Anda di halaman 1dari 43

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT


TERHADAP HASIL BELAJAR PJOK PADA SISWA DI MA UNGGULAN
KH. ABD. WAHAB HASBULLOH BAHRUL ULUM

PROPOSAL

Disusun Oleh :
ABDUL MU’IZ FAHMI BAKHRI
NIM. 198074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2023
2

BAB I
PEDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi Pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan

untuk membentuk karakter bangsa dan peradaban yang layak dalam rangka

Pendidikan untuk kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, cakap

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara suatu negara. Dan bertanggung

jawab.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun

2003 bab II pasal 3)

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan selalu

mengalami perubahan, perkembangan dan perbaikan sesuai dengan

perkembangan di segala bidang kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam

bidang pendidikan meliputi berbagai komponen yang terlibat di dalamnya

baik itu pelaksana pendidikan di lapangan (kompetensi guru dan kualitas


3

tenaga pendidik), mutu pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan

prasarana pendidikan dan mutu menejemen pendidikan termasuk perubahan

dalam metode dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif. Upaya perubahan

dan perbaikan tersebut bertujuan membawa kualitas pendidikan Indonesia

lebih baik.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan

mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan

berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional

senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa,

2016:54).

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan yang bertujuan

untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, dan

tindakan moral. Pendidikan Jasmani juga bertujuan untuk mengenalkan

kepada peserta didik tentang pola hidup sehat dan menjaga kebersihan

lingkungan.

Pendidikan Jasmani adalah bagian integral dari pendidikan keseluruan

yang memberikan sumbangan terhadap perkembangan individu melalui

aktivitas jasmani gerak. Semua urutan pengalaman belajarnya dirancang

dengan hati-hati untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan, perkembangan dan

perilaku setiap peserta didik. (Frost, 2009 :33)

Pengertian pembelajaran itu sendiri adalah proses yang

diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan peserta didik dalam


4

bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap

(Mudjiono, 2010:157).

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta

pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik.

Pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat

penting, karena dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktifitas jasmani

yang dilakukan secara sistematis.


1 Pembekalan pendidikan jasmani di

sekolahan diperlukan untuk memberikan kesempatan peserta didik dalam

membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, seperti

yang di sebutkan oleh (Husdarta, 2009:102) dalam buku manajemen penjas

oleh Paturusi yaitu “ Pendidikan Jasmani melibatkan aktifitas fisik dan

kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu,

baik dalam hal fisik, mental serta emosional”

Hasil observasi peneliti, peserta didik di MA Unggulan KH. Wahab

Hasbulloh Bahrul Ulum, Motivasi belajar PJOK siswa kurang dan model

pembelajarannya kurang menarik untuk siswa, jadi permasalahan motivasi

belajar, maka perlu solusi yang tepat untuk mengatasinya. Salah satu alternatif
5

yang tepat adalah dengan menerapkan model pembelajaran inovatif yang

mampu mengajak siswa untuk berpikir kritis atas suatu masalah yang nantinya

akan menghasilkan suatu interaksi antar siswa yang baik dan positif, dalam

menemukan, memahami dan mampu memberikan motivasi untuk

menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi sehingga memperoleh hasil

belajar yang memuaskan. Model pembelajaran tersebut adalah dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran

PJOK pada materi shooting punggung kaki pada permainan sepakbola. “TGT

merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,

hampir sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-

Achievement (STAD) namun hanya saja terdapat games dan tournament di

dalam TGT” (Slavin, 2008 : 163). Oleh karena itu peneliti bermaksud

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang juga memiliki

keunggulan.

Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu: 1.

Dapat menambah rasa tanggung jawab perseorangan siswa dalam kelompok.

2. Pendekatan ini menyebabkan siswa terlibat penuh dalam proses

pembelajaran. 3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang

pandai. 4. Mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama dan

tanggung jawab. 5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat.

Sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui “Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif TGT Terhadap Motivasi Pembelajaran


6

Pendidikan Jasmani Olah raga dan Kesehatan pada peserta didik MTs YPM 5

Gedangan Sumobito Tahun Pelajaran 2022/2023”

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut

timbul permasalahan yang hendak dicapai oleh peneliti, maka peneliti

membatasi masalah sebagai berikut:

a. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Latihan

Small Sided Games.

b. Materi yang akan diteliti adalah Permainan Sepak Bola .

c. Penelitian ini akan dilakukan pada peserta didik MTs YPM 5 Gedangan

Sumobito Tahun Pelajaran 2022/2023.

d. penilaian yang dilakukan terhadap ketepatan passing bawah

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut

timbul permasalahan yang hendak dicapai oleh peneliti, maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut: Adakah Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif TGT Terhadap Motivasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah

raga dan Kesehatan pada peserta didik MTs YPM 5 Gedangan Sumobito

Tahun Pelajaran 2022/2023?

D. Tujuan Penelitian
7

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini mempunyai

tujuan untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TGT

Terhadap Motivasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah raga dan

Kesehatan pada peserta didik MTs YPM 5 Gedangan Sumobito Tahun

Pelajaran 2022/2023

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak, baik peserta didik, guru, sekolah, penulis maupun peneliti lain.

