Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Selama belajar, Siswa diberi kesempatan untuk mewujudkan potensi penuh diri
mereka sehingga potensi tersebut dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, pendidikan bukan
lagi sebagai pendorong melainkan upaya untuk mengembangkan potensi diri.
Pengetahuan tidak diberikan, itu dibangun oleh siswa. Pembelajaran di sekolah saat ini
tidak lagi berpusat pada guru tetapi pada siswa dan guru tidak lain adalah fasilitator dan
pembimbing. Dengan demikian, Siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengembangkan kemampuannya, misalnya memberikan pendapat, pertimbangan
metodis, menyampaikan pemikiran atau pemikiran, dan lain-lain. Untuk mencapai
pembelajaran interaktif, model pembelajaran kooperatif dapat digunakan. Menurut Agus
Suprijono, paradigma pembelajaran kooperatif ialah bentuk yang lebih luas yang
menaungi semua jenis kerja kelompok, termasuk model yang dipimpin oleh seorang
guru atau teacher-directed (Suprijono, 2010). Diantara model pembelajaran kooperatif
tersebut terdapat model pembelajaran Teams GamesTtournament.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT Team Games Tournament digunakan
dengan cara menerapkan strategi kelompok. Jenis TGT Team Games Tournament
merupakan model pendidikan kolaboratif yang dapat digunaka dengan cara melibatkan
seluruh aktivitas siswa tanpa adanya perbedaan status sosial, melibatkan peran siswa
sebagai peer teacher dan mengandung unsur belajar melalui permainan. Model
pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran bertipe 5-6 siswa dengan
meletakkan siswa yang memiliki kemampuan kognitif, emosional, motorik, karakteristik
dan latar belakang yang berbeda.
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara langsung kepada guru agama dan
peserta didik di kelas X SMA NEGERI 58 Jakarta khususnya pada materi Sejarah Islam
terdapat beberapa problematika. Problematika tersebut diantaranya ialah Pertama,
meluasnya persepsi negatif atau stereotip bahwa materi ini hanya memuat cerita-cerita
masa lalu, materi yang saling melengkapi, dan tidak berkontribusi pada era
kontemporer. Akibatnya, berbagai pihak khususnya peserta didik kurang antusias
terhadap materi ini. Kedua, para pendidik biasanya mengajarkan sejarah kebudayaan
Islam dengan menggunakan model ceramah dan pembelajaran berbasis masalah, yang
dapat menghambat kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini disebabkan kurangnya
kreativitas pendidik dalam menggunakan model dan strategi. Ketiga, kendala terbesar
dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah kurangnya media pembelajaran
yang sederhana karena kurangnya media dapat menyurutkan minat siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran, mencegah pembelajaran dua arah atau membuat siswa
pasif.
Karena adanya problematika tersebut maka terlihat banyak siswa yang tidak
memahami materi yang disampaikan dan memiliki kepercayaan diri yang rendah. Hal
tersebut menyebabkan mereka enggan menjawab atau bertanya karena takut salah lalu
akan diejek siswa lainnya. mereka takut untuk bertanya sehingga diam saja walaupun
tidak paham. Hal tersebut membuat banyak siswa yang mendapatkan nilai yang rendah
ketika guru memberikan soal evaluasi di akhir pembelajaran ataupun penilaian akhir
semester.
Oleh karena itu metode kooperatif model team games tournament dirasa tepat
untuik diterapkan pada materi tersebut. Hal tersebut dikarenakan Tipe Team Games
Tournament (TGT) merupakan model pembelajaran kooperatif yang membuat seluruh
siswa terlibat aktiv dalam proses pembelajaran tanpa adanya perbedaan status sosial,
adanya keterlibatan peran siswa sebagai tutor sebaya dan terdapat unsur belajar dengan
bermain. Model TGT ialah model pembelajaran yang berdasarkan tim dengan cara
menerapkan unsur permainan didalam pembelajaran dengan tujuan untuk memeproleh
nilai didalam tim. Berbeda dengan kelompok kooperatif lainnya, pembagian tim dalam
TGT berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT) ini melatih siswa bagaimana cara memberikan pendapat
didepan siswa lain dan siswa diharapkan dapat menghargai pendapat peserta didik lain
dengan berpatokan pada materi pembelajaran. Selain itu penerapan model pembelajaran
team games tournament ini sudah banyak diterapkan di sekolah lain dimata pelajaran
selain PAI. Sehingga peneliti ingin mencoba membuktikan apakah model pembelajaran
team games tournament ini cocok untuk digunakan pada materi wali songo.
Penelitian ini diterapkan di SMA Negeri 58 Jakarta karena didalam salah satu
misi SMA Negeri 58 Jakarta adalah meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena
itu peneliti bertujuan untuk membantu mewujudkan hal tersebut dengan melakukan
penerapan model pembelajaran TGT dengan harapan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran dilihat dari hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Penelitian ini juga
penting dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
wali songo. Hal tersebut penting karena materi sejarah islam merupakan materi yang
esensial untuk dipahami oleh siswa. Hal tersebut bertujuan untuk memahami bagaimana
sejarah yang benar sehingga siswa tidak dapat dipengaruhi oleh sejarah yang salah dan
dalam rangka mengambil khasanah keilmuan maupun pengalaman yang terjadi di masa
lalu untuk kebaikan yang dimasa yang akan datang. Selain itu penelitian ini juga penting
untuk dilakukan karena sebagai referensi bagi para guru untuk dapat menerapkan
metode pembelajaran kooperatif Team Games Tounament dalam rangka meningkatkan
hasil belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat teridentifikasi beberapa masalah:


1. Antusias siswa ketika mengikuti pelajaran PAI & Budi Pekerti materi sejarah islam
rendah ditunjukan dengan minimnya interaksi diantara siswa dengan guru ataupun
antara siswa dengan siswa.
2. Nilai siswa pada pelajaran PAI & Budi Pekerti materi sejarah islam rendah
ditunjukan dengan rendahnya nilai siswa dilihat dari hasil evaluasi belajar tentang
materi tersebut.
3. Hasil Nilai yang rendah karena materi yang sulit untuk dipahami apabila hanya
menggunakan metode pembelajaran ceramah atau problem based learning
ditunjukan dengan rendahnya ketertarikan siswa untuk bertanya atau berdiskusi
tentang materi tersebut.
C. Pembatasan Masalah

Pengaruh metode kooperatif tipe team games tournament terhadap hasil belalajar
siswa dari segi kognitif pada materi sejarah islam kelas X (Peran Tokoh Ulama dalam
Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa).
D. Perumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar materi wali songo
ketika diterapkannya model pembelajaran team games tournament?
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka dapat disimpulkan tujuan


penelitian adalah untuk memperoleh data hasil belajar siswa yang sudah diterapkan
model pembelajaran team games tournament pada materi wali songo untuk meihat
apakah terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar.
F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yang bermanfaat karena perumusan masalah dan
tujuan penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi ilmiah pada kajian tentang metode
pembelajaran kooperatif tipe team games tournament pada pembelajaran PAI untuk
digunakan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran siswa. Adapun kegunaan
praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat
digunakan selama proses kegiatan pembelajaran
2. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan acuan bagi sekolah-sekolah dalam


menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe team games tournament pada
pembelajaran PAI yang dapat dipakai dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian hasil dan pembahasan akan disajikan proses pembelajaran


menggunakan metode Team Games Tournament, deskripsi data, analisis data,
interpretasi data, dan pembahasan dari hasil penelitian. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah data yang terkumpul dari penerapan metode TGT dan tes yang
diberikan kepada siswa SMA Negeri 58 Jakarta. Tes berupa soal pre-test dan post-test
yang diberikan kepada dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
A. Proses Pembelajaran Menggunakan Metode TGT

