Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

BERBANTUAN MEDIA KARTU TERHADAP HASIL


BELAJAR KIMIA MATERI REAKSI REDUKSI
OKSIDASI PADA SISWA KELAS X MIPA
SMAN 7 MATARAM

PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Lina Nur Afifah
NIM E1M015043

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Melakukan Penelitian Program


Sarjana (S1) Pendidikan Kimia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019/2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

ditingkat SMA. Selama ini pelajaran kimia sering dipandang sebagai mata

pelajaran yang abstrak dan melibatkan rumus serta perhitungan matematis yang

rumit. Selain itu kimia merupakan ilmu yang tidak dapat dikuasai hanya dengan

membaca dan mendengarkan teorinya saja akan tetapi memerlukan sikap ilmiah

(Purnawati, dkk. 2014).

Berdasarkan hasil observasi di SMAN 7 Mataram, proses pembelajaran

kimia masih berpusat pada guru dan model pembelajaran yang digunakan hanya

model konvensional dengan metode ceramah dan diskusi biasa. Hal ini

mengakibatkan keaktifan dan motivasi siswa kurang. Sekolah tersebut telah

menerapkan Kurikulum 2013, namun penerapannya belum maksimal. Adapum

cara mengajar guru tersebut membuat siswa menjadi bosan sehingga siswa

menjadi tidak mengerti dan mengantuk saat pembelajaran berlangsung. Ismawati

dkk (2012)menyatakan bahwa model konvensional merupakan suatu model yang

mengandalkan datangnya informasi dari sumber informasi (informan) yang

tentunya sumber informasi yang dimaksud adalah guru. Hal tersebut lah membuat

siswa menjadi kurang termotivasi dalam belajar kimia disekolah sehingga hasil

belajar yang dihasilkan menjadi kurang dari rata-rataKriteria Ketuntasan

Minimal(KKM) yang telah ditentukan yakni 75. Pada proses pembelajaran, siswa

2
tidak terlibat langsung melainkan hanya mendengarkan dan melihat guru yang

berada didepan sedang menjelaskan materi kimia dengan metode ceramah. Oleh

sebab itu, diperlukan suatu model dan strategi pembelajaran yang efektif untuk

menyampaikan materi sekaligus mengembangkan pengetahuan siswa mengenai

penerapan materi dalam kehidupan.

Salah satu yang bisa dilakukan oleh guru dalam meningkatkan minat siswa

dalam belajar kimia adalah menggunakan media permainan yang menyenangkan

serta menerapkan model pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan materi

pelajaran yang sedang dipelajari sehingga siswa termotivasi untuk lebih aktif

melibatkan diri dalam proses pembelajaran dan diharapkan daya serap

siswaterhadap konsep-konsep yang sedang disajikan oleh guru akan meningkat

(Purnawati, dkk. 2014). Untuk menumbuhkan ketertarikan dan keaktifan siswa

dalam pembelajaran kimia, penulis mencoba menggunakan model pembelajaran

kooperatif TGT(Teams Games Tournaments) berbantuan media kartu. Slavin

(2008) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan

pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa dari berbagai latar belakang

serta melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur

permainan dan penguatan. TGT menambah dimensi kegembiraan yang diperoleh

dari penggunaan permainan. Teman dalam satu tim akan saling membantu dalam

mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan

menjelaskan masalah-masalah satu sama lain dan memastikan masing-masing

individu telah bertanggung jawab akan tugasnya.

3
Salah satu media pembelajaran yang sering digunakan adalah media kartu

yang dapat dimodifikasi sedemikian rupa agar sesuai dengan kebutuhan dan dapat

menarik minat siswa.Dalam media pembelajaran, kartu disini bukanlah suatu kartu

yang sering digunakan oleh orang berjudi, melainkan suatu media untuk

pembelajaran dengan cara permainan kartu.Maka kartu yang dimaksudkan disini

adalah kartu indeks, siswa diajak mencocokkan kartu pertanyaan dengan kartu

jawabannya.. Pencocokan kartu ini merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk

meninjau ulang materi pelajaran dengan demikian dapat menimbulkan motivasi

dan minat siswa untuk belajar. Kartu sebagai media pembelajaran dengan unsur

permainan dapat memberikan rangsangan pada siswa untuk terlibat aktif dalam

kegiatan proses pembelajaran. Media kartu juga membantu guru dalam proses

belajar mengajar sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa

(Fathonah dkk, 2013).

Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) yang telah dilakukan dan dapat dijadikan kajian dalam

penelitian ini yaitu penelitian dari Putri, dkk (2016). Hasil penelitian yang

diperoleh menunjukkan bahwa persentase prestasi belajar aspek kognitif siswa

meningkat dari 60,53% menjadi 81,58%. Model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament (TGT) berpengaruh positif secara signifikan terhadap

aktivitas dan prestasi belajar siswa.

Penelitian mengenai penggunaan media kartu yang telah dilakukan dan dapat

dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu penelitian dari Marwah, dkk (2014).

Hasil penelitiannya adalah ada pengaruh yang signifikan dalam menggunakan

4
media kartu struktur atom dan sistem periodik terhadap hasil belajar siswa kelas

XI IPA SMA Negeri 6 Palu dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran

langsung. Dengan nilai thitung> ttabel adalah 5,37 > 1,67 dengan taraf kepercayaan

0,05 dan derajat kebebasan = 60.

