Anda di halaman 1dari 26

A.

Latar belakang

Proses pembelajaran merupakan suatu intraksi antar guru dan siswa untuk

mencapai tujuan yang telah di rumuskan. Dalam suatu proses belajar mengajar

terdapat salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan tujuan tersebut yaitu

penerapan model pembelajaran yang tepat. (ignatius sulistyo, 2016:15) Pembelajaran

yang monoton membuat siswa akan lebih mudah bosan, sering di jumpai penggunaan

model pembelajaran didalam pembelajaran penjas kurang begitu di perhatikan. Saat

pembelajaran penjas berlangsung guru hanya melakukan pemanasan, kemudian

menyampaikan materi atletik dan kemudian siswa dibiarkan bermain sendiri tanpa

bimbingan guru penjas. Oleh sebab itu, perlu adanya inovasi didalam pembelajaran

penjas tersebut, terutama meningkatkan model pembelajaran. (frendi dkk, 2021:212)

Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai peranan yang sangat penting

yaitu menentukan metode pembelajaran yang efektif dan mendukung siswa

mendapatkan pengalaman belajar yang berharga. Perhatian guru pada proses

pembelajaran di kelas dapat mempengaruhi prestasi dan hasil belajar siswa, karena

metode pembelajaran yang tepat pada proses pembelajaran dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian penerapan model pembelajaran

yang tepat dalam kelas akan membangkitkan semangat siswa untuk ikut berperan

serta secara aktif dalam pembelajaran. (ignatius sulistyo, 2016:15-16)

Pembelajaran yang kooperatif model TGT (Team Games Turnamen) adalah

salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah di terapkan

melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan
peran siswa sebagai tutor teman sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa

menggairahkan semangat belajar dan mengandung unsur kerja sama. Aktivitas belajar

dengan permainan yang di rancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT (team

games turnamen) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping

menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, persaingan sehat, dan

keterlibatan belajar. Pemberian nilai didasarkan pada jumlah peningkatan skor total

hasil tim. Skor yang di peroleh dari setiap individu dalam tim pada dasarnya

merupakan sekor tim, dengan demikian para siswa akan termotivasi meningkatkan

skor individu dalam timnya untuk membawa keberhasilan timnya. Keberhasilan

model ini banyak dipengaruhi heterogensinya anggota dalam satu kelompok baik

dilihat dari level keterampilan, pengalaman, etnik, gender skill, komunikasi,

leadership, dan keinginan berjuang untuk timnya. (ahmad bachtiar rifa’i -:210)

Dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama

dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang untuk menguasai materi yang

disampaikan olehguru. Keterlibaatan siswa untuk bekerja sama dengan kelompoknya

sangat tinggi, karena nilai kelompok tergantung dari kinerja masing- masing individu

dalam kelompok (Dian susilowati 2014:13)

Strategi pembelajaran Teams Games Turnament (TGT) mampu membuat

siswa belajar lebih aktif dan termotivasi dalam memecahkan soal-soal latihan, karena

siswa tidak hanya dilibatkan dalam menyelesaikan soal secara berkelompok saja

tetapi siswa secaraindividu juga harus belajar melakukan pekerjaannya sendiri untuk

memberikankontribusi nilai pada kelompoknya. Penerapanmetode pembelajaran


kooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT) sangat sederhana dan mudah untuk

diterapkan oleh guru, fleksibel dan tidak membutuhkan guru tambahan ataupun tim

guru. Guru hanya perlu menyediakan latihan soal tes untuk game dan turnamen serta

membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Dengan berkelompok dan berkompetisi

pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidakcepat bosan. Proses pembelajaran ini

berpusat pada siswa sehingga siswa lebih banyak melakukan aktivitas belajar.(Dian

susilowati 2014:13).

Team Games Turnamen (TGT) terdiri dari 3 bagian, yang pertama ada Team

dimana parasiswa membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5

orang. Di bagian kedua yaitu Games dimna seorang guru mempersiapkan games yang

ingin di mainkan oleh para siswa agar proses pembelajar lebih rileks dan tidak

tegang. Yang terakhir yaitu Turnamen dimana para siswa berkompetisi antar teman

sekelas, yang memacu tumbuhnya rasa tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,

persaingan sehat, dan memotivasi siswa untuk berjuang buat teamnya. Agar siswa

muda memahami materi perlu adanya inovasi dalam pembelajaran seperti

memodifikasi model pembelajaran salah satu contohnya adalah team games

tournament (TGT) yang mana membuat peneliti ingin meneliti tentang team games

turnamen (TGT).

