Anda di halaman 1dari 30

Pemantapan Kemampuan Profesional

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN


MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) PADA TEMA 3
KELAS III SDN 09 KEPAHIANG

Disusun Oleh:
Een Aprika Nengsih
856838783

UPBJJ BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan mampu menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang ada
dalam diri siswa sehingga dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungan. Sebagaimana yang diterapkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi BAB I Pasal 1 yang
menyatakan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan usaha mendewasakan manusia secara sadar dan
sengaja melalui upaya pengajaran, tanpa adanya pendidikan manusia tidak akan
mampu menghadapi perubahan yang terjadi akibat kemajuan teknologi, jadi
pendidikan itu sangat penting bagi 184 Jurnal CONSILIUM (Education and
Counseling Journal) kehidupan manusia, baik secara diri sendiri, masyarakat,
bangsa dan negara. Dalam Jenjang Lembaga Pendidikan Nasional, SD,
merupakan jenjang pendidikan yang yang paling rendah setelah TK/PAUD,
fungsi penting pendidikan sekolah dasar yaitu mengembangkan kemampuan
dasar sebagai bekal bagi peserta didik mendewasakan diri dalam kehidupan
bermasyarakat. Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkanpotensi diri melalui jenjang, jalur dan jenis pendidikan tertentu
untuk terus mengikuti kemajuan teknologi yang tidak dapat dihindari.
Pembelajaran yang ada di sekolah dasar memiliki proses yang dapat
menentukan keberhasilan pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran tersebut
didesain dan ditentukan oleh Guru. Guru menggunakan macam model
pembelajaran untuk meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran. Dengan
menggunakan model pembelajaran yang diajarkan, diharapkan siswa dapat
menerima materi yang diajarkan dengan baik.
Menurut Hamdani (2011 : 141), ketuntasan belajar adalah “pencapaian
hasil belajar yang telah ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian
kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggung jawabkan sebagai prasyarat
penguasaan kompetensi lebih lanjut. Ketuntasan belajar dalam pembelajaran
mengindikasikan siswa telah menguasai secara tuntas suatu kompetensi dasar
mata pelajaran. Untuk menentukan siswa sudah tuntas atau belum hasil
belajarnya maka ditentukan capaian minimal yang harus dicapai oleh siswa yang
biasa disebut dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Menurut Juniarsih
(2011 : 10), KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah kriteria paling rendah
untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan belajar. Salah satu mata
pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa secara tuntas pada jenjang sekolah
menengah atas adalah mata pelajaran sosiologi.
Berdasarkan observasi awal peneliti menemukan sebagian besar siswa di
dalam kelas kurang memperhatikan guru saat menjelaskan materi pembelajaran
dan masih banyak siswa yang suka bermain pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Maka dari itu guru perlu meningkatkan kualitas dalam kegiatan
pembelajaran sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Diperkuat dengan hasil wawancara bersama guru walikelas III SD Negeri 09
Kepahiang yaitu diketahui bahwa hasil belajar siswa dari hasil ulangan harian
pada mata pelajaran Matematika di semester ganjil, tahun ajaran 2023
menunjukan bahwa dari 30 siswa, sebanyak 18 siswa atau 60% yang tidak
mencapai nilai kriteria ketentuan minimum (KKM) dan 12 siswa lainnya atau
40% yang mencapai nilai diatas kriteria ketentuan minimum (KKM). KKM yang
ditetapkan sekolah yaitu 60. Hal ini karena dalam proses belajar mengajar guru
dalam menyampaikan pembelajaran cenderung monoton serta model
pembelajaran yang digunakan kurang menarik dan efisien, sehingga peserta
didik kurang antusias dan menjadi pasif dalam pembelajaran. Padahal dalam
pembelajaran Matematika siswa dituntut lebih aktif supaya dapat
mengembangkan pengetahuannya. Berdasarkan permasalahan tersebut
diperlukannya penerapan model pembelajaran yang dapat meningatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Matematika, salah satunya adalah dengan
menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together. Model
pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan
pada tanggung jawab siswa secara individu maupun kelompok dalam memahami
materi yang dipelajari, sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran
yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Menurut Suwandiari, (2020). Model pembelajaran Numbered Head
Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif, yaitu memiliki arti
sebagai pembelajaran kerja sama atau kolaboratif. Ada banyak jenis
pembelajaran kooperatif, diantaranya yaitu model pembelajaran Numbered Head
Together (NHT), mempunyai arti penomoran berpikir bersama atau penomoran
kepala.
Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) merupakan salah
satu tipe model dalam pembelajaran kooperatif Menurut Hartanti, dkk (2012).
