Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Memiliki ilmu pengetauan adalah suatu kewajiaban bagi setiap manusia

dan menjadi hal yang sangat penting dalam menjalani suatu kehidupan, bahkan

setatus sosial dalam suatu masyarakat. Ilmu pengetahuan secara umum hanya

dapat diperoleh melalui suatu proses pembelajaran. Dengan tujuan agar tewujud

masyarakat yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kecerdasan, pengendali

diri, ahklaq yang luhur dan ketampilan yang dapat bermanfaat bagi dirinya dan

orang lain.

Pembelajaran yang baik dan mampu mencari serta mempergunakan model

pembelajran yang sesuai dan efektif dalam mendukung keberhasilan hasil dan

proses belajar, sehingga menjadi seorang sisiwa yang unggul. Siswa yang unggul

menurut Chirudin Hadhiri ( 2003 : 14 ), memiliki tiga ciri yang utama, yaitu

memiliki hasrat, sikap dan sigap dalam belajar. Berbeda dengan siswa yang tidak

unggul yaitu siswa yang hasrat belajarnya rendah, cara belajra yang tidak

tersncana dengan baik, dan tidak berupaya menggunakan cara belajar yang efektif.

Trianto (2010) Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasarat bagi

siswa untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolok ukur bahwa siswa telah

belajar dengan baik ialah jika siswa itu dapt mempelajari apa yang seharusnya

dipelajari, sehingga indikator hasil belaajar yang diinginkan dapat dicapai oleh

siswa.
Model pemebelajran sangat dibutuhkan di sekolah, kususnya bagi

pembelajaran di dalam kelas. Trianto (2010 : 2) menyebutkan bahwa model

pembelajaran adalah suatau perencanaan atau pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencankana pembelajran di kelas atau pemeblajran tutorial.

Sebagai seorang pengajar diharuskan memiliki keahlian dalam mengusai

keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif

sehingga terwujud proses belajar yang baik. Sebab suasana kelas yang

menyenangkan dan kondusif sangat berpengaruh terhadap hasrat, motifasi serta

keaktifan siwa dalam melaksankan pembelajaran. Hartono(2008:11)

mengemukakan pendapat bahwa keaktifan belajar adalah proses pembelajaran

yang dilaksanakan oleh guru dengan sedemikian rupa agar menciptakan peserta

didik yang aktif dalam bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan pendapat.

Motifasi peserta didik dan kesemangatan peserta didik sangat berpengasuh

terhadap proses dan keberhasilan hasil belajar. Banyak dari pakar pendidikan

mengatakan bahwa salah satu indikator terpenting dalam proses pembelajaran

adalah kesungguhan pesertadidik dan motivasi peserta didik dalam belajar.

Seorang siswa yang memiiki motivasi tinggi, pada umumnya mampu meraih

keberhasilan dalam proses maupun output pembelajaran. Sehingga hasil belajar

peserta didik akan meningkat secara signufikan.

Agar tujuan dalam proses pembelajaran pendidikan Agama islam yang

dimana pendidikan Agama Thoha menjelasan Bahawa (1999:1) pendidikan agama

merupakan salah satu dari tiga subyek pelajaran yang harus dimasukkan dalam

kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di Indonesia. Hal ini karena


kehidupan beragama merupkan salah satu dimensi kehidupan yang diharapkan

dapat terwujud secara terpadu.

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “`didik”

dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan”

(hal, cara atau sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa

Yunani “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah

ini kemudian ditejemahkan dalam bahasa Inggris “education” yang berarti

pengembangan atau bimbinga. Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan, sering

digunakan beberapa istilah antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-ta’dib, al-

ta’lim berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengetahuan

dan ketrampilan. Al-tarbiyah berarti mengasuh mendidik dan al-ta’dib lebih

condong pada proses mendidik yang bermuara pada penyempurnaan akhlak/moral

pesertadidik

Namun, kata pendidikan ini lebih sering diterjemahkan dengan “tarbiyah”yang

berarti pendidikan. Dari segi terminologis, Nizar (2001:86) menyimpulkan dari

beberapa pemikiran ilmuwan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang

dilakukan secara bertahap dan simultan (proses), terencana yang dilakukan oleh

orang yang memiliki persayaratan tertentu sebagai pendidik, Selanjutnya kata

pendidikan ini dihubungkan dengan Agama Islam, dan menjadi satu kesatuan

yang tidak dapat diartikan secara terpisah. Pendidikan agama Islam (PAI)

merupakan bagian dari pendidikan Islam dan pendidikan Nasional, yang menjadi

mata pelajaran wajib di setiap lembaga pendidikan Islam.


Menurut Muhaimin ( 2002:79 ) Pendidikan agama Islam sebagaimana

yang tertuang dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan

agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik

untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam,

dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam

hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan

dan persatuan bangsa.

Maka perlu adanya metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran

pendidikan Agama Islam agar materi-materi serta indicator-indikator pendidikan

Agama Islam dapat dicapai dipahami serta mampu di implementasikan dalam

kehidupan sehari hari, oleh sebab itu pemebelajaran perlu adanya perubahan

teknik/cara pembelajaran dari proses pembelajaran yang biasanya suapaya

memberikan hasil pembelajaran yang positif. Metode pembelajaran adalah salah

satu cara untuk mewujudkan hal tersebut. Banyak metode pembelajran yang telah

diciptakan oleh para ahli untuk membangkitka hasrat peserta didik diantaranya

adalah metode Team Game Tournament ( TGT)

Metode Team Game Tournament ( TGT) adalah salah tipe atau metode

pembelajaran kooperaif. Menurut slavin (Komalasari, 2010:62) pembelajaran

kooperatif berarti pemebelajaran atau strategi pemebelajaran yang mengarahkan

siswa untuk melakukan kerjasama secara kolaborasidalam kelompok- kelompok

kecil yang beranggotakan 5-6 orang siswa. Menurut (Slavin, 2005:32), “Teams

Games Tournamen (TGT) pada awalnya di kembngan oleh David Devries dan

Keith Edward, ini merupkan medote pembeajaran pertama dari John Hopkins.
TGT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang menggabungkan kegiatan

belajar kelompok dengan kompetisi kelompok. Teknik pembelajaran kooperatif

adalah salah satu tipe dari model pembelajaran aktif yang terdiri dari beberapa

macam variasi teknik pembelajaran yaitu Student Teams Achievement Division

(STAD), Tim Ahli (Jigsaw), Investigasi Kelompok (Group Investigation), Think

Pair Share (TPS), Numbered Head Together (NHT), dan Teams Games

Tournament (TGT).

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pembelajaran kooperatif

memiliki berbagai macam teknik pembelajaran, namun penulis memilih teknik

Teams Games Tournament (TGT) dikarenakan :

1. Teknik Teams Games Tournament (TGT) ini menggunakan game-

gamekelompok akademik. Dengan game-game akademik tersebut

mewajibkansiswa harus berani tampil dan aktif dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan pada setiap permainan untuk mencari skor individu dan

skorkelompoknya.

