com/
Berlatih memanjangkan nalar
Sejak belajar kimia di SMA, saya sangat tertarik pada cara mengajar almarhumah ibu Mardiyah.
Beliau selalu memulai pelajaran dengan hal-hal yang ada di sekitar kita. Keinginan belajar makin
besar, sebab beliau selalu bertanya tentang apapun yang kami alami, atau hal-hal yang pernah
kita lakukan namun lupa. Kadang beliau bertanya tentang bahan-bahan yang ada di sekitar kami
yang tak pernah kami pikirkan.
Bimbingan untuk memahami sesuatu, oleh bu Mar selalu dilakukan dengan sabar. Beliau tak
keburu menjelaskan konsep abstrak, namun memancing pikiran kami dengan urutan pertanyaan
yang beliau sampaikan secara spontanitas pada diskusi kelas. Ketika terjadi macet, beliau
mengubah pertanyaannya menjadi mudah dan kami dapat menjawab. Kemudian beliau
menuntun kami hingga sampai pada teori abstrak.
Setelah kami mampu menjelaskan tentang konsep tersebut, beliau meminta kami untuk
memberikan contoh lain dalam kehidupan yang berbeda dengan contoh awal. Apabila sebagian
dari kami berdiam diri, tidak aktif diskusi atau menulis sesuatu, beliau dengan energiknya
langsung mendatangi kami dan tahu-tahu sedah hadir di dekat bangku. Ibu ini sungguh luar
biasa, saya selalu mengenangnya.
Kami selalu terpingkal ketika itu, sebab bu Mar berteriak keras dan mimiknya lucu sekali. Tidak
hanya itu, ada saja yang beliau lakukan. Kadang berjalan secepat kilat, tahu-tahu sudah di
belakang bada siswa dan ditanya sesuatu yang mudah sekali. Sebenarnya kami dapat
menjawabnya. Namun setelah menjawab, beliau selalu bertanya lagi yang agak sulit dan ketika
kami bisa, selalu diminta untuk menuliskannya di papan. Sebenarnya ini suatu kesempatan baik,
namun teman-teman kadang tak mau melakukannya, Kata mereka khawatir ditanya teman dan
tak bisa menjawab. Tak ambil resiko, kata mereka. Ini sih hanya terjadi ketika kelas I, belum
penjurusan. Inilah yang membuat bu Mar jengkel, gemes, dan kalau sudah begitu beliau
mencubit kami, he he he.
Dari siswa sekelas, ada 5 siswa yang sering mengerjakan di papan, salah satunya saya. Saya
mungkin amat suka cara beliau, hingga sampai sekarang ternyata cara mengajar saya sepertinya
seperti beliau. Pernah beliau mengatakan:”Ayo anak-anak, kalian harus terus berlatih nalar,
nalar, nalar. Nalar kalian harus panjang.”
“Bu, apakah cara ibu memanjangkan nalar kami itu dengan bertanya terus menerus? Ketika kami
sudah menjawab, ibu bertanya lagi berdasarkan jawaban dan begitu seterusnya hingga kami
paham pada konsep yang dituju. Begitukah bu?”
“Benar sekali Etna, begitulah caranya. Nanti kalau nalar kalian sudah panjang, kalian bisa
menalar sendiri setiap masalah tanpa bantuan ibu.”
Hal yang saya sukai dalam belajar kimia ini adalah cara bu Mar membimbing kami melalui
teknik bertanya, dari contoh-contoh dalam kehidupan yang menjadi tema, menuju ke konsep
abstrak dengan tidak terasa. Setelah itu kami mampu memberi contoh lain dan kami dilatih pula
membuat skema atau peta dari beracam konsep yang menyatu pada tema awal. Sungguh tak
dapat dipungkiri kalau pembelajaran ini sudah tematik integratif. Subhanallah.
February 24, 2014 berlatih nalar, konsep abstrak, panjang nalar, pembelajaran kimia, pembelajaran
tematik integratif, peta konsep, peta pikiran, skema sederhana, tema kehidupan sehari-hari, tema
konkrit Leave a comment
Sebagai guru kimia SMA, sejak tahun 1973 saya selalu berupaya untuk berpikir tematik ketika
merencanakan suatu pembelajaran. Sebenarnya hal ini tidaklah baru, sebab saya mengikuti jejak
guru kimia idola, yaitu almarhumah Ibu Mardiyah. Beliau juga pernah bercerita bahwa sebagian
besar yang beliau ajarkan, meniru guru-guru beliau pada jaman dahulu (jadul). Guru jadul selalu
mengajar berdasar tema, kemudian melalui skema dijabarkan menjadi konsep-konsep yang
saling berkaitan.
Pembelajaran di atas sebenarnya sudah tergolong tematik integratif. Mengapa demikian? Karena
awal pembelajaran bu Mardiyah memberikan tema yang bersifat umum, namun
merupakan aplikasi dalam kehidupan kita sehari-hari. Ilmu yang aplikatif ini dikatakan sebagai
ilmu terapan. Kemudian melalui tanya jawab, tema tersebut dijabarkan menjadi konsep-konsep
yang saling berkaitan satu sama lain. Kemudian beliau mengajak siswa untuk
menalar keterkaitan antar konsep. Di sinilah suatu ketrampilan dan kemampuan guru tampak
dalam memandu siswa. Guru harus mampu membantu siswa memahami konsep abstrak
berdasarkan contoh sehari-hari.
Banyak topik dalam pembelajaran kimia yang merupakan ilmu terapan, yaitu kimia yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Walau kurikulum telah berubah mengikuti jaman,
nyatanya pembelajaran secara tematik selalu ada dalam silabus. Sebagai contoh, sandang,
pangan, dan papan. Bahkan seluruh alam semesta dan seisinya terdiri atas bahan-bahan kimia.
Semua makhluk hidup dan benda mati adalah kimia. Oleh sebab itulah slogan internasional
berbunyi: “Chemistry is our life and our future.” Mengapa demikian? karena semua bahan alami
dan sintetis adalah kimia. So chemistry is around the world. Industri kimia menentukan masa
depan kita.
Anehlah apabila seseorang belajar atau mengajar langsung teori abstrak, apalagi lepas dari
kehidupan. Benarlah orang tersebut sangat pandai secara teori, namun tak pernah melakukannya.
Konsep apa saja mampu menjelaskan dengan sangat baik. Di mana-mana dia amat pandai bicara,
seakan kamus berjalan. Ketika sekelompok orang dapat membuat sesuatu, misalnya memasak,
membuat barang-barang yang dapat dijual dengan murah, atau produk industri rumah, bahkan
industri besar, orang pandai teori tak dapat berbuat apa-apa. Memberi saranpun mungkin salah.
Lalu buat apa belajar? Buat apa ilmunya yang segudang itu? Curriculum it self is for better life.
Belajar untuk mencapai hidup yang lebih baik.
Permasalahan yang sangat besar telah terjadi di negara kita yang tercinta ini. Sayang seribu
sayang, kurikulum yang terus berubah mengikuti jaman, telah dipertimbangkan, dirancang, dan
disusun dengan baik, banyak yang masih belum diterapkan 100%. Apa yang
sesungguhnya diinginkan oleh bangsa kita? Pendidikan yang bagaimana yang dianggap mudah
dan berguna? Ke mana anak bangsa di arahkan selama ini? Menjadi orang yang pandai bicara
namun yang dapat melakukannya? Bagaimana para guru melaksanakan pembelajaran? Mengapa
kurikulum terbaru 2013 yang sudah makin baik tersebut juga seakan ditolak sebelum dipelajari
dengan cermat? Apakah ini berarti bahwa kita merasa kalah sebelum maju perang? Atau merasa
sulit, tidak mungkin, bahkan tidak bisa, sebelum melakukannya?
Bagaimanakah hasil implementasi kurikulum 2013? Apakah sebagian sekolah yang sedang
melaksanakannya tidak ada yang berhasil? Ataukah sebagian ada yang merasa berhasil? Sejauh
manakah keberhasilan tersebut? Apakah laporan keberhasilan itu dibuat apa adanya? Benarkah
bagi sekolah yang belum berhasil disebabkan oleh persiapan yang kurang? Apakah implementasi
ini bersifat terburu-buru? Bagaimana dengan pelatihan-pelatihan yang telah diadakan? Apakah
pengarahan implementasi tersebut kurang jelas? Mungkinkah kurikulum ini dilaksanakan secara
serempak pada tahun 2014? Mengapa?
Kurikulum 2013 mengacu pada pembelajaran tematik integratif. Pembahasan tentang jenis
pembelajaran ini telah saya bahas pada artikel-artikel sebelumnya. Sangat diharapkan
pembelajaran ini dapat berjalan lancar dan mudah bagi anak didik, sebab prinsip
dasar pembelajaran ini telah disesuaikan dengan kebiasaan hidup anak sehari-hari. Anak PAUD
terbiasa bermain. Permainan yang diberikan mengacu pada tema tertentu dan guru mendampingi
anak belajar sambil bermain. Guru telah mempersiapkan integrasi berbagai aspek dalam
menyusun RPP (perencanaan mengajar).
Ketika anak naik ke jenjang pendidikan lebih tinggi, yaitu SD kelas I, II, kemudian III, bermain
mulai berkurang secara bertahap, namun integrasi mata pelajaran tetap menyatu. Setelah naik ke
kelas IV, V, dan VI, tingkat berpikir anak mulai memasuli formal (awal abstrak), maka
integrasi mata pelajaran mulai diklasifikasi. Sebagai contoh, anak didik akan belajar tentang IPA,
IPS, bahasa dan lainnya. SMP makin formal walau masih banyak yang konkrit. Di sini masih
diperlukan penggunaan game edukasi (permainan yang mendidik). Ketika SMA tingkat berpikir
anak makin tinggi lagi, hampir semua mungkin sudah abstrak walau dengan kadar berbeda.
Namun game edukasi tetap dapat dilakukan, dengan melibatkan penalaran yang lebih tinggi. Jadi
dari PAUD hingga SMA/MA atau yang sederajat, tetap menekankan pada ilmu terapan, agar
anak didik mampu bekerja praktis dengan penalaran yang berangsur meningkat.
Pembelajaran tematik integratif dalam kimia SMA, contoh tema bahan kimia, sub tema bahan
kimia alami dan sintetis. Dari tema ini siswa dapat menjabarkan konsep-konsep kimia, fisika dan
biologi yang terkait, melalui contoh dalam kehidupan. Siswa diharapkan dapat menalar
keterkaitan antar konsep, dari hal yang nyata menuju teori abstrak. Demikianlah secuil penalaran
yang dapat saya tulis berdasar pengalaman. Insya Allah pembahasan ini bermanfaat.
February 23, 2014 belajar sambil bermain, game edukasi, implementasi kurikulum, integrasi kimia fisika
biologi, integrasi semua aspek terkait, kimia dalam kehidupan sehari-hari, kimia terapan, kurikulum
baru, kurikulum lama, pembelajara tematik integratif, pembelajaran kimia, penalaran, tingakat konkrit,
tingkat abstrak, tingkat berpikir, tingkat formal Leave a comment
Mengapa pembelajaran tematik integratif mengacu pada proses nalar? Apakah pembelajaran
sebelumnya tidak/kurang memperhatikan penalaran? Mengapa demikian? Perbedaannya di
mana? Telah dibahas bahwa pembelajaran tematik integratif merupakan kegiatan belajar
berdasarkan pada suatu tema tertentu. Suatu tema akan menyangkut beberapa mata pelajaran
yang saling berhubungan atau terkait satu sama lain. Dalam perencanaan pembelajaran (RPP)
guru telah mengintegrasikan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan.
Guru harus memilih konsep-konsep pada masing-masing mata pelajaran yang berhubungan
dengan tema, kemudian mengkaitkan konsep-konsep itu menjadi sebuah skema atau suatu peta.
Cara berpikir yang digunakan untuk memahami keterkaitan konsep ini memerlukan suatu
penalaran. Tidak mungkin masing-masing mata pelajaran dihafalkan. Hafalan hanya bersifat
mengingat-ingat konsep. Ketika anak dapat mengingat konsep tersebut, belum tentu mereka
mampu mencari hubungan antara konsep satu dengan lainnya. Hubungan inipun tak mungkin
dihafalkan.
Pembelajaran cara lama sebenarnya juga diharapkan mengacu pada proses nalar. Namun karena
tidak bertema, maka pemikiran untuk menghubungkan konsep-konsep dalam mata pelajaran
yang sama terlupakan. Sehingga umumnya masing-masing kosep terlepas satu sama lain dan
tercecer di memori jangka pendek (Rote Learning). Namun tak semua demikian. Ketika guru
mampu mengkaitkan konsep-konsep menjadi suatu peta konsep, pembelajaran menjadi
bermakna. Kelemahan pembelajaran tak bertema terletak pada interpretasi guru.
Sebagai contoh, tema: Lingkungan bersih, sehat, dan asri. Konsep-konsep yang saling terkait
antara lain kebersihan lingkungan, hubungan kebersihan dan kesehatan, lingkungan bersih
menjadi asri, suasana yang asri membuat orang merasa nyaman. Udara sekitar menjadi bersih
dan segar, udara yang bersih, pernafasan menjadi lancar. Dll. Kegiatan psikomotor yang
dilakukan anak adalah membersihkan lingkungan kelas dan luar kelas, menanam, mengatur
tanaman, dan merawatnya, membuat taman, membersihkan selokan, mengadakan pemisahan
sampah, dll. Guru bisa menilai sikap selama proses yang meliputi kekompakan kerja, pembagian
kerja, bertukar pendapat dalam diskusi, dan lainya.
February 21, 2014 afektif, diskusi kelas, diskusi kelompok, hafalan, hubungan antar konsep, kekompakan
kerja, keterkaitan konsep, mata pelajaran, penalaran, peta ko sep, psikomotor, tematik integratif Leave
a comment
Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak sebenarnya siapapun selalu melakukan sesuatu
secara terpadu. Contoh, seorang ibu yang akan memasak suatu makanan untuk keluarganya. Si
ibu tentulah telah menentukan menu mingguan atau telah terbiasa memasak yang berbeda setiap
harinya, paling tidak dalam 3 hari masakan dibuat berbeda. Jenis masakan juga terbiasa
disesuaikan dengan selera atau keinginan anggota keluarga. Bahan mentah yang dibeli sudah
tentu sesuai dengan anggaran. Kapan belanja dan memasak, sudah dijadwalkan agar tidak
mengganggu aktivitas lain. Bagaimana cara memasak, si ibu sudah belajar atau resepnya sudah
otomatis, bahkan kadang divariasi. Masih banyak lagi hal-hal yang terkait dengan kegiatan
memasak.
Memasak merupakan tema dan untuk memasak diperlukan banyak aspek yang secara spontan
terpadu atau terintegrasi. Ketika kita cermati, contoh ini menunjukkan bahwa dalam keseharian
kita telah membiasakan berpikir terpadu. Hanya saja seringkali kebiasaan ini tak disadari, sebab
terjadinya seakan begitu saja seperti air yang mengalir. Insya Allah sekarang kita makin
menyadari bahwa aktivitas hidup merupakan suatu sistem terpadu atau istilah sekarang tematik
integratif.
Marilah kita ingat kembali tentang Long Life Education yang berarti pendidikan sebenarnya
terjadi selama hidup, yaitu sejak Allah SWT meniupkan ruh ke janin dalam kandungan ibu
hingga kita akan masuk ke liang kubur. Subhanallah. Sungguh luar biasa. Belajar sudah di mulai
sejak janin, minimal dari sang ibu. Ketika seseoragsudah tua, kakek/nenek, harus belajar lagi
untuk berjalan dengan hati-hati, makan dengan sendok, dll sebab banyak hal sudah lupa
(penurunan daya ingat).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 sesungguhnya telah dipikirkan,
dirancang, dan dipertimbangkan, untuk memudahkan anak belajar. Kemudahan belajar dapat
dicapai sebab pembelajaran dilakukan dengan terpadu atau tematik integratif, seperti halnya
kebiasaan hidup manusia. Jika setiap hari dalam hidup ini kita selalu berpikir terpadu dan telah
membiasakan anak-anak berpikir terpadu, mengapa pembelajaran di sekolah terlepas-lepas.
Itulah masalah besar dalam pendidikan yang terjadi selama ini. Guru mata pelajaraan menyajikan
materi terlepas dan anak sendiri dituntut untuk mengintegrasikan ilmu-ilmu yang terlepas itu.
Tentu saja hal ini memberatkan anak didik.
Insya Allah secuil pembahasan ini dapat membuka pikiran kita untuk menerima dan
melaksanakan kurikulum 2013 dengan sepenuh hati. Pembelajaran di tingkat PAUD jelaslah
tematik integratif, namun sifatnya sangat sederhana dan dilaksanakan melalui permainan. SD
kelas I, II, dan III yang taraf berpikirnya juga masih tergolong sangat konkrit, maka integrasinya
juga total. Penyajian pembelajaran sangat diharapkan melalui permainan atau bahasa asingnya
Educational Games (permainan edukasi). Buku pelajaran tidak lagi terlepas-lepas,
melainkan terpadu berdasarkan tema keseharian.
Barulah untuk SD kelas berikutnya, IV, V, dan VI integrasi ilmu dikelompokkan menjadi lebih
sempit, yaitu IPA, IPS dan lainnya. Hal ini mengingat bahwa tingkat berpikir anak sudah mulai
tinggi, kemungkinan sudah banyak yang memasuki awal formal (abstrak) atau dikatakan semi
abstrak. Demikianlah pembahasan kali ini, Insya Allah bermanfaat.
February 21, 2014 berpikir terpadu, hidup sehari-hari, integrasi ilmu, Long life education, membiasakan
diri, Pembelajaran, pembelajaran janin, pendidikan seumur hidup, penyederhanaan pembelajaran, semi
abstrak, tematik integratif, terpadu, tingkat berpikir abstrak, tingkat berpikir konkrit, tingkat formal
Leave a comment
Bangsaku khususnya para pembelajar, baik rekan guru dan anak bangsa, marilah kita laksanakan
pembelajaran tematik integratif dengan gembira penuh semangat. Pembelajaran jenis ini sudah
disesuaikan dengan kebiasaan hidup kita sehari-hari. Sebenarnya hal ini tak asing lagi, sebab
telah dilaksanakan sejak dahulu, terutama pembelajaran integrasi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan
lainnya.
Kali ini saya akan melanjutkan pembahasan tentang integrasi kognitif, psikomotor, dan afektif.
Sebagai contoh tema tentang polusi udara yang dibahas pada artikel sebelumnya, yaitu:
“Menyongsong diberlakukannya Pembelajaran Tematik Integratif.” Kognitif (pengetahuan)
menyangkut seluruh materi/konsep yang termasuk dalam polusi udara. Psikomotor adalah
keterampilan (skill) yang dilatihkan selama pembelajaran. Contohnya bertukar pendapat ketika
diskusi kelompok, pro kontra dalam diskusi, keterampilan mengumpulkan hasil pengamatan,
menggunakan alat bahan ketika melakukan percobaan, presentasi, dan sejenisnya. Afektif
merupakan sikap ilmiah, termasuk karakter yang muncul ketika terjadi proses pembelajaran.
Ketiga ranah tersebut terjadi secara integrasi, sehingga perlu adanya instrumen penilaian.
Penilaian ketiga aspek ini dapat dirumuskan dan direncanakan sebelum pembelajaran
berlangsung, sehingga memudahkan penilaian, Untuk kognitif banyak yang dapat dinilai, selain
selama proses, dapat diperoleh dari catatan kreatif, buku tugas, pengerjakan di papan tulis, PR,
ulangan harian, dan UAS dan UKK. Ketika presentasi, selain psikomoror, bisa juga
afektif. Kebenaran ilmu, keluasan wawasan juga merupakan penilaian kognitif, bisa lisan atau
tulis.
January 25, 2014 afektif, hidup sehari-hari, kebenaran ilmu, kebiasaan hidup, keluasan wawasan,
kognitif, pembelajaran tematik integratif, pembinaan karakter, pengamatan, pengetahuan, percobaan,
polusi udara, presentasi, psikomotor, ulangan harian Leave a comment
Pada awal penerapan sesuatu yang baru, memang umumnya orang merasa bimbang dan ragu
untuk melaksanakannya. Marilah dengan tekad dan niat yang kuat kita aplikasikan pembelajaran
ini secara bertahap. Tahapan pelaksanaan paling mudah adalah menerapkan secara sederhana
melalui contoh kehidupan yang sering dilakukan anak didik. Tahapan paling sederhana adalah
mengambil suatu tema sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Jenjang pendidikan juga
disesuaikan.
Sebagai contoh pembelajaran kimia di SMP tentang polusi udara sebagai tema atau pikiran
pokok. Kemudian uraikan konsep-konsep yang menyangkut polusi udara serinci mungkin.
Misalnya, Polusi atau pencemaran udara tentulah terjadi di udara. Udara bersih mengandung zat-
zat kimia apa saja. Ketika udara itu terpolusi, dari mana datangnya polusi itu dan dijelaskan pula
jenis zatnya. Setelah keterkaitan konsep itu disusun dalam bentuk skema, kembangkan lagi
dengan mengikuti alur pemikiran atau urutan logis. Pikirkan bagaimana cara mengatasi
terjadinya polusi udara. Kalau menghambat masuknya polutan ke udara, maka pelajari
bagaimana cara menghambatnya.
Skema di atas dapat pula dikembangkan lagi dengan meninjau tentang cara mengatasi dampak
polusi udara, yaitu global warming. Pembahasan harus dibatasi agar tak menyimpang dari judul
artikel atau tema. Karena temanya polusi udara, maka global warming hanya diulas sedikit saja.
Global warming sendiri dapat menjadi tema baru. Nah silakan mencoba untuk membuat
perencaaan sederhana. Kalau sudah membuat, silakan kosultasi di sini, Insya Allah saya akan
membantu. Setelah itu barulah pembelajaran tematik integratif dilaksanakan sesuai program
yang telah disusun. Insya Allah bermanfaat bagi pemula.
January 25, 2014 aplikasi, global warmimg, jenjang pendidikan, kehidupan sehari-hari, konsultasi,
pelajaran yang diampu, pembatasan materi, pembelajaran kimia SMP, pembelajaran tematik integratif,
penerapan, pikiran positif, polusi udara, secara bertahap, skema, tekad dan iat kuat, tema Leave a
comment
Dalam aktivitas sehari-hari seseorang selalu melakukan rutinitas baik di rumah maupun di luar
rumah. Rutinitas adalah kegiatan rutin seperti merawat rumah, belanja, sekolah, kuliah, bekerja
di kantor, atau yang lain. Ketika orang sedang melakukan kegiatan rutin, sering terjadi suatu
kejenuhan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Rasa jenuh mungkin disebabkan oleh aktivitas sama
yang dilakukan terus menerus tanpa adanya suatu perubahan yang berarti. Walaupun rutinitas,
sebaiknya kita sisipkan beberapa variasi non rutin. Insya Allah kita dapat terhindar dari
kejenuhan atau kebosanan.
Salah satu contoh rutinitas di atas, misal berbelanja. Ketika berbelanja, kita mungkin sudah
menentukan barang apa saja yang akan dibeli dan berapa dana yang diperlukan. Tentang jenis
barang yang akan dibeli, tentunya berdasar pada kebutuhan primer/sekunder . Biasanya kita
berpikir tentang prioritas, sehingga kualitas barang juga menjadi pemikiran. Seluruh keputusan
yang dilakukan sebelum berbelanja, mungkin dipertimbangkan sendiri atau bersama keluarga
atau pihak lain yang terkait. Berarti ketika seseorang berbelanja sesuatu, memerlukan pemikiran
yang terintegrasi.
Belanja merupakan suatu contoh tema dari kegiatan rutin. Ketika seseorang menggunakan
pikiran dan perasaan untuk mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan, maka
orang tersebut sebenarnya sedang belajar. Belajar atau pembelajaran memang terjadi kapan saja
di mana saja oleh siapa saja. Ingat tentang Long Life Education. Belajar terjadi sejak ruh
ditiupkan oleh Allah SWT hingga kita akan masuk ke liang kubur.
Contoh rutinitas berbelanja saja sudah menunjukkan bahwa kita melakukannya melalui
Pembelajaran Tematik Integratif. Sedangkan banyak hal yang kita lakukan setiap harinya. Ini
membuktikan bahwa setiap hari kita selalu belajar secara tematik integratif. berarti pada
dasarnya setiap individu selalu belajar tematik integratif. Jika pembelajaran di sekolah dilakukan
dengan sistem tematik integratif, tentunya sesuai dengan kebiasaan hidup. Insya Allah
pembelajaran ini akan sangat bermakna bagi anak didik. Banyak negara di luar Indonesia yang
melaksanakan pembelajaran jenis ini. Salah satu contohnya metode proyek sederhana, misal
menguji air minum.
Insya Allah pembahasan di atas bermanfaat bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Insya Allah
kurikulum 2013 mengacu pada pembelajaran tematik integratif. Karena pentingnya perhatian
terhadap pembelajaran tematik integratif, maka kalimat ini saya gunakan sebagai judul blog dan
sayapun telah memilih branding @gurutematik. Insya Allah tulisan-tulisan berikutnya dapat
bermanfaat bagi bangsa. Amin
drawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).
m Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
0 komentar:
Poskan Komentar
About me
Bella Rhea Lavifa
My name is Bella Rhea Lavifa Sanjaya. I was born on 8 July 1994. I live in Jember. My
hobby is listening music, creating song and sing a song ( although i know i still can't be a
good singer :D ). I like taylor swift, david cook, demi lovato, maroon5, evanescence,
geisha, sheila on 7, noah, and ungu
http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/01/pengertian-dan-
karakteristik.html
Rabu, 05 Januari 2011
Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Terpadu
13 komentar:
1.
Balas
2.
3.
apabila guru-guru SMP dilapangan benar-benar bisa mendesain pembelajaran IPA secara
terpadu akan sangat bermanfaat bagi siswa. siswa akan lebih memahami bahwa
sesungguhnya konsep-konsep dalam IPA itu tidak sepenuhnya terpisah-pisah namun
saling terkait dan saling melengkapi. dengan menerapkan pembelajaran terpadu siswa
akan lebih mudah untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh. tetapi
masalahnya, sebagian besar siswa Indonesia memiliki semangat belajar yang rendah,
sehingga perubahan kurikulum yang terus menerus terjadi di Indonesia belum
memberikan efek kemejuan yang signifikan dalam bidang pendidikan. apakah yang salah
dengan pendidikan yang ada di Indonesia ini? dan bagaimana cara yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indoesia yang kian menurun?
Balas
4.
Balas
Balasan
1.
Balas
5.
So difficult for the teacher to be a good teacher when using integrated science model. in
modelling and also in teaching.
Balas
6.
Balas
7.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu : berpusat
pada anak (student centered), proses pembelajaran mengutamakan pemberian
pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping
itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses
pembelajaran. Kecuali mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu juga memberikan
hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Salah satu keterbatasan yang menonjol dari pembelajaran terpadu adalah pada faktor
evaluasi. Pembelajaran terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya pada produk,
tetapi juga pada proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya berorientasi pada
dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada proses dampak pengiring
dari proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian pembelajaran terpadu menuntut
adanya teknik evaluasi yang banyak ragamnya.
Jadi, pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan
mengemukakan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.
Namun masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin kompleks.
Untuk itu para pendidik khususnya para guru di SD diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan mengembangkan model-
model pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya proses belajar mengajar di kelas
yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik.
Balas
Balasan
1.
Balas
8.
Balas
9.
beberapa tahun ini Indonesia sudah mulai menerapkan pembelajaran ipa terpadu,
Pembelajaran IPA terpadu menekankan pada pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui
proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau
berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry
skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan,
menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan,
mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru,
menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai
cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses
dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak
percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan,
memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Pada
pembelajaran ipa terpadu difokuskan pada siswa yang aktif. namun sangat jarang
sekolah-sekolah menerapkannya secara penuh....... terutama di pedesaan, yang mana
fasilitas yang belum memadai. Sehingga untuk melakukan pembelajaran ipa terpadu baik
dari segi pendidik, siswa maupun fasilitas yang ada harus siap.....
Balas
10.
Balas
11.
Balas
http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/01/ragam-model-pembelajaran-
terpadu.html
Menurut Fogarty dalam bukunya How to Integrate the Curricula, ada 10 macam model
pembelajaran terpadu, seperti : fragmented (penggalan), connected (keterhubungan), nested
(sarang), sequenced (pengurutan), shared (irisan), webbed (jaring laba-laba), threaded (bergalur),
integrated (terpadu), immersed (terbenam), dan networked (jaringan kerja). Model-model
tersebut dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut:
1. Fragmented (Penggalan)
Model Fragmented adalah model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata
pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara
satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda
dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan
tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan
pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.
Kelemahan model ini adalah siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama,
keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
Keunggulan model ini adalah guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang
keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam
setiap pengajaran.
2. Connected (Keterhubungan)
Model Connected adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk
menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu
keterampilan dengan keteramilan yag lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas
yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkna ide-ide yang dipelajari pada satu semester
berikutnya dalam satu bidang studi.
Keunggulan model ini adalah siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari
konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan,
memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Kelemahan model ini adalah guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk
menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya
atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
3. Nested (Sarang)
Model Nested adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran
yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya
memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses,
sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada satu
mata pelajaran saja. Tetapi materi pelajaran masih ditempatkan pada prioritas utama yang
kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. Model ini dapat digunakan bila guru
mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan
lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-
kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-
konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur.
Keunggulan model ini adalah kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain
memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata
pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang.
Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan
kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan
pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi
akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.
4. Sequenced (Pengurutan)
Model Sequenced adalah model pembelajaran yang topik atau unit yang disusun kembali dan
diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata
pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan
secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat
saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung.
Keunggulan model ini adalah dalam penyusunan urutan topik, guru memiliki keleluasaan untuk
menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum
dalam kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topic yang berhubungan dari
disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi dari mata pelajaran tersebut.
Kelemahan model ini adalah perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat
mengurutkan materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang ssatu dengan konsep yang
lainnya.
5. Shared (Irisan)
Model shared adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan
antara dua mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya
menciptakan satu fokus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara konsep
pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi
dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang, dimana tema memayungi dua mata
pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada
model sarang, sebuah tema hanya memayungi satu pelajaran saja.
Keunggulan model ini adalah dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi
lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep
dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.
Kelemahan model ini adalah untuk menyususn rencana model pembelajaran ini diperlukan
kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk
mendiskusikannya.
Model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.
Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema
disepakati, maka dikembangkan menjadi subtema dengan memperlihatkan keterkaitan dengan
bidang studi lain. setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas pembelajatran yang mendukung.
Keunggulan model ini adalah faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang
didasarkan pada minat siswa. Mereka dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang
berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan, kemudahan untuk lintas semester dalam
KTSP sangat mendukung untuk dapat dilaksanakannya model pembelajaran ini.
Kelemahan model ini adalah kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga
kurang bermanfaat bagi siswa. Selain itu seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi
atau konsep menjadi terabaikan. Perlu ada keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan
materi pelajaran.
7. Threaded (Bergalur)
Model Threaded adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang
menggantikan atau yang berpotongan dengan inti subyek materi. Misalnya untuk melatih
keterampilan berfikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari bagian materi yang
merupakan bagian dari problem solving. Seperti komponen memprediksi, meramalkan kejadian
yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya.
Keterampilan-keterampilan ini merupakan dasar yang saling berkaitan. Keterampilan yang
digunakan dalam model ini disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak
tumpan tindih.
Keunggulan model ini adalah konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada
perilaku metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di
masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Nilai lebih dari model
ini adalah materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni sehingga siswa yang mempunyai tingkat
pemikiran superor dapat memiliki kekuatan transfer pada keterampilan hidup.
Kelemahan model ini adalah hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan secara
eksplisit sehingga siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu
dengan yang lainnya. Guru perlu memahami keterampilan dan strategi yang digunakan siswa
agar dapat mengembangkan dirinya.
8. Integrated (Keterpaduan)
Model integrated adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar
bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara
menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling
tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran. Untuk membuat tema, guru harus menyeleksi
terlebih ahulu konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam satu tema untuk
memayungi beberapa mata pelajaran, dalam satu paket pembelajaran bertema.
Keunggulan model ini adalah siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan
timbal balik antar berbagai disiplin ilmu, memperluas wawasan dan apresiasi guru, jika dapat
diterapkan dengan baik maka dapat dijadikan model pembelajaran yang ideal di lingkungan
sekolah “integrated day”
Kelemahan model ini adalah sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan
yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait. Dibutuhkan banyak
waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari
tema.
9. Immersed (Terbenam)
Model immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam
satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain
Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada
kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa SD, SMP, maupun SMA dalam bentuk
proyek di akhir semester.
Keunggulan model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda
maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu
untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran
menjadi lebih terfokus dan siswa akan selalu mencari tahu apa yang menjadi pertanyaan baginya,
sehingga pengalamannya menjadi lebih luas. Model ini melatih kreatifitas berfikir siswa secara
bertahap dari jenjang SD hingga SMA. Bagi siswa kelas 4 SD model ini dapat dilaksanakan pada
hari HUT RI. Misalnya merancang sebuah pesawat terbang yang seimbang lalu dipamerkan.
Kelemahan model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan utnuk
mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu
untuk mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersususn secara
baik dan terencana sebelumnya.
Model networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli
dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang
disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari
berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman,
kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya
sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Keunggulan model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata
pelajaran secara mendalam dan sempit sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak
sengaja selama proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung.
Kelemahan model ini adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman
materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari
sumber.
20 komentar:
1.
Balas
2.
3.
bapak, ini kan yang telah saya pelajari dari buku yang sesuai dikembangkan di Indonesia
yaitu connected, webbed dan integrated.
nah sekarang saya lebih tau apa model keterpaduan yang lain.
tetapi saya bingung "apa perbedaan dari connected dan shared secara spesifiknya pak?"
disini disebutkan bahwa apabila connected kan keterpaduan antar topik, berarti itu untuk
1 mata pelajaran ya pak?
dan yang shared itu kan untuk 2 mata pelajaran, berarti yang integrated untuk yang lebih
dari 2 ya pak?
terima kasih pak
Balas
4.
Rizka, dari gambarnya saja kita bisa mendapatkan gambarannya. conected itu hanya
disinggolkan saja sehingga bidang yang satu materinya lebih sedikit dari bidang yang
lainnya sementara itu shared diiriskan jadi hampir seimbang cakupan materi bidang yang
satu dengan materi bidang yang lainnya..
Balas
5.
bapak, pada semester 3 kita sudah mempelajari model keterpaduan IPA yaitu connected,
webbed,dan integreded. saya kurang mengerti tentang perbedaan integrated dan webbed.
pak apakah pada integrated itu materi yang dipadukan maksimal 4?
Balas
6.
Luthfia18 April 2011 19.40
Balas
7.
Balas
8.
Webbed lebih dikenal orang dengan pembelajaran tematik,jadi tema sentral dan tema-
tema pendukungnya menjadi pijakan utama kita dalam memadukan berbagai bidang
kajian.
Integreted adalah pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai bidang kajian, sehingga
materi dari bidang-bidang yang dipadukan sudah melebur. Sebenarnya untuk IPA, model
ini sangat ideal tapi sulit menerapkannya. Anda tentu pernah menjumpai soal IPA terpadu
pada waktu mengikuti SNMPTN, begitulah gambarannya. bacaan yang disajikan benar-
benar telah didukung oleh berbagai bidang kajian.
Sequenced (pengurutan), implementasinya adalah masing-masing bidang (guru bidang
studi)mengurutkan topik materi yang akan diajarkan sehingga penyajian materi mada
masing-masing bidang tersebut saling terkait. jadi pengajarnya tetap guru bidang studi
masing-masing (diajarkan secara paralel), tetapi materi yang disajikan saling terkait.
Balas
9.
Di Indonesia, model integrated ini merupakan salah satu model pembelajaran IPA
Terpadu yag sering digunakan.
Bapak,saya pernah membaca bahwa model integrated itu bisa menghasilkan SK dan KD
baru dalam pembelajaran. Mengapa bisa demikian,mohon dijelaskan...
Balas
10.
jadi disini perbedaannya terletak pada komposisi materinya pak tidak dari segi jumlah
mata pelajaran yang di gabungkan?
menurut buku yang saya baca connected itu untuk menghubungkan satu konsep dengan
konsep lain, satu topik dengan topik lain, dsb, "intinya : memadukan konsep dalam 1
mata pelajaran"
nah, saya bingung pak..
berarti yang connected itu ada mata pelajaran yang dominan?
Balas
11.
Rizka, Conected itu masih berpegang pada bidang utama (mapel utama). Misalkan kita
akan menyampaikan topik "Panas" di bidang fisika yang dalam pembahasan tersebut ada
subtopik "global warming". Nah ketika kita membahas "global warming" tersebut, kita
tentu akan membahas penyebabnya diantaranya polusi, kerusakan hutan dsb yang kita
conectedkan dengan pembahasan utam. namun demikian kita masih mengajar dalam
bidang fisika.
Nurul, idealnya kurikulum itu dikembangkan oleh satuan pendidikan masing-masing
sehingga mungkin saja muncul SK-KD baru. Masalahnya SK-KD yang ada itu harus
dilaksanakan karena sebagai standar minimal yang harus dicapai. Kalau kita dapat
mengembangkan SK-KD baru tanpa mengabaikan SK-KD seperti standar yang sudah
ditetapkan (standar isi)tentunya sangat diharapkan
http://suaidinmath.wordpress.com/2011/09/26/pelaksanaan-model-
pembelajaran-terpadu-di-sekolah-madrasah/
PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU DI SEKOLAH
& MADRASAH
Perencanaan pembelajaran terpadu adalah gambaran umum atau proyeksi kegiatan yang
akan dilakukan oleh guru selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Fungsi
perencanaan antara lain adalah sebagai acuan atau pedoman operasional pembelajaran,
agar proses pembelajaran dapat berjalan secara logis dan sistematis mengintegrasikan
berbagai komponen dan sumber pembelajaran untuk tercapainya tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisien. Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, bahwa perencanaan atau program pembelajaran meliputi
dua jenis yaitu: silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian setiap
model pembelajaran yang diterapkan termasuk model pembelajaran terpadu melalui dua
tahap perencanaan tersebut.
1. Silabus Pembelajaran Model Terpadu
Ciri utama pembelajaran terpadu adalah adanya keterkaitan antara beberapa materi
pembelajaran baik intra maupun antar mata pelajaran, antar semester dan antar
kelas. Oleh karena itu pembuatan silabus untuk model pembelajaran terpadu harus
mencerminkan adanya hubungan atau keterpaduan dari beberapa kompetensi dasar
yang diintegrasikan. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut
dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan pokok-pokok/uraian materi yang
harus dipelajari siswa ke dalam rincian kegiatan dan strategi pembelajaran,
kegiatan dan strategi penilaian, dan alokasi waktu per mata pelajaran per satuan
pendidikan dan per kelas.
Secara teknis tahap-tahap kegiatan dalam mengembangkan silabus model pembelajaran
terpadu dapat dilakukan melalui tahap kegiatan sebagai berikut:
a. Pemetaan kompetensi dasar; yaitu menganalisis kompetensi dasar dari setiap mata
pelajaran pada kelas dan semester yang sama.
b. Merumuskan indikator; yaitu menetapkan sejumlah ciri atau tanda yang
menggambarkan rumusan kualifikasi kemampuan belajar yang spesifik dari setiap
kompetensi dasar (KD).
c. Menetapkan tema; yaitu membuat tema atau topik yang akan mempersatukan setiap
kompetensi dasar yang diintegrasikan.
d. Dalam menentukan tema harus mempertimbangkan beberapa hal antara lain, tema
harus menarik perhatian siswa, sesuai dengan tingkat kemampuan berfikir (frame
work) siswa, sesuai dengan minat siswa, tema diusahakan agar disesuaikan dengan
masalah, situasi dan kondisi di daerah (currently).
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Terpadu
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang
ditetapkan. Seluruh isi dan proses rencana pelaksanaan pembelajaran harus
07_Model kurikulum di daerah khusus bencana alam-2007
9
mencerminkan proses keterpaduan dan diarahkan pada upaya mencapai kompetensi
dasar yang ditetapkan secara terpadu.
Unsur-unsur pokok dalam rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi: identitas mata
pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), Indikator, Materi
Pembelajaran, Kegaiatan Pembelajaran, Alat/Media/Sumber Pembelajaran, Evaluasi.
B. Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
Pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan implementasi dari perencanaan yang telah
dibuat sebelumnya. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara siswa dengan
lingkungan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sesuai dengan model
yang dikembangkan yaitu model pembelajaran terpadu, maka proses pembelajaran yang
dilakukan harus sesuai dan mencerminkan pembelajaran secara terpadu (integrasi). Dalam
PP no. 19 tahun 2005, bahwa pembelajaran harus dilaksanakan secara aktif, komunikatif,
efektif, dan menyenangkan (PAKEM)
Secara sistematis pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran terpadu pada dasarnya
sama dengan kegiatan pembelajaran pada umumnya. Perbedaanya terletak pada aktivitas
atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam setiap tahap kegiatan. Dalam pembelajaran
terpadu harus mencerminkan hakikat dari pembelajaran terpadu itu sendiri.
Adapun langkah umum yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran terpadu
meliputi 3 tahap kegiatan yaitu:
1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal pembelajaran dilakukan dengan tujuan untuk mencip-takan kondisi
siap belajar pada siswa. Kesiapan tersebut baik dari segi perhatian, motivasi, fisik,
mental maupun sosial dan emosionalnya agar tertuju pada aktivitas pembelajaran
yang akan dilakukan.
Secara spesifik strategi pelaksanaan kegiatan awal pembelajaran terpadu dapat
dilakukan melalui cara sebagai berikut:
a. Menjelaskan secara umum model pembelajaran yang akan dilaksanakan, karena
mungkin berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran yang biasa dilakukan
b. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai serta kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan
c. Menginformasikan topik yang akan menjadi pusat pembelajaran bagi peserta didik
dan dilanjutkan dengan curah pendapat (brainstorming) untuk memancing respon
peserta didik
2. Kegiatan Inti
Merupakan suatu kegiatan yang paling penting dalam suatu proses pembelajaran,
dimana seorang pendidik sebaiknya memahami dengan baik situasi dan kondisi yang
dihadapinya dalam suatu proses pembe-lajaran, sehingga informasi dapat diserap
dengan baik oleh peserta.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi dalam
melaksanakan model pembelajaran terpadu, antara lain:
a. Menyampaikan stimulus (stimulating) baik dengan contoh maupun ilustrasi terkait
dengan tema untuk mendorong siswa aktif berpikir
b. Urutan penyampaian materi, dengan menggunakan tahapan berpikir yang tepat,
dari mudah ke sulit, dari sederhana ke komplek dan lain sebagainya.
07_Model kurikulum di daerah khusus bencana alam-200
c. Melakukan proses klarifikasi (clarifying) untuk menindaklanjuti berbagai temuan
dan respon dari siswa terkait dengan konsep, gagasan atau ide yang muncul
dikaitkan dengan tema pembelajaran
d. Penekanan integrasi (redirecting) yaitu upaya untuk melakukan proses penyatuan
kembali pemahaman peserta didik terutama kaitan antar setiap konsep yang
bterdapat pada setiap kompetensi dasar dan hubungannya dengan tema
pembelajaran.
Setelah melihat pada kondisi dan situasi yang ada, selanjutnya seorang pendidik perlu
melakukan beberapa teknik pembelajaran yang tepat yang mampu menciptakan
suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan tanpa menghilangkan makna
dari tujuan pembelajaran terpadu yang akan di capai dengan memperhatikan pula
karakteristik peserta didik yang terkena bencana alam.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang guru dalam melaksanakan kegiatan inti
pembelajaran antara lain:
a. Menumbuhkan minat dan tuntunan berpikir siswa dengan mengajukan beberapa
jenis pertanyaan dasar dan lanjutan yang relevan
b. Menumbuhkan dan menciptakan interaksi belajar yang positif antara siswa dengan
siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungan
c. Selalu memberikan penguatan – penguatan positif yang mampu memelihara
motivasi siswa dalam belajarnya serta menumbuhkan rasa percaya diri
d. Dalam memberikan penguatan lakukan dengan berbagai variasi (verbal maupun
non verbal)
e. Memberikan bimbingan dan pengarahan dengan kehangatan dan keantusiasan
3. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir merupakan kegiatan untuk mengakhiri pembelajaran yang dilakukan
oleh seorang pendidik untuk menyimpulkan dengan tujuan antara lain :
a. Memusatkan perhatian siswa pada akhir pelajaran
b. Merangkum persoalan yang baru dibahas
c. Mengkonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal pokok dalam pelajaran
d. Mengorganisasikan semua kegiatan yang telah dipelajari siswa menjadi satu
kebulatan yang bermakna
e. Melakukan unjuk kerja sesuai dengan proses dan pengalaman belajar peserta didik
f. Melakukan kegiatan evaluasi
C. Beberapa ketentuan umum pelaksanaan pembelajaran terpadu
Agar setiap tahap kegiatan model pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan secara tepat,
perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum berikut ini:
• Efektivitas dan Efisiensi; yaitu proses pembelajaran terpadu harus diupayakan untuk
memberikan pengelaman belajar secara menyeluruh, konstekstual dan bermakna bagi
siswa.
• Keterlibatan Siswa; yaitu proses pembelajaran secara terpadu harus memfasilitasi
siswa agar lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam melakukan proses pembelajarannya
dengan memanfaatkan sumber belajar secara luas dan bervariasi.
• Keterpaduan materi pembelajaran; yaitu proses pembelajaran hendaknya
mengintegrasikan beberapa materi atau konsep dari setiap mata pelajaran, dan
berbagai sumber informasi yang terkait.
07_Model kurikulum di daerah khusus bencana alam-2007
11
• Keterpaduan proses penyampaian; yaitu menggunakan berbagai pendekatan, multi
metode, media serta kegiatan yang menantang, menyenangkan dan dapat
menumbuhkan prakarsa bagi siswa.
• Keterpaduan pengalaman belajar; melalui pembelajaran terpadu hendaknya dapat
memberikan pengalaman yang menyeluruh bagi siswa baik kemampuan konsep
teoritis maupun keterampilan praktis.
• Relevansi Efistemologis; yaitu komunikasi pembelajaran harus disesuaikan dengan
karakteristik materi yang dipelajari, dan dapat membangun keaktipan belajar siswa.
• Relevansi Psikologis; yaitu proses pembelajaran harus disesuaikan dengan hakikat
peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok
• Relevansi Sosial dan Moral; yaitu pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kondisi dan situasi yang ada, baik dari segi lingkungan fisik, sosial, budaya atau
kultur, dan aspek-aspek lain yang terkait.
• Relevansi religi; yaitu pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan hakikat peserta
didik sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa sehingga terbentuk manusia yang
berahlak mulia.
07_Model kurikulum di daerah khusus bencana alam-2007
Kesimpulan
1. Model pembelajaran di daerah bencana alam melalui model pembelajaran terpadu adalah
merupakan sebuah contoh alternatif pemberian layanan pembelajaran lepada peserta didik
pada jenjang pendidikan menengah yang meliputi Sekolah Menengah Atas (SMA)/
Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK).
2. Model pembelajaran ini dikembangkan tidak untuk semua mata pelajaran atau materi
pelajaran secara keseluruhan, Namur hanya mencakup beberapa mata pelajaran dan
kompetensi dasar yang memiliki hubungan atau memiliki keterkaitan saja.
3. Penerapan model pembelajaran ini sebagai alternatif model pembelajaran di daerah
bencana alam dalam prosesnya dapat dikembangkan oleh masing-masing satuan
pendidikan seperti kompetensi dasar, tema/ topik, dan materi untuk di sesuaikan dengan
masalah, situasi, dan kondisi di daerah bencana alam.
4. Melalui model pembelajaran ini, diharapkan dapat menumbuhkan semangat juang dan
motivasi baik terhadap guru, kepala sekolah dan masyarakat di daerah bencana alam
untuk tetap memberikan layanan pembelajaran yang terbaik dan bermakna serta dapat
menghilangkan kesedihan kepada peserta didik di daerah bencana alam.
B. Reskomendasi
1. Agar model pembelajaran di daerah bencana alam ini dapat diketahui dan dipahami baik
oleh guru, kepala sekolah, ahli pendidikan, masyarakat dan sebagainya maka harus segera
disosialisasi baik melalui media elektronik maupun dengan cara mengirim staf Pusat
Kurikulum, Badan Pengembangan dan Penelitian – Departemen Pendidikan Nasional ke
berbagai daerah-daerah di seluruh wilayah Indonesia yang terkena bencana alam.
2. Agar dalam pelaksanaannya model pembelajaran di daerah bencana alam ini dapat
diterapkan tanpa mendapat hambatan, maka Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan
Pengembangan – Departemen Pendidikan Nasional harus segera melaksanakan Pelatihan
terhadap guru-guru di daerah-daerah bencana alam di seluruh wilayah Indonesia.
07_Model kurikulum di daerah khusus bencana alam-2007
13
KEPUSTAKAAN
Sri Anitah, 2003. Pembelajaran Terpadu: Paradigma Konstruktivistik dalam Rangka
Pengembangan Kecerdasan Ganda. Pidato Pengukuhan Guru Besar FKIP UNS.
Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Suparman, Atwi, M. 2001. Desain Instruksional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas
Instruksional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sutrijat, Sumadi, 1999, Geografi 1 Sekolah Menengah Umum Kelas 1, Jakarta : Dian Rakyat
Sunaryo, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fajar, Arnie, 2002, Portofolio dalam pelajaran IPS, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Zais, Robert. S (1976). Curriculum, Principles and Foundation, Harper & Row, Publisher,
New York: Hagerstown San Francisco – London
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 22 dan 23 tahun 2006.
Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 amandemen keempat, pasal 31, ayat 2
tentang pendidikan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Undang Undang Republik Indonesia Nomor.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
07_Model kurikulum di daerah khusus bencana alam-2007
14
ptajayawardana.blogspot.com/2012/10/10-model-pembelajaran-sains-
terpadu.html
Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran
saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran tentang menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan
berbahasa. Dalam proses pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-
pisah pada jam yang berbeda-beda.
Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu melalui Kurikulum Terpadu dalam
Satu Disiplin Ilmu, mengatakan bahwa pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu fragmented
terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar siswa setelah menempuh pembelajaran satu kurun
waktu tertentu memiliki kemampuan atau kecakapan tertentu. Kelebihan pembelajaran model ini
adalah siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, ia ahli dan
terampil dalam bidang tertentu. Sedangkan kekurangannya adalah Ia belajar hanya pada tempat dan
sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan atau integrasi dengan konsep sejenis.
2. Model Keterhubungan (Connected)
Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan
pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur, membaca dan
mengarang misalnya, dapat dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan
butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan
bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut
tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses
pembelajarannya secara terpadu.
Kelebihan yang diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan antar ide-ide
dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang
dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan
mengasimilasi gagasan secara bertahap. Kekurangan dalam model ini, model ini belum memberikan
gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata
pelajaran lain.
Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi
sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan
mengarang puisi. Penanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal ini ditunjukkan oleh
kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.
Kelebihan model ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam
pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu
saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas.
Kekurangannya adalah apabila taanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan
yang menjadi targget dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran
menjadi kabur.
Kelebihannya yaitu dengan menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat
mengutamakan prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku
teks, membantu siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna. Sedangkan
kekurangannya yaitu diperlukkan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang terlibat
dalam content area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini.
Kelebihannya yaitu lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju secara
penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu
serupa yang saling tumpang tindih akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam.
Sedangkan kekurangannya yaitu model integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen
pasangan untuk bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikula yang tumpang tindih
secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.
Selanjutnya, model yang paling populer adalah model webbed. Model ini bertolak dari
pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema
dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata
pelajaran.
Kelebihan dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan
pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni, dan siswa dapat belajar
bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era
globalisasi. Sedangkan kekurangan yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan
sehingga secara eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu
dengan yang lainnya.
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda,
tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam mata
pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak
membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya
Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran.
Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan
Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan
yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari
berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik
dikembangkan di SD.
Kelebihan dari model ini yaitu siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-
macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses diimplementasikan, pendekatan belajar
yang lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpadu (integrated day) secara eksternal dan untuk
keterpaduan belajar untuk fokus internal. Selain itu model ini juga mendorong motivasi murid.
Sedangkan kekurangan yaitu model ini sulit dilaksanakan secara penuh; membutuhkan keterampilan
tinggi,percaya diri dalam prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang menembus secara urut dari
mata pelajaran; dan membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar
bersama.
Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai
pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar
pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Kelebihan dari model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang
berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu
untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kekurangan
dari model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan
proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar.
Sumatera Barat
https://taufiksabirin.wordpress.com/2009/07/13/pembelajaran-tematik/
A. PENDAHULUAN
Ada kecendrungan pemikiran dewasa ini bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa
yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, seperti
keberhasilan dalam menyelesaikan ujian dan memenangkan lomba cerdas cermat,
yang hanya membutuhkan pengetahuan sesaat. Tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang. Anak tidak mampu
mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya dibangku sekolah kedalam dunia
nyata pada kehidupan kesehariaannya.
Bank Dunia ( 1998 ) melaporkan tentang hasil pengukuran indikator mutu secara
kuantitatif pada Sekolah Dasar (SD) di beberapa negara Asia. Hasilnya menunjukan
bahwa hasil tes membaca murid kelas IV SD, Indonesia berada pada peringkat
terendah di Asia Timur, berada dibawah Hongkong 75,5% Singapura 74 %, Thailand
65,1 %, Filipina 52,6 % dan Indonesia 51,7 %. Dari hasil penelitian ini disebutkan pula
bahwa para siswa di Indonesia hanya mampu mengusai 30 % dari materi bacaan yang
dibacanya. Siswa Sekolah Dasar ( SD ) Indonesia mengalami kesulitan menjawab soal-
soal bentuk uraian yang memerlukan penalaran. Derektoran Pendidikan TK dan SD
Departemen Pendidian Nasional tahun 2000/2001 melaporkan bahwa rata-rata daya
serap kurikulum secara nasional masih rendah, yaitu 5,1 untuk lima mata pelajaran.
Kondisi ini menunjukan bahwa reformasi dalam dunia pendidikan nasional kita sudah
menjadi suatu keharusan dan tidak bisa ditunda lagi, terutama pada jenjang pendidikan
dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan pada jenjang
selanjutnya. Reformasi ini harus dilaksanakan secara menyeluruh, baik sistem
pendidikan secara nasional ataupun pelaksana teknis dilapangan. Guru sebagai orang
yang berada dilini terdepan dalam pelaksanaan proses pembelajaran disekolah harus
mampu mengabgred dirinya. Sebagus apapun kurikulum dan selengkap apapun fasiltas
tidak akan berarti apa-apa jika berada ditangan guru yang tidak kompeten dan
profesional.
Pendidikan dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan pada jenjang
selanjutnya, haruslah mampu berfungsi mengembangkan potensi diri peserta didik dan
juga sikap serta kemampuan dasar yang diperlukan peserta didik untuk hidup dalam
masyarakat, terutama untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam masyarakat,
baik dari sisi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial maupun budaya ditingkat lokal
ataupun global. Kemampuan dasar yang harus dimiliki peserta didik dan menjadi tujuan
utama dalam pembelajaran di Sekolah Dasar ( SD ) adalah, kemampuan membaca,
menulis dan berhitung atau seringkali disebut dengan istilah ”the 3Rs”
Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan
dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman lansung
dan nyata yang menghubungkan antar konsep-konsep dalam intra maupun antar mata
pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran
tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk
pembuatan keputusan.
Jacob (1989) dan fogarty (1991) berpendapat bahwa wujud penerapan pendekatan
integratif (PI) itu bersifat rentangan ( continuum ). Jacob menggambarkannya sebagai
berikut :
Gambar 1.
Rentang
penerapan
pendekatan integratif menurut Jacob (1989) dan
Fogarty (1991).
Bertolak dari konsep PI yang dianut Jacob tersebut Fogarty (1991) menyatakan bahwa
ada 10 model integrasi pembelajaran (pembelajaran tematik) yaitu : fragmented model,
connected model, nested model, sequenced model, shared model, webbed model,
threaded model, integrated model, immersed model and networked model. Model-
model ini merentang dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, mulai dari
keterpaduan konsep-konsep dalam satu mata pelajaran sampai keterpaduan konsep-
konsep antar mata pelajaran.
Dari ke 10 model yang dikemukakan oleh Fogarty tersebut, hanya 3 model yang
digunakan pada kurikulum PGSD yaitu: connected model, webbed model dan
integrated model ( Tim Pengembangan PGSD 1997 : 4-5 ).
Model pembelajaran ini menyajikan hubungan yang eksplisit didalam suatu mata
pelajaran yaitu menghubungkan satu topic ke topic yang lain, satu konsep ke
konsep yang lain, satu keterampilan ke keterampilan yang lain, satu tugas ke
tugas berikutnya. Pada pembelajaran tematik model ini kunci utamanya adalah,
adanya satu usaha secara sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam
satu disiplin ilmu. Keunggulan dari model pembelajaran ini adalah siswa
memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep, sehingga
transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok
dikembangkan terus menerus.
Contoh :
Siswa dan guru menentukan tema misalnya air. Maka guru-guru mata pelajaran
dapat mengajarkan tema air itu kedalam sub-sub tema, misalnya: siklus air,
kincir air, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata
pelajaran-mata pelajaran, matematika, IPA, IPS, agama dan Bahasa.
Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang
diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya:
matematika, IPA, IPS, Agama dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberpa konsep,
keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan
tompang tindih di antara berbagai mata pelajaran tersebut. Keuntungan dari
model ini adalah peserta didik mudah menghubungkan dan mengaitkan materi
dari beberapa mata pelajaran itu.
Surya (2002:84) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalam individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Apa
bila pemahaman guru tentang belajar adalah proses memperoleh tingkah laku secara
keseluruhan, maka proses pembelajaran yang terjadi suatu kesatuan yang
mengandung berbagai persoalan untuk dipahami oleh peserta didik secara keseluruhan
dan terpadu.
Secara umum pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki tiga tahapan, yakni tahapan
perencanaan, tahapan pelaksanaan dan tahapan evaluasi.
Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain yaitu : tema yang dipilih
berdasarkan konsensus antar siswa, misalnya dari buku-buku bacaan,
pengalaman, minat, isu-isu yang sedang berkembang ditengah-tengah
masyarakat. Hal ini membutuhkan sarana dan prasarana yang menunjang serta
sumber belajar yang tersedia, dan juga harus memperhatikan tingkat
perkembangan peserta didik.
a. tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi didalam satu maupun
beberapa mata pelajaran.
b. tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
terpadu dalam materi pembelajaran, prosedur penyampaian, serta
pemaknaan pengalaman belajar oleh peserta didik.
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya dijadikan
dasar untuk penyusunan silabus. Komponen silabus menurut Permendiknas
No.41 tahun 2008 tentang standar proses mencakup SK, KD, indikator
pencapaian kompetensi, materi esensial, KKM, kegiatan pembelajaran, alokasi
waktu, sistem penilaian, alat bantu belajar, media dan sumber belajar. Permen
22 tahun 2006 tentang standar isi menuntut adanya tugas terstruktur dan tugas
tidak terstruktur dalam pelaksanaan proses pembelajaran maka kedua system
tugas tersebut diakomodir dalam merumuskan silabus.
c. Training properties, segala sesuatu yang berhungan dengan sifat yang dimiliki
pendidik, seperti sikap pendidik terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi
pendidik, baik dalam kemampuan pendidik mengelola kegiatan pembelajaran,
maupun kemampuan pendidik menguasai materi pembelajaran.
F.PENUTUP.
Persoalan yang paling serius yang dihadapi oleh dunia pendidikan kita dewasa ini
adalah persoalan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Belum standarnya
kompetensi yang dimiliki banyak guru, rendahnya tingkat profesionalitas, rendahnya
motivasi kerja, ketidak mampuan guru mengabgret dirinya, dan belum bangganya
seorang guru memiliki profesi guru. Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah,
seperti: sertifikasi guru, pendidikan dan pelatihan dan melahirkan UU guru dan dosen,
tetapi semuanya hilang bak ditelan malam.
Dilain pihak guru adalah orang yang berada dilini terdepan dalam proses pendidikan
dan pembelajaran di sekolah. Sebagus apapun kurikulum, selengkap apapun fasilitas,
jika berada ditangan guru yang tidak profesional tidak akan bermakna apa-apa.
Apabila hari ini kita ditentukan oleh masa lalu, apakah masa depan kita masih akan
ditentukan oleh masa lalu ?. Wilayah cakupan apa yang kita pikirkan dan kita kerjakan
dibatasi oleh apa yang tidak kita ketahui. Dan karena itu tidak berhasil mengetahui apa-
apa yang tidak berhasil kita ketahui, hanya sedikit hal yang dapat kita lakukan terhadap
perubahan; sampai kita mengetahui bagaimana kegagalan untuk mengetahui itu
membentuk pikiran dan perbuatan kita.
Peningkatan mutu pendidikan harus kita mulai hari ini dan dari diri kita sendiri, kalau
tidak kita akan digilas oleh pikiran dan angan-angan kita sendiri, dan ia akan makin jauh
meninggalkan kita, tampa mungkin kita kejar hanya dengan merenung dan berangan-
angan. Mari kita berbuat dan berbuat sebagai warisan untuk anak-cucu kita kelak
dikemudian hari
Wassalam
Taufik Sabirin.
KEPUSTAKAAN
Hadisubroto, Tisno. 1998, Buku Matri Pokok Pembelajaran Terpadu Modul 1 sampai
dengan 6. Jakarta : Universitas Terbuka Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Olivia, P.F. 1997 Developing the Curriculum. Third Edition. New York, NY : Harper
Collins Publisher, Inc.
1. PEMBELAJARAN TERPADU
Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum terpadu) atau
integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning
(pembelajaran). Pada pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau pembelajaran terpadu atau
pendekatan terpadu dapat dipertukarkan, seperti dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru besar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr.
Sri Anitah Wiryawan, M.Pd.(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) “kurikulum terpadu adalah suatu
pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata
pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode
pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai.
Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling
dipertukarkan.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra matapelajaran maupun antar matapelajaran. Dengan
adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh
sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa
pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajaran
melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata
pelajaran maupun antar mata pelajaran.Jika dibandingkan dalam konsep konvensional, maka
pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga
siswa terlibat aktif
dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan
bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini
diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu
pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam
mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang
cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada
dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan
keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif
mencari. Menggali, dan manemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang
harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
Pembalajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi,
3. Menumbuh kembangkan sikap positif, kebiasaanbaik, dan nilai-nilai luhur yang
diperlukan dalam kehidupan.
4. Menumbuh kembangkan keterampilan social seperti kerjasama, toleransi, komunikasi,
serta menghargai pendapat orang lain.
5. Meningkatkan minat dalam belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan
memadukan materi-materi dari mata pelajaran-mata pelajaran.
2. Integrasi materi/matapelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan
pembelajaran. Dalam 1 kegiatam pembelajaran siswa belajar berbagai
mata pelajaran misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya
dilakukan dengan memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut
tematik unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar.
Sedangkan tema dasar merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan siswa
berdasarkan kajian keseharian yang dialami siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang
ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang
disebut unit
tema(subtema).
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran terpadu yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
Pemilihan tema ini dapat datang dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang studi dan
siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah siswa memilih unit
tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-
materi pada pokok bahasan pada setiap matap elajaran yang terdapat padu kurikulum.Tema dapat
juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu :tema yang dipilih merupakan consensus antar
siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di
masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai dengan
tingkat perkembanagn siswa.
2) Curah pendapat
Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu atau
beberapa matapelajaran.
Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu dalam
materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar oleh para
siswa.
Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas perkembangan
berpikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Tema harus bersifat cukup problematic atau popular sehingga membuka kemungkinan
luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang mengandung substansif yang
lebih luas yang apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa.
Langkah perencanaan aktivitas disini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan aktivitas, dan
perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu meliputi berikut ini :
c. Kontrak belajar
Model webbed merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai dasar
pembelajaran. Model pembelajaran ini memadukan multi disiplin ilmu atau berbagai mata
pelajaran yang diikat oleh satu tema (Robin F.1991). Pada dasarnya menggunakan pendekatan
tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema
yang ditetapkan dapat dipilih antara guru dengan siswa atau sesama guru atau siswa sendiri.
Setelah tema telah disepakati maka dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan
memperhatikan kaitannya dengan matapelajaran yang lain.
Dari sub-sub tema ini direncanakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. keuntungan
dari model pembelajaran terpadu ini bagi siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang
utuh tentang kegiatan dari ilmu-ilmu yang berbeda. Contoh: Siswa dan guru memnentukan tema
misalnya air, maka guru-guru matapelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub
tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang
tergabung dalam matapelajaran matematika, IPS, IPA.
Apakah Model Webbed Itu? Kurikulum Webbed yang mewakili pendekatan tematik adalah
pendekatan subjek. Secara khusus pendekatan tematik ini untuk pengembangan kurikulum
dimulai dengan satu tema seperti “transportasi” atau “penemuan-penemuan.” Satu team
department yang berseberangan telah membuat keputusan ini, menggunakan tema tersebut
sebagai satu lapisan untuk subjek yang berbeda; penemuan memimpin satu studi mesin yang
simple dalam bidang ilmu pengetahuan, bacaan dan penulisan tentang para penemu dalam seni
bahasa, rancangan dan model bangunan dalam industri seni, lukisan dan pembelajaran Rube
Goldberg kontrapsi dalam Matematika, pembuatan kartu flow dalam kelas teknologi computer.
Dalam jaringan yang lebih rumit, unit pembelajaran yang berbelit-belit dapat dikembangkan
dalam integrasi yang terjadi dalam semua daerah yang sesuai.
Terlihat seperti apakah Webbed itu? Di situasi yang berhubungan dengan departmen,
pendekatan kurikulum webbed untuk pengintegrasian sering menerima melalui penggunaan satu
generic yang adil tapi tema yang subur seperti “pola” atau “lingkaran”. Konsep tema ini
menyediakan kemungkinan yang kaya untuk dapat melekat dalam penyebaran berbagai disiplin.
Konsep tema yang sama seperti pola atau konflik menyediakan kesuburan tanah bagi
penyeberangan-berbagai disiplin ilmu, model dasar dapat juga menggunakan satu buku atau satu
jenis buku sebagai topik, untuk secara tematik menggorganisasikan kurikulum mereka. Sebagai
contoh, cerita rakyat atau dog stories (cerita anjing) dapat menjadi katalisis untuk kurikulum
webbed.
Kedengaran seperti apakah webbed itu? Ketika mencari sebuah tema, team guru biasanya
memulai dengan perolehan ide yang seperti interaksi yang sungguh-sungguh, percakapan, dan
dialog dengan seluruh rekan: “Bagaimana dengan yang ini?” “Bagaimana menurut kamu tentang
ini?” “Mari kita membuat brainstorm (kerangka) satu daftar panjang. Saya tidak ingin
menggunakan yang pertama kali kita pikirkan harus dilakukan. “Mungkin kita harus bertanya
pada anak-anak untuk ide mereka.” “Saya mempunyai beberapa daftar dari tema ide-ide dari satu
workshop.” “Yeah, tapi kita harus melihat daftar tersebut dengan seksama dan
membandingkannya dengan beberapa criteria. Saya mempunyai ’kriteria disini.” Dan juga
berjalan karena mereka menggali kemungkinan dan merancang arahan untuk pencapaian satu
keputusan.
Pembelajaran ini akan terjadi antara lain jika kejadian yang wajar/eksplorasi suatu topik
merupakan inti dalam pengembangan kurikulum. Dengan berperan aktif dalam eksplorasi
tersebut siswa akan mempelajari materi ajar dan proses melalui bidang studi dalam waktu
bersamaan. Dalam model pembelajaran ini guru memilih tema yang sama atau hampir sama dari
beberapa standar kompetensi dengan lintas mata pelajaran atau pada bidang studi yang berbeda.
Misal PKN dengan IPS, IPA, Matematika, Seni dan Bahasa Indonesia. Lebih jelasnya silakan
memperhatikan contoh Webbed di bawah ini.
Matematik
Garis biliangan
BI
A
Tema Pengalaman
Pada model ini guru menyajikan pembelajaran dengan tema dan sub tema yang disepakati dan
dihubungkan dengan antar pelajaran. Sehingga siswa memperoleh pandangan hubungan yang
utuh tentang kegiatan dari mata pelajaran yang berbeda-beda. Menurut Tisno (1998) dalam
pembelajaran terpadu model webbed, pelajaran dimulai dari suatu tema. Tema diramu dari
pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan dari beberapa mata pelajaran yang dijabarkan
dalam konsep, ketrampilan atau kemampuan yang dikembangkan dan didasarkan atas situasi dan
kondisi kelas/sekolah/guru dan lingkungan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring laba-laba sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan tema utama dan tema lain yang telah dipilih dari beberapa standar
kompetensi lintas mata pelajaran/bidang Studi.
2. Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih, misalnya tema matematika, kesenian,
bahasa dan IPS yang sesuai dengan tema utama yang telah ditetapkan.
3. Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas.
4. Guru memilih konsep atau informasi yang bisa mendorong belajar siswa dengan
pertimbangan lain yang memang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu.
Pada dasarnya pembelajaran terpadu model Webbed mengikuti tahap-tahap yang dilakukan
dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi 3 tahap yang dapat dilihat dalam tabel berikut:
1. Peyeleksiaan tema sesuai dengan minat maka akan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Lebih mudah dilakukan oleh yang kurang atau belum berpengalaman
3. Dapat memotivasi siswa, membantu siswa untuk melihat keterhubungan antar gagasan.
4. Pendekatan tematik atau model webbed menyediakan satu payung yang dapat dilihat dan
memotivasi siswa.
5. Memberikan kemudahan bagi siswa untuk melihat bagaimana perbedaan aktifitas dan
ide- ide berbeda tersebut dihubungkan.
1. Kesulitan yang paling serius dengan model webbed terletak pada pemilihan satu tema.
2. Tema yang digunakan harus dipilih baik-baik secara selektif agar menjadi berarti, juga
relevan dengan kontent.
3. Cenderung merumuskan tema yang dangkal.
4. Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada
pengembangan konsep.
Model webbed untuk penyatuan kurikulum adalah satu pendekatan team yang memerlukan
waktu untuk berkembang. Waktu penulisan kurikulum adalah satu kesempatan untuk meniru
model ini sehingga para guru dapat sepenuhnya mengeksplor tema-tema pilihan dan merancang
kriteria sebagai kualitas. Model ini memerlukan perencanaan yang ekstensif (terus menerus) dan
koordinasi dari seluruh berbagai sekolah. model ini yang sangat bagus untuk digunakan ketika
percobaan dua hingga empat minggu unit percobaan antar cabang ilmu pengetahuan.
Dikarenakan kehebatan perencanaan memerlukan untuk melakukan model ini dengan baik,
disarankan untuk memulai dengan satu kurikulum yang dapat diatur.
F. Implementasi model pembelajaran terpadu model webbed pada mata pelajaran IPS,
PKN, Bahasa Indonesia dan Matematika di kelas I Sekolah Dasar dengan tema Diri
Sendiri
Beberapa langkah perencanaan pembelajaran terpadu model webbed yang perlu diperhatikan
adalah: (1) Pemetaan Kompetensi Dasar, (2) Penetuan tema, (3) Penjabaran kompetensi dasar ke
dalam indikator sesuai dengan tema, (4) Pengembangan Silabus, (5) Penyusunan Rencana
Pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan langkah-langkah tersebut diatas, maka implementasi
terhadap perencanaan pembelajaran terpadu model webbed pada mata pelajaran IPS, PKn,
Bahasa Indonesia dan Matematika kelas I SD sebagai berikut
1. 1. Pemetaan Kompetensi Dasar
Pada langkah pertama ini, kegiatan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS,
PKN, Bahasa Indonesia dan Matematika yang dapat dipadukan pada tingkat kelas yang
sama. Kegiatan ini dilakukan untukmemperoleh ganbaran yang utuh dan menyeluruh dari
mata pelajaran yang akan dipadukan
2. Menentukan tema pengikat antara Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tabel 1 : Penjabaran Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas I semester 1 Sekolah
Dasar
Berdasarkan pemetaan kompetensi mata pelajaran diatas, maka kompetensi dasar yang akan
dipadukan pada mata pelajaran PKn, IPS, Matematika dan Bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut:
Tabel 2 : Pemetaan Kompetensi Dasar yang dipadukan pada mata pelajaran PKn,
IPS, Matematika dan Bahasa Indonesia
1. 2. Penentuan Tema
Setelah pemetaan Kompetensi Dasar, langkag berikutnya adalah pemetaan tema. Dalam
menentukan tema harus relevan dengan kompetensi dasar yang telah dipetakan. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tema:
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dan memperhatikan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran
IPS, PKn, Matematika dan Bahasa Indonesia maka tema yang akan digunakan dalam
pembelajaran bertemakan “Diri Sendiri” dengan sub tema “Identitas Diri” karena menjadi
perekat antar Kompetensi Dasar.
PKN
Bahasa Indonesia
- Berbicara:
- – Menyebutkan identitas diri dengan kalimat sederhana dengan bahasa yang santun.
Diri sendiri
Keterangan
Diagram yang menggambarkan pembelajaran terpadu model webbed dijelaskan antar bidang
studi matematika, IPS, PKN dan Bahasa Indonesia dengan tema ”Diri Sendiri” sub tema
”Identitas Diri”
DAFTAR PUSTAKA
Matematika.
————, 1991. How to integrate the curricula. Palatine, Illionois : IRI / Skylight
publhising, Inc.
Hadisubroto, Tisno. 1998. Buku materi pokok pembelajaran terpadu model 1 sampai
Kebudayaa.
Olivia, P.F. 1997. Developing the curriculum. Third edition. New York, NY : Harper
Kanisius
Tim. 2003. Kurikulum 2004 Mata pelajaran Sains SD/SMP/SMA. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional
Tim. 2003. Kurikulum 2004 Mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional
http://rbaryans.wordpress.com/2007/04/19/mengapa-memilih-pembelajaran-terpadu/
http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/model-webbed.html
http://srihendrawati.blogspot.com/2009/09/artikel.html
OLEH:
Abstrak
Pembelajaran tematik yang dilaksanakan di sekolah dasar khususnya kelas rendah sejak
bergulirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006, ternyata masih banyak
kendala di lapangan dan tidak sesuai dengan ketentuan Stándar Isi Permendiknas No.22 Tahun
2006. Oleh sebab itu diperlukan sebuah upaya penerapan pembelajaran tematik yang sesuai
dengan Standar Isi dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran. Pembelajaran tematik adalah
pembelajaran terpadu lintas bidang studi yang menggunakan tema sebagai pengikat kegiatan
pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan/N-Gain penguasaan konsep IPA siswa kelas
tematik (0,50) dan N-Gain keterampilan proses sains siswa kelas tematik (0,60) lebih tinggi
dibandingkan N-Gain penguasaan konsep IPA siswa kelas non tematik (0,24) dan N-Gain
keterampilan proses sains siswa kelas non tematik (0,30). Peningkatan penguasaan konsep IPA
dan keterampilan proses sains siswa selain dipengaruhi oleh model pembelajaran tematik yang
diterapkan, juga dipengaruhi oleh tingkat klasifikasi kemampuan siswa (tinggi, sedang, rendah).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan agar ada penelitian lanjutan
berkenaan dengan pembentukan sikap ilmiah melalui pembelajaran tematik serta penelitian
untuk mengembangkan bahan ajar tematik yang memiliki peranan penting dalam keberhasilan
siswa dalam pembelajaran.
Pendahuluan
Mata pelajaran IPA dalam kurikulum Sekolah Dasar tahun1994 mulai diajarkan sejak kelas
III hingga kelas VI, namun sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) pada tahun 2006 maka pembelajaran IPA diberikan sejak kelas I, namun teknik
pelaksanaannya menggunakan model pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah suatu
model terapan dari pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam
satu kesatuan yang terikat oleh tema. Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di SD
dikarenakan perkembangan peserta didik pada kelas rendah sekolah dasar, pada umumnya
berada pada tingkat perkembangan yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik) serta baru mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana (Diknas,
2006). Namun dalam pelaksanaannya, pembelajaran terpadu atau tematik ini masih mengalami
masalah dan hambatan. Pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas I-III tidak berjalan sesuai
dengan ketentuan Standar Isi, karena guru-guru mengalami kesulitan dalam menyusun silabus
sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ditetapkan dalam
Standar Isi. Selain itu guru-guru mengalami kesulitan dalam mengalokasikan waktu yang harus
dipergunakan dalam seminggu, karena tidak ada ketentuan alokasi waktu untuk setiap tema yang
ditetapkan. Hal ini disebabkan guru-guru belum memahami esensi dan praktek pembelajaran
tematik. Mereka umumnya belum mendapat pelatihan yang cukup memadai dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik (Puskur, 2007).
Pembelajaran tematik jika dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang benar akan
memberikan peluang bagi pengembangan proses pembelajaran IPA. Hal ini sejalan dengan
landasan filosofis pembelajaran terpadu yang berlandaskan paham konstruktivisme yang
menyatakan bahwa pembelajaran bermakna dikonstruksi oleh siswa sebagai hasil dari
pengalamannya dalam menghadapi lingkungannya, melalui skema atau struktur kognitif yang
akan menyatukan pemahaman dunianya (Saunders, 1992). Berdasarkan beberapa hasil penelitian
dan fenomena yang terjadi dilapangan, maka diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui
penerapan model pembelajaran tematik dalam menunjang proses pembelajaran IPA khususnya
untuk meningkatkan penguasaan konsep dan penguasaan keterampilan proses IPA.
Menurut Fogarty (1991) dalam bukunya How To Integrate The Curricula , ada 10 macam model
pembelajaran terpadu, seperti : fragmented (penggalan), connected (keterhubungan), nested
(sarang), sequenced (pengurutan), shared (irisan), webbed (jaring laba-laba), threaded (bergalur),
integrated (terpadu), immersed (terbenam), dan networked (jaringan kerja).
Penelitian tentang pembelajaran tematik dilakukan pula oleh Turpin dan Cage (1998)
pada siswa kelas VII yang menggunakan kurikulum IPA terpadu. Hasilnya menunjukkan bahwa
pembelajaran tematik memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi pencapaian siswa
dalam mempelajari sains, kemampuan keterampilan proses sains siswa serta kepemilikan sikap
ilmiah. Siswa yang belajar menggunakan kurikulum IPA terpadu menunjukkan hasil belajar yang
lebih baik dibandingkan siswa yang tidak menggunakan pembelajaran tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan disain yang disebut
nonequivalent kontrol group design dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Menurut Sugiyono (2007) disain ini memiliki kelompok kontrol namun tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Pertimbangan penggunaan disain ini adalah sulit sekali menemukan kelas yang
memiliki karakteristik yang sama persis, baik dari segi kemampuan intelektual (IQ),
motivasi/minat belajar IPA, latar belakang siswa, serta faktor-faktor lainnya yang mungkin dapat
mempengaruhi proses pembelajaran selama penelitian berlangsung. Sugiyono (2007)
mengatakan bahwa pada jenis desain eksperimen ini terjadi pengelompokan subjek tidak secara
acak. Desain eksperimennya adalah sebagai berikut:
Keterangan :
O1 = Tes awal
O2 = Tes akhir
Untuk memperoleh data pada kelas tersebut diberikan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).
Perbedaan antara kedua kelas tersebut adalah perlakuan dalam proses pembelajaran, dimana
kelas eksperimen pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tematik tipe spider
webbed, sedangkan kelas kontrol pembelajarannya secara non tematik.
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Jamika 1 yang berada di Jalan Pagarsih Gang Pak
Oyon Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa di
sekolah tersebut belum melaksanakan pembelajaran tematik secara utuh bahkan cenderung masih
bersifat non tematik dengan pemisahan mata pelajaran yang jelas. Subjek dalam penelitian ini
yaitu guru kelas II dan siswa kelas II pada SDN Jamika 1. Dasar pertimbangan pemilihan tingkat
kelas adalah bahwa siswa kelas II diasumsikan sudah dapat membaca lancar kalimat sederhana,
dengan demikian diharapkan pada saat penelitian tidak terdapat kendala yang cukup berarti pada
saat siswa membaca soal-soal tes. Siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian
diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Berikut adalah deskripsi siswa pada kedua kelas berdasarkan
klasifikasi tingkat kemampuan siswa.
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari: (1) Perangkat Model Pembelajaran Tematik,
(2)Tes Keterampilan Proses Sains, (3) Tes Penguasaan Konsep IPA, (4)Lembar Observasi, dan
(5) Lembar Panduan Wawancara.
Setiap instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah melalui tahapan pengujian atau
validasi, baik oleh ahli maupun secara uji empirik di lapangan. Khusus untuk pengujian
instrumen berbentuk tes, validasi empirik memegang peranan yang sangat penting untuk
mengetahui tingkat keterandalannya. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi,
reliabilitas tinggi, daya pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak. Pengolahan data
hasil uji coba instrumen ini dilakukan dengan menggunakan sebuah software Anates versi 4.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data utama dan data
penunjang. Data utama yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif berupa skor tes
penguasaan konsep IPA dan skor tes keterampilan proses sains siswa pada kedua kelas. Data
selanjutnya yang dikumpulkan adalah data hasil observasi kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan pada kedua kelas, yang kemudian dideskripsikan untuk memperoleh gambaran
mengenai proses pembelajaran yang berlangsung sehingga dapat memberikan penjelasan
mengenai penyebab terjadinya perbedaan perolehan skor siswa sebelum dan sesudah mengikuti
kegiatan pembelajaran. Data pendukung lainnya adalah hasil wawancara dengan guru mengenai
proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Teknik Pengolahan Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diolah dengan teknik
perhitungan secara statistik menggunakan program SPSS for windows 12. Peningkatan yang terjadi
sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain faktor (N-Gain) (Meltzer, 2002).
Untuk mendeskripsikan hasil penelitian, maka dibutuhkan data pendukung berupa hasil observasi
pembelajaran serta hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru.
Hasil Penelitian
A. Penguasaan Konsep IPA
Tes penguasaan konsep IPA siswa diberikan kepada siswa kelas eksperimen maupun kelas
kontrol, berupa soal tes awal dan tes akhir penguasaan konsep IPA. Berikut ini disajikan diagram
perbandingan nilai penguasaan konsep IPA siswa pada kedua kelas.
Gambar 1 Diagram Nilai Rerata Penguasaan Konsep IPA Siswa Pada Kedua Kelas
Hasil pengujian statistik di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran tematik lebih
efektif meningkatkan nilai penguasaan konsep IPA siswa berkemampuan tinggi dan siswa
berkemampuan sedang dibandingkan siswa pada kelas kontrol yang memiliki kemampuan tinggi.
Pembelajaran tematik juga lebih efektif dapat meningkatkan nilai penguasaan konsep IPA siswa
berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan rendah pada kelas eksperimen dibandingkan
siswa pada kelas kontrol yang memiliki kemampuan sedang dan kemampuan rendah.
B. Keterampilan Proses Sains Siswa
Tes keterampilan proses sains diberikan kepada siswa kelas eksperimen maupun kelas
kontrol, berupa soal tes awal dan tes akhir penguasaan konsep IPA. Berikut ini disajikan diagram
perbandingan rerata nilai keterampilan proses sains siswa pada kedua kelas.
Gambar 3 Diagram rerata nilai keterampilan proses sains siswa pada kedua kelas
Hasil pengujian statistik di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran tematik dapat
lebih efektif meningkatkan kemampuan penguasaan keterampilan proses sains siswa pada kelas
eksperimen, baik siswa berkemampuan tinggi, sedang, maupun rendah, bahkan peningkatan
siswa berkemampuan rendah di kelas tematik lebih tinggi dari siswa berkemampuan tinggi di
kelas non tematik.
Pembahasan
Melalui model pembelajaran tematik tipe spider webb pada tema ”Matahariku”, belajar
materi IPA dapat dilakukan secara bersamaan saat siswa belajar membaca (pelajaran Bahasa
Indonesia). Hal ini nampak dalam proses pembelajaran bahwa materi-materi IPA dijadikan juga
sebagai media untuk belajar Bahasa Indonesia. Hal ini menjadi sebuah keuntungan tersendiri
bagi siswa bahwa ia mendapatkan dua keuntungan sekaligus, mendapatkan materi IPA dan
Bahasa Indonesia dalam waktu yang bersamaan. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar
pembelajaran terpadu yaitu prinsip the hidden curriculum, dimana pembelajaran yang
dikembangkan memuat pesan yang tersembunyi namun penuh makna bagi siswa (Sa’ud, 2006).
Model pembelajaran tematik spider webb pada tema ”Matahariku” mengemas pengalaman
belajar yang dirancang untuk memberikan kebermaknaan pengalaman bagi para siswa.
Pengalaman belajar yang demikian dapat lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual dan
menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi
bidang studi yang relevan akan membentuk skema, sehingga anak akan memperoleh keutuhan
dan kebulatan pengetahuan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan William (Sa’ud, 2006),
bahwa perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan
dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Pengemasan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran tematik ini ditekankan pada
keaktifan siswa, sesuai apa yang diungkapkan Yager (Susanto, 2002) bahwa belajar sains
dilakukan melalui keaktifan siswa dalam membangun sendiri pengetahuannya, membandingkan
informasi baru dengan pemahaman yang telah dimiliki dan menggunakan semua pengetahuan
atau pengalaman itu untuk untuk bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada pada
pengetahuan baru dan lama untuk mencapai pemahaman baru.
Melalui penerapan model pembelajaran tematik ini, upaya mengkonstruksi pengetahuan dan
konsep IPA siswa dilakukan dengan cara menggali pemahaman awal siswa mengenai materi
IPA, dalam hal ini tentang matahari. Pertanyaan-pertanyaan yang variatif diajukan guru sebagai
apersepsi untuk mengungkap pengetahuan awal siswa. Hal ini sejalan dengan paham
konstruktivisme yang berdasarkan pada pada prinsip pengetahuan muncul dan hanya ada dalam
pikiran manusia. Dengan demikian perlu disadari bahwa di dalam kelas, pengetahuan hanya ada
dalam diri peserta didik dan guru, bukan pada papan tulis dan buku-buku, bukan pada
pembicaraan guru-murid atau bukan pula pada aktivitas yang dilakukan mereka.
Peningkatan penguasaan keterampilan proses siswa pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa
proses pembelajaran tematik yang dilakukan dapat membantu siswa mengembangkan aspek-
aspek keterampilan proses sains yang dimiliki siswa. Pembelajaran IPA lebih difokuskan pada
kegiatan hands-on dan keaktifan siswa dalam mempelajari materi IPA. Dengan demikian
terdapat pendekatan keterampilan proses sains. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan
oleh Sumantri (2001) bahwa suatu pengajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan
proses berarti pengajaran itu berusaha menempatkan siswa dalam posisi yang amat penting.
Keterampilan proses dapat berkembang pada diri siswa bila diberi kesempatan untuk berlatih
menggunakan keterampilan berpikirnya. Dengan keterampilan proses siswa dapat rnempelajari
IPA sesuai dengan keinginannva. Keterampilan proses sains mempunyai cakupan yang sangat
luas sehingga aspek-aspek keterampilan proses sains sering digunakan dalam beberapa
pendekatan dan metode pembelajaran.
Keterpaduan Bahasa, Matematika dan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) dengan IPA
dalam model pembelajaran tematik tipe spider webb ini telah menghantarkan siswa untuk
memiliki penguasaan konsep IPA dan keterampilan proses sains siswa yang lebih baik pada
kelas eksperimen dibandingkan dengan pencapaian siswa pada kelas kontrol. Hal ini tentunya
menjadi masukan berharga bagi dunia pendidikan bahwa jika prosedur pembelajaran tematik
ditempuh dengan cara yang sesuai dengan hakikatnya, maka keberhasilan siswa dalam belajar
dapat diraih dengan baik. Pembelajaran tematik yang dilakukan tidak perlu dipaksakan dan
diada-adakan, pemilihan konsep dan materi yang sesuai justru akan menjadikan pembelajaran
tersebut lebih bermakna bagi siswa. Dukungan yang perlu diberikan pada kelas yang
menerapkan pembelajaran tematik adalah perhatian dalam penyediaan sarana dan prasarana
pembelajaran yang memadai serta disesuaikan dengan jumlah siswa yang terdapat dalam satu
rombongan belajar, seperti yang disyaratkan dalam standar proses Permendiknas No.41 tahun
2007.
Kesimpulan
Peningkatan penguasaan konsep IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran
tematik lebih tinggi dibandingkan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran non tematik.
Peningkatan penguasaan konsep IPA siswa selain dipengaruhi oleh model pembelajaran tematik
yang diterapkan, juga dipengaruhi oleh tingkat klasifikasi kemampuan siswa (tinggi, sedang,
rendah).
Proses pembelajaran IPA melalui model pembelajaran tematik dapat dikembangkan lebih
efektif dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA yang terdiri atas tiga dimensi yaitu
dimensi pengetahuan, proses dan sikap. Pembelajaran tematik ini memberikan peluang bagi
siswa untuk belajar IPA lebih banyak dan lebih baik dengan cara berlatih untuk mengembangkan
kemampuannya dalam bekerjasama dalam kelompok dan merefleksikan hasil pengalaman
belajar mereka di dalam kelompoknya tersebut. Dengan demikian, mata pelajaran IPA dapat
dikembangkan bersama-sama dengan mata pelajaran lain dalam model pembelajaran tematik .
Rekomendasi
Berdasarkan temuan dan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
peneliti menyampaikan saran-saran berkaitan dengan penerapan pembelajaran tematik. Saran
pertama adalah bahwa pembelajaran tematik yang sangat kental dengan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran, hendaknya tetap memperhatikan penguasaan konsep siswa terhadap materi
yang diajarkan. Sebagaimana diketahui bahwa untuk saat ini teknik penilaian yang dilakukan
masih bersifat pengujian terstandar dengan menekankan aspek penguasaan konsep seperti halnya
Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Oleh sebab itu perlu disiasati upaya
pemantapan penguasaan konsep ini dengan upaya drill (latihan) dengan intensitas yang cukup
untuk menunjang penguasaan konsep tersebut. Saran kedua adalah bahwa meskipun penekanan
utama pembelajaran di kelas rendah (I, II, dan III) adalah pada penguasaan membaca-menulis-
berhitung (Calistung), namun bukan berarti mengabaikan mata pelajaran lainnya. Oleh sebab itu
manfaatkanlah proses pembelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika untuk secara bersamaan
mengembangkan keterampilan dan penguasaan konsep siswa terhadap materi-materi yang
terdapat dalam mata pelajaran lainnya secara bersamaan dalam sebuah keterpaduan yang
harmonis dalam pembelajaran. Sebagai saran terakhir, diharapkan agar pada penelitian
selanjutnya dikembangkan bahan ajar tematik serta pengembangan materi pembelajaran tematik
karena peranannya sangat besar bagi pelaksanaan pembelajaran tematik, baik ditinjau dari sisi
siswa dan guru, dan kepentingan peningkatan mutu pendidikan selanjutnya.
Daftar Pustaka
Berlin,D.F. (1994). The Integration of Science and Mathematics Education; highlights from
NSF/SSMA Wingspread Conference Plenary Papers. Scholl Science and mathematics.
94(1), 32-35
Harlen, Wynne & Galton,Maurice. (1990) Assessing Science in the Primary Classroom:
Observing Activities. London ; Paul Chapman Publishing Ltd
Charlesworth & Lind (1999). Math and Science for Young Children, 3rd Ed. Ch.S. Delmar : New
York
Charbonneau, Manon P. (1995). The Integrated Elementary Classroom, a developmental Model
of education for the 21st century. United States: A Simon & Schuster Company
Collins, Gillian & Dixon, Hazel. (1991). Integrated Learning; Planned Curriculum Units
Australia: Bookshelf Publishing Australia ISBN 0 86896 844 7 (Stage 3)
Semiawan, Conny. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta:PT Gramedia Widiasarana
Indonesia
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Depdiknas, (2005), Standar Nasional Pendidikan, Jakarta : Peraturan Pemerintah No.19 Tahun
2005
Depdiknas, (2006), Standar Isi, Jakarta : Permendiknas No. 22 Tahun 2006
Depdiknas, (2006), Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta : Permendiknas No. 23 Tahun 2006
Depdiknas,(2006). Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: PUSKUR
BALITBANG.
Depdiknas, (2006), Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta :
Permendiknas No. 24 Tahun 2006
Depdiknas, (2006). Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar.
Fogarty, Robin. (1991). The Mindful School. How to Integrate the Curricula. Palatine,Illinois :
IRI/Skylight Publishing,Inc.
Foulds, William. & Rowe,John. (1996). The Enhancement of Science Process Skills in Primary
teacher Education Students. Australian Journal of Teacher Education Vol.21, No.1,1996
Houtz, Lynne E. & Thomas, Julie A. (1997). “Interdisciplinary Math and Science: A Hands on
Conseideration of Integrated Reform” Tersedia :______
Khisfe, Rola. & Lederman, Norman. (2006). Teaching Nature Science within a Controversial
Topic: Integrated versus Nonintegrated. Dalam Journal of Research in science Teaching
Vol.43 No.4 PP 395-418. Tersedia : Willey Inter Science (www.interscience.willey.com)
McBride,J.W & Silverman,F.L (1992). Integrating elementary/middle school science and
mathematics. School Science and Mathematics, 91(7), 285-292.
Meltzer, David E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual
Learning Gain in Physics: ‘hidden variable’ in Diagnostic Pretestt Scores’. American
Journal of Physics, 70, (12), 1259-1267.
Rustaman,Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri
Malang (UM Press)
Sa’ud, Udin Syaefudin. (2006). Bahan Belajar Mandiri I : Konsep Dasar Pembelajaran
Terpadu. UPI: Program Peningkatan Kualifikasi Guru SD/MI Multi sistem .
Sa’ud, Udin Syaefudin. (2006) Bahan Belajar Mandiri III : Jenis Pengembangan Model
Pembelajaran Terpadu di Indonesia. UPI: Program Peningkatan Kualifikasi Guru SD/MI
Multi sistem .
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung : Alfabeta
Tim Pengembang PGSD. (1997). Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S2 Pendidikan Dasar.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Bagian Proyek Pengembangan PGSD
Thomas,Julie. (1996), Toward interdisciplinary Math and Science Education : A Literature
Riview in Science Education Reform. Paper Presented at AETS Internasional Conference,
Seattle, WA, January 11-13,1996, Texas Tech Universty
Wahana Komputer. (2004). Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 12. Yogyakarta : Andi
Offset
Yorks,P & Follo,E (1993) Engagement rates during thematic and traditional instruction.ERIC
Document Reproduction Service [ED 363 412]
B. Saran
Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sehingga penulis hanya
mengharapkan kritikan dan masukan yang membangun dari semua pihak, termasuk dari pembaca guna
memperbaiki dan menyempurnakan tulisan dan pengetahuan penulis. Penulis yakin bahwa makalah ini
masih sangat jauh dari standar sebuah karya ilmiah. Bahkan sebuah kebahagiaan besar jika ada pihak
yang berusaha meneliti kembali paling tidak memeriksa referensi yang digunakan- makalah ini sehingga
hasil penelitian tersebut dapat lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
Fogarty, Robin. 1991. The Mindful School How To Integrate The Curricula. Palatine: IRI/ Skylight
Publishing, Inc.
Luvita, Ria. 2012. Model Pembelajaran Webbed pada http://duwaghewow.blogspot.com diunduh pada
20 Maret 2013.
Muda, Harli Trisdiono Widyaiswara. Pembelajaran Terpadu Pada Sekolah Dasar
pada http://lpmpjogja.org diunduh pada 15 Maret 2013.
Nurmawati, Lilik. Penggunaan Model Webbed Dalam Pembelajaran Terpadu Untuk Meningkatkan
Pemahaman Berbagai Kompetensi Pada Tema Keluarga Siswa Kelas II SDN Gondowangi III Kecamatan
Wagir Kabupaten Malang pada http://library.um.ac.id diunduh pada 15 Maret 2013.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Prestasi Pustaka.
Pendekatan pembelajaran terpadu dapat dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas
pendidikan di tingkat dasar, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan kurikulum
yang sering terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah (Tim BP3GSD, 1996: 6).
Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai
berikut.
1. Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of
interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala konsep lain, baik yang berasal dari
bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang
mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam entang kemampuan dan perkembangan
anak.
3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda
dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Sumber:
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta
Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Best regards,
Dedi Siswoyo
Komisi pendidikan untuk abad XXI (Unesco 1996: 85) melihat bahwa hakikat
pendidikan sesungguhnya adalah belajar (learning). Selanjutnya dikemukakan bahwa
pendidikan bertumpu pada 4 pilar, yaitu: (1) learning to know, (2) learning to do, (3)
learning to live together, learning to live with others, dan (4) learning to be.
Dalam proses pembelajaran, pengenalan terhadap diri sendiri atau kepribadian diri
merupakan hal yang sangat penting dalam upaya-upaya pemberdayaan diri (self
empowering). Pengenalan terhadap diri sendiri berarti pula kita mengenal kelebihan-
kelebihan atau kekuatan yang kita miliki untuk mencapai hasil belajar yang kita
harapkan. Melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan
memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang
mereka miliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk
bekerja atau belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan
kemampuan yang mereka miliki. Untuk dapat memfasilitasi agar siswa dapat lebih
mengenal kemampuannya, maka langkah awal yang perlu dilakukan guru adalah
berusaha mengenal siswanya dengan baik. Guru perlu mengenal lebih mendalam
tentang bakat, minat, motivasi, harapan-harapan siswa serta beberapa dimensi khusus
kepribadiannya.
Secara lebih spesifik, beberapa dimensi kemampuan siswa yang perlu didorong dalam
upaya pemberdayaan diri melalui proses belajar ini adalah:
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk didalamnya belajar
bagaimana seharusnya belajar. Sebuah survey memperlihatkan bahwa 82% anak-anak
yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri yang positif tentang
kemampuan belajar mereka sendiri. Tetapi angka tinggi tersebut menurun drastis
menjadi hanya 18 % waktu mereka berumur 16 tahun. Konsekuensinya, 4 dan 5 remaja
dan orang dewasa memulai pengalaman belajarnya yang baru dengan perasaan
ketidaknyamanan (Nichol, 2002: 37).
Beberapa tokoh psikologi belajar memiliki persepsi dan penekanan penekanan
tersendiri tentang hakikat belajar dan proses kearah perubahan sebagai hasil belajar.
Berikut ini adalah beberapa kelompok teori yang memberikan pandangan khusus
tentang belajar, diantarannya; (a) Behaviorisme, (b) Kognitivisme, (c) Teori Belajar
Psikologi social, dan (d) Teori belajarGagne.
Dalam teori Piaget mengemukakan bahwa secara umum semua anak berkembang
melalui urutan yang sama, meskipun jenis dan tingkat pengalaman mereka berbeda
satu sama lainnya. Perkembangan mental anak terjadi secara bertahap dari tahap yang
satu ke tahap yang lebih tinggi. Semua perubahan yang terjadi pada setiap tahap
tersebut merupakan kondisi yang diperlukan untuk mengubah atau meningkatkan tahap
perkembangan moral berikutnya.
Berkaitan dengan perkembangan moral, piaget mengemukakan dua tahap
perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Tahap pertama disebut
Heterenomous atau tahap Relisme moral. Dalam tahap ini, seorang anak cenderung
menerima begitu saja aturan-aturan yang diberikan oleh orang-orang yang
berkompeten untuk itu. Tahap kedua disebut Autonomous morality atau independensi
moral. Dalam tahap ini seorang anak akan memandang perlu untuk memodifikasi
aturan-aturan untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
Dalam pandangan piaget tahap-tahap kognitif mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan empat karakteristik berikut:
1. Setiap anak pada usia yang berbeda akan menempatkan cara-cara yang
berbeda secara kualitatif, utamanya dalam cara berfikir atau memecahkan
permasalahan yang sama.
2. Perbedaan cara berpikir antara anak satu dengan yang lain seringkali dapat
dilihat dan cara mereka menyusun kerangka berpikir yang saling berbeda. Dalan
hal ini ada serangkaian langkah yang konsisten dalam rangka berpikirnya,
dimana tiap-tiap anak akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan
usiannya.
3. Masing-masing cara berpikir akan membentuk satu kesatuan yang terstruktur ini
berarti pada tiap tahap yang dilalui seorang anak akan diatur sesuai dengan cara
berpikir tertentu. Piaget mengakui bahwa cara-cara berfikir atau struktur tersebut
pada dasarnya mengendalikan pemikiran yang berkembang.
4. Tiap-tiap urutan dan tahap kognitif pada dasarnya merupakan suatu integrasi
hirarkis dari apa yang telah dialami sebelumnya.
Sepintas dapat dikemukakan bahwa Erik H Erikson adalah salah satu dari kelompok
Neo-Freodian, dimana mereka yang tertitik tolak dari kerangka pemikiran psikonalisa
freud. Meski dalam beberapa hal terdapat perbedaan pandangan dengan freud, antara
lain menyangkut konsep perkembangan moral .
Mengenai tahap-tahap perkembangan psikososial ini Eikson mengemukakan adanya
delapan tahap perkembangan yaitu:
1. Trust vs Mistrust
2. Auntonomy vs Doubt
3. Initiative vs Guilt
4. Industry vs Inferiority
5. Identity vs Role Confusion
6. Intimacy vs isolation
7. Generativityvs self-
obsorption
8. Integrity vs despair
Dari uraian yang dipaparkan terdahulu berkenaan dengan teori perkembangan moral
yang dijadikan bahasan utama menurut Jean Piaget, Lawrence Kohlberg maupun
kajian pembanding berdasarkan teori psikososial Erik H Erikson dapat dilihat beberapa
kesamaan pandangan maupun perbedaan utamanya berkaitan dengan tahap-tahap
perkembangan moral anak. Kesamaan yang pandangan yang paling nampak adalah
pengakuan terhadap adanya tahap-tahap perkembangan anak dari tahap yang paling
sedehana dan sangat realistik dalam memandang sesuatu sampel pada struktur yang
lebih kompleks dan semakin abstrak, walaupun jumlah dan sebutan untuk masing-
masing tahap berbeda menurut hasil penelitian dan kajian mereka masing-masing.
Disamping adanya bagian-bagian tertentu yang menunjukan adanya kesamaan
pandangan, juga terdapat perbedaan-perbedaan yang secara jelas terlihat dalam kejian
yang mereka lakukan.
Moral berkaitan dengan disiplin dan kemajuan kualitas perasaan, emosi, dan
kecenderungan manusia, sementara antara pelaksanaanya merupakan aturan praktis
tingkah laku yang tunduk pada sejumlah pertimbangan dan konvensi lainnya meskipun
kadang-kadang sesuai dengan kriteria moral.
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilantarkan pada tahun 1990 oleh
psokolog peter salovey dan haruard university dan jhon meyer dari university of new
hamshire (shapro ,1997: 5). Beberapa bentuk kualitas emosional yang dinilai penting
bagi keberhasilan, yaitu:
1. Empati
2. Mengungkapkan dan Memahami Perasaan
3. Mengendalikan Emosi
4. Kemandirian
5. Kemampuan Mnyesuaikan diri
6. Disukai
7. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
8. Ketekunan
9. Kesetiakawanan
10. Keramahan
11. Sikap Hormat
Kecerdasan emosi merupakan bagian dari aspek kejiwaan seseorang yang paling
mendalam,dan merupakan suatu kekuatan, karena dengan adanya emosi itu manusia
dapat menunjukan keberadaannya dalam masalah-masalah manusiawi.emosi
menyebabkan seseorang memiliki rasa anta yang sangat dalam sehingga seseorang
bersedia melakukan sesuatu pengorbanan yang sangat besar sekalipun,walau
kadang–kadang pengorbanan itu secara lahiriah tidak memberikan keuntungan
langsung pada dirinya bahkan mungkin mengorbankan dirinya sendiri.kekuatan emosi
sering kali mengalahkan kekuatan nalar/sehingga ada suatu perbuatan yang mungkin
secara nalar tidak mungkin dilakukan seseorang,tetepi karena kekuatan emosi kegiatan
itu dilaakukan,seperti halnya peristiwa dari kasus yang diungkapkandi awal tulisan
daniel goliman,dimana karena anta teramat kuat mendorong orang tua secara spontan
memilih mengutamakan menyelamatkan anak tercintanya mengalahkan hasrat
menyalamatkan diri sendiri.
Karena emosi merupakan suatu kekuatan yang dapat mengalahkan nalar/maka harus
ada upaya untuk mengendahkan, mengatasi, dan mendisiplikan kehidupan
emosional,dengan memberlakukan aturan-aturan guna mengurangi ekses-ekses
gejolah emosi,terutama nafsu yang berlampau bebas dalam diri manusia yang sering
kali mengalahkan nalar .
Manusia secara universal memiliki dua jenis tindakan pikiran yaitu tindakan emosional
(perasaan) dan tindakan pikiran nasional (berpikir) kedua pikiran tersebut,yang
emosional dan rasionaal,pada umumnya pekerja dalam keselarasan yang erat, saling
melengkapi dalam mencapai pemahaman guna mengarahkan seseorang
menjalani kehidupan duniawi.
D. Kecakapan-Kecakapan Emosional
A. Prinsip-prinsip Belajar
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya
peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus
dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan
internal siswa untuk belajar. Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat
menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses
pembelajaran, yaitu :
1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak
seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap
kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan
penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran,
memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih
termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
1. Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek biologis, sosial dan
emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu
yang lebih dari yang ia miliki saat ini.
2. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan
mendorong terjadinya peningkatan usaha.
3. Motivasi dipengaruhi oleh unsr-unsur kepribadian.
4. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan
motivasi belajar.
5. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa
sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
6. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terdapat
motivasi dan perilaku.
7. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas,
memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan
bukan karena memang ingin belajar.
8. Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
9. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam
suasana belajar yang memuaskan.
10. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus berusaha :
3. Prinsip Keaktifan
Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual,
emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka
pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif.
Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan
yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif
bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan
itu.
Menurut teori belajar Kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi.
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran
orang yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai
pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide dan
pegertian kepada seorang murid, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan
dikonstruksikan oleh si murid lewat pengalamannya (Glasersferld dalam Battencourt,
1989).
Dalam proses konstruksi itu menurut Glasersferld, diperlukan beberapa kemampuan;
(1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan
membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan
perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada
pengalaman yang lain.
Implikasi prinsip keaktifan atau aktivitas bagi guru di dalam proses pembelajaran
adalah:
5. Prinsip Pengulangan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar
pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah
melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat,
mengamati, manghafal, menanggapi dan sebagainya. Melalui latihan-latihan maka
daya-daya tersebut semakin berkembang. Sebaiknya semakin kurang pemberian
latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat perkembangannya.
Di samping teori psikologi daya, prinsip pengulangan ini juga didasari oleh teori
Psikologi Asosiasi atau Connecsionisme yang dipelopori oleh teori Thorndike dengan
salah satu hukum belajarnya “Low of exercise” yang mengemukakan bahwa belajar
adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons. Pandangan psikologi
condisioning juga memberikan dasar yang kokoh bagi pentingnya proses latihan.
Psikologi ini berpandangan bahwa munculnya respons, tidak saja disebabkan oleh
adanya stimulus, akan tetapi lebih banyak disebabkan karena adanya stimulus yang
dikondisikan.
Stephen R. Covey, pengarang buku The 7 Habits of Effective People, mengemukakan
bahwa kebiasaan sebagai titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan dan
keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa yang harus dilakukan dan
mengapa. Keterampilan adalah bagaimana melakukannya. Dan keinginan adalah
motivasi, keinginan untuk melakukan. Agar sesuatu bisa menjadi kebiasaan dalam
hidup kita, kita harus mempunyai ketiga hal tersebut.
Mari kita sejenak mengkaji bersama-sama prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran.
Sebenarnya, prinsip-prinsip yang dimaksud dapat kita jumpai dalam berbagai sumber
kepustakaan psikologi. Namun untuk mudahnya, dalam pembahasan ini akan
dikemukakan prinsip-prinsip belajar yang diintisarikan oleh Rothwal (1961) sebagai
berikut:
1. Apa saja materi esensial yang harus dimengerti oleh siswa untuk mendukung
hasil belajar yang saya harapkan.
2. Apa yang menjadi sumber-sumber yang dapat dipergunakan untuk mendukung
materi pembelajaran.
3. Kemampuan berpikir siswa seperti apa yang perlu dinilai dan bagaimana cara
saya melakukannya. Mengapa hal itu penting dilakukan.
4. Kekeliruan pemahaman dan miskonsepsi seperti apa yang umumnya terjadi
dalam penyampaian materi yang dilakukan.
5. Bagaimana saya dapat meminimalisasi atau mengurangi kekeliruan pemahaman
dan miskonsepsi pada siswa.
1. Bagaimana strategi yang harus dilakukan agar para siswa dapat lebih muda
memahami melalui pembelajaran yang dilakukan.
2. Bagaimana siswa dapat mengembangkan keterampilan-keterampilannya.
3. Bagaimana siswa dapat mengembangkan sikap dan nilai.
4. Bagaimana struktur pengorganisasian kelas yang harus dikembangkan untuk
mendukung terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
5. Apa saja jenis atau bentuk strategi pembelajaran yang menjadi penekanan jika
dikaitkan dengan jenis sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
dikembangkan melalui proses pembelajaran yang dilakukan.
6. Bagaiman merancang dan mengorganisasi materi pelajaran agar siswa mudah
mempelajarinya.
7. Apakah siswa memiliki pengetahuan , keterampilan dan sikap yang diperlukan
untuk mendukung strategi pembelajaran yang di kembangkan.
8. Seberapa banyak waktu, ruang dan sumber-sumbe belajar yang dimiliki
sehingga dapat mendukung strategi pembelajaran yang dipergunakan.
9. Apakah strategi pemotivasian dapat dipergunakan untuk mempercepat
tumbuhnya rasa percaya diri para siswa.
10. Bagaiman cara mengetahui bahwa pelajaran yang dilaksanakan secara optimal
seperti yang direncanakan.
c. Memorisasi
Penerapan model memorisasi didalam proses pembelajaran dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu: (1) mencermati materi, (2) mengembangkan hubungan yaitu
menemukan hubungan antara materi-materi yang dimiliki, (3) mengembangkan sensori
image, dengan menggunakan teknik-teknik yang lucu atau mungkin dengan kata-kata
yang berlebihan sehingga lebih muda diingat, (4) melatih re-call dengan memperhatikan
tahapan sebelumnya dan hal ini harus dipelajari secara terus menerus.
d. Advance Organizer
Model ini dikembangkan berdasarkan pemikiran Ausubel tentang materi pembelajaran
struktur kognitif.Model advance organizer terdiri dari tiga tahap.Tahap pertama,
menjelaskan panduan pembelajaran.Tahap kedua, menjelaskan materi dan tugas-tugas
pembelajaran.Tahap ketiga, memperkokoh pengorganisasian kognitif.
f. Synectics
Penerapan model sinektik didalam proses pembelajaran dilakukan melalui enam tahap:
(1) guru menugaskan siswa untuk mendeskripsikan situasi yang ada sekarang, (2)
siswa mengembangkan berbagai analogi, (3) siswa menjadi bagian dari analogi, (4)
siswa mengembangkan pemikiran dalam bentuk deskripsi-deskripsi dari yang
dihasilkan, (5) siswa menyimpulkan dan menentukan analogi-analogi tidak langsung
lainnya, (6) guru mengarahkan agar siswa kembali pada tugas dan masalah semula
dengan menggunakan analogi-analogi terakhir atau dengan menggunakan seluruh
pengalaman sinektik.
c. Motivasi Belajar
Di dalam aktivitas belajar, motivasi individu dimanfestasikan dalam bentuk ketahanan
atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan tugas dan
sebagainya. Umumnya kurang mampu untuk belajar lebih lama, karena kurangnya
kesungguhan di dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya motivasi
merupakan masalah dalam belajar yang memberikan dampak bagi ketercapaianya hasil
belajar yang diharapkan.
d. Konsentrasi Belajar
Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi
siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar tentu
memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut ketelatenan guru.
h. Kebiasaan Belajar
Adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama
sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan.
Ada beberapa bentuk kebiasaan belajar yang sering dijumpai :
a) belajar tidak teratur
b) daya tahan rendah
c) belajar hanya menjelang ulangan atau ujian
d) tidak memiliki catatan yang lengkap
e) sering datang terlambat, dan lain-lain
1. Faktor Guru
Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan
informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar secara bebas dalam
batas-batas yang ditentukan sebagai anggota kelompok.
Bilamana dalam proses pembelajaran, guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas
guru dengan baik, mampu memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara
luas untuk memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat
untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, namun jika guru tidak dapat
melaksanakannya, siswa akan mengalami masalah yang dapat menghambat
pencapaian hasil belajar mereka.
2. Lingkungan Sosial (Teman Sebaya)
Lingkungan sosial dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap siswa. Contoh
seorang siswa bernama Rudi yang terpengaruh teman sebayanya dengan kebiasaan
rekan-rekannya yang baik, maka akan berdampak positif dan sebaliknya.
Pada sisi lain lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa.
Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman
sebayanya yang mampu memberi motivasi kepadanya untuk belajar.
3. Kurikulum Sekolah
Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai rangka atau acuan untuk
mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran, maka
dipastikan kurikulum tidak akan mampu memenuhi tuntunan perubahan di mana
perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah, yaitu :
(a) tujuan yang akan dicapai berubah
(b) isi pendidikan berubah
(c) kegiatan belajar mengajar berubah
(d) evaluasi belajar
Agar bimbingan dapat lebih terarah dalam upaya menemukan siswa yang mengalami
kesulitan belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut :
a. Indentifikasi
Identifikasi Adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang
mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan :
b. Diagnosis
Diagnosis Adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengelolaan data
tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa.
Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
• Keputusan mengenai hasil kesulitan belajar siswa
• Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar
c. Prognosis
Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan
dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa.
d. Terapi
Terapi di sini adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar
sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapinya
antara lain :
• Bimbingan belajar kelompok
• Bimbingan belajar individu
• Pengajaran remedial
• Pemberian bimbingan pribadi
• Alih tangan kasus
e. Tindak Lanjut
Adalah usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada
siswa dan tindak lanjut yang didasari evaluasi.
Proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh siswa baik didalam maupun diluar
kelas, dan dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa diharapkan mereka mampu
berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman- temannya secara baik dan bijak.
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan
dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi
adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan
dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi
adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran adalah suatu
proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan informasi secara
sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui
kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau
angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu.
Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan
evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.
Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu
informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran.
a. Untuk pengembangan
Berdasarkan hasil penilaian diperoleh balikan yang sangat berrnanfaat bagi kegiatan
pembelajaran, sifat materi yang diajarkan, metode pembelajaran yang digunakan,dan
yang lain dapat dikembangkan atas dasar hasil evaluasi. Informasi yang didapat dari
evaluasi dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk
masa-masa yang akan datang.
b. Untuk akreditasi
Dengan mengdakan penilaian akan diketahui bagaimana hasi1 belajar siswa,
bagairnana kondisi belajar yang didapatkan oleh sekolah, sudah sesuai dengan
harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah. Informasi
hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman
bagi sekolah, sudah memenuhi standar atau belum.
b. Keterandalan
Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat
kepercayaan bahwa suatu instrumen evaluasi mampu memberikan hasil yang tetap
(Arkunto, 1990:81). Memungkinkan terjadinya kesahihan karena adanya keajegan, tidak
selalu menjamin bahwa hasil yang handal (reliabel) akan selalu menjamin bahwa hasil
evaluasi sahih (valid). Dan sebaliknya keterandalan tidak dijamin ada pada hasil
evaluasi yang memenuhi syarat kesahihan. Keterandalan dipengaruhi oleh sejumlah
faktor.
1. Panjang tes (length of test). Panjang tes berhubungan dengan banyaknya butir
tes, yang pada umumnya terjadi lebih banyak butir tes lebih tinggi keterandalan
evaluasi.
2. Sebaran skor (spread of scores). Koefisien keterandalan secara langsing
dipengaruhi oleh sebaran skor dalam kelompok tercoba. Dengan kata lain,
besarnya sebaran skor akan membuat perkiraan keterandalan yang lebih tinggi
akan terjadi menjadi kenyataan.
3. Tingkat kesulitan tes (difficulty of test). Tes acuan norma (norm referenced test)
yang paling mudah atau paling sukar untuk anggota-anggota kelompok yang
mengerjakan, cenderung menghasilkan skor keterandalan yang rendah. Ini
disebabkan antara hasil tes yang mudah dan yang sulit keduanya dalam satu
sebaran skor yang terbatas.
4. Objektivitas (obyectivity). Objektivitas suatu tes menunjuk kepada tingkat skor
kemampuan yang sama ( yang dimiliki oleh siswa satu dengan siswa yang lain )
memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes.
c. Kepraktisan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepraktisan instrumen evaluasi meliputi :
D. Jenis-jenis Evaluasi
a. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-
kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
b. Evaluasi Selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siswa yang paling
tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
c. Evaluasi Penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa
dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.
d. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan
meningkatan proses belajar dan mengajar.
e. Evaluasi sumatif Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan
hasil dan kemajuan bekerja siswa.
Selama ini kita telah mengenal bahkan menggunakan beberapa bentuk teknologi
pendidikan yang untuk membantu kegiatan-kegiatan pembelajaran. Beberapa alat
bantu tersebut misalnya OHP, LCD, Projektor, penggunaan komputer, dan penggunaan
beberapa bentuk peralatan laboratorium. Munculnya alat bantu dalam berbagai bentuk
teknologi pendidikan tersebut membawa nuansa baru dalam dunia pendidikan,
terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Sambutan masyarakat para
pengguna teknologi pendidikan sangat besar, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu
lama teknologi ini sudah begitu familiar dalam membantu kelancaran pelaksanaan
pendidikan dan pembelajaran.
Menyelusuri proses perkembangannya, E-Learning seperti diuraikan dalam sebuah
situs wikipedia Indonesia (2008), teknologi ini pertama kali diperkenalkan oleh
universitas lllionis di Urbana Champaign dengan menggunakan sistem instruksi
berbasis komputer (Computer-assisted instruction) dan komputer bernama PLATO.
Sejak itu perkembangan E-Learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1990; era CBT (Computer Based Trainning), dimana mulai bermunculan
aplikasi E-Learning yang di operasikan dalam PC Standalone ataupun berbentuk
kemasan CD-ROM isi materinya dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video
dan Audio) dalam format “move”,”mpeg-1”, atau “’avi”.
2. Tahun 1994; seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994
CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan di produk secara
massal.
3. Tahun 1997; LMS (Learning Management System), seiring dengan
perkembangan teknologi internet, masyarakat didunia mulai terkoneksi dengan
internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai
dirasakan sebagai kebutuhan mutlak, dan jarak serta lokasi bukan lagi
merupakan rintangan untuk terjadinya komunikasi.
Secara lebih spesifik dapat diuraikan beberapa ciri dari pembelajaran E-Learning,
yaitu:
Sistem teknologi yang tersedia dan dapat dipergunakan didalam E-Learning antara lain:
Ü Classroom response system
Ü Collaborative software
Ü Discussion boards
Ü E-mail
Ü Educational management system
Ü Educational animation
Ü Electronik performance support system
Ü Eport folios
Ü Games
Ü Hypermedia in general
Ü Learning management system
Ü PDA’s
Ü Podcasts
Ü MP3 Players with multimedia capabilities
Ü Multimedia CD-ROMS
Ü Screencats
Ü Simulations
Ü Text chat
Ü Virtul classrooms
Ü Web-based teaching materials
Ü Web sites and web 2.0 communities
Ü Wiki
1. Induksi yaitu bagian untuk menarik perhatian peserta terhadap topik/ pelajaran
yaang akan di pelajari.
2. Perkembangan adalah bagian yang memuat penjelasan dan contoh-contoh
berkaitan dengan pelajaran yang disajikan.
3. Latihan, memuat latihan-latihan untuk menilai kemampuan belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA