PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Lina Nur Afifah
NIM E1M015043
1
BAB I
PENDAHULUAN
ditingkat SMA. Selama ini pelajaran kimia sering dipandang sebagai mata
pelajaran yang abstrak dan melibatkan rumus serta perhitungan matematis yang
rumit. Selain itu kimia merupakan ilmu yang tidak dapat dikuasai hanya dengan
membaca dan mendengarkan teorinya saja akan tetapi memerlukan sikap ilmiah
kimia masih berpusat pada guru dan model pembelajaran yang digunakan hanya
model konvensional dengan metode ceramah dan diskusi biasa. Hal ini
cara mengajar guru tersebut membuat siswa menjadi bosan sehingga siswa
tentunya sumber informasi yang dimaksud adalah guru. Hal tersebut lah membuat
siswa menjadi kurang termotivasi dalam belajar kimia disekolah sehingga hasil
Minimal(KKM) yang telah ditentukan yakni 75. Pada proses pembelajaran, siswa
2
tidak terlibat langsung melainkan hanya mendengarkan dan melihat guru yang
berada didepan sedang menjelaskan materi kimia dengan metode ceramah. Oleh
sebab itu, diperlukan suatu model dan strategi pembelajaran yang efektif untuk
Salah satu yang bisa dilakukan oleh guru dalam meningkatkan minat siswa
serta menerapkan model pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan materi
pelajaran yang sedang dipelajari sehingga siswa termotivasi untuk lebih aktif
pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa dari berbagai latar belakang
serta melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
dari penggunaan permainan. Teman dalam satu tim akan saling membantu dalam
3
Salah satu media pembelajaran yang sering digunakan adalah media kartu
yang dapat dimodifikasi sedemikian rupa agar sesuai dengan kebutuhan dan dapat
menarik minat siswa.Dalam media pembelajaran, kartu disini bukanlah suatu kartu
yang sering digunakan oleh orang berjudi, melainkan suatu media untuk
adalah kartu indeks, siswa diajak mencocokkan kartu pertanyaan dengan kartu
jawabannya.. Pencocokan kartu ini merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk
dan minat siswa untuk belajar. Kartu sebagai media pembelajaran dengan unsur
permainan dapat memberikan rangsangan pada siswa untuk terlibat aktif dalam
kegiatan proses pembelajaran. Media kartu juga membantu guru dalam proses
belajar mengajar sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa
Tournament (TGT) yang telah dilakukan dan dapat dijadikan kajian dalam
penelitian ini yaitu penelitian dari Putri, dkk (2016). Hasil penelitian yang
Penelitian mengenai penggunaan media kartu yang telah dilakukan dan dapat
dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu penelitian dari Marwah, dkk (2014).
4
media kartu struktur atom dan sistem periodik terhadap hasil belajar siswa kelas
langsung. Dengan nilai thitung> ttabel adalah 5,37 > 1,67 dengan taraf kepercayaan
Materi yang akan digunakan oleh peneliti yaitu materi reaksi reduksi
yang tinggi dari siswa, karena dalam materi ini, siswa akan diajarkan tentang
Belajar Kimia Materi Reaksi Reduksi Oksidasi pada Siswa Kelas X MIPA SMAN
7 Mataram”.
ini adalah “Apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media kartu
terhadap hasil belajar kimia materi reaksi reduksi oksidasi pada siswa kelas X
mengetahui ada tidaknya pengaruh yang lebih baik dari pembelajaran kooperatif
5
tipe TGT berbantuan media kartu terhadap hasil belajar kimia materi reaksi
Batasan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Adanya pengaruh dalam penelitian ini dilihat dengan cara membandingkan
1.4.2 Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kimia
siswa dalam ranah kognitif yang diukur dengan pretest dan posttest pada
1.4.3 Materi yang diajukan pada penelitian ini adalah reaksi reduksi oksidasi.
Materi reaksi reduksi oksidasi yang diajarkan pada penelitian ini meliputi.
1.4.4 Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XMIPA SMAN 7 Mataram
mampu menumbuhkan minat belajar kimia siswa supaya lebih aktif dalam
6
pembelajaran, merangsang siswa untuk lebih memahami konsep-konsep reaksi
keaktifan siswa dalam pembelajaran kimia khususnya pada materi reaksi reduksi
oksidasi.
pendidikan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lain.Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan
campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal inibermanfaat untuk
melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan temanyang berbeda latar
tidak dapatdisamakan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu,
pembelajarankooperatif ini menjadi salah satu pilihan tepat bagi seorang guru
menggunakan kuis-kuis, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka
dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.
Dapat simpulkan model pembelajaran TGT adalah suatu model pembelajaran oleh
guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Setelah
permainan turnamen untuk memperoleh poin bagi skor tim mereka. Berbeda
tipe TGT.