Menurut Gracia dan Anugraheni dalam Hanafiah, dkk (2021) mengemukakan
langkah-langkah dalam model pembelajaran Numbered Head Together adalah
Siswa dibentuk dalam kelompok yang beranggotakan empat sampai enam orang.
Setiap siswa yang sudah berada dalam kelompok diberi nomor. Masing-masing
kelompok yang sudah dibentuk mendapatkan tugas atau pertanyaan dari guru.
Setiap kelompok yang sudah diberi tugas atau pertanyaan oleh guru, maka
anggota yang berada dalam kelompok tersebut bisa saling berdiskusi untuk
menemukan jawaban yang paling tepat dan memastikan semua anggota
kelompok mengetahui jawaban tersebut. Setelah berdiskusi dan mendapat
jawaban yang menurut setiap kelompok benar, guru memanggil salah satu nomor
secara acak dan siswa dengan nomor yang dipanggil dapat mempresentasikan
jawaban dari kelompoknya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa penting untuk
melakukan penelitian terhadap masalah tersebut. Oleh karena itu untuk
meningkatkan hasil belajar siswa peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan
kelas. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head
Together (NHT)pada tema 3 kelas III SDN 09 kepahiang.
1) Identifikasi masalah:
Hasil identifikasi masalah yang di dapat adalah:
a. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran bahasa indonesia
dan matematika
b. Sebagian besar siswa di dalam kelas kurang memperhatikan
guru saat menjelaskan materi pembelajaran dan masih banyak
siswa yang suka bermain pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
c. Proses pembelajaran dilaksanakan secara monoton, karena guru
kurang menerapkan model pembelajaran yang variatif dan
menarik.
2) Analisis Masalah
Setelah di diskusikan dengan supervisor diketahui bahwa faktor
penyebab siswa kurang menguasai materi pembelajaran yang
diajarkan adalah:
a. Media dan Metode yang digunakan terlalu monoton, sehingga
perlu untuk mengganti metode dengan lebih variatif.
b. Kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang disajikan oleh
guru.
c. Guru kurang memberikan kesempatan siswa dalam bertanya.
3) Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah diatas, langkah selanjutnya guru
merencanakan alternatif pemecahan masalah, untuk memperbaiki
proses pembelajaran maka peneliti mengambil beberapa alternatif
pemecahan masalah diantaranya:
a. Penggunaan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
b. Memberikan motivasi kepada siswa.
c. Pengelolaan kelas yang berfokus pada cara belajar siswa aktif.
Dilihat dari mata pelajaran dan karakteristik materi pelajaran yang
akan diajarkan maka peneliti mengambil prioritas pemecahan masalah
yaitu: Bagaimana Meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan mode Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head
Together (NHT) pada tema 3 kelas III SDN 09 kepahiang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:” Bagaimana Meningkatkan hasil belajar
siswa dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number
Head Together (NHT) pada tema 3 kelas III SDN 09 kepahiang?”.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Secara umum tujuan perbaikan ini adalah untuk Meningkatkan
hasil belajar siswa dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Number Head Together (NHT) pada tema 3 kelas III SDN 09
kepahiang.”
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1) Bagi siswa
a. Meningkatkan keaktifan belajar mengajar di kelas.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Dapat menumbuhkan sikap kritis terhadap hasil belajar.
2) Bagi Guru
a. Memberikan arahan dan pedoman dalam proses belajar
mengajar yang kaitannya dengan variasi pembelajaran agar
proses dan hasil belajar siswa baik.
b. Sumbangan pemikiran dan pertimbangan dalam menentukan
model pembelajaran atau pendekatan yang tepat.
c. Membantu guru meningkatkan proses pembelajaran di
kelasnya, sebagai upaya meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa.
3) Bagi Sekolah
Meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika dan Bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar, khususnya di SD 09 Kepahiang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas


Susanti & Hartanto, (2015) menyatakan bahwa Penelitian
tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian atau
kegiatan ilmiah dan bermetode yang dilakukan oleh guru/peneliti
didalam kelas dengan mengunakan tindakan-tindakan untuk
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. PTK semakin
mendapatkan prioritas untukdilakukan guru, karena mempunyai
beberapa manfaat. Pertama, pelaksanaan PTK yang terencana dan
terkendali secara baik, akan meningkatkan kinerja guru dalam
mengelola pembelajaran dikelas menjadi berkualitas. Pelaksanaan PTK
juga dapat meningkatkan kompetensi guru, yang saat ini
sedang menjadi isu utama dalam peningkatan mutu pendidikan
nasional. Kedua, penyelesaian masalah kelas atau pembelajaran
akan memberikan perbaikan pada kualitas proses pembelajaran.
Ketiga, perbaikan peran guru dalam pembelajaranakan mampu
memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan secara
nasional(Mediatati & Ismanto, 2015).
