Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK ANGKATAN 2015

1. ASMINI
2. DEA PAZIRA RAHAYU
3. HAYANI
4. LINA NUR AFIFAH
5. ZELISA NUDIA FITRI

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
PERCOBAAN
ANALISIS PARAMETER KUALITAS UDARA

A. Tujuan
1. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui beberapa parameter
pencemaran udara dan membandingkan parameter pencemaran udara pada lokasi yang
berbeda.

Hari, Tanggal Praktikum : Mei-Juni 2019


2. Tempat Praktikum : BTN Grand Muslim, terong tawah, Labuapi,
Lombok Barat dan lingkungan sekitar.

B. Landasan Teori
Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat pencemar ke udara
oleh aktivitas manusia atau alam yang menyebabkan berubahnya tatanan udara sehingga
kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu dan tidak dapat berfungsi lagi sesuai
peruntukannya (Kep.02/Men-KLH/1988). Keberadaan zat pencemar dalam udara dapat
membahayakan makhluk hidup termasuk manusia. Oleh karena itu, upaya pemantauan kualitas
udara terutama di lingkungan tempat tinggal sangat perlu dilakukan. Pemantauan kualitas
udara dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemantau kualitas udara atau dengan
melakukan biomonitoring terhadap keberadaan suatu bioindikator yang ada di lingkungan.
Bioindikator adalah organisme yang keberadaannya dapat digunakan untuk mendeteksi,
mengidentifikasi dan mengkualifikasikan pencemaran lingkungan (Conti dan Cecchetti 2000).
Bioindikator sangat berkaitan erat dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Respon
bioindikator terhadap keberadaan polutan seringkali lebih mencerminkan dampak
kumulatifnya terhadap fungsi dan keanekaragaman dari lingkungan sekitar dibandingkan alat
monitor (Jovan 2008). Lumut kerak atau lichen adalah salah satu organisme yang digunakan
sebagai bioindikator pencemaran udara. Hal ini disebabkan lichen sangat sensitif terhadap
pencemaran udara, memiliki sebaran geografis yang luas (kecuali di daerah perairan),
keberadaannya melimpah, sesil, perennial, memiliki bentuk morfologi yang relatif tetap dalam
jangka waktu yang lama dan tidak memiliki lapisan kutikula sehingga lichen dapat menyerap
gas dan partikel polutan secara langsung melalui permukaan talusnya. Penggunaan lichen
sebagai bioindikator dinilai lebih efisien dibandingkan menggunakan alat atau mesin indikator
ambien yang dalam pengoperasiannya memerlukan biaya yang besar dan penanganan khusus
(Loopi et.al 2002).
Struktur morfologi lichen yang tidak memiliki lapisan kutikula, stomata dan organ
absorptif, memaksa lichen untuk bertahan hidup di bawah cekaman polutan yang terdapat di
udara. Jenis lichen yang toleran dapat bertahan hidup di daerah dengan kondisi lingkungan
yang udaranya tercemar. Sementara itu, jenis lichen yang sensitif biasanya tidak dapat
ditemukan pada daerah dengan kualitas udara yang buruk. Perbedaan sensitifitas lichen
terhadap polusi udara berkaitan erat dengan kemampuannya mengakumulasi polutan (Conti
dan Ceccheti 2000). Sensitifitas lichen terhadap pencemaran udara dapat dilihat melalui
perubahan keanekaragamannya dan akumulasi polutan pada talusnya. Pemanfaatan lichen
sebagai bioindikator telah digunakan di berbagai kota di Indonesia seperti di Jakarta (Pratiwi
2006), Semarang (Jamhari 2009), Bandung (Taufikurahman et. al 2010) hingga di luar negeri
seperti di Thailand (Saipunkew et. al 2005) dan Jepang (Ohmura et. al 2009).
Tanaman lidah mertua ( Sansevieria sp. ) merupakan salah satu jenis tanaman hias yang
banyak digemari oleh masyarakat Gorontalo. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya rumah –
rumah, perkantoran, maupun tempat perbelanjaan yang menggunakan tanaman lidah mertua
untuk menghias lingkungan sekitar. Menurut Muhammadah, dkk ( 2011: 21-22 ) “Tanaman
lidah mertua mampu menyerap polutan dengan umur maksimal. Semakin bertambah umur
sampai batas tertentu, maka kerapatan semakin padat”. Semakin bertambah umur tanaman
maka tinggi dan lebar daun lidah mertua juga akan semakin bertambah sehingga semakin
banyak pula zat aktif pregnan glykosid yang terkandung didalamnya. Dengan begitu akan
semakin efektif daun tersebut dalam menyerap polutan dalam hal ini adalah logam timbal yang
ada diudara akibat asap kenderaan bermotor.

C. Alat dan Bahan

Bahan
a. Tanaman lidah mertua
b. Tissue
c. Kardus
d. Spidol
e. Lembar Observasi
f. Pohon yang memiliki lumut kerak
1. Alat
a. Penggaris
b. Kayu
c. Kamera smartphone

Cara Kerja
1. Uji Sansievera
a. 3 tanaman disiapkan terlebih dahulu.
b. 3 tanaman tersebut ditempatkan pada tiga lokasi yang berbeda yang telah
ditentukan sebelumnya.
c. Pengaruh dan perubahan yang terjadi pada tanaman diamati setiap hari.
d. Perubahan yang terjadi pada tanaman dianalisis untuk semua lokasi penanaman.
e. Hasil pengamatan dicatat pada lembar observasi.
2. Uji Lichens
1. Jenis-jenis pohon yang disekitar diamati.
2. Jenis-jenis pohon yang ditumbuhi lumut kerak diidentifikasi.
3. Diamater lumut kerak yang tumbuh disekitar lokasi pengamatan diukur
menggunakan penggaris dan diamati warna dari lumut kerak kemudian
dibandingkan.
4. Hasil pengamatan dicatat pada lembar kerja observasi.

Hasil Pengamatan
a. Uji Sansievera
Lokasi Keadaan awal Keadaan akhir Perubahan yang dialami
pengamatan
Lokasi I Segar dan masih Masih sama seperti -
hijau keadaan awal
Lokasi II Segar dan masih Agak layu dan Tanaman agak layu
hijau masih hijau
Lokasi III Segar dan masih Agak layu dan Tanaman agak layu
hijau masih hijau

Uji Lichens
Lokasi pengamatan Pohon ditumbuhin Lichens (Y/T)
Lokasi pngamatan I Y
II Y
III T
IV Y

KET :

Y = Ya T= Tidak

D. Pembahasan
Udara merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan, dengan demikian
kualitasnya harus dijaga. Udara yang kita hirup, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan
oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara gas yang sangat sedikit
tersebut diidentifikasi sebagai pencemar. Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara
disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor yang mengeluarkan zat-zat berbahaya seperti Pb
(timbal), NOx, HC, CO, SOx, dan Oksida fotokimia ( Trijayanti, 2010: 4 ).
Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat pencemar ke udara oleh
aktivitas manusia atau alam yang menyebabkan berubahnya tatanan udara sehingga kualitas
udara turun sampai ke tingkat tertentu dan tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Hasil eksplorasi lichen di tiga lokasi pengamatan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
tingkat toleransi lichen terhadap tingkat pencemaran udara. Hal ini ditandai dengan perbedaan
jenis dan jumlah lichen yang ditemui di masing-masing 4 lokasi pengamatan.
Lichen hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga diatas tanah. Lichen
biasanya dapat kita temukan pada lembaran daun, kulit kayu, tanah, batu – batuan, pada daerah
hujan tropik, pada daerah ekstrim, misalnya daerah kutup dan laut. Tumbuhan ini tergolong
dalam tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat
endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichen tidak
memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu
yang lama. Lichen yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari,
tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali (Muzayyinah, 2005).
Berdasarkan fungsinya lichen menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk
dapat beradaptasi pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol sinar
terik matahari, mengusir/menolak (repellen) herbivora, membunuh mikroba dan mengurangi
kompetisi dengan tumbuhan, dll. Diantaranya berbagai jenis pigmen dan antibiotik yang juga
membuat lichen ini sangat berguna bagi manusia pada masyarakat tradisional (Yurnaliza,
2002).
Pencemaran udara akibat pemakaian bahan bakar bertimbal (Pb) merupakan problem
lingkungan serius di kota-kota besar di Indonesia. Salah satu pendekatan untuk mereduksi
kandungan partikel timbal di udara adalah dengan fitoremediasi menggunakan tumbuhan.
Suatu tumbuhan dikatakan berpotensi sebagai agen bioremediasi jika mampu menyerap
pencemar tanpa mengalami kerusakan atau gangguan pertumbuhan. Salah satu jenis Tanaman
hias yang memiliki fungsi sebagai penyerap racun antara lain, lidah mertua. Lidah mertua
mampu menyerap logam berat seperti timbal yang paling berbahaya yang ada di udara.
Sansevieria mampu menyerap polutan berbahaya yang terdapat di udara sebab Sansevieria
mengandung bahan aktif pregnan glikosid yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi
asam organik, gula, dan asam amino, dengan demikian unsur polutan tersebut jadi tidak
berbahaya lagi bagi manusia. Sansievera memiliki banyak kelebihan antara lain sangat resisten
terhadap polutan dan mampu menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan
ruangan yang penuh asap rokok. Tanaman sansieveria banyak mengandung unsur karbon (C),
nitrogen (N), dan oksigen (O) dengan kandungan air sedikit. Banyaknya kandungan unsur C
dalam sansievera dapat dimanfaatkan sebagai absorben.
E. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan praktikum, hasil pengamatan, analisis data, dan pembahasan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat kepadatan lalu lintas berpengaruh terhadap keanekaragaman lichen yang
ditemukan di kulit pohon peneduh jalan di setiap lokasi pengamatan. Semakin rendah
tingkat kepadatan lalu lintas, maka akan semakin tinggi keanekaragaman jenis lichen
yang ditemukan di suatu lokasi.
2. Salah satu jenis Tanaman hias yang memiliki fungsi sebagai penyerap racun antara lain,
lidah mertua.
3. Lidah mertua mampu menyerap logam berat seperti timbal yang paling berbahaya yang
ada di udara. Sansevieria mampu menyerap polutan berbahaya yang terdapat di udara
sebab Sansevieria mengandung bahan aktif pregnan glikosid yang berfungsi untuk
mereduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan asam amino, dengan demikian unsur
polutan tersebut jadi tidak berbahaya lagi bagi manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Conti ME, Cecchetti G. 2000. Biological monitoring: lichens as bioindicators of

air pollution assessment – a review. Environmentall Pollution 114 : 47-492.

http://eprints.ung.ac.id/7919/2/2014-1-1-13201-811410089-bab1-06082014055739.pdf

https://repository.unri.ac.id/bitstream/handle/123456789/173/Artikel%20ilmiah%20Desi%20M.
P.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai