Anda di halaman 1dari 52

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STAD

DENGAN TGT PADA MATERI REAKSI REDOKS DAN BILANGAN


OKSIDASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA
NEGERI 7 MATARAM

Proposal

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi


persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

HALIMAH MAHMUD
NIM. 170109026

JURUSAN TADRIS KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2022
A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya meningkatkan mutu proses dan hasil belajar, para ilmuan

pembelajaran telah menyarankan penggunaan model pembelajaran

konstruktivistik untuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Oleh karenanya

terjadi perubahan pembelajaran dari yang berpusat pada guru kepada belajar

yang berpusat pada siswa. Artinya, ketika guru mengajar di dalam kelas harus

berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat mendorong

siswa atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berperan aktif

mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajari.

Sudah bertahun-tahun para ahli meneliti dan menciptakan berbagai

macam pendekatan mengajar. Salah satunya dikembangkan oleh para ahli

dibidang pembelajaran, menelaah bagaimana pengaruh tingkah laku mengajar

tertentu terhadap hasil belajar siswa. Menurut Joyce dan Weil (1996) dan

Joyce, Weil, dan Shower (1992) dalam Moch. Agus Krisno Budiyanto (2016)

setiap pendekatan yang ditelitinya dinamakan model pembelajaran, meskipun

salah satu dari beberapa istilah lain digunakan seperti strategi pembelajaran,

metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Mereka memberikan istilah

model pembelajaran dengan dua alasan. Pertama, istilah model pembelajaran

memiliki makna yang lebih luas dari pada suatu strategi, metode, atau

prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan pembelajaran


yang luas dan menyeluruh.1 Model pembelajaran menurut Isjoni (2012: 147)

dalam Hanan Sundari (2015) merupakan strategi yang digunakan guru untuk

meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu

berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil

pembelajaran yang lebih. Model pembelajaran berisi strategi-strategi pilihan

guru untuk tujuan-tujuan tertentu dikelas.2 Dalam menentukan model

pembelajaran pendidik juga perlu memperhatikan faktor-faktor peserta didik

sebagai subjek, guna untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik agar tidak

terlepas dari faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, pendidik berperan

sebagai motivator dan fasilitator. Pendidik sebagai motivator adalah pendidik

dapat meningkatkan minat belajar dan pengembangan kegiatan belajar peserta

didik. Sedangkan, pendidik sebagai fasilitator dalam hal ini adalah pendidikan

memberikan fasilitas dan memudahkan dalam proses pembelajaran, salah

satunya adalah dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang menarik

agar peserta didik dapat termotivasi dalam belajar sehingga ada perubahan

dan peningkatan dalam hasil belajar.

Pembelajaran yang efektif dapat membantu peserta didik untuk

meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan intruksional

yang ingin dicapai. Selain itu, kondisi tersebut lebih dapat dioptimalkan

dengan menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang tepat. Untuk


1
Moch. Agus Krisno Budiyanto, Sintaks 45 Metode pembelajaran Dalam Student Centered
Learning (SCL), (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2016), hlm. 9.
2
Hanan Sundari, “Model-Model Pembelajaran dan Pemefolehan Bahasa Kedua/Asing”,
Pujangga, Vol. 1, Nomor 2, Desember 2015, hlm. 108.
menciptakan suasana yang menyenangkan perlu adanya pengemasan model

pembelajaran yang menarik agar peserta didik tidak merasa bosan atau

terbebani oleh materi ajar yang harus dikuasai. Jika peserta didik sendiri yang

mencari, mengolah, dan menyimpulkan sendiri atas masalah yang dipelajari

maka pengetahuan yang dia miliki akan lebih lama diingat.

Guna membangun keterampilan berpikir kritis, pendidik dapat

memberikan pengalaman belajar dengan mendesain proses pembelajaran.

Pendidik mendesain pembelajaran dengan memberikan permasalahan yang

melibatkan keterampilan berpikir siswa dan melibatkan proses menganalisis

berdasarkan permasalahan yang sebenarnya.3

Berdasakan hasil observasi yang dilakukan di SMAN 7 Mataram pada

tanggal 8 Februari 2021 dengan pendidik mata pelajaran, peneliti menemukan

bahwa pendidik tersebut belum menerapkan model pembelajaran Student

Team Achievement Division (STAD) maupun Team Games Tournament

(TGT). Dengan melihat nilai hasil belajar siswa yang cukup rendah pada mata

pelajaran kimia dengan nilai rata-rata yang rendah atau dibawah KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal). Berdasarkan masalah tersebut perlu adanya

inovasi untuk model pembelajaran kimia dengan melalui model pembelajaran

STAD dan model pembelajaran TGT. Sebagai solusi memecahkan masalah

diatas peneliti melakukan studi komparasi menggunakan model pembelajaran


3
Yunin NurunNafiah, “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Keterampilan Belajar Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa ”, Pendidikan Vokasi, Vol. 4, Nomor 1,
Februari 2014, hlm.
127.
STAD dengan model pembelajaran TGT alasannya adalah karena kedua

model pembelajaran baik STAD maupun TGT merupakan model

pembelajaran yang tepat untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari uraian diatas, model pembelajaran TGT merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran TGT siswa akan

berkompetisi dalam perwakilan sebagai wakil dari kelompoknya. Prestasi

belajar siswa berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa selain itu,

suasana belajar juga menjadi salah satu aspek keberhasilan kegiatan belajar

mengajar dikelas.4

Model pembelajaran STAD merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan

perbedaan akademik, ras, jenis kelamin dan sebagaianya sehingga tercipta

kelompok belajar yang heterogen. Strategi pembelajaran kooperatif STAD

berpotensi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa5

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

4
Ratna Tri Widyawati, “Studi Komparasi Model Pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) Dan Student Team Achievement Divisions (STAD) Terhadap Prestasi Belajar Pada Materi
Pokok Termokimia Ditnjau dari Motivasi Belajar Kiimia Siswa Kelas XI SMA Muhamadiah
Karanganyar”, Pendidikan kima (JPK), Vol. 5, Nomor 4, 2016, hlm. 62
5
Nurina Tulus Setiawan, “Studi ]Komparasi Tipe STAD Dan TGT Pada Materi Koloid
Ditinjau Dari Kemampuan Memor iSiswa Kelas XI SMA NEGERI 2 Karanganyar Tahun
2011/2012”, jurnal pendidkan kimia (JPK), Vol.2, Nomor 1, Tahun 2013. hlm.8.
Berdasakan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

a. Apakah ada perbedaan terhadap hasil belajar siswa pada kelas yang

menggunakan model pembelajaran STAD dan TGT

b. Model Pembelajaran manakah yang lebih baik dilihat dari hasil

pembelajaran siswa.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di ambil batasan masalah

agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas. Adapun batasan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X di SMAN 7 Mataram

b. Objek penelitian

1) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT

2) Hasil belajar pada ranah kognitif C2-C5

3) Materi dibatasi pada materi Redoks dan Bilangan Oksidasi siswa

kelas X SMA.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui adanya perbedaan terhadap hasil belajar siswa pada

kelas yang menggunakan model pembelajaran tipe STAD dan TGT.


b. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik

berdasarkan hasil belajar siswa

2. Manfaat

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

tambahan dan untuk masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan

yang kaitannya dengan meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Secara Praktis

1) Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat menjadi sebuah

pengalaman, sekaligus acuan tentang penerapan model STAD dan

TGT dalam meningkatkan hasil belajar

2) Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan

oleh peneliti kimia Redoks dan Bilangan Oksidasi sebagai

pedoman dalam mengajar mata pelajaran kimia.

3) Bagi siswa semoga penelitian ini bisa menumbuhkan motivasi

yang dapat menimbulkan peran aktif yang dapat menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan.

4) Bagi sekolah dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

disampaikan kepada peneliti kimia dalam proses pembelajaran.

D. Definisi Operasional
Agar menghindari pemahaman konsep yang berbeda mengenai judul

peneliti ini maka ini diuraikan definisi istilah untuk menjadi penegas dalam

judul penelitian ini. Ada pun istilah-istilah tersebut adalah:

1. Komparasi

Komparasi adalah perbandingan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,

2005: 584). Dalam penelitian ini komparasi yang dimaksud adalah untuk

mengetahui perbedaan yang ditimbulkan dari penerapan model STAD dan

TGT.6

2. Model Team Games Tournament

Model Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran TGT siswa akan

berkompetisi dalam perwakilan sebagai wakil dari kelompoknya. Prestasi

belajar siswa berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa selain itu,

suasana belajar juga menjadi salah satu aspek keberhasilan kegiatan

belajar mengajar dikelas. 7

3. Model Student Teams Achievement Divsion (STAD)

6
Adina Wahyu Widyasari, Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Team Games Tournament (TGT) dan Sudent Team Achievement Division (STAD) terhadap Hasil
Belajar IPA Biologi Siswa SMP Negeri 2 Lendah tahun ajaran 2011/2012, Skripsi, FST UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2012), hlm. 7.
7
Ratna Tri Widyawati, “Studi Komparasi Model Pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) Dan Student Team Achievement Divisions (STAD) Terhadap Prestasi Belajar Pada Materi
Pokok Termokima Ditnja Dari Motivasi Belajar kimia Siswa Kelas XI SMA Muhamadiah
Karanganyar”, Pendidikan kimia (JPK), Vol. 5, Nomor 4, 2016, hlm. 62
Model Student Teams Achievement Divsion (STAD) merupakan salah

satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok berdasarkan perbedaan akademik, ras, jenis kelamin

dan sebagaianya sehingga tercipta kelompok belajar yang heterogen.

Strategi pembelajaran kooperatif STAD berpotensi dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa8

4. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan perubahan kemampuan seorang individu

setelah mengalami berbagai pengalaman belajar.9

E. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

1. Kajian Pustaka

a. Student Team Achievement Division

1) Pengertian Student Team Achievement Division

Student Team Achievement Division (STAD)

dikembangkan oleh Robert Slavin (2011) model pembelajaran

STAD merupakan salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif

yang paling sederhana pelaksanaanya dan merupakan model

pembelajaran paling baik bagi guru yang baru memulai

mengunakan pendekatan kooperatif. STAD mengacu pada

pembelajaran secara berkelompok antara 4-5 orang siswa dengan


8
Nurina Tulus Setiawan, “Studi Komparasi Tipe STAD Dan TGT Pada Materi Koloid
Ditinjau Dari Kemampuan Memori Siswa Kelas XI SMA NEGERI 2 Karanganyar Tahun 2011/2012”,
jurnal pendidkan kmia (JPK), Vol.2, Nomor 1, Tahun 2013. hlm.8.
9
Sobry sutikino, belajar dan pembelajaran, Holistica, Lombok, 2013, hlm. 3
syarat kelompok yang berbentuk haruslah bersifat heterogen

artinya terdiri dari laki-laki dan perempuan, berbagai dari suku,

memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, serta harus

memperhatikan status sosial ekonomi dari setiap kelompok yang

sudah terbentuk. Adanya model pembelajaran ini akan

meningkatkan kerja sama antara anggota kelompok, dan mereka

bisa saling berbagi pengetahuan antara siswa pintar, sedang dan

kurang.10

Model pembelajaran STAD ini merupakan model dimana

dalam pembelajarannya guru menyampaikan materi kemudian

siswa bergabung membentuk beberapa kelompok dengan arahan

guru yang dimana dalam kelompoknya terdiri dari 4-6 orang dan

kemudian mengerjakan LKS yang diberikan guru. Setelah

mengerjakan siswa menyerahkan hasil kerja nya kepada guru

secara individu dalam setiap kelompok. Dalam model ini selain

unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep

sulit model ini juga sangat berguna bagi siswa dalam

menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis dan

kemampuan membantu satu sama lain.

2) Langkah-langkah Student Teams Achievement Division

10
Handayani. Suci, Buku Model Pembelajaran Speaking Tipe STAD yang Interakstif Fun
Game Berbasis Karakter, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), hlm. 13.
Student Teams Achievement Division (STAD) memiliki

langkah-langkah pembelajaran yang disusun secara sistematis.

Langkah-langkah STAD menurut Maidiyah (1998) dalam Moch.

Agus Krisno Budiyanto adalah sebagai berikut.

a) Persiapan STAD

(1) Materi

Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang

sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok.

Sebelum menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar

kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok

kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan

tersebut.

(2) Menentukan siswa dalam kelompok

Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang

heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa

yang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan

rendah. Bila memungkinkan harus diperhitungkan juga

latar belakang, ras, sukunya. Guru tidak boleh

membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena

akan cenderung memilih teman yang disenangi saja.

(3) Menentukan Skor Awal


Skor awal siswa dapat diambil melalui Pre Test yang

dilakukan guru sebelum pembelajaran kooperatif metode

STAD dimulai atau skor tes paling akhir yang dimiliki

oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai

rapor siswa pada semester sebelumnya.

(4) Kerja sama kelompok

Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya

diawali dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal

ini merupakan kesempatan bagi setiap kelompok untuk

melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling

mengenal antar kelompok.

(5) Jadwal aktivitas

STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur,

yaitu penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja

kelompok, tes, penghargaan kelompok dan laporan

berkala kelas.

b) Mengajar

Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan

prestasi kelas, yang meliputi pendahuluan, pengembangan,

petunjuk praktis, aktivasi kelompok dan kuis. Dalam prestasi

kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:


(1) Pendahuluan

(a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan

dipelajari dan mengapa hal itu penting untuk

memunculkan rasa ingin tau siswa. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara memberi teka-teki,

memunculkan masalah-masalah yang berhubungan

dengan materi dalam kehidupan sehari-hari, dan

sebagainya.

(b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok

untuk menentukan konsep atau untuk menimbulkan

rasa senang pada pembelajaran.

