PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama belajar, Siswa diberi kesempatan untuk mewujudkan potensi penuh diri
mereka sehingga potensi tersebut dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, pendidikan bukan
lagi sebagai pendorong melainkan upaya untuk mengembangkan potensi diri.
Pengetahuan tidak diberikan, itu dibangun oleh siswa. Pembelajaran di sekolah saat ini
tidak lagi berpusat pada guru tetapi pada siswa dan guru tidak lain adalah fasilitator dan
pembimbing. Dengan demikian, Siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengembangkan kemampuannya, misalnya memberikan pendapat, pertimbangan
metodis, menyampaikan pemikiran atau pemikiran, dan lain-lain. Untuk mencapai
pembelajaran interaktif, model pembelajaran kooperatif dapat digunakan. Menurut Agus
Suprijono, paradigma pembelajaran kooperatif ialah bentuk yang lebih luas yang
menaungi semua jenis kerja kelompok, termasuk model yang dipimpin oleh seorang
guru atau teacher-directed (Suprijono, 2010). Diantara model pembelajaran kooperatif
tersebut terdapat model pembelajaran Teams GamesTtournament.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT Team Games Tournament digunakan
dengan cara menerapkan strategi kelompok. Jenis TGT Team Games Tournament
merupakan model pendidikan kolaboratif yang dapat digunaka dengan cara melibatkan
seluruh aktivitas siswa tanpa adanya perbedaan status sosial, melibatkan peran siswa
sebagai peer teacher dan mengandung unsur belajar melalui permainan. Model
pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran bertipe 5-6 siswa dengan
meletakkan siswa yang memiliki kemampuan kognitif, emosional, motorik, karakteristik
dan latar belakang yang berbeda.
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara langsung kepada guru agama dan
peserta didik di kelas X SMA NEGERI 58 Jakarta khususnya pada materi Sejarah Islam
terdapat beberapa problematika. Problematika tersebut diantaranya ialah Pertama,
meluasnya persepsi negatif atau stereotip bahwa materi ini hanya memuat cerita-cerita
masa lalu, materi yang saling melengkapi, dan tidak berkontribusi pada era
kontemporer. Akibatnya, berbagai pihak khususnya peserta didik kurang antusias
terhadap materi ini. Kedua, para pendidik biasanya mengajarkan sejarah kebudayaan
Islam dengan menggunakan model ceramah dan pembelajaran berbasis masalah, yang
dapat menghambat kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini disebabkan kurangnya
kreativitas pendidik dalam menggunakan model dan strategi. Ketiga, kendala terbesar
dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah kurangnya media pembelajaran
yang sederhana karena kurangnya media dapat menyurutkan minat siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran, mencegah pembelajaran dua arah atau membuat siswa
pasif.
Karena adanya problematika tersebut maka terlihat banyak siswa yang tidak
memahami materi yang disampaikan dan memiliki kepercayaan diri yang rendah. Hal
tersebut menyebabkan mereka enggan menjawab atau bertanya karena takut salah lalu
akan diejek siswa lainnya. mereka takut untuk bertanya sehingga diam saja walaupun
tidak paham. Hal tersebut membuat banyak siswa yang mendapatkan nilai yang rendah
ketika guru memberikan soal evaluasi di akhir pembelajaran ataupun penilaian akhir
semester.
Oleh karena itu metode kooperatif model team games tournament dirasa tepat
untuik diterapkan pada materi tersebut. Hal tersebut dikarenakan Tipe Team Games
Tournament (TGT) merupakan model pembelajaran kooperatif yang membuat seluruh
siswa terlibat aktiv dalam proses pembelajaran tanpa adanya perbedaan status sosial,
adanya keterlibatan peran siswa sebagai tutor sebaya dan terdapat unsur belajar dengan
bermain. Model TGT ialah model pembelajaran yang berdasarkan tim dengan cara
menerapkan unsur permainan didalam pembelajaran dengan tujuan untuk memeproleh
nilai didalam tim. Berbeda dengan kelompok kooperatif lainnya, pembagian tim dalam
TGT berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT) ini melatih siswa bagaimana cara memberikan pendapat
didepan siswa lain dan siswa diharapkan dapat menghargai pendapat peserta didik lain
dengan berpatokan pada materi pembelajaran. Selain itu penerapan model pembelajaran
team games tournament ini sudah banyak diterapkan di sekolah lain dimata pelajaran
selain PAI. Sehingga peneliti ingin mencoba membuktikan apakah model pembelajaran
team games tournament ini cocok untuk digunakan pada materi wali songo.