Menurut observasi di lapangan, SMP N 10 Langsa yang beralamat di jln.

Medan-banda aceh km 8,5, Kec. Muara Batang Gadis, Kab.Mandailing Natal. dengan

jumlah siswa 308 dan memiliki akreditasi A dengan di kepala sekolahi oleh Bu

rosmaniar, S.Pd. Di sekolah tersebut, Setelah melakukan wawancara awal kepada


salah satu guru di sekolah SMP N 10 Langsa, yang bernama Bu Nining Juliana S.Pd

bahwa di SMP tersebut pembelajaran olahraga biasa dilakukan dengan menggunakan

metode komando. Metode komando adalah metode pembelajaran yang sangat

bergantung kepada guru. Untuk itu, peneliti merasa perlu untuk meneliti bagaimana

pengaruh penerapan model pembelajaran TGT (Team Game Turnamen pada siswa

kelas VIII SMP N 10 Langsa sebagai upaya untuk meningkatkan ras variasi model

pembelajaran yang menarik bagi siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas mengenai ras variasi

model prmbelajaran untuk meningkatkan atau pun menambah ras variasi model

pembelajaran di SMP N 10 Langsa, pada pembelajaran bolla volly peneliti

melakukan penelitian yang berjudul “penerapan model pembelajaran TGT (Team

Game Turnamen terhadap hasil belajar bola volly pada siswa kelas 8 SMP N 10

Langsa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran TGT (Team Game Turnamen

pada siswa kelas VIII SMP N 10 Langsa dapat meningkatkan hasil belajar bola volly

siswa?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran TGT (Team Game

Turnamen pada siswa kelas VIII SMP N 10 Langsa dalam meningkatkan hasil belajar

bola volly siswa


D. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Secara teori penelitian ini di harapkan dapat menjadi model pembelajaran baru

di pembelajaran bola volly

2) manfaat praktis

a. Bagi siswa

dapat meningkatkan kebugaran siswa dan memacu tumbuhnya rasa tanggung

jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat, dan memotivasi siswa untuk

berjuang buat teamnya.

b. Bagi Guru

penambah bahan ajar guru untuk model pembelajaran pada pembelajaran bola

volly

c. Bagi sekolah

dapat di jadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani

E. Landasan Teori

1. Model pembelajaran

a. Pengertian model pembelajaran

Model pembelajaran adalah pola konseptual yang menggambarkan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar, fungsi model pembelajaran adalah sebagai acuan bagi

perancang pengajaran dan para pendidik dalam melaksanakan pembelajaran.


Pemilih model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis materi yang

akan diajarkan , tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, serta tingkat

kemamouan atau kompetisi peserta didik (fauza djalal 2017:35).

Sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk mampu membuat peserta

didik mencapai tujuan belajarnya dengan tuntas dan penuh rasa puas. Sementara

untuk memenuhi tuntutan itu bukanlah suatu hal yang mudah, karena setiap

siswa memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi minat, potensi,

kecerdasan dan usaha siswa itu sendiri. Alternatif yang dapat dilakukan oleh

guru untuk menyikapi masalah ini adalah dengan menggunakan model

pembelajaran dengan cara-cara yang kreatif. Karena keberhasilan proses

pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-

model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan

siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.

Penggunanan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong

tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan

meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan

untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan peserta didik mencapai

hasil belajar yang lebih baik, yang sebagaimana diketahui bahwa ukuran

keberhasilan mengajar guru utamanya adalah terletak pada terjadi tidaknya

peningkatan hasil belajar siswa (Aunurrahman dalam A. Mustika Abidin,

2017:227).

pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang


terhadap proses pembelajaran yang sifatnya masih sangat umum dan filosofis,

didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode

pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu guna dapat mencapai tujuan yang

telah di tetapkan (fauza djalal 2017:33).

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan

digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas

(Trianto dalam Muhamad Afandi, dkk 2013: 15).

b. Macam-macam model pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses aktif peserta didik yang

mengembangkan potensi dirinya. Peserta didik memproduksi pengetahuan

sendiri secara lebih luas, lebih dalam dan lebih maju dengan modifikasi

pemahaman terhadap konsep awal pengetahuan. Utomo Dananjaya (2012:27)

mengatakan bahwa model pembelajaran yang terpusat pada siswa terdapat dua

model pembelajaran, yaitu:

a. Model pembelajaran cooperative learning.

b. Model pembelajaran problem based learning.

Berikut dibawah ini akan dijelaskan secara detail mengenai model

pembelajaran cooperative learning karna penulis menggunakan model

cooperative learning.
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sholihatin dan Raharjo (dalam Muhamad Afandi, dkk

2013:52) Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian

sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu

diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur, yang terdiri dari dua

orang atau lebih di mana keberhasilan kerjasama sangat dipengaruhi oleh

keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning

juga dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam suasana

kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.

Menurut Slavin (1985), cooperative learning adalah suatu model

pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok

kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur

kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (2000) mengemukakan

cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian

strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta

didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl

(1994) menyatakan cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa

lebih baik dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial.

(Isjoni dalam Muhamad Afandi, dkk 2013:53).

Menurut Suherman (dalam Helmiati 2012:37), ada beberapa hal yang

perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa

bekerja secara kooperatif, hal tersebut meliputi: pertama para siswa yang
tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian

dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua

para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa

masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil

atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh

seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk mencapai hasil yang

maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara

satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.

2. Landasan Pemikiran Cooperative Learning

Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivitas adalah

Cooperative Learning. Cooperative Learning muncul dari konsep bahwa

siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika

mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin

berkelompok bekerja sama untuk memecahkan masalah-masalah yang

kompleks. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Slavin (dalam Helmiati

2012:40) yang menyatakan model pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan

kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan

diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Selain itu

pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam

belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan

dengan keterampilan.
3. Tujuan Cooperative Learning

Cooperative Learning merupakan sebuah kelompok strategi

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk

mencapai tujuan bersama. Cooperative Learning disusun dalam sebuah

usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam

pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam

kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi

dan belajar bersama siswa yang berbeda latar belakang nya. Johnson &

Johnson (dalam Helmiati) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran

kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi

akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

4. Efek-Efek Cooperative Learning

Zaenal Mustakim (dalam Fauza Djalal 2017:41) Cooperative

Learning mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas

terhadap keberagaman ras, budaya dan agama, sastra, kemampuan dan

ketidak mampuan. Tiga macam hasil yang dicapai dari model pembelajaran

ini:

a. Efeknya pada perilaku kooperatif

Kebanyakan orang menjunjung tinggi perilaku kooperatif dan

percaya bahwa perilaku itu merupakan tujuan penting bagi pendidikan

banyak kegiatan ekstra kulikuler di sekolah seperti olahraga tim,

produksi drama dan musik.


b. Efeknya terhadap toleransi keberagaman

Cooperative Learning tidak hanya mempengaruhi toleransi dan

penerimaan yang lebih luas terhadap siswa-siswa dengan kebutuhan

khusus, tetapi juga dapat mendukung tercapainya hubungan yang lebih

baik diantara siswasiswa dengan ras dan etnis yang beranekaragam.

c. Efeknya pada prestasi akademik

Salah satu aspek penting Cooperative Learning adalah bahwa

selain pendekatan ini membantu meningkatkan perilaku kooperatif dan

hubungan kelompok yang lebih baik. diantara para siswa, pada saat yang

sama ia juga membantu siswa dalam pembelajaran akademiknya.

5. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Cooperative Learning

Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri yang khas dari

lingkungan pembelajaran kooperatif. Dalam pembentukan kelompok, guru

menerapkan struktur tingkat tinggi dan guru juga mendefinisikan semua

prosedur. Meskipun demikian, guru tidak dibenarkan mengelola tingkah

laku siswa dalam kelompok secara ketat dan siswa memiliki ruang dan

peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam

kelompoknya. Sujadjana (dalam Sulaiman 2014:27), menyatakan bahwa

guru melibatkan peserta didik untuk mengenali, menyatakan, dan

merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang tersedia dan

hambatan yang kemungkinan dihadapi dalam kegiatan belajar. Selain itu,


pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi pembelajaran

tersedia lengkap di kelas, ruang guru, perpustakaan ataupun di pusat media.