2. Teknik Teams Games Tournament (TGT) ini menggunakan turnamen antar

kelompok, yaitu megutus setiap siswa ke meja pertandingan, dengan

turnamen tersebut maka setiap siswa harus siap menjadi perwakilan

kelompoknya dalam menjawab berbagai persoalan yang terdapat dalam kuis

pada meja pertandingan.

3. Teknik Teams Games Tournament (TGT) ini juga mengadakan penghargaan

kelompok berupa skor-skor pada setiap diakhir pembelajaran, sehingga

menimbulkan semangat dan motivasi siswa dalam belajar.


Menurut ( kurniasih, 2012:45 ) Metode Team Game Tournament ( TGT)

adalah yang mudah di terapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa harus

perbedaan setatus, melibatkan sisiwa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur

permainan. Sedangkan menurut ( Kusumandari, 2011:23) bahwa: “Teams Games

Tournamen (TGT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yag

menempatkan sisiwa dalam kelompok-kelompok belajar yag beranggotaan 5-6

orang yang memiliki kemampuan, jenis kealamin dan suku/ras yang berbeda.

Sebaliknya jika seorang peserta didik kurang memilik motivasi dan

kesemangatan dalam belajar akan berdampak buruk bagi peserta didik, proses

belajar dan hasil belajra, sebagaimana yang telah dikatan oleh salah satu siswa

SMP BUSTANUL MAKMUR 2 dan salah satu guru yang mengajar di tempat

tersebut, mulai dari peserta didik tidur di bawah meja, membolos, gaduh di dalam

kelas dll yang menyebabkan kelas kurang kondusif dan berkuragnya hasil belajar.

Berdasarkan uraian diatas peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang

berkenaan dengan model pembelajaran yaitu pemebelajaran kooperatif learning,

dengan judul :

Implementasi Model Pembelajaran Team Game Tournament ( TGT) Pada

Mapel PAI di SMP Bustanul Makmur II

B. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneiti merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana Implementasi model pembelajran Team Game Tournament di

SMP BUSTANUL MAKMUR II


2. Adakah factor pendukung pendukung dan penghabat model pemelajaran

Team Game Tournament

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan penelitian ini secara kusus adalah untuk menegatahui bagaimana

Teams Games Tournamen (TGT) di implemtasikan

2. Dan untuk mengetahuai factor pendudukung dan penghambat model Teams

Games Tournamen (TGT) .

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara Toeoritis

a. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dan tambahan pengetauan

tentang metode pembelajra, kususnya paada Materi pendidikaaan agama

islam.

b. Sebagai tambahan khasanan keilamuan yang merrupakan wujud

sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan juga sebagai bahan

pertimbangan lebih lanjur dalam penelitian yang berkaitan dengan metode

pembelajaran.

2. Secara Praktis

a. Siswa: untuk membantu siswa dalam menguasai materi pedidikan Agama

Islam.

b. Guru: memberikan informasi terhadap pemilihan metode pembelajran

yang mampu diterpakan dan dikembangkan dalam mata pembelajaran

Pendidian Agama Islam.

c. Sekolah memberian masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk

mengambil kebijakan di sekolah tersebut.


d. Peneliti Lain: Memberikan referensi penelitian yang mampu dikembangkn

dalam penelitian selanjutnya.

E. Definisi Konsep Dan Operasional

1. Definisi Konsep

a. Implementasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) implementasi adalah

pelaksanaan penerapan, Implementasi didalam bukunya Kunandar

menyatakan bahwa implementasi adalah penerapan ide konsep Atau

inovasi Kunandar ( 2014: 142)

b. Model Pembelajaran Team Game Tournament

Menurut ( kurniasih, 2012:45 ) “Teams Games Tournamen (TGT)

adalah salah tipe atau metode pembelajaran kooperaif yang mudah di

terapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa harus perbedaan setatus,

melibatkan sisiwa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur

permainan”. Sedangkan menurut ( Kusumandari, 2011:23) bahwa: “Teams

Games Tournamen (TGT) merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yag menempatkan sisiwa dalam kelompok-kelompok belajar

yag beranggotaan 5-6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kealamin

dan suku/ras yang berbeda”. Menurut (Slavin, 2005:32), “Teams Games

Tournamen (TGT) pada awalnya di kembngan oleh David Devries dan

Keith Edward, ini merupkan medote pembeajaran pertama dari John

Hopkins”. Model pemebelajaran “Teams Games Tournamen (TGT) adalah

metode berkelompok yang mudah di terapkan, melibatkan aktifitas seluruh

siswa tana haru ada perbedaan ras.


Model pembelajraan TGT adalah salah satu pembelajran yang

berbasi kooperatif lerning yang dimana pembelajaran kooperatif lerning

ini mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang

kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi

percaya pada guru, kemampuan untuk berpikir, mencari informasi dari

sumber lain dan belajar dari siswa lain mendorong siswa untuk

mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide

temannya dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan

siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini. Pembelajaran

kooperative mengacu pada metode pembeljaran di mana siswa bekerja

bersama dalam satu kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.

Pembelajaran cooperative diselengaraan dalam bentuk kelompok bukan

individual. Anita Lie ( 2004; 8 ) memberi penjelasan bahwa pemebelajran

cooperative berfokus pada pemanfaatan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan.

Menurut Nunuk Suryani dan Leo Agung 2012; 81) pembelajaran

cooperative memiiki beberapa manfaat antara lain :

1. Meingkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan bersosialisasi

2. Melatih kepekaan diri dan empati melalui variasi perbedan sikap dan

perilaku selama bekerja sama

3. Mengursngi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri


4. Meningkatkan motivasi belajar, harga diri, dan sikap perilaku positive

sehingga dengan pembelajran kooperatif pesert didik akan tahu

kedudukannya dan belajar untuk menghargai satu sama lain

5. Meningkatkan prestas belajarkarena dapat membantu peserta didik

memahami konsep – konsep yang sulit.

c. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata

“`didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung

arti “perbuatan” (hal, cara atau sebagainya). Istilah pendidikan ini semula

berasal dari bahasa Yunani “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang

diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian ditejemahkan dalam bahasa

Inggris “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.

Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan, sering digunakan

beberapa istilah antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-ta’dib, al-ta’lim

berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengetahuan

dan ketrampilan. Al-tarbiyah berarti mengasuh mendidik dan al-ta’dib

lebih condong pada proses mendidik yang bermuara pada penyempurnaan

akhlak/moral pesertadidik.

Dari segi terminologis, Samsul Nizar menyimpulkan dari beberapa

pemikiran ilmuwan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang

dilakukan secara bertahap dan simultan (proses), terencana yang dilakukan

oleh orang yang memiliki persayaratan tertentu sebagai pendidik.

Selanjutnya kata pendidikan ini


dihubungkan dengan Agama Islam, dan menjadi satu kesatuan yang

tidak dapat diartikan secara terpisah. Pendidikan agama Islam (PAI)

merupakan bagian dari pendidikan Islam dan pendidikan Nasional, yang

menjadi mata pelajaran wajib di setiap lembaga pendidikan Islam Menurut

Zakiyah Darajat (1987:87) pendidikan agama Islam adalah suatu usaha

untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

pandangan hidup.