Materi yang akan digunakan oleh peneliti yaitu materi reaksi reduksi

oksidasi. Mempelajari materi reaksi reduksi oksidasi membutuhkan konsentrasi

yang tinggi dari siswa, karena dalam materi ini, siswa akan diajarkan tentang

bagaimana suatu perkembangan konsep reaksi reduksi oksidasi, konsep bilangan

oksidasi dan reaksi reduksi oksidasi, dan tata nama IUPAC .

Berdasarkan uraian diatas perlu diadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Media Kartu terhadap Hasil

Belajar Kimia Materi Reaksi Reduksi Oksidasi pada Siswa Kelas X MIPA SMAN

7 Mataram”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media kartu

memberikan pengaruh yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional

terhadap hasil belajar kimia materi reaksi reduksi oksidasi pada siswa kelas X

MIPA SMAN 7 Mataram?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh yang lebih baik dari pembelajaran kooperatif

5
tipe TGT berbantuan media kartu terhadap hasil belajar kimia materi reaksi

reduksi oksidasi pada siswa kelas X MIPA SMAN 7 Mataram.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Adanya pengaruh dalam penelitian ini dilihat dengan cara membandingkan

hasil belajar kimiakelaseksperimen yang menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipeTGT berbantuan media kartudengankelas kontrol yang

menerapkan model pembelajaranlangsung.

1.4.2 Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kimia

siswa dalam ranah kognitif yang diukur dengan pretest dan posttest pada

materi reaksi reduksi oksidasi.

1.4.3 Materi yang diajukan pada penelitian ini adalah reaksi reduksi oksidasi.

Materi reaksi reduksi oksidasi yang diajarkan pada penelitian ini meliputi.

perkembangan konsep reduksi oksidasi, konsep bilangan oksidasi dan

reaksi reduksi oksidasi, dan tata nama IUPAC .

1.4.4 Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XMIPA SMAN 7 Mataram

Semester Genap Tahun pelajaran 2019/2020.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:

1.5.1 Bagi siswa

Pembelajaran kooperatif TGT berbantuan media kartu ini diharapkan

mampu menumbuhkan minat belajar kimia siswa supaya lebih aktif dalam

6
pembelajaran, merangsang siswa untuk lebih memahami konsep-konsep reaksi

reduksi oksidasi, dan meningkatkan hasil belajar.

1.5.2 Bagi Guru

Guru dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

berbantuan media kartu sebagai solusi alternatif dalam upaya meningkatkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran kimia khususnya pada materi reaksi reduksi

oksidasi.

1.5.3 Bagi Peneliti

Peneliti dapat memberikan pengalaman langsung sebagai calon

pendidik/guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Selain itu, peneliti dapat mengembangkan kreatifitas peneliti sebagai seorang

calon pendidik/guru yang nantinya berinteraksi dengan berbagai macam masalah

pendidikan.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi teori


Teori-teori yang akan dideskripsikan pada bagian ini adalah teori tentang

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments), hasil

belajar, dan materi reaksi reduksi oksidasi.

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan

caraberkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep

danmenyelesaikan persoalan (Shoimin, 2014).Dalamkelompok kooperatif siswa

belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecilyangsaling membantu satu sama

lain.Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan

kemampuan yang heterogen. Maksud kemampuan heterogen adalahterdiri dari

campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal inibermanfaat untuk

melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan temanyang berbeda latar

belakangnya (Isjoni, 2009).

Pembelajarankooperatif bertujuan untuk mencapai hasil belajar,berupa

prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial.Setiap siswa mempunyai pengetahuan masing-masing yang

tidak dapatdisamakan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu,

pembelajarankooperatif ini menjadi salah satu pilihan tepat bagi seorang guru

untuk merangkumpengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh setiap siswa

sehingga pembelajarandapat berlangsung lebih aktif dan efektif (Suprijono, 2015).


8
2.1.2 Teams Games Tournaments (TGT)

Pembelajaran TGT merupakan pembelajaran dengan kerja kelompok.

Kelompok yang dimaksud di sini bukanlah semata-mata sekumpulan orang,

namun kelompok yang berinteraksi, memiliki tujuan, dan berstruktur. Model

pembelajaran TGT merupakan salah satu tipe model pembelajaran

kooperatif.Slavin, 2005 (dalam Safarina, 2018) mengemukakan TGT adalah model

pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen akademik dan

menggunakan kuis-kuis, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka

dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.

Dapat simpulkan model pembelajaran TGT adalah suatu model pembelajaran oleh

guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Setelah

itu siswa pindah ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan dan

menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan guru.

Sebagai ganti tes tertulis siswa akan bertemu di meja turnamen.

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

merupakan model pembelajaran dengan belajar tim yang menerapkan unsur

permainan turnamen untuk memperoleh poin bagi skor tim mereka. Berbeda

dengan kelompok kooperatif lainnya, pembagian tim dalam TGT berdasarkan

tingkat kemampuan siswa. Adapun karakteristik TGT, tahapan-tahapan TGT,

maupun kelebihan dan kelemahan TGT untuk melihat pembelajaran kooperatif

tipe TGT.

2.1.3 Karakteristik TGT


Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki karakteristik berikut

(Suyanti, 2010)
9
2.1.3.1 Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

Siswa ditempatkan dalam kelopok-kelompok belajar yang beranggotakan

5-6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang

berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat

memotivasi siswa untuk saling membantu antar-siswa yang berkemampuan lebih

dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal

ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar

secara kooperatif sangat menyenangkan.

2.1.3.2 Turnamen pertandingan

Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari

kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan

dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5-6 orang peserta, dan

diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam

setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali

dengan memberitahukan aturan permainan.

2.1.3.3 Penghargaan kelompok

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah

menghitung rata-rata skor kelompok, dengan cara menjumlahkan skor yang

diperoleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota

kelompok.

2.1.4 Tahapan-tahapanTGT

Menurut slavin, pembelajaran kooperatif model TGT terdiri dari 4 tahapan

(Fathurrohman, 2016), yaitu:

10
2.1.4.1 Tahap penyajian kelas (class presentation)

Bahan ajar dalam TGT mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas.

Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu

ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru. Namun, presentasi dapat meliputi

presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini siswa

bekerja lebih dahulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-

konsep atas upaya mereka sendiri.

2.1.4.2 Belajar dalam kelompok (teams)

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan

5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras

yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat

memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih

dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran.

2.1.4.3 Turnamen pertandingan (games tournament)

Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota

kelompok telah menguasai materi. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan

kelompok. Dalam permainan ini, setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari

kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan

dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5-6 orang pesrta dan

diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama.

11
2.1.4.4 Penghargaan kelompok (teams recognition)

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah

menghitung rata-rata skor kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-

rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut.

2.1.5 Kelebihan dan kelemahan TGT


Model pembelajaran kooperatif TGT, mempunyai kelebihan dan

kekurangan.(Sudjana, 2002)

2.1.5.1. Kelebihan Metode TGT:

a. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas.

b. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.

c. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.

d. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.

e. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.

f. Motivasi belajar lebih tinggi.

g. Hasil belajar lebih baik.

h. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

2.1.5.2. Kelemahan TGT:


a. Bagi Guru

Sulitnya pengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari

segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak

sebagai pemegang kendali, teliti dalam menentukan pembagian kelompok,

dan waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga

melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru

mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

12
b. Bagi siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit

memberikan penjelasan kepada siswa yang lainnya. Untuk mengatasi

kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang

mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan

pengetahuannya kepada siswa yang lain.

2.1.6 Media Kartu

Kartu sebagai media pembelajaran dengan unsur permainan dapat

memberikan rangsangan pada siswa untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan

proses pembelajaran. Media kartu juga dapat membantu guru dalam proses belajar

mengajar sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Media

kartu yang dimaksudkan disini adalah kartu indeks, siswa diajak mencocokan

kartu pertanyaan dengan kartu jawabannya. Pencocokan kartu indeks ini

merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi pelajaran

dengan demikian dapat menimbulkan motivasi dan minat siswa untuk belajar

(Fathonah, dkk, 2013). Kelebihan dari media kartu antara lain:

1. Memudahkan siswa untuk memahami konsep

2. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar karena disajikan dengan

permainan

3. Memberikan warna dan cara yang menarik untuk belajar

4. Dapat memberikan ide-ide dan metode yang baru dalam menguasai konsep,

5. Dapat menumbuhkan minat untuk belajar

13
2.1.7 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu

pembelajaran dengan materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data

kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian yang bertujuan

untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian

kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru yang berkaitan dengan

pengambilan keputusan dan pencapaian kompetensi dasar setelah mengikuti

pembelajaran.

Hasil belajar merupakan akibat yang dapat terjadi dan dapat dijadikan

sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode dibawah kondisi

yang berbeda (Rusmono,2012). Menurut Sudjana, 2008 (dalam Safarina, 2018)

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Menurut Mulyasa (2004) hasil belajar yaitu

suatu kemampuan melakukan tugas-tugas standar performansi tertentu yang

dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar mengajar, dimana hasilnya

dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat

kemampuan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar

yang diperoleh siswa biasanya dinyatakan dalam angka-angka. Hasil belajar ini

diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar.

Menurut Sudjana (2009), ranahkognitif, afektif, dan psikomotorik

merupakan klasifikasi dari hasil belajar. Adapun aspek-aspek yang terdapat dalam

ketiga ranah hasil belajar sebagai berikut:

14
a. Ranah Kognitif, adalah hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,

yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat

aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah Afektif, adalah sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,

jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah Psikomotorik, adalah hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks,

keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau

ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif

interpretatif.

2.1.8 Materi Reaksi Reduksi oksidasi

Reaksi oksidasi merupakan reaksi pengikatan oksigen/pelepasan

elektron/kenaikan biloks oleh suatu zat. Sedangkan reaksi reduksi merupakan reaksi

pelepasan oksigen/pengikatan elektron/penurunan biloks oleh suatu zat. Berikut

kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, dan tujuan

pembelajarannya.

2.1.8.1 Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi dasar yang diambil oleh penelitian ini adalah KD 3.9

Mengidentifikasi reaksi reduksi dan oksidasi menggunakan konsep bilangan

oksidasi unsur, dan tata nama senyawa menurut aturan IUPAC.

15
2.1.8.2 Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator pembelajaran untuk mata pelajaran kimia materi reaksi reduksi

oksidasi sebagai berikut:

a. Menjelaskan pengertian reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau dari pengikatan

dan pelepasan elektron.

b. Menjelaskan pengertian reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau dari pelepasan dan

pengikatan oksigen.

c. Menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam senyawa atau ion.

d. Menjelaskan pengertian reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau dari kenaikan dan

penurunan bilangan oksidasi.

e. Membedakan pengertian reaksi reduksi dan oksidasi berdasarkan penerimaan

dan pelepasan elektron, pengikatan dan pelepasan oksigen serta kenaikan dan

penurunan bilangan oksidasi.

f. Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi reduksi dan oksidasi.

g. Menjelaskan aturan tata nama senyawa anorganik sederhana menurut aturan

IUPAC.

h. Menjelaskan aturan tata nama senyawa organik sederhana menurut aturan

IUPAC.

i. Menentukan beberapa nama senyawa sesuai aturan IUPAC.

2.1.8.3 Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran untuk mata pelajaran kimia materi reaksi reduksi

oksidasi sebagai berikut

16
a. Melalui kegiatan pembelajaran siswa mampu menjelaskan pengertian reaksi

reduksi dan oksidasi berdasarkan peningkatan dan pelepasan elektron,

pengikatan dan pelepasan oksigen serta kenaikan dan penurunan bilangan

oksidasi.

b. Melalui kegiatan pembelajaran siswa mampu membedakan pengertian reaksi

reduksi dan oksidasi berdasarkan peningkatan dan pelepasan elektron,

pengikatan dan pelepasan oksigen.

c. Melalui kegiatan pembelajaran siswa mampu untuk menentukan bilangan

oksidasi atom unsur dalam senyawa atau ion

d. Melalui kegiatan pembelajaran siswa mampu untuk menjelaskan pengertian

reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau dari kenaikan dan penurunan bilangan

oksidasi.dan menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi reduksi dan

oksidasi.

e. Siswa mampu menjelaskan penerapan tata nama senyawa anorganik dan

organik sederhana menurut aturan IUPAC.

f. Siswa mampu menentukan nama beberapa senyawa sesuai aturan IUPAC.

2.1.9 Kerangka Berpikir

Model pembelajaran memegang peranan penting dalam proses pencapaian

hasil belajar dilihat dari dua kegiatan yaitu penyajian bahan dari pihak guru dan

kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu guru merupakan salah satu faktor yang

sangat penting dalam menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa yaitu

teknik guru dalam menyampaikan materi, strategi, model dan media yang

digunakan dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dianjurkan

17
dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournaments).

Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran

kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus

ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan dan reinforcement. Dengan pembelajaran yang

dipusatkan kepada pertanyaan-pertanyaan yang disajikan oleh guru, siswa dapat

menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan secara individu atau bekerja sama dengan

teman sekelompoknya serta dengan berbagai sumber dan terlibat aktif dalam

proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat melatih

siswa terlibat langsung dalam mengemukakan pendapat dan pembelajaran

bermakna bagi siswa.

Media pembelajaran juga penting untuk membantu proses pembelajaran

dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sehingga penelitian ini media

yang digunakan yaitu media kartu. Pada media kartu ini digunakan saat siswa

belajar berdiskusi, dimana siswa diajak untuk mencocokkan kartu pertanyaan

dengan kartu jawabannya. Selain membantu siswa dalam proses pembelajran

belajar, media kartu juga membantu guru dalam proses belajar mengajar sehingga

tercipta suasana yang menyenangkan bagi siswa. Selain itu materi yang akan

diajarkan oleh peneliti yaitu reaksi reduksi oksidasi. Dalam materi ini siswa agar

lebih konsentrasi dalam belajar tetapi tetap menyenangkan karena menggunakan

model pembelajaran TGT berbantuan media kartu.

18
Berdasarkan ulasan di atas diduga bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

TGT berbantuan media kartu ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam upaya

meningkatkan keaktifan siswa dan mengembangkan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah serta siswa dapat saling membantu menguasai materi reaksi

reduksi oksidasi dalam proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa

diharapkan dapat meningkat.

Fakta Permasalahan

Masih menerapakan model Siswa menganggap kimia itu sulit dan


pembelajaran langsung membosankan sehingga hasil belajar
rendah

Solusi

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games


Turnament (TGT) berbantuan media kartu

Meningkatkan keaktifan siswa dan mengembangkan


kemampuan siswa dalam memecahkan masalah serta
siswa dapat saling membantu menguasai materi reaksi
reduksi oksidasi

Berpengaruh lebih baik

Hasil belajar siswa meningkat

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Penelitian

19
2.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam

penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk

merumuskan hipotesis ini dengan jelas (Arikunto, 2010). Adapun hipotesis

penelitian ini adalah “Pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media kartu

memberikan pengaruh yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional

terhadap hasil belajar kimia materi reaksi reduksi oksidasi pada siswa kelas X

MIPA SMAN 7 Mataram”.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November 2019 - February 2020

dimulai dari persiapan sampai pelaksanaan penelitian di SMA Negeri 7 Mataram.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam peneletian ini yaitu eksperimen semu

(quasi experimental design) yang terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Desain penelitian ini mempunyai kelompok kontrol, namun tidak dapat berfungsi

sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2017).

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah postest only control design,

yaitu desain penelitian yang menggunakan tes akhir saja untuk memperoleh hasil

belajar dari dua kelompok atau lebih (Anggoro, 2006). Dalam penelitian ini

terdapat dua kelompok/kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data awal

yang diperoleh peneliti berupa hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia yang

diambil dari nilai raport pada saat siswa kelas X semester genap Tahun Pelajaran

2019/2020 di SMAN 7 Mataram. Perlakuan yang peneliti berikan dalam kelas

ekseperimen berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

21
Games Tournaments), sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model

konvensional.

Tabel 3.1.Rancangan Penelitian

Kelas Kondisi Perlakuan Kondisi Awal Kondisi Akhir

Model Pembelajaran Nilai ulangan


kooperatif tipe TGT semester ganjil
(Teams Games
Eksperimen Post test
Tournaments)
berbantuan media
kartu

Model pembelajaran Nilai ulangan


Kontrol konvensional melalui semester ganjil Post test
ceramah dan diskusi

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini berupa variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab, sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat (Sugiyono, 2018).

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas atau disebut dengan variabel independen merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017). Variabel bebas dalam penelitian ini

yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media kartu dan

pembelajaran konvensional.

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat atau yang disebut dengan variabel dependen merupakan

22
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2017). Varibel terikatnya adalah hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran kimia.

3.5 Populasi dan sampel

Populasi dan sampel mempunyai peranan penting dalam penelitian yaitu

sebagai sumber data. Berikut ini diuraikan mengenai populasi dan sampel yang

terlibat dalam penelitian ini.

3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIPA semester genap SMA Negeri 7

Mataram tahun ajaran 2019/2020.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan atau

data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah

himpunan bagian dari populasi (Anggoro. 2006). Sampel dalam penelitian ini

adalah siswa kelas X MIPA 3 dan X MIPA 5.

3.6 Teknik pengumpulan data

Tahapan-tahapan pengumpulan data pada penelitian ini meliputi tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi dengan deskripsi sebagai berikut:

3.6.1 Tahap persiapan

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan ini yaitu:

23
1. Melakukan observasi dan wawancara ke SMAN 7 Mataram untuk mengetahui

permasalahan pembelajaran yang ada di sekolah, khususnya pada mata

pelajaran kimia. Observasi dilakukan 2 kali yaitu observasi aktivitas guru dan

observasi aktivitas siswa.

2. Menyusun proposal penelitian.

3. Menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan yaitu berupa soal tes

hasil belajar (Lampiran 4) dan melakukan uji coba instrumen.

4. Memilih 2 kelas yang akan dijadikan sampel.

5. Menganalisis silabus (Lampiran 5) dan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) materi pokok reaksi reduksi oksidasi untuk kedua kelas.

RPP untuk kedua kelas berbeda karena model pembelajaran yang diterapkan

berbeda. RPP kelas eksperimen disusun berdasarkan langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan RPP kelas kontrol berdasarkan

langkah-langkah model pembelajaran konvensional (Lampiran 6-9).

3.6.2 Tahap pelaksanaan

Ada beberapa tahap pelaksanaan dalam penelitian ini diantaranya sebagai

berikut:

1. Melaksanakan pembelajaran kimia dengan menerapkan model pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol.

2. Melaksanakan pembelajaran kimia dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT berbantuan media kartu pada kelas eksperimen.

3. Melaksanakan posttest pada kedua kelas sesudah diberi perlakuan.

24
3.6.3 Tahap evaluasi

Pada tahap ini kelas eksperimen dan kelas kontrol dievaluasi dengan cara

memberikan soal posttest yang telah disusun peneliti. Tahap evaluasi ini

dilaksanakan ketika materi ajar kelas eksperimen dan kelas kontrol telah selesai

diberikan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa

memahami materi yang sudah diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran yang berbeda.

3.7 Instrumen penelitian


Instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

3.7.1 Observasi

Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu maupun proses

terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya

maupun dalam situasi buatan. Observasi dilakukan oleh 3 orang observer. Data

dari hasil observasi digunakan untuk memperoleh gambaran langsung tentang

aktivitas siswa pada proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi

dikelompokkan ke dalam kategori baik (B), cukup (C), dan kurang (K).

3.7.2 Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dalam penelitian ini berupa tes obyektif dalam bentuk

pilihan ganda. Tes obyektif adalah bentuk tes yang yang jawabannya sangat

tertutup (Nasution dan Suryanti, 2007). Tes hasil belajar siswa bertujuan untuk

mendapatkan hasil penerapan model pembelajaran yang digunakan dalam ranah

kognitif. Melalui hasil kognitif siswa dapat diketahui tingkat kemampuan berpikir

25
kritis. Pada penelitian ini dilakukan tes melalui instrumen yang sudah valid dan

reliabel dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar (kognitif) siswa sebagai alat

ukur untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa yang digunakan dalam uji

hipotesis.

3.7.3 Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar

Instrumen penelitian harus memenuhi syarat sebagai instrumen yang baik

sehingga sebelum instrumen penelitian digunakan harus diuji terlebih dahulu pada

kelas di luar kelas sampel yang masih merupakan bagian dari populasi. Pengujian

instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen

tersebut.

3.7.3.1 Pengujian Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen

tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2010). Pengujian

validitas instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi dan validitas butir

soal. Validitas isi dilakukan oleh guru mata pelajaran kimia dan dosen sebagai

validator. Hasil dari validitas isi mengacu kepada isi butir soal secara keseluruhan

yang terdapat dalam instrument.

a. Validitas empiris

Validitas tes adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek

penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2018).

Pengujian validitas tes dapat dilakukan menggunakan rumus uji korelasiproduct

moment.

26
Rumus korelasiproduct moment adalah:

N  XiYi  ( X )( Yi )
rxy
{N  Xi 2  ( Xi) 2 } {N  Yi 2  ( Yi ) 2 }

Keterangan
rxy = koefisien korelasi antara x dan y
N = jumlah siswa
X = skor tiap butir soal
ΣY = jumlah skor total
ΣX2= jumlah kuadrat skor tiap butir soal
ΣY2= jumlah kuadrat skor total (Sudijono, 2014).

Hasil perhitungan langsung dikonsultasikan dengan harga product moment

pada tabel dengan taraf kesalahan ditetapkan 5%. Ketentuannya bila rhitung< rtabel,

maka item soal tersebut dikatakan tidak diterima atau tidak valid. Tetapi

sebaliknya bila rhitung> rtabel maka item soal tersebut diterima atau valid. (Sugiyono,

2018).

b. Validitas Ahli

Validitas isi (content validity) adalah pengujian validitas dilakukan atas

isinya untuk memastikan apakah butir tes hasil belajar (THB) mengukur secara

tepat keadaan yang ingin diukur. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan

menggunakan satu dari tiga metode yaitu menelaah butir instrument, meminta

pertimbangan ahli, dan analisis kolerasi butir soal (Purwanto, 2014). Salah satu

statistik yang menunjukkan validitas ahli adalah Aiken’s V. Aiken telah

merumuskan Aiken’s V untuk menghitung content validity coefficient yang

didasarkan pada hasil penilaian seseorang (validator) terhadap suatu item dari segi

27
mana item tersebut mewakili aspek yang diukur. Penilaian dilakukan dengan cara

memberikan angka antara 1 (sangat tidak mewakili atau sangat tidak relevan)

sampai 4 (sangat mewakili atau sangat relevan). Statistik Aiken’s V dirumuskan

sebagai berikut:

V = ∑ s / [n(c-lo)]

Keterangan:
s = r – lo
n = jumlah validator
lo = angka penilaian validitas terendah
c = angka penilaian validitas tertinggi
r = angka yang diberikan oleh penilai

Kriteria validitas isi dapat dilihat pada tabel 3.4

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Aiken’s V

Harga V Keterangan

0,00 - 0,44 Kurang

0,45 - 0,71 Cukup

0,72 - 0,82 Baik

0,83 - 1,00 Sangat Baik

3.7.3.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen

Suatu data dinyatakan reliable apabila dua atau lebih penelitian dalam

objek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu

berbeda menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2018). Reliabilitas soal tes

dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus KR-20 yaitu dengan rumus:

𝑘 𝑆𝑡 2 − 𝛴𝑝𝑖𝑞𝑖
𝑟𝑖 = ( )( )
𝑘−1 𝑆𝑡 2

28
Dimana:
ri = reliabilitas tes secara keseluruhan
k = jumlah item dalam instrumen
st2 = varians total
pi = proporsi subyek yang menjawab item 1 (benar)
qi = proporsi subyek yang menjawab item 1-pi (salah)
(Sugiyono, 2017).
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan harga product moment pada

tabel dengan taraf signifikansi 5%. Jika rxy > rtabel maka item soal tersebut

dikatakan reliabel serta tingkat reliabilitas soal dikonsultasikan pada tabel 3.2.

Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas Soal

Harga r Keterangan

0,00-0,20 Sangat rendah


0,21-0,40 Rendah
0,41-0,60 Sedang
0,61-0,80 Tinggi
0,81-1,00 Sangat tinggi

(Wulansari. 2014:30).

3.8 Teknik Analisis Data


3.8.1 Teknik analisis data (Aktivitas Guru)

Data dari hasil format observasi keterlaksanaan model pembelajaran

(aktivitas guru) diolah secara kualitatif dengan memberikan skor satu jika

indikator pada fase pembelajaran muncul dan skor nol jika indikator tidak muncul.

Kemudian untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pada masing-masing

29
tahap model pembelajaran, data hasil observasi tersebut dikonsultasikan pada

tabel 3.3.

Tabel 3.4. Kategori Keterlaksanaan Model


No. % Kategori Keterlaksanaan Interpretasi
Model
1 0,0-24,9 Sangat Kurang
2 25,0-37,5 Kurang
3 37,6-62,5 Sedang
4 62,6-87,5 Baik
5 87,6-100 Sangat Baik
(Hasnawati, 2014).

3.8.2 Teknik Analisis Data Aktivitas Siswa

Hasil observasi aktivitas siswa yang telah diperoleh selanjutnya diolah

secara kualitatif menggunkan skala pengukuran jenis Ratting Scale dimana tiap

deskriptor diberikan nilai dengan interval 1 sampai 4 (Hasnawati, 2014). Dalam

pemberian skor mengacu pada kriteria sebagai berikut :

1. Skor 1 diberikan jika X  25%

2. Skor 2 diberikan jika 25% < X  50%

3. Skor 3 diberikan jika 50%< X  75%

4. Skor 4 diberikan jika X >75%

Dimana X = banyaknya siswa yang aktif melakukan kegiatan menurut

deskriptor. Interpretasi skor yang telah diperoleh dapat dilihat pada tabel 3.4

(Hasnawati. 2014)

Tabel 3.5. Tabel Pedoman kriteria aktivitas siswa


No. Interval Kriteria
1 3–4 Sangat aktif
2 2 - 2,99 Aktif
3 1 - 1,99 Cukup aktif
4 0 – 0,99 Kurang aktif

30
3.8.3 Uji Prasyarat (Pengujian Asumsi ) Data Hasil Belajar

Pengujian prasyarat merupakan sejumlah pengujian yang dilakukan

sebelum pengujian hipotesis, berupa uji normalitas data dan uji homogenitas data.

Hasil pengujian prasyarat akan menjadi dasar untuk memutuskan jenis statistik

yang akan digunakan pada pengujian hipotesis (Hasnawati, 2014).

3.8.3.1 Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data digunakan untuk menentukan teknik statistik

parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi atau jenis data yang akan

dianalisis. Statistik parametrik memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi

yang utama, jika data tersebut terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dapat

menggunakan statistika parametrik (Sugiyono, 2018). Pengujian normalitas data

dapat dilakukan menggunakan uji Chi kuadrad (x2) (Sugiyono, 2017).

Rumus Uji Chi Kuadrat (Sugiyono, 2017)

(fo−fh)2
𝑥 2 = ∑𝑘𝑖=1 fh

Dimana :
𝑥 2 = Chi Kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang diharapkan

Pengujian normalitas data dengan Chi kuadrad (X2) dilakukan dengan

cara membandingkan Nilai 𝑥 2 hitung dengan 𝑥 2 tabel .Bila harga 𝑥 2 hitung < 𝑥 2 tabel, maka

data dapat dikatakan berdistribusi normal dan sebaliknya apabila harga

𝑥2 hitung> 𝑥2 tabel, maka data dikatakan tidak berdistribusi normal. Dalam

31
perhitungan ditemukan nilai 𝑥 2 hitungdengan 𝑥 2 tabel dibandingkan dengan derajat

kebebasan (dk) dan taraf signifikan 5% (Sugiyono, 2017).

3.8.3.2 Uji Homogenitas Varians


Sebelum melakukan analisis data lebih lanjut, hal yang harus

diperhatikan adalah homogenitas data yang diperoleh. Untuk mengetahui

keseragaman dari kelompok (sampel) dengan varians (Sugiyono, 2017), maka

perlu dilakukan uji homogenitas varians dengan uji-F (Sugiyono, 2017).

Rumus uji F yaitu:

𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
Fmax= 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑐𝑖𝑙

Varians masing-masing kelas diperoleh dengan rumus

(Sugiyono, 2017):
2

  X  X 

S2 
n 1
Keterangan:
F = indeks homogenitas yang dicari
S2= varians sampel
X= nilai siswa
= rata-rata
n = jumlah sampel

Nilai Fhitung dengan Ftabel dibandingkan pada taraf signifikansi 5% dengan

kriteria pengujian, jika Fhitung < Ftabel, maka data dikatakan homogen, dan

sebaliknya apabila harga Fhitung > Ftabel, maka data dikatakan tidak homogen

(Sugiyono, 2017).

32
3.8.3.3 Uji data awal
Data awal diambil dari data nilai ulangan semester ganjil 2019/2020.

Pengujian menggunakan uji-t dua pihak dilakukan untuk menguji ada tidaknya

perbedaan yang signifikan data awal kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Selanjutnya nilai t hitung dikonfirmasikan dengan nilai t tabel pada uji dua pihak

dengan derajat kebebasan (dk) = n - 1 dan taraf signifikansi 5%. Apabila nilai

thitung> ttabel maka terdapat perbedaan yang signifikan data awal antara kedua

kelas, sebaliknya thitung< ttabel maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

3.8.3.4 Uji data akhir


Pengujian menggunakan uji data akhir dilakukan untuk menguji

hipotesis yaitu untuk melihat apakah hasil belajar kimia siswa yang diajar

menggunakan model kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments)

berbantuan media kartu lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan

model konvensional. Teknik pengujian yang dilakukan sama dengan teknik

pengujian dua pihak, tetapi nilai t yang dihasilkan dikonfirmasikan dengan nilai

ttabel pada uji satu pihak dan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = n -

1. Apabila thitung> ttabel maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima

yang berarti bahwa hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan

media kartu memberikan pengaruh yang lebih baik daripada pembelajaran

konvensional terhadap hasil belajar kimia materi reaksi reduksi oksidasi pada

siswa kelas X MIPA SMAN 7 Mataram. Sebaliknya bila thitung< ttabel maka dapat

disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa hasil belajar

pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media kartu tidak memberikan

pengaruh yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional terhadap hasil

33
belajar kimia materi reaksi reduksi oksidasi pada siswa kelas X MIPA SMAN 7

Mataram

Terdapat dua alternatif rumus uji-t yang dapat digunakan dalam menguji

hipotesis baik itu uji hipotesis dua pihak maupun uji hipotesis satu pihak kanan

yaitu Separated Varians dan Polled Varians (Sugiyono, 2017).