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen


rancangan Pre-Test and Post-Test with Non- Equivalent Control-Group Design. Desain
jenis ini membutuhkan dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas eksperimen adalah kelas yang akan diberikan perlakuan dan kelas kontrol adalah
kelas yang tidak diberikan perlakuan (biasanya menggunakan pembelajaran langsung
yang sering dikenal sebagai pendekatan konvensional). Selanjutnya, terhadap kedua
kelas tersebut diberikan tes sebelum kegiatan pembelajaran (pre-test) dan diberikan tes
setelah kegiatan pembelajaran (post-test).
Dalam penelitian ini peneliti sedikit merubah tahapan yang dilakukan, yaitu
sebelum memberikan soal pre-test peneliti terlebih dahulu memyampaikan materi di
kelas kontrol dan juga kelas eksperimen dengan menggunakan metode konvensional.
Hal tersebut dilakukan karena di dua kelas tersebut belum pernah mempelajari materi
yang peneliti gunakan didalam penelitian ini. Setelah melakukan pre-test pada tahap
selanjutnya peneliti menerapkan model pembelajaran TGT pada kelas eksperimen dan
kembali mengguakan metode konvensional pada kelas kontrol. Tahap selanjutnya
adalah peneliti memberikan soal post-test kepada dua kelas yang dijadikan subjek
penelitian tersebut.
1. Kelas Kontrol
a) Siklus 1
1) Rencana Umum

Tahap persiapan dimulai dengan menyusun perangkat pembelajaran seperti


modul ajar, presentasi materi, alat-alat yang dibutuhkan dalam permainan, instrumen
penelitian dan lain-lain. Setelah semua perangkat pembelajaran yang dibutuhkan sudah
siap, khususnya untuk instrumen penelitian dilakukan kegiatan pembuktian validitas.
Setelah diuji isi kepada ahli, instrumen dalam pnelitian ini dianggap sudah baik dan
memerlukan beberapa revisi.
Setelah dilakukan pembuktian validitas isi, peneliti melakukan uji coba dengan
mengguakan hasil pre-test kelas kontrol sebagai sampel. Setelah hasil jawaban diperoleh
peneliti melakukan pembuktian validitas konstruk dengan menggunakan SPSS untuk
memastikan sejauh mana intrumen tersebut menunujukan hasil yang sesuai dengan teori.
Setelah dilakukan pembuktian validitas konstruk didapatkan bahwa instrumen dalam
penelitian ini dinyatakan valid.
Setelah dilakukan pembuktian validitas isi, instrumen penelitian ini juga diuji
reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan menggunakan teknik Alpha Cronbach. Uji
reliabilitas bertujuan untuk menjamin instrumen yang digunakan adalah sebuah
instrumen yang handal, konsisten, stabil, dan dependibalitas, sehingga dapat digunakan
berkali-kali karena menghasilkan data yang sama. Setelah dilakukan uji reliabilitas
didapatkan bahwa instrumen dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.
2) Tindakan
a. Pertemuan Pertama

Pada penyampaian materi awal, sebelum masuk ke materi pembelajaran peneliti


melakukan perkenalan terlebih dahulu. Setelah perkenalan peneliti melakukan
pembukaan kelas dengan berdoa, tadarus Al-Qur’an, dan melakukan absensi untuk
mengecek kehadiran siswa. Tahap selanjutnya peneliti mulai masuk kedalam materi
dengan memberikan pertanyaan pemantik dengan tujuan agar siswa memiliki
ketertarikan terhadap materi yang akan disampaikan. Berikutnya peneliti mulai masuk
kedalam materi inti. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan metode
ceramah dengan hanya menggunakan media pembelajaran buku PAI. Setelah semua
materi telah disampaikan, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
apabila ada hal yang belum dipahami. Setelah terjadi proses tanya jawab peneliti
mengakhiri pertemuan dengan memberikan kesimpulan dan menutup kelas.
b. Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua sebelum melakukan pembelajaran peneliti membuka


kelas terlebih dahulu dengan berdoa, tadarus Al-Qur’an, dan melakukan absensi untuk
mengecek kehadiran siswa. Berikutnya peneliti membagi siswa kedalam beberapa
kelompok. Setelah siswa sudah terbagi dalam beberapa kelompok, peneliti memberikan
Lembar Kerja Siswa yang berisikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab secara
berkelompok. Setalah semua kelompok telah selesai mengerjakan, peneliti memberikan
kesempatan kepada beberapa kelompok yang ingin menmpresentasikan hasil
jawabannya kepada seluruh siswa. Berikutnya peneliti memberikan tanggapan dan
menyempurnakan jawaban yang sudah disampaikan oleh kelompok-kelompok.
3) Pengaruh dan Implementasi Monitor

Setelah itu peneliti memberikan soal pre-test. Setelah seluruh siswa telah selesai
mengerjakan soal pre-test peneliti mengakhiri pertemuan dengan mengulang kembali
apa saja yang telah peneliti sampaikan sebelumnya dan menutup kelas.
b) Siklus 2
1) Rencana Umum

Tahap persiapan dimulai dengan menyusun perangkat pembelajaran seperti


modul ajar, presentasi materi, alat-alat yang dibutuhkan dalam permainan, instrumen
penelitian dan lain-lain.
2) Tindakan
a. Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga sebelum melakukan pembelajaran peneliti membuka


kelas terlebih dahulu dengan berdoa, tadarus Al-Qur’an, dan melakukan absensi untuk
mengecek kehadiran siswa. Setelah itu peneliti mengulang materi dengan menggunakan
metode ceramah menggunakan media pembelajaran power point. Pada penyampaian
materi peneliti lebih memperdalam lagi pembahasan materi yang telah dibahas pada
pertemuan pertama. Setelah selesai peneliti memberikan kesematan kepada siswa untuk
bertanya ataupun berdiskusi. Setelah semua pertanyaan sudah dijawab, peneli
mengakhiri pertemuan dengan memberikan kesimpulan dan menutup kelas.
b. Pertemuan Keempat

Pada pertemuan ketiga sebelum melakukan pembelajaran peneliti membuka


kelas terlebih dahulu dengan berdoa, tadarus Al-Qur’an, dan melakukan absensi untuk
mengecek kehadiran siswa. Setelah itu peneliti memberikan soal kuis dan siswa
mengerjakan soal tersebut. Setelah siswa selesai mengerjakan, peneliti memberikan
kesempatan kepada siswa yang ingin memberikan dan sedikit menjelaskan jawabannya
kepada siswa lainnya di depan kelas.
3) Pengaruh dan Implementasi Monitor

Setelah itu peneliti memberikan soal post-test. Setelah siswa selesai mengerjakan soal
post-test peneli mengakhiri pertemuan dengan memberikan kesimpulan secara
keseluruhan hal-hal apa saja yang telah dipelajari selama empat pertemuan dan menutup
kelas.
2. Kelas Eksperimen
a) Siklus 1
1) Rencana Umum

Tahap persiapan dimulai dengan menyusun perangkat pembelajaran seperti


modul ajar, presentasi materi, alat-alat yang dibutuhkan dalam permainan, instrumen
penelitian dan lain-lain.
2) Tindakan
a. Pertemuan Pertama

