekolah penyelenggara PJJ sebagai penanggung jawab harus
melaksanakan supervisi secara berkala.
b. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui pengawas, melaksanakan
supervisi secara berkala ke sekolah penyelenggara PJJ dan TKB.
K. Luaran (Output)
Luaran program PJJ adalah lulusan yang menguasai kompetensi sesuai dengan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ditetapkan secara nasional. Setelah
menyelesaikan pendidikan dengan program PJJ, lulusan disetarakan dengan lulusan
sekolah regular.
22
IV. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK
A. Instansi/Unsur Yang Terlibat Dalam Penyelenggaraan di Pusat
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Ditjen Dikdasmen merupakan pimpinan sektor (lead sector) pelaksanaan PJJ di
pendidikan dasar dan menengah.
Direktorat Pembinaan SMK
Peran utama Direktorat Pembinaan SMK adalah:
1) memberikan dukungan kebijakan dan penyelenggaraan program
pendidikan jarak jauh pada SMK;
2) mengoordinasikan penyediaan bahan ajar bagi peserta didik dan pegangan
bagi pendidik;
3) memberikan Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
3. SEAMOLEC
Berkoordinasi dengan direktorat terkait, SEAMOLEC berperan membantu:
a. menyiapkan dan menyelenggarakan sistem pengelolaan pembelajaran
secara daring bersama Pustekkom;
b. mengembangkan bahan ajar digital bagi peserta didik program PJJ
bersama Pustekkom;
c. melatih “master teacher” dalam rangka menyiapkan pendidik (guru dan
tutor) program PJJ;
d. mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi program PJJ secara
daring bersama Pustekkom.
23
Dengan kewenangan yang dimilikinya, dinas pendidikan antara lain memiliki
peran dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. mengeluarkan surat izin operasional penyelenggaraan program PJJ
berdasarkan usulan dari calon sekolah penyelenggara PJJ atau sekolah
induk, sesuai kewenangannya;
b. menyusun dan menetapkan pola pengelolalaan program PJJ;
c. menetapkan TKB berdasarkan usulan masyarakat/ calon sekolah
penyelenggara PJJ;
d. mensosialisasikan program PJJ kepada stakeholders;
e. menjamin ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan;
f. mendukung pembiayaan dan memfasilitasi ketersediaan sarana-prasarana
pendukung;
g. melakukan pembinaan secara berkelanjutan.
2. Balai Pelayanan dan Pengawasan Pendidikan (BP 3)
a. Mensosialisasikan program PJJ pada SMK PJJ kepada Kepala
SMP / Mts , Camat ,Lurah, Desa ,dan Tokoh Masyarakat
b. Memverifikasi SMK Penyelenggara PJJ
c. Memfasilitasi kerjasama dengan Kadin kab / kota , UMKM , dan BLK
d. Melakukan Pendampingan Program Pendidikan Jarak Jauh Pada SMK di
wilayahnya .
24
3) Monitoring evaluasi
4) Komitmen kepala sekolah
c. melaksanakan rekrutmen peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan;
d. melaksanakan sosialisasi program PJJ;
e. membina TKB;
f. melaksanakan seleksi dan registrasi peserta didik;
g. melaksanakan proses pembelajaran secara jarak jauh;
h. melaksanakan penilaian hasil belajar;
i. mengelola dan melaporkan hasil belajar, rapor dan lainnya;
j. mengelola dokumen induk peserta didik;
k. menerbitkan ijazah dan sertifikat kompetensi bagi peserta didik program
PJJ yang telah dinyatakan lulus ujian akhir studi;
l. berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan institusi lain yang relevan;
m. menyediakan sarana-prasarana atau akses terhadap sarana-prasarana
pembelajaran.