Penelitian ini diterapkan di SMA Negeri 58 Jakarta karena didalam salah satu
misi SMA Negeri 58 Jakarta adalah meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena
itu peneliti bertujuan untuk membantu mewujudkan hal tersebut dengan melakukan
penerapan model pembelajaran TGT dengan harapan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran dilihat dari hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Penelitian ini juga
penting dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
wali songo. Hal tersebut penting karena materi sejarah islam merupakan materi yang
esensial untuk dipahami oleh siswa. Hal tersebut bertujuan untuk memahami bagaimana
sejarah yang benar sehingga siswa tidak dapat dipengaruhi oleh sejarah yang salah dan
dalam rangka mengambil khasanah keilmuan maupun pengalaman yang terjadi di masa
lalu untuk kebaikan yang dimasa yang akan datang. Selain itu penelitian ini juga penting
untuk dilakukan karena sebagai referensi bagi para guru untuk dapat menerapkan
metode pembelajaran kooperatif Team Games Tounament dalam rangka meningkatkan
hasil belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Pengaruh metode kooperatif tipe team games tournament terhadap hasil belalajar
siswa dari segi kognitif pada materi sejarah islam kelas X (Peran Tokoh Ulama dalam
Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa).
D. Perumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar materi wali songo
ketika diterapkannya model pembelajaran team games tournament?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yang bermanfaat karena perumusan masalah dan
tujuan penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi ilmiah pada kajian tentang metode
pembelajaran kooperatif tipe team games tournament pada pembelajaran PAI untuk
digunakan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran siswa. Adapun kegunaan
praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat
digunakan selama proses kegiatan pembelajaran
2. Bagi Sekolah
Setelah itu peneliti memberikan soal pre-test. Setelah seluruh siswa telah selesai
mengerjakan soal pre-test peneliti mengakhiri pertemuan dengan mengulang kembali
apa saja yang telah peneliti sampaikan sebelumnya dan menutup kelas.
b) Siklus 2
1) Rencana Umum
Setelah itu peneliti memberikan soal post-test. Setelah siswa selesai mengerjakan soal
post-test peneli mengakhiri pertemuan dengan memberikan kesimpulan secara
keseluruhan hal-hal apa saja yang telah dipelajari selama empat pertemuan dan menutup
kelas.
2. Kelas Eksperimen
a) Siklus 1
1) Rencana Umum
Presentasi di kelas:
Pada penyampaian materi awal, sebelum masuk ke materi pembelajaran peneliti
melakukan perkenalan terlebih dahulu. Setelah perkenalan peneliti melakukan
pembukaan kelas dengan berdoa, tadarus Al-Qur’an, dan melakukan absensi untuk
mengecek kehadiran siswa. Tahap selanjutnya peneliti mulai masuk kedalam materi
dengan memberikan pertanyaan pemantik dengan tujuan agar siswa memiliki
ketertarikan terhadap materi yang akan disampaikan. Berikutnya peneliti mulai masuk
kedalam materi inti. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan metode
ceramah dengan hanya menggunakan media pembelajaran buku PAI dan power point.
Setelah semua materi telah disampaikan, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya apabila ada hal yang belum dipahami. Setelah terjadi proses tanya jawab
peneliti mengakhiri pertemuan dengan memberikan kesimpulan dan menutup kelas.
b. Pertemuan Kedua
Pada tahap akhir ini dilakukan kegiatan analisis data untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang sudah dirumuskan sebelumnya. Pada tahapan inilah, kegiatan teknik
analisis data dilalukan.