1. Bagi peserta didik

Penelitian ini diharapkan agar peserta didik lebih aktif dan kreatif

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, khususnya permainan sepak bola

sehingga peserta didik dapat mengerti dan memahami bagaimana

melakukan Latihan Small Sided Games Terhadap Ketepatan Passing.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan agar guru lebih aktif dan serius dalam proses

pembelajaran, khususnya materi permainan sepak bola. Sehingga dengan

penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan

pertimbangan dalam memberikan tugas saat pembelajaran berlangsung.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu

masukan inovasi baru bagi lembaga sekolah yang berkaitan bahwa dengan
8

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif TGT Terhadap Motivasi

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah raga dan Kesehatan yang dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang berguna

bagi penulis, sehingga saat proses pembelajaran nantinya dapat digunakan

sebagai pertimbangan dama memberikan suatu pembelajaran bagi peserta

didik.

F. Definisi Operasional

1. Latihan yaitu proses yang sistematis dalam berlatih secara berulang – ulang

dengan setiap harinya semakin bertambah jumlah beban.

2. Small Sided Games yaitu merupakan sebuah bentuk latihan atau aktivitas

permainan sepakbola dengan menggunakan ukuran lapangan kecil dari

ukuran lapangan yang sebenarnya

3. Ketepatan Passing adalah langkah dan waktu pelepasan bola merupakan

bagian yang penting dari kombinasi pengoperan bola yang berhasil.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang

meliputi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap

aspek organisme atau pribadi (Hanafiah dan Suhana, 2010:7)

Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang

dimanifestasikan sebagai pola-pola respon baru yang terbentuk ketrampilan,

sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan (Hanafiah dan Suhana, 2010:7).

Belajar menurut teori behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai

akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon (Budingsih, 2012:20).

(Hamalik, 2012:58) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan

melalui pengalaman. (Learning is defined as the modification or streng

thening of behavior through experiencing.)


10

Berdasarkan definisi di atas, secara umum belajar dapat dipahami

sebagai suatu tahapan perubahan seluruh tingkah laku inividu sebagai hasil

pengalaman. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil atau akibat

dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif, afektif dan psikomotorik.

11
2. Pembelajaran

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20

tahun 2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu

dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap

dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah

proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses

pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di

manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip

dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.

 Adapun teori-teori yang menjelaskan tentang arti secara khusus

pembelajaran sebagai berikut : 


11

a) Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru

membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan

lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon

(tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang

berhasil harus diberi hadiah dan atau reinforcement (penguatan).

b) Teori Kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara guru

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir agar dapat

mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.

c) Teori Gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru

untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga peserta

didik lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt

(pola bermakna).

d) Teori Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah memberikan

kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara

mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses

kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan peserta didik dapat

menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan

saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan

yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan

belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah
12

peserta didik yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang

berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

peserta didik sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan

mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas

pembelajaran. 

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses

penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan

adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang akan

dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam

kurikulum, sumber pesannya bisa guru, peserta didik, orang lain ataupun

penulis buku dan media.

Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar),

tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang

peserta didik pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang

sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran ditandai

oleh keaktifan guru sedangkan peserta didik hanya pasif, maka pada

hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar. Demikian pula bila

pembelajaran di mana peserta didik yang aktif tanpa melibatkan keaktifan

guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut

belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru

dan peserta didik.


13

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan

peserta didik yang saling bertukar informasi. Menurut ilmuan lainya

pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar

dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran

dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Dengan kata lain, pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu

peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan

pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam

konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan

menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan

(aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif),

serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses

pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu

pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya

interaksi antara pengajar dengan peserta didik

B. Model Pembelajaran Kooperatif TGT

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

yang berbasis pembelajaran kelompok. Menurut Solihatin (2012: 102)

“Pembelajaran kooperatif diartikan sebagai suatu sikap atau perilaku bersama

dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama

yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana
14

keberhasilan dipengaruhi oleh setiap anggota kelompok itu sendiri”. Menurut

Nurhadi dalam Thobroni (2016: 236) “Pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang

silih asuh (saling tenggang rasa) untuk menghindari ketersinggungan dan

kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”. Sedangkan

pembelajaran kooperatif menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15)

adalah “Pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau

serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada

siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran”. Dalam hal ini guru

menentukan tugas serta dengan pertanyaan-pertanyaan, menyediakan bahan

serta memberikan informasi untuk mempermudah siswa menyelesaikan

permasalahan

Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu cara belajar yang dilakukan secara bersama-sama,

saling membantu sesama anggota, dan memastikan bahwa setiap siswa dalam

kelompok mencapai tujuan dari tugas yang telah ditentukan sebelumnya,

secara tidak langsung siswa dalam kelompok mengembangkan interaksi antar

siswa dan rasa tanggung jawab. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak

hanya mendapatkan nilai tetapi juga mendapatkan perubahan tingkah laku

dari proses hasil. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe,

salah satu yang digunakan adalah tipe TGT (Team Games Tournament).

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa unsur pembelajaran untuk

mencapai hasil yang maksimal, berikut unsur-unsur pembelajaran kooperatif


15

menurut Suprijono (2012:58): “(a) saling ketergantungan positif; (b)

tanggung jawab perseorangan; (c) interaksi promotif; (d) komunikasi antar

anggota; (e) pemrosesan kelompok”. Pendapat lain juga disampaikan oleh

Roger (Thobroni, 2016: 238) yang menyebutkan “Pembelajaran kooperatif

memiliki lima unsur sebagai berikut: (a) saling ketergantungan positif; (b)

tanggung jawab perseorangan; (c) tatap muka; (d) komunikasi antar anggota,

dan (e) evaluasi proses kelompok”

Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur

pembelajaran kooperatif yaitu: (a) kerja kelompok; (b) saling ketergantungan

positif; (c) tanggung jawab individu; (d) komunikasi antar pribadi; (e) saling

interaksi dan saling tatap muka;. Oleh karena itu siswa di minta untuk saling

bekerja sama guna mencapai tujuan kelompok dan saling membantu karena

kegagalan seseorang dapat menyebabkan ketidak suksesnya kelompok.

Sedangkan proses kelompok akan terjadi jika semua anggota kelompok

bekerja sama untuk mendiskusikan permasalahan dan penyelesain masalah

dengan mencapai tujuan dengan baik dan membangun hubungan kerja

kelompok dengan baik

Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games

Tournament) merupakan pembelajaran dengan menggunakan strategi

kelompok. Tipe TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu model

pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan, dengan melibatkan seluruh

aktivitas siswa tanpa ada perbedaan status sosial, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur belajar dengan bermain. Model
16

pembelajaran tipe TGT (Team Games Tournamnet) adalah salah satu tipe

model pembelajaran yang beranggotakan 5 sampai dengan 6 dengan

menempatkan siswa yang memiliki kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik yang berbeda beda, karakteristik yang berbeda dan latar

belakang berbeda. Slavin (2005: 163) menyatakan “TGT adalah model

pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen akademik dalam

menggunakan kuis-kuis, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim

mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara

seperti mereka”. Sedangkan Asma (2006: 54) menyatakan “Model TGT

adalah suatu model pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan

sejumlah pertanyaan kepada siswa”.

Dapat disimpulkan dari kedua pendapat bahwa model TGT

merupakan suatu model pembelajaran berbasis pembelajaran yang berupa tim

dengan menerapkan unsur permainan didalam pembelajaran dan bertujuan

untuk memeproleh skor didalam tim. Berbeda dengan kelompok kooperatif

lainnya, pembagian tim dalam TGT berdasarkan tingkat kemampuan siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) ini

melatih siswa bagaimana cara menyampaikan pendapat didepan siswa lain

dan siswa dituntut dapat menghargai peendapat siswa lain dengan patokan

materi pembelajaran.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team

Games Tournament) menurut Slavin (Rusman, 2012: 225) “Pembelajaran

kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian
17

kelas (class presentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan

(games), pertandingan (tournament), dan penghargaan (team recognition)”.

Sedangkan Trianto (2010: 84) menyatakan langkah-langkah pembelajaran

TGT, yaitu: “(a) Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat

orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan

suku; (b) Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam

tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasi

pelajaran tersebut, dan (c) Seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini

mereka tidak dapat saling membantu

Berdassarkan pada kedua teori di atas, peneliti menyimpulkan

langkahlangkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games

Tournament), yaitu: (a) Membentuk kelompok yang beranggotakan 5–6

siswa; (b) Guru menyiapkan materi pelajaran; (c) Para siswa memainkan

permaian turnamen; (d) Memberikan penghargaan kepada kelompok yang

memiliki skor tertinggi, dan (e) Siswa mengerjakan soal evaluasi yang

diberikan guru bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa.

C. Hakikat Small Sided Games

Small Sided Games merupakan sebuah bentuk latihan atau aktivitas

permainan sepakbola dengan menggunakan ukuran lapangan kecil dari

ukuran lapangan yang sebenarnya. (Slamet, 2015). Dalam latihan ini, jumlah

pemain yang mengikutinya yakni dapat berjumlah banyak maupun sedikit.

Ukuran lapangan yang digunakan menyesuaikan kondisi jumlah pemain.


18

Untuk membatasi area (daerah) dapat digunakan sebuah pembatas

(cones) sebagai media yang menentukan besar - kecilnya ukuran lapangan

sesuai kebutuhan daerah latihan untuk pembelajaran, misalnya dengan

ukuran 10x10 meter. (Wardana, 2018:39)

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dalam menggunakan

latihan small sided games, yaitu :

a. Semua pemain terlibat baik saat menyerang maupun saat bertahan.


b. Pemain terus menerus dituntut untuk bersikap taktis.
c. Tempo permainan cepat.
d. Lebih simple (= langkah awal yang baik).
e. Sentuhan terhadap bola lebih banyak.
f. Dapat meningkatkan keterampilan skill. (Scheunemann, 2018:94)

Gambar 2. 1. Latihan small sided games


Small sided games sangat bermanfaat bagi partisipan, banyak

penelitian dan observasi telah dilakukan untuk menunjukkan bahwa anak-

anak mendapat kesenangan dan belajar lebih banyak dari bermain dalam
19

small sided games dengan aturan yang disesuaikan. Data statistik mendukung

keunggulan small sided games dibandingkan dengan permainan 11 vs 11.

Beberapa data statistik menunjukkan bahwa :

1. Para pemain menyentuh bola lima kali lebih sering 4 v 4 dan 50% lebih

banyak dalam 7 v 7

2. Para pemain 3 kali lebih sering berada dalam situasi 1 lawan 1 dalam

permainan 4 v 4 dan dua kali lebih sering dalam 7 v 7.

3. Gol tercetak rata-rata setiap dua menit dalam 4 v 4 dan setiap 4 menit

dalam 7 v 7.