Rumus Separated Varians:

X1  X 2
t
 S1 2 S 2 2 
 
 n  n 
 1 2 

Rumus Polled Varians:

X1  X 2
t
n1 1S1 2  n2 1S 2 2 1 1
  
n1  n2  2  n1 n2 

Keterangan:
X1 = rata-rata sampel 1
X2 = rata-rata sampel 2
S12 = varians sampel 1
S22 = varians sampel 2
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2

Pemilihan rumus uji-t yang akan digunakan didasarkan pada pedoman

sebagai berikut:

1. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen maka dapat

digunakan rumus Separated Varians atau Polled Varians. Untuk melihat harga

ttabel digunakan dk = n1+n2-2.

34
2. Bila n1 ≠ n2 dan varians homogen maka dapat digunakan rumus Polled

Varians. Untuk melihat harga ttabel digunakan dk = n1+n2-2.

3. Bila n1 = n2 dan varians tidak homogen maka dapat digunakan rumus

Separated Varians atau Polled Varians dengan dk = n1-1 atau dk = n2-1.

4. Bila n1≠ n2 dan varians tidak homogen, maka digunakan rumus Separated

Varians, harga t sebagai pengganti ttabel dihitung dari selisih harga ttabel dengan

dk (n1-1) dan dk (n2-1) dibagi dua dan ditambahkan dengan harga t yang kecil.

Selanjutnya nilai thitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan nilai ttabel pada

taraf signifikan 5%.

35
DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Toha Mohammad. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas


Terbuka (UT).
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Destya, A. 2012. Pembelajaran kimia dengan metode TGT menggunakan media


animasi dan kartu ditinjau dari kemampuan memori dan gaya belajar
siswa.Jurnal inkuiri. Vol 1 No 3 ; 177 182.

Fathonah R, Sugiharto, dan Suryadi B. U. 2013. Studi Komparasi Penggunaan


Media Teka-Teki Silang (TTS) dengan Kartu pada Pembelajaran Kimia
Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap
Prestasi Belajar Siswa pada Materi Zat Adiktif dan Psikotropika Kelas
VIII SMP N 2 Ngadirojo Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.Jurnal
Pendidikan Kimia.Vol 2 No 3 Universitas sebelas maret.

Fathurrohman, Mohammad. 2016. Model-Model Pembelajaran Inovatif.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hasnawati. 2014. Komparasi Hasil Belajar Kimia Antara Siswa yang Diajar
Menggunakan Model Pembelajaran Quantum dengan Siswa yang Diajar
Menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual Materi Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Gunung Sari.
Mataram: Pendidika Kimia Universitas Mataram.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning(EfektifitasPembelajaranKelompok). Bandung:
ALFABETA.

Ismawati, R., Saptoroni., dan Wijayati, Nanik. 2012. Pengaruh Model


Pembelajaran Inkuiri Berstrategi REACT Terhadap Hasil Belajar Kimia
Siswa SMA Kelas XI. Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Negeri Semarang.6(2): 947-953.

Mariyaningsih, N., Dan Mistina Hidayati. Buku Kelas Biasa : Teori Dan Praktik
Berbagai Model Dan Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi
Pembelajaran Dikelas-Kelas Inspiratif. Surakarta : CV Kekata Group.

Marwah, Sri Mulyani S, dan I Made Tangkas. 2014.Pengaruh Penggunaan Media


Kartu Struktur Atom Dan Sistem Periodik Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas XI SMA Negeri 6 Palu.Jurnal Akademika Kimia. Vol 3 no 1: 36-
41.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung : remaja rosda karya.

36
Nasution, Noehi, dan Suryanti, Adi. 2007. Evaluasi Pengajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.

Nirwana, Hafshoh D. 2015. Penerapan Praktikum Berbasis Masalah Pada Materi


Larutan Penyangga Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains
Siswa SMA. Skripsi. Universitas negeri semarang.

Nugroho A, Catur S, Irwan N. 2007. Kimia Seandainya Kehidupan Tanpa Kimia


Untuk MA/SMA Kelas X. Jakarta: Binapura aksara.
Purba, M. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Purnawati H, Ashadi, Dan Endang. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe TGT Dengan Media Kartu Dan Ular Tangga Ditinjau
Dari Kemampuan Analisis Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa pada
Materi Pokok Reaksi Redoks Kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah
1 Karang Anyar Tahun Pelajaran 2013/2014.Jurnal Pendidikan Kimia.
Vol 3 No 4.
Purwanto. 2014. Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Purwanto. 2011. Statistika untuk Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putri, Ayu Aryanti. 2015. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Team
Games Tournament TGT untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi
Belajar Siswa pada Materi Hidrokarbon Kelas X SMAN
Gondangrejo”.Jurnal Pendidikan Kimia. Vol 5. No 4 : 69-74.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu


Perlu: untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Cet 2. Bogor : ghalia
indonesia.
Shoimin, A. 2014. 68 Model PembelajaranInovatifdalamKurikulum 2013.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.Bandung : Nusa


Media.
Sudarmo, Unggul. 2013. Kimia untuk SMA/MA. Jakarta: Erlangga
Sudjana, N. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. 2014. Satistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


Sugiyono. 2017. StatistikaUntukPenelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif, R & D). Bandung: Alfabeta.
37
Suprijono, A. 2015. Cooperative Learning TeoridanAplikasiPaikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Susilowati, E. 2015. Kimia untuk kelas X SMA dan MA. Solo : PT tiga serangkai
Pustaka mandiri.

Suyanti, R. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia Cet 1. Yogyakarta. Jakarta.


Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi
Pustaka Raya.

38

Anda mungkin juga menyukai