B. Deskripsi Data
1. Hasil Pre-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Berdasarkan pre-test yang telah dilakukan maka didapatkan hasil pre- test
kelompok kontrol dari 25 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai
tertinggi 88 dan nilai terendah 34, nilai rata-rata (mean) yaitu 70,2 dan standar deviasu
(SD) yaitu 11,30. Sedangkan hasil pre-test kelompok eksperimen dari 25 siswa yang
dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 85, dan nilai terendah 31, nilai rata-
rata (mean) yaitu 65,8 dan standar deviasi (SD) yaitu 15,43. Data tersebut dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 3. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pre-test Kelompok
Kontrol dan Eksperimen
Pemusatan dan Kelompok
Kelompok Kontrol
Penyebaran Data Eksperimen
Nilai Terendah 34 31
Nilai Tertinggi 88 85
Rata-Rata (mean) 70,2 65,8
Standar Deviasi (SD) 11,30 15,43
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa pada
kelompok kontrol memperoleh nilai antara 64-73 dan 74-83 yaitu sebanyak 8 siswa atau
sebesar 32% dan rentang nilai yang paling sedikit diperoleh oleh siswa yaitu antara 44 -
53 sebanyak 0 siswa atau sebesar 0%.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen
Interval Nilai Batas Nyata fabs fka fkb Frel(%)
Tengah
31 - 40 36 30,5 – 40,5 2 25 2 8
41 - 50 46 40,5 – 50,5 1 23 3 4
51 - 60 56 50,5 – 60,5 3 22 6 12
61 - 70 66 60,5 – 70,5 9 19 15 36
71 - 80 76 70,5 – 80,5 7 10 22 28
81 - 90 86 80,5 – 90,5 3 3 25 12
∑ 25 100
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa pada kelompok
kontrol memperoleh nilai antara 58-66 sebanyak 8 siswa atau sebesar 32% dan rentang
nilai yang paling sedikit diperoleh oleh siswa yang mendapatkan nilai antara 40-48
sebanyak 1 siswa atau sebesar 4%.
Dalam rangka mengetahui hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perlu
diadakan perbandingan hasil pre-test dan post-test dari kedua kelompok serta
membandingkan normal gain dari kedua kelompok tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol berikut:
Tabel 9. Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol
No. Pre Test Pos Test N-Gain Kategori
1 77 60 -0,74 Rendah
2 74 54 -0,77 Rendah
3 68 71 0,09 Rendah
4 68 68 0.00 Rendah
5 71 83 0,41 Sedang
6 71 86 0,52 Sedang
7 71 71 0,00 Rendah
8 63 71 0,22 Rendah
9 63 63 0,00 Rendah
10 60 63 0,08 Rendah
11 66 57 -0,26 Rendah
12 34 66 0,48 Sedang
13 88 63 -2,08 Rendah
14 71 63 -0,28 Rendah
15 63 40 -0,62 Rendah
16 68 51 -0,53 Rendah
17 74 54 -0,77 Rendah
18 80 74 -0,30 Rendah
19 83 66 -1,00 Rendah
20 77 60 -0,74 Rendah
21 57 80 0,53 Rendah
22 83 80 -0,18 Rendah
23 80 88 0,40 Sedang
24 57 83 0,60 Sedang
25 88 88 0,00 Rendah
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa pada kelompok kontrol diperoleh mean
N-gain sebesar -0,06 yang tergolong rendah. Sedangkan pada kelompok eksperimen
diperoleh mean N-gain sebesar 0,38 yang tergolong sedang. Adapun perbandingan hasil
belajar siswa antara kelompok kontrol dan eksperimen yang termasuk kedalam golongan
rendah, sedang, dan tinggi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 12. Kategori Nilai N-gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Normalitas Gain
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Kriteria Jumlah Presentase Kriteria Jumlah Presentase
Rendah 20 80% Rendah 12 48%
Sedang 5 20% Sedang 9 36%
Tinggi 0 0% Tinggi 4 16%
Seperti dapat dilihat dari tabel, siswa pada kelompok kontrol memiliki N-gain
yang lebih tinggi daripada siswa pada kelompok eksperimen. Di kelas N-gain, jumlah
siswa di kelompok uji coba lebih banyak daripada siswa di kelompok benchmark.