(2) Pengembangan

(a) Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai

dari pembelajaran.

(b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah

agar siswa mempelajari dan memahami makna,

bukan hafalan.

(c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering

mungkin dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan. Guru menjelaskan mengapa jawabannya

benar atau salah.


(d) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami

pokok masalahnya.

(3) Praktek terkendali

(a) Guru menyuruh siswa mengerjakan soal-soal atau

jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

guru.

(b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab

pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal yang

diajukan oleh guru. Hal ini menyebabkan siswa

mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan atau

soal-soal yang diajukan.

(c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan

yang lama penyelesaian pada kegiatan ini.

Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal,

dan kemudian guru memberikan umpan balik.

(4) Kegiatan kelompok

(5) Kuis atau tes

(6) Penghargaan kelompok

(7) Menggembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa.11

11
Moch. Agus Krisno Budiyanto, Sintaks 45 Metode pembelajaran Dalam Student Centered
Learning (SCL), (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2016), hlm. 137-142
3) Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD menurut Roestiyah (2001:17) dalam Gusniar (2013) yaitu :

a) Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(1) Dapat memberikan kesempata kepada siswa untuk

menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu

masalah

(2) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih

intesif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah

(3) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan

mengajarkan keterampulan berdiskusi

(4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan

siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya

(5) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka

dan mereka lebih aktif dalam diskusi

(6) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi

temannya dan menghargai pendapat orang lain.

b) Kelemahan model pembelajaran tipe STAD

Kelemahan model pembelajaran tipe STAD ini yaitu

kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu

memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan


kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya

mengajar yang berbeda12

b. Team Games Tournament

1) Pengertian Team Games Tournament

Metode Team Games Tournament (TGT) menggunakan

game akademik dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim

mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik

sebelumnya setara seperti mereka. Model TGT adalah salah satu

model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan yang

didalamnya terdapat permainan, kompetisi, serta penguatan.

TGT dapat digunakan dengan tujuan yang dirumuskan

dengan kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat

terbuka misalnya esai

2) Langkah-langkah pembelajaran Team Games Tournament

Langkah-langkah Team Games Tournament (TGT) terdiri dari

empat komponen utama yaitu 1) presentasi guru; 2) kelompok

belajar; 3) turnamen dan, 4) pengenalan kelompok.

a) Guru menyiapkan

- Kartu soal

- Lembar kerja siswa

12
Gusniar, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achiement
Division (STAD) Dalam Meninkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN
No. 2 Ogoams II”, Jurnal Kreatif TadulakoOnline, Vol. 2, Nomor 1, 2013, hlm. 203
- Alat/bahan

b) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap anggota kelompok

5 orang)

c) Guru mengarahkan aturan permainannya

Adapun langkah-langkahnya yang pertama siswa

ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang

yang beranggotakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis

kelamin dan suku. Guru menyiapkan materi dan kemudian

siswa bekerja dalam kelompoknya dan memastikan bahwa

seluruh anggotanya telah menguasai materi yang dijelaskan

guru dan seluruh siswa masing-masing akan mendapatkan

kuis dan waktu kuis berlangsung semua siswa tidak dapat

saling membantu.

(1) Aturan permainan

Dalam satu permainan terdiri dari kelompok pembaca,

kelompok penantang I, kelompok penantang II, dan

seterusnya sesuai dengan jumlah kelompok yang ada.

Kelompok pembaca, bertugas: (1) mengambil kartu

bernomor dan kemudian mencari pertanyaan pada lembar

permainan; (2) baca pertanyaan sekeras-kerasnya dan

kemudian menjawabnya.
Kelompok penantang pertama bertugas menyetujui

pembaca atau memberikan jawaban yang lain, kelompok

penantang kedua bertugas untuk menyetujui pembaca

atau memberi jawaban yang lain dan kelompok

penantang berikutnya mengecek lembar jawabannya.

Permainan ini dilakukan secara bergilir (games ruler)

(2) Sistem perhitungan poin turnamen

Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor yang

didapatkan siswa dan poin diberikan berdasarkan pada

seberapa jauh siswa melampauinya presentasi yang

didapatkannya. Poin tiap anggota kelompok ini dijumlah

untuk mendapatkan skor dari kelompoknya dan

kelompok yang menang diberi sertifikat atau hadiah

(award) yang lain.

3) Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperetif tipe

TGT

a) Kelebihan model pembelajaran tipe TGT

(1) Lebih menigkatkan pencurahan waktu untuk tugas

(2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan

individu

(3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi

secara mendalam
(4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan

dari siswa

(5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan

orang lain

(6) Motivasi belajar lebih tinggi

(7) Hasil nelajar lebih baik

(8) Meninkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

b) Kekurangan model pembelajaran tipe TGT

(1) Bagi guru

Sulitnya mengelompokan siswa yang mempunyai

kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan

ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai

pemegang kendali, teliti dalam menentukan pembagian

kelompok. Dan waktu yang dihabiskan untuk diskusi

oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu

yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika

guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

(2) Bagi siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang

terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa

yang lainnya. Untuk mengatasi kelemahan in, tugas

guru adalah membimbing dengan baik siswa yang


mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat

dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa

yang lain.13

c. Studi Komparasi

Istilah studi berarti penelitian ilmiah, kajian, telaahan

sedangkan istilah komparasi berarti perbandingan. Studi komparatif

dapat dikatakan sebagai penelitian yang bersifat membandingkan.14

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk membandingkan persamaan

atau perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang

diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.

Menurut Nazir (2005 :58) menyatakan bahwa penelitian

komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari

jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisis

faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena

tertentu.15

Jadi studi komparasi adalah jenis penelitian yang digunakan

untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu

variabel tertentu

d. Redoks dan Bilangan Oksidasi


13
Susanna, “Penerapan Team Games Tournament (TGT) Melalui Media Kartu Domino Pada
Materi Minyak Bumi Siswa Kelas XI MAN 4 Aceh Besar”, Lantanida Journal, Vol. 5, Nomor 2,
2017, hlm. 97
14
Masyahuri dan Zainudin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif
(Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 13
15
Moh Nazril, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hlm.58
1) Konsep redoks

Konsep reaksi oksidasi pada awalnya didasarkan pada senyawa

yang bereaksi dengan oksigen. Sebaliknya, reaksi reduksi berarti

senyawa yang melepaskan kandungan oksigennya. Sebagai contoh

saat membakar potongan logam magnesium. Mg, akan terbentuk

logam magnesium yang mengikat gas oksigen (atau disebut

magnesium oksida, MgO) dan disertai kilatan cahaya yang

menyilaukan. Reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:

2Mg(s) + O2(g) 2MgO(s)

Sebaliknya, bagi para penambang dan pengolah berbagai

logam, reaksi reduksi lebih mereka senangi karena dapat

mengahasilkan logam yang dimaksud dari biji logam yang

ditambang. Sebagai contoh, bisa mendapatkan logam tembaga, Cu,

dari olsida logam tersebut dengan reaksi reduksi berikut:

2CuO(s) 2Cu(s) + O2(g)

Contoh soal

Paku besi berkarat karena mengalami reaksi dengan oksigen di

udara. Persamaan reaksi yang terjadi adalah

a) Fe(s) + O2(g) FeO2(s)

b) 3Fe(s) + 3O2(g) 3FeO2(s)

c) 4Fe(s) + 3O2(g) 2Fe2O3(s)

d) FeO(s) + O2(g) FeO3(s)


e) 4FeO(s) + O2(g) 2Fe2O3(s)

Jawab

Fe = [Ar] 4s2 3d6


26

Besi akan bereaksi dengan oksigen sehingga teroksidasi dengan

melepaskan 3 elektron di kulit terluarnya untuk mencapai

konfigurasi elektron setengah penuh yang lebih stabil yakni

Fe3+ = [Ar] 3d5 O2 = [Ne]

Muatan kedua ion saling dikalisilangkan, di dapatkan Fe2O3

Lalu persamaan reaksi disetarakan

Fe(s) + O2(g) Fe2O3(s)

Fe(s) + 3O2(g) 2Fe2O3(s)

4Fe(s) + 3O2(g) 2Fe2O3(s) (c)

Konsep reaksi reduksi dan reaksi oksidasi (redoks) yang di

dasarkan pada bergabung oksigen atau lepasnya oksigen dari suatu

senyawa membuat reaksi redoks terlalu sempit untuk diaplikasikan.

Sebagai contoh, jika larutan perak (I) nitrat dan memasukan logam

tembaga, Cu, akan terbentuk endapan perak yang terlihat imdah

dan larutan yang berwarna biru. Reaksi ini tidak melibatkan gas
oksigen, tetapi digolongkan ke dalam reaksi reduksi dan reaksi

oksidasi (redoks). Persamaan reaksi tersebut adalah:

Cu(s) + 2Ag+(aq) Cu2+(aq) + 2Ag(s)

Persamaan reaksi diatas dapat juga dituliskan secara terpisah

menjadi setengah reaksi oksidasi dan setengah reaksi reduksi

seperti berikut:

Cu(s) Cu2+(aq) + 2e- (oksidasi)

2Ag+(aq) + 2e- 2Ag(s) (reduksi)

Persamaan reaksi ini memperlihatkan bahwa perubahan bilangan

oksidasi dari tembaga (Cu) bertambah dari 0 menjadi +2 (sesuai

dengan hilangnya dua elektron dari tiap atom tembaga). Sedangkan

bilangan oksidasi perak menurun dari +1 menjadi 0 (sesuai dengan

diperolehnya satu elekron oleh tiap ion perak, Ag+)

Definisi reaksi oksidasi dan reaksi reduksi yang dipakai adalah

 Oksidasi merupakan suatu proses yang bilangan oksidasi

unsur bertambah dan elektron terlihat di sisi kanan dari

setengah persamaan oksidasi.

Zat yang teroksidasi disebut reduktor/pereduksi, karena

elektron yang dilepaskan dari zat tersebut menyebabkan zat


lain (pasangannya) menangkap elektron tersebut dan

menjadi tereduksi.

 Reduksi merupakan suatu proses yang bilangan oksidasi

unsur menurun dan elektron terlihat di sisi kiri dari

setengah persamaan reduksi.

Zat yang tereduksi disebut oksidator/pengoksidasi,

karena kecenderungan zat ini untuk menagkap elektron

menyebabkan zat lain (pasangannya) melepaskan

elektronyang diinginkan zat ini dan zat yang melepas

elektron tersebut menjadi teroksidasi.

Contoh soal

Jawablah pertanyaan seputar reaksi berikut ini

Mg(s) + Fe2+(aq) Mg2+(aq) + Fe(s)

a) Tuliskan dalam persamaan setengah reaksi oksidasi dan

setengah reaksi reduksi.

b) Unsur manakah yang melakukan reaksi oksidasi? Jelaskan

menurut definisi serah terima elektron dan peningkatan

bilangan oksidasi.

c) Unsur manakah yang melakukan reaksi reduksi? Jelaskan

menurut definisi serah terima elektron dan peningkatan

bilangan oksidasi.
d) Unsur mana yang bertindak sebagai reduktor

e) Unsur mana yang bertindak sebagai oksidator

Jawab

a) Mg(s) Mg2+(aq) + 2e- (s)

Fe2+(aq) + 2e- Fe(s)

b) Mg adalah unsur yang teroksidasi karena terjadi kenaikan

bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2 (atau elektron dilepaskan

dan terlihat di sisi kanan)

c) Ion Fe2+ adalah unsur yang tereduksi karena terjadi penurunan

bilangan oksidasi dari +2 menjadi 0 (atau elektron diterima

dan terlihat disisi kiri)

d) Mg sebagai reduktor karena unsur ini teroksidasi dan

menyebabkan ion Fe2+ tereduksi menjadi Fe.

e) Ion Fe2+ sebagai oksidator karena unsur ini tereduksi akibat

memaksa atom Mg untuk melepaskan elektron dan teroksidasi

menjadi Mg2+ .16

2) Bilangan Oksidasi

Semua atom di alam ini, baik berada dalam unsur, senyawa

ataupun ion-ion, memiliki bilangan oksidasi masing-masing.

16
M. Nukhrozim, Seri Ilmu Pintar Sip Kimia, (Yogyakarta: PT. Andi Offset, 2017), hlm. 240
Bilangan oksidasi berfungsi menyatakan muatan yang miliki oleh

atom seandainya elektron valensinya itu tertarik ke atom lain yang

berikatan dengannya, yang mepunyai keelektronegatifan lebih

besar.

Semua atom yang berada dalam unsur (atom-atom sejenis)

mempunyai bilangan oksidasi sama dengan nol. Contohnya.

Atom-atom yang telah mendapatkan atau melepaskan elektron

menjadi ion-ion sederhana, dan bilangan oksidasi dari ion-ion

tersebut adalah muatan ionnya. Contohnya:

Unsur Na Al Cl2 O3 P4 S8
Bilangan oksidasi 0 0 0 0 0 0

Atom-atom yang telah mendapatkan atau melepaskan elektron

menjadi ion-ion sederhana, dan bilangan oksidasi dari ion-ion

tersebut adalah muatan ionnya. Contohnya:

Unsur Na+ Al3+ Sn4+ Cl- O2- N3-


Bilangan oksidasi +1 +3 +4 -1 -2 -3
Jika atom-atom tersebut berada dalam ion poliatomik (ion yang

tersusun lebih dari dua atom), jumlah semua bilangan oksidasi

atom-atom dalam ion poliatomik tersebut adalah sama dengan

muatan ion tersebut. Contohnya:

SO42- : (biloks S) + 4 (biloks O) = -2

Cr2O72- : 2 (biloks Cr) + 7 (biloks O) =-2


Atom hidrogen (H) dalam keadaan bersenyawa dengan atom lain

yang memiliki keelektronegatifan lebih besar akan memiliki bilngan

oksidasi +1 sesuai letaknya dalam golongan 1 A (meski dia bukan

termasuk golongan 1 A), contohnya:

Senyawa Bilangan Oksidasi Atom H


CH4 +1
NH3 +1
H2O +1
HNO3 +1
HCl +1
H2SO4 +1

Atom hidrogen yang bersenyawa dengan atom lain yang

mempunyai keelektronegatifan lebih kecil (biasanya dari unsur

logam) akan mempunyai bilangan oksidasi bernilai -1. Senyawa

dengan atom memiliki biloks -1 ini disebut senyawa logam hidrida.

Contohnya:

Senyawa Bilangan Oksidasi Atom H


LiH -1
MgH2 -1
AlH3 -1

Atom oksigen (O) dalam keadaan bersenyawa biasanya dalam

bentuk senyawa oksida yang mempunyai bilangan oksidasi -2.

Sebagai contoh:

Senyawa Bilangan Oksidasi Atom O


Na2O -2
MgO -2
Al2O3 -2
CO2 -2
P4O10 -2
SO3 -2
Cl2O -2

Atom dapat mempunyai nilai bilangan oksidasi lain seperti dalam

senyawa peroksida akan mempunyai bilangan oksidasi -1.

Contohnya:

Senyawa Bilangan Oksidasi Atom O


Hidrogen peroksida, H2O -1
Barium peroksida, BaO2 -1

Atom oksigen (O) yang bereaksi dengan atom fluorin (F) akan

memiliki bilangan oksidasi positif (+1) disebabkan

keelektronegatifan atom O (3,5) < keelektronegatifan atom F (4)

Senyawa Bilangan Oksidasi Atom O


Flourin oksida, F2O +2

Dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

1. Biloks atom dalam unsur = nol

2. Biloks atom H dalam senyawa = +1

3. Biloks atom O dalam senyawa = -2

4. Biloks atom logam dalam senyawa selalu positif


5. Jumlah biloks atom-atom dalam senyawa = nol

6. Jumlah biloks atom-atom dalam ion = muatan ion

7. Jika 2 atom berikatan. Boloks negatif selalu dimiliki atom yang

keelektronegatifan lebih besar

Kecuali

Dalam F2O, biloks O = +2

Dalam peroksida (misalnya H2O2, BaO2, biloks O = -1

Dalam hidrida logam (misalnya NaH, CaH2, FeH3), biloks H = -1

Contoh soal

Tentukan bilangan oksidasi unsur yang digaris-bawahi dalam

senyawa berikut:

1. NiO2

2. MnO4-

3. H2CO3

4. S2O32-

Jawab

1. Biloks Ni dimisalkan = x

x + 2(-2) = 0
x = +4

2. Biloks Mn dimisalkan = x

x + 4(-2) = -1

x = +7

3. Biloks C dimisalkan = x

2(+1) + x + 3(-2) = 0

2+x-6=0

x = +4

4. Biloks S dimisalkan = x

2x + 3(-2) = -2

2x = +4

x = +2

3) Bilangan Oksidasi dan Reaksi Reaksi Redoks

Reaksi oksidasi adalah reaksi dimana terjadi peningkatan bilangan

oksidasi. Sebaliknya, reaksi reduksi adalah reaksi dimana terjadi

penurunan bilangan oksidasi. Sebagai contoh, lihat persamaan

setengah oksidasi dan setengah reduksi berikut ini:

Persamaan setengah reaksi oksidasi:

Cu(s) Cu2+(aq) + 2e-

0 +2

2Cl-(aq) Cl2(g) + 2e-


-1 0

2SO42-(aq) S2O72-(aq) + 2e-

+6 +7

Persamaan setengah reaksi reduksi:

Al3+(aq) + 3e- Al(s)

+3 0

O2(g) +4e- 2O2-(aq)

0 -2

Contoh Soal

Tentukan apakah unsur yang digaris bawahi pada persamaan reaksi

berikut mengalami reaksi oksidasi atau reaksi reduksi. Berikan

nama senyawa sebagai reduktor dan nama senyawa sebagai

oksidator

Jawab

Cr2O72-(aq)+ 8H+(aq) + 3NO2-(aq) +3H2O(l) 2Cr3+(aq)+ 3NO3-

+6 +3 +3 +5

(aq) + 7H2O(l)
Reduksi adalah atom Cr dan oksidasi adalah atom N

Reduktor adalah NO2- dan oksidator adalah Cr2O72-17

f) Hasil belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting berubahnya tingka

laku. Seperti yang dikemukakan oleh sudjana (2009) bahwa hasil

belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagian

besar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif,

efektif, dan psikomotorik.18

Hasil belajar juga merupakan bagian yang terpisahkan dari

adanya interaksi, proses, dan evaluasi belajar. Interaksi antara siswa

dan guru untuk melakukan proses pembelajaran dan evaluasi belajar

agar hasilnya memuaskan. Hasil belajar siswa tidaklah semuanya

sama, ada siswa yang mendapat hasil memuaskan dan ada pula yang

hasilnya tidak memuaskan. Ini tidak terlepas dari cara, metode, dan

model pembelajaran yang digunakan seorang guru untuk memaparkan

pelajaran yang diberikan. Cara, metode dan model pembelajaran dibuat

semenarik mungkin agar siswa tertarik dengan pelajaran yang

diberikan.19

17
J.M.C. Johari dan Rachmawati, Kimia SMA dan MA untuk kelas X, (Jakarta: Erlangga,
2006), hlm. 255.
18
Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm.3
19
Edy Syaputra, Snowbal Throwing Tingkatkan Minat dan Hasil Belajar, (Sukabumi: Haura
Publishing, 2020), hlm. 24-25
Menurut Slameto (2010:54-71) dalam Nur Azmi Bekti Riyani

(2013) faktor-faktor digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor

intern dan faktor ekstern.

1) Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar yakni: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan

faktor kelelahan.

2) Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar

dikelompokan menjadi tiga faktor, yakni: faktor keluarga, faktor

sekolah, dan faktor masyarakat

Adapun menurut Inayah, (2008:183) peningkatan hasil belajar

merupakan perubahan yang lebih baik dari kemampuan awal

sebelumnya mengalami aktivitas belajar menuju kemampuan akhir

setelah mengalami aktivitas belajar yang merupakan hasil belajar.