4. Pengawas Sekolah
a. Pengawas sekolah bertugas melaksanakan supervisi dalam rangka
pembimbingan dan pembinaan penyelenggaraan program PJJ, sesuai dengan
kewenangannya.
b. pengawas sekolah bertugas melaksanakan pendampingan pada perencanaan
pelaksanaan dan monitoring serta melakukan evaluasi secara berkala pada
penyelenggaraan program PJJ ke Dinas Pendidikan Provinsi melalui bidang
Pendidikan Menengah Kejuruan
5. Pengelola TKB
a. Memberikan layanan akademis dan konseling kepada peserta didik
b. TKB melayani maksimal 30 peserta didik dengan paket keahlian yang sama
untuk SMK Penyelenggara
c. Menyusun jadwal tatap muka
d. Menyediakan bahan ajar berbasis IT pada server atau fasilitas lain
e. Menyediakan Personal Computer
25
V. PENGUSULAN PROGRAM PENDIDIKAN JARAK JAUH
A. Pengusulan Program PJJ di SMK
1. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan
keluarga. Untuk itu, pembukaan Program/Paket Keeahlian yang dilaksanakan dengan
cara PJJ dilakukan olehSMK, masyarakat, dan dunia usaha/dunia industri di
Kota/Kabupaten di Jawa Barat.
2. SMK yang dapat membuka Program Keahlian atau Paket Keahlian yang dilaksanakan
dengan cara PJJ adalah SMK yang memenuhi persyaratan:
a. Memiliki akreditasi Program Keahlian atau Paket Keahlian, sekurang-kurangnya B
untuk swasta dan A dan B untuk SMK negeri
b. Telah menghasilkan lulusan Program Keahlian atau Paket Keahlian yang akan
dibuka;
1) Paket keahlian/program keahlian/bidang keahlian yang diusulkan oleh SMK
Penyelenggara PJJ harus didasarkan pada hasil analisis tenaga kerja terampil
yang dibutuhkan di kota/kabupaten maupun di provinsi Jawa Barat.
2) SMK yang membuka Program/Paket keahlian yang dilakukan dengan cara PJJ
harus membuat Rencana Pelaksanaan PJJ Program Keahlian atau Paket
Keahliantersebut, sekurang-kurangnya selama 3 tahunpertama.
3) Usulan pembukaan Program/Paket Keahlian pada SMK yang dilaksanakan dengan
cara PJJ harus disertai dengan pernyataan persetujuan dan kesanggupan
bekerjasama dari perusahaan/pengusaha setempat yang sekurang-kurangnya
berisi kesanggupan untuk:
a) Mengizinkan pekerjanya untuk belajar di SMK dengan cara PJJ;
b) Ikut serta dalam penyesuaian kurikulum SMK PJJ sesuai dengan kebutuhan
perusahaan tanpa mengurangi tingkat kompetensi terstandar yang terdapat
dalam Standar Kompetensi Lulusan SMK;
c) Menyediakan peralatan praktik yang dibutuhkan oleh peserta didik di tempat
bekerja;
d) Menerima, menyediakan tempat, dan memberikan kesempatan bagi peserta
didik PJJ pada SMK untuk melakukan praktik kerja industri di perusahaannya;
e) Menggunakan sebagian dana Corporate Social Responcibility (CSR)untuk
pembiayaan kegiatan praktik kerja industri peserta didik program PJJ;
f) Pernyataan persetujuan terhadap pendirian program PJJ Program Keahlian
atau Paket Keahlian tertentu.
26
3. SMK Penyelenggara PJJ harus mengadakan kerja sama khusus dengan dunia
usaha/dunia industri atau perusahaan yang dinyatakan secara khusus dalam
sebuah naskah kerjasama yang sekurang-kurangnya memuat hak dan kewajiban
masing-masing pihak dalam perancangan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi,
penggunaan sarana dan prasarana perusahaan untuk kepentingan pembelajaran,
praktik kerja industri, dan penempatan tamatan di perusahaan.
27
9. Kesesuaian dan kebenaran kajian kelayakan dinilai berdasarkan simpulan
kunjungan tim penilai di lokasi dan wilayah setempat serta data pendukung dan
pembanding lainnya.
28
VI. PENUTUP
Pendidikan Jarak Jauh merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara jarak
jauh melalui penggunaan media komunikasi dengan materi ajar yang dikembangkan
dan dikemas dalam beragam bentuk berbasis TIK. Prinsip pelaksanaan PJJ adalah
akses, pemerataan dan kualitas. Akses untuk mendapatkan pendidikan semakin
mudah dengan bantuan teknologi. Sehingga ada pemerataan kesempatan
berpartisipasi tanpa kendala dan kualitas sesuai standar nasional pendidikan.