Kelompok eksperimen memiliki lebih banyak siswa daripada kelompok kontrol pada
kategori N-gain tinggi.
C. Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabiltas Instrumen
Sig. (2- 0,749 0,220 0,119 0,000 0,000 0,013 0,000 0,000
tailed)
N 25 25 25 25 25 25 25 25
Berdasarkan data dari hasil pengujian tersebut maka dapat dilihat bahwa terdapat
3 soal yang tidak valid. Soal tersebut adalah soal nomer 1, nomer 2, dan nomer 3. Soal
tersebut tidak valid karena rhitung < 0,396. Sehingga ketiga soal tersebut tidak digunakan
dalam instrumen penelitian.
Tabel 14. Uji Validitas Soal Essay
jumlah Pearson .578** .599** .636** .684** .778**
Correlation
Sig. (2- 0,002 0,002 0,001 0,000 0,000
tailed)
N 25 25 25 25 25
Berdasarkan data dari hasil pengujian tersebut maka dapat dilihat bahwa semua
soal; dinyatakan valid. Soal tersebut valid karena rhitung < 0,396. Sehingga semua soal
essay tersebut tetap digunakan dalam instrumen penelitian.
Uji reliabilitas. Suatu tes yang reliabel atau andal merupakan suatu tes yang hasil
pengukurannya dalam satu atau berbagai pengukuran memperlihatkan hasil yang
konsistensi atau hasil yang tepat dan teliti. Pengujian realibilitas dalam penelitian ini
menggunakan teknik Alpha Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan
reliabel atau tidaknya suatu instrumen penelitian adalah jika harga Alpha Cronbach >
0,60.
Berikut adalah tabel uji reliabilitas soal pilihan ganda dan soal essay.
Tabel 15. Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda
Cronbach's N of
Alpha Items
0,746 16
Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka ditemukan Alpha Cronbach = 0,746. Maka
dapat dikatakan bahwa soal pilihan ganda merupakan soal yang reliabel karena Alpha
Cronbach > 0,60.
Berikut adalah tabel uji reliabilitas soal pilihan ganda dan soal essay.
Tabel 16. Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda
Reliability
Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
0,746 6
Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka ditemukan Alpha Cronbach = 0,746. Maka
dapat dikatakan bahwa soal pilihan ganda merupakan soal yang reliabel karena Alpha
Cronbach > 0,60.
2. Uji Persyaratan Analisis Data
Dalam rangka mengetahui apakah data yang telah diperoleh berasal dari populasi
berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas Liliefors. Kriteria dalam
uji normalitas ini adalah H0 ditolak jika L0 lebih besar dari Ltabel dan H0 diterima jika L0
lebih kecil dari Ltabel. Dengan diterimanya H0 berarti data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, sedangkan jika H0 ditolak berarti data penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi tidak normal.
1) Uji Normalitas Hasil Pre-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Dengan menggunakan Levene Test dan kriteria sebagai berikut, dilakukan uji
homogenitas: Data dikatakan tidak homogen jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05.
Meskipun demikian, dengan asumsi nilai kepentingan melebihi 0,05, cenderung
diasumsikan bahwa informasi berubah atau homogen.
1) Uji Homogenitas Hasil Pre-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai signifikansi 0,538. Maka dapat diartikan
0,538 > 0,05 atau nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa sampel hasil pre-test kelompok eksp[erimen dan kelompok kontrol
homogen.
2) Uji Homogenitas Hasil Post-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai signifikansi 0,939. Maka dapat diartikan
0,939 > 0,05 atau nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa sampel hasil post-test kelompok eksp[erimen dan kelompok kontrol
homogen.
3) Pengujian Hipotesis
Berdasarkan tabel tersebut maka didapatkan hasil 0,208 > 0,05. Maka dapat
dismpulkan H0 diterima dan Ha ditolak. Hal tersebut menandakan bahwa Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitiv siswa antara kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen.
Hasil pengujian Independent Sample T Test pada post-test kelompok kontrol dan
eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 28. Independent Sample T Test post-test kelompok kontrol dan eksperimen
Berdasarkan tabel tersebut maka didapatkan hasil 0,004 < 0,05. Maka dapat
dismpulkan Ha diterima dan H0 ditolak. Hal tersebut menandakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara hasil belajar kognitiv siswa kelas eksperimen yang menerapkan
model pembelajaran TGT dan hasil belajar kognitiv siswa kelas kontrol yang
menerapkan model pembelajaran konvensional.
D. Analisis Pembahasan
1. Proses Pembelajaran TGT
Pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan utama, yaitu
tahap penyajian kelas (class presentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan
(games), pertandingan (tournament), dan penghargaan (team recognition).
a. Presentasi di kelas
Kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari
kelompok ini ialah untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar,
dan lebih khususnya lagi, ialah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa
mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul
untuk mempelajari lembar kerja siswa atau materi lainnya.
Pada praktiknya dikelas peneliti melakukan hal sebagai berikut. Peneliti
membagi siswa beberapa kelompok. Sebelum dibagi kedalam beberapa kelompok
peneliti menentukan terlebih dahulu siapa yang menjadi ketua kelompok. Peneliti
melakukan pemilihan ketua kelompok tersebut berdasarkan dengan hasil pre-test yang
meraih nilai cukup tinggi. Hal tersebut bertujuan agar ketua kelompok bisa menjadi tutor
sebaya bagi teman-tamannya yang lain. Setelah terbagi kedalam beberapa kelompok
peneliti memberikan LKPD ke masing-masing kelompok. Setelah itu masing-masing
kelompok berdiskusi untuk mengerjakan LKPD tersebut. Di dalam diskusi kelompok
tersebut ketua kelompok bertugas untuk memimpin jalannya diskusi dan membantu
mengajari teman-teman dalam kelompok yang belum mengerti. Peneliti memberikan
arahan kepada ketua kelompok untuk memastikan bahwa teman-teman dalam
kelompoknya memahami materi tersebut. Pada saat diskusi kelompok tersebut peneliti
juga mempersilahkan kepada semua siswa untuk bertanya apabila ada keraguan ataupun
hal yang kurang dimengerti atau dipahami.
Dari hasil praktik dikelas tersebut peneliti megamati bahwa siswa terlihat lebih
aktif. Hal tersebut peneliti lihat dari jalannya diskusi pada masing-masing kelompok dan
antusias dari ketua kelompok untuk membantu teman kelompoknya memahami materi.
Selain itu banyak juga pertanyaan dari siswa yang disampaikan kepada peneliti terkait
materi. Hal tersebut terjadi karena ketua kelompok biasanya tidak bisa menjawab
pertanyaan tersebut ataupun ragu terhadap jawaban yang dimilikinya. Suasana kelas pun
menjadi lebih aktif dan siswa terlihat kembali membuka buku pelajaran untuk kembali
membaca dan memahami materi. Salah satu faktor yang membuat siswa menjadi aktif
adalah karena peneliti menyampaikan setelah menyelesaikan LKPD dan diskusi
kelompok akan ada permainan dan setiap kelompok akan bersaing untuk mendapatkan
penghargaan.
c. Permainan dan Turnamen
Dari hasil praktik tersebut peneliti mengamati siswa terlihat atusias untuk
memenangkan permainan. Selain itu kebanyakan dari siswa yang mewakili
kelompoknya untuk bermain dapat menjawab soal yang peneliti berikan dengan benar
yang padahal sebelumnya pertanyaan tersebut belum bisa mereka jawab pada saat
penyampaiaan materi oleh peneliti diawal pembelajaran. Oleh karena itu peneliti dapat
berkesimpulan bahwa ada kemajuan atau peningkatan pemahaman siswa terhadap
materi setelah dilakukan belajar dalam kelompok.
d. Penghargaan
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test yang telah diberikan kepada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen diketahui selisih rata-rata skor pre-test dan post test
pada kelompok kontrol sebesar -2,4 dan selisih skor pre-test dan post-test pada
kelompok eksperimen sebesar 12,4. Dengan demikian, kelompok eksperimen yang
didalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT memiliki selisih rata-rata
hasil belajar yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol yang didalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil
analisis selisih rata-rata tersebut dapat terlihat bahwa pengaruh model pembelajaran
TGT terhadap hasil belajar materi wali songo lebih baik.
Untuk melakuka uji hipotesis maka terlebih dahulu harus dilakukan uji syarat,
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas berfungsi untuk megetahui data
berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas berfungsi untuk mengetahui beberapa
varian populasi sama atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan Kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen yang diteliti dalam penelitian ini berada pada distribusi normal,
baik hasil uji pre-test dan post-test, hal tersebut terbukti pada hasil uji persyaratan
analisis yang menyatakan bahwa L0 < Ltabel dimana Ltabel pada taraf kepercayaan 95%
dengan n (jumlah sampel)= 25 sebesar 0,173. Selain itu kedua kelompok ini juga
bersifat homogen, terbukti berdasarkan hasil uji pre-test dan post-test nya yang
menyatakan bahwa nilai signifikansinya melebihi dari 0,05. Berdasarkan hasil tersebut
maka data hasil belajar yang telah diperoleh dapat diuji hipotesis untuk melihat apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran
konvensional dengan model pembelajaran TGT.
Pengujian Hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Independent Sample T
Test. Hasil uji kesamaan dua rata-rata pre-test dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pre-test kelompok kontrol dan skor pre-
test kelompok eksperimen. Diperoleh hasil signifikansi (2-tailed) >0,05, yaitu 0,208 >
0,05. Maka dapat dismpulkan H0 diterima dan Ha ditolak. Hal tersebut menandakan
bahwa Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitiv siswa yang
menerapkan model pembelajaran TGT dan hasil belajar kognitiv siswa yang
menerapkan model pembelajaran konvensional.
Sedangkan berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata post-test dilakukan
untuk mengetahui apakah skor post-test kelompok eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran TGT lebih besar dibandingkan dengan skor post-test yang
menggunakan pembelajaran konvensional. Diperoleh hasil signifikansi (2-tailed) < 0,05,
yaitu 0,004 < 0,05. Maka dapat dismpulkan Ha diterima dan H0 ditolak. Hal tersebut
menandakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif siswa
yang menerapkan model pembelajaran TGT dan hasil belajar kognitif siswa yang
menerapkan model pembelajaran konvensional.
Setelah melakukan uji hipotesis dan terlihat bahwa ada perbedaan yang
signifikan maka peneliti melakukan uji N-Gain. Uji N-Gain ini berfungsi untuk melihat
perbedaan yang signifikan tersebut berada pada taraf rendah, sedang, atau tinggi.
Berdasarkan hasil uji normal gain diketahui bahwa nilai rata-rata normal gain dari hasil
belajar sejarah islam siswa kelompok eksperimen 0,38 yang memiliki arti kriteria N-
gain sedang dan kelompok kontrol sebesar -0,06 yang memiliki arti kriteria N-gain
rendah.
Hasil dari penelitian model pembelajaran TGT pada kelompok eksperimen ini
menunjukan bahwa memang terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang
menerapkan model pembelajaran konvensional dengan kelas yang menggunakan model
pembelajaran TGT. Akan tetapi perbedaan yang signifikan tersebut ternyata hanya
berada pada taraf yang sedang atau dapat diartikan kurang berpengaruh terhadap hasil
belajar. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu yang pertama pada awal
penerapan model TGT ternyata sama dengan model pembelajaran konvensional, yaitu
penyampaian materi oleh pengajar sehingga membuat siswa merasa tidak ada bedanya
antara model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran TGT. Yang kedua
ada beberapa siswa yang tidak ikut berdiskusi dalam kelompok karena kurangnya
pengawasan dalam peneliti.