Kegiatan pelatihan PTK juga sebagai upaya untuk melatih
guru-guru terampil dalam membuat karya tulis ilmiah dilaksanakan
untuk guru-guru se-Jakarta Timur berhasil memperlihatkan sikap
antusias peserta sehingga kegiatan berjalan dengan baik serta
menghsilkan produk proposal PTK dengan judulyang beragam kondisi
ini mencerminkan keberhasilan pelatihan dengan baik(Wiganda, 2014)
.PTK sendiri mampu meningkatan pengetahuan yang signifikan
mengenai pemahaman terhadap penelitian tindakan kelas,
pengolahan dan analisis data (Sunendiari, Yanti, Iswani, & Suliadi,
2014), memperkuat wawasan guru tentang pokok-pokok pikiran
yang harus dibuat dalam latar belakang penelitian PTK (Laba Jayanta,
Rati, Diputra, & Wibawa, 2017).
B. Materi/Mata Pelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang
menggunakan tema pada proses pembelajaran. Kemendikbud (2013: 7)
pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran dengan memadukan
beberapa mata pelajaran melalui penggunaan tema, dimana peserta didik
tidak mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah, semua mata
pelajaran yang ada di sekolah dasar sudah melebur menjadi satu kegiatan
pembelajaran yang diikat dengan tema. Prastowo (2013: 223)
pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke
dalam berbagai tema. Mulyasa (2013: 170) pembelajaran tematik terpadu
adalah pembelajaran yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar
yang menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian
dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. 11 Berdasarkan pendapat
para ahli di atas, dapat disimpulkan pembelajaran tematik terpadu
merupakan pembelajaran yang mengaitkan beberapa mata pelajaran
dalam satu tema tertentu, pembelajaran ini dapat menjadikan proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Untuk ruang lingkupnya meliputi semua kompetensi dasar dari
semua mata pelajaran kecuali agama. Mata pelajaran dalam hal ini,
misalnya: Bahasa Indonesia, PPKN, Matematika, IPA, IPS, PJOK, serta
Seni Budaya dan Prakarya yang dipadukan dalam satu tema. Fungsinya
sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan beberapa
mata pelajaran sekaligus. Perpaduan antar mata pelajaran yang
selanjutnya disebut dengan pembelajaran tematik mengandung tema,
subtema, dan pembelajaran. Lubis dan Azizan (2020) menyebutkan
bahwa untuk meningkatkan softskill dan hardskill siswa, maka perlu
adanya penanaman kompetensi yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-
hari yang sudah terangkum dalam pembelajaran tematik.
3. Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang
diterapkan pada kurikulum 2013. Tematik terpadu memiliki beberapa
tujuan, Kemendikbud (2013: 193) tujuan tematik terpadu sebagai berikut:
1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. 2)
Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
mata pelajaran dalam tema yang sama. 3) Memiliki pemahaman terhadap
materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. 4) Mengembangkan
kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. 5) Lebih bergairah
belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti:
bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.
6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang
disajikan dalam konteks tema yang jelas. 7) Guru dapat menghemat
waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat
dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan
lebih dan atau pengayaan. 8) Budi pekerti dan moral siswa dapat
ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti
sesuai dengan situasi dan kondisi. 12 Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran
yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi
pelajaran, menjadikan siswa lebih bergairah dalam mengikuti proses
pembelajaran, serta mengembangkan berbagai kemampuan siswa dalam
tema tertentu.
C. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran yang diharapkan dalam setiap kegiatan adalah
pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna dapat
diciptakan melalui berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan
model dan media pembelajaran. Menurut Suprijono (2013: 46), model
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Hanafiah & Suhana (2010: 41) menegaskan bahwa model
pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka menyiasati
perubahan perilaku siswa secara adaptif maupun generatif. Sejalan dengan
hal itu, Isjoni (2011: 5) mengemukakan perkembangan model
pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Menurut
Arends (Trianto, 2010: 53) terdapat enam macam model pengajaran yang
sering dan praktis digunakan dalam mengajar, antara lain presentasi,
pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran
kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pendekatan
yang digunakan untuk merubah/menyiasati kebiasaan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai, yang di dalamnya adalah tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran
dan pengelolaan kelas.
2. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning
Beberapa pengertian Cooperative Learning menurut para ahli,
antara lain Slavin (2005: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Pendapat tersebut
dipertegas oleh Komalasari (2010: 62) yang mendefinisikan pembelajaran
kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya
yang bersifat heterogen.