Menurut Muhaimin ( 2002:79 ) Pendidikan agama Islam

sebagaimana yang tertuang dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan

bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan

antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang

dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk

meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan Dari pengertian tersebut dapat

ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran

pendidikan agama islam, yaitu berikut ini :


1. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan

bimbingan, pengajaran dan/atau latihan yang dilakukan secara

berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam

arti ada yang dibimbing, diajari dan/atau dilatih dalam peningkatan

keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran

Islam

3. Pendidikan atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang

melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau pelatihan secara

sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan

agama Islam.

4. Kegiatan (pembelajaran) Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk

meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan

ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk

membentuk kesalehan pribadi, juga sekaligus untuk membentuk

kesalehan sosial

2. Definisi Operasiona

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Implementasi Model

Pembelajaran Team Game Tournament ( TGT) Pada Mapel PAI di SMP

Bustanul Makmur II, maka definisi operasional masing- masing Variabel pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. implementasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan dari

metode Demontrasi yang digunakan untuk menyampaikan pelajaran

Pendidikan Agama Islam pada siswa SMP Bustanul Makmur II kelas VII.
b. Secara operasional Metode Team Game Tournament ( TGT) yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah penyampaian materi Pendidikan

Agama Islam menggunakan metode Team Game Tournament ( TGT)

diman dalam pembelajaran ini siswa tidak hanya melatih kerja secara

idnividu namun siswa juga bisa melatih ketanggung jawaban dan melatih

kerjasaman antara sesama kelmopok.

c. Pendidikan Agama Islam Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan

antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa

serata masyarakat yang bertaqwa serta mempunyai budi pekerti yang

luhur.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian pembelajaran

Pengertian Pembelajaran berdasarkan permendikbud Nomor 103

Tahun 2014 adalah proses interksi antarsiswa, antar siswa dengan guru dan

suber belajar pada suatu linkungan belajar. Pembelajaran juga dpat diartikan

suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap siswa.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai tindakan membelajarkan atau membuat

seseorang menjadi belajar.

Pembelajarn dengan pengajaran pada hakikatnya tidak sama. Dalam

Pengajaran untuk menyampaikan sebuah materi guru adalah pihak yang paling

utama dan yang paling aktif. Sedangakan siswa bagaikan gelas

kosong.Sedangkan. Dalam kegiatan pembelajarn antara guru dan siswa terlibat

dalam sebuah interaksi bahan ajar sebagai media. Dalam pembelaran siswa

diharapkan lebih aktif. Keaktifan peserta didik meliputi aspek fisik dan

mental, baik secara individu atupun kelompok.

Keterkaitan makna antara mengajar dan belajar diistilahkan john dewey

dalam wina sanjaya ( 2010 : 104 ) dengan unkapan” teaching is to learning as

selling is to buying” Artinya seseorang tidak mungkin akan menjual manakala

tidak ada orang yang membeli. Tidak akan ada perbuatan mengajar manakala

tidak membuat seseorang belajar. Dengan demikian dalam istilah mengajar


juga terkandung proses belajar siswa. Inilah yang dimaknai dengan

pembelajaran ( I nstruction) Yang melibatkan kedua belah pihak, guru dan

siswa secara aktif.

Pada poin ini barangkali menjadi tampak perbedaan antara

pemeblajran dengan pembelajaran. Pengjaran ( teaching ) memberi kesan satu

pihak yakni pekerjaan guru untuk menyampaikan materi pelajaran pada siswa.

Dalam artian siswa menjadi objek belajar dan pasif. Siswa dianggap bagaikan

kertas putih yang harus di isi oleh guru atau siswa bagaikan gelas kosong dan

guru wajib mengisinya dengan air. Oleh karena itulah istilah pembelajaran

( intruction ) di piih untutuk memberi makna lain yang menyiratkan adanya

interaksi dan komunikasi transaksioanal alias timbal balik antara guru dan

siswa utnuk mencapai tujun yang telah di tetapkan.

Dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa terlibat dalam sebuah

interaksi dengan bahan ajar sebagai media. Dalm interaksi ini siswa di

harapkan lebih aktif. Keaktifan peserta didik meliputi aspek fisik dan

mental,baik secara indifidual maupun kelompok. Interaksi dikatakan optimal

bila terjadi antara guru dengan siswa (komunikasi aksi), siswa dengan guru

(komunikasi interaksi). Pemahaman inilah yang disebut sebagai pendekatan

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning).

Beragkat dari filsafata pendidikan , ada yang disebut dengan pendekatn

pembelajran. Pendekatan pembelajran merupkan titik toak tau susdut pandang

terhadap proses pemebelajran yang akan di langsungakan . pendekatan


pemebelajaran sifatnya masih sangan umum. Pada prinsipnya terdapat dua

jenis pendekatan pembelajaran yaitu :

1. `Teacher centered approach atau teacher centered learning (TCL).

Pendekatan TCL menekankan guru sebagai subjek dan siswa sebagai

objek dalam pembelajaran. Sifat pembelajaran menjadi satu arah dan

dominasi oleh aktivitas guru seperti ceramah.

2. Student centered approach atau student centered learning

(SCL).pendekatan SCL berpussat pada siwa sebagai subjek dalam

pembelajaran. Pembelajaran bersifat multiarah dan siswa didorong untuk

terlibat aktif.

Selain pendekatan pembelajaran, dikenal pula istilah strategi pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah suat kegiatan pembelajaran yang harus

dilakukan oleh guru Dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

efektif dan efesien (Wina sanjaya,2010: 128). strategi pembelajaran juga

sering disebut sebagai pola umum indakan guru-siswa dalam kegiatan

mengajar-belajar. Seperti garis bipolar, strategi pembelajaran di kelompokkan

menjadi dua sebagai berikut

1. Eksposition- Discoveri learning. Strategi ekposition berarti bahan ajar

sudah disjikan oleh oleh guru dna siswa dituntut menguasainya. Maka di

sebut juga direct intructin ( pemebelajaran langsung ) atau pembeljaran

deduktif karena siswa tinggal menerima dan atau perlu mengolahnya.

Sbalknya dalam strategi dicovery inkuiri, sisiwa di tuntut menemukan

sendiri pengalaman belajar memlaui berbagai aktifitas sementar guru lebih


berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Disebut juga indirect

intuction ( pembelajaran tidak langsung ) atau pembelajara induktif karena

siswa masih harus mengolah pengalaman belajar dan ajaran yang di

proleh.

2. Group individual learning. Strategi pembelajarn kelompok berarti

siswabelajar bersam-sama dengan siswa lain dalam suatu kelompok atu

kelas. Setrategi ini tidak di perhitungkan kecepatan belajar masing -masing

individu yang boleh jadi berbeda-beda. Sebaliknya strategi pembelajaran

individual berarti siswa belajar mandiri bergantung pada kemampuan

individu yang bersangkutan. Dalam pembelajran konvensional juga harus

di perhatikan oleh guru ( cura personalis ).

Menurut Abd. Rahman Hamid ( 2014; 78) merujuk pendapat wijdja dan

Kochar, terdapat lima strategi utama dalam melakukan pembelajaran yaitu

a. Kronologi

b. Tematis

c. Perkembangan khusus

d. Regrsif, strategis.

Strategi pemebelajran sifatnya masih sangat konseptual, maka untuk

mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.

Wina Sanjaya ( 2012: 127) membedakan srategi sebagai ” a plan of operation

achieving something” dan metode sebagai “ a way in achieving something” .

metode pembelajaran merupakan cara untuk mengimplementasikan rencana

yang sudah disusun dalam kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Metode pembelajran antara lain ceramah, ceramah berfariasi,


Demontrasi ( peragaan), tanya jawab, diskusi, simulasi ( mencoba dalam

sekala kecil ), laboratorium, debat simoposium, penugasan, role playing, mind

mapping, Teams Games Tournamen (TGT) an sebagainya.

B. Pengertian Pembelajaran Teams Games Tournamen (TGT)

Salah satu model pembelajaran berorientasi SCL yang popular dan

memilik banyak tipe yakni model pemebelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif diselengarakan dalam bentuk kelompok bukan individual. Dimana

teman yang lebih mampu memahami sebuah materi diharapkan bisa menolong

teman yang lemah sehingga setiap anggota kelompok memberi sumbangan dan

berkesempatan untuk bersosialisasi.

Salah satu dari model pemebelajaran koopertif adalah model pembelajaran

Teams Games Tournamen (TGT). Menurut ( Kurniasih, 2012: 47 ) “Teams Games

Tournamen (TGT) adalah salah satu tipe atau metode pemebeljaran kooperatif

yang mudah di terapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada

perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung

unsur permainan. Sedangkan menurut ( Kusumandari, 2011 ) bahwa: “ Teams

Games Tournamen ( TGT ) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan

5-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku/ras yang

berbeda” menurut ( Slaving, 2005: 48 ) “ Team Games Tounamen ( TGT ) adalah

metode berkelompok yang mudah di terapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa

tanpa harus ada perbedaan status.


Teknik pembelajaran kooperatif merupakan suatu teknik

pengajarandimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

tingkat kemampuan berbeda. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk

memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif

dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan

teknik pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil,

yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,

jenis kelamin, atau suku yang berbeda (heterogen). Pembelajaran kooperatif juga

di susun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi (keaktifan) siswa,

memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat

keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan pada siswa lain untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompokakan

memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi

dipersyaratkan Dengan demikian, teknik pembelajaran kooperatif merupakan

pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar siswa dan belajar

anggota lainnya dalam kelompok tersebut

Adapun pelaksanaannya menurut Slavin pembelajaran kooperatiftipe TGT

terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu

a. Tahap penyajian kelas (Class Precentation),

b. Belajar dalam Kelompok (Teams),

c. Permainan (Games),
d. Pertandingan (Tournament),

e. Penghargaan kelompok (Team Recognition)

Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh slavin maka teknikpembelajaran

kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Team (Kelompok)

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa

yanganggotanya heterogen dilihat dari hasil akademik, jenis kelamindan ras

atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama

teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota

kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game dan

turnamen. Pada tahap ini siswa belajar bersama dengan anggota kelompoknya

untuk menyelesaikan tugas dan soal yang diberikan. Siswa diberikan

kebebasan untuk belajar bersama dan saling membantu dengan teman dalam

kelompok untuk mendalami materi pelajaran. Selama belajar kelompok, guru

berperan sebagai fasilitator dengan mengarahkan siswa yang mengalami

kesulitandalam penyelesaian tugas, serta memandu berfungsinya kelompok

belajar.

2. Game (Permainan)

Siswa dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap kelompok

mengirimkan perwakilannya untuk duduk di meja turnamen. Artinya, semua

anggota kelompok tersebar kemeja turnamen yang berbeda. Bentuk turnamen

dapat berupa kuis rebutan yang harus dijawab oleh siswa adapula yang
mengatakan game terdiri dari atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya

relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya

dari presentasi dikelas dan pelaksanaan kerja tim. Kebanyakan game terdiri

dari pertanyaan-pertanyaan sederahana bernomor. Siswa memilih kartu

bernomoryang berperan sebagai pemain mencoba menjawab pertanyaan yang

sesuai dengan nomor itu. Kelompok lain diperbolehkan merebut pertanyaan

yang tidak dapat dijawab atau jawabannya salah. Siswa yang menjawab benar

pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa

untuk turnamen mingguan.

3. Tournament (Kompetisi)

Turnamen dilakukan pada pertemuan ke-4 akhir minggu atau pada

materi akhir tiap bab setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok

sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa

kedalam beberapa meja turnamen. Siswa masing-masing kelompok dari

tingkat akademik tertinggi sampai tingkat terendah dikelompokkan bersama

siswa dari kelompok lain yang mempunyai tingkat akademik sama untuk

membentuk satu kelompok turnamen yang homogen. Siswa dari masing-

masing kelompok bertanding untuk menyumbangkan poin tertinggi bagi

kelompoknya. Dalam turnamen ini, siswa yang memiliki kemampuan

akademik sedang atau rendah dapat menjadi siswa yang mendapat point

tertinggi dalam kelompok turnamennya. Poin dari perolehan setiaanggota

diakumulasikan dalam poin kelompokDalam pelaksanaan tournament

(kompetisi), guru memberikan penghargaan untuk kelompok bukan individu,


sehingga keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan setiap

anggotanya

C. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaraan TGT

Menurut (Suarjana, 2000) dalam (Ekocin,2011) menyatakan model

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) memiliki beberapa kelebihan di

antaranya: (a) lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, (b)

mengepankan penerimaan terhadap perbedaan individu, (c) dengan waktu yang

sedikit siswa dapat menguasai materi secara mendalam, (d) proses belajar

mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, (e) motivasi belajar lebih

tinggi, serta (f) mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi denan orang lain. Di

dalam TGT juga tedapat kelamahan diantaranya: bagi guru sulitnya

mengelompokan sisa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis,

serta adanya siswa berkemampuan tinggi yag kurang terbiasa dan sulit

memberikan penjelasan kepada temannya.

D. Pengertian pendidikan Agama Islam

Thoha menjelasan Bahawa (1999:1) pendidikan agama merupakan salah satu

dari tiga subyek pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum setiap

lembaga pendidikan formal di Indonesia. Hal ini karena kehidupan beragama

merupkan salah satu dimensi kehidupan yang diharapkan dapat terwujud secara

terpadu.

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “`didik”

dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan”
(hal, cara atau sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa

Yunani “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah

ini kemudian ditejemahkan dalam bahasa Inggris “education” yang berarti

pengembangan atau bimbinga. Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan, sering

digunakan beberapa istilah antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-ta’dib, al-

ta’lim berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengetahuan

dan ketrampilan. Al-tarbiyah berarti mengasuh mendidik dan al-ta’dib lebih

condong pada proses mendidik yang bermuara pada penyempurnaan akhlak/moral

pesertadidik

Namun, kata pendidikan ini lebih sering diterjemahkan dengan “tarbiyah”yang

berarti pendidikan. Dari segi terminologis, Nizar (2001:86) menyimpulkan dari

beberapa pemikiran ilmuwan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang

dilakukan secara bertahap dan simultan (proses), terencana yang dilakukan oleh

orang yang memiliki persayaratan tertentu sebagai pendidik, Selanjutnya kata

pendidikan ini dihubungkan dengan Agama Islam, dan menjadi satu kesatuan

yang tidak dapat diartikan secara terpisah. Pendidikan agama Islam (PAI)

merupakan bagian dari pendidikan Islam dan pendidikan Nasional, yang menjadi

mata pelajaran wajib di setiap lembaga pendidikan Islam.

Menurut Muhaimin ( 2002:79 ) Pendidikan agama Islam sebagaimana

yang tertuang dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan

agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik

untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam,

dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam


hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan

dan persatuan bangsa.

Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik

dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan

mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan

yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Dari

pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pembelajaran pendidikan agama islam, yaitu berikut ini :

1. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan

bimbingan, pengajaran dan/atau latihan yang dilakukan secara berencana dan

sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada

yang dibimbing, diajari dan/atau dilatih dalam peningkatan keyakinan,

pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran Islam

3. Pendidikan atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang melakukan

kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau pelatihan secara sadar terhadap

peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.

4. Kegiatan (pembelajaran) Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk

meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran

agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan

pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial.


E. Dasar Dasar Penidikan Agama Islam

Pelaksanaan pendidikan agama Islam di Sekolah mempunyai dasar yang

kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk dapat ditinjau dari berbagai segi,

yaitu :

a. Dasar Yuri

Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-

undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam

melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar Yuridis

formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu :

 Dasar Ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama : Ketuhanan

Yang Maha Esa

 Dasar Struktural/konstitusional, yaitu UUD’45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1

dan 2, yang berbunyi : 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

; 2) negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama

masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu.

 Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No.IV/MPR/1973 yang

kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No.IV/MPR/1978 jo. Ketetapan MPR

Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR

No. II/MPR 1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara yanng pada

pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung

dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah

dasar hingga perguruan tinggi.

b. Segi Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius/agama adalah dasar yang

bersumber dari ajaran islam baik yang tertera dalam Al Qur’an atau Hadits

Nabi. Menurut ajaran islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan

merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya.9 Dalam Al-Qur’an banyak ayat

yang menunjukkan perintah tersebut, antara lain :

QS. An Nahl: 125

Artinya :“....Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hatimu

menjadi tentram.

QS. Ali Imron : 104

Artinya :“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari

yang munkar.

Hadis nabi.
Artinya “Sampaikanlah ajaran pada orang lain walau pun hanya

sedikit.

c. Aspek Psikologis

Psikologis adalah dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan

bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa, dalam hidupnya manusia baik sebagai

individu maupun sebagai anggota masyarakat seringkali dihadapkan pada hal-hal

yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan

pegangan hidup. Sebagaiamana telah dikemukakan oleh Zuhairini dkk bahwa :

semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup (agama).

Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui

adanya zat Yang Maha Kuasa, ttempat mereka memohon pertolongan-Nya. Hal

semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyrakat yang

sudah modern. mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat

mendekat dan mengabdi kepada Zat Ynag Maha Kuasa. Berdasarkan uraian ini

jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan tentram ialah dengan jalan

mendekatkan diri kepada Tuhan. 12 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam

F. Tujuan pendidikan agama islam

Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu usaha

atau kegiatan. Dalam bahasa arab dinyatakan dengan ghayat atau maqasid. Sedang

dalam bahasa Inggris, istilah tujuan dinyatakan dengan “goal atau purpose atau

objective” Suatu kegiatan akan berakhir, bila tujuannya sudah tercapai. Kalau

tujuan tersebut bukan tujuan akhir, kegiatan selanjutnya akan segera dimulai

untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.
Dalam merumuskan tujuan tentunya tidak boleh menyimpang dari ajaran

Islam. Sebagaimana yang telah diungkapkan Zakiyah Darajat dalam bukunya

Metodologi Pengajaran Agama Islam menyebutkan tiga prinsip dalam

merumuskan tujuan yaitu

a. Memelihara kebutuhan pokok hidup yang vital, seperti agama, jiwa dan raga,

keturunan, harta, akal dan kehormatan.

b. Menyempurnakan dan melengkapi kebutuhan hidup sehingga yang diperlukan

mudah didapat, kesulitan dapat diatasi dan dihilangkan.

c. Mewujudkan keindahan dan kesempurnaan dalam suatu kebutuhan.

Pendidikan agama Islam di sekolah / madrasah bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan

pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang

agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembangdalam hal

keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan

pada jenjang yang lebih tinggi.

Penekanan terpenting dari ajaran agama Islam pada dasarnya adalah

hubungan antar sesama manusia yang sarat dengan nilai-nilai yang berkaitan

dengan moralitas sosial itu. Sejalan dengan hal ini, arah pelajaran etika di dalam

Al Qur’an dan secara tegas di dalam hadis Nabi mengenai diutusnya Nabi adalah

untuk memperbaiki moralitas bangsa Arab waktu itu.

Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama islam, baik makna maupun

tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak

dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini
juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik

yang kemudian akan mempu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.

G. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Sebagai suatu subyek pelajaran, pendidikan agama Islam mempunyai

fungsi berbeda dengan subyek pelajaran yang lain. Ia dapat memiliki fungsi yang

bermacam-macam, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai masing-masing

lembaga pendidikan.18 Namun secara umum, Abdul majid mengemukakan bahwa

kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai

berikut

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik

kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada

dasarnya dan pertama-tama kewajiban dilakukan oleh setiap orang tua dalam

keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkan menanamkan keimanan dan

etakwaan dilakukanoleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi

untuk menumbuh kembangkankan lebih lanjut dalam diri anak melalui

bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut

dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan-nya

baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah

lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian menta, yaitu

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun


lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran

agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangankekuranga dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam

keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau

dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata

dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.g.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus

di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal

sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

H. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Secara umum, sebagaimana tujuan pendidikan agama islam di atas, maka

dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak dituju oleh kegiatan pembelajaran

pendidikan agama Islam. Yaitu,

 Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

 Dimensi pemahaman atau penalaran intelektual serta keilmuan peserta didik

terhadap ajaran agama Islam.

 Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik

dalam menjalankan ajaran Islam.

 Dimensi pengamalan, dalam arti bagaimana ajaran islam yang telah di imani,

dipahami dan dihayati oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi
dalam dirinya untuk mengamalkan ajaran agama dan nilai-nilainya dalam

kehidupan pribadinya serta merealisasikannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedang menurut Hasbi Ash-Shidiqi,

ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi :

a. Tarbiyah jismiyyah, yaitu segala rupa pendidikan yang wujudnya menyuburka

dan menyehatkan tubuh serta menegakkannya, supaya dapat merintangi

kesukaran yang dihadapi dalam pengalamannya.

b. Tarbiyah aqliyah, yaitu sebagaimana rupa pendidikan dan pelajaran yang

hasilnya dapat mencerdaskan akal menajamkan otak semisal ilmu berhitung.

c. Tarbiyah adabiyah, segala sesuatu praktek maupun teori yang dapat

meningkatkan budi dan meningkatkn perangai. Tarbiyah adabiyah atau

pendidikan budi pekerti/akhlak dalam ajaran islam merupakam salah satu

ajaran pokok yang mesti diajarkan agar umatnya memiliki dan melaksanakan

akhlak yang mulia sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Dengan melihat arti pendidikan islam dan ruang lingkupnya diatas, jelaslah bahwa

dengan pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang

berkepribadian kuat dan baik (akhlakul karimah) berdasarkan pada ajaran agama

Islam. Oleh karena itulah, pendidikan Islam sangat penting sebab dengan

pendidikan Islam, orang tua atau guru sebisa mungkin mengarahkan anak untuk

membentuk kepribadian yang sesuai dengan ajaran islam

I. Pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi Peserta Didik

Setelah kita mengetahui tujuan, fungsi maupun lapangan pendidikan

agama Islam, tentunya pendidikan agama Islam sangat penting dalam


mengarahkan potensi dan kepribadian peserta didik dalam pendidikan Islam.

Begitu pentingnya pendidikan agama Islam di sekolah dalam mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Oleh karena itu pendidikan agama islam di Indonesia

dimasukkan ke dalam kurikulum nasional yang wajib diikuti oleh semua anak

didik mulai jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

Bagi umat Islam tentunya pendidikan agama yang wajib diikutinya itu

adalah pendidikan agama islam. Dalam hal ini pendidikan agama Islam

mempunyai tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan

nasional sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional No. 20 Tahun 2003, yaitu : Pendidikan Nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama islam dalam mewujudkan

tujuan pendidikan Nasional, maka pendidikan agama Islam harus diberikan dan

dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-baiknya.

J. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Kurikulum.

Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Latin “curriculum”,

semula berarti lapangan perlombaan lari. Dan terdapat pula dalam bahasa

Yunani “courir” yang artinya berlari. Istilah kurikulum berasal dari dunia

olahraga pada zaman Romawi Kuno. Kemudian istilah itu digunakan untuk

menyebut sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai


suatu gelar atau ijazah. Secara istilah beberapa ahli mengendefinisikan : M.

Arifin memandang kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang harus

disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu system institusional

pendidikan orow and Crow mendefinisikan bahwa kurikulum adalah

rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara

sitematis untuk menyelesaikan suatu program.

Menurut Zakia (1997:123). Kurikulum sebagai suatu program yang

direncanak dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai

sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Dari beberapa pengertian diatas,

definisi M. Arifin dan Corow and Crow, lebih tradisional karena kurikulum

lebih menitik beratkan pada materi pelajaran semata. Sedang pengertian

Zakiah Daradjat lebih luas dari pengertian sebelumnya karena disini

kurikulum tidak hanya dipandang dalam artian mata pelajaran, namun juga

mencakup seluruh program di dalam kegiatan pendidikan.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003

disebutkan bahwa “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi,dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

Dakir (2004:3) menjelaskan, Jadi kurikulum ialah suatu program

pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang

direncanakan dan dirancang secara sistemik atas dasar norma-norma yang

berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga

kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.


2. Materi / Isi Pendidikan Agama Islam

Khobib (1999:2) mejelaskan bahwa Kurikulum yang baik dan relevan

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan islam adalah yang bersifat

integrated dan komperehensif serta menjadikan Al-Qur’an dan As Sunnah

sebagai pedoman utama dalam hidup. Sebagaimana kita ketahui ajaran pokok

Islam adalah meliputi : masalah Aqidah (keimanan), syari’ah (keislaman),

dan akhlak (ihsan). Ketiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi

dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits serta

ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh) 33 sehingga secara berurutan :

 Tauhid (ketuhanan), suatu bidang studi yang mengajarkan dan

membimbing untuk dapat mengetahui, meyakini dan mengamalkan

akidah islam secara benar.

 Akhlak ; Mempelajari tentang akhlak-akhlak terpuji yang harus di

teladani dan tercela yang harus dijauhi. Serta mengajarkan pada peserta

didik untuk membentuk dan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam bentuk

tingkah laku baik dalam hubungan dengan Allah, sesama manusia

maupun manusia dengan alam.

 Fiqh/Ibadah ; merupakan pengajaran dan bimbingan untuk mengetahui

syari’at Islam yang di dalamnya mengandung perintah-perintah agama

yang harus diamalkan dan larangan yang harus dijauhi. Berisi

normanorma hukum, nilai-nilai dan sikap yang menjadi dasar dan

pandangan hidup seorang muslim, yang harus di patuhi dan dilaksanakan

oleh dirinya, keluarganya dan masyarakat lingkungannya.


 Studi Al Qur’an; merupakan perencanaan dan pelaksanaan program

pengajaran membaca dan mengartikan/menafsirkan ayat-ayat Al Qur’a

tertentu yang sesuai dengan kepentingan siswa menurut tingkat-tingkat

sekolah yang bersangkutan. Sehingga dapat dijadikan modal kemampuan

untuk mempelajari, meresapi dan menghayati pokok-pokok kandungan

dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

 Al Hadits; seperti halnya Al Qur’an diatas merupakan perencanaan dan

pelaksanaan program pengajaran membaca dan mengartikan hadits-hadits

tertentu sesuai dengan kepentingan siswa. Sehingga siswa dapat

mempelajari, menghayati dan menarik hikmah yang terkandung di

dalamnya.

 Tarikh Islam; memberikan pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan

Islam, meliputi masa sebelum kelahiran Islam, masa Nabi dan

sesudahnyabaik dalam daulah Islamiyah maupun pada negara-negara

lainnya di dunia, khususnya perkembangan agama islam di tanah air.

3. Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam

Kompetensi dasar berisis sekumpulan kemampuan minimal yang harus

dukuasai siswa selama menempuh pendidikan disekolah dasar/madrasah

Ibtidaiyyah. Kemmapuan ini berorientasi pada perilaku efektif dan psikomorik

dengan dudkungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan

dan ketakwaan kepada Allad SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum

dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari


kemampuan dasar umum yang harus dicapai di sekolah menengah

umum/Madrasah aliyah yaitu :

a. Beriman kepada Allah SWt dan lima rukun iman yang lain dengan

mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap, perilaku

dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horisontal.

b. Dapat membaca, menulis, dan memahami ayat Al Qur’an serta mengetahui

hukum bacaannya dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Mampu beribadah dengan baik sesuai dengan tuntunan syariat Islam baik

ibadah wajib, maupun ibadah Sunnah.

d. Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah, sahabat, dan

tabi’in serta mampu mengambil hikmah dari sejarah perkembangan Islam

untuk kepentingan hidup sehari-hari masa kini dan masa depan.

e. Mampu megamalkan sistem muamalat Islam dalam tata kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

K. Kajian Teori Dalam Prekspektif Islam

L. Kajian Penelitian yang Relevan

Berikut ini beberapa penelitian yang relevan atau terdapat kaitannya

dengan penelitiannya saat ini, antara lain:

1. Adang Romanda, dengan judul skripsi Penerapan Model Pembelajaran Team

Game Tournament (TGT) untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada kelas
V Di MI Al-Fajar Pringsewu Tahun Pelajaran 2016/2017” Jurusan Pendidikan

Guru Madrasah Ibtida’iyah UIN Raden Intan Lampung. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan model kooperativ tipeTGT dapat

meningkatkan hasil belajar Fiqih. Persentase pada siklus pertama mengalami

peningkatan yakni dengan jumlah siswa 28 sisiwa yang tuntas (60,7%),

sedangkan yang tidak tuntas 11 siswa (39,3%). Selanjutnya pada siklus ke dua

dengan siswa 28 sisiwa yang tuntas 24 (85,2%) sedangkan yang tidak tuntas 4 (

14,3).

2. Penelitian dilakukan oleh Dhessriatno Fajar Nugrho, dengan judul Skripsi

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Team Game

Tournament (TGT) pada sisiwa kelas V SD Kaliwiru Semarang”. Hasil

penelitian menunjukkan keretampilan guru pada sisklus I memperoleh skor

17,5 dengan kriteria baik. Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh rata-rata

17,7 dengan kriteria baik, dan siklus II memperoleh 22, 15 dengan kriteria

sangat baik. Presentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus I

memperoleh presentase 57%, siklus II memperoleh presentase 88%. Simpulan

dari penelitian ini adalah implementasi model TGT meningkatkan keterampilan

guru, keaktifan siswa dan hasil belajar siswa kelas V SD Kaliwiru Semarang

3. Penelitian dilakukan oleh Musfiroh Afita, dengan judul skripsi “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Peristiwa sekitar Proklamasi Siwa

Kelas VB MI Muhammadiyah Pangadegan Kecamatan Pangadegan Kabupaten

Purbalingga Tahun pelajaran 2015”. Penelitian dengan menerapkan model

pembelajran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) pada


pembelajarn IPS materi peristiwa sekitar proklamasi dapat meningkatkan hasil

belajar IPS siswa kelas VB MI Muhammadiyah Pangadegan. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata dan presentase siswa

mencapai ketuntasan belajar adalah 42,86%. Pada siklus I, nilai rata-rata kelas

yang diperoleh siswa adalah 64 sedangkan presentase jumlah siswa yang

mencapai ketuntasan belajar adalah 61,90%. Pada siklus II, nilai rata-rata yang

diperoleh siswa mencapai 70.57 sedangkan presentase ketuntasan belajar

sisiwa yang mencapai 80,95%.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif deskriptif karena dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan berupa

data yang menggambarkan secara rinci, bukan data yang berupa angka-angka. Hal

ini karena pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilakn

kata tertulis atau lisan dari lisan atau orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif sendiri adalah suatu pendekatan ilmiah yang menggunakan


situasi social tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibenti\uk

dengan kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan analisis data yang relevan yang

diperoleh dari situs yang dilihat secara ilmiah.

Sugiono (2016:8)metode penelitian kualitatif sering desebut metode

penelitian naturalistic kareana penelitiannya dilakukan pada kondisi yang ilmiah

(natural setting) disebut juga sebagai metode-metode etnograpi, karena pada

awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi

budaya, disebu sebagai metode kualitatif, karena data yang terukumpul dan

analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Pada dasrnya penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengandalkan

pengamatan, wawncar serta dokumentasipada objek penelitian yang dihasilkan

data dengan digambarkan secara terperinci. Penelitian ini berupa deskripsi yang

bertujuan untuk mendiskripsikan, menggambarkan, atau menjelaskan data secara

sistematis melalui fakta-fakta yang terjadi atau berdasarkan fenomena yang telah

terjadi dan diselidiki dengan menyesuaikan focus penelitian yang mendiskripsikan

bukan mengukur dat-data yang diperoleh.

Pada penelitian ini peneliti akan meneliti data-data deskripsi tentang

seberapa besar motifasi dan keaktifan siswa SMP BUSTANUL MAKMUR II

Kelas VII melalui model pembelajaran Teams Game Tournmen ( TGT ) yang

membutuhkan data wawancara yang membutuhkan pengumpulan data dari hasil

observasi didalam kelas dan wawncara terhadap wali kelas serta peserta didik

kelas VII terkait Implementasi model pembelajaran yang di gunakan tenaga

pendidik SMP BUSTANUL MAKMUR II Kelas VII.


B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti ini sangatlah utama seperti

yang dikatakan Moleong ( 2016:9) dalam penellitian kualitatif:

peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpulan data

utama. Untuk memperoleh data yang akurat pada penelitian ini makak peneliti

hadir langsung ke lokasi SMP BUSTANUL MAKMUR II untuk memperoleh data

lebih banyak, penelitian ini dilakukan denga studi lapangan yang artinya peneliti

harus dating langsung ke tempat penelitian.

Selama melakukan studi lapangan peneliti menyiapkan segala sesuatu

yang dibutuhkan selama kegiatan penelitian, karena penelitian adalah kunci utama

dalam sebuah pengumpulan data. Dalam melakukan penelitian, peneliti

memanfaatkan buku tulis, alat tulis, perekam dalam pengumpulan data

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Bustanul Makmur II

Genteng yang terdiri dari 20 siswa, terdiri dari 12 siswa putri dan 8 siswa

putra.Objek penelitian ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu tentang sesuatu yang objektif, valid, dan relifable tentang suatu

hal ( variable tertentu ) ( Sugiono 2016:13). Objek penelitian ini adalah

Implementasi Model Pembelajaran TGT

D. Tempat dan waktu

1. Tempat Penelitian
Penelititan ini dilakukan di SMP Bustanul Makmur II tahun ajaran 2021/2022

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada

E. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian kesalahan

dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperleh juga

akan meleset dari yang diharapkan. Sumber data meliputi dua jenis yaitu :

1. Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian,

dalam penlitian ini sumber data primernya yakni :

a. Guru kelas VII

b. Siswa kelas VII SMP Butanul Makmur II.

2. Sumber data skunder, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara

tidak langsung melalui media perantara. Adapun data sekunder untuk

penelitian ini diambil dari hasil observasi yang berkaitan dengan focus

penelitian. Yaitu dari wawancara dengan siswa kelas VII SMP Butanul

Makmur II. Data skunder yaitu data-data yang diperoleh dari wawancara

dengan guru kelas VII SMP Butanul Makmur II. Adapun data skunder

juga diambil dari buku penunjang.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Pada bagian ini dikemukakan bahwa, dalam penelitian kualitatif, teknik

pengumpulan data yang utama adalah :

1. Observasi Participan
Metod observasi atau disebut dengan pengamatan adalah kegiatan

pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh

panca indra. Observsi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secaraq sistematik gejala-

gejala yang diselidiki.

Dalam penelitian kualitatif ada beberapa alas an mengapa

pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya. Adapun lasan menurut Guba

yaitu :

1) Tenik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman langsung. Untuk

memperoleh keyakinan tentang keabsaan data terseut, jalan yang

ditempuh adalah mengamati sendiri peristiwa dan mengalami langsung

peristiwa. Tekni pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati

sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang

terjadi pada keadaan yang sebebanarnya.

2) Pengamatan yang memungkinkan peneliti mencatatperistiwa dalam

situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari

data.

3) Teknik pengamatan dilakukan agar data yang didapat tidak mengalami

keraguan. Karena sering timbul keraguan dalam data yang didapat maka

diperlukan adanya pengamatan untuk melihat data yang lebih akurat.

Teknk ini memungkinkan peneliti mampu memahami situasi yang rumit.

4) Jika teknik komunikasi tidak memungkinkan maka pengamatan dapat

menjadi alat yang sangat bermanfaat.


Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi atau pengamatan

langsung disekolah untuk melihat bagaimana keatifan siswa kelas VII SMP

Busatanu Makmur II

2. Wawancara

Sugiono (2016:137) menyatakan bahwa wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan sutdi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang yang harus diteliti, dan juga apabila

penelitian ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan

jumlah respondennya sdikit/kecil.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunaan wawancara tidak

terstruktur, wawancarayang bebas dimana peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematik dan lengkap untuk

pegumpuln datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa gris-

garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Disini peneliti berperan aktif

untuk bertanya agar memperoleh jawaban dari masalah yang ada, sehingga

diperoleh data peneliti dalam hal ini, peneliti terlebih dahulu menentukan

siapa yang akan diwawancarai serta menyiapkan secara garis besar dftar

pertanyaan yang sesuai dan berkaitan dengn judul penelitian.

Dengan demikian diharapkan akan mendapatkan dara yang rinci dan

mendalam tentang pengimplementsian metode pembelajaran kooperatif di

SMP Bustanul Makmur II. Pihk yang diwawancarai diantaranya adalah guru

dan siswa SMP Bustanul Makmur II.

3. Dokumentasi
Sugiyono (2016:240) menyatakan bahwa dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini dokumentasi

yang dimaksud adalah dokumen yang berupa data sekolah yang diperlukan

dalam penelitian, serta dokumen pelengkap berupa rencana pelaksanaan

pembelajaran dan penilaian pembelajaran, selain itu juga berupa foto

kegiatan dan media pembelajaran yang digunakan.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan

secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Dalam hal analisis data kualitatif,

Bogdan (2016:244) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.

Adapun langkah-langkah analisis data Analisis model Miles dan

Huberman (1992:16) sebagai berikut :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono,

2016:247). Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Setelah data didapatkan kemudian

peneliti melakukan reduksi data yang telah peneliti dapatkan dari lokasi
penelitian. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data di reduksi, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data,

maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan merupakan inti dari hasil penelitian,

data yang telah diverifikasi, akan dijadikan landasan dalam melakukan

penarikan kesimpulan. Dengan kegiatan mereduksi data, dan penyimpulan

terhadap hasil penelitian yang dilakukan memberikan kemudahan pembaca

dalam memahami proses dan hasil penelitian tentang implementasi metode

TGT melalui pendekatan pembelajaran integratif wawancara kelas VII.

A. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moleong (2007:324) untuk menetapkan keabsahan data

diperlukan teknik pemeriksaan. Teknik pemeriksaan didasarkan atas

sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan untuk

melakukan pemeriksaan keabsahan data kualitatif yaitu :


1. Kreadibitas (credibility)

Penerapan derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan

konsep validitas internal dan nonkualitatif. Fungsi derajat kepercayaan

yaitu, Pertama, penemuannya dapat dicapai; Kedua, mempertunjukkan

derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian

oleh peneliti pada kenyataan yang sedang diteliti.

2. Keteralihan (transferabillity)

Dengan melakukan uraian rinci dari kasus kekasus lain sehingga

setiap pembaca laporan penelitian ini mendapatkan gambaran yang

jelas dan dapat menerapkan data penelitian dengan jelas dan akurat.

Sehingga akan memberi masukan bagi siapa saja yang membaca dan

akan merasa tertarik untuk dapat diaplikasikan pada tempat tempat dan

konteks lain.

3. Kebergantungan (dependabillity)

Yaitu mengusahakan agar proses penelitian tetap konsisten

dengan meninjau ulang semua aktifitas penelitian terhadap data yang

telah diperoleh dengan memperhatikan konsistensi data. Jika dua atau

beberapa kali pengulangan dalam suatu kondisi yang sama dan

hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan reabilitasnya tercapai

Untuk mengetahui dan memastikan apakah hasil penelitian ini

benar atau salah, peneliti mendiskusikannya dengan pembimbing


secara bertahap mengenai data-data yang didapat dilapangan mulai

dari proses penelitian sampai pada taraf kebenaran data yang didapat.

4. Kepastian (confirmability)

Yaitu mengusahakan agar data dapat dijamin keterpercayaannya

sehingga kualitas data dapat dipertanggung jawabkan. Cara yang

dilakukan dengan mengedit semua data yang diperoleh untuk

menentukan kepastian dan kualitas data yang diperoleh. Kepastian

hasil peneliti dapat diakui oleh banyak orang secara obyektif.

Untuk menjamin kepastian bahwa penelitian ini obyektif,

peneliti dalam hal ini melakukan pemeriksaan secara cermat bersama

dengan pembimbing mulai dari asal-usul data sampai kegiatan peneliti

tentang keabsahan data.

B. Tahap Tahap Penelitian

Menurut Moleong (2016:127) ada tiga tahapan pokok dalam

penelitian kualitatif antara lain :

1. Tahap pra lapangan, yang meliputi :

a. Memilih fokus penelitian

b. Penentuan lokasi penelitian

c. Mengurus perizinan

d. Memilih dan memanfaatkan informan

e. Menyiapkan perlengkapan penelitian

f. Persoalan etika penelitian


2. Tahap kegiatan lapangan, tahap ini meliputi pengumpulan data-data

yang terkait dengan fokus penelitian yaitu implementasi metode

pembelajaran Teams Game Tournmen ( TGT )

3. Tahap penulisan laporan, tahap ini meliputi kegiatan dari semua

rangkaian kegiatan. Setelah itu melakukan konsultasui hasil penelitian

dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan masukan sebagai

perbaikan menjadi lebih baik sehingga dapat menyempurnakan hasil

penelitian.

22 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas,

Bab II pasal 3

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1992) 121

Anda mungkin juga menyukai