Menurut Anni, 2007:47) proses belajar didalam kelas berlangsung

dalam proses komunikasi yang berisi pesan-pesan yang tidak hanya

berupa pengetahuan saja, tetapi juga dengan kata fakta, konsep,

keterampilan dan prinsip yang digunakan dalam kerhidupan sehari-

hari.20

g) Penelitian Sebelumya

20
Nur Azmi Bekti Riyani, “studi komparasi hasil belajar kompetensi dasar jurnal umum
menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) dan stad (student team
achievement division) pada siswa kelas x smk n 1 brebes, (Skripsi, FE UNNES, Semarang, 2013), hlm.
11-13.
Hans Fithria Fajrin (2016) pernah melakukan penelitian yang

berjudul “Studi Komparasi Model Pembelajaran Student Teams

Achievement Division (STAD) dengan Teams Games Tournament

(TGT) Ditinjau Dari Kemampuan Analisis Terhadap Prestasi Belajar

Siswa (Pokok Bahasan Sistem Periodik Unsur Kelas X Semester

Gasal SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Pelajaran 2015/2016)” Hasil

dari penelitian Hans Fithria Fajrin adalah:

1) Terdapat perbedaan prestasi belajar aspek pengetahuan

siswa pada penerapan model pembelajaran STAD dan TGT

pada pokok bahasan sistem periodik unsur, akan tetapi tidak

terdapat perbedaan prestasi belajar aspek sikap dan

keterampilan siswa.

2) Terdapat perbedaan kemampuan analisis terhadap prestasi

belajar aspek pengetahuan siswa, di mana siswa dengan

kemampuan analisis tinggi memiliki prestasi lebih baik

daripada siswa dengan kemampuan analisis rendah, dilihat dari

rataan prestasi siswa dengan kemampuan analisis tinggi

dan rendah berturut-turut adalah 2,86 dan 2,57, akan tetapi

tidak terdapat perbedaan kemampuan analisis terhadap

prestasi belajar aspek sikap dan keterampilan siswa.

3) Tidak terdapat interaksi antara penerapan model

pembelajaran STAD dan TGT dengan kemampuan analisis


terhadap prestasi belajar aspek pengetahuan, sikap dan

keterampilan siswa pada pokok bahasan sistem periodik

unsur.21 Persamaan pada penelitian ini adalah keduanya

meneliti tentang studi komparasi model pembelaaran STAD

dengan model pembelajaran TGT dan meneliti tentang prestasi

belajar. Perbedaannya terletak pada materi yang diteliti. Pada

penelitian Hans Fithria Fajrin meneliti tentang materi system

periodic unsur sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang

materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

Penelitian Selanjutnya Nurzella Dwi Indaryanti (2014) penah

melakukan penelitian yang berjudul “Studi Komparasi Metode

Pembelajaran TGT Dan STAD Terhadap Prestasi Belajar Pada Materi

Larutan Elektrolit Dan Non-Elektrolit Ditinjau Dari Sikap Ilmiah

Siswa Kelas X Di SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/

2014”. Hasil dari penelitian dari Nurzella Dwi Indaryanti adalah:

1) Prestasi belajar aspek kognitif siswa pada metode pembelajaran

TGT lebih baik dari pada mengunakan metode pembelajaran

STAD, hal ini ditunjukkan dari rerata masing–masing 80,62

21
Hans Fithria Fajrin, “Studi Komparasi Model Pembelajaran Student Teams Achievement
Division(STAD) Dengan Teams Games Tournament(TGT) Ditinjau Dari Kemampuan Analisis
Terhadap Prestasi Belajar Siswa (Pokok Bahasan Sistem Periodik Unsur Kelas X Semester Gasal Sma
Negeri 1 Muntilan Tahun Pelajaran 2015/2016)”, jurnal pendidkan kmia (JPK), Vol.5, Nomor 2,
Tahun 2016.
dan 78,03. Sedangkan pada aspek afektif tidak ada perbedaan

terhadap prestasi belajar siswa.

2) Tidak terdapat perbedaan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar

kognitif sedangkan pada aspek afektif ada perbedaan hal ini

ditunjukkan rerata masing-masing 92,77 dan 85,147,(3) tidak

terdapat interaksi antara metode pembelajaran TGT dan STAD

dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif dan

afektif siswa dengan ditunjukkan nilai masing-masing uji anava

Fhitung < Ftabel yaitu 0,9768< 4,00 dan Fhitung< Ftabel yaitu

0,0814< 4,00.22

Persamaan pada penelitian ini adalah keduanya menggunakan

studi komparasi STAD dan TGT. Perbedaannya terletak pada hasil

yang dilihat, pada penelitian Nurzella Dwi Indaryanti hasil yang dilihat

adalah sikap ilmiah sedangkan pada peneliti hasil yang dilihat adalah

kemampuan analisis.

2. Kerangka Berpikir

Salah satu metode mengajar yang sampai sekarang digunakan

disekolah-sekolah adalah metode ceramah yang memungkinkan siswa

cenderung pasif dalam proses belajar mengajar karena guru lebih banyak

medominasi. Siswa masih takut mengeluarkan pendapat atau bertanya


22
Nurzella Dwi Indaryanti “Studi Komparasi Metode Pembelajaran TGT Dan STAD
Terhadap Prestasi Belajar Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Non-Elektrolit Ditinjau Dari Sikap
Ilmiah Siswa Kelas X Di Sma Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/ 2014)”, jurnal pendidkan
kmia (JPK), Vol.3, Nomor 4, Tahun 2014.
apabila mendapat kesulitan dalam kelas, walaupun guru telah memberikan

kepada siswa untuk bertanya. Sehingga siswa terkesan pasif karena siswa

merasa pelajaran kimia sangat membosankan dan sulit dimengerti,

sehingga siswa menjadi tidak fokus dan bermain pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Salah satu alternatif model pembelajaran yang

akan coba diterapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

dengan melihat permasalahan yang ditemukan adalah dengan

menggunakan perbandingan model pembelajaran Student Teams

AchievemenT Division (STAD) dan Team Games Tournament (TGT).

STAD secara umum mempunyai manfaat besar bagi peningkatan

kualitas pembelajaran, dan dapat mengembangkan pembelajaran yang

dapat meningkatkan kualitas prestasi pelajar, meningkatkan kecakapan

individu, meningkatkan kecakapan kelompok, meningkatkan komitmen,

menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya, tidak bersifat

kompetitif dan tidak memiliki rasa dendam.

TGT menggunakan game akademik dimana para siswa berlomba

sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja

akademik sebelumnya setara seperti mereka. Model TGT adalah salah

satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan yang

didalamnya terdapat permainan, kompetisi, serta penguatan. TGT dapat

digunakan dengan tujuan yang dirumuskan dengan kurang tajam dengan

menggunakan penilaian yang bersifat terbuka misalnya esai.


Tindakan tersebut dapat diketahui hasilnya dengan memberikan tes

instrumen berupa soal tes tertulis berupa soal esay yang dapat mengukur

sejauh mana pemahaman konsep siswa setelah belajar menggunakan model

pembelajaran STAD dan TGT.

Oleh karena itu, dengan melakukan perbandingan model pembelaran

STAD dan TGT diharapkan dapat mendapatkan hasil belajar yang berbeda.

3. Hipotesis Penelitian

Bentuk-bentuk hipotesis dalam penelitian sangat terkait dengan

rumusan masalah penelitian. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

masalah.23

Ha : Adanya perbedaan penggunaan model pembelajaran STAD

dengan TGT pada materi Reaksi Redoks dan Bilangan Oksidasi terhadap

hasil belajar siswa kelas X di SMAN 7 Mataram.

Ho : Tidak adanya perbedaan penggunaan model pembelajaran

STAD dan TGT pada materi Reaksi Redoks dan Bilangan Oksidasi

terhadap hasil belajar siswa kelas X di SMAN 7 Mataram.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, R&D (Bandung: Penerbit Alfabeta,
2016), hlm. 116
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian eksperimen dimana penelitian eksperimen merupakan satu-

satunya metode penelitian yang benar-benar dapat menguji hipotesis

mengenai hubungan sebab akibat24. Sedangkan pendekatan yang digunakan

pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana data

kuantitatif disebut juga dengan data keras diperoleh melalui riset yang

menggunakan pendekatan kuantitatif. Bentuk data keras adalah bilangan

atau angka-angka, baik diperoleh dari jumlah suatu penggabungan ataupun

pengukuran25.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Dalam penelitian kuantitatif, populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulannya.26 Adapun populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh peserta didik kelas X IPA SMA Negeri 7 Mataram.

b. Sampel

Sampel adalah sekelompok anggota yang menjadi bagian

populasi sehingga memiliki karakteristik populasi. Sampel dalam

24
Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h. 14
25
Mohammad Ali, Muhammad Asrori, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2014), h. 290
26
Prof. Dr. Sugyiono, Metode Penelitian dan Pengembangan Reseach and Developant,
(Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 135
penelitian ini ditentukan dengan teknik Nonprobability sampling yaitu

sampling purposive. Sampling purposive adalah penentuan sampel

dengan perhubungan tertentu.27 Teknik ini memungkinkan pegambilan

sampel dengan memberi peluang yang sama bagi setiap unsur

(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sehingga

sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 siswa kelas X

IPA1 dan 30 siswa kelas X IPA2 SMAN 7 Mataram.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakasanakan pada penelitian ini yaitu pada

semester genap tahun pelajaran 2022/2023

b. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMA Negeri 7 Mataram.

4. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel terikat, dan

variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahan atas timbulnya variabel terikat.

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Adapun variabel dalam penelitian ini

adalah:

27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D (Bandung:
penerbit Alfabeta, 2016). Hlm. 116
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model Student

Teams Achievement Division (STAD) dan Team Games Tournament

(TGT)

b. Variabel terikat dalam penelitian adalah hasil belajar siswa.

5. Desain Penelitian.

Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan

data dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta

serasi dengan tujuan penelitian itu.28

Subjek penelitian ini terdiri dari dua sampel yaitu kelas eksperimen

I dan kelas eksperiment II. Pada kedua kelas tersebut akan diberikan materi

yang sama yaitu tentang “Redoks dan Bilangan Oksidasi”. Untuk kelas

eksperimen I model pembelajaran yang digunakan adalah model Student

Teams Achievement Division (STAD) sedangkan pada kelas eksperimen II

model pembelajaran yang digunakan adalah model Team Games

Tournament (TGT) dan pada akhir pertemuan akan diberikan posttest

untuk kedua kelas. Desain penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2. Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Posttest


Kelas STAD X T
Kelas TGT Y T

Keterangan :
28
Prof. Dr. S. Nasution, M, A., Metode Research (penelitian ilmiah), (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2014), hlm. 23.
X = Pembelajaran dengan model STAD

Y = Pembelajara n dengan model TGT

T = Tes

6. Instrumen Alat dan Bahan Penelitian

Istrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga mudah diolah.29 Bentuk instrumen hasil belajar yang digunakan

adalah soal tes tertulis yang merupakan soal esay yang dapat mengukur

sejauh mana pemahaman konsep siswa dilihat dari hasil belajar kognitif

siswa setelah belajar menggunakan model pembelajaran STAD dan model

pembelajaran TGT. Tes dilaksaksanakan untuk mengetahui hasil belajar

siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II yang diajarkan

dengan menggunakan model STAD dan TGT.

7. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian

Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah berupa test dan dokumentasi.

a. Tes

29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian edisi revisi V (Jakarta: Rineka cipta, 1997), hlm.
136.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegasi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.30 Tes

dalam penelitian ini adalah menggunakan tes tertulis berupa esay yang

diberikan kepada siswa kelas X IPA1 dan IPA 2 di SMAN 7 Mataram.

Tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kelas

eksperimen I yang menggunakan model pembelajaran STAD dan

kelas eksperimen II yang menggunakan model pembelajaran TGT.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, notulen rapat, lengger, agenda

dan sebagainya.31 Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data

hasil belajar ulangan siswa kelas X IPA 1 dan X IPA 2 di SMAN 7

Mataram.

8. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan

dokumentasi dengan memasukkan data-data tersebut dalam bentuk kategori

sehingga lebih mudah untuk dipahami. 32 Analisis data dilakukan agar

30
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian edisi revisi v (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
hlm.127

31
Ibid. hlm. 129
32
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, hlm. 334
kesimpulan yang ditarik dalam penelitian ini tidak menyimpang dari yang

diharapkan. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan statistik parametris, dimana peneliti ingin membuktikan

perbandingan hasil belajar siswa antara menggunakan model Student

Teams Achievement Division (STAD) dan model Team Games Tournament

(TGT). Dalam penelitian ini menggunakan Rumus:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data-data yang

digunakan terdistribusi normal. Untuk menguji normalitas

dilakukan dengan rumus chi kuadrat yaitu:

2 ( Oi−Ei )2
x =∑
Ei

Dimana:

x2 = harga Chi Kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian normal bila χ2hitung lebih kecil dari χ2tabel dimana

χ2tabel diperoleh dari daftar χ2 dengan dk = (k-1) pada taraf

signifikasi α = 0,05

2) Uji homogenitas

Pengujian ini dilakukan karena peneliti akan menggeneralisasikan

hasil penelitian terhadap populasi penelitian. Dalam artian bahwa


apabila data yang diperoleh homogen maka kelompok-kelompok

sampel berasal dari populasi yang sama. Pengujian homogenitas

ini, terlebih dahulu dilakukan dengan uji F dengan rumus sebagai

berikut:

varians terbesar
F=
varians terkecil

Dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan pembilang

nk – 1 serta derajat kebebasan penyebut nk – 1, maka jika

diperoleh Fhitung < Ftabel berarti varians kedua kelompok

homogen.

3) Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui dugaan

sementara yang dirumuskan dalam hipotesis penelitian dengan

menggunakan uji dua pihak

H0 : µ1 = µ2 lawan H1 : µ1 ≠ µ2

Keterangan

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kimia

antara kelompok yang menggunakan model pembelajaran

STAD (Student Teams Achievement Division) dengan model

TGT (Team Games Tournament) pada materi “Konfigurasi

Elektron dan Diagram Orbital” siswa kelas X di SMAN 7

Mataram.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kimia antara

kelompok yang menggunakan model pembelajaran STAD

(Student Teams Achievement Division) dengan model TGT

(Team Games Tournament) pada materi “Konfigurasi

Elektron dan Diagram Orbital” siswa kelas X di SMAN 7

Mataram.

µ1 : rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan STAD

(Student Teams Achievement Division)

µ2 : rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model TGT

(Team Games Tournament)

Kriteria data diperoleh dari n1 = n2 dengan varian homogen

maka untuk pengujian hipotesis digunakan uji t sebagai berikut:

x 1−x 2
t=


2 2
S1 S2
+
n1 n2

Keterangan :

x 1 :Rata – rata skor kelas eksperimen 1

x 2 :Rata – rata skor kelas eksperimen 2


2
S1: Varians sampel kelas ekperimen 1

2
S2: Varians sampel kelas eksperimen 2

n1 : Jumlah anggota sampel kelas eksperimen 1

n2 : Jumlah anggota sampel kelas eksperimen 2


Hipotesis penelitian akan di uji dengan kriteria pengujian

adalah :

1) Jika t hitung >t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti

terdapat perbedaan signifikansi terhadap hasil belajar siswa

melalui pembelajaran kooperatif model pembelajaran tipe

STAD (Stuent Teams Achievement Division) dengan model

pembelajaran TGT (Team Games Tournament) pada materi

“Konfigurasi Elektron dan Diagram Orbital” siswa kelas X

di SMAN 7 Mataram.

2) Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak,

berarti tidak terdapat perbedaan signifikansi terhadap hasil

belajar siswa malaui pembelajaran kooperatif STAD

(Student Teams Achievement Division) dengan model

pembelajaran TGT (Team Games Tournament) pada pada

materi “Konfigurasi Elektron dan Diagram Orbital” siswa

kelas X di SMAN 7 Mataram.

Selanjutnya untuk kategori hasil belajar siswa

digunakan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh

Depdikbud, sebagai berikut: 33

Tabel Kategori Hasil Belajar

33
Pusat kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan: Kegiatan Belajar Mengajar yang
Efektif (Jakart: Depdiknas, 2006).
No Nilai Kategori
1 0 – 20 Sangat rendah
2 21 – 40 Rendah
3 41 – 60 Sedang
4 61 – 80 Tinggi
5 81 – 100 Sangat tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Adina Wahyu Widyasari, “Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Team Games Tournament (TGT) dan Sudent Team Achievement
Division (STAD) terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Siswa SMP
Negeri 2 Lendah tahun ajaran 2011/2012. Skripsi, FST UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2012.

Edy Syaputra, Snowbal Throwing Tingkatkan Minat dan Hasil Belajar, Sukabumi:
Haura Publishing, 2020.

Gusniar, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achiement


Division (STAD) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran IPS Kelas IV SDN No. 2 Ogoams II”, Jurnal Kreatif
TadulakoOnline, Vol. 2, Nomor 1, 2013, hlm. 203

Hanan Sundari, “Model-Model Pembelajaran dan Pemefolehan Bahasa


Kedua/Asing”. Pujangga. Vol. 1, Nomor 2, Desember 2015. hlm. 108.

Handayani, Buku Model Pembelajaran Speaking Tipe STAD yang Interakstif Fun
Game Berbasis Karakter, Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019.
Hans Fithria Fajrin, “Studi Komparasi Model Pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) dengan Teams Games Tournament
(TGT) Ditinjau dari Kemampuan Analisis Terhadap Prestasi Belajar
Siswa (Pokok Bahasan Sistem Periodik Unsur Kelas X Semester
Gasal SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Pelajaran 2015/2016)”, jurnal
pendidkan kmia (JPK), Vol.5, Nomor 2, Tahun 2016.

Johari dan Rachmawati, Kimia SMA dan MA untuk kelas X, Jakarta: Erlangga, 2006.

Keenan, kimia untuk universitas jilid 1, Jakarta: Erlangga, 1984

Masyahuri dan Zainudin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif.


Bandung: Refika Aditama, 2008.

Moch. Agus Krisno Budiyanto, Sintaks 45 Metode pembelajaran Dalam Student


Centered Learning (SCL), Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2016.

Moh Nazril, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005.

Mohammad Ali, Muhammad Asrori, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan


(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 290

Nasution, Metode Research (penelitian ilmiah), Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.

Nur Azmi Bekti Riyani, “Studi Komparasi Hasil Belajar Kompetensi Dasar Jurnal
Umum Menggunakan Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah
(Problem Solving) dan STAD (Student Team Achievement Division)
pada Siswa Kelas X SMK N 1 Brebes. Skripsi, FE UNNES,
Semarang, 2013.

Nurina Tulus Setiawan, “Studi Komparasi Tipe STAD dan TGT Pada Materi Koloid
Ditinjau dari Kemampuan Memori Siswa Kelas XI SMA Negeri 2
Karanganyar Tahun 2011/2012”,

Nurkhozin dan Sri Mulyanti, Sip Kimia, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2017
Nurun Nafiah, “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Keterampilan Belajar Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa”.
Pendidikan Vokasi. Vol. 4, Nomor 1, Februari 2014. hlm. 127.

Nurzella Dwi Indaryanti “Studi Komparasi Metode Pembelajaran TGT dan STAD
Terhadap Prestasi Belajar Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-
Elektrolit Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa Kelas X di SMA Negeri 7
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/ 2014)”, jurnal pendidkan kmia
(JPK), Vol.3, Nomor 4, Tahun 2014.

Pusat kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan: Kegiatan Belajar Mengajar


yang Efektif, Jakarta: Depdiknas, 2006

Ralph H. Petrucci, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat, jilid
ketiga, Jakarta: Erlangga, 1992.

Ratna Tri Widyawati, “Studi Komparasi Model Pembelajaran Teams Games


Tournament (TGT) Dan Student Team Achievement Divisions
(STAD) Terhadap Prestasi Belajar Pada Materi Pokok Termokimia
Ditnjau dari Motivasi Belajar Kiimia Siswa Kelas XI SMA
Muhamadiah Karanganyar”. Pendidikan kima (JPK). Vol. 5, Nomor 4,
2016. hlm. 62.
Sobry sutikino, Belajar dan Pembelajaran, Lombok: Holistica, 2013.

Suci Handayani, Buku Model Pembelajaran Speaking Tipe STAD yang Interakstif
Fun Game Berbasis Karakter, Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
2019.

Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.

Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


2009.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Bandung:


Penerbit Alfabeta, 2016.

Sugyiono, Metode Penelitian dan Pengembangan Reseach and Developant,


Bandung: Alfabeta, 2015.

Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian edisi revisi V, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Susanna, “Penerapan Team Games Tournament (TGT) Melalui Media Kartu Domino
Pada Materi Minyak Bumi Siswa Kelas XI MAN 4 Aceh Besar”,
Lantanida Journal, Vol. 5, Nomor 2, 2017, hlm. 97

Yunin Nurun Nafiah, “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk


Meningkatkan Keterampilan Belajar Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar
Siswa”, Pendidikan Vokasi, Vol. 4, Nomor 1, Februari 2014.

Anda mungkin juga menyukai