29
A. Kelayakan Pembukaan Program PJJ pindah ke Juknis !!!!!!
Pembukaan program PJJ didasarkan pada pertimbangan:
1. Umum
a. Adanya kebutuhan nyata yang ditunjukkan oleh data penduduk yang berusia
16-21 tahun, tetapi tidak sekolah karena bekerja maupun bekerja paruh waktu,
mengurus rumah tangga, maupun alasan-alasan lain terkait ekonomi, sosial.
b. Adanya prospek pekerjaan yang nyata bagi lulusan program PJJ tersebut
sehingga tidak menimbulkan penganggur baru.
c. Adanya dukungan dari DU/DI berupa Sarana/Prasarana, SDM, dan kesediaan
menerima peserta didik untuk praktik dan menerima sebagai pekerja.
d. Penyelenggaraan program PJJ memperhatikan keadaan lingkungan yaitu
penyelenggaraan program pendidikan oleh sekolah lain sekitarnya atau di
wilayah jangkauan. Setiap sekolah penyelenggara PJJ wajib membuat
pemetaan wilayah yang menjelaskan posisi sekolah penyelenggara dan rencana
TKB yang akan didirikan/dibuka yang disyahkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi
setempat. Pemetaan ini sekaligus menjadi dasar pengembangan TKB sehingga
tidak tumpang tindih dengan SMA/SMK yang membuka program sejenis.
e. Penyelenggaraan program PJJ tidak menimbulkan pergesekan internal di dalam
sekolah penyelenggara PJJ yang dapat menurunkan mutu kinerjanya, karena
adanya kompetisi dalam pemanfaatan sumber daya.
f. Agar tidak terjadi kelebihan pasok lulusan, maka program PJJ yang diusulkan
dapat ditutup dan dibuka sesuai dengan kebutuhan, sesudah dua siklus
pembelajaran. Untuk itu diperlukan kemampuan melakukan relokasi sumber
daya .
g. Program PJJ menjamin efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya
pendidikan, serta meningkatkan layanan penyelenggaraan pendidikan dasar
dan menengah.
30
2. Khusus
Program PJJ diselenggarakan oleh sekolah yang memenuhi persyaratan berikut.
a. Sumber Daya
1) Tersedianya sumber daya yang disiapkan untuk merancang, menyusun,
memproduksi, dan menyebarluaskan seluruh sumber belajar.
2) Tersedianya sumber daya untuk memutakhirkan secara berkala setiap materi
ajar yang diproduksi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
3) Mampu menyediakan sumber daya yang menjamin penyelenggaraan
interaksi antara peserta didik dengan guru/tutor secara intensif, baik melalui
tatap muka, telewicara, surat menyurat elektronik, maupun bentuk-bentuk
interaksi jarak jauh sehingga mampu menjaga kualitas proses pembelajaran.
4) Mempunyai akses kepada sumber daya penyedia fasilitas praktik/ praktikum/
praktik kerja lapangan dan/atau akses bagi peserta didik sesuai dengan
capaian pembelajaran yang dipersyaratkan.
5) Tersedianya sumber daya untuk melakukan evaluasi hasil belajar
secara terprogram.
6) Mampu menyediakan sumber daya bidang manajemen dan
pembelajaran jarak jauh.
7) Tersedianya sumber daya untuk mengorganisasikan TKB yang bertujuan
memberikan layanan teknis dan akademis secara intensif kepada pendidik
dan peserta didik dalam proses pembelajaran jarak jauh.
b. Kurikulum
1) Kurikulum program PJJ memiliki capaian belajar (learning outcomes) yang
setara dengan capaian belajar pada pendidikan reguler.
2) Kurikulum program PJJ mengacu kepada Kurikulum Nasional dan
disesuikan dengan kebutuhan pembangunan daerah sepanjang tidak
mengurangi standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan.
c. Proses Pembelajaran
1) Rancangan pembelajaran disusun dengan memperhatikan interaksi antara
media, metode, materi, waktu, dan sistem penyampaian serta memuat
penjelasan tentang belajar mandiri, tutorial, dituangkan dalam bentuk
silabus.
31
2) Proporsi dan frekuensi belajar mandiri dan tutorial harus jelas dan tertuang
dalam rancangan pembelajaran.
3) Rancangan interaksi dua arah dengan pendidik (guru/tutor) harus
menggambarkan cara, tujuan, dan frekuensi pelaksanaannya.
4) Rancangan bahan ajar dan media belajar yang digunakan harus
menggambarkan sumber dan strategi pemanfaatannya.
5) Rancangan evaluasi hasil belajar harus mencerminkan tingkat kematangan
dan kemampuan peserta didik melalui mekanisme tertentu.
6) Layanan bantuan belajar/pendampingan harus dirancang sesuai dengan
strategi pembelajaran.
7) Ketersediaan perangkat lunak pengelolaan pembelajaran jarak jauh
(Learning Management System dan sejenisnya) yang digunakan serta
dukungan server (hosting atau di sekolah penyelenggara PJJ), Sumber
Daya pengelola perangkat keras dan perangkat lunak.
d. Manajemen
1) Organisasi
Program PJJ terintegrasi pada program reguler yang tergambarkan
secara jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam struktur
organisasi sekolah.
Tersedia kerangka kerja antara sekolah penyelenggara PJJ, TKB, dan
mitra-mitra penyelenggara PJJ terkait pengelolaan dan koordinasi
pelaksanaan PJJ.
Adanya kebijakan sekolah tentang program PJJ yang terintegrasi pada
rencana tahunan sekolah.
2) Pendanaan
Kejelasan dana investasi terhadap besarnya dana serta sumbernya.
Kejelasan dana operasional dan pemeliharaan terhadap besarnya dana
serta sumbernya.
Kejelasan penerimaan internal dan eksternal yang menggambarkan
komposisi penerimaan internal dan peruntukannya dalam program PJJ
untuk menjamin keberlanjutan program secara mandiri.
Kepastian dukungan finansial oleh sekolah penyelenggara untuk
penyediaan akses infrastruktur PJJ.
3) Manajemen Akademik
32
Adanya rencana pengembangan program yang mencakup tahapan
pengembangan, diversifikasi, serta keberlanjutannya di wilayah
jangkauan.
Adanya manajemen sumber daya yang meliputi proses perekrutan,
staffing, kualifikasi, pengembangan dan pembinaan sesuai dengan
kewenangannya.
Adanya mekanisme pemutakhiran bahan ajar serta media yang digu-
nakan.
Adanya sistem penjaminan mutu akademis yang mengacu kepada SPMI
untuk memastikan bahwa pembelajaran berbasis teknologi informasi
dan komunikasi sebagaimana dimaksud dalam program PJJ dipenuhi.
Adanya kerjasama antarlembaga bidang akademik atau non akademik
dengan sekolah lain, institusi, dunia industri, dan pihak lain dalam dan
luar negeri untuk memfasilitasi pelaksanaan program pjj dan
peningkatan kualitas pendidikan.
Memiliki ijin penyelenggaraan program reguler dan telah diakreditasi
oleh Badan Akreditasi Nasional dengan minimal nilai B untuk sekolah
negeri dan nilai A untuk sekolah swasta.
4) Administrasi
Pemenuhan dokumen pembukaan program PJJ dalam bentuk studi
kelayakan.
Pemenuhan data pendukung dan lampiran pembukaan program PJJ.
Pemenuhan persyaratan akreditasi minimal.
33
15. Daftar sarana prasarana pendukung PJJ yang tersedia di sekolah penyelenggara
PJJ dan TKB.
16. Daftar sarana prasarana dan daftar fasilitas fisik pendukung yang dapat
dimanfaatkan berdasarkan asas pemanfaatan bersama.
17. Dokumen pendukung lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam akreditasi
minimal.
18. Khusus untuk sekolah swasta, diperlukan dokumen akta notaris pendirian yayasan,
AD/ART yayasan, pengesahan KUMHAM, dan delegasi kekuasaan (power of attorney)
dari yayasan kepada pimpinan sekolah swasta.
34