Presentasi di kelas:
Pada penyampaian materi awal, sebelum masuk ke materi pembelajaran peneliti
melakukan perkenalan terlebih dahulu. Setelah perkenalan peneliti melakukan
pembukaan kelas dengan berdoa, tadarus Al-Qur’an, dan melakukan absensi untuk
mengecek kehadiran siswa. Tahap selanjutnya peneliti mulai masuk kedalam materi
dengan memberikan pertanyaan pemantik dengan tujuan agar siswa memiliki
ketertarikan terhadap materi yang akan disampaikan. Berikutnya peneliti mulai masuk
kedalam materi inti. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan metode
ceramah dengan hanya menggunakan media pembelajaran buku PAI dan power point.
Setelah semua materi telah disampaikan, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya apabila ada hal yang belum dipahami. Setelah terjadi proses tanya jawab
peneliti mengakhiri pertemuan dengan memberikan kesimpulan dan menutup kelas.
b. Pertemuan Kedua

Belajar dalam kelompok:


Pada pertemuan kedua sebelum melakukan pembelajaran peneliti membuka kelas
terlebih dahulu dengan berdoa, tadarus Al-Qur’an, dan melakukan absensi untuk
mengecek kehadiran siswa. Berikutnya peneliti membagi siswa kedalam beberapa
kelompok. Setelah siswa sudah terbagi dalam beberapa kelompok, peneliti memberikan
Lembar Kerja Siswa yang berisikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab secara
berkelompok. Setalah semua kelompok telah selesai mengerjakan, peneliti memberikan
kesempatan kepada beberapa kelompok yang ingin menmpresentasikan hasil
jawabannya kepada seluruh siswa. Berikutnya peneliti memberikan tanggapan dan
menyempurnakan jawaban yang sudah disampaikan oleh kelompok-kelompok.
3) Pengaruh dan Implementasi Monitor
Setelah itu peneliti memberikan soal pre-test. Setelah seluruh siswa telah selesai
mengerjakan soal pre-test peneliti mengakhiri pertemuan dengan mengulang kembali
apa saja yang telah peneliti sampaikan sebelumnya dan menutup kelas.
b) Siklus 2
1) Rencana Umum

Tahap persiapan dimulai dengan menyusun perangkat pembelajaran seperti


modul ajar, presentasi materi, alat-alat yang dibutuhkan dalam permainan, instrumen
penelitian dan lain-lain.
2) Tindakan
a. Pertemuan Ketiga

Belajar dalam kelompok:


Pada pertemuan ketiga sebelum melakukan pembelajaran peneliti membuka kelas
terlebih dahulu dengan berdoa, tadarus Al-Qur’an, dan melakukan absensi untuk
mengecek kehadiran siswa. Setelah itu peneliti menyampaikan kembali materi dengan
menggunakan media pembelajaran power point. Pada penyampaian materi peneliti lebih
memperdalam lagi pembahasan materi yang telah dibahas pada pertemuan pertama.
Setelah selesai peneliti membagi siswa beberapa kelompok. Sebelum dibagi kedalam
beberapa kelompok peneliti menentukan terlebih dahulu siapa yang menjadi ketua
kelompok. Peneliti melakukan pemilihan ketua kelompok tersebut berdasarkan dengan
hasil pre-test yang meraih nilai cukup tinggi. Hal tersebut bertujuan agar ketua
kelompok bisa menjadi tutor sebaya bagi teman-tamannya yang lain. Setelah terbagi
kedalam beberapa kelompok peneliti memberikan LKPD ke masing-masing kelompok.
Setelah itu masing-masing kelompok berdiskusi untuk mengerjakan LKPD tersebut. Di
dalam diskusi kelompok tersebut ketua kelompok bertugas untuk memimpin jalannya
diskusi dan membantu mengajari teman-teman dalam kelompok yang belum mengerti.
Setelah setiap kelompok telah menyelesaikan LKPD peneliti pun mengakhiri pelajaran
dan menutup kelas.
b. Pertemuan Keempat

Pada pertemuan keempat sebelum melakukan pembelajaran peneliti membuka


kelas terlebih dahulu dengan berdoa, tadarus Al-Qur’an, dan melakukan absensi untuk
mengecek kehadiran siswa. Setelah itu peneliti membagi siswa kedalam beberapa
kelompok. Berikutnya peneliti menjelaskan bahwa pada pertemuan tersebut peneliti
akan melakukan permainan.
Permainan dan Turnamen:
Sebelum masuk kedalam permainan peneliti menyampaikan bagaimana cara bermain
dan apa saja aturan mainnya. Setelah semua siswa memahami cara dan aturan bermain
permainan pun dimulai. Permaian dilakukan dengan cara masing-masing kelompok
mengirimkan satu orang perwakilannya untuk maju kedepan. Setelah itu perwakilan
kelompok yang ada di depan kelas harus menjawab pertanyaan yang telah peneliti
disiapkan. Apabila perwakilan kelompok tersebut menjawab benar maka
akanmendapatkan satu poin, apabila jawabannya salah maka tidak mendapatkan poin.
Terdapat 6 pertanyaan yang diberikan di setiap ronde. Setelah perwakilan kelompok
yang pertama telah menyelesaikan 6 pertanyaan tersebut, maka mereka akan ditukar
atau bergantian dengan perwakilan kelompok yang berikutnya. Hal tersebut terus
dilakukan sampai semua anggota kelompok maju kedepan. Setelaah permainan selesai,
peneliti menghitung jumlah skor yang telah diperoleh dan menentukan siapa
pemenangnya.
Penghargaan:
Setelah diketahui kelompok pemenang, peneliti memberikan hadiah kepada kelompok
pemenang. Setelah itu permainan pun berakhir.
3) Pengaruh dan Implementasi Monitor

Setelah itu peneliti memberikan soal post-test. . Setelah siswa selesai


mengerjakan soal post-test peneli mengakhiri pertemuan dengan memberikan
kesimpulan secara keseluruhan hal-hal apa saja yang telah dipelajari selama empat
pertemuan dan menutup kelas.
4) Survei

Pada tahap akhir ini dilakukan kegiatan analisis data untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang sudah dirumuskan sebelumnya. Pada tahapan inilah, kegiatan teknik
analisis data dilalukan.
B. Deskripsi Data
1. Hasil Pre-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Berdasarkan pre-test yang telah dilakukan maka didapatkan hasil pre- test
kelompok kontrol dari 25 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai
tertinggi 88 dan nilai terendah 34, nilai rata-rata (mean) yaitu 70,2 dan standar deviasu
(SD) yaitu 11,30. Sedangkan hasil pre-test kelompok eksperimen dari 25 siswa yang
dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 85, dan nilai terendah 31, nilai rata-
rata (mean) yaitu 65,8 dan standar deviasi (SD) yaitu 15,43. Data tersebut dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 3. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pre-test Kelompok
Kontrol dan Eksperimen
Pemusatan dan Kelompok
Kelompok Kontrol
Penyebaran Data Eksperimen
Nilai Terendah 34 31
Nilai Tertinggi 88 85
Rata-Rata (mean) 70,2 65,8
Standar Deviasi (SD) 11,30 15,43

Adapun distribusi frekuensi hasil pre-test kelompok kontrol dan kelompok


eksperimen dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi berikut:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Pre-test Kelompok Kontrol
Interval Nilai Batas Nyata fabs fka fkb Frel(%)
Tengah
34 - 43 39 33,5 – 43,5 1 25 1 4
44 - 53 49 43,5 – 53,5 0 24 1 0
54 - 63 59 53,5 – 63,5 6 24 7 24
64 - 73 69 63,5 – 73,5 8 18 15 32
74 - 83 79 73,5 – 83,5 8 10 23 32
84 - 93 89 83,5 – 93,5 2 2 25 8
∑ 25 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa pada
kelompok kontrol memperoleh nilai antara 64-73 dan 74-83 yaitu sebanyak 8 siswa atau
sebesar 32% dan rentang nilai yang paling sedikit diperoleh oleh siswa yaitu antara 44 -
53 sebanyak 0 siswa atau sebesar 0%.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen
Interval Nilai Batas Nyata fabs fka fkb Frel(%)
Tengah
31 - 40 36 30,5 – 40,5 2 25 2 8
41 - 50 46 40,5 – 50,5 1 23 3 4
51 - 60 56 50,5 – 60,5 3 22 6 12
61 - 70 66 60,5 – 70,5 9 19 15 36
71 - 80 76 70,5 – 80,5 7 10 22 28
81 - 90 86 80,5 – 90,5 3 3 25 12
∑ 25 100

Pada kelompok eksperimen kebanyakan siswa memperoleh nilai antara 61-70


sebanyak 9 siswa atau sebesar 36% dan rentang nilai yang paling sedikit diperoleh oleh
siswa yaitu antara 41-50 sebanyak 1 siswa atau sebesar 4%.
2. Hasil Post-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Berdasarkan post-test yang telah dilakukan maka diperoleh hasil post-test


kelompok kontrol dari 25 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai
tertinggi 88 dan nilai terendah 40, nilai rata-rata (mean) sebesar 67,8 dan standar deviasi
(SD) sebesar 12,43. Sedangkan hasil post-test kelompok eksperimen dari 25 siswa yang
dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 91 dan nilai terendah 37, nilai rata-
rata (mean) sebesar 78,8 dan standar deviasi (SD) sebesar 12,48. Data tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Post-test Kelompok


Kontrol dan Eksperimen
Pemusatan dan Kelompok
Kelompok Kontrol
Penyebaran Data Eksperimen
Nilai Terendah 40 37
Nilai Tertinggi 88 91
Rata-Rata (mean) 67,8 78,8
Standar Deviasi (SD) 12,43 12,48

Adapun distribusi frekuensi hasil post-test kelompok kontrol dan kelompok


eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hasil Post-test Kelompok Kontrol
Interval Nilai Batas Nyata fabs fka fkb Frel(%)
Tengah
40 - 48 44 39,5 – 48,5 1 25 1 4
49 - 57 53 48,5 – 57,5 4 24 5 16
58 - 66 62 57,5 – 66,5 8 20 13 32
67 - 75 71 66,5 – 75,5 5 12 18 20
76 - 84 80 75,5 – 84,5 4 7 22 16
85 - 93 89 84,5 – 93,5 3 3 25 12
∑ 25 100

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa pada kelompok
kontrol memperoleh nilai antara 58-66 sebanyak 8 siswa atau sebesar 32% dan rentang
nilai yang paling sedikit diperoleh oleh siswa yang mendapatkan nilai antara 40-48
sebanyak 1 siswa atau sebesar 4%.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Hasil Post-test Kelompok Eksperimen


Interval Nilai Batas Nyata fabs fka fkb Frel(%)
Tengah
37 - 46 44 36,5 – 46,5 1 25 1 4
47 - 56 53 46,5 – 56,5 0 24 1 0
57 - 66 62 56,5 – 66,5 3 24 4 12
67 - 76 71 66,5 – 76,5 5 21 9 20
77 - 86 80 76,5 – 86,5 9 16 18 36
87 - 96 89 86,5 – 96,5 7 7 25 28
∑ 25 100

Pada kelompok eksperimen kebanyakan siswa memperoleh nilai antara 77-86


sebanyak 9 siswa atau sebesar 36% dan rentang nilai yang paling sedikit diperoleh oleh
siswa antara 47-56 sebanyak 0 siswa atau sebesar 0%.
4. Hasil N-gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Dalam rangka mengetahui hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perlu
diadakan perbandingan hasil pre-test dan post-test dari kedua kelompok serta
membandingkan normal gain dari kedua kelompok tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol berikut:
Tabel 9. Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol
No. Pre Test Pos Test N-Gain Kategori
1 77 60 -0,74 Rendah
2 74 54 -0,77 Rendah
3 68 71 0,09 Rendah
4 68 68 0.00 Rendah
5 71 83 0,41 Sedang
6 71 86 0,52 Sedang
7 71 71 0,00 Rendah
8 63 71 0,22 Rendah
9 63 63 0,00 Rendah
10 60 63 0,08 Rendah
11 66 57 -0,26 Rendah
12 34 66 0,48 Sedang
13 88 63 -2,08 Rendah
14 71 63 -0,28 Rendah
15 63 40 -0,62 Rendah
16 68 51 -0,53 Rendah
17 74 54 -0,77 Rendah
18 80 74 -0,30 Rendah
19 83 66 -1,00 Rendah
20 77 60 -0,74 Rendah
21 57 80 0,53 Rendah
22 83 80 -0,18 Rendah
23 80 88 0,40 Sedang
24 57 83 0,60 Sedang
25 88 88 0,00 Rendah

Berdasarkan tabel perhitungan N-Gain hasil belajar kelompok kontrol dapat


dilihat bahwa siswa yang masuk kedalam kategori rendah yaitu sebanyak 20 siswa.
Yang masuk kedalam kategori sedang yaitu sebanyak 5 siswa. Dan yang masuk kedalam
kategori tinggi sebanyak 0 siswa.
Tabel 10. Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
No. Pre Test Pos Test N-Gain Kategori
1 63 71 0,22 Rendah
2 63 91 0,76 Tinggi
3 66 74 0,24 Rendah
4 51 83 0,65 Sedang
5 83 83 0,00 Rendah
6 48 91 0,83 Tinggi
7 83 91 0,47 Sedang
8 51 63 0,24 Rendah
9 80 83 0,15 Rendah
10 37 60 0,37 Sedang
11 68 80 0,38 Sedang
12 77 86 0,39 Sedang
13 71 74 0,10 Rendah
14 85 88 0,20 Rendah
15 77 83 0,26 Rendah
16 71 86 0,52 Sedang
17 31 37 0,09 Rendah
18 68 91 0,72 Tinggi
19 63 86 0,62 Sedang
20 68 86 0,56 Sedang
21 60 66 0,15 Rendah
22 66 91 0,74 Tinggi
23 74 88 0,54 Sedang
24 71 71 0,00 Rendah
25 66 71 0,15 Rendah

Berdasarkan tabel perhitungan N-Gain hasil belajar kelompok eksperimen dapat


dilihat bahwa siswa yang masuk kedalam kategori rendah yaitu sebanyak 12 siswa.
Yang masuk kedalam kategori sedang yaitu sebanyak 9 siswa. Dan yang masuk kedalam
kategori tinggi sebanyak 4 siswa.
Adapun hasil perhitungan mean normal gain dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Data N-gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Kelompok Jumlah Siswa Mean N-gain Kriteria N-gain
Kontrol 25 -0,06 Rendah
Eksperimen 25 0,38 Sedang

Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa pada kelompok kontrol diperoleh mean
N-gain sebesar -0,06 yang tergolong rendah. Sedangkan pada kelompok eksperimen
diperoleh mean N-gain sebesar 0,38 yang tergolong sedang. Adapun perbandingan hasil
belajar siswa antara kelompok kontrol dan eksperimen yang termasuk kedalam golongan
rendah, sedang, dan tinggi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 12. Kategori Nilai N-gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Normalitas Gain
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Kriteria Jumlah Presentase Kriteria Jumlah Presentase
Rendah 20 80% Rendah 12 48%
Sedang 5 20% Sedang 9 36%
Tinggi 0 0% Tinggi 4 16%

Seperti dapat dilihat dari tabel, siswa pada kelompok kontrol memiliki N-gain
yang lebih tinggi daripada siswa pada kelompok eksperimen. Di kelas N-gain, jumlah
siswa di kelompok uji coba lebih banyak daripada siswa di kelompok benchmark.
Kelompok eksperimen memiliki lebih banyak siswa daripada kelompok kontrol pada
kategori N-gain tinggi.
C. Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabiltas Instrumen

Validitas konstruk dilakukan dengan uji empiris atau pengujian langsung


instrumen di kelas kontrol. Setelah data hasil uji empiris diperoleh maka data tersebut
akan diolah menggunakan aplikasi IBM SPSS statistics untuk menguji apakah
instrumen-instrumen tersebut valid atau tidak, dengan menggunakan rumus Pearson
Correlation dengan taraf 5%. Hasil uji coba soal tersebut ditabulasi kemudian dihitung
validitasnya menggunakan rumus korelasi dan person dengan kriteria sebagai berikut
jika harga p < 0,05 item tersebut dikatakan valid atau jika rhitung > rtabel. Dalam penelitian
ini jumlah sampel adalah 25 siswa sehingga rtabel adalah 0,396.
Uji validitas ini dilakukan setelah siswa menjawab instrumen penelitian berupa
soal. Setelah siswa menjawab soal tersebut dan peneliti telah mengoreksi jawaban siswa
maka uji validitas baru bisa dilakukan. Berikut adalah tabel dari uji validitas yang telah
diuji menggunakan IBM SPSS statistics menggunakan rumus Pearson Correlation
dengan taraf 5%
Tabel 13. Uji Validitas Soal Pilihan Ganda
soal 1 soal 2 soal 3 soal 4 soal 5 soal 6 soal 7 soal 8
Jumlah Pearson 0,067 0,254 0,320 .652** .732** .489* .652** .732**
Correlation

Sig. (2- 0,749 0,220 0,119 0,000 0,000 0,013 0,000 0,000
tailed)
N 25 25 25 25 25 25 25 25

soal 9 soal 10 soal 11 soal 12 soal 13 soal 14 soal 15


Jumlah Pearson .612 ** .829** .753** .719** .760** .732** .860**
Correlation

Sig. (2- 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000


tailed)
N 25 25 25 25 25 25 25

Berdasarkan data dari hasil pengujian tersebut maka dapat dilihat bahwa terdapat
3 soal yang tidak valid. Soal tersebut adalah soal nomer 1, nomer 2, dan nomer 3. Soal
tersebut tidak valid karena rhitung < 0,396. Sehingga ketiga soal tersebut tidak digunakan
dalam instrumen penelitian.
Tabel 14. Uji Validitas Soal Essay
jumlah Pearson .578** .599** .636** .684** .778**
Correlation
Sig. (2- 0,002 0,002 0,001 0,000 0,000
tailed)
N 25 25 25 25 25

Berdasarkan data dari hasil pengujian tersebut maka dapat dilihat bahwa semua
soal; dinyatakan valid. Soal tersebut valid karena rhitung < 0,396. Sehingga semua soal
essay tersebut tetap digunakan dalam instrumen penelitian.
Uji reliabilitas. Suatu tes yang reliabel atau andal merupakan suatu tes yang hasil
pengukurannya dalam satu atau berbagai pengukuran memperlihatkan hasil yang
konsistensi atau hasil yang tepat dan teliti. Pengujian realibilitas dalam penelitian ini
menggunakan teknik Alpha Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan
reliabel atau tidaknya suatu instrumen penelitian adalah jika harga Alpha Cronbach >
0,60.
Berikut adalah tabel uji reliabilitas soal pilihan ganda dan soal essay.
Tabel 15. Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda
Cronbach's N of
Alpha Items
0,746 16

Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka ditemukan Alpha Cronbach = 0,746. Maka
dapat dikatakan bahwa soal pilihan ganda merupakan soal yang reliabel karena Alpha
Cronbach > 0,60.
Berikut adalah tabel uji reliabilitas soal pilihan ganda dan soal essay.
Tabel 16. Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda
Reliability
Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
0,746 6

Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka ditemukan Alpha Cronbach = 0,746. Maka
dapat dikatakan bahwa soal pilihan ganda merupakan soal yang reliabel karena Alpha
Cronbach > 0,60.
2. Uji Persyaratan Analisis Data

Sebelum dilakukannya pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu harus


dilakukannya pengujian persyaratan analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
a) Uji Normalitas

Dalam rangka mengetahui apakah data yang telah diperoleh berasal dari populasi
berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas Liliefors. Kriteria dalam
uji normalitas ini adalah H0 ditolak jika L0 lebih besar dari Ltabel dan H0 diterima jika L0
lebih kecil dari Ltabel. Dengan diterimanya H0 berarti data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, sedangkan jika H0 ditolak berarti data penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi tidak normal.
1) Uji Normalitas Hasil Pre-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors, Untuk mendapatkan


nilai L0 Terlebih dahulu harus membuat tabel perhitungan normalitas. Berikut adalah
tabel perhitungan normalitas Pre-test kelompok kontrol.
Tabel 17. Perhitungan Normalitas Kelompok Kontrol
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
1 34 -3,3766 0,0004 0,04 0,0396
2 57 -1,243 0,1075 0,08 0,0275
3 57 -1,243 0,1075 0,12 0,0125
4 60 -0,9647 0,166 0,16 0,006
5 63 -0,6864 0,2451 0,2 0,0451
6 63 -0,6864 0,2451 0,24 0,0051
7 63 -0,6864 0,2451 0,28 0,0349
8 66 -0,4081 0,3409 0,32 0,0209
9 68 -0,2226 0,4129 0,36 0,0529
10 68 -0,2226 0,4129 0,4 0,0129
11 68 -0,2226 0,4129 0,44 0,0271
12 71 0,0556 0,478 0,48 0,002
13 71 0,0556 0,478 0,52 0,042
14 71 0,0556 0,478 0,56 0,082
15 71 0,0556 0,478 0,6 0,122
16 74 0,3339 0,6293 0,64 0,0107
17 74 0,3339 0,6293 0,68 0,0507
18 77 0,6122 0,7291 0,72 0,0091
19 77 0,6122 0,7291 0,76 0,0309
20 80 0,8905 0,8159 0,8 0,0159
21 80 0,8905 0,8159 0,84 0,0241
22 83 1,1688 0,877 0,88 0,003
23 83 1,1688 0,877 0,92 0,043
24 88 1,6326 0,9484 0,96 0,0116
25 88 1,6326 0,9484 1 0,0516

Berdasarkan tabel perhitungan normalitas kelompok kontrol tersebut maka cara


untuk menemukan L0 adalah dengan melihat nilai pada tabel [F(Zi) - S(Zi)] yang
terbesar. maka ditemukan nilai L0 yaitu 0,122.
Berikut adalah tabel perhitungan normalitas Pre-test kelompok eksperimen.
Tabel 18. Perhitungan Normalitas Kelompok Eksperimen
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
1 31 -2,2942 0,0110 0,04 0,029
2 37 -1,9053 0,0287 0,08 0,0513
3 48 -1,1924 0,1170 0,12 0,003
4 51 -0,9980 0,1611 0,16 0,0011
5 51 -0,9980 0,1611 0,2 0,0389
6 60 -0,4147 0,3409 0,24 0,1009
7 63 -0,2203 0,4129 0,28 0,1329
8 63 -0,2203 0,4129 0,32 0,0929
9 63 -0,2203 0,4129 0,36 0,0529
10 66 -0,0259 0,4920 0,4 0,092
11 66 -0,0259 0,4920 0,44 0,052
12 66 -0,0259 0,4920 0,48 0,012
13 68 0,1036 0,5438 0,52 0,0238
14 68 0,1036 0,5438 0,56 0,0162
15 68 0,1036 0,5438 0,6 0,0562
16 71 0,2981 0,6141 0,64 0,0259
17 71 0,2981 0,6141 0,68 0,0659
18 71 0,2981 0,6141 0,72 0,1059
19 74 0,4925 0,6879 0,76 0,0721
20 77 0,6869 0,7517 0,8 0,0483
21 77 0,6869 0,7517 0,84 0,0883
22 80 0,8813 0,8106 0,88 0,0694
23 83 1,0758 0,8577 0,92 0,0623
24 83 1,0758 0,8577 0,96 0,1023
25 85 1,0758 0,8577 1 0,1423

Berdasarkan tabel perhitungan normalitas kelompok eksperimen tersebut maka


cara untuk menemukan L0 adalah dengan melihat nilai pada tabel [F(Zi) - S(Zi)] yang
terbesar. maka ditemukan nilai L0 yaitu 0,1423.
Berdasarkan Tabel perhitungan normalitas tersebut maka hasilnya adalah sebagai
berikut:

Tabel 19. Uji Normalitas Hasil Pre-test


L0
N Ltabel Kesimpulan
Kontrol Eksperimen
25 0,122 0,1423 0,173 Normal
Dari tabel tersebut diperoleh L0 kontrol = 0,122 dan L0 eksperimen = 0,1423,
sedangkan Ltabel = 0,173 dengan n = 25. Karena L0 < Ltabel maka H0 yang menyatakan
bahwa populasi beristribusi normal diterima.
2) Uji Normalitas Hasil Post-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors. Untuk mendapatkan


nilai L0 Terlebih dahulu harus membuat tabel perhitungan normalitas. Berikut adalah
tabel perhitungan normalitas Post-test kelompok kontrol.
Tabel 20. Perhitungan Normalitas Kelompok Kontrol
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
1 40 -2,2365 0,0125 0,04 0,0275
2 51 -1,3515 0,0885 0,08 0,0085
3 54 -1,1102 0,1335 0,12 0,0135
4 54 -1,1102 0,1335 0,16 0,0265
5 57 -0,8688 0,1922 0,2 0,0078
6 60 -0,6275 0,2643 0,24 0,0243
7 60 -0,6275 0,2643 0,28 0,0157
8 63 -0,3861 0,3483 0,32 0,0283
9 63 -0,3861 0,3483 0,36 0,0117
10 63 -0,3861 0,3483 0,4 0,0517
11 63 -0,3861 0,3483 0,44 0,0917
12 66 -0,1448 0,4443 0,48 0,0357
13 66 -0,1448 0,4443 0,52 0,0757
14 68 0,0160 0,5675 0,56 0,0075
15 71 0,2574 0,6026 0,6 0,0026
16 71 0,2574 0,6026 0,64 0,0374
17 71 0,2574 0,6026 0,68 0,0774
18 74 0,4987 0,6915 0,72 0,0285
19 80 0,9814 0,8413 0,76 0,0813
20 80 0,9814 0,8413 0,8 0,0413
21 83 1,2228 0,8888 0,84 0,0488
22 83 1,2228 0,8888 0,88 0,0088
23 86 1,4641 0,9279 0,92 0,0079
24 88 1,6251 0,9474 0,96 0,0126
25 88 1,6251 0,9474 1 0,0526

Berdasarkan tabel perhitungan normalitas kelompok kontrol tersebut maka cara


untuk menemukan L0 adalah dengan melihat nilai pada tabel [F(Zi) - S(Zi)] yang
terbesar. maka ditemukan nilai L0 yaitu 0,0917.
Berikut adalah tabel perhitungan normalitas Post-test kelompok eksperimen.
Tabel 21. Perhitungan Normalitas Kelompok Eksperimen
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
1 37 -3,3493 0,0004 0,04 0,0396
2 60 -1,5064 0,0668 0,08 0,0132
3 63 -1,2660 0,1038 0,12 0,0162
4 66 -1,0256 0,1539 0,16 0,0061
5 71 -0,625 0,2676 0,2 0,0676
6 71 -0,625 0,2676 0,24 0,0276
7 71 -0,625 0,2676 0,28 0,0124
8 74 -0,3846 0,3520 0,32 0,032
9 74 -0,3846 0,3520 0,36 0,008
10 80 0,0961 0,5359 0,4 0,1359
11 83 0,3365 0,6103 0,44 0,1702
12 83 0,3365 0,6103 0,48 0,1303
13 83 0,3365 0,6103 0,52 0,0903
14 83 0,3365 0,6103 0,56 0,0503
15 86 0,5769 0,7157 0,6 0,1157
16 86 0,5769 0,7157 0,64 0,0757
17 86 0,5769 0,7157 0,68 0,0357
18 86 0,5769 0,7157 0,72 0,0043
19 88 0,7371 0,7642 0,76 0,0042
20 88 0,7371 0,7642 0,8 0,0358
21 91 0,9775 0,8340 0,84 0,006
22 91 0,9775 0,8340 0,88 0,046
23 91 0,9775 0,8340 0,92 0,086
24 91 0,9775 0,8340 0,96 0,126
25 91 0,9775 0,8340 1 0,166
Berdasarkan tabel perhitungan normalitas kelompok kontrol tersebut maka cara
untuk menemukan L0 adalah dengan melihat nilai pada tabel [F(Zi) - S(Zi)] yang
terbesar. maka ditemukan nilai L0 yaitu 0,1702
Berdasarkan Tabel perhitungan normalitas tersebut maka hasilnya adalah sebagai
berikut:
Tabel 22. Uji Normalitas Hasil Pre-test
L0
N Ltabel Kesimpulan
Kontrol Eksperimen
25 0,0917 0,1702 0,173 Normal

Dari tabel tersebut diperoleh L0 kontrol = 0,0917 dan L0 eksperimen = 0,1703,


sedangkan Ltabel = 0,173 dengan n = 25. Karena L0 < Ltabel maka H0 yang menyatakan
bahwa populasi beristribusi normal diterima.
b) Uji Homogenitas

Dengan menggunakan Levene Test dan kriteria sebagai berikut, dilakukan uji
homogenitas: Data dikatakan tidak homogen jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05.
Meskipun demikian, dengan asumsi nilai kepentingan melebihi 0,05, cenderung
diasumsikan bahwa informasi berubah atau homogen.
1) Uji Homogenitas Hasil Pre-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Hasil pengujian homogenitas menggunakan uji Levene Test menggunakan spss


pada hasil Pre-test kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 23. Hasil Tes Homogenitas Pre-test


Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Hasil Belajar Based on Mean .385 1 48 .538
Based on Median .316 1 48 .576
Based on Median and.316 1 46.395 .577
with adjusted df
Based on trimmed mean .358 1 48 .552

Berdasarkan hasil perhitungan spss tersebut nilai signifikansinya adalah yang


terdapat pada Sig. hasil beajar based on mean. Berdasarkan hal tersebut maka ditemukan
nilai signifikansinya yaitu 0,538.
hasil perbandingan tes homogenitas pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 24. Perbandingan Hasil Tes Homogenitas Pre-test Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Kelompok Jumlah Signifikansi kesimpulan
Kontrol 25
0,538 Homogen
Ekserimen 25

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai signifikansi 0,538. Maka dapat diartikan
0,538 > 0,05 atau nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa sampel hasil pre-test kelompok eksp[erimen dan kelompok kontrol
homogen.
2) Uji Homogenitas Hasil Post-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Hasil pengujian homogenitas. menggunakan uji Levene Test menggunakan spss


pada hasil Post-test kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 25. Hasil Tes Homogenitas Post-test


Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Hasil Belajar Based on Mean .006 1 48 .939
Based on Median .150 1 48 .701
Based on Median and.150 1 45.091 .701
with adjusted df
Based on trimmed mean .066 1 48 .798

Berdasarkan hasil perhitungan spss tersebut nilai signifikansinya adalah yang


terdapat pada Sig. hasil beajar based on mean. Berdasarkan hal tersebut maka ditemukan
nilai signifikansinya yaitu 0,939.
hasil perbandingan tes homogenitas post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 26. Perbandingan Hasil Tes Homogenitas Post-test Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Kelompok Jumlah Signifikansi kesimpulan
Kontrol 25
0,939 Homogen
Eksperimen 25

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai signifikansi 0,939. Maka dapat diartikan
0,939 > 0,05 atau nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa sampel hasil post-test kelompok eksp[erimen dan kelompok kontrol
homogen.

3) Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukannya persyaratan analisis, data yang telah diperoleh memenuhi


persyaratan, yaitu datanya beristribusi normal baik pada kelompok kontrol ataupun
kelompok eksperimen. Selain itu data yang telah diperoleh juga homogen berdasarkan
proses pengujian. Maka pengujian hipotesis bisa untuk dilakukan
Pengujian hipotesis dalam penilitia ini menggunakan rumus spss Independent
Sample T Test (uji sampel tidak berpasangan) maknanya tidak ada hubungan atau
keterkaitan antara dua sampel yang akan dianalisis. Bertujuan untuk membandingkan
dua sampel yang tidak saling berpasangan.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah:
Jika nilai signifikasi (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai signifikansi (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitiv siswa yang
menerapkan model pembelajaran TGT dan hasil belajar kognitiv siswa yang
menerapkan model pembelajaran konvensional.
Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitiv siswa yang
menerapkan model pembelajaran TGT dan hasil belajar kognitiv siswa yang
menerapkan model pembelajaran konvensional.
Hasil pengujian Independent Sample T Test pada pre-test kelompok kontrol dan
eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 27. Independent Sample T Test pre-test kelompok kontrol dan eksperimen

Berdasarkan tabel tersebut maka didapatkan hasil 0,208 > 0,05. Maka dapat
dismpulkan H0 diterima dan Ha ditolak. Hal tersebut menandakan bahwa Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitiv siswa antara kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen.
Hasil pengujian Independent Sample T Test pada post-test kelompok kontrol dan
eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 28. Independent Sample T Test post-test kelompok kontrol dan eksperimen

Berdasarkan tabel tersebut maka didapatkan hasil 0,004 < 0,05. Maka dapat
dismpulkan Ha diterima dan H0 ditolak. Hal tersebut menandakan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara hasil belajar kognitiv siswa kelas eksperimen yang menerapkan
model pembelajaran TGT dan hasil belajar kognitiv siswa kelas kontrol yang
menerapkan model pembelajaran konvensional.
D. Analisis Pembahasan
1. Proses Pembelajaran TGT

Pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan utama, yaitu
tahap penyajian kelas (class presentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan
(games), pertandingan (tournament), dan penghargaan (team recognition).
a. Presentasi di kelas

Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi


kelas dilakukan oleh guru pada saat dimulainya pembelajaran. Guru memberikan materi
kepada siswa terlebih dahulu yang biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung
melalui ceramah. Selain memberikan materi, pada tahap ini guru juga menyampaikan
tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta memberikan motivasi.
Pada saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan serta berusaha
untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok, game dan saat turnamen akademik. Selain itu, siswa
dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan mempresentasikan jawaban di depan
kelas.
Pada saat praktik dikelas peneliti menerapkan hal tersebut sebagai berikut.
Sebelum masuk kedalam materi peneliti memberikan motivasi kepada siswa tentang
pentingnya mempelajari materi wali songo. motivasi tersebut adalah bahwa apabila kita
mempelajari tentang walisongo maka kita akan memahami bagaimaa konsep tentang
toleransi dalam beragama. Selain itu juga kita akan bisa memahami tentang bagaimana
strategi dalam menyebarkan islam dan juga kita jadi bisa mencontoh keteladan para wali
songo. Setelah itu peneliti mulai masuk kedalam materi dengan memberikan pertanyaan
pemantik dengan tujuan agar siswa memiliki ketertarikan terhadap materi yang akan
disampaikan. Berikutnya peneliti mulai masuk kedalam materi inti. Penyampaian materi
dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dengan hanya menggunakan media
pembelajaran buku PAI dan power point. Penyampaian materi dilakukan secara detail.
Disela sela penyampaian materi peneliti sering memberikan pertanyaan untuk mengukur
sejauh mana pemahaman siswa. Setelah semua materi telah disampaikan, peneliti
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum
dipahami.
Dari hasil praktik dikelas tersebut peneliti mengamati bahwasanya siswa masih
kurang tertarik dengan pelajaran tersebut. Hal tersebut ditunjukan dengan masih
sedikitnya siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari peneliti ataupun masih sedikit
juga siswa yang bertanya. Hal tersebut dikarenakan pada proses ini sama halnya dengan
model konvensional yang sebelumnya digunakan oleh guru sehingga membuat siswa
masih merasa bosan dan kurang aktif dalam proses pembelajaran.
b. Belajar dalam Kelompok

Kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari
kelompok ini ialah untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar,
dan lebih khususnya lagi, ialah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa
mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul
untuk mempelajari lembar kerja siswa atau materi lainnya.
Pada praktiknya dikelas peneliti melakukan hal sebagai berikut. Peneliti
membagi siswa beberapa kelompok. Sebelum dibagi kedalam beberapa kelompok
peneliti menentukan terlebih dahulu siapa yang menjadi ketua kelompok. Peneliti
melakukan pemilihan ketua kelompok tersebut berdasarkan dengan hasil pre-test yang
meraih nilai cukup tinggi. Hal tersebut bertujuan agar ketua kelompok bisa menjadi tutor
sebaya bagi teman-tamannya yang lain. Setelah terbagi kedalam beberapa kelompok
peneliti memberikan LKPD ke masing-masing kelompok. Setelah itu masing-masing
kelompok berdiskusi untuk mengerjakan LKPD tersebut. Di dalam diskusi kelompok
tersebut ketua kelompok bertugas untuk memimpin jalannya diskusi dan membantu
mengajari teman-teman dalam kelompok yang belum mengerti. Peneliti memberikan
arahan kepada ketua kelompok untuk memastikan bahwa teman-teman dalam
kelompoknya memahami materi tersebut. Pada saat diskusi kelompok tersebut peneliti
juga mempersilahkan kepada semua siswa untuk bertanya apabila ada keraguan ataupun
hal yang kurang dimengerti atau dipahami.
Dari hasil praktik dikelas tersebut peneliti megamati bahwa siswa terlihat lebih
aktif. Hal tersebut peneliti lihat dari jalannya diskusi pada masing-masing kelompok dan
antusias dari ketua kelompok untuk membantu teman kelompoknya memahami materi.
Selain itu banyak juga pertanyaan dari siswa yang disampaikan kepada peneliti terkait
materi. Hal tersebut terjadi karena ketua kelompok biasanya tidak bisa menjawab
pertanyaan tersebut ataupun ragu terhadap jawaban yang dimilikinya. Suasana kelas pun
menjadi lebih aktif dan siswa terlihat kembali membuka buku pelajaran untuk kembali
membaca dan memahami materi. Salah satu faktor yang membuat siswa menjadi aktif
adalah karena peneliti menyampaikan setelah menyelesaikan LKPD dan diskusi
kelompok akan ada permainan dan setiap kelompok akan bersaing untuk mendapatkan
penghargaan.
c. Permainan dan Turnamen

Setelah selesai mengerjakan lembar kerja bersama anggota kelompoknya, tugas


siswa selanjutnya ialah melakukan permainan. Permainkan dimainkan oleh perwakilan
dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat
kartu bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar
permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga berkewajiban
mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya.
Pada praktinya peneliti melakukan hal sebagai berikut.
1) Sebelum masuk kedalam permainan peneliti menyampaikan bagaimana cara
bermain dan apa saja aturan mainnya.
2) Setelah semua siswa memahami cara dan aturan bermain permainan pun dimulai.
3) Permaian dilakukan dengan cara masing-masing kelompok mengirimkan satu orang
perwakilannya untuk maju kedepan.
4) Setelah itu perwakilan kelompok yang ada di depan kelas harus menjawab
pertanyaan yang telah peneliti disiapkan.
5) Apabila perwakilan kelompok tersebut menjawab benar maka akan mendapatkan
satu poin, apabila jawabannya salah maka tidak mendapatkan poin.
6) Terdapat 6 pertanyaan yang diberikan di setiap ronde.
7) Setelah perwakilan kelompok yang pertama telah menyelesaikan 6 pertanyaan
tersebut, maka mereka akan ditukar atau bergantian dengan perwakilan kelompok
yang berikutnya.
8) Hal tersebut terus dilakukan sampai semua anggota kelompok maju kedepan.
9) Setelah permainan selesai, peneliti menghitung jumlah skor yang telah diperoleh dan
menentukan siapa pemenangnya.

Dari hasil praktik tersebut peneliti mengamati siswa terlihat atusias untuk
memenangkan permainan. Selain itu kebanyakan dari siswa yang mewakili
kelompoknya untuk bermain dapat menjawab soal yang peneliti berikan dengan benar
yang padahal sebelumnya pertanyaan tersebut belum bisa mereka jawab pada saat
penyampaiaan materi oleh peneliti diawal pembelajaran. Oleh karena itu peneliti dapat
berkesimpulan bahwa ada kemajuan atau peningkatan pemahaman siswa terhadap
materi setelah dilakukan belajar dalam kelompok.

d. Penghargaan

Estimasi skor dengan melihat jumlah pemain pengganti yang dapat


mengumpulkan kartu pertanyaan dari pemain yang telah melakukannya. Penjumlahan
skor dilakukan dengan kelompok yang heterogen, semua delegasi kelompok
digabungkan dengan kelompok yang heterogen, termasuk skor kelompok yang diperoleh
dari permainan. Hadiah akan diberikan kepada pemain dengan skor tertinggi.
Pada praktinya di kelas adalah sebagai berikut. Setelah permainan selesai dan
semua anggota kelompok sudah ikut bermain, peneliti bersama seluruh siswa
menghitung jumlah skor yang telah diperoleh. Setelah dihitung maka didapati lah
pemenang dari permainan ini. Setelah itu peneliti memberikan penghargaan berupa
hadiah kepada kelompok yang memenangi permainan tersebut.
2. Peningkatan Hasil Belajar

Berdasarkan hasil pre-test dan post-test yang telah diberikan kepada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen diketahui selisih rata-rata skor pre-test dan post test
pada kelompok kontrol sebesar -2,4 dan selisih skor pre-test dan post-test pada
kelompok eksperimen sebesar 12,4. Dengan demikian, kelompok eksperimen yang
didalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT memiliki selisih rata-rata
hasil belajar yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol yang didalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil
analisis selisih rata-rata tersebut dapat terlihat bahwa pengaruh model pembelajaran
TGT terhadap hasil belajar materi wali songo lebih baik.
Untuk melakuka uji hipotesis maka terlebih dahulu harus dilakukan uji syarat,
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas berfungsi untuk megetahui data
berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas berfungsi untuk mengetahui beberapa
varian populasi sama atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan Kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen yang diteliti dalam penelitian ini berada pada distribusi normal,
baik hasil uji pre-test dan post-test, hal tersebut terbukti pada hasil uji persyaratan
analisis yang menyatakan bahwa L0 < Ltabel dimana Ltabel pada taraf kepercayaan 95%
dengan n (jumlah sampel)= 25 sebesar 0,173. Selain itu kedua kelompok ini juga
bersifat homogen, terbukti berdasarkan hasil uji pre-test dan post-test nya yang
menyatakan bahwa nilai signifikansinya melebihi dari 0,05. Berdasarkan hasil tersebut
maka data hasil belajar yang telah diperoleh dapat diuji hipotesis untuk melihat apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran
konvensional dengan model pembelajaran TGT.
Pengujian Hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Independent Sample T
Test. Hasil uji kesamaan dua rata-rata pre-test dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pre-test kelompok kontrol dan skor pre-
test kelompok eksperimen. Diperoleh hasil signifikansi (2-tailed) >0,05, yaitu 0,208 >
0,05. Maka dapat dismpulkan H0 diterima dan Ha ditolak. Hal tersebut menandakan
bahwa Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitiv siswa yang
menerapkan model pembelajaran TGT dan hasil belajar kognitiv siswa yang
menerapkan model pembelajaran konvensional.
Sedangkan berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata post-test dilakukan
untuk mengetahui apakah skor post-test kelompok eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran TGT lebih besar dibandingkan dengan skor post-test yang
menggunakan pembelajaran konvensional. Diperoleh hasil signifikansi (2-tailed) < 0,05,
yaitu 0,004 < 0,05. Maka dapat dismpulkan Ha diterima dan H0 ditolak. Hal tersebut
menandakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif siswa
yang menerapkan model pembelajaran TGT dan hasil belajar kognitif siswa yang
menerapkan model pembelajaran konvensional.
Setelah melakukan uji hipotesis dan terlihat bahwa ada perbedaan yang
signifikan maka peneliti melakukan uji N-Gain. Uji N-Gain ini berfungsi untuk melihat
perbedaan yang signifikan tersebut berada pada taraf rendah, sedang, atau tinggi.
Berdasarkan hasil uji normal gain diketahui bahwa nilai rata-rata normal gain dari hasil
belajar sejarah islam siswa kelompok eksperimen 0,38 yang memiliki arti kriteria N-
gain sedang dan kelompok kontrol sebesar -0,06 yang memiliki arti kriteria N-gain
rendah.
Hasil dari penelitian model pembelajaran TGT pada kelompok eksperimen ini
menunjukan bahwa memang terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang
menerapkan model pembelajaran konvensional dengan kelas yang menggunakan model
pembelajaran TGT. Akan tetapi perbedaan yang signifikan tersebut ternyata hanya
berada pada taraf yang sedang atau dapat diartikan kurang berpengaruh terhadap hasil
belajar. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu yang pertama pada awal
penerapan model TGT ternyata sama dengan model pembelajaran konvensional, yaitu
penyampaian materi oleh pengajar sehingga membuat siswa merasa tidak ada bedanya
antara model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran TGT. Yang kedua
ada beberapa siswa yang tidak ikut berdiskusi dalam kelompok karena kurangnya
pengawasan dalam peneliti.

E. Keterbatasan dan Hambatan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama satu bulan, peneliti


menyadari ada beberapa hambatan yang terjadi selama proses penelitian ini berlangsung.
Hambatan – hambatan yang terjadi adalah hasil nilai pre-test yang sudah tinggi
membuat pengaruh model TGT terhadap hasil belajar kognitif siswa hanya berada pada
taraf sedang.
Selain hambatan tersebut penelitian ini juga hanya terbatas untuk kelas X mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam & Budi Pekerti pada materi Peran Tokoh Ulama
dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah
Jawa) sehingga tidak digeneralisasikan untuk konsep yang lain pada mata pelajaran yang
sama, ataupun pada mata pelajaran lainnya dan tingkat pendidikan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai