Anda di halaman 1dari 12

PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK


MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PKn
SISWA KELAS V SD NEGERI MASARAN 2 KECAMATAN
MASARAN KABUPATEN SRAGEN SEMESTER 2
TAHUN AJARAN 2020/2021

Sri Fiki Nur Tri Sejati


NIM. 857819439
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil observasi sebelumnya di SD Negeri Masaran 2 Masaran Sragen bahwa
permasalahan pada pembelajaran PKn yang sering dihadapi guru adalah siswa merasa jenuh
dalam pembelajaran PKn serta kurang adanya interaksi antara siswa dengan guru maupun
siswa dengan siswa. Guru masih menggunakan pembelajaran yang konvensional. Motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran PKn masih rendah, yang akan berdampak pada hasil belajar
siswa juga rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang menunjukkan bahwa
hanya beberapa yang mencapai ketuntasan
Untuk itu perlu dilakukan model pembelajaran yang menyenangkan dan dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn di SD Negeri Masaran
2 Masaran Sragen. Peneliti selalu merasa kurang puas dengan hasil belajar siswa, setiap
ulangan cenderung sebagian besar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada
peningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan judul:
“Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Negeri Masaran 2 Masaran
Sragen Semester 2 Tahun Ajaran 2020/2021”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments)
dapat meningkatkan motivasi belajar PKn siswa Kelas V SD Negeri Masaran 2 Masaran Sragen
Semester 2 Tahun Ajaran 2020/2021?
2. Apakah pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments)
dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa Kelas V SD Negeri Masaran 2 Masaran Sragen
Semester 2 Tahun Ajaran 2020/2021?
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini ialah:
• Untuk meningkatkan motivasi belajar PKn dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) siswa kelas V SD Negeri Masaran 2 Masaran
Sragen Semester 2 Tahun Ajaran 2020/2021.
• Untuk meningkatkan hasil belajar PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournaments) siswa kelas V SD Negeri Masaran 2 Masaran Sragen
Semester 2 Tahun Ajaran 2020/2021
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
• Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi alternatif kepada guru
mengenai pemilihan model mengajar yang tepat dalam upaya memudahkan mengajarkan mata
pelajaran PKn, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan yang dapat
digunakan sebagai pijakan bagi guru SD/MI untuk pembelajaran yang lebih mudah dipahami oleh
siswa
2. Manfaat Praktis
• Secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat:
• Bagi guru
• Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
mengajar secara dinamis dan interaktif.
• Dapat digunakan sebagai bahan masukkan untuk mengadakan variasi metode
pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa
• Bagi Siswa
• dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa;
• dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan sosial;
• dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan;
• dapat meningkatkan kepercayaan diri
BAB II
KAJIAN TEORI / TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif
a. Model Pembelajaran
Trianto (2007:5) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat maka akan mempengaruhi belajar siswa
dengan baik sehingga siswa benar-benar memahami materi yang diberikan kepada mereka.
Apapun penggunaan suatu model pembelajaran hendaknya dapat menempatkan anak didik
pada keterlibatan aktif belajar, mampu menumbuhkan dan mengembangkan perolehan hasil
belajar serta menghidupkan proses pengajaran yang sedang berlangsung.
Agus Suprijono (2012: 30-31) menyatakan bahwa “pengetahuan adalah hasil konstruksi dari kegiatan atau
tindakan seseorang sehingga pengetahuan seharusnya dikonstruksikan (dibangun) bukan dipersepsi secara
langsung oleh indra”. Pendapat tersebut menekankan bahwa kegiatan pembelajaran hendaknya lebih didominasi
oleh aktivitas peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya bukan sebaliknya. Interaksi sosial antar
peserta didik merupakan unsur yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran tersebut sehingga dalam menentukan
model pembelajaran yang akan digunakan guru dapat memilih beberapa model pembelajaran yang lebih
menekankan pada aktivitas siswa salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif.

“Roger menyatakan Pembelajaran Kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir
oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada satu perubahan informasi secara sosial diantara
kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar harus bertanggung jawab atas
pembelajaranya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.” (Miftahul
Huda,2012: 29)

Artz dan Newman (Miftahul Huda, 2012: 32) mendefinisikan “pembelajaran kooperatif sebagai kelompok kecil
pembelajar atau siswa yang berkerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah
tugas, atau mencapai satu tujuan bersama”. “Slavin mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen” (Etin Solihatin &
Raharjo, 2009: 4)

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran di mana siswa bekerja bersama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing
bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat
menguasai materi pelajaran dengan baik
.
2 Tinjauan tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

a. Pengertian
Dalam penelitian ini dicoba salah satu model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Model TGT
pertama kali dikembangkan oleh David DE Vries dan Keith Edward di Universitas John Hopkins New
York. Menurut (Robert E. Slavin, 2008: 165), menyatakan bahwa: “Teams-Games-Tournament (TGT)
merupakan model pembelajaran dimana para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat
sampai lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya.
Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah menguasai materi pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa
memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim
akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar
kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, memastikan telah terjadi tanggung jawab
individual”.
Model Pembelajaran Kooperatif dibagi menjadi beberapa jenis antara lain Student Team Achievement
Divisions (STAD), Teams Games Tournaments (TGT), Jigsaw, Team Accelerated Instruction (TAI), Cooperatif
Integrated Reading and Composition (CIRC). Dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif yang digunakan
adalah jenis TGT (Teams Games Tournaments).
Robert E. Slavin (2005: 13) menyatakan bahwa “Teams Games Tournament pada mulanya diciptakan oleh John Hopkins yang
kemudian dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards”. “Model TGT adalah suatu model pembelajaran yang
didahului dengan penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada
siswa. Setelah itu, siswa pindah ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-
pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Sebagai ganti dari tes tertulis, setiap siswa akan bertemu
seminggu sekali pada meja turnamen dengan dua rekan dari kelompok lain untuk membandingkan kemampuan
kelompoknya dengan kelompok lain” (Nur Asma, 2006: 54).
Slavin (2008: 163) menyatakan “Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal : TGT menggunakan turnamen
akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka”. Sejalan dengan pendapat
tersebut Miftahul Huda (2012: 116) menyatakan “TGT mirip dengan STAD dalam hal komposisi kelompok, format intruksional
dan lembar kerjanya. Bedanya jika STAD fokus pada komposisi kelompok berdasarkan kemampuan, ras, etnik, dan gender,
maka TGT umumnya fokus hanya pada level kemampuan saja. Selain itu jika dalam STAD, yang digunakan adalah kuis, maka
dalam TGT istilah tersebut biasanya berganti menjadi game akademik”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu
model pembelajaran kooperatif yang pembagian kelompoknya lebih menekankan pada level kemampuan akademik siswa,
selain itu terdapat game akademik di mana para siswa berlomba sebagai wakil kelompok mereka terhadap wakil kelompok
lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Masaran 2 Masaran Sragen.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester 2 Tahun Ajaran 2020/2021 yaitu pada bulan Januari 2021 sampai
dengan bulan Mei 2021.
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru dan siswa Kelas V SD Negeri Masaran 2 Masaran
Sragen Tahun Pelajaran 2021/2022. Jumlah siswa Kelas V adalah dari 21 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9
siswa perempuan.
C. Sumber Penelitian
1. Data yang dikumpulkan untuk dianalisis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
2. Data tentang kondisi awal, untuk metode pengajaran guru berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas.
3. Data tentang motivasi belajar siswa diperoleh dari hasil pengamatan langsung melalui Lembar Observasi.
4. Data tentang hasil belajar siswa diperoleh dari hasil soal evaluasi dan Lembar Kerja Siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Sumber data


primer adalah guru kelas yang melakukan tindakan dibantu peneliti sebagai
observer sedang siswa yang menerima tindakan. Sumber data sekunder adalah
berupa data dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan tes,
metode bantunya adalah wawancara, catatan lapangan, dokumentasi.
1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini adalah mengamati secara langsung dengan
teliti, cermat, dan hati-hati terhadap proses pembelajaran. Observasi adalah
tindakan yang merupakan penafsiran dari teori, ini dikemukakan oleh Karl Popper
(Rochiati Wiria Atmaja, 2006:104). Selain itu observasi adalah teknik
pengumpulan data yang harus dimanfaatkan karena observasi adalah mengamati
secara langsung dan ini sangat ampuh untuk mengetes suatu kebenaran. Selain
itu peneliti dapat mengamati dan mencatat sendiri situasi sesuai keadaan
sebenarnya. Peneliti mampu memahami situasi yang terjadi secara langsung.
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik tes yang digunakan adalah tes
hasil belajar dengan menggunakan post tes. Tes hasil belajar adalah seperangkat
tes yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa (Samino
dan Marsudi, 2007: 107). Tes ini akan menjadi patokan keberhasilan suatu
proses belajar mengajar dan melakukan persiapan atau rencana tindakan
selanjutnya untuk proses pembelajaran yang lebih baik lagi.
Data mengenai motivasi belajar siswa dikumpulkan dengan metode
observasi, sedangkan data hasil belajar siswa diambil dengan mengunakan
lembar kerja pada siklus pertama dan tes hasil belajar yang dikerjakan siswa
setiap akhir tindakan pada siklus pertama dan siklus kedua. Dari hasil tes siklus
pertama, kedua dan siklus ketiga, kemudian dilakukan komperatif/
perbandingan.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan antara peneliti dengan guru kelas dan siswa. Wawancara peneliti terhadap
siswa dilakukan sendiri dengan mengajukan pertanyaan tidak tertulis. Hal ini dimaksudkan agar
wawancara dapat berlangsung terbuka dan peneliti mendapat informasi langsung dari responden.
Bentuk wawancaranya mencakup wawancara tidak terencana, wawancara tidak terstruktur dimana
responden bisa memilih sendiri obyek yang dibicarakan. Bentuk terakhir adalah wawancara
terstruktur dimana peneliti menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan yang digunakan dalam penelitian adalah pengamatan terhadap semua
peristiwa yang dialami, dilihat dan didengar tentang penelitiannya. Catatan yang digunakan disini
adalah catatan peristiwa dan pengalaman penting yang muncul dalam proses pembelajaran yang
belum ada dalam observasi. Kegiatan ini dilakukan peneliti dengan guru kelas.
5. Dokumen
Dokumentasi adalah suatu metode untuk mengetahui sesuatu dengan melihat buku, arsip atau
catatan yang berhubungan dengan orang yang diteliti. Dokumentasi dalam penelitian ini sebagai
sumber data sekaligus bukti untuk suatu pengujian. Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian
ini untuk memperoleh data daftar nama siswa Kelas V SD Negeri Masaran 2 Masaran Sragen dan
foto proses penelitian tindakan.

Anda mungkin juga menyukai