(Suyanti, 2010)
9
2.1.3.1 Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
5-6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang
dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal
ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5-6 orang peserta, dan
diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam
setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali
kelompok.
2.1.4 Tahapan-tahapanTGT
10
2.1.4.1 Tahap penyajian kelas (class presentation)
presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini siswa
5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras
memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih
Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota
kelompok. Dalam permainan ini, setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5-6 orang pesrta dan
diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama.
11
2.1.4.4 Penghargaan kelompok (teams recognition)
kekurangan.(Sudjana, 2002)
segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak
dan waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga
melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru
12
b. Bagi siswa
kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang
memberikan rangsangan pada siswa untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan
proses pembelajaran. Media kartu juga dapat membantu guru dalam proses belajar
mengajar sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Media
kartu yang dimaksudkan disini adalah kartu indeks, siswa diajak mencocokan
merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi pelajaran
dengan demikian dapat menimbulkan motivasi dan minat siswa untuk belajar
permainan
4. Dapat memberikan ide-ide dan metode yang baru dalam menguasai konsep,
13
2.1.7 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu
pembelajaran dengan materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data
kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian yang bertujuan
untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian
kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru yang berkaitan dengan
pembelajaran.
Hasil belajar merupakan akibat yang dapat terjadi dan dapat dijadikan
sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode dibawah kondisi
kemampuan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar
yang diperoleh siswa biasanya dinyatakan dalam angka-angka. Hasil belajar ini
merupakan klasifikasi dari hasil belajar. Adapun aspek-aspek yang terdapat dalam
14
a. Ranah Kognitif, adalah hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat
b. Ranah Afektif, adalah sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
interpretatif.
elektron/kenaikan biloks oleh suatu zat. Sedangkan reaksi reduksi merupakan reaksi
pembelajarannya.
15
2.1.8.2 Indikator Pencapaian Kompetensi
b. Menjelaskan pengertian reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau dari pelepasan dan
pengikatan oksigen.
d. Menjelaskan pengertian reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau dari kenaikan dan
dan pelepasan elektron, pengikatan dan pelepasan oksigen serta kenaikan dan
IUPAC.
IUPAC.
16
a. Melalui kegiatan pembelajaran siswa mampu menjelaskan pengertian reaksi
oksidasi.
reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau dari kenaikan dan penurunan bilangan
oksidasi.
hasil belajar dilihat dari dua kegiatan yaitu penyajian bahan dari pihak guru dan
kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu guru merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa yaitu
teknik guru dalam menyampaikan materi, strategi, model dan media yang
17
dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournaments).
Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus
ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
teman sekelompoknya serta dengan berbagai sumber dan terlibat aktif dalam
dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sehingga penelitian ini media
yang digunakan yaitu media kartu. Pada media kartu ini digunakan saat siswa
belajar, media kartu juga membantu guru dalam proses belajar mengajar sehingga
tercipta suasana yang menyenangkan bagi siswa. Selain itu materi yang akan
diajarkan oleh peneliti yaitu reaksi reduksi oksidasi. Dalam materi ini siswa agar
18
Berdasarkan ulasan di atas diduga bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
TGT berbantuan media kartu ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam upaya
memecahkan masalah serta siswa dapat saling membantu menguasai materi reaksi
reduksi oksidasi dalam proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa
Fakta Permasalahan
Solusi
19
2.2 Hipotesis
penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk
penelitian ini adalah “Pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media kartu
terhadap hasil belajar kimia materi reaksi reduksi oksidasi pada siswa kelas X
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam peneletian ini yaitu eksperimen semu
(quasi experimental design) yang terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Desain penelitian ini mempunyai kelompok kontrol, namun tidak dapat berfungsi
yaitu desain penelitian yang menggunakan tes akhir saja untuk memperoleh hasil
belajar dari dua kelompok atau lebih (Anggoro, 2006). Dalam penelitian ini
terdapat dua kelompok/kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data awal
yang diperoleh peneliti berupa hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia yang
diambil dari nilai raport pada saat siswa kelas X semester genap Tahun Pelajaran
21
Games Tournaments), sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model
konvensional.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini berupa variabel bebas dan
variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017). Variabel bebas dalam penelitian ini
yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media kartu dan
pembelajaran konvensional.
22
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2017). Varibel terikatnya adalah hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran kimia.
sebagai sumber data. Berikut ini diuraikan mengenai populasi dan sampel yang
3.5.1 Populasi
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIPA semester genap SMA Negeri 7
3.5.2 Sampel
data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah
himpunan bagian dari populasi (Anggoro. 2006). Sampel dalam penelitian ini
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi dengan deskripsi sebagai berikut:
23
1. Melakukan observasi dan wawancara ke SMAN 7 Mataram untuk mengetahui
pelajaran kimia. Observasi dilakukan 2 kali yaitu observasi aktivitas guru dan
3. Menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan yaitu berupa soal tes
Pembelajaran (RPP) materi pokok reaksi reduksi oksidasi untuk kedua kelas.