Menurut Davidson & Kroll (Andriani, http://repository.upi.edu,
2011) menyatakan bahwa pengertian pembelajaran kooperatif adalah
kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok
kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk
memecahkan masalah dalam tugas mereka. Tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap Cooperative Learning. Lie (2010: 31) mengungkapkan
bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal dalam Cooperative Learning,
ada lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu:
(a) saling ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c)
tatap muka, 9 (d) komunikasi antar anggota, dan (e) evaluasi proses
kelompok. Model- model Cooperative Learning meliputi kepala bernomor
(numbered heads together), tim siswa kelompok prestasi (student teams
achievement divisions), berpikir berpasangan berbagi (think pair and
share), jigsaw, melempar bola salju (snowball throwing), dan dua tinggal
dua tamu (two stay two stray).
Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas peneliti
menyimpulkan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model
pembelajaran berkelompok yang terdiri dari 2-5 orang untuk meyelesaikan
masalah dalam tugas yang diberikan guru pada mereka. Di mana untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam Cooperative Learning harus
menerapkan berbagai hal seperti, bertanggung jawab, tatap muka,
komunikasi antar anggota, serta evaluasi proses kelompok. Model model
cooperative learning ada banyak dan salah satunya yang peneliti gunakan
adalah model cooperative learning tipe numbered head together (NHT).
3. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Kooperatif atau yang disebut dengan
cooperative learning adalah metode pembelajaran yang melibatkan seluruh
peserta didik untuk turut serta dalam diskusi kelompok kecil. Jadi dalam
satu kelompok kecil hanya terdiri beberapa orang saja.
Model pembelajaran Kooperati yang bisa digunakan guru dalam
proses kegiatan belajar di kelas, yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Jigsaw
Jigsaw adalah tipe model pembelajaran yang secara tidak
langsung memotivasi peserta didik memiliki kesadaran diri untuk
membantu dan menguasai materi pembelajaran. Metode ini pun membagi
menjadi kelompok asal dan kelompok ahli dari masing-masing kegiatan
belajar mengajar. Kemudian masing-masing kelompok yang membawa
materi sama berkumpul menjadi kelompok ahli.
Kelompok ahli inilah yang bertugas untuk membuat materi atau pokok
bahasan. Peserta didik yang bertanggungjawab akan hal tersebut dituntut
untuk mempelajari topik sebaik mungkin, karena ketika mereka
dikembalikan ke kelompoknya masing-masing dituntut untuk
mengajarkan ke teman-teman kelompoknya untuk didiskusikan.
Adapun langkah penerapan metode pembelajaran kooperatif
sebagai berikut.
 Guru membentuk kelompok kecil, bisa diikuti 4-5 peserta didik
 Setiap kelompok kecil mendapatkan tugas untuk menganalisis
materi
 Hasil analisis kelompok kecil didiskusikan karena nanti diskusi
tersebut akan diadu didiskusikan dengan kelompok besar
 Guru bertugas mengevaluasi setiap akhir pembelajaran dari
diskusi.
2. STAD (Student Team Achievement Division)
Sementara STAD atau student team achievement division adalah
model pembelajaran yang memberikan dorongan kepada peserta didik
agar bisa mencapai prestasi dan nilai yang maksimal. Biasanya model
pembelajaran ini dilakukan melalui lima tahap yang meliputi tahap
penyajian materi, kerja kelompok, tes individu, penghitungan skor
pengembangan individu dan pemberian penghargaan kelompok.
Adapun langkah jika ingin menerapkan metode pembelajaran
STAD, sebagai berikut.
 Guru membuat kelompok kecil. Dimana satu kelompok kecil
berisi peserta didik yang memiliki terdiri dari beberapa potensi
dan kemampuan peserta didik.
 Setiap satu kelompok kecil terdiri 4-5 orang
 Masing-masing kelompok kecil saling bekerjasama dan dituntut
untuk memahami materi yang hendak di diskusikan.
 Evaluasi dilakukan oleh sesama peserta didik
 Sementara guru yang memberikan penilaian berdasarkan
pemahaman anak.
3. TGT (Team game Tournament)
Team Game Tournament (TGT) adalah model pembelajaran
kooperatif yang mana guru membentuk kelompok belajar kecil. Dimana
masing-masing kelompok yang terbentuk terdiri dari beberapa siswa
siswa. Kemudian diberikan permainan pada setiap meja turnamen.
Permainan games ini berisi soal dan kunci jawaban. Jadi permainan
dapat dimulai dengan membagikan kartu soal ke para pemain. Atau bisa
juga pemain mengambil kartu. Kemudian kartu tersebut diberikan kepada
pembaca soal. Dan pemain pun menjawab soal secara mandiri sampai
menyelesaikan game.
4. GI (Group Investigation)
Berbeda dengan metode pembelajaran kooperatif Group
investigation (GI). Metode ini bisa dibilang metode pembelajaran yang
cukup kompleks. Karena menggabungkan metode belajar kooperatif
dengan metode pembelajaran konstruktivisme. Secara tidak langsung,
metode pembelajaran ini berprinsip pada pembelajaran demokrasi.