4. Penjaga gawang terlibat dalam aksi dua hingga 4 kali lebih sering

dalam permainan 7 v 7 dibandingkan 11 v 11

5. Bola keluar lapangan 8% dari total waktu dalam 4 v 4, 14% dalam 7 v 7

dan 34% dalam 11 v 11. (http://www.usyouthsoccer.com/Laws of The

Game)

Untuk dapat mengaplikasikan latihan small sided games, dibutuhkan

pemahaman yang benar untuk mengetahui dosis latihan yang akan diberikan.

Dalam latihan ini, dosis yang diberikan harus dibedakan sesuai usia pemain,

karena mengacu pada kemampuan fisik tubuh yang berbeda-beda sesuai

dengan usianya. Berikut tabel tentang dosis latihan untuk tiap kelompok usia

dan kesesuaian durasi latihan dan jumlah set yang dilakukan.

Tabel 2.1. Dosis Latihan Small Sided Games Menurut Kelompok

Usia
20

Periode Usia
Durasi Jumlah Set Recovery
Latihan
8 sampai 14 2 menit 3-5 set 3 menit
Tahun
15 sampai 19 4 menit 5-8 set 5 menit
tahun
20 tahun ke atas 5 menit 9-10 set 6 menit
Pada tabel diatas, Interval training sangat dibutuhkan untuk daya

tahan dan stamina anak terutama dalam melakukan latihan small sided games.

Interval training merupakan cara latihan yang penting untuk dimasukkan ke

dalam program latihan keseluruhan. Dalam sistem latihannya diselingi

interval- interval berupa masa istirahat. Jadi dalam pelaksanaannya adalah

istirahat – latihan – istirahat – latihan – istirahat dan seterusnya. Beberapa

faktor yang harus diperhatikan dalam interval training, yaitu sebagai berikut.

1) Intensitas/beban latihan

2) Lamanya latihan

3) Repetisi/ulangan latihan

4) Recovery interval (masa istirahat di antara latihan)

Beban latihan dapat diterjemahkan ke dalam tempo, kecepatan dan

beratnya badan, sedangkan lamanya latihan dapat dilihat dari jarak tempuh

atau waktu. Repetisi dapat ditinjau dari ulangan latihan yang harus dilakukan,

kemudian masa istirahat adalah masa berhenti melakukan latihan/istirahat di

antara latihan-latihan tersebut. Bentuk latihan interval ini harus disesuaikan

dengan kemampuan anak yang bersangkutan. (Yudiana, 2016:77) Latihan

small sided games merupakan suatu latihan yang berkembang, dengan


21

menyajikan situasi permainan yang membuat pemain mendapatkan

penguasaan aspek teknik, taktik, dan fisik sekaligus. Latihan small sided

games lebih banyak menerapkan secara langsung latihan fisik, teknik, dan

taktik dalam sebuah permainan (games), yang berarti pemain dituntut untuk

menghadapi situasi tekanan seolah-olah dalam situasi permainan yang

sesungguhnya.

Penerapan latihan small sided games dalam proses latihan

keterampilan dipandang mampu memberikan peningkatan penguasaan

pelatihan yang lebih efektif, karena dengan menggunakan kotak-kotak latihan

yang berukuran kecil, dan dilakukan oleh beberapa orang pemain akan mudah

diawasi oleh pelatih. Small sided games juga merupakan suatu latihan yang

menyenangkan untuk olahraga permainan dengan pemanfaatan latihan fisik

dan teknik dalam bentuk permainan dengan ukuran yang diperkecil

ukurannya dengan jumlah pemain yang dibatasi pada ukuran tersebut. Bentuk

dan ukuran lapangan didesain pada ukuran tertentu, dan pemain yang terlibat

latihan dalam jumlah tertentu, sehingga pelatih akan mampu melihat,

mengobservasi dan memberikan koreksi atau evaluasi secara detail terhadap

kesalahan yang terjadi

D. Ketepatan Passing

Dalam permainan sepak bola, pemain harus dibekali dengan teknik

dasar yang baik. Pemain yang mampu mengusai teknik dasar dengan baik

cenderung dapat bermain sepak bola dengan baik pula. Keterampilan untuk
22

mengoper dan menerima bola membentuk jalinan vital yang menghubungkan

kesebelas pemain ke dalam satu unit yang berfungsi lebih baik daripada

bagian-bagiannya. Ketepatan, langkah dan waktu pelepasan bola merupakan

bagian yang penting dari kombinasi pengoperan bola yang berhasil.

Keterampilan mengoper dan menerima bola yang tidak baik akan

mengakibatkan lepasnya bola dan membuang-buang kesempatan untuk

mencintapkan gol. (Luxbache, 2014 :33)

Beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki pemain sepak bola adalah :

mengumpan (passing), menendang (kicking), menghentikan atau Mengontrol

(stoping), Menggiring (dribbling), Menyundul (heading). (Arifin, 2015 :87)

Ketepatan passing adalah kemampuan dalam menempatkan / mengoper bola

ke sasaran sesuai dengan tujuan. Ketepatan passing ini sangat dibutuhkan

dalam permainan sepakbola karena dengan passing yang tepat maka alur

permainan yang dimiliki sebuah tim akan semakin baik, baik dalam

penyerangan ataupun mengembangkan pola permainan Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi ketepatan passing: sikap kaki, sikap tangan, sikap badan,

pandangan dan gerakan.

a. Sikap kaki

Yaitu Posisi kaki langsung dibelakang bola.

b. Sikap tangan

Yaitu tangan rileks di samping badan. Sikap ini berguna untuk

mengimbangi gerakan pada saat menyepak bola.

c. Pandangan
23

Yaitu pandangan terarah kepada bola atau tertuju kepada bola saat

melakukan passing.

d. Gerakan

Yaitu ayunkan kaki belakang ke depan hingga lurus, diimbangi oleh

gerakan tangan dan pinggang. (Roji, 2016:90)

Selanjutnya cara mengembangkan ketepatan passing adalah sebagai berikut:

a. frekuensi gerakan diulang-ulang agar otomatis,


b. jarak sasaran mulai dari yang dekat kemudian dipersulit dengan
menjauhkan jarak
c. gerakan dari yang lambat menuju yang cepat,
d. setiap gerakan memerlukan adanya kecermatan dan
ketelitian yang tinggi dari anak latih.

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa teknik passing dalam

permainan sepak bola:

1. Latihan Teknik Mengumpan Bola (Passing)

Teknik mengumpan (passing) terdiri atas :

a) Teknik passing atas atau passing berbentuk parabola

Passing atas biasanya dilakukan dengan bagian kaki/punggung

kaki, passing ini dilakukan untuk mengoper bola dengan jarak jauh,

dan paling baik untuk melakukan serangan yang didukung oleh

postur tubuh yang tinggi.


24

Gambar 2. 2. Teknik passing atas

Cara melakukan latihan :

a) Awalan lurus dengan bola, kaki tumpu diletakkan di


samping bola dengan jari-jari kaki menghadap ke depan
dan lutut sedikit menekuk.
b) Pergelangan kaki ditekuk ke bawah sehingga punggung
kaki menghadap ke bola.
c) Lutut juga ditekuk dalam-dalam sehingga badan berada
di atas bola.
d) Bola disepak dengan punggung kaki pada titik pusatnya
(lubang angin).
b) Teknik passing datar/bawah

Passing bawah pada dasarnya sama seperti passing atas atau


parabola, tetapi yang membedakannya pada cara
menendang bola yaitu hanya menggunakan kaki bagian
dalam dan dilakukan tidak secara kuat.
25

Gambar 2.3. Teknik passing datar/bawah

Cara melakukan latihan :

a) Awalan sedikit serong, kaki tumpu diletakkan di


samping belakang bola, jari-jari kaki menghadap
serong dengan lutut sedikit ditekuk.

b) Kaki sepak untuk passing diayunkan dari belakang


ke depan dengan membentuk suatu lengkungan.

c) Bagian punggung kaki sebelah dalam yang kontak


dengan bola.

d) Bola dipassing pada bagian bawah titik pusatnya,


sedangkan badan sedikit condong ke belakang
c) Teknik passing datar arah bola

Cara melakukan latihan :

a) Kaki tumpu menghadap kea rah datangnya bola dan


ditekuk sedikit pada lututnya.
b) Pergelangankaki yang digunakan untuk
mengumpan.
c) Gerakan kaki terdiri :

1. Pengambilan awalan
2. Ayun kaki ke belakang
3. Saat kaki kontak dengan bola
4. Gerakan passing setelah kena bola
d) Teknik passing Banana Kick/Membusur
26

Teknik ini biasanya dilakukan pada operan yang tidak begitu jauh

dan dilakukan di daerah gawang lawan.

Cara melakukan latihan :

a) Badan dan kaki menghadap kea rah datangnya bola


b) Posisi badan agak condong ke depan
c) Posisi kaki yang kiri di depan agak condong
d) Kaki kanan berada di belakang
e) Setelah bola mendekat, kaki kanan yang digunakan untuk
menendang diangkat setinggi paha.
f) Saat bola kenan, posisi badan agak diputar kea rah muka
gawang. (Kusyanto, 2017 : 88)

Gambar 2.4. Teknik passing Banana Kick


E. Permainan Sepak Bola

Sepak bola adalah permainan beregu yang dimainkan masing-masing oleh

sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Dalam bermain sepak

bola, para pemain menggunakan kemahiran kakinya, kecuali penjaga gawang

yang bebas menggunakan semua anggota badan.


27

Untuk bermain sepak bola diperlukan lapangan yang rata berbentuk empat

persegi panjang. Lebar dan panjang lapangan berbanding 3 dan 4. Pemainan

sepak bola dipimpin oleh seorang wasit dengan dibantu oleh dua orang

penjaga garis.

Permainan sepak bola dilakukan dalam dua babak, yang masing-masing

babak berlangsung selama 45 menit. Pada babak kedua diadakan pertukaran

tempat. Para pemain memakai sepatu bola, serta kostum yang berbeda warna

antara kedua regu, sedangkan penjaga gawang mengenakan kostum khusus

dan berbeda dengan para pemain. Permainan sepak bola juga dapat dilakukan

dengan kaki telanjang. (Rositawaty, 2016:99) Tujuan masing-masing regu ialah

memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak- banyaknya dan

mempertahankan supaya gawangnya sendiri terhindar dari kemasukan bola

oleh lawan. Tujuan utama dan paling penting diharapkan untuk dunia

pendidikan, sepakbola merupakan salah satu mediator untuk mendidik agar

kelak menjadi anak yang cerdas, terampil, jujur dan sportif sehingga dalam diri

anak akan tumbuh dan berkembang semangat persaingan, kerjasama, interaksi

sosial, pendidikan moral. Gerakan sepakbola sangat kompleks sekali seperti

lari, lompat, loncat, menendang, menghentak dan menangkap bola bagi

penjaga gawang. Semua gerakan tersebut terangkai dalam satu pola gerak

yang diperlukan pemain dalam bermain sepakbola. (Soecipto, 2014:102)

F. Penelitian Yang Relavan


28

Penelitian Pengaruh Latihan Small-Sided Games Terhadap Akurasi

Passing Mendatar Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Sepakbola Di Smp

Negeri 1 Nglipar Gunungkidul. Hasil penelitian pada kelompok eksperimen

memperoleh nilai t hitung > ttabel (5,209 > 1,76), maka dapat disimpulkan

mengalami peningkatan yang signifikan keterampilan akurasi passing

mendatar pada saat pretest dan posttest. Pada kelompok kontrol, diperoleh

nilai t hitung > t tabel (2,477 > 1,76), dapat disimpulkan terjadi juga

peningkatan keterampilan akurasi passing pada saat pretest dan posttest. Pada

kelompok eksperimen hasil pretest rata-rata sebesar 6,53. Kemudian

Penelitian Penelitian Arif Sari Trianto Pengaruh Latihan Small-Side

Games 3 Versus 3 Terhadap Kecepatan Pemain Sepak Bola Usia Dini.

Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kecepatan setelah

diberikan pelatihan small sided games 3 lawan 3 dari hasil uji t.

Penelitian Adam Mappaompo1 (2020) Pengaruh Latihan Tendangan

Bola Bergerak Terhadap Hasil Tendangan Kearah Gawang Pada Siswa Man 1

Sinjai (Studi Eksperimen Pada Siswa Man 1 Sinjai) Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Pada Peserta didik SMPN I Bandar Baru. Hasil Penelitian

menunjukkan bahwa nilai t hitung 6,387 dengan nilai signifikansi 0,000.

Ternyata nilai signifikan yang diperoleh 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dapat

disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa

hipotesis diterima, artinya ada pengaruh Latihan Tendangan Bola Bergerak

dapat meningkatkan Hasil Tendangan Kearah Gawang Pada Siswa MAN 1

Sinjai.
29
30

G. Kerangka Penelitian

Dalam permainan sepak bola dituntut untuk mengusai teknik, taktik

dan fisik. Penguasaan teknik sepakbola harus dimulai sejak dini karena bila

sudah menginjak dewasa/ menginjak usia matang sangat sulit untuk

memperbaiki teknik yang sudah terbiasa melakukan teknik yang dianggap

pemain itu sudah merasa benar padahal masih salah atau keliru, maka seorang

pemain harus menguasai teknik sedini mungkin. Kelompok 10-12 tahun

merupakan langkah yang baik untuk memulai latihan teknik dalam sepakbola,

dengan pikiran yang masih segar pada usia ini pemain juga mudah menangkap

materi yang diberikan dan tidak mudah lupa, namun melatih teknik pada usia

perlu pemikiran yang serius karena latihan yang salah akan sulit untuk

memperbaiki teknik tersebut, usia 10-12 tahun merupakan usia anak yang

masih suka bermain jadi materi latihan yang diberikan yang bersifat menarik

dan variatif agar anak tidak jenuh dalam melakukan latihan tersebut. Latihan

small sided game merupakan salah satu alternatif latihan yang bisa digunakan

dalam latihan karena didalamnya terdapat fisik, teknik, taktik dan mental,

small sided games menyerupai permainan sesungguhnya tetapi dengan ukuran

lapangan diperkecil. Latihan small sided games juga diharapkan dapat

meningkatkan ketepatan passing pemain karena bentuk latihan ini

menekankan pada sebuah bentuk permainan yang hampir sama dengan

permainan sebenarnya dengan lapangan yang lebih kecil dan jumlah pemain

yang lebih sedikit dari permainan sepakbola sesungguhnya. Semakin kecil

ukuran grid yang digunakan dan semakin sedikit jumlah pemain yang terlibat,
31

maka setiap pemain dituntut untuk selalu bergerak dengan cepat baik gerakan-

gerakan tanpa bola atau gerakan-gerakan dengan bola. Maka dalam hal ini

pola peltihan small side games diberikan dengan tujuan utama pelatihan

aspek kondisi fisik, dengan menerapkan suatu metode latihan yaitu metode

latihan interval dan metode latihan repetisi. Metode latihan interval ini

merupakan suatu metode latihan dimana jarak, waktu istirahat dan repetisi

telah ditentukan atau disebut juga dengan variabel-variabel latihan yang telah

ditetapkan, atau suatu bentuk latihan yang diselingi dengan jarak istirahat

yang telah ditetapkan. Selain itu, dengan latihan small sided games ini, dalam

pelaksanaannya akan lebih banyak menekankan pada sentuhan bola dan aliran

bola yang cepat berpindah dari satu pemain ke pemain yang lain. Pada saat

bermain tidak ada pembatasan sentuhan dengan bola pada awalnya, kemudian

berangsur dipersempit lapangan dan jumlah sentuhan dengan bola sehingga

pemain akan lebih banyak melakukan passing. Jika latihan ini dilakukan

secara kontinyu maka pemain akan melakukan passing secara baik dan akurat

sehingga membuat permainan dalam sepakbola berkembang, alur yang

dimiliki sebuah tim akan semakin kompak, baik dalam penyerangan maupun

mengembangkan pola permainan.

H. Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul. (Arikunto, 2013:63) Hipotesis juga merupakan proporsisi yang


32

akan diuji keberlakuannya atau merupakan suatu jawaban sementara atas

pertanyaan penelitian. Dan hipotesis penelitian ini adalah :

HI : Ada pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TGT Terhadap Motivasi

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah raga dan Kesehatan pada

peserta didik MTs YPM 5 Gedangan Sumobito Tahun Pelajaran

2022/2023.

Ho : Tidak ada pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TGT Terhadap

Motivasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah raga dan Kesehatan

pada peserta didik MTs YPM 5 Gedangan Sumobito Tahun Pelajaran

2022/2023.
33

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, artinya dalam

penelitian ini hanya ingin menggambarkan situasi yang sedang berlangsung.

(Sugiyono, 2017) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ekperimen dengan teknik tes dan pengukuran.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Salah satu cirri utama

dari metode eksperimen adalah adanya perlakuan (treatment) yang dikenakan

kepada subjek atau objek penelitian (Maksum, 2015:79)

Desain penelitian merupakan sebuah rancangan bagaimana suatu

penelitian akan dilakukan. Rancangan tersebut digunakan untuk mendapatkan

jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang dirumuskan. (Maksum,

2015:79).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest

– posttest design. Dalam desain ini tidak ada kelompok kontrol, dan subjek

tidak ditempatkan secara acak. Kelebihan desain ini adalah dilakukanya

pretest dan posttest sehingga dapat diketahui dengan pasti perbedaan hasil

akibat perlakuan yang diberikan. Berikut gambaran desain penelitian dapat

digambarkan seperti berikut :


34

30
Gambar 3.1
One-Group Pretest-Posttest Design
𝐓𝟏 X 𝐓𝟐

Gambar 3.1 Desain Penelitian


(Maksum, 2015:79)

Keterangan :

X : Model Pembelajaran Kooperatif TGT dengan Latihan Small Sided

Games

T1 : Pretest

T 2 : Posttest

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian

(Arikunto, 2013:63). Sedangkan menurut (Maksum, 2015:79) variabel adalah

suatu konsep yang memiliki variabilitas atau keragaman yang menjadi fokus

penelitian. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian

ini, variabel bebasnya adalah “Model Pembelajaran Kooperatif TGT

dengan Latihan Small Sided Games”

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini

variabel terikatnya adalah Motivasi belajar PJOK

C. Populasi dan Sampel


35

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karateristik yang di tetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017:87) populasi

yang menjadi objek penelitian ini adalah semua peserta didik kelas MTs YPM

5 Gedangan Tahun Pelajaran 2022/2023.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2017:87). Pada penelitian ini diambil sampel

kelas sebagai kelas ekperimen pada MTs YPM 5 Gedangan Tahun Pelajaran

2022/2023, Dalam penelitian kali ini teknik yang digunakan dalam

pengambilan sampel adalah teknik simple Random Sampling. Simple Random

Sampling adalah pengambilan sampel secara acak sederhana (Sugiyono,

2017:87). Sampel diambil dengan teknik Simple Random Sampling.

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi itu. Pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan bahwa

peserta didik yang menjadi sampel penelitian duduk pada kelas yang sama.

Maka dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah dari kelas VII MTs

YPM 5 Gedangan yang berjumlah 32 peserta didik.

D. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pemberian tes dan

dokumentasi. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,


36

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. (Arikunto,

2013:63)

Pada penelitian ini tes dilakukan dua kali yaitu sebelum pembelajaran

dimulai (Pre-Test) dan sesudah proses pembelajaran (Post Test) (Trianto,

2011). Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis, seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau

hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Maksum,

2015:79). Bentuk dokumentasi yang diteliti berupa absensi peserta didik,

foto-foto selama proses pembelajaran

E. Instrument penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan

suatu model (Arikunto, 2013:63). Untuk keberhasilan penelitian, diperlukan

instrumen atau alat dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah lembar observasi, tes dan non tes dalam Ketepatan

Passing Dalam Permainan Sepak Bola

1. Tes
Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur Ketepatan Passing

Dalam Permainan Sepak Bola yang diperoleh peserta didik setelah

diterapkannya Model Pembelajaran Kooperatif TGT melalui Ketepatan

Passing Dalam Permainan Sepak Bola dengan Latihan Small Sided

Games. Tes yang digunakan berupa tes unjuk kerja (psikomotor).

a. Tes unjuk kerja (psikomotor)


37

Tes yang digunakan untuk mengetahui Ketepatan Passing Dalam


Permainan Sepak Bola peserta didik. Pengukuran dengan tes ketepatan
passing bawah
Lapangan tes :
a) 6 pancang berukuran 60 cm ditancapkan secara berdekatan dengan
jarak ½ meter
b) Keenam pancang yang sudah ditancapkan diberikan batas atas
dengan menggunakan tali rapia.
c) Jarak tendangan yang berjarak 10 meter diberikan batas dengan
menggunakan cones.

Pelaksanaan :
a) Bola diletakkan garis batas, testi berdiri di belakang bola, boleh
mengambil awalan.
b) Tendangan dianggap sah dan dihitung masuk apabila masuk bidang
sasaran. Penilaian : adalah jumlah tendangan yang masuk sah dari sepuluh
kali tendangan
38

Keterangan :
Lubang A : memiliki nilai 3
Lubang B : memiliki nilai 2
Lubang C : memiliki nilai 1 Jarak
Tendangan : 10 meter
Tiang Gawang : 60 centimeter
Lebar gawang : 50 centimeter

F. Prosedur Penelitian
39

Prosedur dalam penelitian ini tediri dari empat tahapan, yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan.

Berikut adalah uraian dari masing-masing tahapan.

1. Tahap persiapan

Kegiatan yan dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut :

a. Membuat proposal penelitian.

b. Menemui kepala sekolah untuk meminta izin kepada pihak sekolah

yang akan digunakan sebagai tempat penelitian.

c. Menyesuaikan waktu pelajaran penjasorkes.

d. Menyusun instrument penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :

a. Memberikan tes kemampuan awal (pretest) untuk mendapatkan hasil

test awal.

b. Menggunakan treatment dengan Latihan Small Sided Games.

c. Memberikan tes kemampuan akhir (posttest) untuk mendapatkan hasil

setelah diberi treatment.

3. Tahap Analisis Data

Menghitung kemampuan menggunakan instrument penilaian.

4. Tahap penulisan Laporan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun laporan

penelitian berdasarkan data yang telah didapatkan.


40

G. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik

deskriptif kuantitatif dengan presentase. Statistik deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisis data cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi

(Sugiyono, 2017:87)

Teknik analisa data untuk mengukur adanya pengaruh model pembelajaran

terhadap hasil belajar yang digunakan uji statistik t-test sebagai berikut :

M 1−M 2
t=

√[ ]
S1
N1
+[
S2
N2
]

Keterangan:

M1 = Mean pada distribusi sampel 1

M2= Mean pada distribusi sampel 2

S12= Nilai Varian pada distribusi sampel 1

S22= Nilai Varian pada distribusi sampel 2

N1 = Jumlah individu pada sampel 1

N2 = Jumlah individu pada sampel


41

Daftar Pustaka
Arifin, Z. (2015 :87). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: PT Aries Lima.

Arikunto, S. (2013:63). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka


Cipta.

Budingsih, A. (2012:20). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djumidar, W. (2005:13). Belajar berlatih gerak-garak dasar atletik dalam bermain.


Jakarta: PT Raja grafindo persada.

Egen, P. D. (2012:96). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks.

Frost, R. B. (2009 :33). Physical Education Foundations Practices Principles. In R. B. Frost,


Physical Education Foundations Practices Principles. (p. 33). USA: Addison-
Wesley Publishing Company, Inc.

Game, h. o. (n.d.).

Hamalik, O. (2012:58). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hanafiah dan Suhana. (2010:7). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika


Aditama.

http://www.usyouthsoccer.com/Laws of The Game. (n.d.).

Husdarta. (2009:102). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta.

IAAF. (2000). Pedoman Resmi Mengajar Atletik Level 1 . Jakarta: Staf Sekretariat IAAF.

Kautsar, M. (2015). Penerapan Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Lompat
Jauh Gaya Jongkok.

Kumalasari, K. (2010:45). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung:


Refika Aditama.

Kusyanto, Y. (2017 : 88). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 2. Bandung: Ganeca Exact
Bandung).

Luxbache, J. (2014 :33). Sepak Bola. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Makaban. (2008:89). Model Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Pusat Pengembangan


dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.

Maksum, A. (2015:79). Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: Unesa


University Press.

Mudjiono, D. (2010:157). Belajar dan Pembelajaran. In D. Mudjiono, Belajar dan


Pembelajaran (p. 157). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Muhajir. (2016). Pendidikan Jasmani Teori dan Kesehatan. Bandung: CV. Angkasa.
42

Purnomo, A. M. (2014:52). Pengaruh Metode Pembelajaran Guide Discovery Learning


Terhadap Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Schnepper.

Puronomo, E. (2013:89). Dasar-Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta: FIK-UNY.

Rahmani, M. (2014:62). Buku Super Lengkap Olahraga. Jakarta: Dunia Cerdas.

Roji. (2016:90). Pendidikan jasmani 1. Jakarta: PT Intan Pariwara.

Rositawaty, S. (2016:99). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Ganeca Exact


Bandung.

Rustam, dkk. (2011:112). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi:


Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sapriati. (2009:90). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT Gramedia.

Saraswati. (2013:45). Fakta Sepak Bola Dunia. Jakarta: Be Champion.

Scheunemann, T. (2018:94). Ayo Indonesia! Jakarta: PT Gramedia Pustaka Indonesia.

Slamet. (2015). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.

Soecipto. (2014:102). Sepak Bola. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Soedjono. (2017 :32). Sepakbola Taktik dan Kerjasama. Yogyakarta: PT. Badan Penerbit
Kedaulatan Rakyat.

Sugiyono. (2017). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017:87). Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Supriyono, A. A. (2013). Psikologi Belajar. Jakarta: Rieneka Cipta.

Syarifuddin, A. (2002:160). Atletik. Jakarta: Depdikbud.

Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi
Pustaka.

U. Jonath, d. (1987). Atletik 2 lempar dan lomba ganda. Jakarta: PT. Rosda Jaya Putra.

Wahab, J. (2017:67). Belajar dan Pembelajaran Sains: Modal dasar Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Wardana, C. R. (2018:39). Pengaruh Latihan Small-Sided Games Terhadap Keterampilan


Passing, Controlling dan Shooting Peserta Ekstrakurikuler Sepakbola SMK Negeri
1 Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Kejaora, Volume 3 Nomor 2,
November 2018, ISSN 2541-5042.

Yudiana, Y. (2016:77). Dasar-dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka.


43

Anda mungkin juga menyukai