RPP untuk kedua kelas berbeda karena model pembelajaran yang diterapkan
berikut:
24
3.6.3 Tahap evaluasi
Pada tahap ini kelas eksperimen dan kelas kontrol dievaluasi dengan cara
memberikan soal posttest yang telah disusun peneliti. Tahap evaluasi ini
dilaksanakan ketika materi ajar kelas eksperimen dan kelas kontrol telah selesai
3.7.1 Observasi
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan. Observasi dilakukan oleh 3 orang observer. Data
dikelompokkan ke dalam kategori baik (B), cukup (C), dan kurang (K).
Tes hasil belajar dalam penelitian ini berupa tes obyektif dalam bentuk
pilihan ganda. Tes obyektif adalah bentuk tes yang yang jawabannya sangat
tertutup (Nasution dan Suryanti, 2007). Tes hasil belajar siswa bertujuan untuk
kognitif. Melalui hasil kognitif siswa dapat diketahui tingkat kemampuan berpikir
25
kritis. Pada penelitian ini dilakukan tes melalui instrumen yang sudah valid dan
reliabel dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar (kognitif) siswa sebagai alat
ukur untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa yang digunakan dalam uji
hipotesis.
sehingga sebelum instrumen penelitian digunakan harus diuji terlebih dahulu pada
kelas di luar kelas sampel yang masih merupakan bagian dari populasi. Pengujian
tersebut.
tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2010). Pengujian
validitas instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi dan validitas butir
soal. Validitas isi dilakukan oleh guru mata pelajaran kimia dan dosen sebagai
validator. Hasil dari validitas isi mengacu kepada isi butir soal secara keseluruhan
a. Validitas empiris
Validitas tes adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2018).
moment.
26
Rumus korelasiproduct moment adalah:
N XiYi ( X )( Yi )
rxy
{N Xi 2 ( Xi) 2 } {N Yi 2 ( Yi ) 2 }
Keterangan
rxy = koefisien korelasi antara x dan y
N = jumlah siswa
X = skor tiap butir soal
ΣY = jumlah skor total
ΣX2= jumlah kuadrat skor tiap butir soal
ΣY2= jumlah kuadrat skor total (Sudijono, 2014).
pada tabel dengan taraf kesalahan ditetapkan 5%. Ketentuannya bila rhitung< rtabel,
maka item soal tersebut dikatakan tidak diterima atau tidak valid. Tetapi
sebaliknya bila rhitung> rtabel maka item soal tersebut diterima atau valid. (Sugiyono,
2018).
b. Validitas Ahli
isinya untuk memastikan apakah butir tes hasil belajar (THB) mengukur secara
tepat keadaan yang ingin diukur. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
menggunakan satu dari tiga metode yaitu menelaah butir instrument, meminta
pertimbangan ahli, dan analisis kolerasi butir soal (Purwanto, 2014). Salah satu
didasarkan pada hasil penilaian seseorang (validator) terhadap suatu item dari segi
27
mana item tersebut mewakili aspek yang diukur. Penilaian dilakukan dengan cara
memberikan angka antara 1 (sangat tidak mewakili atau sangat tidak relevan)
sebagai berikut:
V = ∑ s / [n(c-lo)]
Keterangan:
s = r – lo
n = jumlah validator
lo = angka penilaian validitas terendah
c = angka penilaian validitas tertinggi
r = angka yang diberikan oleh penilai
Harga V Keterangan
Suatu data dinyatakan reliable apabila dua atau lebih penelitian dalam
objek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu
berbeda menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2018). Reliabilitas soal tes
dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus KR-20 yaitu dengan rumus:
𝑘 𝑆𝑡 2 − 𝛴𝑝𝑖𝑞𝑖
𝑟𝑖 = ( )( )
𝑘−1 𝑆𝑡 2
28
Dimana:
ri = reliabilitas tes secara keseluruhan
k = jumlah item dalam instrumen
st2 = varians total
pi = proporsi subyek yang menjawab item 1 (benar)
qi = proporsi subyek yang menjawab item 1-pi (salah)
(Sugiyono, 2017).
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan harga product moment pada
tabel dengan taraf signifikansi 5%. Jika rxy > rtabel maka item soal tersebut
dikatakan reliabel serta tingkat reliabilitas soal dikonsultasikan pada tabel 3.2.
Harga r Keterangan
(Wulansari. 2014:30).
(aktivitas guru) diolah secara kualitatif dengan memberikan skor satu jika
indikator pada fase pembelajaran muncul dan skor nol jika indikator tidak muncul.
29
tahap model pembelajaran, data hasil observasi tersebut dikonsultasikan pada
tabel 3.3.
secara kualitatif menggunkan skala pengukuran jenis Ratting Scale dimana tiap
deskriptor. Interpretasi skor yang telah diperoleh dapat dilihat pada tabel 3.4
(Hasnawati. 2014)
30
3.8.3 Uji Prasyarat (Pengujian Asumsi ) Data Hasil Belajar
sebelum pengujian hipotesis, berupa uji normalitas data dan uji homogenitas data.
Hasil pengujian prasyarat akan menjadi dasar untuk memutuskan jenis statistik
parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi atau jenis data yang akan
yang utama, jika data tersebut terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dapat
(fo−fh)2
𝑥 2 = ∑𝑘𝑖=1 fh
Dimana :
𝑥 2 = Chi Kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang diharapkan
cara membandingkan Nilai 𝑥 2 hitung dengan 𝑥 2 tabel .Bila harga 𝑥 2 hitung < 𝑥 2 tabel, maka
31
perhitungan ditemukan nilai 𝑥 2 hitungdengan 𝑥 2 tabel dibandingkan dengan derajat
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
Fmax= 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑐𝑖𝑙
(Sugiyono, 2017):
2
X X
S2
n 1
Keterangan:
F = indeks homogenitas yang dicari
S2= varians sampel
X= nilai siswa
= rata-rata
n = jumlah sampel
kriteria pengujian, jika Fhitung < Ftabel, maka data dikatakan homogen, dan
sebaliknya apabila harga Fhitung > Ftabel, maka data dikatakan tidak homogen
(Sugiyono, 2017).
32
3.8.3.3 Uji data awal
Data awal diambil dari data nilai ulangan semester ganjil 2019/2020.
Pengujian menggunakan uji-t dua pihak dilakukan untuk menguji ada tidaknya
perbedaan yang signifikan data awal kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Selanjutnya nilai t hitung dikonfirmasikan dengan nilai t tabel pada uji dua pihak
dengan derajat kebebasan (dk) = n - 1 dan taraf signifikansi 5%. Apabila nilai
thitung> ttabel maka terdapat perbedaan yang signifikan data awal antara kedua
kelas, sebaliknya thitung< ttabel maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
hipotesis yaitu untuk melihat apakah hasil belajar kimia siswa yang diajar
berbantuan media kartu lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan
pengujian dua pihak, tetapi nilai t yang dihasilkan dikonfirmasikan dengan nilai
ttabel pada uji satu pihak dan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = n -
1. Apabila thitung> ttabel maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima
yang berarti bahwa hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan
konvensional terhadap hasil belajar kimia materi reaksi reduksi oksidasi pada
siswa kelas X MIPA SMAN 7 Mataram. Sebaliknya bila thitung< ttabel maka dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa hasil belajar
33
belajar kimia materi reaksi reduksi oksidasi pada siswa kelas X MIPA SMAN 7
Mataram
Terdapat dua alternatif rumus uji-t yang dapat digunakan dalam menguji
hipotesis baik itu uji hipotesis dua pihak maupun uji hipotesis satu pihak kanan
X1 X 2
t
S1 2 S 2 2
n n
1 2
X1 X 2
t
n1 1S1 2 n2 1S 2 2 1 1
n1 n2 2 n1 n2
Keterangan:
X1 = rata-rata sampel 1
X2 = rata-rata sampel 2
S12 = varians sampel 1
S22 = varians sampel 2
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
sebagai berikut:
digunakan rumus Separated Varians atau Polled Varians. Untuk melihat harga
34
2. Bila n1 ≠ n2 dan varians homogen maka dapat digunakan rumus Polled
4. Bila n1≠ n2 dan varians tidak homogen, maka digunakan rumus Separated
Varians, harga t sebagai pengganti ttabel dihitung dari selisih harga ttabel dengan
dk (n1-1) dan dk (n2-1) dibagi dua dan ditambahkan dengan harga t yang kecil.
Selanjutnya nilai thitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan nilai ttabel pada
35
DAFTAR PUSTAKA
Hasnawati. 2014. Komparasi Hasil Belajar Kimia Antara Siswa yang Diajar
Menggunakan Model Pembelajaran Quantum dengan Siswa yang Diajar
Menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual Materi Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Gunung Sari.
Mataram: Pendidika Kimia Universitas Mataram.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning(EfektifitasPembelajaranKelompok). Bandung:
ALFABETA.
Mariyaningsih, N., Dan Mistina Hidayati. Buku Kelas Biasa : Teori Dan Praktik
Berbagai Model Dan Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi
Pembelajaran Dikelas-Kelas Inspiratif. Surakarta : CV Kekata Group.
36
Nasution, Noehi, dan Suryanti, Adi. 2007. Evaluasi Pengajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Susilowati, E. 2015. Kimia untuk kelas X SMA dan MA. Solo : PT tiga serangkai
Pustaka mandiri.
38