6. Langkah-Langkah Cooperative Learning

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran

yanng menggunakan pembelajaran kooperatif.

d. Fase pertama menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar

e. Fase kedua yaitu guru menyajikan informasi pada siswa dengan cara

demonstrasi atau membuat bacaan.

f. Fase ketiga adalah mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

kooperatif.

g. Fase ke empat membimbing kelompok kerja dan belajar.

h. Fase kelima merupakan fase guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari.

i. Fase terakhir yaitu guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok (Fauza Djalal

2017:42).

7. Variasi Model Cooperative Learning

1) STAD (Student Team Achievement Division)

Menurut Slavin (dalam Muhamad Afandi, dkk 2013:72)

pembelajaran Student Teams Achievement Divisions ( STAD )

merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru
mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Ada 5 tahapan dalam

belajar kooperatif tipe STAD yakni:

- Presentasi kelas (tahap penyajian materi)

- Tim (tahap kegiatan kelompok)

- Kuis (tahap tes individual)

- Skor kemajuan Individual (tahap perhitungan skor perkembangan

individu)

- Rekognisi tim (tahap pemberian penghargaan kelompok) (Slavin

dalam Muhamad Afandi, dkk 2013:75).

2) Jigsaw

Dibentuk kelompok oleh guru, kemudian dibentuk lagi

kelompok ahli, grup ahli ini mempelajari materi yang sama, setelah

siswa belajar di grup ahli, mereka kembali ke kelompok semula. Jigsaw

menurut Slavin (dalam Muhamad Afandi, dkk 2013:58) dapat digunakan

apabila materi yang dipelajari adalah yang berbentuk materi tertulis.

Materi ini paling sesuai untuk subyek-subyek seperti pelajaran Ilmu

Sosial, literatur yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan

konsep dari pada penguasaan kemampuan.

3) Group Investigation

Model pembelajaran Group Investigation merupakan sebuah

model pembelajaran yang dalam tahap-tahapnya memenuhi indikator


kemampuan berpikir kritis. (Bintang Wicaksono, dkk 2017:3). Siswa

membentuk kelompok sendiri, kemudian guru memberikan materi dan

permasalahan, setiap kelompok memecahkan masalah tersebut dan

mereka dapat mencari data di kelas atau di luar kelas, setelah itu pada

waktunya mereka harus melaporkan hasil kelompok dalam hal analisis

dan kesimpulan.

4) Group Resume

Dibentuk kelompok yang diberi tugas membuat resume atau

rangkuman dari materi pelajaran (Fauza Djalal 2017:43).

5) Think-Pair-Share

Beri kesempatan siswa untuk mencari jawaban tugas secara

mandiri, kemudian bertukar pikiran dengan teman sebangku, setelah itu

berdiskusi dengan pasangan lain (menjadi 4 siswa) (Fauza Djalal

2017:43).

6) Tipe Mind Mapping

Mind mapping berasal dari bahasa inggris, yaitu dari kata mind

dan mapping yang masing-masing adalah mind berarti otak, dan

mapping berarti memetakkan. Menurut Said & Budimanjaya (dalam

Wahyu Bagja Sulfemi 2019:14) mind mapping atau peta pikiran adalah

suatu metode untuk memaksimalkan potensi pikiran manausia dengan

menggunakan otak kanan dan otak kirinya secara simultan. Metode ini

diperkenalkan Tony Buzan pada tahun 1974.


Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi

ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind

mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak

cabang. Dalam konteks pembelajaran, mind mapping dapat digunakan

untuk membantu siswa dalam memahami, mengorganisasikan dan

memvisualisasikan materi dan aktivitas belajarmya secara kreatif dan

atraktif.

7) Tipe Snowball Throwing

Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan, guru

membentuk kelompok dan memanggil ketua kelompok masing-masing

untuk menjelaskan materi yang telah disampaikan oleh guru, kemudian

menyampaikan kepada teman-temannya, masing-masing siswa

menyiapkan kertas untuk menuliskan 1 pertanyaan, kemudian kertas

tersebut dibentuk seperti bola dan dilempar dari satu sisw ke siswa lain,

kemudian siswa menjawab pertanyaaan yang ada di kertas yang di

lempar tersebut (Fauza Djalal 2017:44).

8) Dua Tinggal, Dua Tamu

Membentuk kelompok dengan anggota 4 siswa, beri tugas untuk

diskusi, dua siswa bertamu ke kelompok lain, dua siswa yang tinggal

menginformasikan hasil diskusinya kepada dua tamunya, tamu

kembali ke kelompok dan melaporkan temuan mereka dari kolmpok

lain (Fauza Djalal 2017:44).


9) Time Token

Semua siswa di beri kartu bicara, di dalam kelompok yang sudah

menyampaikan pendapatnya harus menyerahkan satu kartunya, demikian

seterusnya sampai yang sudah habis kartunya tidak berhak bicara lagi.

Model Pembelajaran Time Token adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif. Siswa dibentuk dalam kelompok belajar, yang dalam

pembelajaran ini mengajarkan keterampilan sosial untuk menghindari

siswa mendominasi pembincaraan atau menghindarkan siswa diam

sama sekali dalam berdiskusi. Guru memberikan materi

pembelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok

masing-masing untuk memastikan semua anggota kelompok telah

menguasai materi pembelajaran yang diberikan. Kemudian, siswa

melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus

mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya (E. Gee dalam

Darmawan Harefa 2020:36).

10) Debate

Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan

yang lainnya kontra. Guru memberikan tugas untuk membaca materi

yang akan didebatkan. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk

salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi

oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa


bisa mengungkapkan pendapatnya (Fauza Djalal 2017:44).

11) Times Games Tournament (TGT)

Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal:

TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis

dan system skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba

sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja

akademiknya sebelumnya setara seperti mereka. Jadi inti dari TGT

adalah siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, kamudian mereka

melakukan permainan dengan anggota kelompok lain untuk memperoleh

skor bagi kelompok mereka. (Muhamad Afandi, dkk 2013:77).

8. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif.

Karakteristik atau ciri pembelajaran kooperatif menurut Slavin

(dalam Muhamad Afandi, dkk 2013:55) adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Kelompok; Cooperative learning menggunakan tujuantujuan

kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan

kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria

yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada

penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan

hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu,

dan saling peduli.

2. Pertanggungjawaban Individu; Keberhasilan kelompok tergantung


dari pembelajaran induvidu dari semua anggota kelompok.

Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas pada

aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.

Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap

anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara

mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan; Cooperative

learning menggunakan metode skoring yang mencangkup nilai

perkembangan berdasarkan peningkatkan prestasi yang diperoleh

siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini

setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-

sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang

terbaik bagi kelompoknya.

9. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif.

Menurut Yatim Riyanto (dalam Fauza Djalal 2017:45) terdapat empat

prinsip dasar pembelajaran kooperatif, sebagai berikut :

a) Prinsip ketergantungan positif (positive interpendence)

b) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)

c) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)

d) Keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi (social skill)

e) Group Processing.
10. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif.

a. Kelebihan pembelajaran kooperatif.

Menurut Jarolimek dan Parker (dalam Muhamad Afandi, dkk

2013:56) mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran

kooperatif adalah:

1) Saling ketergantungan yang positif.

2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.

3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.

5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa

dengan guru.

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman

emosi yang menyenangkan.

b. Kelemahan pembelajaran kooperatif.

1) Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran

kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.

2) Upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan

periode waktu yang cukup panjang. (Fauza Djalal 2017:46).

2. Model pembelajaran TGT (Team Game Turnament)

a. Pengertian Model pembelajaran TGT (Team Game Turnament)


pembelajaran kooperatif TGT merupakan salah satu model pembelajaran

yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir, siswa memiliki


tanggung jawab dalam kelompoknya dan terhadap dirinya sendiri dalam

mempelajari materi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembelajan kooperatif dapat

meningkatkan hasil belajar, sikap tolong menolong dan perilaku sosial.

Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan jika siswa dilatih

mengemukakan pendapat atau gagasan melalui kerja kelompok kooperatif

(Joyce dalam Ade Haerullah & Said Hasan 2017:134).

Pembelajaran yang kooperatif model TGT (Team Game Turnamen)

adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah di

terapkan melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini

melibatkan peran siswa sebagai tutor teman sebaya, mengandung unsur

permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung unsur

kerja sama. Aktivitas belajar dengan permainan yang di rancang dalam

pembelajaran kooperatif model TGT (teams games tournament) memungkinkan

siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,

kejujuran, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Strategi pembelajaran Teams Games Tournament (TGT ) mampu

membuat siswa belajar lebih aktif dan termotivasi dalam memecahkan soal-

soal latihan, karena siswa tidak hanya dilibatkan dalam menyelesaikan soal

secara berkelompok saja tetapi siswa secara individu juga harus belajar

melakukan pekerjaannya sendiri untuk memberikan kontribusi nilai pada

kelompoknya. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Team Game

Turnament (TGT) sangat sederhana dan mudah untuk diterapkan oleh guru,
fleksibel dan tidak membutuhkan guru tambahan ataupun tim guru. Guru hanya

perlu menyediakan latihansoal tes untuk game dan turnamen serta membagi

kelas menjadi beberapa kelompok. Dengan berkelompok dan berkompetisi

pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak cepat bosan. Proses

pembelajaran ini berpusat pada siswa sehingga siswa lebih banyak melakukan

aktivitas belajar (dian susilowati 2014:13).

b. Langkah-langkah TGT(team game turnamen)


Menurut Slavin (dalam Nurdyansyah 2016:78) pembelajaran kooperatif

tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class

precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games),

pertandingan (tournament), penghargaan kelompok (team recognition).

1. Penyajian kelas

proses awal pendidik menyam paikan materi dalam penyajian kelas,

pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan

penjelasan singkt tentang materi dan game yang nakan di mainkan oleh

kelompok, para peserta didik harus memperhatikan pendidik karna akan

menguntungkan kelompok mereka.

2. Belajar dalam kelompok

Peserta didik di bagi menjadi 5 sampai 6 orang dalam satu kelompok,

manfaat kelompok adalah memahami materi secara bersama-sama teman

kelompoknya dan lebih lanjut untuk mempersiapkan kelompoknya agar

bekerja dengan baik dan maksimal pada saat permainan.


3. Permainan

Game atau permainan terdiri dari pertanyaan pertaan yang relevan

dengan materi dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang di dapat

peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok.Game diluar kelas

juga harus dipersiapkan yang sesuai dengan materi dan di rancang

sedemikian rupa agar peserat didik muda memahami permainan dan

sekaligus materi yang diberikan, peserta didik yang berhasil menjawab

pertanyaan dan yang berhasil memenangkan permainan akan akan di

berikan sekor dan poin sesuai dengan kesulitan soal

4. Turnamen

Saat melakukan games setiap kelompok pasti akan mengumpulkan

poin atau sekor yang lebih tinggi agar kelompok kelompok merekaa lebih

unggu dari kelompok lain. dan dalam tournamen ini peserta didik akan di

berikan peraturan dalam games agar para peserta didik bermain dengan

sportif dan dan melatih kejujuran, rasa tanggung jawab, dan berjuang

dengan kelompoknya untuk menghasilkan poin poin tersebut.

5. Penghargaan kelompok

Kegiatan turnamen atau games telah berakhir, para peserta didik

melaporkan kepada pendidik agar poin poin yang telah mereka kumpulkan

atau yang mereka dapatkan akan di jumlahkan. Kolompok yang meraih

poin tertinggi akan mendapatkan hadia, agar meningkatkan motivasi


peserta didik.

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TGT (Team Games

Tournamen)

adapun kelebihan model pembelajaran TGT (Team Games

Tournamen) adalah sebagai berikut

1) Dalam kelas kooperatif peserta didik memiliki kebebasan untuk

berinteraksi dan menggunakan pendapatnya

2) Rasa percaya diri peserta didik menjadi lebih tinggi

3) Perilaku mengganggu terhadap peserta didik lain menjadi lebih kecil

4) Motivasi belajar peserta didik bertambah

5) Pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan

6) Meningkatkan kebaikan budi, kepakaan, toleransi antara peserta didik

dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik

7) Peserta didik dapat menelaah sebuah mata pelajaran atau pokok

bahasan, bebas mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi yang

ada dalam diri peserta didik tersebut dapat keluar, selaiin itu kerja

sama antar peserta didik juga peserta didik dengan pendidik akan

membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak

membosankan.
Adapun kelemahan dari model pembelajaran TGT (team game

turnamen) adalah sebagai berikut:

1) Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua peserta didik

ikut serta menyumbangkan pendapatnya

2) Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran

3) Kemungkinan terjadinya kegaduhan jika guru tidak dapat mengelola

kelas (Fitriyane Laila Apriliani Rahmat, dkk 2018:19).

3. Permainan Bola Volly

Permainan bola voli adalah suatu permainan yang menggunakan bola untuk

dipantulkan (di-volley) di udara hilir mudik di atas net (jaring), dengan maksud dapat

menjatuhkan bola di dalam petak daerah lapangan lawan dalam rangka mencari

kemenangan. Mem-volley atau memantulkan bola ke udara dapat mempergunakan

seluruh anggota atau bagian tubuh dari ujung kaki sampai ke kepala dengan pantulan

sempurna (Yusmar 2017:144).

Penelitian yang baik haruslah memiliki batasan di dalamnya. Adapun dalam

penelitian ini, batasan materi permainan Bola Volly yang akan peneliti gunakan

adalah materi teknik Passing. Teknik passing dalam permainan bola Volly digunakan

untuk mengendalikan bola dan mengoperkan bola kepada pemain lain. Teknik

passing dalam permainan bola volly terbagi menjadi passing atas dan passing bawah.

1) Passing atas

Passing atas merupakan salah satu teknik dasar yang sangat penting
untuk dikuasai para pemain bola voli. Menguasai passing atas yang baik,

khususnya bagi seorang tosser (setter) sangat menentukan keberhasilan regu

untuk memperoleh kemenangan dalam pertandingan bola voli.

Cara melakukan Passing atas menurut Dwi Yulia Nur Mulyadi &

Endang Pratiwi (2020:17) adalah sebagai berikut:

1) Berdiri seimbang dengan tumpuan dua kaki dan salah satu kaki di

depan.

2) Pandangan diarahkan pada bola dan badan sedikit condong ke depan.

3) Kedua tangan terbuka di atas kepada dengan siku bengkok ke samping,

serta boleh kedua lutut ditekuk (merendah).

4) Dorong bola ke atas dengan menggunakan pangkal jari-jari tangan

diikuti dengan gerakan meluruskan kedua siku dan kedua lutut

sehingga badan lurus.

5) Sikap akhir merupakan gerak lanjut dari kedua lengan diikuti oleh

anggota tubuh lainnya.

2) Passing bawah

Passing bawah bola voli merupakan suatu gerakan untuk mengoper atau

mengumpan bola dengan menggunakan teknik tertentu kepada teman atau tim

(Dwi Yulia Nur Mulyadi & Endang Pratiwi 2020:14). Teknik passing bawah

dapat digunakan sebagai pertahanan menerima servis yang akan menentukan

jalannya pertandingan dan menerima smash dari lawan yang dapat pula saat
setelah pengambilan block atau pantulan bola dari net (Tuti Sarwita 2017:33).

Adapun cara melakukan Passing bawa menurut Dwi Yulia Nur Mulyadi

& Endang Pratiwi (2020:14) adalah sebagai berikut:

1) Berdiri seimbang dengan kedua kaki dibuka selebar bahu dan lutut

sedikit ditekuk, serta badan agak condong ke depan.

2) Kedua lengan dirapatkan dan lurus ke depan bawah.

3) Ayunkan kedua lengan secara bersama-sama lurus ke atas depan

bersamaan dengan meluruskan kedua lutut.

4) Perkenaan pada kedua tangan.

5) Sikap akhir adanya gerak lanjut dari lengan yang diikuti anggota tubuh

lainnya.

Anda mungkin juga menyukai