Group Investigation sangat membutuhkan keterlibatan peserta
didik. Dimana mereka diberikan peluang untuk mengeksplorasi
ketajaman gagasan mereka. Secara tidak langsung, peserta didik pun
dilatih secara kritis, reflektif, produktif dan analitis.
5. NHT (Number Head Together)
Beda lagi dengan tipe model pembelajaran kooperatif NHT, atau
yang familiar disebut dengan Number Head Together. Model
pembelajaran ini termasuk dari pengembangan model TGT. Dimana
Number Head Together ini menuntut peserta didik menyelesaikan tugas
dengan saling berbagi ide dalam satu teman kelompoknya. Sehingga, jika
ada teman yang tidak memahami dan tidak menguasai tugas, maka
rekannya memiliki tanggungjawab untuk memberikan pemahaman.
6. TPS (Think Pair Share)
Model pembelajaran kooperatif yang terakhir adalah Think Pair
Share (TPS). Model pembelajaran ini sudah diperkenalkan sejak tahun
1981 oleh Frank T. Lyman. Dimana metode ini menuntut anggota
kelompok untuk bisa berkontemplasi terhadap pertanyaan yang diberikan
oleh guru.
Kemudian masing-masing anggota kelompok mendiskusikan pertanyaan
yang diajukan, dan nantinya masing-masing kelompok diminta untuk
mengumpulkan jawaban dan tanggapan mereka.
D. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
1. Pengertian Model pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Komalasari (2010: 62) menjelaskan bahwa NHT merupakan model
pembelajaran di mana setiap siswa di beri nomor dan di buat kelompok
yang kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Selain itu,
pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen
(Ibrahim , 2003: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhdap isi pelajaran tersebut. Sejalan dengan itu( Anita lie, 2003: 63)
menyaatakan bahwa model NHT adalah model yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu model ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka, dan
model ini bisa digunakan di semua mata pelajaran dan semua tingkatan
anak usia didik.
Selain itu Kagan (Tampubolon, 2014: 94) menyatakan, model
pembelajaran kooperatif NHT atau kepala bernomor merupakan
pengembangan pengembangan pembelajaran tipe TGT. Dengan ciri-ciri
khusus pembelajaran kelompok melalui penyelesaian tugas dengan saling
membagi ide/gagasan. Setiap kelompok harus memastikan bahwa
anggotanya memahami dan menguasai tugas, sehingga semua siswa
memahami konsep secara seksama. Model pembelajaran ini
mengakomodasikan peningkatan intensitas diskusi antar kelompok,
kebersamaan, kolaborasi dan kualitas interaksi dalam kelompok, serta
memudahkan penilaian.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan
bahwa pengertian model pembelajaran cooperatif tipe NHT adalah suatu
model yang dapat merangsang siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama
dalam menyelesaikan tugas dengan saling berbagi ide dan gagasan dengan
siswa yang lain sehingga siswa akan lebih aktif dan dapat memahami
pembelajaran dengan lebih mudah.
2. Langkah-langkah Model pembelajaran Numbered Head
Together (NHT)
Langkah-langkah pembelajaran NHT kemudian
dikembangkan oleh Ibrahim (Hamdayama, 2014: 176) menjadi enam
langkah sebagai berikut.
a. Persiapan
Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS), yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b. Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi
nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok
yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT,
dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi
siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor
berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di kelompok. Kelompok
yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar
belakang sosial, ras, suku jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal
(pre-test) sebagai dasar dalam menetukan masing-masing
kelompok.
c. Tiap kelompok harus memiiki buku paket atau buku panduan.
Pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan
LKS atau masalah yang diberikan guru.
d. Diskusi masalah Kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada
setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja
kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan
dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah adadalam LKS atau pertanyan yang telah
diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat
spesifik sampai yang bersfat umum.
e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Tahap ini,
guru
menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
kepada siswa di kelas.
f. Memberi kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban
akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi
yang disajikan.
Sedangkan menurut Kagen (Tampubolon, 2014: 94) menyatakan,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran NHT adalah sebagai
berikut:
a) siswa dibagi dalam kelompok heterogen, dan setiap siswa
dalam setiap kelompok mendapat nomor
b) Pendidik memberikan tugas kepada masing-masing
kelompok (untuk tiap kelompok sama, tapi untuk tiap siswa
tidak sama sesuai dengan nomor siswa, dan untuk tiap siswa
dengan nomor yang sama mendapat tugas yang sama.)
c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
d) Pendidik memanggil salah satu nomor siswa untuk
menjawab/melaporkan hasil kerjasama mereka.
e) Tanggapan dari teman lain, kemudian pendidik menunjuk
nomor yang lain (terjadi diskusi kelas).
f) Kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa.
g) Simpulkan dan umumkan hasil kuis serta beri reward.
Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa
langkah-langkah pembelajaran model NHT adalah
mengelompokkan siswa dalam kelompok- kelompok kecil secara
heterogen dan memberi nomor hingga setiap siswa dalam
kelompok memiliki nomor yang berbeda, menjelaskan materi
sesuai dengan rencana pembelajaran, memberikan pertanyaan pada
tiap kelompok, setiap kelompok berdiskusi dan bertukar pikiran
tentang tugas yang diberikan, guru memanggil satu nomor dan para
siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama,
mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka, kemudian guru
memberikan kesimpulan.
3. Kelebihan dan Kekurangan langkah Model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT)
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kelemahan. Berikut merupakan kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT): a.
Kelebihan model pembelajaran NHT Shoimin (2014:108-109)
menyatakan bahwa model pembelajaran NHT memiliki kelebihan
sebagai berikut:
1. Setiap peserta didik menjadi siap
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3. Siswa yang pandai dapat membantu teman yang kurang
mampu
4.Terjadi interaksi yang inten antarsiswa dalam menjawab soal.
Sedangkan kelebihan model pembelajaran NHT menurut Kurniasih
(2017:30) sebagai berikut :
1. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
2. Mampu memperdalam pemahaman siswa
3. Melatih siswa bertanggung jawab
4. Meningkatkan rasa percaya diri siswa
5. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama
6. Tercipta suasana gembira dalam belajar sehingga siswa
antusias
alam mengikuti pelajaran sampai selesai.
Kelemahan model pembelajaran NHT Adapun kelemahan model
pembelajaran NHT menurut Shoimin (2014:109) sebagai berikut:
1. Tidak terlalu cocok diterapkan dalam jumlah siswa yang
banyak
karena membutuhkan waktu yang lama.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru karena
kemungkinan waktu yang terbatas.
Sedangkan menurut Kurniasih (2017:30) menyatakan kelemahan
model NHT sebagai berikut:
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai
jelek kepada anggotanya.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together
(NHT) memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu
siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Sedangkan
kekurangannya yaitu tidak semua siswa mendapat kesempatan
dipanggil nomornya oleh guru oleh karena itu guru harus
memperhatikan waktu pembelajaran supaya semua siswa mendapat
kesempatan untuk menyampaikan idenya di depan kelas.
E. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari Bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang berarti “peratara” atau “penyalur”.
Dengan demikian, maka media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan. Menurut Adam &
Muhammad dalam (Baridwan, 2013:809) bahwa media
pembelajaran adalah baik fisik maupun teknis yang digunakan
dalam pembelajaran untuk mempermudah guru dalam
menyampaikan ilmu kepada siswa dengan mudah untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Menurut Asyhar (2020) Media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau
menyalurkan pesan dari suatu sumber belajar secara terencana,
sehingga terjadi lingkungan belajar yang mendukung dimana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan
efektif.
Jadi dapat dikatakan bahwa fungsi media untuk menyampaikan
pesan. Kemudian media pembelajaran dapat digunakan untuk
memberikan materi pembelajaran kepada siswa secara mudah
diterima agar siswa mampu memahami dengan cepat dan mudah.
Begitu juga dengan guru yang mudah menyampaikan materi
ajarnya agar siswa mampu menerima dengan cepat.
2. Media Visual
Media pembelajaran visual adalah media yang hanya
mengandalkan indera penglihatan. Jenis media pembelajaran
visual menampilan materialnya dengan menggunakan alat
proyeksi atau proyektor. Pesan yang akan disampaikan
dituangkan ke dalam bentuk-bentuk visual. Selain itu fungsi
media visual juga berfungsi untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, menggambarkan fakta yang mungkin
dapat mudah untuk dicerna dan diingat jika disajikan dalam
bentuk visual. Macam-macam media pembelajaran visual ini
dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual
gerak.
F. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif
permanen dan dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari
pembelajaran yang bertujuan atau direncanakan.Belajar
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tiap individu dalam
seluruh proses pendidikan untuk memperolah perubahan tingkah
laku dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Belajar
adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Menurut Wina Sanjaya, belajar bukanlah sekadar
mengumpulkan pengetahuan, nmaun proses mental yang terjadi
dalam diri seseorang. Menurut Rusman, belajar pada hakikatnya
adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu. Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku
yang dilakukan oleh individu sehingga adanya penambahan ilmu
pengetahuan, ketrampilan, sikap sebagai rangkaian kegiatan
menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
Hasil belajar adalah hasil pembelajaran dari suatu individu
tersebut berinteraksi secara aktif dan positif dengan
lingkungannya. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada
orang tersebut. Selanjutnya Winkel menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan suatu kemampuan internal yang telah menjadi
milik pribadi seseorang dan kemungkinan orang itu melakukan
sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar merupakan suatu
kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah
melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu.
Sedangkan menurut Gagne dan Briggs, hasil belajar adalah
kemampuan seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran
tertentu.Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar
dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik. Ranah kognitif terdiri dari enam aspek yaitu
ranah ingatan (C1), ranah pemahaman (C2), ranah penerapan
(C3), ranah analisis (C4), Sintesis (C5) dan ranah penilaian (C6).
Maka hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah mengikuti proses belajar yang meliputi kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang diberikan kepada siswa berupa penilaian setelah
mengikuti proses pembelajaran dengan menilai pengetahuan,
sikap, ketrampilan pada diri siswa dengan adanya perubahan
tingkah laku.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa banyak dipengaruhi berbagai faktor baik
yang internal maupun eksternal. Adapun faktor-faktor yang
dimaksud sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Adapun faktor-faktor internal yang berasal dari dalam diri
individu yaitu:
1) Faktor jasmaniah (fisik) baik bersifat bawaan maupun
yang diperolehnya, yang termasuk faktor ini ialah
pancaindera yang tidak berfungsi dengan baik atau tidak
berfungsi sebagai mana mestinya kemudian seperti
mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang
tidak sempurna.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperolehnya, terdiri atas:
a) Faktor interaktif yang mempengaruhi faktor potensial,
yaitu faktor kecelakaan dan bakat serta faktor
kecakapan nyata seperti prestasi yang dimiliki.
b) Faktor noninteraktif yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan,
motivasi, emosi dan penesuaian diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor Eksternal (Berasal dari luar diri)
1) Faktor sosial terdiri dari:
a) Lingkungan keluarga, lingkungan ini sangat
mempengaruhi kegiatan belajar, hubungan antar
anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, dan
adik yang harmonis akan membantu siswa
melalui aktivitas belajar dengan baik.
b) Lingkungan sekolah, seperti guru, teman-teman
sekelas juga dapat mempengaruhi proses belajar
siswa, hubungan harmonis dapat menjadi
motivasi bagi siswa umtuk belajar lebih baik di
sekolah.
c) Lingkungan masyarakat, kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan
mempengaruhi belajar siswa.
2) Faktor materi pelajaran
Faktor ini hendaknya di sesuaikan dengan
usia perkembangan siswa begitu juga dengan
metode mengajar guru di sesuaikan dengan usia
perkembangan siswa. Oleh karena itu guru harus
dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
aktivitas belajar siswa.
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan
bahwa faktor lingkungan alamiah, instrumental, dan
materi pelajaran adalah hal yang sangat
mempengaruhi proses belajar mengajar. Terutama
dalam hal penyampaian materi pelajaran oleh
seorang guru hendaknya guru tersebut menguasai
metodologi pembelajaran dengan baik.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN
PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Pelaksanaan perbaikan di lakukan di kelas III SD Negeri 09
Kepahiang, dengan jumlah 33 siswa terdiri 17 perempuan dan 16 laki-laki.
Dengan materi “wujud benda”pada mata pelajaran bahasa indonesia”.
2. Tempat Penelitian
Lokasi pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran yang
peneliti lakukan adalah di salah satu SD yang berada di Pasar Ujung
Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang, tempatnya di SD Negeri 09
Kepahiang.
1) Sekolah yang digunakan penulis dalam melaksanakan perbaikan
pembelajaran adalah di SD Negeri 09 Kepahiang. Karena peneliti
merupakan salah satu guru di SD tersebut.
2) Kelas yang digunakan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran
adalah di kelas III dengan jumlah murid sebanyak 33 siswa.
3) Mata pelajaran yang dilakukan dalam pelaksanaan perbaikan ini
adalah mata pelajaran bahasa indonesia dan matematika.
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada waktu semester II Tahun ajaran
2022/2023, pada bulan November 2023. Dengan waktu pelaksanaan
sebagaimana tertera pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan
No Hari/Tanggal Waktu SD/Kelas Siklus
1. Senin,09 November 07.30-9.15 SDN 09 Siklus 1
2023 Kepahiang
2. Selasa, 14 November 09.30-11.30 SDN 09 Siklus 2
2023 Kepahiang
2. Pihak yang Membantu
Yang membantu di dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran diantaranya :
1) Bapak Mizar Hasmi, M.Pd sebagai supervisor 1/Pembimbing
2) Eli Kurniati, S.Pd.SD sebagai supervisor 2
3) Bapak Rohman Aidi, M.Pd sebagai kepala SDN 09 Kepahiang
4) Rekan-rekan Guru SD Negeri 09 Kepahiang
Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas guru harus
memperhatikan karakteristik siswa, latar belakang keluarga dan tahap
perkembangan psikologisnya. Sehingga dalam implementasinya pada
pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna bagi siswa.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Siklus 1
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada semester I, tanggal 10
November 2023. Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan selama dua jam
pelajaran (2 x 35 menit). Pelaksanaan setiap siklus dalam penelitian ini dilakukan
dalam 4 tahapan yaitu tahap perencanaan (Planning), pelaksanaan (Acting),
observasi (Observing), dan Refleksi (Reflecting). Rincian tiap tahapan kegiatan
yang dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus I sebagai berikut:
a. Perencanaan
Hasil analisis dan perumusan masalah tersebut di atas
menunjukan bahwa program perbaikan pembelajaran dilakukan oleh
guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi
pembelajaran bahasa indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal berikiut ini
adalah langkah-langkah persiapan yang perlu dilakukan sebelum
melalui proses pembelajaran :
1) Menempatkan supervisor 1 dari UT UPBJJ Bengkulu yaitu Bapak
Mizar Hasmi, M.Pd sebagai supervisor 1/Pembimbing.
2) Menetapkan supervisor 2 sebagai pengamat, yaitu Ibu Eli Kurniati
S.Pd.SD sesuai dengan kesepakatan antara pengamat (supervisor
2) dan peneliti, maka tugas supervisor 2 antara lain adalah
mengumpulkan data dari proses perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan lembar pengamatan (APKG).
3) Membuat skenario pembelajaran.
4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
acuan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Menyususn RPP ini juga disesuaikan
dengan langkah-langkah pada metode pembelajaran yang
diterapkan.
5) Kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dilakukan peneliti sesuai
dengan rencana perbaikan pembelajaran adalah dengan
menggunakan metode latihan.
6) Mempersiapkan sarana dan fasilitas yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan tindakan kelas.
7) Mempersiapkan format dan cara observasi baik bagi guru maupun
bagi siswa serta membuat kesempatan dengan supervisor 1 dan
supervisor 2 mengenai hal-hal yang berkaitan dengan observasi.
8) Melaksanakan simulasi rencana perbaikan pembelajaran siklus 1.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajan melaui PTK dilakukan saat
proses pembelajaran berlangsung., pelaksanaan perbaikan mata
pelajaran BahasaIndonesia siklus 1 dilakukan melalui empat tahapan
kegiatan yaitu :
1) Tahap perencanaan
2) Tahap pelaksanaan
3) Tahap pelaksanaan dan pengumpulan data
4) Tahap refleksi
Siklus 1 dilakukan pada tanggal 09 November 2023 dengan
mengelompokkan wujud benda. Pada tahapan inilah guru melaksanakan
langkah-langkah kegiatan :
 Langkah-langkah Pembelajaran
 Kegiatan Awal (15 Menit)
- Guru melakukan pembukaan dengan mengucapkan salam
- kemudian mengajak siswa untuk berdo’a sebelum
melakukan kegiatan, menyanyikan lagu garuda pancasila,
melakukan tepuk semangat, dan mengecek daftar hadir
siswa.
- Guru melakukan apersepsi/tanya jawab untuk mengiring
pemahaman siswa terhadap materi yang akan diajaran
dengan beberapa petanyaan :
1) Apakah kalian tau apa saja wujud benda?
2) Apakah kalian mengelompokan benda berdasarkan
wujudnya ?
 Kegiatan Inti (45 Menit)
- Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan
memanfaatkan gambar dan video tentang macam macam
wujud benda.
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai materi yang disampaikan.
- Guru siswa membuat kelompok yang terdiri dari 5-6
orang secara heterogen.
- Guru memberi nama kelompok dan memberi nomor kepala
setiap siswa.
- Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan guru pada
LKPD 1.
- Guru memanggil nomor kepala siswa secara acak dan
nomor yang dipanggil oleh guru harus mempresentasikan
jawaban kelompoknya ke depan kelas.
- Guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi yang
dipersentasikan.
- Guru melakukan evaluasi/penilaian
 Kegiatan Akhir (10 Menit)
- Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
- Guru bersama siswa membuat tindak lanjut yang
berkaitan dengan materi yang telah dipelajari dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Guru mengajak semua siswa berdo’a menurut agama
dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran.
 Media, Sumber dan Metode pembelajaran
1) Media
Power Point (PPT), gambar dan video denah.
2) Sumber
- Taufika 2017 Tematik Terpadu Kurikulum 2013
Kelas III Buku Siswa Tema 3. Jakarta : Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
- Taufika 2017 Tematik Terpadu Kurikulum 2013
Kelas III Buku Guru Tema 3. Jakarta : Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan
3) Metode Pembelajaran
Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab dan Penugasan
c. Pengamatan/Pengumpulan Data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. SIMPULAN
B. SARAN TINDAK LANJUT

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai